Anda di halaman 1dari 9

MODUL 7 RANGKAIAN PENGUAT TRANSISTOR

Eva Himatun Aliah (K1C019075)


Asisten : Jasmine Fadhila
Tanggal Percobaan: 09/12/2020
PAF15210P-Praktikum Elektronika Dasar 1

Laboratorium Elektronika, Instrumentasi dan Geofisika – Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unsoed

Praktikum rangkaian penguat transistor ini bertujuan agar mahasiswa


diharapakan dapat memahami prinsip kerja rangkaian penguat common base,
memahami prinsip kerja rangkaian penguat common emitter, serta memahami prinsip
kerja rangkaian penguat common collector. Transistor merupakan komponen dasar
untuk sistem penguat. Untuk bekerja sebagai sistem penguat, transistor harus berada
dalam keadaan aktif. Kondisi aktif dengan memberi bias pada resistor, ada tiga macam
konfigurasi dari rangkaian penguat transistor yaitu Common Emitter (CE), Common
Base (CB), dan Common Colector (CC). Terdapat satu percobaaan yang dilakukan pada
praktikum rangkaian penguat transistor, yaitu penguat common emitter. Variabel yang
diukur adalah Vin untuk tegangan masukan serta Vout untuk tegangan keluaran serta
mencari hasil penguatan tegangan. Dalam praktikum ini tipe transistor yang digunakan
adalah tipe NPN. Cara kerjanya yaitu dengan cara memvariasikan tegangan masukkan
sampai batas tertentu hingga tegangan keluarannya tidak berubah lagi.Dari praktikum
ini dapat disimpulkan bahwa transistor adalah komponen utama dalam rangkaian
penguat, dan grafik Vout terhadap nilai K adalah berbanding terbalik, semakin besar
nilai Voutnya maka semakin kecil nilai Knya.
Transistor merupakan komponen dasar untuk sistem penguat. Untuk bekerja
sebagai penguat, transistor harus berada dalam kondisi aktif. Kondisi aktif dihasilkan
dengan memberi bias pada transistor. Bias dapat dilakukan dengan memberikan arus
yang konstan pada basis atau pada kolektor. Dalam hal ini, transistor dapat
dikonfigurasikan sebagai penguat tegangan, penguat arus maupun penguat daya.
Penguat adalah suatu peranti yang berfungsi menguatkan daya sinyal masukan. Salah
satu syarat yang dituntut pada penguat adalah bahwa sinyal keluaran harus tepat benar
bentuknya seperti sinyal masukan, hanya saja amplitudo-nya lebih tinggi. Kalau bentuk
sinyal keluaran tidak tepat sama dengan sinyal masukan, meskipun beda bentuk ini
hanya kecil saja, maka dikatakan sinyal keluarannya cacat. Penguat paling sederhana
terdiri dari satu buah transistor. Ada tiga kemungkinan pemasangan transistor sebagai
penguat, yaitu : Emitor Bersama (Common Emiter), Kolektor Bersama (Common
Collector),Basis Bersama (Common Base).

Laporan Praktikum – Laboratorium Elektronika, Instrumentasi dan Geofisika – FMIPA Unsoed 1


• Rangkaian Penguat Common Base
Rangkaian penguat common base adalah rangkaian penguat dengan kaki basis dari
transistor dihubungkan ke tanah (ground), lalu input dimasukkan dan output diambil
pada kaki kolektor. Penguat jenis ini biasanya digunakan sebagai penguat tegangan.
Karakteristik dari rangkaian penguat common base antara lain mempunyai impedansi
input yang relatif tinggi dan impedansi output yang relatif rendah serta mempunyai
pembatas yang baik antara masukan dan keluaran. Penguatan arusnya lebih kecil dari 1.
tetapi biasanya mempunyai penguatan tegangan besar, sehingga penguat CB
mempunyai penguatan daya relative tinggi. Karakteristik penguat CB dapat dihitung
dengan menggunakan parameter h atau rangkaian ekivalen T. Dengan karakter
impedansi masukan yang cukup tinggi maka faktor kehilangan sinyal masukan akan
sangat kecil, sehingga rangkaian ini cocok untuk penguat sinyal yang kecil[1].

