Anda di halaman 1dari 5

MECHANICAL MILLING (PENENTUAN PERUBAHAN UKURAN PARTIKEL)

Adam Mulawarman (K1C019074) & Eva Himatun Aliah (K1C019075)


Asisten: Yazid Nur Isnen
Tanggal Percobaan: 09/11/2021
PAF15313 - Praktikum Fisika Eksperimen I
Laboratorium Fisika Inti dan Material – Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unsoed

Abstrak kecepatan penggilingan, ukuran dan distribusi


ukuran bola, penggilingan kering atau basah, suhu
Percobaan metode mechanical milling bertujuan untuk
penggilingan dan durasi penggilingan. Energi
mendeskripsikan mekanisme metode mechanical milling dalam
kinetik bola adalah fungsi dari massa dan
proses memperkecil ukuran partikel menggunakan alat
kecepatan, oleh karena itu material padat (baja atau
Shaker Mill PPF-UG, mengoperasikan alat Shaker Mill
tungsen carbide) lebih lebih baik dari pada bola
PPF-UG untuk proses milling sampel, dan menentukan
keramik, dan distribusi ukuran harus dioptimalkan
perubahan ukuran partikel dan lama waktu milling yang
[1]. Suhu selama penggilingan dapat bergantung
efesien setelah di-milling dengan variasi waktu yang sudah
pada energi kinetik bola dan karakteristik
ditentukan. Milling merupakan salah satu metode untuk
material media bubuk dan penggilingan. Suhu
mencampurkan material. Dalam percobaan ini alat dan
bubuk dapat mempengaruhi konsentrasi
bahan yang digunakan antara lain Shaker Mill PPF-UG,
difusivitas dan kerusakan pada bubuk yang
timbangan digital, saringan 80, 120, 250 mesh, Vial, Kunci
memperngaruhi transformasi fasa yang diinduksi
Inggris, Spatula, Cawan ukur kapasitas 10 ml. Praktikum
oleh penggilingan. Temperatur yang lebih tinggi
ini dilakukan dengan cara menimbang FE3O4 dan ball mill,
diharapkan diharapkan menghasilkan fase yang
selanjutnya dimasukkan ke dalam vial serta memvariasikan
membutuhkan mobilitas atomik yang lebih tinggi
waktu. Setelah di-milling, sampel disaring lagi menggunakan
(intermetalik) sedangkan pada suhu yang lebih
saringan ukuran 120 dan 250 mesh. Lalu mencatat hasil
rendah pembentukan fase amorf diharapkan jika
massa nya dan dilakukan perhitungan presentase dari sampel
milling. cukup energinya. Suhu rendah juga dapat
meningkatkan pembentukan fase nanokristalin.
Selain itu, deformasi laju regangan dan regangan
Kata kunci: : Mechanical miling, FE3O4, ball mill, , mesh. kumulatif tinggi yang menyertai selama bola
bertumbukan menyebabkan partikel patah[3].

