Anda di halaman 1dari 23

PERCOBAAN I

DASAR-DASAR PENGUAT OPERASIONAL

A. Pelaksanaan Praktikum
1. Tujuan : a. Mengukur tegangan offset masukan Op-Amp 741.
b. Mengukur CMRR Op-Amp.

2. Hari, Tanggal : Senin, 30 Maret 2015

3. Tempat : Laboratorium Fisika, FKIP Universitas Mataram

B. Landasan Teori
Penguat operasional atau yang bisa disingkat dengan op-amp adalah penguat dc
yang berpenguatan sangat tinggi, yang mempergunakan rangkaian umpan blaik
(feedback) luar untuk mengatur responnya. Op-amp berupa rangkaian terpadu IC, yang
mempunyai dua masukan dan satu keluaran. Op-amp memiliki masukan membalik
(inverting) dan masukan tak membalik (non inverting) (Wahyudi, 2014: 63).
Penguat operasional adalah sebuah penguat instan yang bisa langsung dipakai
untuk banyak aplikasi penguatan. Sebuah penguatan operasional biasanya berupa IC
(Integrated Circuit). Pengemasan penguat operasional dalam IC bermacam, macam, ada
yang berisi saru op-amp (741), dua op-amp (4558, LF356), empat op-amp (LM324,
TL084), dll (Widodo, 2000: 65).
Keuntungan dari pemakaian penguatan operasional adalah karakteristiknya yang
mendekati ideal sehingga dalam merancang rangkaian yang menggunakan penguat ini
lebih mudah. Selain itu, penguat ini bekerja pada tingkatan yanag cukup dekat dengan
karakteristik kerjanya secara teoritis. Dari sudut sinyal sebuah penguat operasional
mempunyai tiga terminal, yaitu dua terminal masukan dan satu terminal keluaran
(Sutrisno, 2002: 60).
C. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Signal generator 1 set
b. Power supply 1 set
c. Multimeter digital 1 set
d. Papan roti 1 set
e. Probe kait 1 set
f. Kabel penghubung 1 set
g. Op-amp 741 1 set
h. Resistor 1 set
i. Kabel tambahan 1 set
2. Bahan
-
D. Cara Kerja
a. Menentukan tegangan offset masukan op-amp 741
1. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan.
2. Membuat rangkaian seperti gambar di bawah ini.

3. Mengukur tegangan output rangkaian dengan menggununakan volt ac digital.


4. Menghitung penguat tegangan lingkar tutup.
5. Menghitung tegangan offset masukan.
b. Menentukan CMRR IC op-amp 741
1. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan.
2. Membuat rangkaian seperti gambar di bawah ini.
3. Menyetel frekuensi signal generator antara 60-100 Hz.
4. Mengukur tegangan masukan Vin dengan menyetel nilai rms paling tidak bernilai 2
V. Tegangan ini disebut tegangan masukan modus bersama (Vin(CM)).
5. Menggukur tegangan keluaran (Vout) dengan menggunakan voltmeter ac digital.
6. Menghitung penguat diferensial.
7. Menghitung nilai CMRR.
E. Hasil Pengamatan
1. Tabel 1. Menentukan Tegangan offset Masukan
Tegangan Tegangan
Gambar gelobang Hambatan Lingkar Offset

R1 = 100kΩ
10 V 0,25 V

R2 = 1 MΩ

2. Tabel 2. Menentukan CMRR IC op-amp 741


Gambar Gelombang R Vin(CM) Vout Adif Acm CMRR

R1=
R3=
100
Ω
10V 10,2V 103x 1,02x 59,8dB
R2=
R4=
100

F. Analisis Data
Diketahui : Vi= 10 V
Vo= 10,2 V
f= 1000 Hz
R1=R2= 100 Ω
R3=R4= 100 k Ω
Ditanyakan :
a. Adif
b. Acm
c. CMRR

