Anda di halaman 1dari 58

Fisika Kuantum 1

Bab Teori dan Eksperimen yang Mendasari Lahirnya Fisika


1 Kuantum

Pokok Bahasan :

Radiasi Benda Hitam


Efek Fotolistrik
Sifat Gelombang-Partikel
Teori Atom Bohr dan Spektrum Atom Hidrogen

Standar Kompetensi :

Mempelajari radiasi benda hitam, efek fotolistrik, sifat gelombang-partikel,


teori atom Bohr dan spektrum atom hidrogen.
Kompetensi Dasar :

1. Mempelajari radiasi benda hitam


2. Mempelajari peristiwa efek fotolistrik
3. Mempelajari sifat gelombang-partikel
4. Mempelajari teori atom Bohr
5. Mempelajari spektrum atom hidrogen
Fisika Kuantum 2

Indikator :

1. Memahami radiasi benda hitam


2 Memahami peristiwa efek fotolistrik
3. Memahami sifat gelombang-partikel
4. Memahami teori atom Bohr
5. Memahami spektrum atom hidrogen

Tujuan Pembelajaran :

Setelah pembelajaran mahasiswa di harapkan dapat

1. Menjelaskan radiasi benda hitam


2. Menjelaskan efek fotolistrik
3. Menjelaskan sifat gelombang-partikel
4. Menjelaskan teori atom Bohr
5. Menjelaskan spektrum atom hidrogen
6. Menentukan panjang gelombang deret spektrum

Materi Perkuliahan :

Fisika kuantum, atau dikenal juga dengan mekanika kuantum atau


mekanika gelombang kuantum lahir di akhir tahun 1800-an membahas tentang
dunia atom dalam ukuran sub-mikroskopik, partikel-partikel penyusun atom
dan subatom. Fisikawan pada tahun 1800-an masih mempercayai bahwa
Fisika Kuantum 3

radiasi adalah fenomena gelombang, materi bersifat kontinu, adanya eter, dan
belum dapat memahami pengertian muatan listrik.

Teori dan eksperimen yang Mendasari Lahirnya Fisika Kuantum

1.1 Radiasi Benda Hitam

Salah satu fenomena yang membingungkan


yang dikaji pada akhir abad ke-19 adalah
distribusi spektrum radiasi benda hitam. Suatu
benda hitam merupakan sistem ideal yang
menyerap seluruh radiasi yang datang padanya.
Benda hitam ini dapat dihampiri oleh rongga
Gambar 1.1 Rongga
dengan lubang yang sangat kecil, seperti
yang mendekati benda
dilukiskan pada gambar 1.1 Karakteristik radiasi
hitam ideal. Radiasi
dalam rongga hanya bergantung pada
yang masuk ke dalam
temperatur dindingnya.
rongga memiliki
peluang kecil untuk
dapat keluar kembali.

Pada temperatur di bawah 600oC, radiasi termal yang dipancarkan oleh benda
hitam tidak tampak karena energi itu terkonsentrasi dalam daerah inframerah
dari spektrum gelombang elektromagnetik. Begitu bendanya dipanaskan,
jumlah energi yang diradiasikan meningkat, dan konsentrasi energi mengarah
ke panjang gelombang yang lebih pendek. Antara 600 hingga 700oC, terdapat
energi yang cukup dalam spektrum tampak sehingga bendanya berpijar merah
Fisika Kuantum 4

pudar. Pada temperatur yang lebih tinggi, bendanya menjadi merah terang.
Gambar 1.2 menunjukkan daya yang dipancarkan oleh benda hitam sebagai
fungsi panjang gelombang untuk tiga temperatur yang berbeda. Kurva ini
dikenal sebagai kurva distribusi spektrum. Besaran 𝑃 dalam gambar ini
merupakan daya yang dipancarkan persatuan panjang gelombang. Ini
merupakan fungsi panjang gelombang 𝜆 maupun temperatur 𝑇 dan disebut
fungsi distribusi spektrum. Fungsi 𝑃(𝜆, 𝑇) ini memiliki maksimum pada
panjang gelombang 𝜆𝑚𝑎𝑘𝑠 yang beragam secara terbalik dengan temperatur
sesuai hukum pergeseran Wien:

2,898 mm. K 𝑐
𝜆𝑚𝑎𝑘𝑠 = = (1.1)
𝑇 𝑇

Fungsi distribusi spektrum 𝑃(𝜆, 𝑇) dapat dihitung dari termodinamika klasik


secara langsung dan hasilnya dapat dibandingkan dengan kurva pada gambar
1.3. Hasil dari perhitungan klasik ini, yang dikenal sebagai hukum Rayleigh-
Jeans, ialah:

𝑃(𝜆, 𝑇) = 8𝜋𝑘𝑇𝜆−4 (1.2)

dengan 𝑘 merupakan konstanta Boltzmann. Hasil ini sesuai dengan hasil yang
diperoleh pada percobaan untuk panjang gelombang yang panjang, tetapi tidak
sama pada panjang gelombang pendek. Begitu 𝜆 mendekati nol, fungsi
𝑃(𝜆, 𝑇) hasil percobaan juga mendekati nol, tetapi berdasarkan hukum
Rayleigh-Jeans akan mendekati tak hingga, karena sebanding dengan 𝜆−4.
Hasil ini dikenal sebagai bencana ultraviolet (ultraviolet catastrophe).
Fisika Kuantum 5

Gambar 1.2 Distribusi spektrum radiasi


dari benda hitam untuk tiga temperatur
berbeda.

Pada tahun 1900, fisikawan Jerman Max Planck mengumumkan bahwa


dengan membuat suatu modifikasi khusus dalam perhitungan klasik dia dapat
menjabarkan fungsi 𝑃(𝜆, 𝑇) yang sesuai dengan data percobaan pada seluruh
panjang gelombang. Hasil Planck tersebut ditunjukkan bersama dengan data
percobaan serta hukum Rayleigh-Jean. Planck pertama kali menemukan suatu
fungsi empiris yang sesuai dengan data dan kemudian mencari data untuk
memodifikasi perhitungan biasa itu. Beliau menemukan bahwa dapat
“menjabarkan” fungsi ini jika membuat pengandaian tak biasa yang
menyatakan bahwa energi yang dipancarkan atau diserap oleh benda hitam
adalah diskrit, tidak kontinyu. Planck menemukan bahwa ukuran energi
kuantum sebanding dengan frekuensi radiasinya:

𝐸 = ℎ𝜈 (1.3)
Fisika Kuantum 6

dengan ℎ merupakan konstanta kesebandingan yang dikenal sebagai konstanta


Planck. Besarnya adalah:

ℎ = 6,626 × 10−34 J. s = 4,136 × 10−15 eV. s (1.4)

Planck belum bisa menyesuaikan konstanta ini ke dalam kerangka fisika


klasik. Kepentingan mendasar pemahamannya tentang kuantisasi energi, yang
diisyaratkan oleh persamaan (1.4) umumnya belum dihayati hingga Einstein
menggunakan gagasan yang serupa untuk menjelaskan efek fotolistrik dan
menyarankan bahwa kuantisasi merupakan sifat dasar radiasi elektromagnetik.
Fisika Kuantum 7

Gambar 1.3 Distribusi spektrum radiasi dari


benda hitam dan perbandingannya dengan teori
klasik (Rayleigh-Jeans)

1.2 Efek Fotolistrik

Pada tahun 1887 Hertz mengamati peningkatan


discharge dari elektroda logam ketika disinari
dengan cahaya ultraviolet. Pengamatan itu
diteruskan oleh Hallwacks yang mengamati emisi
elektron ketika permukaan-permukaan logam
seperti seng, rubidium, pottassium, dan sodium
Albert Einstein (1879-
disinari. Proses lepasnya elektron- elektron dari
1955). Nobelis Fisika
permukaan logam yang disinari disebut emisi
1921
fotoelektron atau efek fotolistrik seperti terlihat
pada gambar 1.4.

Dalam pengamatan itu, ternyata: (i) untuk suatu


jenis logam ada frekuensi cahaya minimal yang
diperlukan untuk melepaskan elektron, dan (ii)
semakin tinggi intensitas cahaya yang mengenai
permukaan suatu logam, makin banyak elektron
yang dilepaskan. Fakta eksperimen dari efek-
Fisika Kuantum 8

fotolistrik ini tak dapat dijelaskan dengan teori-


teori klasik seperti teori elektrodinamika
Maxwell. Pada tahun 1905, Einstein
mengemukakan bahwa proses tersebut dapat
diungkapkan sebagai masalah tumbukan
partikel.
Gambar 1.4 Eksperimen
Fotolistrik

Menurut Einstein, suatu berkas cahaya monokromatik dapat dipandang


sebagai kumpulan partikel-partikel yang disebut foton, yang masing-masing
berenergi ℎ𝜈 dimana 𝜈 adalah frekuensi cahaya. Jika suatu foton menumbuk
permukaan logam, energi foton itu dialihkan ke elektron dan ketika elektron
diemisikan dari permukaan logam energi kinetiknya adalah:

𝐾 = ℎ𝜈 − 𝑊 (1.5)

dengan W adalah fungsi kerja yang diperlukan untuk melepaskan elektron


dengan W ini bergantung pada jenis logam.

