Anda di halaman 1dari 19

A.

RADIASI BENDA HITAM


Radiasi panas adalah radiasi yang dipancarkan oleh sebuah benda sebagai akibat
suhunya. Setiap benda memancarkan radiasi panas, tetapi pada umumnya, Anda
dapat melihat sebuah benda, karena benda itu memantulkan cahaya yang datang
padanya, bukan karena benda itu memancarkan radiasi panas. Benda baru terlihat
karena meradiasikan panas jika suhunya melebihi 1.000 K. Pada suhu ini benda
mulai berpijar merah seperti kumparan pemanas sebuah kompor listrik. Pada
suhu di atas 2.000 K benda berpijar kuning atau keputih-putihan, seperti pijar
putih dari filamen lampu pijar. Begitu suhu benda terus ditingkatkan, intensitas
relatif dari spektrum cahaya yang dipancarkannya berubah. Hal ini menyebabkan
pergeseran warna-warna spektrum yang diamati, yang dapat digunakan untuk
menentukan suhu suatu benda.
Secara umum bentuk terperinci dari spektrum radiasi panas yang dipancarkan
oleh suatu benda panas bergantung pada komposisi benda itu. Walaupun
demikian, hasil eksperimen menunjukkan bahwa ada satu kelas benda panas yang
memancarkan spektra panas dengan karakter universal. Benda ini adalah benda
hitam atau black body. Benda hitam didefinisikan sebagai sebuah benda yang
menyerap semua radiasi yang datang padanya. Dengan kata lain, tidak ada radiasi
yang dipantulkan keluar dari benda hitam. Jadi, benda hitam mempunyai harga
absorptansi dan emisivitas yang besarnya sama dengan satu. Seperti yang telah
Anda ketahui, bahwa emisivitas (daya pancar) merupakan karakteristik suatu
materi, yang menunjukkan perbandingan daya yang dipancarkan per satuan luas
oleh suatu permukaan terhadap daya yang dipancarkan benda hitam pada
temperatur yang sama. Sementara itu, absorptansi (daya serap) merupakan
perbandingan fluks pancaran atau fluks cahaya yang diserap oleh suatu benda
terhadap fluks yang tiba pada benda itu.

Gambar 8.2 Pemantulan yang terjadi pada benda hitam.


Benda hitam ideal digambarkan oleh suatu rongga hitam dengan lubang kecil.
Sekali suatu cahaya memasuki rongga itu melalui lubang tersebut, berkas itu
akan dipantulkan berkali-kali di dalam rongga tanpa sempat keluar lagi dari

lubang tadi. Setiap kali dipantulkan, sinar akan diserap dinding-dinding berwarna
hitam. Benda hitam akan menyerap cahaya sekitarnya jika suhunya lebih rendah
daripada suhu sekitarnya dan akan memancarkan cahaya ke sekitarnya jika
suhunya lebih tinggi daripada suhu sekitarnya. Benda hitam yang dipanasi sampai
suhu yang cukup tinggi akan tampak membara.
Radiasi benda hitam adalah radiasi elektromagnetik yang dipancarkan oleh
sebuah benda hitam. Radiasi ini menjangkau seluruh daerah panjang gelombang.
Distribusi energi pada daerah panjang gelombang ini memiliki ciri khusus, yaitu
suatu nilai maksimum pada panjang gelombang tertentu. Letak nilai maksimum
tergantung pada temperatur, yang akan bergeser ke arah panjang gelombang
pendek seiring dengan meningkatnya temperatur.

B. INTENSITAS RADIASI
1. Hukum Stefan-Boltzmann
Pada tahun 1879 seorang ahli fisika dari Austria, Josef Stefan melakukan
eksperimen untuk mengetahui karakter universal dari radiasi benda hitam. Ia
menemukan bahwa daya total per satuan luas yang dipancarkan pada semua
frekuensi oleh suatu benda hitam panas (intensitas total) adalah sebanding
dengan pangkat empat dari suhu mutlaknya. Sehingga dapat dirumuskan:
I = e T4

dengan I menyatakan intensitas radiasi pada permukaan benda hitam pada semua
frekuensi, T adalah suhu mutlak benda, dan adalah tetapan Stefan-Boltzman,
yang bernilai 5,67 10-8 Wm-2K-4. Gambar berikut memperlihatkan spektrum
cahaya yang dipancarkan benda hitam sempurna pada beberapa suhu yang
berbeda. Grafik tersebut memperlihatkan bahwa antara antara panjang
gelombang yang diradiasikan dengan suhu benda memiliki hubungan yang sangat
rumit.

