Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dasar dimulainya periode fisika kuantum adalah ketika fisika klasik tidak
bisa menjelaskan gejala-gejala fisika yang bersifat mikroskofis dan bergerak
dengan kecepatan yang mendekati kecepatan cahaya. Oleh karena itu, diperlukan
cara pandang yang berbeda dengan sebelumnya dalam menjelaskan gejala fisika
tersebut.
Sejarah fisika kuantum dimulai ketika Michael Faraday menemukan sinar
katoda. Kemudian pada tahun 1859-1860, Gustav Kirchoff memberikan
pernyataan tentang radiasi benda hitam. Pada tahun 1887 Ludwig Boltzman
menyatakan bahwa bentuk energi pada sistem fisika berbentuk diskrit.
Pada tahun 1900 fisikawan Jerman, Max Planck memperkenalkan ide
bahwa energi itu terkuantisasi. Ide ini muncul berkenaan dengan situasi pada saat
tersebut yaitu ketika para ilmuan tidak bisa menjelaskan fenomena radiasi
spectrum cahaya yang dipancarkan oleh suatu benda mampat pada temperatur
tertentu yang dikenal dengan radiasi benda hitam. Teori fisika klasik pada saat itu
tidak bisa menjelaskan kenapa cahaya selain cahaya tampak, cahaya-cahaya lain
yang tidak tampak pun dipancarkan. Hal tersebut menunjukan bahwa untuk
meradiasikan gelombang elektromagnetik ternyata benda tidak perlu terlalu panas,
bahkan pada suhu kamar pun benda tetap bisa memancarkan gelombang
elektromagnetik.
Sifat yang diamati dari radiasi benda hitam ini tidak bisa diterangkan oleh
teori-teori fisika yang berkembang pada saat itu. Sampai akhirnya Planck
menurunkan persamaan yang dapat menerangkan radiasi spectrum ini sebagai
fungsi temperatur dari benda yang meradiasikannya dan memandang bahwa
radiasi ini dipancarkan tidak dalam bentuk kontinu tapi dalam bentuk paket-paket
energi yang disebut kuanta. Besarnya energi yang diradiasikan itu sebanding
dengan frekuensi v. Setiap paket energi tersebut meradiasikan energi sebesar:
E = hv

1
Dengan h merupakan konstanta Planck. Planck juga tidak menyangsikan
teori klasik yang diterima pada waktu itu yaitu bahwa cahaya diradiasikan dalam
bentuk gelombang bukan dalam bentuk partikel yang membuat teori tersebut tidak
bisa menjelaskan fenomena radiasi benda hitam ini.

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. BENDA HITAM
Dalam fisika, benda hitam (bahasa Inggris black body) adalah obyek yang
menyerap seluruh radiasi elektromagnetik yang jatuh kepadanya. Tidak
ada radiasi yang dapat keluar atau dipantulkannya. Namun demikian, dalam fisika
klasik, secara teori benda hitam haruslah juga memancarkan seluruh panjang
gelombang energi yang mungkin, karena hanya dari sinilah energi benda itu dapat
diukur.
Meskipun namanya benda hitam, dia tidaklah harus benar-benar hitam
karena dia juga memancarkan energi. Jumlah dan jenis radiasi elektromagnetik
yang dipancarkannya bergantung pada suhu benda hitam tersebut. Benda hitam
dengan suhu di bawah sekitar 700 Kelvin hampir semua energinya dipancarkan
dalam bentuk gelombang inframerah, sangat sedikit dalam panjang gelombang
tampak. Semakin tinggi temperatur, semakin banyak energi yang dipancarkan
dalam panjang gelombang tampak dimulai dari merah, jingga, kuning dan putih.
Istilah "benda hitam" pertama kali diperkenalkan oleh Gustav Robert
Kirchhoff pada tahun 1862. Cahaya yang dipancarkan oleh benda hitam
disebut radiasi benda hitam.

Gambar Benda Hitam

2. RADIASI BENDA HITAM


Teori kuantum diawali oleh fenomena radiasi benda hitam. Istilah benda
hitam pertama kali diperkenalkan oleh Gustav Robert Kirchhoff pada tahun

3
1862. Dalam Fisika, benda hitam (atau blackbody) adalah sebutan untuk benda
yang mampu menyerap kalor radiasi (radiasi termal) dengan baik. Radiasi termal
yang diserap akan dipancarkan kembali oleh benda hitam dalam bentuk radiasi
gelombang elektromagnetik, sama seperti gelombang radio ataupun gelombang
cahaya. Untuk zat padat dan cair, radiasi gelombangnya berupa spektrum kontinu,
dan untuk gas berupa spektrum garis. Meskipun demikian, sebenarnya secara teori
dalam Fisika klasik, benda hitam memancarkan setiap panjang gelombang energi
yang mungkin agar supaya energi dari benda tersebut dapat diukur.
Temperatur benda hitam itu sendiri berpengaruh terhadap jumlah dan jenis
radiasi elektromagnetik yang dipancarkannya. Benda hitam bersuhu di bawah 700
Kelvin dapat memancarkan hampir semua energi termal dalam bentuk gelombang
inframerah, sehingga sangat sedikit panjang gelombang cahaya tampak. Jadi,
semakin tinggi suhu benda hitam, semakin banyak energi yang dapat dipancarkan
dengan pancaran radiasi dimulai dari panjang gelombang
merah, jingga, kuning hingga putih.
Meskipun namanya benda hitam, objek tersebut tidak harus selalu berwarna
hitam. Sebuah benda hitam dapat mempunyai cahayanya sendiri sehingga
warnanya bisa lebih terang, walaupun benda itu menyerap semua cahaya yang
datang padanya. Sedangkan temperatur dari benda hitam itu sendiri berpengaruh
terhadap jumlah dan jenis radiasi elektromagnetik yang dipancarkannya.
Dalam percobaan Fisika sederhana, benda atau objek yang paling mirip
radiasi benda hitam adalah radiasi dari sebuah lubang kecil pada sebuah rongga.
Dengan mengabaikan bahan pembuat dinding dan panjang gelombang radiasi
yang masuk, maka selama panjang gelombang datang lebih kecil dibandingkan
dengan diameter lubang, cahaya yang masuk ke lubang itu akan dipantulkan oleh
dinding rongga berulang kali serta semua energinya diserap, yang selanjutnya
akan dipancarkan kembali sebagai radiasi gelombang elektromagnetik melalui
lubang itu juga. Lubang pada rongga inilah yang merupakan contoh dari
sebuah benda hitam. Temperatur dari benda itu akan terus naik apabila laju
penyerapan energinya lebih besar dari laju pancarannya, sehingga pada akhirnya
benda hitam itu mencapai temperatur kesetimbangan. Keadaan ini dinamakam
dengan setimbang termal (setimbang termodinamik).