Pada tahun 1916 Millikan melakukan eksperimen seperti pada gambar 1.5.
Energi Kinetik K dapat diukur dengan memberikan potensial henti V
(sehingga 𝐾 = 𝑒𝑉) ditunjukkan oleh penunjukan ammeter sama dengan nol.
Jika 𝑉 = 0, maka 𝑊 = ℎ𝜈0 . Sedangkan konstanta Planck ℎ adalah kemiringan
kurva 𝑉 − 𝜈.
Fisika Kuantum 9

Gambar.1.5 Data yang diperoleh Millikan untuk


energi kinetik maksimum terhadap frekuensi
pada efek fotolistrik.

1.3 Sifat Gelombang-Partikel

Berdasarkan hasil-hasil eksperimen interferensi dan difraksi, teori tentang


cahaya sebagai gelombang telah mantap pada penghujung abad 19, terlebih
lagi karena keberhasilan teori elektromagnetik Maxwell. Namun, Einstein
menolak teori tersebut berdasarkan fenomena efek fotolistrik dimana
permukaan logam melepaskan elektron jika disinari dengan cahaya
berfrekuensi 𝜈 ≥ 𝑊/ℎ, dimana 𝑊 adalah fungsi kerja logam.

Menurut Einstein, dalam fenomena tersebut cahaya harus dipandang sebagai


kuanta yang disebut foton, yakni partikel cahaya dengan energi kuantum 𝐸 =
ℎ𝜈. Dalam teori relativitas khususnya (1905), hubungan energi dan
momentum suatu partikel diungkapkan sebagai berikut:
Fisika Kuantum 10

𝐸 2 = 𝑝2 𝑐 2 + 𝑚02 𝑐 4 (1.6)

dimana 𝑝 adalah momentum partikel, dan 𝑚0 adalah massa diam partikel


bersangkutan. Untuk foton, karena tidak mempunyai massa diam, sedangkan
energinya 𝐸 = ℎ𝜈, maka momentum foton adalah:

𝐸 ℎ
𝑝= = (1.7)
𝑐 𝜆

Dalam hal ini 𝜆 adalah panjang gelombang cahaya. Adanya momentum inilah
yang mencirikan sifat partikel dari cahaya.

Pada tahun 1924, Arthur H. Compton dalam eksperimennya mengamati


perubahan panjang gelombang sinar-X setelah dihamburkan oleh elektron
bebas (gambar 1.6).

Jika 𝜆′ dan 𝜆 masing-masing adalah panjang gelombang sinar-X sebelum dan


setelah terhambur, dan 𝑚, adalah massa diam elektron, maka diperoleh
hubungan:


𝜆′ − 𝜆 = (1 − cos 𝜃) (1.8)
𝑚0 𝑐
Fisika Kuantum 11

Gambar Arthur H.
Gambar 1.6 Hamburan Compton
Compton

Harga dari (ℎ/𝑚0 𝑐) = 0,00243 nm, disebut sebagai panjang gelombang


Compton. Karena ruas kanan selalu positif untuk semua harga sudut 𝜃, maka
𝜆′ > 𝜆. Artinya, energi foton terhambur adalah 𝐸 − 𝐸′. Pembuktian
persamaan (1.8) di atas hanya dapat dilakukan dengan memandang sinar-X
sebagai foton (partikel) yang memiliki momentum selain energi. Interaksi
dapat dipandang sebagai tumbukan elastis dimana total energi dan total
momentum sebelum dan sesudah tumbukan kekal. Jadi sinar-X sebagai
gelombang, juga memiliki sifat partikel.

Pada tahun 1924 juga, Louis de Broglie mengemukakan bahwa tidak hanya
cahaya yang memiliki sifat ganda, tetapi juga partikel. Suatu partikel dapat
juga memiliki sifat gelombang. Menurut de Broglie suatu partikel yang
memiliki momentum 𝑝 jika dipandang sebagai gelombang memiliki panjang
gelombang:
Fisika Kuantum 12


𝜆= (1.9)
𝑝

Panjang gelombang di sini disebut panjang gelombang de Broglie dari partikel


bermomentum 𝑝.

Sifat gelombang suatu partikel untuk pertama kalinya diperagakan


oleh Davisson dan Germer pada 1927; mereka berhasi memperlihatkan efek
difraksi dari berkas elektron ketika melalui celah sempit sebagaimana cahaya.

Berdasarkan persamaan (1.9), partikel bebas bermassa 𝑚 yang


1
bergerak dengan momentum 𝑝 = 𝑚𝑣 dan energi 𝐸 = 𝑝2 /2𝑚 = 2 𝑚𝑣 2 dapat

diungkapkan sebagai gelombang dengan amplitudo konstan. Sebagai


gelombang, partikel bebas itu memiliki kecepatan fasa: 𝑣𝑓 = 𝜆𝑣 = (ℎ/𝑝)(𝐸/
ℎ) = 𝐸/𝑝 = 𝑝/2𝑚 = 1/2𝑣. Jadi, kecepatan fasenya sama dengan setengah
kecepatan partikel. Ini sesuatu yang sulit diterima, hanya saja tidak
menimbulkan akibat secara eksperimen, karena kecepatan fasa suatu
gelombang tidak pernah dapat diukur; yang dapat diukur adalah kecepatan
grup, yakni 𝑣𝑔 = 𝑑𝜔/𝑑𝑘, dimana 𝜔 = 2𝜋𝜈 dan 𝑘 = 2𝜋/𝜆.
Fisika Kuantum 13

Gambar 1.7 Paket gelombang partikel yang


terlokalisasi di dalam jarak Δ𝑥

Secara intuisi fisis, jika amplitudo gelombang partikel bebas itu konstan, maka
gelombang tidak memiliki informasi tentang posisi partikel di dalam ruang.
Secara fisis, jika suatu partikel terlokalisasi dalam daerah Δ𝑥 tertentu maka
gelombang partikel itu haruslah mempunyai amplitudo (intensitas) yang besar
di dalam daerah itu dan sangat kecil di luar daerah itu.

Hal ini menggambarkan suatu paket gelombang seperti diperlihatkan


dalam gambar (1.7). kecepatan dengan mana paket gelombang menjalar
adalah kecepatan grup 𝑣𝑔 . Dengan 𝐸 = 𝑝2 /2𝑚, maka kecepatan grup adalah:
𝑣𝑔 = d𝜔/d𝑘 = d𝐸/d𝑝 = 𝑝/𝑚 = 𝑣. Jadi jelaslah bahwa kecepatan grup dari
gelombang partikel sama dengan kecepatan partikel itu sendiri.
Kesimpulannya adalah, suatu partikel yang terlokalisasi dalam suatu daerah
tertentu dapat dikaitkan dengan suatu paket gelombang yang amplitudonya
dominan hanya dalam daerah tersebut.

Agar suatu partikel terlokalisasi dalam ruang, maka paket gelombang


itu dapat dipandang sebagai hasil superposisi dari berbagai gelombang dengan
𝜆 berbeda. Jika paket gelombang itu memanjang dalam derah Δ𝑥, harga
bilangan gelombang dari gelombang-gelombang yang berinterferensi ada
dalam daerah Δ𝑘 sedimikian sehingga sesaui dengan analisa Fourier
diperoleh: Δ𝑥Δ𝑘~2𝜋. Tetapi dalam hubungannya dengan momentum, Δ𝑘 =
Δ𝑝/ℎ, sehingga dipenuhi:

Δ𝑥Δ𝑝~ℏ/2
1.10
Fisika Kuantum 14

Inilah yang dikenal sebagai prinsip ketidakpastian Heisenberg; menurut


prinsip ini, kita tidak bisa secara akurat pada saat yang sama mengukur posisi
dan momentum partikel dengan ketidakpastian Δ𝑥 = 0 dan Δ𝑝 = 0, tetapi
hanya dengan ketelitian

Δ𝑥Δ𝑝 ≥ ℏ/2 (1.11)

1.4 Teori Atom Bohr dan Spektrum Atom Hidrogen

Dalam paroh kedua abad 19, eksperimen


spektroskopi berkembang sangat pesat.
Karena emisi cahaya saat itu dipandang
sebagai hasil vibrasi-vibrasi, maka
hubungan harmonik antara garis-garis
spektrum tak dapat terungkapkan.