1. PENDAHULUAN Mechanical alloying adalah suatu metode


pemrosesan bahan material yang melibatkan
Mechanical milling adalah salah satu metode pengelasan berulang, perpatahan, dan pengelasan
untuk mengurangi ukuran partikel dan ulang campuran partikel serbuk, umumnya dalam
pencampuran partikel dalam fase baru. Ada dua ball mill berenergi tinggi untuk menghasilkan
jenis milling yaitu wet milling atau pencampuran struktur mikro yang terkontrol dan sangat halus.
basah (untuk material yang mudah teroksidasi) Teknik mechanical alloying ini memungkinkan
dan dry milling atau pencampuran kering (untuk paduan elemen yang sulit atau tidak mungkin
material yang tidak mudah teroksidasi). Dalam digabungkan dengan metode peleburan secara
proses milling biasanya digunakan ball mill konvensional. Secara umum, proses ini dapat
dengan perbandingan massa serbuk dan ball mill dilihat sebagai cara untuk merakit unsur logam
adalah 1:5 [4]. Berbagai jenis tipe ball mill dapat dengan struktur mikro yang terkontrol. Jika dua
digunakan untuk sintetis nanomaterial di mana logam akan membentuk larutan padat, mechanical
bola berdampak pada muatan bubuk. Bola dapat alloying dapat digunakan untuk mencapai
menggulung permukaan ruangan dalam keadaan ini tanpa menggunakan suhu yang sangat
serangkaian lapisan paralel atau bisa jatuh bebas tinggi. Sebaliknya jika kedua logam tidak larut
memberi dampak pada bubuk di bawahnya. dalam keadaan cair atau padat, dispersi yang
Kinetik dari mechanical milling atau alloying sangat halus dari salah satu logam yang lain dapat
bergantung pada pada energi yang ditransfer ke dicapai. Proses mechanical alloying awalnya
serbuk dari bola selama milling [2]. dikembangkan sebagai cara untuk mengatasi
kerugian terkait penggunaan P/M untuk elemen
Transfer energi ditentukan oleh banyak alloy yang sulit untuk digabungkan. Dengan
parameter seperti jenis milling, serbuk yang menggunakan P/M, homogenitas ditentukan oleh
dipasok untuk menggerakkan ruang penggilingan, ukuran partikel, tetapi kontaminasi dan bahaya
Laporan Praktikum – Laboratorium Fisika Inti dan Material – FMIPA Unsoed 1
panas menjadi sebuah peringatan ketika ukuran Bahan magnet dengan koersivitas yang
patikel sangat kecil [5]. tinggi, cenderung memiliki kristalit lebih kecil dari
domain magnetik (sekitar 1µm). Untuk pengolahan
bahan-bahan tersebut beberapa metode telah
dikembangkan, diantaranya kristalisasi dari kaca,
mekano-kimia, metalurgi serbuk (mechanical
alloying) dan mekanik paduan. Pada metoda
paduan mekanik, bahan yang digunakan adalah
serbuk BaFe12O19 dan Al2O3. Proses ini terdiri
dari dua tahap yaitu penggilingan (milling) dan
annealing (ferritization). Pada umumnya
penggilingan ini dilakukan di dalam jar mill
dengan media air, agar diperoleh distribusi ukuran
partikel yang lebih homogen, melindungi
terjadinya aglomerasi dan adhesi. Distribusi yang
homogen dari partikel tersebut setelah
Gambar 2.1 Proses tumbukan antara bubuk dan penggilingan (milling) merupakan faktor penting
bola pada saat proses milling yang mempengaruhi proses ferritization dan sifat
magnetik setelah dimagnetisasi. Adapun fungsi
penambahan bahan logam dalam pembuatan
magnet barium heksaferit agar terjadinya
perubahan bentuk dari hard magnetic (H=+10
kAm) menjadi soft magnetic (H=- 10kAm). Sifat
bahan ini mempunyai permeabilitas, hambatan
jenis, dan konduktivitas yang tinggi serta
koersivitas yang rendah. Sifat-sifat inilah yang
dibutuhkan sehingga bahan tersebut dapat
dijadikan sebagai absorber [7].

2. METODOLOGI

Untuk memperoleh mechanical milling, dilakukan


Gambar 2.2 Skema gerakan bola dan serbuk dalam metode eksperimen. Sebelumnya dilakukan
vial pada saat proses milling persiapan seperti pada Tabel 2-1 Alat dan Bahan
yang Digunakan. Dan yang terakhir dilakukan
perhitungan presentase serta membuat grafik
Energi impek bola-bola milling pada arah perbandingan.
normal mencapai 40 kali lebih besar dari akselerasi
gravitasi. Selama proses milling terdapat empat
2.1 ALAT DAN BAHAN
gaya yang terjadi pada material, yaitu tumbukan
TABEL 2-1 ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN
(impact) , atrisi (attrition), gesekan ( shear) , dan
kompresi (compression) [4]. NO ALAT BAHAN

Pasir besi adalah endapan pasir yang 1. Shaker Mill PPF- Ball Mill
mengandung partikel besi (magnetit) yang UG
terdapat di sepanjang pantai terbentuk karena
proses penghancuran oleh cuaca, air permukaan, 2. Timbangan digital Plastik sampel
dan gelombang terhadap batuan asal yang dan label
mengandung mineral besi seperti magnetit, ilmenit,
dan oksida besi, kemudian terakumulasi serta 3. Saringan 80, 120, Fe3O4 (pasir besi)
tercuci oleh gelombang air laut. Pasir besi terutama dan 250 mesh
berasal dari batuan basaltik dan andesitik volkanik.
Secara umum banyak dipakai dalam industri 4. Vial
diantaranya sebagai bahan baku pabrik baja, dan
bahan magnet dengan mengambil bijih besinya, 5. Kunci inggris
pabrik keramik, pabrik semen dan bahan refractory
dengan mengambil silikatnya [6].
Laporan Praktikum – Laboratorium Fisika Inti dan Material – FMIPA Unsoed 2
6. Spatula 3. HASIL DAN ANALISIS

7. Cawan ukur 3.1 DATA PRAKTIKUM


kapasitas 10 ml TABEL 3-1 PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Lokasi Google Meet