4
Spektrum radiasi benda hitam berupa spektrum kontinu dengan tingkat
kebersinaran (intensitas radiasi) dari masing-masing spektral tidak sama kuat.
Pada suhu tertentu, intensitas cahaya yang diradiasikan akan terus bertambah
hingga mencapai maksimum pada panjang gelombang tertentu. Hubungan empiris
sederhana antara panjang gelombang yang dipancarkan untuk intensitas
maksimum (lm) dengan suhu mutlak (T) sebuah benda yang dikenal
sebagai hukum pergeseran wien, yaitu :

maks T = C

dengan T = suhu mutlak benda hitam


C = konstanta Wien (2,899 x 10-3 mK)
Tahun 1879, seorang ahli fisika Austria, Josef Stefan membuktikan bahwa
intensitas radiasi total (P/A) oleh suatu benda hitam panas adalah sebanding
dengan pangkat empat dari suhu mutlaknya. Bentuk persamaan empirisnya adalah
sebagai berikut:

P = e A T4

dengan P = daya radiasi (watt = W)


A = luas permukaan benda
T = suhu mutlak benda
= 5,67 x 10-8 W m-3 K-4
e = emitivitas radiasi ( e=1 untuk benda hitam sempurna)
Pada akhir abad 19 Rayleigh Jeans menerangkan bentuk lengkung radiasi
benda hitam dengan menggunakan teori ekipartisi energy untuk menentukan .
Osilator mempunyai 2 derajat kebebasan, oleh karena itu energi rata-rata per
osilator adalah:

1
=2 =
2
Type equation here.
dimana kB = konstanta Boltzmann
T = suhu mutlak

5
Setiap osilator berkaitan dengan satu moda getar, oleh karena itu rapat energi
adalah: ( formula Rayleigh-Jean untuk radiasi benda hitam)

8 2
() = . () =
3

Teori elektromagnetik klasik maupun mekanika statistik tidak dapat


menjelaskan spektrum yang teramati pada radiasi benda hitam. Teori tersebut
hanya dapat memprediksi intensitas yang tinggi dari panjang gelombang rendah
atau dikenal sebagai bencana ultraungu. Namun kemudian, Max Planck berhasil
memecahkan masalah ini. Max Planck menjelaskan bahwa radiasi
elektromagnetik hanya dapat merambat dalam bentuk paket-paket
energi atau kuanta yang dinamakan foton. Gagasan Planck ini kemudian
berkembang menjadi teori baru dalam fisika yang disebut Teori Kuantum.
Dengan teori ini, kemudian Einstein berhasil menjelaskan peristiwa yang dikenal
dengan nama efek fotolistrik, yakni pemancaran elekton dari permukaan logam
karena logam tersebut disinari cahaya. Perkembangan teoritis ini menjadi
penyebab digantikannya teori elektromagnetik klasik dengan mekanika
kuantum.
Benda hitam merupakan penyerap radiasi yang baik sekaligus pemancar
radiasi yang buruk sedangkan benda putih mengkilap merupakan pemancar
radiasi yang baik. Benda dikatakan hitam sempurna bila seluruh radiasi yang
datangi kepadanya terserap semuanya tanpa sedikitpun yang terpancar
kembali.Kemampuan suatu bahan untuk menyerap radiasi dinamakan sebagai
emisivitas (). Benda hitam mempunyai emisivitas = 1 sedangkan benda
mengkilap mempunyai emisivitas = 0.

3. FOTON
Konsep foton
Foton adalah partikel elementer dalam fenomena elektromagnetik. Biasanya
foton dianggap sebagai pembawa radiasi elektromagnetik, seperti cahaya,
gelombang radio, dan Sinar-X. Foton berbeda dengan partikel elementer lain
seperti elektron dan quark, karena ia tidak bermassa dan dalam ruang vakum foton

6
selalu bergerak dengan kecepatan cahaya, c. Foton memiliki baik sifat gelombang
maupun partikel ("dualisme gelombang-partikel").
Sebagai gelombang, satu foton tunggal tersebar di seluruh ruang dan
menunjukkan fenomena gelombang seperti pembiasan oleh lensa dan interferensi
destruktif ketika gelombang terpantulkan saling memusnahkan satu sama lain.
Sebagai partikel, foton hanya dapat berinteraksi dengan materi dengan
memindahkan energi sejumlah:


E=Nhf=

dimana h adalah konstanta Planck, c adalah laju cahaya, dan adalah panjang
gelombangnya.
Selain energi partikel foton juga membawa momentum dan
memilikipolarisasi. Foton mematuhi hukum mekanika kuantum, yang berarti
kerap kali besaran-besaran tersebut tidak dapat diukur dengan cermat. Biasanya
besaran-besaran tersebut didefinisikan sebagai probabilitas mengukur polarisasi,
posisi, atau momentum tertentu. Sebagai contoh, meskipun sebuah foton dapat
mengeksitasi satumolekul tertentu, sering tidak mungkin meramalkan sebelumnya
molekul yang mana yang akan tereksitasi.
Deskripsi foton sebagai pembawa radiasi elektromagnetik biasa digunakan
oleh para fisikawan. Namun dalam fisika teoretis sebuah foton dapat dianggap
sebagai mediator buat segala jenis interaksi elektromagnetik, seperti medan
magnet dan gaya tolak-menolak antara muatan sejenis. Konsep modern foton
dikembangkan secara berangsur-angsur antara 1905-1917 oleh Albert Einstein
untuk menjelaskan pengamatan eksperimental yang tidak memenuhi model klasik
untuk cahaya. Model foton khususnya memperhitungkan ketergantungan energi
cahaya terhadap frekuensi, dan menjelaskan kemampuan materidan radiasi
elektromagnetik untuk berada dalam kesetimbangan termal.
Fisikawan lain mencoba menjelaskan anomali pengamatan ini dengan model
semiklasik, yang masih menggunakan persamaan Maxwell untuk mendeskripsikan
cahaya. Namun dalam model ini objek material yang mengemisi dan menyerap
cahaya dikuantisasi. Meskipun model-model semiklasik ini ikut menyumbang