Penyelesaian :

a. Adif
𝑅2 𝑅4
𝐴𝑑𝑖𝑓 = =
𝑅1 𝑅3
100𝑘Ω
=
100Ω
= 1000𝑥
Jadi, besar nilai penguat tegangannya adalah 1000x.
b. Acm
𝑉𝑜
𝐴𝐶𝑀 =
𝑉𝑖(𝐶𝑀)
10,2𝑉
=
10𝑉
= 1,02𝑥
Jadi, besar nilai penguat modus bersama yaitu 1,02x.
c. CMRR
𝐴𝑑𝑖𝑓
𝐶𝑀𝑅𝑅 = 20 𝑙𝑜𝑔
𝐴𝐶𝑀
1000
= 20 𝑙𝑜𝑔
1,02
= 59,8 𝑑𝐵
Jadi, besar nilai CMRR adalah 59, 8 dB.

G. Pembahasan
Percobaan kali ini yaitu mengenai dasar-dasar penguat operasional yang
bertujuan untuk mengukur tegangan offset masukan op-amp 741 dan mengukur CMRR
op-amp 741. Penguat operasional (op-amp) adalah sebuah penguat instan yang bisa
langsung dipakai untuk banyak aplikasi penguatan. Penguat operasional (OP-AMP)
adalah penguat yang mempunyai dua masukan pengatur dan keluaran yang ditentukan
oleh kedua tegangan masukan. CMRR merupakan parameter OP-AMP yang sangat
penting untuk menunjukkan kinerja OP-AMP. Parameter CMRR didefinisikan sebagai
komponen OP-AMP untuk menekan penguatan tegangan (common mode). Semakin
besar CMRR maka OP-AMP diharapkan dapat menekan penguatan sinyal yang tidak
diinginkan sekecil-kecilnya. OP-AMP dan CMRR yang semakin besar akan semakin
baik.
Percobaan pertama yaitu menentukan tegangan offset masukann. kami
menggunakan OP-AMP 741 dengan resistor 100𝑘 Ω dan 1 𝑀Ω. Tegangan lingkar yang
kami peroleh adalah 10V. Tegangan ini diperoleh dari tegangan masukan yang kami atur
pada power supply, sedangkan tegangan offset yang kami peroleh dengan pengukuran
menggunakan multimeter adalah 0,25 V. Bentuk gelombang yang dihasilkan seperti yang
terlihat pada layar osciloscop adalah gelombang sinusoida.
Percobaan kedua yaitu menentukan CMRR. Berdasarkan data yang kami peroleh
pada percobaan kali ini dperoleh nilai CMRR yaitu sebesar 59,83 dB. Nilai CMRR ini
merupakan besarnya nilai penolakan penguat terhadap isyarat modus bersama. Penguat
modus bersama(Acm) dan penguat differensial 𝐴 𝑑𝑖𝑓 pada percobaan kali ini memiliki
nilai sebesar 1,02 dan 1000 kali. Dari data ini dapat dilihat bahwa nilai ACM tidak sama
dengan nol dan nilainya lebih kecil dari penguat differensial, sedangkan menurut teori
nilai ACM harus sama dengan nol karena OP-AMP yang baik memiliki penguatan
tegangan 𝑄1 = 𝑄2 maka tegangan keluarannya adalah nol sehingga ACM akan bernilai
nol, dan jika kedua input dihubungkan singkat dan diberikan tegangan maka output OP-
AMP mestinya nol. Sama seperti percobaan pertama ketika menentukan teganagan offset
masukan, gelombang yang dihasilkan pada percobaan kedua juga gelombang sinusoida.
Ketidaksesuaian yang kami peroleh antara hasil percobaan dengan teori kemungkinan
disebabkan karena kurangnya ketelitian kami dalam merangkai alat, kesalahan dalam
membaca skala pada multimeter maupun kurangnya efisiensi alat-alat yang kami
gunakan.

H. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan, analisis data dan pembahasan dapat


disimpulkan sebagai berikut :

a. Penguat operasional (OP-AMP) adalah penguat yang mempunyai dua masukan


pengatur dan keluaran yang ditentukan oleh kedua tegangan masukan.
b. Parameter CMRR merupakan komponen OP-AMP untuk menekan penguat
tegangan (common mode).
c. Tegangan lingkar yang kami peroleh adalah 10V dan tegangan offset yang
kami peroleh dengan pengukuran menggunakan multimeter adalah 0,25 V.
d. Nilai CMRR yang diperoleh adalah 59,83 dB sedangkan Penguat modus
bersama(Acm) dan penguat differensial 𝐴 𝑑𝑖𝑓 pada percobaan kali ini memiliki
nilai sebesar 1,02 dan 1000 kali.
e. Dari data dilihat bahwa nilai ACM tidak sama dengan nol dan nilainya lebih
kecil dari penguat differensial.
f. Jika dua buah input dihubungkan singkat dan diberikan tegangan maka output
OP-AMP mestinya nol.
g. Bentuk gelombang yang dihasilkan seperti yang terlihat pada layar osciloscop
adalah gelombang sinusoida.
2. Saran
Alat yang tidak dapat berfungsi dengan baik sebaiknya diperbaiki atau diganti
LAPORAN II

PENGUAT INVERTING

A. Pelaksanaan Praktikum
1. Tujuan : a. Membuktikan penguatan pada amplifier yang
hanya bergantung pada hambatan umpan balik dan
input rangkaian.
b. Mengoperasikan Op-Amp.
2. Hari, Tanggal : Senin, 6 April 2015

3. Tempat : Laboratorium Fisika, FKIP Universitas Mataram

B. Landasan Teori
Penguat membalik adalah suatu penguat dimana isyarat keluaran yang merupakan
hasil penguatan, berbeda fase 180o dengan isyarat masukan atau berlawanan fase. Pada
penguat membalik, isyarat masukan diberikan ke masukan yang negative dan masukan
yang tidak membalik ditanahkan. Perhatikan rangkaian pada Gambar 2.1 di bawah ini

Gambar

Pada gambar di atas terlihat bahwa sebagian dari keluaran diumpankan kembali melalui
Rf (Wahyudi,2014 :64-70).

Pada rangkaian dasar penguat inverting adalah dimana sinyal masukkannya dibuat
melalui input inverting. Seperti tersirat pada namanya, tentu sudah menduga bahwa fase
keluaran dari penguat inverting ini akan selalu berbalikan dengan inputnya. Input non-
inverting dihubungkan ke ground, atau V+ = 0. Dengan mengingat dan menimbang aturan
1 yaitu perbedaan tegangan antar input V+ dan V- adalah nol (V+ - V-= 0 atau V+= V-),
maka akan dipengaruhi V-= V+= 0. Karena nilainya = 0 namun tidak terhubung langsung
ke ground, input op-amp V-ini dinamakan virtual ground (Yudistira,1997: 104).

Sinyal keluaran penguat operasional pada rangkaian penguat pembalik (inverting


amplifier) diumpan balikan melalui Rf ke masukan yang sama. Pada prinsip penguat
operasional (Operational Amplifier) ideal memiliki impedansi masukan yang sangat besar
hingga dinyatakan sebagai impedansi masukan tak hingga (infinite input impedance).
Kondisi penguat operasional yang memiliki impedansi masukan tak hingga tersebut
menyebabkan tidak adanya arus yang melewati masukan membalik (inverting input) pada
penguat operasional ( Milman,1997 : 70).

C. Alat dan Bahan


1. Alat
a. Power Supply 1 buah
b. Signal Generator 1 buah
c. Oscilloscope 1 buah
d. Multimeter 1 buah
e. Resistor 1 set
f. Probekait 1 set
g. Papan Roti 1 buah
h. Op-Amp 1 buah
i. Kabel Penghubung 1set

2. Bahan
-
D. Langkah Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Menggunakan kabel penghubung untuk membuat rangkaian seperti pada gambar di
bawah ini.

Gambar 2.1 Rangkaian Untuk Percobaan Penguat Inverting


3. Menggunakan tegangan simetri untuk mengaktifkan Op-Amp set Rf =1 kΩ.
4. Mengatur signal generator pada frekuensi 100 Hz dan keluaran kira-kira 10 mV.
5. Menghubungkan oscilloscope pada input dan output Op-Amp.
6. Mengecek rangkaian dengan teliti.
7. Mengamati bentuk gelombang yang dihasilkan.
8. Mengukur tegangan ac masukan dan keluarannya dengan menggunakan voltmeter ac.
9. Mengulangi langkah kerja 4,6, dan 8 dengan mengubah nilai Rf.

