Anda di halaman 1dari 20

A.

SUPER KONDUKTOR
TEMPERATUR RENDAH
KELOMPOK IX
ANNISA MAGFIRAH A 241 14 058
SUPRAPTO A 241 14 117
FITRA A 241 15 036
FEBRIANI A 241 15 069
 Pengertian Superkonduktor

Superkonduktor merupakan bahan material yang


memiliki hambatan listrik bernilai nol pada suhu yang
sangat rendah. Artinya superkonduktor dapat
menghantarkan arus walaupun tanpa adanya sumber
tegangan. Karakteristik dari bahan Superkonduktor
adalah medan magnet dalam superkonduktor bernilai
nol dan mengalami efek meissner. Resistivitas suatu
bahan bernilai nol jika dibawah suhu kritisnya.
Sifat Kelistrikan Superkonduktor

Bahan logam tersusun dari kisi-


kisi dan basis serta elektron
bebas. Ketika medan listrik
diberikan pada bahan elektron
akan mendapat percepatan.
Medan listrik akan
menghamburkan elektron ke
segala arah dan menumbuk atom-
atom pada kisi. Hal ini
menyebabkan adanya hambatan
listrik pada logam konduktor.
Sifat Kemagnetan Superkonduktor

Sifat lain dari superkonduktor yaitu bersifat diamagnetisme


sempurna. Jika sebuah superkonduktor ditempatkan pada medan magnet,
maka tidak akan ada medan magnet dalam superkonduktor. Hal ini
terjadi karena superkonduktor menghasilkan medan magnet dalam bahan
yang berlawanan arah dengan medan magnet luar yang diberikan. Efek
yang sama dapat diamati jika medan magnet diberikan pada bahan dalam
suhu normal kemudian didinginkan sampai menjadi superkonduktor.
Pada suhu kritis, medan magnet akan ditolak. Efek ini dinamakan Efek
Meissner.
Sifat Quantum Superkonduktor

Teori dasar Quantum untuk superkonduktor dirumuskan melalui


tulisan Bardeen, Cooper dan Schriefer pada tahun 1957. Teori BCS
menjelaskan bahwa :
 Interaksi tarik menarik antara elektron dapat menyebabkan
keadaan dasar terpisah dengan keadaan tereksitasi oleh energi gap.
Interaksi antara elektron, elektron dan kisi menyebabkan adanya
energi gap yang diamati. Mekanisme interaksi yang tidak langsung
ini terjadi ketika satu elektron berinteraksi dengan kisi dan
merusaknya. Elektron kedua memanfaatkan keuntungan dari
deformasi kisi. Kedua elektron ini beronteraksi melalui deformasi kisi.
Kelompok Superkonduktor

Superkonduktor bersuhu kritis rendah

Superkonduktor jenis ini memiliki suhu kritis


lebih kecil dari 23 K. Superkonduktor jenis ini
sudah ditinggalkan karena biaya yang mahal
untuk mendinginkan bahan.

Superkonduktor bersuhu kritis tinggi

Superkonduktor jenis ini memiliki suhu kritis lebih besar dari


78 K. Superkonduktor jenis ini merupakan bahan yang sedang
dikembangkan sehingga diharapkan memperoleh
superkonduktor pada suhu kamar sehingga lebih ekonomis.
1. Tinjauan Histori

 Superkonduktivitas mendapat perhatian khusus dari

Onnes di Leiden (1911) karena resistivitas bahan ini


sangat kecil dan bahkan hilang pada temperatur
yang sangat rendah. Ia menyelidiki titik kritis untuk
bahan logam Pb, Sn dan In.
Tabel 10.1 sifat-sifat beberapa
superkonduktor dalam urutan kronologis
2. Efek meissner

 Superkonduktor adalah material yang memiliki resistansi (tahanan) listrik nol.


superkonduktor dapat menghantarkan arus listrik tanpa adanya pengurangan energi.
Dengan kata lain arus listrik dapat mengalir selamanya tanpa adanya pengurangan
energi dalam penghantar yang memiliki sifat superkonduktor.
 Efek Meissner adalah peristiwa superkonduktor menolak medan magnet luar yang
mengenainya. Tahun 1933 Meissner dan Ochsenfel menemukan bahwa superkonduktor
mengeluarkan fluks magnetik selama bahan tersebut didinginkan dibawah Tc dalam
medan magnet luar, yang berarti superkonduktor ini berperilaku seperti bahan
diamagnetik sempurna. Karena B = 0 didalam superkonduktor, maka berdasarkan
persamaan B = μo (H + M) dituliskn menjadi :
 Arus ini mengalir sepanjang permukaan superkonduktor dan menghasilkan magnetisasi
M yang secara tepat menjadikan Hc didalam superkonduktor. Karena superkonduktor
mempunyai resistansi listrik nol, arus ini hampir tetap konstan dan dapat mengalir
secara tak terbatas. Arus ini disebut superatus. Persamaan ini menunjukan superatus
permukaan total. Hubungan antara penembusan medan magnet luar di dalam sebuah
bahan superkonduktor secara eksperimen diberikan oleh