7
dalam pengembangan mekanika kuantum, percobaan-percobaan lebih lanjut
membuktikan hipotesis Einstein bahwa cahaya itu sendirilah yang terkuantisasi.
Kuantum cahaya adalah foton. Konsep foton telah membawa kemajuan berarti
dalam fisika teoretis dan eksperimental, seperti laser, kondensasi Bose-
Einstein, teori medan kuantum dan interpretasi probabilistik dari mekanika
kuantum.
Menurut model standar fisika partikel, foton bertanggung jawab dalam
memproduksi semua medan listrik dan medan magnet dan foton sendiri
merupakan hasil persyaratan bahwa hukum-hukum fisika memiliki kesetangkupan
pada tiap titik pada ruang-waktu. Sifat-sifat intrinsik foton seperti muatan
listrik, massa dan spin ditentukan dari kesetangkupan gauge ini. Konsep foton
diterapkan dalam banyak area seperti fotokimia, mikroskopi resolusi tinggi dan
pengukuran jarak molekuler. Baru-baru ini foton dipelajari sebagai
unsur komputer kuantum dan untuk aplikasi canggih dalam komunikasi optik
seperti kriptografi kuantum
Nomenklatur
Foton awalnya dinamakan sebagai kuantum cahaya (das Lichtquant)
oleh Albert Einstein. Nama modern "photon" berasal dari kata Bahasa
Yunani untuk cahaya , ditransliterasi sebagai phs, dan ditelurkan oleh
kimiawan fisik Gilbert N. Lewis, yang menerbitkan teori spekulatif yang
menyebutkan foton sebagai "tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan". Meskipun
teori Lewis ini tidak dapat diterima karena bertentangan dengan hasil banyak
percobaan, nama barunya ini, photon, segera diadopsi oleh kebanyakan
fisikawan. Isaac Asimov menyebut Arthur Compton sebagai orang yang pertama
kali mendefinisikan kuantum cahaya sebagai foton pada tahun 1927. Dalam fisika,
foton biasanya dilambangkan oleh simbol abjad Yunani gamma. Simbol ini
kemungkinan berasal dari sinar gamma, yang ditemukan dan dinamakan
oleh Villard, dan dibuktikan sebagai salah satu bentuk radiasi elektromagnetik
pada 1914 oleh Ernest Rutherford dan Edward Andrade.
Dalam kimia dan rekayasa optik, foton biasanya dilambangkan oleh h, energi
foton, h adalah konstanta Planck dan abjad Yunani adalah frekuensi foton. Agak

8
jarang ditemukan adalah foton disimbolkan sebagai hf, f di sini melambangkan
frekuensi.
Sifat-sifat fisik
Foton tidak bermassa, tidak memiliki muatan listrik, dan tidak meluruh
secara spontan di ruang hampa. Sebuah foton memiliki dua keadaan polarisasi
yang dimungkinkan, dan dapat dideskripsikan dengn tiga parameter kontinu:
komponen-komponen vektor gelombang, yang menentukan panjang
gelombangnya () dan arah perambatannya. Foton adalah boson gauge
untuk elektromagnetisme, dan sebab itu semua bilangan kuantum lainnya
seperti bilangan lepton, bilangan baryon atau strangeness bernilai persis nol.
Foton diemisikan dalam banyak proses alamiah, contohnya ketika muatan
dipercepat, saat transisi molekuler, atomik atau nuklir ke tingkat energi yang lebih
rendah, atau ketika sebuah partikel dan antipartikelbertumbukan dan saling
memusnahkan. Foton diserap dalam proses dengan waktu mundur (time-reversed)
yang berkaitan dengan yang sudah disebut di atas: contohnya dalam produksi
pasangan partikel-antipartikel, atau dalam transisi molekuler, atomik atau nuklir
ke tingkat energi yang lebih tinggi.
Dalam ruang hampa foton bergerak dengan laju c (laju cahaya).
Energinya E dan momentum p dihubungkan dalam persamaan E = pc, di
mana p merupakan nilai momentum. Sebagai perbandingan, persamaan terkait
untuk partikel dengan massa m adalah E2 = c2p2 + m2c4, sesuai dengan teori
relativitas khusus

4. EFEK FOTOLISTRIK
Pengertian Efek Fotolistrik
Efek foto listrik adalah peristiwa terlepasnya elektron dari permukaan suatu
zat (logam), bila permukaan logam tersebut disinari cahaya (foton) yang memiliki
energi lebih besar dari energi ambang (fungsi kerja) logam.
Karakteristik dari efek fotolistrik di atas tidak dapat dijelaskan
menggunakan teori gelombang cahaya. Diperlukan cara pandang baru dalam
mendeskripsikan cahaya dimana cahaya tidak dipandang sebagai gelombang yang
dapat memiliki energi yang kontinu melainkan cahaya sebagai partikel.

9
Perangkat teori yang menggambarkan cahaya bukan sebagai gelombang
tersedia melalui konsep energi diskrit atau terkuantisasi yang dikembangkan oleh
Planck dan terbukti sesuai untuk menjelaskan spektrum radiasi kalor benda hitam.
Konsep energi yang terkuantisasi ini digunakan oleh Einstein untuk menjelaskan
terjadinya efek fotolistrik. Di sini, cahaya dipandang sebagai kuantum energi yang
hanya memiliki energi yang diskrit bukan kontinu yang dinyatakan sebagai E = hf.
Efek fotolistrik ini ditemukan oleh Albert Einstein, yang menganggap
bahwa cahaya (foton) yang mengenai logam bersifat sebagai partikel. Konsep
penting yang dikemukakan Einstein sebagai latar belakang terjadinya efek
fotolistrik adalah bahwa satu elektron menyerap satu kuantum energi. Satu
kuantum energi yang diserap elektron digunakan untuk lepas dari logam dan
untuk bergerak ke pelat logam yang lain.

e = W0 + Ek

1
h. f = w0 + me v2
2

.
W0 = h. f0 =
0

Dimana m adalah massa elektron dan ve adalah dan kecepatan elektron. Satuan
energi dalam SI adalah joule (J) dan frekuensi adalah hertz (Hz). Tetapi, fungsi
kerja logam biasanya dinyatakan dalam satuan elektron volt (eV) sehingga perlu
diingat bahwa 1 eV = 1,6 1019 J.
Energi kinetik foto elektron yang terlepas:
Ek = h f - h fo
Ek maks = e Vo
hf = energi foton yang menyinari logam
h fo = fo frekuensi ambang = fungsi kerja
= energi minimum untuk melepas elektron
E = muatan elektron = 1.6 x 10-19C
Vo = potensial penghenti