Johan J. Balmer
(1825-1898)
Pada tahun 1885, Johann Balmer mengemukakan bahwa panjang gelombang
semua garis spektrum atom hidrogen bisa diungkapkan dengan rumus empiris:
Fisika Kuantum 15

𝑛2
𝜆𝑛 = 𝑏 ( ) ; 𝑛 = 3,4,5, … (1.12)
𝑛2 − 4

dimana 𝑏 adalah suatu konstanta. Persamaan (1.12) ini selanjutnya secara


umum dituliskan sebagai berikut:

1 1 1
= 𝑅 ( 2 − 2) (1.13)
𝜆𝑛 2 𝑛

dengan 𝑅 = 1,0968 × 107 𝑚−1 disebut sebagai konstanta Rydberg. Karena


masih ada garis-garis spektrum yang tidak terliput dalam persamaan (1.14)
maka selanjutnya Balmer dan Ritz mengemukakan rumus yang lebih umum.

Dengan rumusan empiris ini, Lymann menemukan deret ultraviolet untuk


𝑚 = 1, 𝑛 = 2,3,4, … dan Paschen menemukan deret inframerah untuk 𝑚 = 3,
𝑛 = 4,5,6, ….

1 1 1
= 𝑅 ( 2 − 2) ; 𝑛 > 𝑚 (1.14)
𝜆𝑛 𝑚 𝑛

Berdasarkan percobaan hamburan partikel-𝛼, pada tahun 1911 Ernest


Rutherford menyarankan struktur atom yang terdiri dari inti bermuatan positif
dan elektron-elektron yang mengintarinya; elektron ditemukan pertama kali
oleh J. J. Thompson pada tahun 1897. Sayangnya teori fisika pada masa itu
belum mampu menjelaskan hasil penemuan E. Rutherford dalam kaitannya
dengan rumusan Balmer-Ritz di atas.
Fisika Kuantum 16

Pada tahun 1913, Niels Bohr mengombinasikan


konsep atom Rutherford dan sifat gelombang
partikel de Broglie, untuk menjelaskan rumusan
garis-garis spektrum atom hidrogen dari
Balmer-Ritz. Untuk itu, Bohr menggunakan dua
postulat dasar.
Ernest Rutherford
(1971-1919) Nobel
Kimia 1908
 Elektron adalah partikel yang mengedari inti hanya pada orbit-orbit
tertentu. Pada setiap orbit, elektron memiliki energi yang stasioner
sehingga tidak ada radiasi elektromagnetik yang diemisikan (hal ini
bertentangan dengan ramalan teori klasik). Pada orbit-orbit stasioner itu
momentum sudut elektron merupakan kelipatan bulat dari ℏ = ℎ/2𝜋,

𝐿𝑛 = 𝑛ℏ (1.15)

 Emisi atau absorpsi radiasi terjadi jika elektron melompat dari suatu orbit
stasioner ke orbit stasioner lainnya. Bila elektron melompat dari orbit
stasioner berenergi 𝐸𝑖 ke orbit di bawahnya yang berenergi 𝐸𝑓 , maka
elektron akan mengemisikan cahaya dengan foton yang berenergi sama
dengan:

𝐸𝑖 − 𝐸𝑓 = ℎ𝜈 (1.16)
Fisika Kuantum 17

Selanjutnya, secara klasik seperti


diperlihatkan dalam gambar (1.8) gaya tarikan
inti pada elektron di suatu orbit berjejari 𝑟
adalah:

Niels Bohr (1885-1952)


Nobel Fisika 1922

𝑒2
𝐹= (1.17)
4𝜋𝜀0 𝑟 2

dimana 𝑒 = 1,6 × 10−19 C, 𝜀0 =adalah


permitivitas ruang hampa, dan 1/(4𝜋𝜀0 ) = 9 ×
109 Nm2 /C2 . Pada saat yang sama, jika 𝑣
adalah kecepatan elektron dan 𝑚𝑒 = 9,11 ×
10−31 𝑘𝑔 adalah massanya, maka gaya
sentrifugal pada elektron adalah:
Gambar 1.8 Model atom
hidrogen menurut Bohr

𝑚𝑒 𝑣 2
𝐹= (1.18)
𝑟

Karena stasioner, kedua gaya dalam persamaan (1.17) dan (1.18) harus saling
meniadakan, sehingga kecepatan elektron adalah:
Fisika Kuantum 18

𝑒2
𝑣= √ (1.19)
4𝜋𝜀0 𝑚𝑒 𝑟

dan energi kinetiknya adalah:

𝑒2
𝐾= (1.20)
8𝜋𝜀0 𝑟

Karena energi potensial elektron itu adalah:

𝑒2
𝑉=− (1.21)
4𝜋𝜀0 𝑟

maka energi totalnya (𝐸 = 𝐾 + 𝑉) pada orbit berjejari 𝑟, adalah

𝑒2
𝐸=− (1.22)
8𝜋𝜀0 𝑟

Berdasarkan postulat pertama, diperoleh

𝐿𝑛 = 𝑚𝑒 𝑣𝑟𝑛 = 𝑛ℏ; 𝑛 = 1,2,3, … (1.23)

Jadi dengan persamaan (1.21) dan (1.22), kecepatan dapat dieliminasi


untuk memperoleh jari-jari orbit stasioner:
Fisika Kuantum 19

𝑛2 ℎ2 𝜀0
𝑟𝑛 = = 𝑛 2 𝑎0 (1.24)
𝜋𝑚𝑒 𝑒 2

dimana 𝑎0 = 5,292 × 10−11 𝑚, disebut sebagai jejari Bohr.

Jika persamaan (1.23) disubstitusikan ke persamaan (1.22) akan diperoleh


energi stasioner pada orbit ke-n sebagai berikut:

𝑚𝑒 𝑒 4
𝐸𝑛 = − (1.25)
8𝜀02 ℎ2 𝑛2

Untuk 𝑛 = 1, dapat dihitung 𝐸1 = −13,6 eV (1 eV = 1,6 × 10−19 J) dan


untuk 𝑛 = ∞ (paling luar), 𝐸∞ = 0.

Beda energi elektron antara orbital ke-𝑛 ke orbital ke-𝑚 dengan 𝑛 > 𝑚
adalah:

𝑚𝑒 𝑒 4 1 1
Δ𝐸 = 2 2 (𝑚 2 − 𝑛 2 )
(1.26)
8𝜀0 ℎ

Kalau elektron melompat dari orbital-𝑛 ke orbital-𝑚, elektron akan


mengemisikan foton berenergi ℎ𝜈, dengan mana akan diperoleh

1 1 1
= 𝑅 ( 2 − 2) (1.27)
λ 𝑚 𝑛
Fisika Kuantum 20

dimana ungkapan bagi konstanta Rydberg adalah

𝑚𝑒 𝑒 4
R= 2 2 (1.28)
8𝜀0 ℎ 𝑐

Berdasarkan postulat Bohr dalam persamaan (1.15) dan (1.28) dengan


menyatakan momentum 𝑝 = 𝑚𝑒 𝑣 maka 𝑝𝑟 = 𝑛ℏ. Selanjutnya dengan
menggunakan panjang gelombang de Broglie dalam persamaan (1.9)
diperoleh

2πr = 𝑛𝜆𝑛 (1.29)

Dan selanjutnya bila digabungkan dengan persamaan (1.24) maka

𝜆𝑛 = 𝑛(2𝜋𝑎0 ) (1.30)

Ini menunjukkan bahwa keliling orbit elektron merupakan kelipatan


bilangan bulat dari panjang gelombang de Broglienya.
Fisika Kuantum 21

Dari pemaparan di atas, jelaslah bahwa


Bohr telah berhasil menjelaskan rumus
empiris Balmer-Ritz tentang spektrum
atom hidrogen dengan memanfaatkan
sifat gelombang elektron. Spektrum
garis ternyata merupakan ungkapan
dari energi-energi orbital yang
stasioner.

Gambar 1.9 Tingkat-tingkat


energi elektron dalam atom
hidrogen.

Lebih jauh, energi-energi stasioner itu merupakan tingkatan energi yang


diskrit, seperti diperlihatkan dalam gambar (1.9) Pengertian energi negatif
adalah bahwa elektron terikat dalam atom karena tarikan intinya. Artinya,
elektron yang berada pada tingkatan energi 𝐸1 dapat dibebaskan dari
pengaruh inti dengan memberikan energi minimal sebasar 13,6 eV.

Teori Bohr memandang orbit-orbit elektron hanya berbentuk


lingkaran saja. Sommerfeld (1916) dan Wilson (1915) memasukkan orbital
berbentuk ellips. Menurut mereka, untuk sistem periodik berlaku:

∮ 𝑝𝑖 d𝑞𝑖 = 𝑛𝑖 ℎ; 𝑛𝑖 bilangan bulat (1.31)


Fisika Kuantum 22

dimana 𝑝𝑖 adalah
momentum linier, dan 𝑞𝑖
adalah koordinat dan
integral dilakukan terhadap
suatu perioda dari gerak
partikel.

Gambar 1.10 Orbit elektron berbentuk


ellips.