Untuk kasus benda panas yang bukan benda hitam, akan memenuhi hukum yang
sama, hanya diberi tambahan koefisien emisivitas yang lebih kecil daripada 1
sehingga:
I total = e..T 4
Intensitas merupakan daya per satuan luas, maka persamaan diatas dapat ditulis
sebagai:

dengan:
P = daya radiasi (W)
Q = energi kalor (J)
A = luas permukaan benda (m2)
e = koefisien emisivitas
T = suhu mutlak (K)
Beberapa tahun kemudian, berdasarkan teori gelombang elektromagnetik cahaya,
Ludwig Boltzmann (1844 1906) secara teoritis menurunkan hukum yang
diungkapkan oleh Joseph Stefan (1853 1893) dari gabungan termodinamika dan
persamaan-persamaan Maxwell. Oleh karena itu, persamaan diatas dikenal juga
sebagai Hukum Stefan-Boltzmann, yang berbunyi:
Jumlah energi yang dipancarkan per satuan permukaan sebuah benda hitam
dalam satuan waktu akan berbanding lurus dengan pangkat empat temperatur
termodinamikanya.

2. Hukum pergesera wien


Bila suhu benda terus ditingkatkan, intensitas relative dari spectrum cahaya
yang dipancarkan berubah. Ini menyebabkan pergeseran dalam warna-warna
spectrum yang diamati, yang dapat digunakan untuk menaksir suhu suatu benda
seperti pada gambar :

Grafik Pergeseran Wien

Gambar diatas menunjukkan grafik antara intensitas radiasi yang dipancarkan


oleh suatu benda hitam terhadap panjang gelombang (grafik I l ) pada berbagai
suhu. Total energi kalor radiasi yang dipancarkan adalah sebanding dengan luas di
bawag grafik. Tampak bahwa total energi kalor radiasi radiasi meningkat dengan
meningkatnya suhu ( menurut hokum Stefan- Bolztman. Energi kalor sebanding
dengan pangkat empat suhu mutlak.
Radiasi kalor muncul sebanding suatau spectra kontinu, bukan spectra diskret
seperti garis-garis terang yang dilihat dalam spectra nyala api. Atau garis-garis
gelap yang dapat dilihat dalam cahaya matahari (garis Fraunhofer) (Spektra
adalah bentuk tunggal spectrum) Sebagai gantinya, semua panjang gelombang
hadir dalam distribusi energi kalor yang luas ini. Jika suhu bendahitam
meningkat, panjang gelombang untuk intensitas maksimum (lm) bergeser ke nilai
panjang gelombang yang lebih pendek
Pengukuran spectra benda hitam menunjukkan bahwa panjang gelombang untuyk
intensitas maksimum (lm) berkurang dengan meningkatnya suhu, seperti pada
persamaan berikut :

m = panjang gelombang dengan intensitas maksimum (m)


T = suhu mutlak benda hitam (K)
C = tetapan pergeseran Wien = 2,90 x 10 -3 m K
Pada suhu yang lebih tinggi (dalm orde 1000 K ) benda mulai berpijar merah,
seperti besi dipanaskan. Pada suhu diatas 2000 K benda pijar kuning atau
keputih-putihhan, seperti besi berpijar putih atau pijar putih dari filament
lampu pijar.
Jika suatu benda padat dipanaskan maka benda itu akan memancarkan radiasi
kalor. Pada suhu normal, kita tidak menyadari radiasi elektromagnetik ini karena
intensitasnya rendah. Pada suhu lebih tinggi ada cukup radiasi inframerah yang
tidak dapat kita lihat tetapi dapat kita rasakan panasnya jika kita mendekat ke
benda tersebut.