 Disini Hc menggambarkan medan magnet pada permukaan, λL disebut panjang


karakterisasi atau kedalaman penembusan medan. Jadi kedalaman penembusan
didefinisikan sebagai jarak didalam suatu superkonduktor sedemikian rupa sehngga
medan magnet berkurang menjadi 1/e dari nilainya pada permukaan superkonduktor.
Oleh karena itu, dengan memasukkan gagasan tentang penembusan medan menjadi jelas
bahwa superatus tetap berhingga dimana saja.
3. Medan kritis dan temperatur kritis

 Jika bahan superkonduktor ditempatkan pada suatu medan magnet


yang cukup kuat maka bahan tersebut akan kembali ke keadaan
normalnya. Nilai medan magnet pada bahan super konduktivitas
hilang disebut medan ambang atau medan kritis, Hc, yang mempunyai
orde beberapa ratus oersted untuk beberapa superkonduktor murni.
Medan ini berubah terhadap temperatur. Jadi kita hanya mendapatkan
superkonduktor dalam suatu rentangan tertentu dari medan magnet
dan temperatur. Untuk medan dan temperatur yang lebih tinggi,
keadaan normal lebih stabil. Hubungan antara medan magnet kritis
dan temperatur dituliskan :
B. MACAM DAN KARAKTERISTIK
SUPERKONDUKTOR

 1.Macam Superkonduktor

 Berdasarkan interaksi dengan medan magnetnya, maka


superkonduktor dapat dikelompokkan ke dalam dua tipe.
Pengelompokkan ini didasarkan pada perilakunya dalam medan
magnet luar. Superkonduktor yang mengikuti efek meissner secara
ketat dikelompokkan pada tipe 1. Superkonduktor ini menunjukkan
diamagnet sempurna dibawah medan kritis Hc. Selama medan
magnet dinaikkan diluar Hc, medan itu menembus bahan secara
sempurna dan bahan ini secara tiba-tiba kembali ke resistif normal.
Titik kritis bahan ini biasanya sangat rendah.
 Superkonduktor tipe I menurut teori BCS (Bardeen, Cooper, dan
Schrieffer) dijelaskan dengan menggunakan pasangan elektron
(yang sering disebut pasangan Cooper). Pasangan elektron bergerak
sepanjang terowongan penarik yang dibentuk ion-ion logam yang
bermuatan positif.
Gambar Grafik hambatan dengan suhu
 Akibat dari adanya pembentukan pasangan dan tarikan ini arus listrik akan
bergerak dengan merata dan superkonduktivitas akan terjadi. Superkonduktor yang
berkelakuan seperti ini disebut superkonduktor jenis pertama yang secara fisik
ditandai dengan efek Meissner, yakni gejala penolakan medan magnet luar (asalkan
kuat medannya tidak terlalu tinggi) oleh superkonduktor.
 Bila kuat medannya melebihi batas kritis, gejala superkonduktivitasnya akan
menghilang. Maka pada superkonduktor tipe I akan terus – menerus menolak
medan magnet yang diberikan hingga mencapai medan magnet kritis. Kemudian
dengan tiba-tiba bahan akan berubah kembali ke keadaan normal.
 Superkonduktor tipe II tidak dapat dijelaskan dengan teori BCS karena apabila
superkonduktor jenis II ini dijelaskan dengan teori BCS, efek Meissner-nya tidak
terjadi
 Abrisokov berhasil memformulasikan teori baru untuk menjelaskan
superkonduktor jenis II ini. Ia mendasarkan teorinya pada kerapatan pasangan
elektron yang dinyatakan dalam parameter keteraturan fungsi gelombang.
Abrisokov dapat menunjukkan bahwa parameter tersebut dapat mendeskripsikan
pusaran (vortices) dan, m Bc, Ba, 0 Superkonduktor Konduktor Biasa
Gambar 10.2 Grafik magnetisasi terhadap medan magnet