E. Hasil Pengamatan
1. Tabel
1.1.Tabel Tegangan Efektif dan Penguat Tegangan
Hambatan (kΩ) Tegangan Efektif (V) Penguat Tegangan
(kali)
No
Input Umpan input Output Teori Pengukuran
Balik
1. 1 1 2,0 2,2 1 1,1

2. 1 10 1,9 0,5 0,1 0,2

2. Gambar Gelombang Masukan dan Keluaran


Keterangan Gambar :
Atas : Masukan
Bawah : Keluaran

F. Analisis Data
a. Berdasarkan Teori
 Untuk Rf = 1 kΩ
Diketahui :
Ri = 1 kΩ
Rf = 1 kΩ
Ditanya :
Av = …?
Penyelesaian :
𝑅
𝐴𝑣 = 𝑅 𝑖
𝑓

1 kΩ
= 1 kΩ

= 1 𝑘𝑎𝑙𝑖
Jadi, penguat rangkaian menurut teori adalah 1 kali.
 Untuk Rf = 10 kΩ
Diketahui :
Ri = 1 kΩ
Rf = 10 kΩ
Ditanya :
Av = …?
Penyelesaian :
𝑅
𝐴𝑣 = 𝑅 𝑖
𝑓

1 kΩ
= 10 kΩ

= 0,1 𝑘𝑎𝑙𝑖
Jadi, penguat rangkaian menurut teori adalah 0,1 kali.
b. Berdasarkan Percobaan
 Untuk Rf = 1 kΩ
Diketahui :
Vo = 2,2 v
Vi = 2,0 v
Ditanya :
Av = …?
Penyelesaian :
𝑉
𝐴𝑣 = 𝑉𝑜
𝑖

2,2 v
= 2,0 v

= 1,1 𝑘𝑎𝑙𝑖
Jadi, penguat rangkaian menurut teori adalah 1,1 kali.
 Untuk Rf = 10 kΩ
Diketahui :
Vo = 0,5 v
Vi = 1,9 v
Ditanya :
Av = …?
Penyelesaian :
𝑉
𝐴𝑣 = 𝑉𝑜
𝑖

0,5 v
= 1,9 v

= 0,2 𝑘𝑎𝑙𝑖
Jadi, penguat rangkaian menurut teori adalah 0,2 kali.