Untuk elektron yang mengorbit dengan lintasan berbentuk ellips, di mana


inti hidrogen sebagai salah satu fokus seperti pada gambar (1.10),
persamaan (1.31) dapat dituliskan sebagai:

∮ 𝑝𝜙 d𝜙 = 𝑛𝜙 ℎ; ∮ 𝑝𝑟 d𝑟 = 𝑛𝑟 ℎ (1.32)

Sebagai contoh pemakaian teori Sommerfeld, tinjaulah osilator harmonis


dengan massa 𝑚 pada sumbu-𝑥. Energi 𝐸 = (𝑝2 /2𝑚) + 2𝜋 2 𝑣 2 𝑚𝑥 2 ,
1
momentum: 𝑝 = (2𝑚𝐸 − 4𝜋 2 𝑣 2 𝑚2 𝑥 2 )2 .

1
𝑎
2𝐸 2
∮ 𝑝(𝑥)d𝑥 = 𝑚 ∫ ( − 4𝜋 2 𝑣 2 𝑥 2 ) d𝑥 = 𝑛ℎ
−𝑎 𝑚
Fisika Kuantum 23

di mana 𝑎 adalah amplitudo osilasi; berdasarkan hukum kekekalan energi:


1
𝑎 = [2𝐸/(4𝜋 2 𝑣 2 𝑚) ]2 . Dengan bantuan: 𝑥 = 𝑎 sin 𝜃, integrasi
memberikan 𝐸/𝑣 = 𝑛ℎ atau 𝐸 = 𝑛ℎ𝑣. Ini sama dengan yang dikemukakan
Planck.

Teori atom Bohr seperti telah dikemukakan membuka pandangan


orang tentang struktur atom. Tetapi selanjutnya disadari bahwa teori Bohr
itu memiliki beberapa masalah, antara lain:

 Jika atom memiliki lebih dari satu elektron, maka selain gaya tarik dari
inti ada pula gaya tolak antar elektron.
 Dengan pengamatan yang lebih teliti, ternyata kebanyakan garis
spektrum bukanlah garis tunggal melainkan merupakan gabungan dari
dua atau lebih garis yang sangat rapat.
 Dalam teori atom Bohr, posisi dan momentum secara pasti dapat
ditentukan, ini bertentangan dengan ketakpastian Heisenberg.
Masalah-masalah inilah yang selanjutnya memotivasi ahli fisika untuk
mencari teori baru.
Fisika Kuantum 24

1.5

Salah satu fenomena yang membingungkan


yang dikaji pada akhir abad ke-19 adalah
distribusi spektrum radiasi benda hitam. Suatu
benda hitam merupakan sistem ideal yang
menyerap seluruh radiasi yang datang padanya.
Benda hitam ini dapat dihampiri oleh rongga
Gambar 1.1 Rongga
dengan lubang yang sangat kecil, seperti
yang mendekati benda
dilukiskan pada gambar 1.1 Karakteristik radiasi
hitam ideal. Radiasi
dalam rongga hanya bergantung pada
yang masuk ke dalam
temperatur dindingnya.
rongga memiliki
peluang kecil untuk
dapat keluar kembali.

Pada temperatur di bawah 600oC, radiasi termal yang dipancarkan oleh benda
hitam tidak tampak karena energi itu terkonsentrasi dalam daerah inframerah
dari spektrum gelombang elektromagnetik. Begitu bendanya dipanaskan,
jumlah energi yang diradiasikan meningkat, dan konsentrasi energi mengarah
ke panjang gelombang yang lebih pendek. Antara 600 hingga 700oC, terdapat
energi yang cukup dalam spektrum tampak sehingga bendanya berpijar merah
pudar. Pada temperatur yang lebih tinggi, bendanya menjadi merah terang.
Gambar 1.2 menunjukkan daya yang dipancarkan oleh benda hitam sebagai
fungsi panjang gelombang untuk tiga temperatur yang berbeda. Kurva ini
dikenal sebagai kurva distribusi spektrum. Besaran 𝑃 dalam gambar ini
merupakan daya yang dipancarkan persatuan panjang gelombang. Ini
merupakan fungsi panjang gelombang 𝜆 maupun temperatur 𝑇 dan disebut
fungsi distribusi spektrum. Fungsi 𝑃(𝜆, 𝑇) ini memiliki maksimum pada
Fisika Kuantum 25

panjang gelombang 𝜆𝑚𝑎𝑘𝑠 yang beragam secara terbalik dengan temperatur


sesuai hukum pergeseran Wien:

2,898 mm. K 𝑐
𝜆𝑚𝑎𝑘𝑠 = = (1.1)
𝑇 𝑇

Fungsi distribusi spektrum 𝑃(𝜆, 𝑇) dapat dihitung dari termodinamika klasik


secara langsung dan hasilnya dapat dibandingkan dengan kurva pada gambar
1.3. Hasil dari perhitungan klasik ini, yang dikenal sebagai hukum Rayleigh-
Jeans, ialah:

𝑃(𝜆, 𝑇) = 8𝜋𝑘𝑇𝜆−4 (1.2)

dengan 𝑘 merupakan konstanta Boltzmann. Hasil ini sesuai dengan hasil yang
diperoleh pada percobaan untuk panjang gelombang yang panjang, tetapi tidak
sama pada panjang gelombang pendek. Begitu 𝜆 mendekati nol, fungsi
𝑃(𝜆, 𝑇) hasil percobaan juga mendekati nol, tetapi berdasarkan hukum
Rayleigh-Jeans akan mendekati tak hingga, karena sebanding dengan 𝜆−4.
Hasil ini dikenal sebagai bencana ultraviolet (ultraviolet catastrophe).
Fisika Kuantum 26

Gambar 1.2 Distribusi spektrum radiasi


dari benda hitam untuk tiga temperatur
berbeda.

Pada tahun 1900, fisikawan Jerman Max Planck mengumumkan bahwa


dengan membuat suatu modifikasi khusus dalam perhitungan klasik dia dapat
menjabarkan fungsi 𝑃(𝜆, 𝑇) yang sesuai dengan data percobaan pada seluruh
panjang gelombang. Hasil Planck tersebut ditunjukkan bersama dengan data
percobaan serta hukum Rayleigh-Jean. Planck pertama kali menemukan suatu
fungsi empiris yang sesuai dengan data dan kemudian mencari data untuk
memodifikasi perhitungan biasa itu. Beliau menemukan bahwa dapat
“menjabarkan” fungsi ini jika membuat pengandaian tak biasa yang
menyatakan bahwa energi yang dipancarkan atau diserap oleh benda hitam
adalah diskrit, tidak kontinyu. Planck menemukan bahwa ukuran energi
kuantum sebanding dengan frekuensi radiasinya:

𝐸 = ℎ𝜈 (1.3)

dengan ℎ merupakan konstanta kesebandingan yang dikenal sebagai konstanta


Planck. Besarnya adalah:

ℎ = 6,626 × 10−34 J. s = 4,136 × 10−15 eV. s (1.4)

Planck belum bisa menyesuaikan konstanta ini ke dalam kerangka fisika


klasik. Kepentingan mendasar pemahamannya tentang kuantisasi energi, yang
Fisika Kuantum 27

diisyaratkan oleh persamaan (1.4) umumnya belum dihayati hingga Einstein


menggunakan gagasan yang serupa untuk menjelaskan efek fotolistrik dan
menyarankan bahwa kuantisasi merupakan sifat dasar radiasi elektromagnetik.

Gambar 1.3 Distribusi spektrum radiasi dari


benda hitam dan perbandingannya dengan teori
klasik (Rayleigh-Jeans)
Fisika Kuantum 28

1.6 Resonansi

Sebuah kapasitor memiliki impedansi besar dan


frekuensi rendah pada arus bolak-balik, tetapi
memiliki impedansi kecil pada frekuensi tinggi.
Sebaliknya adalah benar untuk kumparan induktif
yang mana adanya perubahan hambatan dalam
arus, dan menghasilkan emf sebanding dengan
Albert Einstein (1879-
frekuensi. Apa yang terjadi ketika sebuah
1955). Nobelis Fisika
kumparan induktif dan kapasitor yang
1921
dihubungkan bersama secara seri pada generator
AC, seperti dalam diagram rangkaian angka 7.9.
Sekarang,kedua impedansi besar pada frekuensi
tinggi (karena kumparan) dan pada frekuensi
rendah (karena kapasitor) . Nilai terkecil dari
impedansi terjadi pada beberapa frequensi
menengah yang disebut frekuensi resonansi pada
arus. Kita akan menemukan bahwa jika hambatan
pada suatu kumparan cukup rendah, kemudian
impedansi meningkat pesat pada salah satu sisi
minimum sebagai frekuensi yang bergerak dari
frekuensi resonansi.
Fisika Kuantum 29

Dalam pengamatan itu, ternyata: (i) untuk suatu


jenis logam ada frekuensi cahaya minimal yang
diperlukan untuk melepaskan elektron, dan (ii)
semakin tinggi intensitas cahaya yang mengenai
permukaan suatu logam, makin banyak elektron
yang dilepaskan. Fakta eksperimen dari efek-
fotolistrik ini tak dapat dijelaskan dengan teori-
teori klasik seperti teori elektrodinamika
Gambar 1.4 Eksperimen
Maxwell. Pada tahun 1905, Einstein
Fotolistrik
mengemukakan bahwa proses tersebut dapat
diungkapkan sebagai masalah tumbukan
partikel.