10
Proses kebalikan foto listrik adalah proses pembentukan sinar X yaitu
proses perubahan energi kinetik elektron yang bergerak menjadi gelombang
elektromagnetik (disebut juga proses Bremmsstrahlung).
Kesimpulan:
1. Agar elektron dapat lepas dari permukaan logam maka f > fo atau < o
2. Ek maksimum elektron yang terlepas tidak tergantung pada intensitas
cahaya yang digunakan, hanya tergantung pada energi atau frekuensi
cahaya. Tetapi intensitas cahaya yang datang sebanding dengan jumlah
elektron yang terlepas dari logam.
Istilah lama untuk efek fotolistrik adalah efek Hertz (yang saat ini tidak
digunakan lagi). Hertz mengamati dan kemudian menunjukkan bahwa elektroda
diterangi dengan sinar ultraviolet menciptakan bunga api listrik lebih mudah.
Efek fotolistrik membutuhkan foton dengan energi dari beberapa electron
volts sampai lebih dari 1 MeV unsur yang nomor atomnya tinggi. Studi efek
fotolistrik menyebabkan langkah-langkah penting dalam memahami sifat kuantum
cahaya, elektron dan mempengaruhi pembentukan konsep Dualitas gelombang-
partikel. Fenomena di mana cahaya mempengaruhi gerakan muatan listrik
termasuk efek fotokonduktif (juga dikenal sebagai fotokonduktivitas atau
photoresistivity ), efek fotovoltaik , dan efek fotoelektrokimia .

Mekanisme Emisi
Foton dari sinar memiliki energi karakteristik yang ditentukan oleh
frekuensi cahaya. Dalam proses photoemission, jika elektron dalam beberapa
bahan menyerap energi dari satu foton dan dengan demikian memiliki lebih
banyak energi daripada fungsi kerja (energi ikat elektron) dari materi, itu
dikeluarkan. Jika energi foton terlalu rendah, elektron tidak bisa keluar dari
materi. Peningkatan intensitas sinar meningkatkan jumlah foton dalam berkas
cahaya, dan dengan demikian meningkatkan jumlah elektron, tetapi tidak
meningkatkan energi setiap elektron yang dimemiliki. Energi dari elektron yang
dipancarkan tidak tergantung pada intensitas cahaya yang masuk, tetapi hanya
pada energi atau frekuensi foton individual. Ini adalah interaksi antara foton dan
elektron terluar.

11
Elektron dapat menyerap energi dari foton ketika disinari, tetapi mereka
biasanya mengikuti prinsip "semua atau tidak" . Semua energi dari satu foton
harus diserap dan digunakan untuk membebaskan satu elektron dari atom yang
mengikat, atau energi dipancarkan kembali. Jika energi foton diserap, sebagian
energi membebaskan elektron dari atom, dan sisanya dikontribusi untuk energi
kinetik elektron sebagai partikel bebas.
Tidak ada elektron yang dilepaskan oleh radiasi di bawah frekuensi ambang,
karena elektron tidak mendapatkan energi yang cukup untuk mengatasi ikatan
atom. Elektron yang dipancarkan biasanya disebut fotoelektron dalam banyak
buku pelajaran.
Efek fotolistrik banyak membantu penduaan gelombang-partikel, dimana
sistem fisika (seperti foton dalam kasus ini) dapat menunjukkan kedua sifat dan
kelakuan seperti-gelombang dan seperti-partikel, sebuah konsep yang banyak
digunakan oleh pencipta mekanika kuantum. Efek fotolistrik dijelaskan secara
matematis oleh Albert Einstein yang memperluas kuanta yang dikembangkan
oleh Max Planck. Hukum emisi fotolistrik:

1) Untuk logam dan radiasi tertentu, jumlah fotoelektro yang dikeluarkan


berbanding lurus dengan intensitas cahaya yg digunakan.
2) Untuk logam tertentu, terdapat frekuensi minimum radiasi. di bawah
frekuensi ini fotoelektron tidak bisa dipancarkan.
3) Di atas frekuensi tersebut, energi kinetik yang dipancarkan fotoelektron
tidak bergantung pada intensitas cahaya, namun bergantung pada frekuensi
cahaya.
4) Perbedaan waktu dari radiasi dan pemancaran fotoelektron sangat kecil,
kurang dari 10-9detik.
Potensial Penghenti
Gerakan elektron yang ditandai sebagai arus listrik pada gejala efek
fotolistrik dapat dihentikan oleh suatu tegangan listrik yang dipasang pada
rangkaian. Jika pada rangkaian efek fotolistrik dipasang sumber tegangan dengan
polaritas terbalik (kutub positif sumber dihubungkan dengan pelat tempat
keluarnya elektron dan kutub negatif sumber dihubungkan ke pelat yang lain),

12
terdapat satu nilai tegangan yang dapat menyebabkan arus listrik pada rangkaian
menjadi nol.
Arus nol atau tidak ada arus berarti tidak ada lagi elektron yang lepas dari
permukaan logam akibat efek fotolistrik. Nilai tegangan yang menyebabkan
elektron berhenti terlepas dari permukaan logam pada efek fotolistrik disebut
tegangan atau potensial penghenti (stopping potential). Jika V0 adalah potensial

Ekm = eV0
penghenti, maka
Persamaan ini pada dasarnya adalah persamaan energi. Perlu diperhatikan
bahwa e adalah muatan elektron yang besarnya 1,6 1019C dan tegangan
dinyatakan dalam satuan volt (V).
Aplikasi Efek fotolistrik
Efek fotolistrik merupakan prinsip dasar dari berbagai piranti fotonik
(photonic device) seperti lampu LED (light emitting device) dan piranti detektor
cahaya (photo detector).

5. EFEK COMPTON
Pengertian Efek compton
Massa diam elektron, c adalah pada efek fotolistrik, cahaya dapat dipandang
sebagai kuantum energi dengan energi yang diskrit. Kuantum energi tidak dapat
digambarkan sebagai gelombang tetapi lebih mendekati bentuk partikel. Partikel
cahaya dalam bentuk kuantum dikenal dengan sebutan foton. Pandangan cahaya
sebagai foton diperkuat lagi melalui gejala yang dikenal sebagai efek Compton.
Jika seberkas sinar-X ditembakkan ke sebuah elektron bebas yang diam, sinar-X
akan mengalami perubahan panjang gelombang dimana panjang gelombang sinar-
X menjadi lebih besar. Gejala ini dikenal sebagai efek Compton, sesuai dengan
nama penemunya, yaitu Arthur Holly Compton.
Sinar-X digambarkan sebagai foton yang bertumbukan dengan elektron
(seperti halnya dua bola bilyar yang bertumbukan). Elektron bebas yang diam
menyerap sebagian energi foton sehingga bergerak ke arah membentuk sudut
terhadap arah foton mula-mula. Foton yang menumbuk elektron pun terhambur

13
dengan sudut terhadap arah semula dan panjang gelombangnya menjadi lebih
besar. Perubahan panjang gelombang foton setelah terhambur dinyatakan sebagai:


= (1 )
.

dimana m adalah kecepatan cahaya, dan h adalah konstanta Planck.