G. Pembahasan
Tujuan dari praktikum ini adalah membuktikan penguatan pada amplifier yang
hanya bergantung pada hambatan umpan balik dan input rangkaian dan dapat
mengoperasikan Op-Amp. Penguat membalik adalah suatu penguat dimana isyarat
masukan dengan keluaran berlawanan fase, yaitu 180o. Pada penguat membalik isyarat
masukan diberikan ke masukan negative dan masukan yang tidak membalik ditanahkan.
Pada praktikum ini digunakan nilai hambatan masukan (Ri) yang tetap, yaitu 1
kΩ. Sedangkan nilai hambatan umpan baliknya (Rf) diubah, yaitu berturut-turut 1 kΩ dan
10 kΩ. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh perubahan nilai Rf terhadap
penguatan pada rangkaian. Dari percobaan yang dilakukan didapatkan hasil untuk Ri = 1
kΩ dan Rf = 1 kΩ, nilai tegangan efektif masukannya adalah 2,0 v dan nilai tegangan
efektif keluarannya adalah sebesar 2,2 v. Sedangkan untuk Ri = 1 kΩ dan Rf = 10 kΩ
didapatkan hasil nilai tegangan efektif masukan sebesar 1,9 v dan nilai tegangan efektif
keluaran adalah 0,5 v. Hasil dari percobaan tersebut belum sesuai dengan teori yang ada
di beberapa refrensi yang dibaca. Hal ini dapat disebabkan karena kesalahan dari alat
maupun dari praktikan sendiri.
Dari percobaan dan hasil pengamatan dapat dilihat bahwa penguatan inverting
yang terjadi tidak semuanya mengalami penguatan yang sempurna atau persis dengan
perhitungan berdasarkan teori. Padahal karakteristik penguatan inverting pada Op-Amp
adalah menguatkan tegangan input namun pembalik, artinya penguatan yang terjadi
nantinya memiliki tegangan output yang negative atau berbeda dengan bentuk sinyal
tegangan input. Nilai dari penguatan berdasarkan pengukuran dengan nilai Rf yang
berbeda berturut-turut adalah 1,1 kali dan 0,2 kali. Sedangkan pernguatan berdasarkan
perhitungan yang sesuai dengan teori berturut-turut adalah 1 kali dan 0,1 kali. Penguatan
yang tidak sempurna atau tidak sesuai dengan teori dikarenakan factor pengaturan nilai
Rf,selain itu dikarenakan saat pengukuran Rf yang berfungsi sebagai variasi penguatan,
pengukuran dilakukan dalam kondisi Rf masih terhubung dengan rangkaian meskipun
tanpa tegangan yang mengalir.
Telah disinggung di atas bahwa penguat inverting akan berbeda fase antara
isyarat masukan dengan isyarat keluaran sebesar 180o. Hal ini telah dibuktikan pada
percobaan yang dilakukan dengan melihat bentuk gelombang dari kedua isyarat tersebut
melalui oscilloscope. Namun, dari gelombang yang terlihat bentuk gelombang
keluarannya tidak sinusoidal. Hal ini dapat disebabkan oleh kesalahan praktikan saat
merangkai alat atau kesalahan dari alat yang digunakan.

H. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan, hasil pengamatan, dan pembahasan dapat disimpulkan :
a. Penguatan amplifier atau dalam praktikum ini menggunakan penguatan inverting,
nilainya hanya bergantung pada nilai hambatan umpan balik dan input rangkaian.
b. Isyarat masukan dengan isyarat keluaran pada penguat inverting berbeda fase
180o.
c. Pada penguat inverting tegangan input dihubungkan dengan pin inverting Op-
Amp dan pin non inverting digroundkan.
d. Percobaan ini bisa dikatakan gagal, karena hasil yang didapat tidak sesuai dengan
teori yang ada. Salah satunya bentuk gelombang keluaran yang seharusnya
sinusoidal, tetapi dalam praktikum ini terdapat noise-noise yang terbentuk. Hal ini
disebabkan karena alat-alat yang digunakan kurang baik dan ada kesalahan saat
merangkai oleh praktikan.
2. Saran
-
PERCOBAAN IV

OP-AMP SEBAGAI VOLTAGE FOLLOWER

A. Pelaksanaan Praktikum
1. Tujuan : Mengamati bentuk gelombang keluaran dari Op-Amp
sebagai voltage follower.

2. Hari, Tanggal : Senin, 20 April 2015

3. Tempat : Laboratorium Fisika, FKIP Universitas Mataram

B. Landasan Teori
Salah satu aplikasi op-apm adalah buffer atau dapat disebut juga sebagai
pengikut tegangan (voltage follower). Pengikut tegangan biasanya didefinisikan sebagai
rangkaian dengan penguatan satu. Di antara masukan dan keluaran terdapat isolasi
impedansi. Keluaran dari op-amp terhubung pada masukan inverting dan tegangan
masukan dihubungkan pada masukan no-inverting. Hambatan umpan balik sama dengan
nol (Jayadin, 2007: 59).
Rangkaian voltage follower berguna untuk meningkatkan arus tanpa mengubah
tegangannya. Digunakan untuk mengubah sinyal berimpedansi tinggi (mudah terbebani)
menjadi sinyal berimpedansi rendah (sukar terbebani) yang kokoh. Gain tegangan satu
(Surjono, 2007:165).
Buffer adalah sirkuit yang sangat berguna, karena membantu untuk mengatasi
banyak masalah impedansi. Impedansi input buffer op-amp sangat tinggi, dekat hingga
tak terbatas. Dan output impedansi sangat rendah, hanya beberapa ohm. Ini berarti kita
dapat menggunakan buffer untuk membantu rantai bersama sub-sirkuit secara bertahap
tanpa khawatir tentang masalah impedansi. Buffer memberikan manfaat serupa dari
pengikut emitor kita melihat dengan transistor, tetapi senderung bekerja lebih idealnya
(Nurwati, 2007: 128)
C. Alat dan Bahan
1. Alat
a. Power supply 1 buah
b. Multimeter 1 buah
c. Papan roti 1 buah
d. Kabel penghubung 1 set
e. Oscilloscop 1 buah
f. Signal generator 1 buah
g. Op-Apm 1 buah
h. Probe kait 4 buah
2. Bahan
-
D. Cara Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan.
2. Menggunakan kabel penghubung untuk membuat rangkaian seperti gambar di bawah.