2.2 DIAGRAM ALIR hari/tgl: Selasa, jam: 10.00-12.00


WIB
11 November
2021

TABEL 3-2 DATA HASIL PRAKTIKUM

Sampel Awal
120 mesh 250 mesh
(m0) Waktu
Milling
Mass Prese
Ukuran (menit) Mass Mass Present
a (gr) ntase
(mesh) a (gr) a (gr) ase (%)
(%)

11.96
10 79.76 6.913 46.087
4

12.25 81.71
15 80 20 7.461 49.74
7 3

12.58 83.88
30 7.680 51.2
3 7

3.2 PEMBAHASAN

Metode Density Functional Theory adalah


metode komputasi yang mempelajari sifat molekul
berdasarkan pada penentuan densitas elektron
orbital. Metode Density Functional Theory umum
digunakan untuk optimisasi geometri dan struktur
elektron kompleks logam transisi. Metode ini
cukup akurat, mudah digunakan, dan cukup untuk
mempelajari molekul yang relatif besar dari
kompleks logam transisi. Keakuratan perhitungan
metode Density Functional Theory dapat diuji
dengan cara mencocokkan data perhitungannya
dengan data eksperimen seperti data XRD, UV-Vis,
FTIR, dan NMR. Density Functional Theory atau
teori fungsi kerapatan telah berkembang dengan
pesat selama beberapa dekade terakhir sebagai
metode yang sangat berguna untuk simulasi sistem
kimia. Density Functional Theory dibangun
dengan pemikiran bahwa energi elektronik sistem
dapat didefinisikan sebagai persamaan dari
kerapatan probabilitas elektron (ρ). Untuk sistem
dengan elektron sejumlah n, ρ(r) menggambarkan
Laporan Praktikum – Laboratorium Fisika Inti dan Material – FMIPA Unsoed 3
kerapatan elektron total dalam ruang lingkup Jika dilihat dari Tabel 3-2 Data Hasil Praktikum,
tertentu (r). Berdasarkan formalisme Density maka dapat dibuat grafik seperti dibawah ini
Functional Theory, energi elektronik E dianggap
sebagai fungsional dari kerapatan elektron E(ρ),
dengan pengertian bahwa fungsi ρ(r) berkaitan
dengan sebuah energi tunggal, sebagai contoh
korespodensi satu-satu antara kerapatan elektron
dalam sistem dengan energinya.

Pertimbangan utama dalam proses


pembuatan material nanopartikel yaitu
kemudahan dalam pembuatan, biaya teknologi
pembuatan yang murah, jangkauan produk yang
dihasilkan, laju produksi yang tinggi dan aplikasi
produk yang sangat luas. Maka mechanical milling
sangat penting dilakukan untuk sintesis
nanopartikel, dikarenakan pada proses tersebut
akan mencari waktu yang optimal dengan biaya Gambar 3.2.1 Grafik Mechanical Milling Ukuran 120 Mesh
yang terjangkau.
Pada grafik terlihat bahwa pada ukuran
Adanya waktu pada proses mechanical 120 mesh saat massa awal disamaratakan yaitu 15
milling karena adanya kualitas produk hasil milling gram, pada waktu 10 menit didapatkan 11.964
yang dapat dilihat dari waktu proses pengerjaanya. mesh, pada waktu 20 menit didapatkan 12.257
Oleh karena itu hasil milling perlu diperhatikan mesh, dan pada waktu 30 menit didapatkan 12.584
dan dicari solusi untuk mendapatkan waktu yang mesh. Dapat diartikan dengan semakin
optimal. Untuk mengatasi hal ini, maka diperlukan bertambahnya waktu, maka akan semakin besar
penelitian sehingga nantinya dapat melakukan pula nilai dari ukuran sampel. Serta didapatkan
variasi parameter untuk menghasilkan waktu presentase tertinggi adalah pada waktu 30 menit
proses yang optimal pada proses milling. Maka sebesar 83.877% dan presentase terendah pada
dapat dilihat pada Tabel 3-2 Data Hasil Praktikum waktu 10 menit sebesar 79.76%.
yang bertujuan untuk mencari waktu yang optimal
dalam proses milling. Pada tabel tersebut juga Pada ukuran 250 mesh didapatkan grafik seperti
dapat terlihat bahwa semakin besar waktu milling, dibawah ini:
akan semakin besar pula massa sampel tersebut.
Lama waktu ball milling memberikan efek
kenaikan densitas elektroda karbon. Semakin lama
ball milling menyebabkan besar densitas semakin
meningkat. Keadaan ini disebabkan oleh ukuran
serbuk yang terbentuk setelah proses ball milling.
Kepadatan elektroda berbanding lurus dengan
massa dan densitas. Semakin besar massa elektroda
maka densitasnya akan semakin besar pula.