Gambar 7.1. rangkaian penguat common base

Penguat Common base mempunyai karakter diantaranya yaitu, Adanya isolasi yang
tinggi dari output ke input sehingga meminimalkan efek umpan balik., Mempunyai
impedansi input yang relatif tinggi sehingga cocok untuk penguat sinyal kecil (pre
amplifier). Sering dipakai pada penguat frekuensi tinggi pada jalur VHF dan UHF. Bisa
juga dipakai sebagai buffer atau penyangga.
• Rangkaian Penguat Common Collector

Rangkaian Penguat Common Collector adalah rangkaian penguat dengan kaki kolektor
dihubungkan ke tanah (ground), input dihubungkan ke basis, serta output dihubungkan
ke emitor. Penguat jenis ini biasanya digunakan sebagai penguat arus. Penguat ini lebih
unggul dibanding transformator biasa dalam dua hal, pertama, tanggapan frekuensinya
lebar, dan kedua, ada penguatan daya. Karakteristik penguat common kolektor ini antara
lain pada sinyal masukan dan sinyal keluaran mempunyai satu beda fasa serta
mempunyai impedansi masukan yang tinggi, sebaliknya mempunyai impedansi
keluaran yang rendah sehingga cocok digunakan sebagai buffer[2]. Pada penguat
common-kolektor, tegangan output tersebut berbanding lurus dengan tegangan input.

Laporan Praktikum – Laboratorium Elektronika, Instrumentasi dan Geofisika – FMIPA Unsoed 2


Dengan kata lain, tegangan output akan meningkat saat tegangan input meningkat.
Selain itu tegangan output hampir sama dengan tegangan input, hanya berbeda sekitar
0,7 volt. Inilah uniknya dari penguat common-kolektor, yaitu tegagan output hampir
sama dengan tegangan input. Penguat (amplifier) ini memiliki keuntungan tegangan
yang hampir persis kesatuan atau 0 dB. Hal ini berlaku untuk transistor dengan semua
nilai β dan resistor beban dengan semua nilai resistansi. Sangat sederhana sekali bila kita
ingin memahami mengapa tegangan output hampir sama dengan tegangan input.
Perhatikan gambar model transistor dioda-sumber arus dibawah ini. kita tahu kalau arus
basis merupakan arus yang melalui sambungan PN basis-emitor, dan untuk
mengaktifkan transistor, sambungan PN basis-emitor(dioda) tersebut harus menjadi bias
maju, dimana saat bias maju akan terjadi drop tegangan maju sebesar 0,7 volt pada
sambungan PN basis-emitor tersebut.

Gambar 7.2. rangkaian penguat rangkaian penguat Common Collector


• Rangkaian Penguat Common Emitter
Rangkaian Penguat Common Emitter adalah penguat yang kaki emitor transistor
digroundkan, lalu input dimasukkan ke basis dan output diambil pada kaki emittor.
Penguat Common Emitor juga mempunyai karakter sebagai penguat tegangan.
Rangkaian penguat Common Emitter adalah rangkaian yang paling banyak digunakan
karena memiliki sifat menguatkan tegangan puncak amplitude dari sinyal masukkan.
Factor penguatan dari Transistor dilambangkan dengan simbol beta (β). Rangkaian
Common Emitter dapat dibagi menjadi rangkaian Fixed Bias, Voltage Divider Bias, dan
Emitter Bias.