3. Perumusan Rayleigh dan Jeans


Kurva yang didapatkan dari percobaan sebelumnya merupakan hasil yang empiris,
yakni diperoleh dan disimpulkan sebagai hasil pengamatan atau percobaan. Pada
masa itu para ilmuwan mencoba mencari penjelasan atas kenyataan empiris
tersebut. Pada masa tersebut pula dua ilmuwan, yakni Lord Rayleigh (1842-1919)
dan Sir James Hopward Jeans (1877-1946) mencoba menggunakan teori kinetik
gas dalam fisika klasik untuk mengolah hasil empiris tersebut.
Menurut fisika klasik mengenai ekuipartisi energi, energi rata-rata setiap
derajat kebebasan pada suhu T adalah kT. Maka energi total untuk setiap
getaran gelombang menjadi kT, dengan k adalah tetapan Stefan-Boltzmann.
Meskipun mustahil untuk dapat menghitung besarnya kecepatan setiap partikel
gas dalam suatu ruang, teori maxwell dapat mengaitkan kecepatan setiap partikel
tersebut terhadap banyaknya partikel di dalam suatu kotak dan dijabarkan
melalui kurva distribusi Maxwell. Disini Rayleigh-Jeans melihat bahwa kurva yang
dijabarkan oleh maxwell serupa dengan hasil yang diperoleh pada intensitas
spektrum radiasi kalor Karena sebaran energi kinetik diwakili oleh sebaran
kecepatan karena energi kinetik dapat dinyatakan dalam kecepatan. Oleh karena
itu mereka beranggapan bahwa ada kemiripan antara sifat panas benda dan

radiasi kalor.
yang kecil berada dalam wilayah panjang gelombang ultraviolet. mengecil.
Penyimpangan persamaan Rayleigh-Jeans yang sangat jauh ini selanjutnya diberi
istilah katastropi ultraviolet karena mendekati nol. Hal ini sangat menyimpang
dari hasil empiris yang menunjukkan bahwa intensitas akan mendekati nol jika
yang mengecil, intensitas akan membesar. Bahkan intensitas akan menuju tak
hingga jika yang besar. Akan tetapi hasil matematis yang didapatkan mereka
untuk mendekati tak hingga maka intensitas akan mendekati nol. Hal ini sesuai
dengan hasil empiris untuk yang membesar, intensitas akan semakin kecil dan
jika Berdasarkan prinsip ekuipartisi energi, persaman matematis yang
didapatkan oleh Rayleigh dan Jeans menunjukkan bahwa untuk
Hal tersebut disebabkan mereka beranggapan bahwa energi yang dimiliki oleh
setiap spektrum gelombang bersifat kotinu. Artinya, energi gelombang dapat
memiliki sembarang nilai dalam batas yang ditentukan. Sehingga didapatkan nilai
energi yang mungkin dengan jumlah yang tak terhingga. Dan anggapan tersebut
menghasilkan suatu fungsi yang mengakibatkan ketidaksesuaian dengan hasil
eksperimen pada panjang gelombang pendek.

4. Teori Max Planck


Kegagalan teori Rayleigh-Jeans mendorong seorang fisikawan jerman Max Planck
(1858-1947) untuk mencoba melakukan pendekatan lain.
Planck menyadari pentingnya untuk memasukkan konsep energi maksimum dalam
perhitungan teoritis radiasi benda hitam. Menurut Planck, energi yang diserap
atau yang dipancarkan oleh getaran-getaran yang timbul di dalam rongga benda
hitam merupakan paket-paket atau kuanta. Besarnya energi setiap paket
merupakan kelipatan bilangan asli dari hf dengan h adalah tetapan Planck yang
besarnya 6,63 x 10-34 Js dan f adalah frekuensi paket energi. Secara
matematis, perumusan Planck dapat dituliskan menjadi
E = nhf
dengan n adalah kelipatan bilangan asli.
Planck membuat aturan bahwa energi setiap modus getar tidak boleh lebih dari
energi rata-rata yang dimiliki radiasi (kT). Akan tetapi, karena energi yang
mungkin dimilki oleh modus getar nhf, berarti semakin tinggi frekuensi, semakin
kecil kemungkinan untuk tidak melebihi kT.
Hubungan kuantum Planck menunjukkan bahwa ekuipartisi energi dan setiap jenis
getaran memiliki energi total yang berbeda-beda. Menurut Planck, teori klasik
gagal menjelaskan radiasi benda hitam pada panjang gelombang pendek karena
pada daerah itu kuanta energinya sangat besar sehingga hanya sedikit jenis