Penyebaran Compton
Penyebaran Compton adalah suatu efek yang merupakan bagian interaksi
sebuah penyinaran terhadap suatu materi. Efek Compton adalah salah satu dari 3
proses yang melemahkan energi suatu sinar ionisasi. Bila suatu sinar jatuh pada
permukaan suatu materi sebagian daripada energinya akan diberikan kepada
materi tersebut, sedangkan sinar itu sendiri akan di sebarkan. Sebagai contoh :
Element dalam sistem periodik dengan nomer atom yang besar seperti timbal akan
meyerap energi sinar ionisasi efek fotoelektrik, sedangkan element yang bernomer
atom kecil akan menyebarkan sinar ionisasi tersebut. Penyebaran sinar Rontgen
pada dasarnya lebih kuat dari sinar cahayayang dapat dilihat polychromatik.
Bahkan sinar rontgen normal pada perjalanannya di udara mengalami penyebaran,
ini juga yang menjadi sumber bahaya yang serius di dalam penggunaan sinar
rontgen di kedokteran tanpa pakaian khusus. Pada penyebaran secara normal
energi sinar rontgen tidak berubah, yang berubah adalah arah begeraknya.
Apabila foton dianggap sebagai suatu zarah, bagaimanakah diperoleh
momentum linearnya? Berpijak dari teori kuantum Einstein, bahwa energi foton E
bergantung pada frekuensi radiasi sebagai berikut :

E = hv

Energi relativistik total suatu zarah yang bergerak dengan kecepatan v


adalah :

2 -1/2
E = 2 [1 ]
2

Dimana mo = massa apabila zarah tak bergerak


c = kecepatan rambat cahaya

14
Karena kecepatan foton adalah c, dan energinya maka m0 harus sama
dengan nol. Jadi foton harus dianggap sebagai zarah dengan massa diam sama
dengan nol. Energinya hanya energi kinetik saja, sehingga ungkapan umum untuk
energi total adalah:

E2 = p2 c2 + mo2 c4

untuk sebuah foton diperoleh :

E2 = p2 c2

dari persamaan diatas tersebut diperoleh hubungan sebagai berikut:


= = =

Hubungan ini dipergunakan untuk menelaah tumbukan antara foton dengan


elektron. Tinjau sebuah foton sinar x yang melakukan tumbukan dengan sebuah
elektron dari bahan penghambur. Karena energi foton sangat besar dibandingkan
dengan tenaga ikat elektron dalam bahan maka secara praktis elektron dapat
dianggap sebagai elektron bebas.

6. MODEL BOHR

15
Model Bohr dari atom hidrogen menggambarkan elektron-elektron
bermuatan negatif mengorbit pada kulit atom dalam lintasan tertentu mengelilingi
inti atom yang bermuatan positif. Ketika elektron meloncat dari satu orbit ke orbit
lainnya selalu disertai dengan pemancaran atau penyerapan sejumlah energi
elektromagnetik hf.

Di dalam fisika atom, model Bohr adalah model atom yang diperkenalkan
oleh Niels Bohr pada 1913. Model ini menggambarkan atom sebagai sebuah inti
kecil bermuatan positif yang dikelilingi oleh elektron yang bergerak dalam orbit
sirkular mengelilingi inti mirip sistem tata surya, tetapi peran gaya gravitasi
digantikan oleh gaya elektrostatik. Model ini adalah pengembangan dari model
puding prem (1904), model Saturnian (1904), dan model Rutherford (1911).
Karena model Bohr adalah pengembangan dari model Rutherford, banyak sumber
mengkombinasikan kedua nama dalam penyebutannya menjadi model
Rutherford-Bohr. Seperti sudah diketahui sebelumnya, Rutherford
mengemukakan teori atom Rutherford berdasarkan percobaan hamburan sinar alfa
oleh partikel emas yang dilakukannya.

Kunci sukses model ini adalah dalam menjelaskan formula Rydberg


mengenai garis-garis emisi spektral atom hidrogen; walaupun formula Rydberg
sudah dikenal secara eksperimental, tetapi tidak pernah mendapatkan landasan
teoretis sebelum model Bohr diperkenalkan. Tidak hanya karena model Bohr
menjelaskan alasan untuk struktur formula Rydberg, ia juga memberikan
justifikasi hasil empirisnya dalam hal suku-suku konstanta fisika fundamental.
Model Bohr adalah sebuah model primitif mengenai atom hidrogen. Sebagai
sebuah teori, model Bohr dapat dianggap sebagai sebuah pendekatan orde pertama
dari atom hidrogen menggunakan mekanika kuantum yang lebih umum dan
akurat, dan dengan demikian dapat dianggap sebagai model yang telah usang.
Namun demikian, karena kesederhanaannya, dan hasil yang tepat untuk sebuah
sistem tertentu, model Bohr tetap diajarkan sebagai pengenalan pada mekanika
kuantum.
Sejarah

16
Di awal abad 20, percobaan oleh Ernest Rutherford telah dapat
menunjukkan bahwa atom terdiri dari sebentuk awan difus elektron bermuatan
negatif mengelilingi inti yang kecil, padat, dan bermuatan positif. Berdasarkan
data percobaan ini, sangat wajar jika fisikawan kemudian membayangkan sebuah
model sistem keplanetan yang diterapkan pada atom, model Rutherford tahun
1911, dengan elektron-elektron mengorbit inti seperti layaknya planet mengorbit
matahari. Namun demikian, model sistem keplanetan untuk atom menemui
beberapa kesulitan. Sebagai contoh, hukum mekanika klasik (Newtonian)
memprediksi bahwa elektron akan melepas radiasi elektromagnetik ketika sedang
mengorbit inti. Karena dalam pelepasan tersebut elektron kehilangan energi, maka
lama-kelamaan akan jatuh secara spiral menuju ke inti. Ketika ini terjadi,
frekuensi radiasi elektromagnetik yang dipancarkan akan berubah. Namun
percobaan pada akhir abad 19 menunjukkan bahwa loncatan bunga api listrik
yang dilalukan dalam suatu gas bertekanan rendah di dalam sebuah tabung hampa
akan membuat atom-atom gas memancarkan cahaya (yang berarti radiasi
elektromagnetik) dalam frekuensi-frekuensi tetap yang diskret.
Untuk mengatasi hal ini dan kesulitan-kesulitan lainnya dalam menjelaskan
gerak elektron di dalam atom, Niels Bohr mengusulkan, pada 1913, apa yang
sekarang disebut model atom Bohr. Dua gagasan kunci adalah:
1. Elektron-elektron bergerak di dalam orbit-orbit dan memiliki momenta
yang terkuantisasi, dan dengan demikian energi yang terkuantisasi. Ini
berarti tidak setiap orbit, melainkan hanya beberapa orbit spesifik yang
dimungkinkan ada yang berada pada jarak yang spesifik dari inti.
2. Elektron-elektron tidak akan kehilangan energi secara perlahan-lahan
sebagaimana mereka bergerak di dalam orbit, melainkan akan tetap stabil
di dalam sebuah orbit yang tidak meluruh.
Arti penting model ini terletak pada pernyataan bahwa hukum mekanika klasik
tidak berlaku pada gerak elektron di sekitar inti. Bohr mengusulkan bahwa satu
bentuk mekanika baru, atau mekanika kuantum, menggambarkan gerak elektron
di sekitar inti. Namun demikian, model elektron yang bergerak dalam orbit yang
terkuantisasi mengelilingi inti ini kemudian digantikan oleh model gerak elektron
yang lebih akurat sekitar sepuluh tahun kemudian oleh fisikawan Austria Erwin