Gambar 7.3. rangkaian penguat common emitter


Laporan Praktikum – Laboratorium Elektronika, Instrumentasi dan Geofisika – FMIPA Unsoed 3
Penguat Common Emitor mempunyai karakteristik diantaranya yaitu, Sinyal outputnya
berbalik fasa 180 derajat terhadap sinyal input. Sangat mungkin terjadi osilasi karena
adanya umpan balik positif, sehingga sering dipasang umpan balik negatif untuk
mencegahnya. Sering dipakai pada penguat frekuensi rendah (terutama pada sinyal
audio). Mempunyai stabilitas penguatan yang rendah karena bergantung pada
kestabilan suhu dan bias transistor.
Dalam praktikum ini ada beberapa alat dan bahan yang harus dipersiapkan
diantaranya yaitu generator isyarat, CRO, MMD, transistor, resistor, dan kapasitor.
Praktikum yang telah dilakukan yaitu dengan 3 rangkaian, rangkaian common base,
common emitter, dan common collector dengan cara sebagai berikut :
A. Penguat Common base
Alat dan bahan yang digunakan antara lain gnerator isyarat, CRO, MMD,
transistor,resistor, dan kapasitor. Besaran resistor dan kapasitor dapat dilihat pada Tabel
7.1. Langkah yang pertama adalah menyusun rangkaian seperti pada Gambar 7.4.
kemudian bagian masukan rangkaian dihubungkan dengan generator isyarat dan bagian
keluaran rangkaian dengan CRO. Tegangan masukan pada generator isyarat di atur
sebesar 100mVPP dan frekuensi sebesar 1kHz. Selanjutnya, tegangan pada keluaran
diukur dengan CRO. Langkah yang terakhir adalah tegangan masukan divariasikan
seperti nampak pada Tabel 7.2.
A. Penguat Common Collector
Alat dan bahan yang digunakan antara lain gnerator isyarat, CRO, MMD,
transistor, resistor, dan kapasitor. Besaran resistor dan kapasitor dapat dilihat pada Tabel
7.1. Langkah yang pertama adalah menyusun rangkaian seperti nampak pada Gambar
7.5. kemudian bagian masukan rangkaian dihubungkan dengan generator isyarat dan
bagian keluaran rangkaian dengan CRO. Tegangan masukan pada generator isyarat di
atur sebesar 100mVPP dan frekuensi sebesar 1kHz. Selanjutnya, tegangan pada keluaran
diukur dengan CRO. Langkah yang terakhir adalah tegangan masukan divariasikan
seperti nampak pada Tabel 7.2.
B. Penguat Common Emitter
Alat dan bahan yang digunakan antara lain gnerator isyarat, CRO, MMD,
transistor, resistor, dan kapasitor. Besaran resistor dan kapasitor dapat dilihat pada Tabel
7.1. Langkah yang pertama adalah menyusun rangkaian seperti nampak pada Gambar
7.6. kemudian bagian masukan rangkaian dihubungkan dengan generator isyarat dan
bagian keluaran rangkaian dengan CRO. Tegangan masukan pada generator isyarat
kemudian di atur sebesar 100mVPP dan frekuensi sebesar 1kHz. Selanjutnya, tegangan
pada keluaran diukur dengan CRO. Langkah yang terakhir adalah tegangan masukan
divariasikan seperti nampak pada Tabel 7.2.

Laporan Praktikum – Laboratorium Elektronika, Instrumentasi dan Geofisika – FMIPA Unsoed 4