3. Mengukur fungsi generator pada 100Hz dan 5V.


4. Menghubungkan oscilloscop pada output Op-Amp dari keluaran generator signal.
5. Mengatur oscilloscop secara perlahan-lahan sampai didapatkan bentuk gelombang
yang diinginkan.
6. Mengukur dan mencatat tegangan puncak ke puncak.
7. Mengukur dan mencatat pula sinyal input Vin pada output signal generator dengan
menggunakan oscilloscop.
8. Membandingkan fase dari input dan output.
E. Hasil Pengamatan
1. Tabel 1. Tegangan Masukan dan Tegangan keluaran
Vin Vout 𝑉𝑜𝑢𝑡
Gain ( 𝑉𝑖𝑛 )
(V) (V)
6,70 6,75 1,007

2. Tabel 2. Gambar Gelombang Sinyal Masukan dan Sinyal Keluaran


Sinyal Input Gambar Pembanding

Sinyal Output Gambar Pembanding

F. Analisis Data
-
G. Pembahasan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengamati bentuk keluaran dari Op-
Amp sebagai voltage follower. Salah satu aplikasi op-amp adalah buffer atau dapat
disebut juga sebagai pengikut tegangan (voltage follower). Pengikut tegangan biasanya
didefinisikan sebgai rangkaian dengan penguatan satu. Di antara masukan dan keluaran
terdapat isolasi impedansi. Keluaran dari op-amp terhubung pada masukan inverting dan
tegangan masukan dihubungkan pada masukan non-inverting. Hambatan umpan balik
sama dengan nol.
Rangkaian voltage follower berguna untuk meningkatkan arus tanpa mengubah
tegangannya. Digunakan untuk mengubah sinyal berimpedansi tinggi (mudah terbebani)
menjadi sinyal berimpedansi rendah (mudah terbebani) yang kokoh. Gain tegangannya
satu.
Hasil dari praktikum kali ini adalah mengukur nilai penguat tegangan pada
rangkaian. Nilai tegangan masukan pada rangkaian adalah 6,70 V. Nilai tegangan
keluaran pada rangkaian adalah 6,75 V. Daru hasil tersebut diperoleh nilai penguat
tegangan sebesar 1,007 kali. Selain itu, dari hasil pengamatan juga diperoleh bentuk
gelombang masukan dan gelombang keluaran.
Dalam praktikum ini terdapat kesalahan. Namun kesalahan tersebut sangat kecil.
Dalam teori dikatakan bahwa pengikut tegangan biasanya didefinisikan sebagai rangkaian
dengan penguatan satu. Seharusnya, nilai tegangan keluaran pada rangkaian adalah sama
dengan nilai tegangan masukan sehingga nilai penguat tegangannya adalah satu. Selain
itu, dalam rangkaian tidak menggunakan hambatan yang dapat membagi tegangan.
Kesalahan ini disebabkan oleh kurangnya ketelitian dalam merangkai alat-alat dalam
rangkaian. Selain itu, alat-alat yang digunakan juga kurang efisien sehingga
membutuhkan waktu yang cukup lama saat praktikum.
H. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan sebgaia
berikut:
a. Pengikut tegangan hiasanya didefinisikan sebagai rangkaian dengan penguatan
satu.
b. Nilai tegangan masukan adalah 6,70 V.
c. Nilai tegangan keluaran adalah 6,75 V dengan penguat tegangan 1,007x.
d. Berdasarkan teori, seharusnya nilai tegnagan keluaran sama dengan nilai tegangan
masukan.
2. Saran
-
PERCOBAAN VI