17
Schrdinger dan fisikawan Jerman Werner Heisenberg. Point-point penting
lainnya adalah:
1. Ketika sebuah elektron meloncat dari satu orbit ke orbit lainnya,
perbedaan energi dibawa (atau dipasok) oleh sebuah kuantum tunggal
cahaya (disebut sebagai foton) yang memiliki energi sama dengan
perbedaan energi antara kedua orbit.
2. Orbit-orbit yang diperkenankan bergantung pada harga-harga terkuantisasi
(diskret) dari momentum sudut orbital, L menurut persamaan

dimana n = 1,2,3, dan disebut sebagai bilangan kuantum utama, dan h


adalah konstanta Planck.
Point (2) menyatakan bahwa harga terendah dari n adalah 1. Ini
berhubungan dengan radius terkecil yang mungkin yaitu 0.0529 nm. Radius ini
dikenal sebagai radius Bohr. Sekali elektron berada pada orbit ini, dia tidak akan
mungkin bertambah lebih dekat lagi ke proton.
Tingkatan energi elektron dalam atom hidrogen
Model Bohr hanya akurat untuk sistem satu elektron seperti atom hidrogen
atau helium yang terionisasi satu kali. Bagian ini hendak menurunkan rumusan
tingkat-tingkat energi atom hidrogen menggunakan model Bohr. Penurunan
rumus didasarkan pada tiga asumsi sederhana:
1. Energi sebuah elektron dalam orbit adalah penjumlahan energi kinetik dan
energi potensialnya:

dengan , dan adalah muatan elektron.


2. Momentum sudut elektron hanya boleh memiliki harga diskret tertentu:

18
dengan n = 1,2,3, dan disebut bilangan kuantum utama, h adalah

konstanta Planck, dan .


3. Elektron berada dalam orbit diatur oleh gaya coulomb. Ini berarti gaya
coulomb sama dengan gaya sentripetal:

Dengan mengalikan ke-2 sisi persamaan (3) dengan r didapatkan:

Suku di sisi kiri menyatakan energi potensial, sehingga persamaan untuk


energi menjadi:

Dengan menyelesaikan persamaan (2) untuk r, didapatkan harga jari-jari


yang diperkenankan:

Dengan memasukkan persamaan (6) ke persamaan (4), maka diperoleh:

Dengan membagi kedua sisi persamaan (7) dengan mev didapatkan

Dengan memasukkan harga v pada persamaan energi (persamaan (5)), dan


kemudian mensubstitusikan harga untuk k dan , maka energi pada
tingkatan orbit yang berbeda dari atom hidrogen dapat ditentukan sebagai
berikut:

19
Dengan memasukkan harga semua konstanta, didapatkan,

Dengan demikian, tingkat energi terendah untuk atom hidrogen (n = 1)


adalah -13.6 eV. Tingkat energi berikutnya (n = 2) adalah -3.4 eV. Tingkat energi
ketiga (n = 3) adalah -1.51 eV, dan seterusnya. Harga-harga energi ini adalah
negatif, yang menyatakan bahwa elektron berada dalam keadaan terikat dengan
proton. Harga energi yang positif berhubungan dengan atom yang berada dalam
keadaan terionisasi yaitu ketika elektron tidak lagi terikat, tetapi dalam keadaan
tersebar.

7. Gelombang de Broglie
Sifat Dualisme Gelombang Materi
Pada tahun 1924, Louis de Broglie, seorang ahli fisika dari prancis
mengemukakan hipotesis tentang gelombang materi. Gagasan ini adalah timbal
balik daripada gagasan partikel cahaya yang dikemukakan Max Planck. Louis de
Broglie meneliti keberadaan gelombang melalui eksperimen difraksi berkas
elektron. Dari hasil penelitiannya inilah diusulkan materi mempunyai sifat
gelombang di samping partikel, yang dikenal dengan prinsip dualitas.
Sifat partikel dan gelombang suatu materi tidak tampak sekaligus, sifat yang
tampak jelas tergantung pada perbandingan panjang gelombang de Broglie
dengan dimensinya serta dimensi sesuatu yang berinteraksi dengannya. Pertikel
yang bergerak memiliki sifat gelombang. Fakta yang mendukung teori ini adalah
petir dan kilat. Kilat akan lebih dulu terjadi daripada petir. Kilat menunjukan sifat
gelombang berbentuk cahaya, sedangkan petir menunjukan sifat pertikel
berbentuk suara.
Gelombang Materi
Hipotesis tentang gelombang materi berasal dari gagasan foton Einstein.
Kemudian diterapkan Louis de Broglie pada 1922, sebelum Compton
membuktikannya, untuk menurunkan Hukum Wien (1896). Ini menyatakan