Berdasarkan hasil praktikum yang didapat, terdapat data penguatan seperti pada
Tabel 4.2. Output pada rangkaian common base mengalami penguatan signifikan pada
saat tegangan inputnya sebesar 50 mV. Namun, pada saat tegangan input 600 mV atau
lebih, tegangan outputnya mulai mencapai nilai yang sama atau disebut mengalami
kestabilan yaitu sebesar 8.3 V. Grafik perbandingan tegangan input dan tegangan output
pada rangkaian common base dapat dilihat di Gambar 7.7.
Pada rangkaian common kolektor mengalami penurunan penguatan yang
signifikan terutama pada saat tegangan inputnya 600 mV atau lebih. Bahkan saat
tegangan inputnya 1 V, tegangan outpunya hanya sekitar sepertigakalinya tidak ada
setengahnya.Grafik perbandingan tegangan input dan tegangan output pada rangkaian
common kolektor dapat dilihat di Gambar 7.8. Pada output rangkaian common emittor
mengalami penguatan yang sama seperti pada rangkaian common base. Penguatan yang
terjadi cukup signifakan terutama di rentang nilai tegangan input 50 mV sampai dengan
100 mV. Namun output maksimum terjadi pada saat tegangan inputnya berada pada
rentang 200 mV sampai dengan 400 mV. Output paling tinggi bernilai 3.679 V yang
terjadi saat tegangan inputnya sebesar 300 mV. Grafik perbandingan tegangan input dan
tegangan output pada rangkaian common emittor dapat dilihat di Gambar 7.9.

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan


bahwa rangkaian penguat common base, common kolektor dan common emitter
digunakan sebagai penguat tegangan. Dalam rangkaian ini kedua sinyal sumber dan
beban menjadikan base, kolektor dan menitor sebagai titik atau terminal koneksi
common. rangkaian common kolektor atau rangkaian common emitter menghasilkan
nilai K yang akan semakin kecil apabila tegangan input yang diberikan diperbesar
Karakteristik common emitter yaitu pada input common emitter merupakan
karakteristik dari tegangan basis dan emitter (VBE) sebagai fungsi arus basis (IB) dengan
VCE dalam keadaan konstan. Pada karakteristik output common emitter merupakan
karakteristik dari tegangan emitter (VCE) sebagai fungsi arus kolektor (IC) terhadap arus
basis (IB) yang konstan.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Zuhal, Zhanggisschan, Prinsip Dasar Elektronika, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2004.
[2] Herman Dwi, Elektronika Analog, Penerbit Cerdas Ulet Kreatif, Jember, 2011.

Laporan Praktikum – Laboratorium Elektronika, Instrumentasi dan Geofisika – FMIPA Unsoed 5


LAMPIRAN

Gambar 7.4 Rangkaian Penguat Common Base

Sumber: https://tinyurl.com/y7dlfkvd

Gambar 7.5 Rangkaian Penguat Common Kolektor

Sumber : https://tinyurl.com/y7f6hm8d
Gambar 7.6 Rangkaian Penguat Common Emitter

Sumber : https://tinyurl.com/yan5ajd8

Gambar 7.7 Grafik Rangkaian Penguat Common Base


Gambar 7.8 Grafik Rangkaian Penguat Common Base

Gambar 7.9 Grafik Rangkaian Penguat Common Base


Tabel 7.1 Data-data yang digunakan

RL : 10 kΩ

RE : 81 Ω

RB : 800 kΩ

RC : 2 kΩ

C1, C2 : 10 µF

hfe : 200

VCC : 10 V

Tabel 7.2 Data Pengamatan Hasil variasi tegangan

Penguat Common Penguat Common


Penguat Common Base
Kolektor Emittor

Vout K=Vout/Vin Vout K=Vout/Vin Vout K=Vout/Vin


Vin (mV)
(mV) (mV) (mV) (mV) (mV) (mV)

50 4955 99,10 44,11 0,8822 890,8 17,82

100 5402 54,02 88,37 0,8837 1754 17,54

200 6271 31,36 174,86 0,8743 3254 16,27

300 7074 23,58 232,32 0,7744 3679 12,26

400 7741 19,35 258,79 0,6470 3204 8,010

500 8204 16,41 275,70 0,5514 2879 5,758

600 8327 13,88 287,90 0,4798 2641 4,402

700 8333 11,90 297,32 0,4247 2457 3,510

800 8333 10,42 304,94 0,3812 2309 2,886

900 8333 9,26 311,30 0,3459 2186 2,429

1000 8333 8,33 316,73 0,3167 2082 2,082

Anda mungkin juga menyukai