RANGKAIAN INTEGRATOR

A. Pelaksanaan praktikum
1. Tujuan : a. Menysun rangkaian OP-Amp sebagai rangkaian
integrator dan memahami karakteristik
pengoprasiannya.
b. Mempelajari hasil proses integrator pada keluaran
dengan memberikan masukan gelombang kotak,
segitiga dan sinusoidal.

2. Hari, Tanggal : Senin, 11 Mei 2015

3. Tempat : Laboratorium Fisika, FKIP Universitas Mataram

B. Landasan teori
Integrator aktif terdiri dari dari dua kata, yaitu integrator dan aktif. Integrator
adalah rangkaian dimana keluaran sebanding dengan integral masukannya. Sedangkan
aktif berarti beberapa komponennya menggunakan komponen aktif, yakni komponen
elektronik yang dapat bekerja bila ada daya .sebagai komponen aktif dalam hal ini adalah
OP-Amp(wahyudi,2014:17).
Integrator merupakan untaian yang dapat melakukan oprasi integrasi matematis
pada sinyal masukan. Jika tegangan masukan ingsutan DC dan arus prasikap masukan
dari op-Amp tidak dapat diabaikan maka tegangan dan arus ini akan diintegrasikan pada
kapasitor C. sehingga pada keluaran akan nampaktegangan tambahn yang bertambah
linier dengan waktu. Hal ini terjadi sampai penguatan mencapai titik
terjauh(susanto,2006:17).
Pada integrator RC, jika tetapan waktu = RC<<T maka kapasitor akan terisi penuh
dengan waktu T/2. Akan tetapi jika tetapan waktu = RC>>T maka sebelum kapasitor
terisi penuh, tegangan sumber Vs sudah berbalik menjadi negative. Belum lagi terisi
penuh, Vs (tegangan masukan/tegangan sumber) keluaran akan berupa suatu tegangan
yang berbentuk segitiga(jayadin.2007:67).
C. Alat dan bahan
1. Alat
a. Multimeter 1 buah
b. Osciloskop 1 buah
c. Signal generator 1 buah
d. Powersupply 1 buah
e. Kabel penghubung 1 set
f. Probe kait 1 set
2. Bahan
a. Resistor22 kohm 1 buah
b. Kapasitor 47 nf 1 buah
c. IC OP-Amp 741 1 buah
D. Prosedur percobaan
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
2. Menyusun rangkaian op-amp integrator seperti gambar dibawah ini

3. Mengatur isyarat masukan dari sgnal generator untuk menghasilkan isyarat kotak 1
Vpp pada frekuensi 1 kHz.
4. Menggunakan chanel 1 pada oscilloscope untuk gelombang masukan dan chanel 2
untuk isyarat keluaran. Mengatur time/div dan volt/div agar seluruh layar oscilloscope
hanya ditempati oleh satu gelombang saja.
5. Menggambar bentuk gelombang pada table hasil pengamatan.
E. Hasil pengamatan
1. Table gelombang kotak
Table 1.1 gelombang pada Chanel 1 gelombang masukan
Gambar sebenarnya Gambar pembanding CH 1(isyarat Masukan)

Time/div : 0,5 m/s


Volt/dif : 1 mV

Table 1.2 gelombang pada chanel 2 gelombang keluaran


Gambar sebenarnya Gambar pembanding CH 1(isyarat
keluaran)

Time/div : 0,5 m/s


Volt/dif : 1 mV

2. Tabel gelombang segitiga


Table 2.1 gelombang pada chanel 1 gelombang masukan
Gambar sebenarnya Gambar pembanding CH 1(isyarat Masukan)

Time/div : 0,2 m/s


Volt/dif : 1 V

Table 2.2 gelombang pada chanel 2 gelombang keluaran


Gambar sebenarnya Gambar pembanding CH 2(isyarat
keluaran)