Penggunaan satuan mesh pada mechanical


milling dikarenakan satuan mesh digunakan
sebagai ukuran besar-kecil ayakan. Dimana jumlah
lubang setiap banjaran sepanjang 1 inci [12]. Satuan
Gambar 3.2.2 Grafik Mechanical Milling Ukuran 250 Mesh
mesh berkaitan erat dengan massa sampel, Hal
tersebut dikarenakan semakin besar mesh dari Pada grafik terlihat bahwa massa awal
saringan (semakin kecil lubang saringan) maka disamaratakan yaitu 15 gram, pada waktu 10 menit
akan semakin sedikit pula partikel pasir besi yang didapatkan 6.913 mesh, pada waktu 20 menit
akan jatuh melewati lubang-lubang saringan dan didapatkan 7.461 mesh, dan pada waktu 30 menit
sisanya tertahan disaringan. Yang lolos pada 250 didapatkan 7.608 mesh. Dapat diartikan dengan
mesh, presentase terbesarnya hanya 50% yang semakin bertambahnya waktu, maka akan semakin
dapat dipastikan memiliki ukuran partikel sebesar besar pula nilai dari ukuran sampel. Serta
nano. didapatkan presentase tertinggi adalah pada waktu

Laporan Praktikum – Laboratorium Fisika Inti dan Material – FMIPA Unsoed 4


30 menit sebesar 51.2% dan presentase terendah [4] El-Sayed TH, Aboelnaga A, El-Atawy MA,
pada waktu 10 menit sebesar 46.087%. Hagar M. 2018. Ball Milling Promoted N-
Heterocycles Synthesis. Molecules 23.
Adanya dua ukuran mesh antara 120 dan 250,
[5] Ganive Pangesthi Aji HP. 2012. Pengaruh
dikarenakan pada praktikum ini akan mencari
Milling Time Terhadap Pembentukan Fasa γ-
mana yang lebih efektif dan efesien untuk
MgAl Hasil Mechanical Alloying. Jurnal
digunakan. Dan dari presentase yang telah
Teknik Pomits Vol. 1: 1-5.
didapatkan melalui praktikum ini adalah ukuran
120 mesh dengan waktu 30 menit sebesar 83.887%. [6] Shaadily, Hassan. Ensiklopedia Indonesia Jilid
4. Jakarta: Ichtiar Baru dan Van Hoeve.
[7] Tim Dosen Fisika, 2018. Modul Praktikum
4. KESIMPULAN
EKSPERIMEN FISIKA II (edisi revisi).
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, Purwokerto: Lab. Fisika Inti dan Material
maka dapat disimpulkan bahwa proses perubahan Jurusan Fisika Fakultas MIPA Unsoed.
ukuran sampel dan waktu milling yang efektif
penggunaannya untuk mendapatkan hasil
mechanical milling yaitu selama 10 menit, karena
menghasilkan milling dengan jumlah massa 11.964
gram (120 mesh) dan 6.913 gram (250 mesh). LAMPIRAN
Selama 20 menit menghasilkan massa 12.257 gram
(120 mesh) dan 7.461 gram (250 mesh). Selama 30
menit menghasilkan massa 12.583 gram (120 mesh)
dan 7.680 gram (250mesh). Dengan presentase
terbesar terdapat pada ukukuran 120 mesh dengan
waktu 30 menit sebesar 83.887%. Maka proses
perubahan ukuran partikel dan waktu milling yang
efektif penggunaannya untuk mendapatkan hasil
penggilingan yang optimal adalah selama 30 menit
ukuran 120 mesh. Hasil tersebut menunjukan
bahwa penigkatan waktu milling akan
menghasilkan reduksi ukuran partikel dan
menghasilkan distribusi ukuran partikel yang
semakin kecil.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Caron V, Willart JF, Lefort R, Derollez P,


Danede F, Descamps M. 2011. Solid state
amorphization kinetic of alpha lactose upon
mechanical milling. Carbohydrate research
346:2622-8.
[2] Chen L, Ding X, He Z, Fan S, Kunnath KT, et
al. 2018. Surface engineered excipients: II.
Simultaneous milling and dry coating for
preparation of fine-grade microcrystalline
cellulose with enhanced properties.
International journal of pharmaceutics
546:125-36.
[3] Dabrowski M, Gorski J. 2018. Influence of the
Milling Tool Setup on Occupational Safety in
Furniture Making. International journal of
occupational safety and ergonomics : JOSE:1-
30.

Laporan Praktikum – Laboratorium Fisika Inti dan Material – FMIPA Unsoed 5

Anda mungkin juga menyukai