getaran yang tereksitasi. Berkurangnya jenis getaran yang tereksitasi


mengakibatkan getaran tertekan dan radiasi akan menurun menuju nol pada
frekuensi yang tinggi. Oleh karena itu rumus Planck dapat terhindar dari
catastropi ultraviolet.
Persamaan yang menujukkan besarnya energi per satuan luas yang dipancarkan
oleh suatu benda hitam yang terdistribusi diantara berbagai panjangnya telah
diturunkan oleh Max Planck pada 1900 dengan menggunakan teori kuantum, yaitu
sebagai berikut,
E=(2c^2 h)/^2 [1/(e^(hc/kT)-1)]
Pada persamaan tersebut, c adalah kecepatan rambat cahaya, adalah panjang
gelombang cahaya dan T adalah suhu mutlak permukaan benda hitam. Konstanta k
dan h dihitung berdasarkan data eksperimen, yakni kPada persamaan tersebut,
c adalah kecepatan rambat cahaya,
k = 1,38 x 10-23 JK-1 (disebut konstanta Boltzmann)
h = 6,63 x 10-34 Js (disebut konstanta Planck)
maks T = 2,898 x 10-3 mK.maks) dan suhu mutlak (T) suatu benda hitam telah
diturunkan oleh Wien yang disebut sebagai hukum pergeseran wien, yakni
Hubungan antara panjang gelombang energi maksimum.
Menurut Planck, atom-atom pada dinding rongga benda hitam memiliki sifat
seperti osilator harmonik. Energi yang dimiliki oleh osilator-osilator harmonik
tersebut hanya pada nilai-nilai f tertentu. Nilai-nilai tersebut merupakan
kelipatan bilangan asli dari hf, yakni hf, 2hf, 3hf, dan seterusnya. Osilator
harmonik tersebut tidak boleh memiliki energi selain harga-harga tersebut. Oleh
Planck energi osilator itu dikatakan terkuantisasi.

C. Penerapan Radiasi Benda Hitam


Setelah kita membahas konsep radiasi benda hitam, kali ini kita akan
mempelajari penerapannya. Dengan menggunakan prinsip radiasi benda hitam,
kita dapat menentukan daya yang dipancarkan oleh matahari, suhu matahari, dan
radiasi yang dipancarkan oleh tubuh manusia.

1. Penentuan Suhu Permukaan Matahari


Suhu permukaan matahari atau bintang dapat ditentukan dengan mengukur daya
radiasi matahari yang diterima bumi. Dengan menggunakan hukum StefanBoltzmann, total daya yang dipancarkan oleh matahari adalah:
PM = I.A
Jika diketahui:
I = e . . TM4
A = luas permukaan matahari = 4RM
e=1

maka PM = e . . TM44RM
Matahari memancarkan daya yang sama ke segala arah. Dengan demikian bumi
hanya menyerap sebagian kecil, yaitu:

Keterangan:
PM : daya yang dipancarkan matahari (watt)
TM : suhu permukaan matahari (K)
RM : jari jari matahari (m)
TM4 : laju radiasi matahari (watt/m2)
Pabs : daya yang diserap bumi (watt)
RB : jari-jari bumi (m)
D : jarak matahari ke bumi (m)
Meskipun bumi hanya menyerap sebagian daya dari matahari, namun bumi mampu
memancarkan daya ke segala arah. Besar daya yang dipancarkan bumi adalah:

Keterangan:
Pemt : daya yang dipancarkan bumi (watt)
TB : suhu permukaan bumi (K)
Misalnya bumi berada dalam kesetimbangan termal maka daya yang diserap bumi
sama dengan daya yang dipancarkan. Dengan demikian suhu permukaan matahari
adalah:

2. Radiasi Energi yang Dipancarkan Manusia


Penerapan radiasi benda hitam juga dapat diterapkan pada benda-benda yang
tidak berada dalam kesetimbangan radiasi. Sebagian besar energi manusia
diradiasikan dalam bentuk radiasi elektromagnetik, khususnya inframerah. Untuk
dapat memancarkan suatu energi, tubuh manusia harus menyerap energi dari
lingkungan sekitarnya. Total energi yang dipancarkan oleh manusia adalah selisih
antara energi yang diserap dengan energi yang dipancarkan.