Menurut Einstein, suatu berkas cahaya monokromatik dapat dipandang


sebagai kumpulan partikel-partikel yang disebut foton, yang masing-masing
berenergi ℎ𝜈 dimana 𝜈 adalah frekuensi cahaya. Jika suatu foton menumbuk
permukaan logam, energi foton itu dialihkan ke elektron dan ketika elektron
diemisikan dari permukaan logam energi kinetiknya adalah:

𝐾 = ℎ𝜈 − 𝑊 (1.5)

dengan W adalah fungsi kerja yang diperlukan untuk melepaskan elektron


dengan W ini bergantung pada jenis logam.

Pada tahun 1916 Millikan melakukan eksperimen seperti pada gambar 1.5.
Energi Kinetik K dapat diukur dengan memberikan potensial henti V
(sehingga 𝐾 = 𝑒𝑉) ditunjukkan oleh penunjukan ammeter sama dengan nol.
Fisika Kuantum 30

Jika 𝑉 = 0, maka 𝑊 = ℎ𝜈0 . Sedangkan konstanta Planck ℎ adalah kemiringan


kurva 𝑉 − 𝜈.

Gambar.1.5 Data yang diperoleh Millikan untuk


energi kinetik maksimum terhadap frekuensi
pada efek fotolistrik.

1.3 Sifat Gelombang-Partikel

Berdasarkan hasil-hasil eksperimen interferensi dan difraksi, teori tentang


cahaya sebagai gelombang telah mantap pada penghujung abad 19, terlebih
lagi karena keberhasilan teori elektromagnetik Maxwell. Namun, Einstein
menolak teori tersebut berdasarkan fenomena efek fotolistrik dimana
permukaan logam melepaskan elektron jika disinari dengan cahaya
berfrekuensi 𝜈 ≥ 𝑊/ℎ, dimana 𝑊 adalah fungsi kerja logam.
Fisika Kuantum 31

Menurut Einstein, dalam fenomena tersebut cahaya harus dipandang sebagai


kuanta yang disebut foton, yakni partikel cahaya dengan energi kuantum 𝐸 =
ℎ𝜈. Dalam teori relativitas khususnya (1905), hubungan energi dan
momentum suatu partikel diungkapkan sebagai berikut:

𝐸 2 = 𝑝2 𝑐 2 + 𝑚02 𝑐 4 (1.6)

dimana 𝑝 adalah momentum partikel, dan 𝑚0 adalah massa diam partikel


bersangkutan. Untuk foton, karena tidak mempunyai massa diam, sedangkan
energinya 𝐸 = ℎ𝜈, maka momentum foton adalah:

𝐸 ℎ
𝑝= = (1.7)
𝑐 𝜆

Dalam hal ini 𝜆 adalah panjang gelombang cahaya. Adanya momentum inilah
yang mencirikan sifat partikel dari cahaya.

Pada tahun 1924, Arthur H. Compton dalam eksperimennya mengamati


perubahan panjang gelombang sinar-X setelah dihamburkan oleh elektron
bebas (gambar 1.6).

Jika 𝜆′ dan 𝜆 masing-masing adalah panjang gelombang sinar-X sebelum dan


setelah terhambur, dan 𝑚, adalah massa diam elektron, maka diperoleh
hubungan:
Fisika Kuantum 32


𝜆′ − 𝜆 = (1 − cos 𝜃) (1.8)
𝑚0 𝑐

Gambar Arthur H.
Gambar 1.6 Hamburan Compton
Compton

Harga dari (ℎ/𝑚0 𝑐) = 0,00243 nm, disebut sebagai panjang gelombang


Compton. Karena ruas kanan selalu positif untuk semua harga sudut 𝜃, maka
𝜆′ > 𝜆. Artinya, energi foton terhambur adalah 𝐸 − 𝐸′. Pembuktian
persamaan (1.8) di atas hanya dapat dilakukan dengan memandang sinar-X
sebagai foton (partikel) yang memiliki momentum selain energi. Interaksi
dapat dipandang sebagai tumbukan elastis dimana total energi dan total
momentum sebelum dan sesudah tumbukan kekal. Jadi sinar-X sebagai
gelombang, juga memiliki sifat partikel.

Pada tahun 1924 juga, Louis de Broglie mengemukakan bahwa tidak hanya
cahaya yang memiliki sifat ganda, tetapi juga partikel. Suatu partikel dapat
juga memiliki sifat gelombang. Menurut de Broglie suatu partikel yang
memiliki momentum 𝑝 jika dipandang sebagai gelombang memiliki panjang
gelombang:
Fisika Kuantum 33


𝜆= (1.9)
𝑝

Panjang gelombang di sini disebut panjang gelombang de Broglie dari partikel


bermomentum 𝑝.

Sifat gelombang suatu partikel untuk pertama kalinya diperagakan


oleh Davisson dan Germer pada 1927; mereka berhasi memperlihatkan efek
difraksi dari berkas elektron ketika melalui celah sempit sebagaimana cahaya.

Berdasarkan persamaan (1.9), partikel bebas bermassa 𝑚 yang


1
bergerak dengan momentum 𝑝 = 𝑚𝑣 dan energi 𝐸 = 𝑝2 /2𝑚 = 2 𝑚𝑣 2 dapat

diungkapkan sebagai gelombang dengan amplitudo konstan. Sebagai


gelombang, partikel bebas itu memiliki kecepatan fasa: 𝑣𝑓 = 𝜆𝑣 = (ℎ/𝑝)(𝐸/
ℎ) = 𝐸/𝑝 = 𝑝/2𝑚 = 1/2𝑣. Jadi, kecepatan fasenya sama dengan setengah
kecepatan partikel. Ini sesuatu yang sulit diterima, hanya saja tidak
menimbulkan akibat secara eksperimen, karena kecepatan fasa suatu
gelombang tidak pernah dapat diukur; yang dapat diukur adalah kecepatan
grup, yakni 𝑣𝑔 = 𝑑𝜔/𝑑𝑘, dimana 𝜔 = 2𝜋𝜈 dan 𝑘 = 2𝜋/𝜆.
Fisika Kuantum 34

Gambar 1.7 Paket gelombang partikel yang


terlokalisasi di dalam jarak Δ𝑥

Secara intuisi fisis, jika amplitudo gelombang partikel bebas itu konstan, maka
gelombang tidak memiliki informasi tentang posisi partikel di dalam ruang.
Secara fisis, jika suatu partikel terlokalisasi dalam daerah Δ𝑥 tertentu maka
gelombang partikel itu haruslah mempunyai amplitudo (intensitas) yang besar
di dalam daerah itu dan sangat kecil di luar daerah itu.

Hal ini menggambarkan suatu paket gelombang seperti diperlihatkan


dalam gambar (1.7). kecepatan dengan mana paket gelombang menjalar
adalah kecepatan grup 𝑣𝑔 . Dengan 𝐸 = 𝑝2 /2𝑚, maka kecepatan grup adalah:
𝑣𝑔 = d𝜔/d𝑘 = d𝐸/d𝑝 = 𝑝/𝑚 = 𝑣. Jadi jelaslah bahwa kecepatan grup dari
gelombang partikel sama dengan kecepatan partikel itu sendiri.
Kesimpulannya adalah, suatu partikel yang terlokalisasi dalam suatu daerah
tertentu dapat dikaitkan dengan suatu paket gelombang yang amplitudonya
dominan hanya dalam daerah tersebut.

Agar suatu partikel terlokalisasi dalam ruang, maka paket gelombang


itu dapat dipandang sebagai hasil superposisi dari berbagai gelombang dengan
𝜆 berbeda. Jika paket gelombang itu memanjang dalam derah Δ𝑥, harga
bilangan gelombang dari gelombang-gelombang yang berinterferensi ada
dalam daerah Δ𝑘 sedimikian sehingga sesaui dengan analisa Fourier
diperoleh: Δ𝑥Δ𝑘~2𝜋. Tetapi dalam hubungannya dengan momentum, Δ𝑘 =
Δ𝑝/ℎ, sehingga dipenuhi:

Δ𝑥Δ𝑝~ℏ/2
1.10
Fisika Kuantum 35

Inilah yang dikenal sebagai prinsip ketidakpastian Heisenberg; menurut


prinsip ini, kita tidak bisa secara akurat pada saat yang sama mengukur posisi
dan momentum partikel dengan ketidakpastian Δ𝑥 = 0 dan Δ𝑝 = 0, tetapi
hanya dengan ketelitian

Δ𝑥Δ𝑝 ≥ ℏ/2 (1.11)

1.4 Teori Atom Bohr dan Spektrum Atom Hidrogen

Dalam paroh kedua abad 19, eksperimen


spektroskopi berkembang sangat pesat.
Karena emisi cahaya saat itu dipandang
sebagai hasil vibrasi-vibrasi, maka
hubungan harmonik antara garis-garis
spektrum tak dapat terungkapkan.