20
bahwa "bagian tenaga elektromagnet yang paling banyak dipancarkan benda
(hitam) panas adalah yang frekuensinya sekitar 100 milyar kali suhu mutlak (273
+ suhu Celsius) benda itu". Pekerjaan ini ternyata memberi dampak yang berkesan
bagi de Broglie.
Pada musim panas 1923, de Broglie menyatakan, "secara tiba-tiba muncul
gagasan untuk memperluas perilaku rangkap (dual) cahaya mencangkup pula alam
partikel". Ia kemudian memberanikan diri dengan mengemukakan bahwa
"partikel, seperti elektron juga berperilaku sebagai gelombang". Gagasannya ini ia
tuangkan dalam tiga makalah ringkas yang diterbitkan pada 1924; salah satunya
dalam jurnal vak fisika Perancis, Comptes Rendus.
Penyajiannya secara terinci dan lebih luas kemudian menjadi bahan tesis
doktoralnya yang ia pertahankan pada November 1924 di Sorbonne, Paris. Tesis
ini berangkat dari dua persamaan yang telah dirumuskan Einstein untuk foton,
E=hf dan p=h/. Dalam kedua persamaan ini, perilaku yang "berkaitan" dengan
partikel (energi E dan momentum p) muncul di ruas kiri, sedangkan ruas kanan
dengan gelombang (frekuensi f dan panjang gelombang , baca: lambda). Besaran
h adalah tetapan alam yang ditemukan Planck, tetapan Planck.
Secara tegas, de Broglie mengatakan bahwa hubungan di atas juga berlaku
untuk partikel. Ini merupakan maklumat teori yang melahirkan gelombang
partikel atau de Broglie. Untuk partikel, seperti elektron, momentum p adalah
hasilkali massa (sebanding dengan berat) dan lajunya. Karena itu, panjang
gelombang de Broglie berbanding terbalik dengan massa dan laju partikel.
Sebagai contoh, elektron dengan laju 100 cm per detik, panjang gelombangnya
sekitar 0,7 mm.
Menurut de Broglie, partikel yang bergerak sangat cepat, mempunyai cirri-
ciri gelombang. Sifat-sifat gelombang dari partikel dinyatakan dalam persamaan:

= h/mv

dimana: = panjang gelombang


m = massa partikel
v = kecepatan
h = tetapan Planck

21
persamaan diatas dikenal dengan nama persamaan de Broglie dimana persamaan
ini dapat dipergunakan untuk menghitung besarnya panjang gelombang dari suatu
partikel yang bergerak dengan kecepatan v.
Louis Victor Pierre Raymond, duc de Broglie (banyak dikenal
sebagai Louis de Broglie. Lahir di Dieppe, Seine-Maritime, Perancis pada
tanggal 15 Agustus 1892 dan meninggal di Louveciennes, Perancis pada tanggal
19 Maret 1987 pada umur 94 tahun. Dia adalah fisikawan Perancis dan
pemenang Hadiah Nobel.
Louis berasal dari keluarga Perancis yang dikenal memiliki diplomasi dan
kemiliteran yang baik. Pada mulanya ia adalah siswa sejarah, namun akhirnya ia
mengikuti jejak kakaknya Maurice de Broglie untuk membina karier dalam fisika.
Pada 1924, tesis doktoralnya mengemukakan usulan bahwa benda yang bergerak
memiliki sifat gelombang yang melengkapi sifat partikelnya. 2 tahun kemudian
Erwin Schrodinger menggunakan konsep gelombang de Broglie untuk
mengembangkan teori umum yang dipakai olehnya bersama dengan ilmuwan lain
untuk menjelaskan berbagai gejalaatomik. Keberadaan gelombang de Broglie
dibuktikan dalam eksperimendifraksi berkas elektron pada 1927 dan pada 1929 ia
menerima Hadiah Nobel Fisika.

8. DIFRAKSI ELEKTRON
Elektron adalah partikel subatom yang bermuatan negatif dan umumnya
ditulis sebaga e-. Elektron tidak memiliki komponen dasar ataupun substruktur
apapun yang diketahui, sehingga ia dipercayai sebagai partikel elementer.
Elektron memiliki massa sekitar 1/1836 massa proton. Momentum sudut (spin)
instrinsik elektron adalah setengah nilai integer dalam satuan , yang berarti
bahwa ia termasuk fermion. Anti partikel elektron disebut sebagai positron, yang
identik dengan elektron, tapi bermuatan positif. Ketika sebuah elektron
bertumbukan dengan positron, keduanya kemungkinan dapat saling
berhambur ataupun musnah total, menghasilan sepasang (atau lebih) foton sinar
gamma.
Elektron, yang termasuk ke dalam generasi keluarga partikel lepton
pertama, berpartisipasi dalam interaksi gravitasi, interaksi elektromagnetik dan

22
interaksi lemah. Sama seperti semua materi, elektron memiliki sifat seperti
partikel maupun seperti gelombang (dualitas gelombang-partikel), sehingga ia
dapat bertumbukan dengan partikel lain dan berdifraksi seperti cahaya. Oleh
karena elektron termasuk fermion, dua elektron berbeda tidak dapat menduduki
keadaan kuantum yang sama sesuai dengan asas pengecualian Pauli.
Konsep muatan listrik yang tidak dapat dibagi-bagi lagi diteorikan untuk
menjelaskan sifat-sifat kimiawi atom oleh filsuf alam Richard Laming pada awal
tahun 1838. Nama electron diperkenalkan untuk menamakan muatan ini pada
tahun 1894 oleh fisikawan Irlandia George Johnstone Stoney. Elektron berhasil
diidentifikasikan sebagai partikel pada tahun 1897 oleh J. J. Thomson. Dalam
banyak fenomena fisika, seperti listrik, magnetisme dan konduktivitas termal,
elektron memainkan peran yang sangat penting. Suatu elektron yang bergerak
relatif terhadap pengamat akan menghasilkan medan magnetik dan lintasan
elektron tersebut juga akan dilengkungkan oleh medan magnetik eksternal. Ketika
sebuah elektron dipercepat, ia dapat menyerap ataupun memancarkan energi
dalam bentuk foton. Elektron bersama-sama dengan inti atom yang terdiri
dariproton dan neutron, membentuk atom. Namun, elektron hanya mengambil
0,06% massa total atom. Gaya tarik Coulomb antara elektron dengan proton
menyebabkan elektron terikat dalam atom. Pertukaran ataupun perkongsian
elektron antara dua atau lebih atom merupakan sebab utama terjadinya ikatan
kimia.
Menurut teorinya, kebanyakan elektron dalam alam semesta diciptakan pada
peristiwa Big Bang (ledakan besar), namun ia juga dapat diciptakan
melalui peluruhan beta isotop radioaktif maupun dalam tumbukan berenergi
tinggi, misalnya pada saat sinar kosmis memasuki atmosfer. Elektron dapat
dihancurkan melalui pemusnahan dengan positron, maupun dapat diserap
semasa nukleosintesis bintang. Peralatan-peralatan laboratorium modern dapat
digunakan untuk memuat ataupun memantau elektron individual. Elektron
memiliki banyak kegunaan dalam teknologi modern, misalnya dalam mikroskop
elektron,terapi radiasi, dan pemercepat partikel.