PT = Ppancar Pserap
Dengan memasukkan hukum Stefan-Boltzmann diperoleh totalenergi yang
dipancarkan manusia sebagai berikut.
PT = Ae(T4 To4)
Sumber: http://rahmifis.blogspot.com/2012/11/radiasi-benda-hitam-a.html

Pengertian Radiasi Panas


Radiasi panas adalah radiasi yang dipancarkan oleh sebuah benda sebagai akibat suhunya.
Setiap benda memancarkan radiasi panas, tetapi pada umumnya, kalian dapat melihat sebuah
benda, karena benda itu memantulkan cahaya yang datang padanya, bukan karena benda itu
memancarkan radiasi panas. Benda baru terlihat karena meradiasikan panas jika suhunya
melebihi 1.000 K. Pada suhu ini benda mulai berpijar merah seperti kumparan pemanas
sebuah kompor listrik. Pada suhu di atas 2.000 K benda berpijar kuning atau keputih-putihan,
seperti pijar putih dari filamen lampu pijar. Begitu suhu benda terus ditingkatkan, intensitas
relatif dari spektrum cahaya yang dipancarkannya berubah. Hal ini menyebabkan pergeseran
warna-warna spektrum yang diamati, yang dapat digunakan untuk menentukan suhu suatu
benda.

Gambar 1. Filamen lampu pijar meradiasikan panas pada suhu di atas 2.000 K.
Secara umum bentuk terperinci dari spektrum radiasi panas yang dipancarkan oleh suatu
benda panas bergantung pada komposisi benda itu. Walaupun demikian, hasil eksperimen
menunjukkan bahwa ada satu kelas benda panas yang memancarkan spektra panas dengan
karakter universal. Benda ini adalah benda hitam atau black body.
Benda hitam didefinisikan sebagai sebuah benda yang menyerap semua radiasi yang datang
padanya. Dengan kata lain, tidak ada radiasi yang dipantulkan keluar dari benda hitam. Jadi,
benda hitam mempunyai harga absorptansi dan emisivitas yang besarnya sama dengan satu.
Seperti yang telah kalian ketahui, bahwa emisivitas (daya pancar) merupakan karakteristik
suatu materi, yang menunjukkan perbandingan daya yang dipancarkan per satuan luas oleh
suatu permukaan terhadap daya yang dipancarkan benda hitam pada temperatur yang sama.
Sementara itu, absorptansi (daya serap) merupakan perbandingan fluks pancaran atau fluks
cahaya yang diserap oleh suatu benda terhadap fluks yang tiba pada benda itu.

Gambar 2. Pemantulan yang terjadi pada benda hitam.


Benda hitam ideal digambarkan oleh suatu rongga hitam dengan lubang kecil. Sekali suatu
cahaya memasuki rongga itu melalui lubang tersebut, berkas itu akan dipantulkan berkali-kali
di dalam rongga tanpa sempat keluar lagi dari lubang tadi. Setiap kali dipantulkan, sinar akan
diserap dinding-dinding berwarna hitam. Benda hitam akan menyerap cahaya sekitarnya jika
suhunya lebih rendah daripada suhu sekitarnya dan akan memancarkan cahaya ke sekitarnya
jika suhunya lebih tinggi daripada suhu sekitarnya. Hal ini ditunjukkan pada Gambar 1.
Benda hitam yang dipanasi sampai suhu yang cukup tinggi akan tampak membara.
Benda hitam sempurna adalah pemancar kalor paling baik (e = 1). Contoh yang mendekati
benda hitam sempurna adalah kotak tertutup rapat yang dilubangi dengan lubang udara
(ventilasi) rumah.

Intensitas Radiasi Benda Hitam


Radiasi benda hitam adalah radiasi elektromagnetik yang dipancarkan oleh sebuah benda
hitam. Radiasi ini menjangkau seluruh daerah panjang gelombang. Distribusi energi pada
daerah panjang gelombang ini memiliki ciri khusus, yaitu suatu nilai maksimum pada
panjang gelombang tertentu. Letak nilai maksimum tergantung pada temperatur, yang akan
bergeser ke arah panjang gelombang pendek seiring dengan meningkatnya temperatur.
Pada tahun 1879 seorang ahli fisika dari Austria, Josef Stefan melakukan eksperimen untuk
mengetahui karakter universal dari radiasi benda hitam. Ia menemukan bahwa daya total per
satuan luas yang dipancarkan pada semua frekuensi oleh suatu benda hitam panas (intensitas
total) adalah sebanding dengan pangkat empat dari suhu mutlaknya. Sehingga dapat
dirumuskan:
I total = . T4 ....................................................... (1)
dengan I menyatakan intensitas radiasi pada permukaan benda hitam pada semua frekuensi, T
adalah suhu mutlak benda, dan adalah tetapan Stefan-Boltzman, yang bernilai 5,67 10-8
Wm-2K-4.