Johan J. Balmer
(1825-1898)
Pada tahun 1885, Johann Balmer mengemukakan bahwa panjang gelombang
semua garis spektrum atom hidrogen bisa diungkapkan dengan rumus empiris:
Fisika Kuantum 36

𝑛2
𝜆𝑛 = 𝑏 ( ) ; 𝑛 = 3,4,5, … (1.12)
𝑛2 − 4

dimana 𝑏 adalah suatu konstanta. Persamaan (1.12) ini selanjutnya secara


umum dituliskan sebagai berikut:

1 1 1
= 𝑅 ( 2 − 2) (1.13)
𝜆𝑛 2 𝑛

dengan 𝑅 = 1,0968 × 107 𝑚−1 disebut sebagai konstanta Rydberg. Karena


masih ada garis-garis spektrum yang tidak terliput dalam persamaan (1.14)
maka selanjutnya Balmer dan Ritz mengemukakan rumus yang lebih umum.

Dengan rumusan empiris ini, Lymann menemukan deret ultraviolet untuk


𝑚 = 1, 𝑛 = 2,3,4, … dan Paschen menemukan deret inframerah untuk 𝑚 = 3,
𝑛 = 4,5,6, ….

1 1 1
= 𝑅 ( 2 − 2) ; 𝑛 > 𝑚 (1.14)
𝜆𝑛 𝑚 𝑛

Berdasarkan percobaan hamburan partikel-𝛼, pada tahun 1911 Ernest


Rutherford menyarankan struktur atom yang terdiri dari inti bermuatan positif
dan elektron-elektron yang mengintarinya; elektron ditemukan pertama kali
oleh J. J. Thompson pada tahun 1897. Sayangnya teori fisika pada masa itu
belum mampu menjelaskan hasil penemuan E. Rutherford dalam kaitannya
dengan rumusan Balmer-Ritz di atas.
Fisika Kuantum 37

Pada tahun 1913, Niels Bohr mengombinasikan


konsep atom Rutherford dan sifat gelombang
partikel de Broglie, untuk menjelaskan rumusan
garis-garis spektrum atom hidrogen dari
Balmer-Ritz. Untuk itu, Bohr menggunakan dua
postulat dasar.
Ernest Rutherford
(1971-1919) Nobel
Kimia 1908
 Elektron adalah partikel yang mengedari inti hanya pada orbit-orbit
tertentu. Pada setiap orbit, elektron memiliki energi yang stasioner
sehingga tidak ada radiasi elektromagnetik yang diemisikan (hal ini
bertentangan dengan ramalan teori klasik). Pada orbit-orbit stasioner itu
momentum sudut elektron merupakan kelipatan bulat dari ℏ = ℎ/2𝜋,

𝐿𝑛 = 𝑛ℏ (1.15)

 Emisi atau absorpsi radiasi terjadi jika elektron melompat dari suatu orbit
stasioner ke orbit stasioner lainnya. Bila elektron melompat dari orbit
stasioner berenergi 𝐸𝑖 ke orbit di bawahnya yang berenergi 𝐸𝑓 , maka
elektron akan mengemisikan cahaya dengan foton yang berenergi sama
dengan:

𝐸𝑖 − 𝐸𝑓 = ℎ𝜈 (1.16)
Fisika Kuantum 38

Selanjutnya, secara klasik seperti


diperlihatkan dalam gambar (1.8) gaya tarikan
inti pada elektron di suatu orbit berjejari 𝑟
adalah:

Niels Bohr (1885-1952)


Nobel Fisika 1922

𝑒2
𝐹= (1.17)
4𝜋𝜀0 𝑟 2

dimana 𝑒 = 1,6 × 10−19 C, 𝜀0 =adalah


permitivitas ruang hampa, dan 1/(4𝜋𝜀0 ) = 9 ×
109 Nm2 /C2 . Pada saat yang sama, jika 𝑣
adalah kecepatan elektron dan 𝑚𝑒 = 9,11 ×
10−31 𝑘𝑔 adalah massanya, maka gaya
sentrifugal pada elektron adalah:
Gambar 1.8 Model atom
hidrogen menurut Bohr

𝑚𝑒 𝑣 2
𝐹= (1.18)
𝑟

Karena stasioner, kedua gaya dalam persamaan (1.17) dan (1.18) harus saling
meniadakan, sehingga kecepatan elektron adalah:
Fisika Kuantum 39

𝑒2
𝑣= √ (1.19)
4𝜋𝜀0 𝑚𝑒 𝑟

dan energi kinetiknya adalah:

𝑒2
𝐾= (1.20)
8𝜋𝜀0 𝑟

Karena energi potensial elektron itu adalah:

𝑒2
𝑉=− (1.21)
4𝜋𝜀0 𝑟

maka energi totalnya (𝐸 = 𝐾 + 𝑉) pada orbit berjejari 𝑟, adalah

𝑒2
𝐸=− (1.22)
8𝜋𝜀0 𝑟

Berdasarkan postulat pertama, diperoleh

𝐿𝑛 = 𝑚𝑒 𝑣𝑟𝑛 = 𝑛ℏ; 𝑛 = 1,2,3, … (1.23)

Jadi dengan persamaan (1.21) dan (1.22), kecepatan dapat dieliminasi


untuk memperoleh jari-jari orbit stasioner:
Fisika Kuantum 40

𝑛2 ℎ2 𝜀0
𝑟𝑛 = = 𝑛 2 𝑎0 (1.24)
𝜋𝑚𝑒 𝑒 2

dimana 𝑎0 = 5,292 × 10−11 𝑚, disebut sebagai jejari Bohr.

Jika persamaan (1.23) disubstitusikan ke persamaan (1.22) akan diperoleh


energi stasioner pada orbit ke-n sebagai berikut:

𝑚𝑒 𝑒 4
𝐸𝑛 = − (1.25)
8𝜀02 ℎ2 𝑛2

Untuk 𝑛 = 1, dapat dihitung 𝐸1 = −13,6 eV (1 eV = 1,6 × 10−19 J) dan


untuk 𝑛 = ∞ (paling luar), 𝐸∞ = 0.

Beda energi elektron antara orbital ke-𝑛 ke orbital ke-𝑚 dengan 𝑛 > 𝑚
adalah:

𝑚𝑒 𝑒 4 1 1
Δ𝐸 = 2 2 (𝑚 2 − 𝑛 2 )
(1.26)
8𝜀0 ℎ

Kalau elektron melompat dari orbital-𝑛 ke orbital-𝑚, elektron akan


mengemisikan foton berenergi ℎ𝜈, dengan mana akan diperoleh

1 1 1
= 𝑅 ( 2 − 2) (1.27)
λ 𝑚 𝑛
Fisika Kuantum 41

dimana ungkapan bagi konstanta Rydberg adalah

𝑚𝑒 𝑒 4
R= 2 2 (1.28)
8𝜀0 ℎ 𝑐

Berdasarkan postulat Bohr dalam persamaan (1.15) dan (1.28) dengan


menyatakan momentum 𝑝 = 𝑚𝑒 𝑣 maka 𝑝𝑟 = 𝑛ℏ. Selanjutnya dengan
menggunakan panjang gelombang de Broglie dalam persamaan (1.9)
diperoleh

2πr = 𝑛𝜆𝑛 (1.29)

Dan selanjutnya bila digabungkan dengan persamaan (1.24) maka

𝜆𝑛 = 𝑛(2𝜋𝑎0 ) (1.30)

Ini menunjukkan bahwa keliling orbit elektron merupakan kelipatan


bilangan bulat dari panjang gelombang de Broglienya.
Fisika Kuantum 42

Dari pemaparan di atas, jelaslah bahwa


Bohr telah berhasil menjelaskan rumus
empiris Balmer-Ritz tentang spektrum
atom hidrogen dengan memanfaatkan
sifat gelombang elektron. Spektrum
garis ternyata merupakan ungkapan
dari energi-energi orbital yang
stasioner.

Gambar 1.9 Tingkat-tingkat


energi elektron dalam atom
hidrogen.

Lebih jauh, energi-energi stasioner itu merupakan tingkatan energi yang


diskrit, seperti diperlihatkan dalam gambar (1.9) Pengertian energi negatif
adalah bahwa elektron terikat dalam atom karena tarikan intinya. Artinya,
elektron yang berada pada tingkatan energi 𝐸1 dapat dibebaskan dari
pengaruh inti dengan memberikan energi minimal sebasar 13,6 eV.

Teori Bohr memandang orbit-orbit elektron hanya berbentuk


lingkaran saja. Sommerfeld (1916) dan Wilson (1915) memasukkan orbital
berbentuk ellips. Menurut mereka, untuk sistem periodik berlaku:

∮ 𝑝𝑖 d𝑞𝑖 = 𝑛𝑖 ℎ; 𝑛𝑖 bilangan bulat (1.31)


Fisika Kuantum 43

dimana 𝑝𝑖 adalah
momentum linier, dan 𝑞𝑖
adalah koordinat dan
integral dilakukan terhadap
suatu perioda dari gerak
partikel.