Time/div : 0,5 m/s


Volt/dif : 1 mV

3. Tabel gelombang sinusoidal


Table 3.1 gelombang pada chanel 1 gelombang masukan
Gambar sebenarnya Gambar pembanding CH 1(isyarat
Masukan)

Time/div : 0,5 m/s


Volt/dif : 1 mV

Table 3.2 gelombang pada chanel 2 gelombang keluaran


Gambar sebenarnya Gambar pembanding CH 2(isyarat
keluaran)

Time/div : 0,5 m/s


Volt/dif : 1 Volt
F. Analaisis data
-

G. Pembahasan
Integrator merupakan untaian yang dapat melakukan integrasi matematis pada
sinyal masukan. Jika tegangan masukan ingsutan DC dan arus prasikap masukan dari Op-
Amp tidak dapat diabaikan maka tegangan dan arus ini akan diintegrasikan pad capasitor
C. sehingga pada keluaran akan tampak tegangan tambahan yang bertambah linier
dengan waktu. Hal ini terjadi sampai penguat mencapai titik jauh.
Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa dapat menyusun rangkaian op-
amp sebagai rangkaian integrator dan memaghami karakteristik pengoprasiannya dan
agar mahasiswa dapat mempelajari hasil proses integrator pada keluaran dengan
memberikan masukan gelombang kotak, segitiga dan sinusoidal. Dari praktikum yang
telah dilakukan diperoleh ketika gelombang masukan berbentuk kotak maka keluarannya
juga kotak dan ketika gelombang masukannya segitiga maka keluaran juga segeitiga.
Ketika gelombang masukan sinusoidal gelombang keluaran juga sinusoidal.
Integrator memiliki karakteristik keluaran dari rangkaian ini menghasilkan
tegangan yang sama atau sebanding dengan integrasi masukannya. Setelah dilakukan
praktikum ternyata bukan haya tegangan keluaran yang sama dengan tegangan masukan
tapi gelombang keluaran juga sama dengan gelombang masukan hal ini terjaddi karena
1
𝑉𝑜𝑢𝑡 = 𝑅.𝐶 ∫ 𝑉𝑖𝑛 . 𝑑𝑡. sehingga percobaan ini dapat dikatakan berhasil.

H. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
a. Integrator adalah sebuah rangkaian yang dimana keluaran sebanding dengan
integral masukannya.
b. Tegangan keluaran dari rangkaian integrator sama dengan gelombang keluarannya.
c. Gelombang masukan pada integrator sama dengan gelombang keluarannya
d. Pada gelombaqng kotak digunakan time/div : 1 mV dan Vin = Vout = 12 V. pada
gelombang segitiga digunakan time/div : 0,2 ms, volt/div : 1 mV, Vin=Vout=12 v.
pada gelombang sinusoidal digunakan time/div : 0,5 ms, volt/div : 1 mV, dan
Vout=Vin=12 V.
e. Percobaan ini berhasil karena hasilnya sesuai dengan apa yang diharapkan
2. Saran
Terima kasih kepada coass yang telah banyak membantu dalam praktikum
sehingga hasil praktikum sangat memuaskan.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Jayadin. 2007. Ilmu Elektronika. Bandung: Salemba Teknika.

Milman, dkk. 1997. Prinsip-Prinsip Elektronika. Jakarta :Rineka Cipta.

Nurwati, Tri. 2007. Elektronika Analog. Jakarta: Erlangga.

Surjono, Herman Dwi. 2007. Elektronika Teori dan Penerapannya. Jember: Cerdas Ulet

Kreatif.

Sutanto.2006.Elektronika Dasar II.Yogyakarta:ANDI.

Sutrisno. 2002. Elektronika 2: Teori Dasar dan Penerapannya. Bandung: ITB.

Wahyudi.2014. Elektronika Dasar 2. Mataram : FKIP PRESS.

Widodo, Thomas. 2002. Elektronika Dasar. Bandung: Salemba Teknika.

Yudistira.1997. Ensiklopedia Rangkaian Elektronika 2. Jakarta : PT Elektro Media

Cimputindo.

Anda mungkin juga menyukai