Untuk kasus benda panas yang bukan benda hitam, akan memenuhi hukum yang sama, hanya
diberi tambahan koefisien emisivitas yang lebih kecil daripada 1 sehingga:
I total = e..T4 ............................................................ (2)
Intensitas merupakan daya per satuan luas, maka persamaan (2) dapat ditulis sebagai:
P/A = = e. . T4 ...................................................... (3)
dengan:
P = daya radiasi (W)
A = luas permukaan benda (m2)
e = koefisien emisivitas
T = suhu mutlak (K)
Beberapa tahun kemudian, berdasarkan teori gelombang elektromagnetik cahaya, Ludwig
Boltzmann (1844 - 1906) secara teoritis menurunkan hukum yang diungkapkan oleh Joseph
Stefan (1853 - 1893) dari gabungan termodinamika dan persamaan-persamaan Maxwell.
Oleh karena itu, persamaan (2) dikenal juga sebagai Hukum Stefan- Boltzmann, yang
berbunyi:
Jumlah energi yang dipancarkan per satuan permukaan sebuah benda hitam dalam satuan
waktu akan berbanding lurus dengan pangkat empat temperatur termodinamikanya.

Hukum Pergeseran Wien


Untuk sebuah benda hitam, berlaku suatu hubungan antara panjang gelombang dengan suhu
mutlak yang dinyatakan :
m .T = C............................................................ (1)
dengan m merupakan panjang gelombang yang sesuai dengan radiasi energi maksimum, T
adalah temperatur termodinamik benda, dan C adalah tetapan pergeseran Wien (2,898 103
mK). Hubungan tersebut disebut Hukum pergeseran Wien, yang dinyatakan oleh Wilhelm
Wien (1864 - 1928).

Gambar 1. Grafik hubungan pergeseran Wien.


Gambar 1. memperlihatkan grafik hubungan antara intensitas radiasi dan panjang gelombang
radiasi benda hitam ideal pada tiga temperatur yang berbeda. Grafik ini dikenal sebagai grafik
distribusi spektrum. Intensitas merupakan daya yang dipancarkan per satuan panjang
gelombang. Ini merupakan fungsi panjang gelombang I maupun temperatur T, dan disebut
distribusi spektrum.
Dari grafik terlihat bahwa puncak kurva penyebaran energi spektrum bergeser ke arah ujung
spektrum panjang gelombang pendek dengan semakin tingginya temperatur.
Fungsi distribusi spektrum P (,T) dapat dihitung dari termodinamika klasik secara langsung,
dan hasilnya dapat dibandingkan dengan Gambar 1.
Hasil perhitungan klasik ini dikenal sebagai Hukum Rayleigh- Jeans yang dinyatakan:
P (,T) = 8 k T -4
dengan k merupakan konstanta Boltzmann.
Hasil ini sesuai dengan hasil yang diperoleh secara percobaan untuk panjang gelombang yang
panjang, tetapi tidak sama pada panjang gelombang pendek. Begitu mendekati nol, fungsi P
(, T ) yang ditentukan secara percobaan juga mendekati nol, tetapi fungsi yang dihitung
mendekati tak terhingga karena sebanding dengan -4. Dengan demikian, yang tak terhingga
yang terkonsentrasi dalam panjang gelombang yang sangat pendek. Hasil ini dikenal sebagai
katastrof ultraviolet.

Hukum Radiasi Planck


Pada tahun 1900, fisikawan Jerman, Max Planck, mengumumkan bahwa dengan membuat
suatu modifikasi khusus dalam perhitungan klasik dia dapat menjabarkan fungsi P (,T) yang
sesuai dengan data percobaan pada seluruh panjang gelombang.

Hukum radiasi Planck menunjukkan distribusi (penyebaran) energi yang dipancarkan oleh
sebuah benda hitam. Hukum ini memperkenalkan gagasan baru dalam ilmu fisika, yaitu
bahwa energi merupakan suatu besaran yang dipancarkan oleh sebuah benda dalam bentuk
paketpaket kecil terputus-putus, bukan dalam bentuk pancaran molar. Paket-paket kecil ini
disebut kuanta dan hukum ini kemudian menjadi dasar teori kuantum.