Gambar 1.10 Orbit elektron berbentuk


ellips.

Untuk elektron yang mengorbit dengan lintasan berbentuk ellips, di mana


inti hidrogen sebagai salah satu fokus seperti pada gambar (1.10),
persamaan (1.31) dapat dituliskan sebagai:

∮ 𝑝𝜙 d𝜙 = 𝑛𝜙 ℎ; ∮ 𝑝𝑟 d𝑟 = 𝑛𝑟 ℎ (1.32)

Sebagai contoh pemakaian teori Sommerfeld, tinjaulah osilator harmonis


dengan massa 𝑚 pada sumbu-𝑥. Energi 𝐸 = (𝑝2 /2𝑚) + 2𝜋 2 𝑣 2 𝑚𝑥 2 ,
1
momentum: 𝑝 = (2𝑚𝐸 − 4𝜋 2 𝑣 2 𝑚2 𝑥 2 )2 .

1
𝑎
2𝐸 2
∮ 𝑝(𝑥)d𝑥 = 𝑚 ∫ ( − 4𝜋 2 𝑣 2 𝑥 2 ) d𝑥 = 𝑛ℎ
−𝑎 𝑚
Fisika Kuantum 44

di mana 𝑎 adalah amplitudo osilasi; berdasarkan hukum kekekalan energi:


1
𝑎 = [2𝐸/(4𝜋 2 𝑣 2 𝑚) ]2 . Dengan bantuan: 𝑥 = 𝑎 sin 𝜃, integrasi
memberikan 𝐸/𝑣 = 𝑛ℎ atau 𝐸 = 𝑛ℎ𝑣. Ini sama dengan yang dikemukakan
Planck.

Teori atom Bohr seperti telah dikemukakan membuka pandangan


orang tentang struktur atom. Tetapi selanjutnya disadari bahwa teori Bohr
itu memiliki beberapa masalah, antara lain:

 Jika atom memiliki lebih dari satu elektron, maka selain gaya tarik dari
inti ada pula gaya tolak antar elektron.
 Dengan pengamatan yang lebih teliti, ternyata kebanyakan garis
spektrum bukanlah garis tunggal melainkan merupakan gabungan dari
dua atau lebih garis yang sangat rapat.
 Dalam teori atom Bohr, posisi dan momentum secara pasti dapat
ditentukan, ini bertentangan dengan ketakpastian Heisenberg.
Masalah-masalah inilah yang selanjutnya memotivasi ahli fisika untuk
mencari teori baru.

Contoh Soal

1. Tentukan kecepatan perputaran elektron dalam model klasik dari atom


hidrogen. Dalam daerah spektrum panjang gelombang manakah
gelombang elektromagnetik dengan kecepatan sebesar itu?
Fisika Kuantum 45

Diketahui : r hidrogen = 5,3.10-11 m


Ditanya : Frekuensi perputaran elektron?
Jawab :
e
v =
40 mr

1,6.10 19
=
4 (3,14) (8,85.10 -12 ) (5,3.10 -11 ) (9,1.10 -31 )

1,6.10 19
=
5,36 x 10 -32

= 2,2.106 m/s

h 6,63.10 -34
λ = =
mv 9,1.10 -31 x 2,2.10 6

= 3,31 x 10-10 m

2. Cari panjang gelombang foton yang dipancarkan bila atom hidrogen


bertransisi dari keadaan n = 10 ke keadaan dasar.

Diketahui : n = 10 ke keadaan dasar deret lyman


R = 1,097.10-3 Ǻ-1
Ditanya : λ = ....?
Jawab :
1 1 1 
= R 2 - 2
 1 n 
Fisika Kuantum 46

1 1 
= 1,097.10-3  2 - 2 
1 10 

1 1 
= 1,097.10-3  - 
 1 100 
 99 
= 1,097.10-3  
 100 
= 1,086.10-3
1
λ =
1,086.10 -3
= 920,8 Ǻ
3. Sebuah atom hidrogen tereksitasi memancarkan foton 1.025,5 Ǻ ketika
jatuh ke tingkat dasar. Berapakah bilangan kuantum tingkat eksitasinya ?
Diketahui : λ = 1025,5 Ǻ
n1 = 1
R = 1,097.10-3 Ǻ-1
Ditanya : n2 = ..... ?
Jawab :

1  1 1 
= R  2 - 

  n1 n2
2

1 1 1 
= 1,097.10-3  2 - 2


1025,5 1 n2 

n - 2
1
9,75.10-4 = 1,097.10-3  2 2 

 n2 
2
-4 1,097.10 -3 - n 2 - - 6097.10 -3
9,75.10 = 2
n2
2
9,75.10-4 n22 = 9,75.10-3 n 2 - 9,75.10-3
Fisika Kuantum 47

2 2
9,75.10-4 n 2 - 1,097.10-3 n 2 = - 1,097.10-3
2
-1,22.10-4 n 2 = -1,097.10-3

2 1,097.10 3
n2 =
1,22.10 4
2
n2 = 9 ; n2 = 9 = 3

4. Berapa besar energi yang diperlukan untuk mengeluarkan elektron dalam


keadaan n = 2 dari atom hidrogen?

Diketahui : n = 2
me = 9,1.10-31 kg
e = 1,6.10-19
0 = 8,85 x 10-12 C2/Nm2
h = 6,63 X 10-34
Ditanya : E = .....?
Jawab :
1
me 4
E2 =  
80 h  4 
2 2

1 9,1.10 -31 (1,6.10 -19 ) 4


= = 0,12 x 10-17 J
4 8 x (8,85 x 10 -12 ) x (6,63.10 -34 )

Rangkuman
Fisika Kuantum 48

No Interaksi Fisika Klasik Fisika Kuantum


Radiasi-Materi

1 Radiasi benda Teori Rayleight – Teori Kuantum Max-


hitam Jeans : gelombang Planck: kumpulan
elektromagnet osilator muatan listrik
diemisikan oleh berada dalam
osilator muatan- kesetimbangan dengan
muatan listrik dan medan radiasi yang hanya
memberikan energi bisa memiliki energi :
8𝜋
sebesar 𝐸 = kbT 𝜀𝑛 = 𝑛ℎ𝑣 ,
𝜆4

𝑛 = 0,1,2 …

2 Efek fotolistrik  Efek fotolistrik  Efek fotolistrik terjadi


terjadi pada setiap pada frekuensi
frekuensi asalkan minimum
intensitasnya  Dapat menjelaskan
memenuhi Energi kinetik
 Tidak dapat maksimum yang
menjelaskan dialami elektron saat
Energi kinetik frekuensi cahaya
maksimum yang diperbesar
dialami elektron
saat frekuensi
cahaya diperbesar
Fisika Kuantum 49

3 Dualisme Cahaya berprilaku Cahaya mempunyai sifat


gelombang- sebagai gelombang dualisme yakni sebagai
partikel gelombang dan sebagai
partikel (foton)

4 Panas jenis zat  Panas jenis zat  Panas jenis zat padat
padat padat untuk semua semua bahan sama
bahan sama yakni yakni 6 cal/mol K, yang
6 cal/mol K, yang diperoleh dengan
diperoleh dengan mengasumsikan atom
mengasumsikan bergetar sebagai
atom bergetar osilator bebas yang
sebagai osilator energinya diskrit 𝜀𝑛 =
harmonis. 𝑛ℎ𝑣 , 𝑛 = 0,1,2 …
 Tidak dapat  Mampu menjelaskan
menjelaskan nilai nilai panas jenis zat
panas jenis zat padat mendekati nol
padat mendekati pada suhu rendah.
nol pada suhu
rendah.
5 Atom Hidrogen  Spektrum yang  Spektrum yang
dipancarkan dipancarkan diskrit.
kontiniu
Fisika Kuantum 50

1.5 Soal-soal latihan

1. Hitung Energi foton dari cahaya yang panjang gelombangnya 1000 nm

2. Sebuah elektron bergerak dengan laju 5x104 m/s. Hitunglah


gelombang de Broglie-nya

3. Dengan menggunakan hukum kekekalan energi dan momentum secara


serentak buktikanlah persamaan Compton

4. Energi ikat elektron dipermukaan logam K adalah 2 eV. Hitunglah


frekuensi minimal cahaya yag dapat melepaskan elektron dari
permukaan logam itu.

5. Hitunglah panjang gelombang dan frekuensi gelombang


elektromagnet yang diemisikan jika elektron dalam atom hidrogen
bertransisi dari orbital n=5 ke n =3.