9. PRINSIP KETIDAKPASTIAN HEISENBERG

23
Dalam fisika klasik terdapat anggapan bahwa setiap variabel dinamis dapat
diukur dengan ketelitian sekehendak. Anggapan ini tidak menyadari bahwa pada
prinsipnya terdapat suatu batas ketelitian dalam pengukuran. Werner Heisenberg
pada tahun 1927 mengemukakan bahwa perkalian ketidakpastian kedudukan
benda x pada suatu saat dengan ketidakpastian dalam pengukuran
momentum px (komponen ke arah x) pada saat itu, lebih besar atau sama dengan
tetapan Planck dibagi dengan 4 . Pernyataan ini dapat ditulis:

x px h/4
..................................................................... (1)
Ini berarti bahwa kedudukan benda dan momentumnya tidak dapat
ditentukan secara sekehendak. Dengan kata lain fungsi distribusi untuk posisi dan
momentum keduanya tidak dapat dibuat sesempit mungkin tetapi dibatasi oleh
relasi seperti pada persamaan (1). Ketidakpastian ini bukan disebabkan oleh alat
ukur atau masalah statistik, melainkan timbul dan sifat ketidakpastian alami yang
disebabkan oleh sifat partikel dan gelombang dari materi dan cahaya. Tertihat
bahwa dalam keterbatasan ketelitian inipun yang digambarkan oleh prinsip
ketidakpastian, tetapan Planck memegang peranan yang penting.
Ketidakpastian momentum dan posisi suatu zarah tidak dapat lepas satu dari
lainnya. Apabila dituntut ketakpastian yang tak berhingga bagi harga posisi
elektron ( x=0), maka tidak akan diperoleh sama sekali informasi mengenai
besarnya momentum linear elektron ( px=~), dan sebaliknya.
Ketidakpastian bukan lagi bergantung dari ketelitian alat, akan tetapi
merupakan sesuatu yang fundamental, sesuatu yang hakiki dengan dunia fisika
pada tingkat atom.

24
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
4. Benda hitam (bahasa Inggris black body) adalah obyek yang menyerap
seluruh radiasi elektromagnetik yang jatuh kepadanya atau sebutan untuk
benda yang mampu menyerap kalor radiasi (radiasi termal) dengan baik.
5. Istilah "benda hitam" pertama kali diperkenalkan oleh Gustav Robert
Kirchhoff pada tahun 1862. Cahaya yang dipancarkan oleh benda hitam
disebut radiasi benda hitam
6. Semakin tinggi suhu benda hitam, semakin banyak energi yang dapat
dipancarkan dengan pancaran radiasi dimulai dari panjang gelombang
merah, jingga, kuning hingga putih.
7. Radiasi benda hitam adalah radiasi dari sebuah lubang kecil pada sebuah
rongga.
8. Hubungan empiris sederhana antara panjang gelombang yang dipancarkan
untuk intensitas maksimum (lm) dengan suhu mutlak (T) sebuah benda yang
dikenal sebagai hukum pergeseran wien, yaitu :

maks T = C

9. Josef Stefan membuktikan bahwa intensitas radiasi total (P/A) oleh


suatu benda hitam panas adalah sebanding dengan pangkat empat dari suhu
mutlaknya. Bentuk persamaan empirisnya adalah sebagai berikut:

P = e A T4

10. Setiap osilator berkaitan dengan satu moda getar, oleh karena itu rapat
energi adalah: ( formula Rayleigh-Jean untuk radiasi benda hitam)

8 2
() = . () =
3

25
11. Foton adalah partikel elementer dalam fenomena elektromagnetik. Biasanya
foton dianggap sebagai pembawa radiasi elektromagnetik, seperti cahaya,
gelombang radio, dan Sinar-X.
12. Sifat foton tidak bermassa, tidak memiliki muatan listrik, dan tidak meluruh
secara spontan di ruang hampa.
13. Efek foto listrik adalah peristiwa terlepasnya elektron dari permukaan suatu
zat (logam), bila permukaan logam tersebut disinari cahaya (foton) yang
memiliki energi lebih besar dari energi ambang (fungsi kerja) logam.
14.Hukum emisi fotolistrik:
a) Untuk logam dan radiasi tertentu, jumlah fotoelektro yang dikeluarkan
berbanding lurus dengan intensitas cahaya yg digunakan.
b) Untuk logam tertentu, terdapat frekuensi minimum radiasi. di bawah
frekuensi ini fotoelektron tidak bisa dipancarkan.
c) Di atas frekuensi tersebut, energi kinetik yang dipancarkan fotoelektron
tidak bergantung pada intensitas cahaya, namun bergantung pada
frekuensi cahaya.
d) Perbedaan waktu dari radiasi dan pemancaran fotoelektron sangat kecil,
kurang dari 10-9detik.
15. Perubahan panjang gelombang foton setelah terhambur dinyatakan sebagai:


= (1 )
.

16. Compton meneliti bahwa ketika foton dengan panjang gelombang


menumbuk suatu elektron yang diam, ternyata elektron bergerak dengan
energi kinetik Ek dan foton terhambur dengan panjang gelombang dengan
menumbuk sudut terhadap arah gerak semula.
17. Louis de Broglie meneliti keberadaan gelombang melalui eksperimen
difraksi berkas elektron. Dari hasil penelitiannya inilah diusulkan materi
mempunyai sifat gelombang di samping partikel, yang dikenal dengan
prinsip dualitas.
18. Sifat-sifat gelombang dari partikel dinyatakan dalam persamaan:

26
= h/mv

19. Werner Heisenberg pada tahun 1927 mengemukakan bahwa perkalian


ketidakpastian kedudukan benda x pada suatu saat dengan ketidakpastian
dalam pengukuran momentum px (komponen ke arah x) pada saat itu,
lebih besar atau sama dengan tetapan Planck dibagi dengan 4 . Pernyataan
ini dapat ditulis:

x px h/4

3.2 SARAN
Mungkin inilah yang dibuat pada penulisan makalah ini meskipun penulisan
ini jauh dari sempurna minimal kita mengimplementasikan tulisan ini. Masih
banyak kesalahan dari penulisan makalah saya, karna saya manusia yang tidak
luput dari kesalahan, dan saya juga butuh saran/ kritikan agar bisa menjadi
motivasi untuk penulisan makalah di masa depan yang lebih baik sekarang. Saya
juga mengucapkan terima kasih atas dosen pembimbing mata kuliah Fisika Dasar
2 yaitu Bapak Joni H Panggabean. Yang telah memberi saya tugas makalah untuk
proses pembelajaran.

27

Anda mungkin juga menyukai