Gambar 2. Distribusi spektrum radiasi benda hitam terhadap panjang gelombang pada T =
1.600 K.
Rumus Planck menyatakan energi per satuan waktu pada frekuensi v per satuan selang
frekuensi per satuan sudut tiga dimensi yang dipancarkan pada sebuah kerucut tak terhingga
kecilnya dari sebuah elemen permukaan benda hitam, dengan satuan luas dalam proyeksi
tegak lurus terhadap sumbu kerucut.
Pernyataan untuk intensitas jenis monokromatik Iv adalah:
Iv = 2hc-2v3/(exp (hv/kT) 1) ....................................... (2)
dengan h merupakan tetapan Planck, c adalah laju cahaya, k adalah tetapan Boltzmann, dan T
adalah temperatur termodinamik benda hitam.
Intensitas juga dapat dinyatakan dalam bentuk energi yang dipancarkan pada panjang
gelombang per satuan selang panjang gelombang. Pernyataan ini dapat dituliskan dalam
bentuk:

Rumus Planck dibatasi oleh dua hal penting berikut ini.


1. Untuk frekuensi rendah v << (kT/h), dan panjang gelombang yang panjang >> (hc/kT),
maka akan berlaku rumus Rayleigh-Jeans.
Iv = 2.c-2.v2.k.T
atau

I = 2.c.-4 .k.T
Pada persamaan tersebut tidak mengandung tetapan Planck, dan dapat diturunkan secara
klasik dan tidak berlaku untuk frekuensi tinggi, seperti energi tinggi, karena sifat kuantum
foton harus pula diperhitungkan.
2. Pada frekuensi tinggi v >> (kT/h), dan pada panjang gelombang yang pendek << (hc/kT),
maka akan berlaku rumus Wien:
Iv = 2.h.c-2v3exp (-hv/kT)
atau
I = 2.h.c2. 5 exp (-hv/kT)
Max Planck menyatakan dua anggapan mengenai energi radiasi sebuah benda hitam.
1. Pancaran energi radiasi yang dihasilkan oleh getaran molekul-molekul benda dinyatakan
oleh:
E = n.h.v ........................................................ (4)
dengan v adalah frekuensi, h adalah sebuah konstanta Planck yang nilainya 6,626 10-34 Js,
dan n adalah bilangan bulat yang menyatakan bilangan kuantum.
2. Energi radiasi diserap dan dipancarkan oleh molekul-molekul secara diskret yang disebut
kuanta atau foton. Energi radiasi ini terkuantisasi, di mana energi untuk satu foton adalah:
E = h.v ........................................................ (5)
dengan h merupakan konstanta perbandingan yang dikenal sebagai konstanta Planck. Nilai h
ditentukan oleh Planck dengan menyesuaikan fungsinya dengan data yang diperoleh secara
percobaan. Nilai yang diterima untuk konstanta ini adalah:
h = 6,626 10-34 Js = 4,136 10-34 eVs.
Planck belum dapat menyesuaikan konstanta h ini ke dalam fisika klasik, hingga Einstein
menggunakan gagasan serupa untuk menjelaskan efek fotolistrik.

Pengertian Efek Fotolistrik


Pada tahun 1905, Einstein menggunakan gagasan Planck tentang kuantisasi energi untuk
menjelaskan efek fotolistrik. Efek fotolistrik ditemukan oleh Hertz pada tahun 1887 dan telah
dikaji oleh Lenard pada tahun 1900. Gambar 1. menunjukkan diagram sketsa alat dasarnya.
Apabila cahaya datang pada permukaan logam katoda C yang bersih, elektron akan
dipancarkan. Jika elektron menumbuk anoda A, terdapat arus dalam rangkaian luarnya.
Jumlah elektron yang dipancarkan yang dapat mencapai elektroda dapat ditingkatkan atau

diturunkan dengan membuat anoda positif atau negatif terhadap katodanya. Apabila V positif,
elektron ditarik ke anoda.

Gambar 1. Sketsa alat untuk mengkaji efek elektromagnetik.


Apabila V negatif, elektron ditolak dari anoda. Hanya elektron dengan energi kinetik
mv2 yang lebih besar dari eV kemudian dapat mencapai anoda. Potensial V0 disebut potensial
penghenti. Potensial ini dihubungkan dengan energi kinetik maksimum elektron yang
dipancarkan oleh:
( mv2)maks = e.V0 .................................................... (1)
Percobaan yang lebih teliti dilakukan oleh Milikan pada tahun 1923 dengan menggunakan sel
fotolistrik. Keping katoda dalam tabung ruang hampa dihubungkan dengan sumber tegangan
searah. Kemudian, pada katoda dikenai cahaya berfrekuensi tinggi. Maka akan tampak
adanya arus listrik yang mengalir karena elektron dari katoda menuju anoda. Setelah katoda
disinari berkas cahaya, galvanometer ternyata menyimpang. Hal ini menunjukkan bahwa ada
arus listrik yang mengalir dalam rangkaian.

Gambar 2. Efek fotolistrik.


Einstein telah menjelaskan bahwa untuk mengeluarkan elektron dari permukaan logam
dibutuhkan energi ambang. Jika radiasi elektromagnet yang terdiri atas foton mempunyai
enegi yang lebih besar dibandingkan energi ambang, maka elektron akan lepas dari
permukaan logam.
Akibatnya energi kinetik maksimum dari elektron dapat ditentukan dengan persamaan:
Ek = h.f h. f0 ................................................... (2)
dengan:
f, f0 = frekuensi cahaya dan frekuensi ambang (Hz)
h = konstanta Planck (6,63 10-34 Js)
Ek = energi kinetik maksimum elektron ( J)
Penerapan Efek Fotolistrik pada Sel Surya

Gambar 3. Panel Sel Suya. (Foto : inhabitat.com)


Sel surya atau sel fotovoltaik adalah memanfaatkan efek fotolistrik untuk membangkitkan
arus listrik dari cahaya matahari. Efek fotolistrik muncul ketika cahaya tampak atau radiasi
ultraviolet jatuh ke permukaan benda tertentu. Cahaya atau radiasi mendorong elektron keluar
dari benda tersebut, yang jumlahnya dapat diukur dengan meteran listrik.
Keunikan efek fotolistrik adalah ia hanya muncul ketika cahaya yang menerpa memiliki
frekuensi di atas nilai ambang tertentu. Di bawah nilai ambang tersebut, tidak ada elektron
yang terpancar keluar, tidak peduli seberapa banyak cahaya yang menerpa benda. Frekuensi
minimum yang kemunculan efek fotolistrik tergantung pada jenis bahan yang disinari.

Efek Compton
Gejala Compton merupakan gejala hamburan (efek) dari penembakan suatu materi dengan
sinar-X. Efek ini ditemukan oleh Arthur Holly Compton pada tahun 1923. Jika sejumlah
elektron yang dipancarkan ditembak dengan sinar-X, maka sinar-X ini akan terhambur.
Hamburan sinar-X ini memiliki frekuensi yang lebih kecil daripada frekuensi semula.

Menurut teori klasik, energi dan momentum gelombang elektromagnetik dihubungkan oleh:
E = p.c
E2 = p2.c2 + (m.c2)2 ............................................... (3)
Jika massa foton (m) dianggap nol. Gambar 3. menunjukkan geometri tumbukan antara foton
dengan panjang gelombang , dan elektron yang mula-mula berada dalam keadaan diam.

Gambar 4. Gejala Compton sinar-x oleh elektron.


Compton menghubungkan sudut hamburan terhadap yang datang dan panjang gelombang
hamburan 1 dan 2. p1 merupakan momentum foton yang datang dan p2 merupakan
momentum foton yang dihamburkan, serta p.c merupakan momentum elektron yang
terpantul.
Kekekalan momentum dirumuskan:
p1 = p2 + pe atau pe = p1 p2
Dengan mengambil perkalian titik setiap sisi diperoleh:
pe2 = p12 + p22 2p1p2cos .................................. (4)
Kekekalan energi memberikan:

Hasil Compton adalah:

Sumber: http://perpustakaancyber.blogspot.com/2013/04/pengertian-radiasibenda-hitam-radiasi-panas-rumus-contoh-soal-jawaban-intensitas-fisikapraktikum.html

Anda mungkin juga menyukai