 Grafik Magnetisasi terhadap Medan


magnet bagaimana medan magnet dapat
menetrasi bahan sepanjang terowongan
dalam pusaran-pusaran ini. Lebih lanjut
ia pun dengan secara mendetail dapat
memprediksikan jumlah pusaran yang
tumbuh seiring meningkatnya medan
magnet.
 Teori ini merupakan terobosan dan masih
digunakan dalam pengembangan dan
analisis superkonduktor dan magnet.
Superkonduktor tipe II akan menolak
medan magnet yang diberikan. Namun
perubahan sifat kemagnetan tidak tiba-
tiba tetapi secara bertahap. Pada suhu
kritis, maka bahan akan kembali ke
keadaan semula. Superkonduktor Tipe II
memiliki suhu kritis yang lebih tinggi dari
superkonduktor tipe I.
 Superkonduktor tipe II tidak mengikuti efek meissner secara
ketat. Bahan magnet tidak menembus bahan ini secara tiba-
tiba pada medan kritis. Pada medan yang lebih kecil dari Hc,
menunjukkan sifat bahan diamagnetisme sempurna dan
penembusan fluks tidak terjadi. Setelah medan lebih besar
dari medan kritis, fluks mulai menembus bahan dan untuk
H=Hc penembusan sempurna terjadi sehinnga bahan itu
menjadi konduktor normal. Superkonduktor tipe II ini juga
disebut superkonduktor keras karena medan yang relatif
besar dibutuhkan untuk mengembalikan bahan tersebut ke
kedaan normal. Histerisis magnetik besar dapat diinduksikan
dalam bahan-bahan ini dengan perlakuan mekanis yang
cocok. Oleh karena itu bahan ini dapat digunakan untuk
menghasilkan kawat superkonduktor yang dapat
dimanfaatkan untuk menghasilkan medan magnet tinggi
2.Karakteristik superkonduktor

 Suatu penurunan entropi yang mencolok dapat diamati selama transisi dari keadaan normal
kekeadaan superkonduktor dekat temperatur kritis yang menunjukkan bahwa keadaan
superkonduktor lebih teratur dari pada keadaan normal. Struktur elektron dalam suatu benda
padat merupakan faktor yang terutama dipengaruhi selama transisi superkonduktor. Beberapa
atau semua elektron tereksitasi secara termal dalam keadaan normal diatur dalam keadaan
superkonduktor.
 Hubungan antara kapasitas panas dengan temperatur dipengaruhi oleh:

Jadi grafik antara Cn/T terhadap T2 adalah garis lurus. Suku pertama dari persamaan diatas
menggambarkan sumbangan elektron terhadap panas jenis, sedangkan suku kedua
menggambarkan sumbangan getaran kisi tetap tidak terpengaruh dalam keadaan superkonduktor
jelaslah bahwa hanya panas spesifik elektron yang berubah dalam keadaan superkonduktor. Panas
jenis elektronik (Ce) dalam keadaan superkonduktor tidak menunjukkan variasi linear terhadap
temperatur. Panas jenis elektronik ini dipengaruhi secara exponensial sebagai :

 Jadi grafik antara Cn Ce terhadap 1/T adalah garis lurus.


 Celah energi dalam superkonduktor
 Celah energi dalam superkonduktor mempunyai sifat berbeda dengan celah energi
dalam isolator. Dalam superkonduktor mempunyai sifat berbeda dengan celah
energi dalam isolator. Dalam superkonduktor dihubungkan dengan gas fermi. Celah
energi dalam superkonduktor memisahkan keadaan tereksitasi dan keadaan dasar
dan dihubungkan menurut:

 Elektron-elektron yang berada dalam keadaan tereksitasi berperilaku sebagai


elektron biasa dan menciptakan resistansi, sedangkan elektron-elektron yang
berada dibawahnya berperilaku sebagai elektron-elektron superkonduktor. Celah
energi bervariasi terhadap temperatur. celah energi maksimum pada 0 K dan turun
secara kontiniu menjadi nol selama temperatur dinaikkan sampai temperatur kritis.
Oleh karena itu tidak ada eektron di celah energi pada 0 K dan semua elektron
superkonduktor menjadi biasa pada T = TC. Karena adanya celah
energi,superkonduktor menanggapi radiasi-radiasi elektromagnetik frekuensi tinggi
dengan frekuensi tertentu. Jadi celah energi merupakan corak karakteristk semua
superkonduktor yang menentukan sifat-sifat termalnya dan juga tanggapannya
terhadap medan elektromagnetik berfrekuensi tinggi.

Anda mungkin juga menyukai