6. Intensitas medan listrik pada jarak r dari pusat bola yang bermuatan
serba sama berjejari R dan bermuatan total Q ialah Qr/40R3 bila r <
R. Bola seperti itu bersesuaian dengan model atom Thomson.
Tunjukkan bahwa elektron dalam bola ini melakukan gerak harmonik
sederhana di sekitar pusat bola dan turunkan rumus untuk mencari
frekuensi gerak itu. Cari frekuensi isolasi elektron atom hidrogen dan
bandingkan dengan frekuensi garis spektral hidrogen.
7. Carilah bilangan kuantum yang menentukan orbit bumi mengelilingi
matahari. Massa bumi ialah 6 x 1024 kg, jejari orbitalnya ialah 1,5 x
1011 m dan kelajuan orbitalnya 3 x 104 m/s.
8. Cari panjang gelombang garis spektral yang bersesuaian dengan
transisi hidrogen dari keadaan n = 6 ke n = 3.
Fisika Kuantum 51

9. Atom tereksitasi bermassa m mempunyai kelajuan awal v


memancarkan foton dalam arah geraknya. Jika v « c, gunakan
persyaratan bahwa momentum linear dan energi kekal untuk
menunjukkan bahwa frekuensi foton lebih tinggi dengan v/v  v/c dari
pada kasus jika atom itu diam.
10. Sebuah muon -  (m = 20 me) dapat terperangkap oleh sebuah proton
untuk membetnuk “atom muonik”. Cari jejari orbit Bohr pertama
untuk atom seperti itu.

Jawaban Soal Latihan :

Daftar Pustaka.

Contoh Soal

5. Tentukan kecepatan perputaran elektron dalam model klasik dari atom


hidrogen. Dalam daerah spektrum panjang gelombang manakah
gelombang elektromagnetik dengan kecepatan sebesar itu?

Diketahui : r hidrogen = 5,3.10-11 m


Ditanya : Frekuensi perputaran elektron?
Jawab :
Fisika Kuantum 52

e
v =
40 mr

1,6.10 19
=
4 (3,14) (8,85.10 -12 ) (5,3.10 -11 ) (9,1.10 -31 )

1,6.10 19
=
5,36 x 10 -32

= 2,2.106 m/s

h 6,63.10 -34
λ = =
mv 9,1.10 -31 x 2,2.10 6

= 3,31 x 10-10 m

6. Cari panjang gelombang foton yang dipancarkan bila atom hidrogen


bertransisi dari keadaan n = 10 ke keadaan dasar.

Diketahui : n = 10 ke keadaan dasar deret lyman


R = 1,097.10-3 Ǻ-1
Ditanya : λ = ....?
Jawab :
1 1 1 
= R 2 - 2
 1 n 

1 1 
= 1,097.10-3  2 - 2 
1 10 

1 1 
= 1,097.10-3  - 
 1 100 
Fisika Kuantum 53

 99 
= 1,097.10-3  
 100 
= 1,086.10-3
1
λ =
1,086.10 -3
= 920,8 Ǻ
7. Sebuah atom hidrogen tereksitasi memancarkan foton 1.025,5 Ǻ ketika
jatuh ke tingkat dasar. Berapakah bilangan kuantum tingkat eksitasinya ?
Diketahui : λ = 1025,5 Ǻ
n1 = 1
R = 1,097.10-3 Ǻ-1
Ditanya : n2 = ..... ?
Jawab :

1  1 1 
= R  2 - 

  n1 n2
2

1 1 1 
= 1,097.10-3  2 - 2


1025,5 1 n2 

 n 22 - 1
9,75.10 -4
= 1,097.10  -3
2


 n2 
2
1,097.10 -3 - n 2 - - 6097.10 -3
9,75.10-4 = 2
n2
2
9,75.10-4 n22 = 9,75.10-3 n 2 - 9,75.10-3
2 2
9,75.10-4 n 2 - 1,097.10-3 n 2 = - 1,097.10-3
2
-1,22.10-4 n 2 = -1,097.10-3

2 1,097.10 3
n2 =
1,22.10 4
Fisika Kuantum 54

2
n2 = 9 ; n2 = 9 = 3

8. Berapa besar energi yang diperlukan untuk mengeluarkan elektron dalam


keadaan n = 2 dari atom hidrogen?

Diketahui : n = 2
me = 9,1.10-31 kg
e = 1,6.10-19
0 = 8,85 x 10-12 C2/Nm2
h = 6,63 X 10-34
Ditanya : E = .....?
Jawab :
1
me 4
E2 =  
80 h  4 
2 2

1 9,1.10 -31 (1,6.10 -19 ) 4


= = 0,12 x 10-17 J
4 8 x (8,85 x 10 -12 ) x (6,63.10 -34 )

Rangkuman

No Interaksi Fisika Klasik Fisika Kuantum


Radiasi-Materi

1 Radiasi benda Teori Rayleight – Teori Kuantum Max-


hitam Jeans : gelombang Planck: kumpulan
elektromagnet osilator muatan listrik
Fisika Kuantum 55

diemisikan oleh berada dalam


osilator muatan- kesetimbangan dengan
muatan listrik dan medan radiasi yang hanya
memberikan energi bisa memiliki energi :
8𝜋
sebesar 𝐸 = kbT 𝜀𝑛 = 𝑛ℎ𝑣 ,
𝜆4

𝑛 = 0,1,2 …

2 Efek fotolistrik  Efek fotolistrik  Efek fotolistrik terjadi


terjadi pada setiap pada frekuensi
frekuensi asalkan minimum
intensitasnya  Dapat menjelaskan
memenuhi Energi kinetik
 Tidak dapat maksimum yang
menjelaskan dialami elektron saat
Energi kinetik frekuensi cahaya
maksimum yang diperbesar
dialami elektron
saat frekuensi
cahaya diperbesar
3 Dualisme Cahaya berprilaku Cahaya mempunyai sifat
gelombang- sebagai gelombang dualisme yakni sebagai
partikel gelombang dan sebagai
partikel (foton)

4 Panas jenis zat  Panas jenis zat  Panas jenis zat padat
padat padat untuk semua semua bahan sama
bahan sama yakni yakni 6 cal/mol K, yang
Fisika Kuantum 56

6 cal/mol K, yang diperoleh dengan


diperoleh dengan mengasumsikan atom
mengasumsikan bergetar sebagai
atom bergetar osilator bebas yang
sebagai osilator energinya diskrit 𝜀𝑛 =
harmonis. 𝑛ℎ𝑣 , 𝑛 = 0,1,2 …
 Tidak dapat  Mampu menjelaskan
menjelaskan nilai nilai panas jenis zat
panas jenis zat padat mendekati nol
padat mendekati pada suhu rendah.
nol pada suhu
rendah.
5 Atom Hidrogen  Spektrum yang  Spektrum yang
dipancarkan dipancarkan diskrit.
kontiniu

1.5 Soal-soal latihan

1. Hitung Energi foton dari cahaya yang panjang gelombangnya 1000 nm

2. Sebuah elektron bergerak dengan laju 5x104 m/s. Hitunglah


gelombang de Broglie-nya
Fisika Kuantum 57

3. Dengan menggunakan hukum kekekalan energi dan momentum secara


serentak buktikanlah persamaan Compton

4. Energi ikat elektron dipermukaan logam K adalah 2 eV. Hitunglah


frekuensi minimal cahaya yag dapat melepaskan elektron dari
permukaan logam itu.

5. Hitunglah panjang gelombang dan frekuensi gelombang


elektromagnet yang diemisikan jika elektron dalam atom hidrogen
bertransisi dari orbital n=5 ke n =3.

6. Intensitas medan listrik pada jarak r dari pusat bola yang bermuatan
serba sama berjejari R dan bermuatan total Q ialah Qr/40R3 bila r <
R. Bola seperti itu bersesuaian dengan model atom Thomson.
Tunjukkan bahwa elektron dalam bola ini melakukan gerak harmonik
sederhana di sekitar pusat bola dan turunkan rumus untuk mencari
frekuensi gerak itu. Cari frekuensi isolasi elektron atom hidrogen dan
bandingkan dengan frekuensi garis spektral hidrogen.
7. Carilah bilangan kuantum yang menentukan orbit bumi mengelilingi
matahari. Massa bumi ialah 6 x 1024 kg, jejari orbitalnya ialah 1,5 x
1011 m dan kelajuan orbitalnya 3 x 104 m/s.
8. Cari panjang gelombang garis spektral yang bersesuaian dengan
transisi hidrogen dari keadaan n = 6 ke n = 3.
9. Atom tereksitasi bermassa m mempunyai kelajuan awal v
memancarkan foton dalam arah geraknya. Jika v « c, gunakan
persyaratan bahwa momentum linear dan energi kekal untuk
menunjukkan bahwa frekuensi foton lebih tinggi dengan v/v  v/c dari
pada kasus jika atom itu diam.
Fisika Kuantum 58

10. Sebuah muon -  (m = 20 me) dapat terperangkap oleh sebuah proton


untuk membetnuk “atom muonik”. Cari jejari orbit Bohr pertama
untuk atom seperti itu.

Jawaban Soal Latihan :

Daftar Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai