Anda di halaman 1dari 12

MODUL II PENGUAT DIFERENSIAL

Rosana Dewi Amelinda (13213060)


Asisten : Adirga Ibrahim (13212102)
Tanggal Percobaan: 7/10/2015
EL3109-Praktikum Elektronika II

Laboratorium Dasar Teknik Elektro - Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB
Abstrak
Abstrak Pada praktikum Modul II ini dilakukan beberapa
pengamatan pada penguatan diferensial dengan dua jenis
sinyal input, yaiut diferential mode dan common mode.
Sedangkan untuk sinyal output yang dihasilkan pada penguat
diferensial dapat berupa single ended (tegangan pada salah
satu terminal dengan rujukan ground) dan diferential ended
(selisih tegangan pada dua terminal floating port). Percobaan
pertama dilakukan untuk mengetahui bagaimana cara
memberikan masukan untuk masing-masing jenis sinyal input
(Diferential mode dan Common Mode). Percobaan pertama
ini merupakan pengantar untuk percobaan 2, 3, dan 4.
Selanjutnya pada percobaan 2 dilakukan percobaan pasangan
diferensial dengan bias resistor. Percobaan 2 ini dilakukan
dengan tiga macam konfigurasi bias transistor, yaitu bias
resistor 5 k, bias resistor 8.6 k, serta bias resistor dan
emitor degenerative. Kemudian untuk percobaan 3 dilakukan
percobaan pasangan diferensial dengan bias cermin arus,
sedangkan pada percobaan 4 dilakukan percobaan pasangan
diferensial dengan cermin arus ditambah dengan beban aktif.

diferential mode dan sinyal input common mode.


Sedangkan untuk tegangan outputnya dapat
berupa single ended (tegangan pada satu terminal
dengan rujukan ground/grounded port) dan
diferential ended (selisih tegangan pada dua
terminal/floating port). Pada pemberian input
diferential mode, input Vd diberikan pada port
input positif rangkaian dan port negative
rangkaian dihubungkan ke ground. Sedangakn
untuk input common mode, sinyal common mode
diberikan langsung dari satu pembangkit sinyal ke
kedua terminal input penguat diferensial yang
diukur.
Tujuan praktikum modul 2 ini diataranya :
Memahami bagaimana memperkuat sinyal
lemah (kecil) sinyal di tengah interferensi
dengan penguat diferensial.
Mengevaluasi peran masing-masing komponen
/ rangkaian pada penguat diferensial.
Mengamati
perilaku
tahap
penguatan
diferensial dengan transistor bipolar dengan
berbagai konfigurasi.

Kata kunci: Diferential Mode, Common Mode,


Cermin arus.
1.

PENDAHULUAN

Penguat operasional atau biasa disebut op-amp


merupakan sutatu jenis penguat elektronika
dengan coupling DC yang memiliki gain
(penguatan) yang sangat besar dengan dua
masukan dan satu keluaran. Penguat operasional
pada umumnya tersedia dalam bentuk IC dan
paling banyak digunakan adalah seri 741. Penguat
operasional dalam bentuk rangkaian terpadu
memiliki
karakteristik
yang
mendekati
karakteristik penguat operasional ideal tanpa perlu
memperhatikan apa yang terdapat didalamnya.
Karakteristik penguat operasional idela antara lain
memiliki gain yang tidak terbatas, impedansi input
yang tidak terbatas, impedansi output nol,
bandwidth tidak terbatas, serta tegangan offset nol.

b.

Mengamati, mengukur, dan menganalisa


penguatan differential-mode dan common-mode
pada tahap penguat diferensial dengan
berbagai konfigurasi.

2.

STUDI PUSTAKA

Prinsip Penguat Diferensial


Pada keadaan ideal pada penguat diferensial sinyal
interferensi yang berupa sinyal yang sama (common
signal) yang masuk pada kedua input akan
dihilangkan pada proses penguatan karena hanya
selisih tegangan yang diperkuat. Namun demikian
pada implementasinya penguat diferensial juga
memberikan output yang berasal dari sinyal
bersama tersebut.
Gambar 1 Prinsip Penguat Diferensial

Terdapat banyak sekali penggunaan dati penguat


operasional dalam beragai jenis electric circuit.
Salah satu penggunaan umum dari penguat
operasional dalam bentuk circuit yaitu penguat
diferensial. Pengguat diferensial adalah penguat
yang memiliki dua input dan memperkuat selisih
tegangan pada kedua input tersebut. Sinyal input
pada penguat diferensial terdiri dari sinyal input
Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro STEI ITB

Pada penguat seperti ini diinginkan penguat


dengan penguatan diferensial yang besar dan
penguat common mode nol atau sangat kecil.
Dengan demikian penguat ini dapat digunakan
untuk memperkuat sinyal kecul yang mucul
bersamaan dengan sinyal interferensi yang besar.
Besaran perbandingan penguatan diferensial A d
dan penguatan common mode Acm disebut sebagai
CMMR Common Mode Rejection Ratio, sbb.:

Rangkaian Dasar Penguat DIferensial


Rangkaian dasar penguat diferensial terdiri dari
rangkaian pasangan transistor dengan emitor
bersama, bias arus, dan rangkaian beban seperti
tampak pada gambar berikut :
Gambar 2 Rangkaian Dasar Penguat Diferensial

digunakan juga tegangan bias yang lebih tinggi


agar arus biasnya tetap.
Penguat Diferensial dengan Resistor Degenerasi
pada Emitor
Penguat diferensial di atas mempunyai jangkauan
penguatan linier yang sangat kecil (jauh di bawah
VT). Untuk memperoleh penguat diferensal
dengan jangkauan penguatan linier yang lebih
besar digunakan resistansi degenerasi emitor Re.
Pada rangkaian demikian diperoleh penguatan
diferensial

dimana adalah penguatan arus emitor ke kolektor.


Penambahan resistor Re ini akan mengurangi
penguatan diferensialnya.
Pada penguat seperti ini penguatan common
modenya adalah sbb.:

Tampak dari persamaan terakhir penambahan


resistansi degerasi emitor juga akan memperbaiki
atau menekan penguatan common mode.
Penguat diferensial dengan Bias Cermin Arus dan
Beban Aktif

Penguat diferensial tersebut akan memberikan


penguatan diferensial sebagai berikut :

dimana gm adalah trankondutansi transistor pada


arus bias yang diberikan. Penguatan diferensial ini
sebanding dengan arus bias pada transistornya.
Penguatan common
diferensial ini adalah

mode

untuk

Peningkatan resistansi rangkaian sumber arus bias


dapat dilakukan dengan menggantikan resistor
dengan sebuah cermin arus. Dalam keadaan
demikian resistansi sumber arus adalah resistansi
output transistor cermin arus ybs.
Resistansi kolektor pada pasangan diferensial
dapat juga digantikan dengan beban aktif berupa
cermin arus. Sinyal output untuk pasangan
diferensial seperti ini diambil pada salah satu
terminal kolektor pasangan diferensialnya. Untuk
rangkaian yang demikian akan diperoleh
penguatan diferensial

pasangan

dimana REE adalah resistansi sumber arus bias yang


digunakan dan re adalah parameter resistansi
emitor transistor pada sinyal kecil. Penguat
common
mode
dapat
ditekan
dengan
menggunakan resistansi sumber arus yang besar.
Untuk rangkaian dengan bias sumber arus resistor
hal ini dapat dilakukan dengan memperbesar nilai
resistansi biasnya. Namun demikian untuk
menjaga penguatan diferensialnya maka perlu

Dimana gm adalah transkonduktasi sinyal kecil


transistor pasangan diferensial dan r o adalah
resistansi output transisor beban aktif. Penguatan
yang diperoleh akan sangat besar mengingat
umumnya resistansi output ro juga sangat besar.
Penguatan common mode untuk rangkaian dengan
beban aktif ini akan mendekati:

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro STEI ITB

dimana ro4 adalah resistasi output transistor beban


pada terminal ouput, 3 adalah penguatan arus
transistor beban pasangannya, dan REE resistansi
output sumber arus bias.

Nonidealitas pada Penguat Diferensial


Penguat diferensial ideal bila pasangan diferensial
yang digunakan seluruh paramter sepenuhnya
sama. Namun pada kenyataannya akan sangat
diperoleh komponen yang demikian. Pada kasus
rangkaian diferensial dengan beban resistor akan
ada ofset tegangan input VOS penguat diferensial
sebesar:

Demikian juga dengan transistor yang digunakan,


bila arus saturasinya tidak persis sama maka akan
diperoleh tegangan ofset sebesar

Selain itu perbadaan penguatan arus


juga akan
memberikan arus ofset input IOS sebesar

3.

Untuk pemberian tegangan input Common


Mode pada pasangan diferensial pada
percobaan ini, digunakan hubungan seperti
pada Gambar 4. Besaran amplituda tegangan
yang diberikan dapat diberikan hingga
mendekati tegangan catu daya VCC. Dalam
percobaan ini digunakan VCC 9V, maka
amplituda tegangan common mode dapat
diberikan hingga maksimum 9V.

Untuk Differential Mode pemberian tegangan


input menggunakan hubungan seperti pada
Gambar 4. Amplituda tegangan yang diberikan
berada pada kisaran mV. Rangkaian pada
Gambar 4 (a) memerlukan penguat operasional
yang mempunyai tegangan offset dan derau
rendah. Diberikan amplituda yang cukup besar
untuk mengatasi derau namun tidak terlalu
besar untuk menghindari output lebih banyak
pada keadaan saturasi. Amplituda yang
digunakan dapat berada antara 10-40mV
Gambar 3 Rangkaian Pemberi Tegangan nput Common
Mode

METODOLOGI

Pada percobaan 2 ini, alat dan bahan yang


digunakan yaitu :
1.

Kit praktikum Penguat Diferensial

2.

Generator Sinyal

3.

Osiloskop

4.

Multimeter

5.

Catu daya Ter-regulasi (2 buah)

6.

Kabel dan asesori pengukuran

Gambar 4 Rangkaian Pemberi Tegangan Input Diferensial


(kiri : - Vd/2 dan +Vd/2; kanan : 0 dan Vd)

Memulai percobaan

Sebelum memulai percobaan, isi dan tanda


tangani lembar penggunaan meja yang
tertempel pada masing-masing meja praktikum

Pasangan
Resistor

Diferensial

dengan

Bias

Pemberian dan Pengukuran Tegangan


untuk Pasangan Difernsial

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro STEI ITB

Disusun rangkaian penguat dengan pasangan


diferensial seperti pada Gambar 5. Nilai-nilai
komponen dan bersaran tegangan catu daya
yang dipilih adalah RC1 = RC2 = 10k , Rbias = 5k, Q1
= Q2 = 2N3096, dan VCC = 9V. Diukur arus bias
yang mengalir pada RC1, RC2, dan Rbias.

Amati penguatan mode diferensial untuk


penguat tersebut dengan membaca tegangan
output single ended (hanya pada salah satu vO+
atau vO- terhadap ground), maupun diferensial
(selisih vO+ dan vO- ). Saat mengamati tegangan
diferensial, jangan dihubungkan terminal output
dengan ground karena cara tersebut akan
mengubah rangkaian percobaan. Dicatat hasil
pengamatan vO+, vO- dan vO+ - vO- tersebut.

Gambar 6 Rangkaian Penguat Diferensial dengan Bias


Resistor 8.6k

Gambar 7 Rangkaian Penguat Diferensial dengan Bias


Resistor dan Emitor Degeneratif

Digunakan mode xy untuk melihat kurva


karakteristik transfer tegangan VTC tegangan
output vO (satu-satu secara terpisah) terhadap
input diferensial vid.

Dilnjutkan pengamatan untuk penguatan mode


bersama pada output yang sama vO+, vO- dan vO+
- vO-. Dicatat hasil pengamatan tersebut

Diulangi pengamatan arus DC, penguatan mode


diferensial, dan penguatan mode bersama ini
untuk rangkaian dengan resistansi bias dan
tegangan bias negatif yang lebih tinggi seperti
pada Gambar 6 di bawah ini.

Dilakukan juga pengamatan yang sama untuk


rangkaian diferensial dengan bias resistor dan
dan degenerasi emitor seperti pada Gambar 7.

Pasangan Diferensial dengan Bias Cermin


Arus

Disusun rangkaian seperti pada Gambar 8 di


bawah ini. Diukur arus DC yang mengalir
pada RC1, RC2, dan RRef serta arus pada
kolektor Q4 IC4.

Dilakukan pengamatan untuk penguatan


mode diferensial dan penguatan bersama.
Gambar 8 Rangkaian Penguat Diferensial dengan Bias
Cermin Arus

Gambar 5 Rangkaian Penguat Diferensial dengan Bias


Resistor 5k

Pasangan Diferensial dengan Bias Cermin


Arus dan Beban Aktif

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro STEI ITB

Disusun rangkaian seperti pada Gambar 9 di


bawah ini. Digunakan transistor 2N3904 untuk
Q5 dan Q6. Diukur arus DC yang mengalir
antara kolektor Q1 dan Q5, antara kolektor Q2
dan Q6, dan arus kolektor Q4.

Dilakukan pengamatan untuk penguatan mode


diferensial dan penguatan bersama. Diperhatikan
bentuk output yang diperoleh.

Diubah rangkaian dengan memberikan beban


pada output seperti pada Gambar 10 berikut ini.
Diamati penguatan diferensial dan penguatan
bersama pada terminal output vo (pada beban
RL).

PASANGAN DIFERENSIAL DENGAN BIAS


RESISTOR
Rangkaian 1

Table 1 Nilai arus pada penguat diferensial dengan bias


resistor 5k

Arus pada

RC1

RC2

RBias

Nilai

1.05 mA

0.73 mA

1.85 mA

Setelah diperoleh nilai-nilai arus DC seperti pada


table diatas, kemudian dilakukan pengamatan
tegangan output positif dan negetif untuk masingmasing sinyal input (Diferential mode dan
common mode) sebagai berikut :
Gambar 11 Pengamatan sinyal penguat diferensial dengan
bias resistor 5k (diferensial mode)

Gambar 9 Rangkaian Penguat Diferensial dengan Bias


Cermin Arus dan Beban Aktif

Pada hasil percobaan diatas, diperoleh hasil


penguatan sebesar 1V/V. Hal ini tidak sesuai
dengan referensi [2] yang menyatakan bahwa orde
penguatan diferensial haruslah dalam orde ratusan.
Kemudian
dilakukan
simulasi
dengan
menggunakan multisim, sehingga diperoleh data
sebagai berikut :

Gambar 10 Rangkaian Penguat Diferensial

Dual trace

XY

Vo(+)

4.

HASIL DAN ANALISIS

PEMBERIAN DAN PENGUKURAN TEGANGAN


UNTUK PASANGAN DIFERENSIAL

Vo(-)

*Percobaan ini bertujuan hanya agar praktikan


dapat melakukan pemberian input untuk
konfigurasi input diferensial dan common mode.
Ditentukan pemberian tegangan input untuk
konfigurasi penguat diferensial sebesar 10 mVpp
dan untuk penguat common mode sebesar 2 Vpp.*
Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro STEI ITB

Vo(+)
- Vo()

Setelah dilakukan percobaan dengan multisim,


barulah diperoleh hasil yang sesuai dengan
referesni
[2],
yaitu
rangkaian
diferensial
menghasilkan penguatan yang berkisar +220 dan 220 kali (untuk singe ended).
Pada penguatan diferensial ini (resistor 5k),
diperoleh nilai arus Rc1 1.05 mA, Rc2 0.73 mA, dan
Rbias 1.85 mA. Hal ini telah sesuai referensi
dimana arus pada bias harusnya merupakan
penjumlahan dari nilai arus pada transistor 1 dan
transistor 2. Hal ini menunjukan bahwa masingmasing transistor merupaan half-circuit common
mode. Adanya sedikit perbedaan pada nilai yang
terukut dengan hasil perhitungan disebabkan
karena adanya nilai toleransi transistor, dimana
nilai resistansi pada masing-masing transistor tidak
diukur satu-persatu oleh praktikan sehingga nilai
yang tertera pada rangkaian belum tentu sama
dengan nilai transistor sebenarnya. Sedangkan
perbedaan arus pada Rc1 dan Rc2 disebabkan
karena perbedaan nilai pada masing-masing
transistor.
Pada pengamatan sinyal untuk Vo(+) terlihat
bahwa penguatan yang dihasilkan sefasa dengan
sumbernya. Sedangkan pada sinyal untuk Vo(-)
diperoleh sinyal yang berbeda fasa 1800 dengan
sumbernya. Sehingga jika kedua penguatan ( Vo
pos dan Vo neg) dipasang pada suatu beban, maka
siyal yang dihasilkan akan memperoleh penguatan
menjadi 2 kali lebih besar (440 kali dari penguatan
inputnya).

Berdasarkan data diatas, diperoleh penguatan


common mode sebesar 1 V/V. Nilai ini jauh lebih
kecil dari penguatan diferensialnya. Namun
apabila dibandingkan dengan referensi, nilai ini
telah sesuai dengan referensi [2] dimana referensi
tersebut menyatakan bahwa penguatan pada
common mode ini bernilai 1 V/V. Hal tersebut juga
dapat diamati pada kurva VTC yang dihasilkan,
yaitu pada kurva terlihat garis dengan kemiringan
1. Selain itu, dari kurva VTC juga dapat diketahui
bahwa kedua penguatan tersbut memiliki fasa
yang sama. Dengan fasa yang sama dan nilai
penguatan yang reletif sama juga, maka apabila
beban dipasang pada kedua terminal (+ dan -)
maka beban tersebut hanya akan mendapat siyal
yang kecil dan saling menghilangkan.
Rangkaian 2
Kemudian dilakan percobaan yang sama seperti
pada rangkaian 1 namun dengan nilai resistansi
bias yang berbeda, yaitu 8.6 k. berikut hasilnya :
Table 2 Nilai arus pada penguat diferensial dengan bias
resistor 8.6k

Arus pada

RC1

RC2

RBias

Nilai

1 mA

0.66 mA

1.68 mA

Sedangkan untuk sinyal output yang diperoleh,


yaitu :
Gambar 13 Pengamatan sinyal penguat diferensial dengan
bias resistor 8.6k (diferensial mode)

Kemudian dilakukan pengamatan untuk sinyal


input common mode, dan berikut hasilnya:
Gambar 12 Pengamatan sinyal penguat diferensial dengan
bias resistor 5k (common mode)

Sama seperti pada percobaan sebelumnya, nilai


penguatan yang diperoleh kurang sesuai dengan
referensi yang diharapkan. Dimana pada
percobaan diperoleh nilai penguatan yang kecil
hanya berkisar antara 1-2 V.V sedangkan pada
referensi penguatan adalah dalam orde ratusan
Volt. Sehingga praktikan melakukan simulasi

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro STEI ITB

dengan multisin dan diperoleh data sebagai


berikut :
Dual trace

Kemudian dilakukan pengamatan untuk sinyal


input common mode, dan berikut hasilnya :
Gambar 14 Pengamatan sinyal penguat diferensial dengan
bias resistor 8.6k (common mode)

XY

Vo(+)

Vo(-)

Vo(+)
- Vo()

Setelah dilakukan percobaan dengan multisim,


barulah diperoleh hasil yang sesuai dengan
referesni
[2],
yaitu
rangkaian
diferensial
menghasilkan penguatan yang berkisar +207 dan 207 kali (untuk singe ended).
Pada penguatan diferensial ini (resistor 8.6k),
diperoleh nilai arus Rc1 1 mA, Rc2 0.66 mA, dan
Rbias 1.68 mA. Hal ini telah sesuai referensi
dimana arus pada bias harusnya merupakan
penjumlahan dari nilai arus pada transistor 1 dan
transistor 2. Hal ini menunjukan bahwa masingmasing transistor merupaan half-circuit common
mode. Terlihat bahwa arus pada kedua transistor
diusakan agar memiliki nilai yang sama meskipun
resistor bias diubah dengan memperbesat bias
tegangan. Adanya sedikit perbedaan pada nilai
yang terukut dengan hasil perhitungan disebabkan
karena adanya nilai toleransi transistor, dimana
nilai resistansi pada masing-masing transistor tidak
diukur satu-persatu oleh praktikan sehingga nilai
yang tertera pada rangkaian belum tentu sama
dengan nilai transistor sebenarnya. Sedangkan
perbedaan arus pada Rc1 dan Rc2 disebabkan
karena perbedaan nilai pada masing-masing
transistor.
Pada pengamatan diperoleh penguatan yang lebih
kecil dari penguatan pada rangkaian 1. Hal ini
menunjukan pada arus bias yang sama, semakin
besarnya
resistor
bias,
maka
penguatan
diferensialnya akan semakin kecil.

Berdasarkan data diatas, diperoleh penguatan


common mode sebesar 0.8 V/V. Nilai ini jauh lebih
kecil dari penguatan diferensialnya. Namun
apabila dibandingkan dengan referensi, nilai ini
telah sesuai dengan referensi [2] dimana referensi
tersebut menyatakan bahwa penguatan pada
common mode ini bernilai 1 V/V. Hal tersebut
juga dapat diamati pada kurva VTC yang
dihasilkan, yaitu pada kurva terlihat garis dengan
kemiringan 0.8. Selain itu, dari kurva VTC juga
dapat diketahui bahwa kedua penguatan tersbut
memiliki fasa yang sama. Dengan fasa yang sama
dan nilai penguatan yang reletif sama juga, maka
apabila beban dipasang pada kedua terminal (+
dan -) maka beban tersebut hanya akan mendapat
siyal yang sangat kecil dan saling menghilangkan.
Apabila lebih diamati, pada terminal positif
diperoleh penguatan yang mengecil. Hal ini
menunjukan bahwa semakin besar resistans bias
pada arus bias yang sama, maka pengutaan
common mode nya akan semakin mengecil.
Rangkaian 3
Terakhir pada percobaan 1 ini, dilakukan
pengamatan untuk penguat diferensial dengan bias
resistor dan emitor degenerative. Berikut hasl yang
didapatkan :
Table 3 Nilai arus pada penguat diferensial dengan bias
resistor dan emitter degeneratif

Arus pada

RC1

RC2

RBias

Nilai

0.47 mA

0.72 mA

1.23 mA

Selanjutnya dialakukan pengatan pada sinyal


output :

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro STEI ITB

Gambar 15 Pengamatan sinyal penguat diferensial dengan


bias resistor dan emitter degeneratif (diferensial mode)

Seperti yang sudah terjadi sebelumnya, bahwa nilai


penguatan yang diperoleh kurang sesuai, sehingga
dilakukan simulasi dengan multisim lalu diperoleh
data sebagai berikut :
Dual trace

XY

merupakan penjumlahan dari nilai arus pada


transistor 1 dan transistor 2. Hal ini menunjukan
bahwa masing-masing transistor merupaan halfcircuit common mode. Terlihat bahwa arus pada
kedua transistor diusakan agar memiliki nilai yang
sama meskipun resistor bias diubah dengan
memperbesat bias tegangan. Adanya sedikit
perbedaan pada nilai yang terukut dengan hasil
perhitungan disebabkan karena adanya nilai
toleransi transistor, dimana nilai resistansi pada
masing-masing transistor tidak diukur satu-persatu
oleh praktikan sehingga nilai yang tertera pada
rangkaian belum tentu sama dengan nilai transistor
sebenarnya. Sedangkan perbedaan arus pada Rc1
dan Rc2 disebabkan karena perbedaan nilai pada
masing-masing transistor.
Pada pengamatan diperoleh penguatan yang lebih
kecil dari penguatan pada rangkaian sebelumnya
(rangkaian 1 dan 2). Oleh karena itu, dapat
diketahui bahwa dengan menambahkan resistor
pada emitter, maka penguatan diferensial akan
semakin kecil.
Kemudian dilakukan pengamatan untuk sinyal
input common mode, dan berikut hasilnya :
Gambar 16 Pengamatan sinyal penguat diferensial dengan
bias resistor dan emitter degeneratif (common mode)

Vo(+)

Vo(-)

Vo(+) Vo(-)

Setelah dilakukan percobaan dengan multisim,


barulah diperoleh hasil yang sesuai dengan
referesni
[2],
yaitu
rangkaian
diferensial
menghasilkan penguatan yang berkisar +96 dan -96
kali (untuk singe ended).
Pada penguatan diferensial ini (resistor bias dan
emitor degeneratif), diperoleh nilai arus Rc1 0.47
mA, Rc2 0.72 mA, dan Rbias 1.23 mA. Hal ini telah
sesuai referensi dimana arus pada bias harusnya

Berdasarkan data diatas, diperoleh penguatan


common mode 1.2 V/V. Nilai ini jauh lebih kecil
dari penguatan diferensialnya. Namun apabila
dibandingkan dengan referensi, nilai ini telah
sesuai dengan referensi [2] dimana referensi
tersebut menyatakan bahwa penguatan pada
common mode ini bernilai pada kisaran 1 V/V. Hal
tersebut juga dapat diamati pada kurva VTC yang
dihasilkan, yaitu pada kurva terlihat garis dengan
kemiringan 1.2. Selain itu, dari kurva VTC juga
dapat diketahui bahwa kedua penguatan tersbut
memiliki fasa yang sama. Berdasarkan data
tersebut,
terlihat
bahwa
dengan
adanya
penambahan resistor pada kaki emitter dapat
meningkatkan
penguatan
common
mode
walaupun tidak secara signifikan.

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro STEI ITB

PASANGAN DIFERENSIAL DENGAN BIAS


CERMIN ARUS

Vo(+) Vo(-)

Pada percobaan 2 ini dilakan pengamatan


diferensial dengan bias current mirror. Berikut data
nilai arus pada transistor yang diperoleh :
Table 4 Data arus pada penguat diferensial dengan bias
cermin arus

Arus
pada

RC1

RC2

RReff

IC4

Nilai

0.01 mA

1.42 mA

1.75 mA

1.72
mA

Selanjutnya diamati pula sinyal output untuk


Diferential mode dan common mode :
Gambar 17 Pengamatan sinyal pasangan diferensial dengan
bias cermin arus (diferensial mode)

Setelah dilakukan percobaan dengan multisim,


barulah diperoleh hasil yang sesuai dengan
referesni
[2],
yaitu
rangkaian
diferensial
menghasilkan penguatan yang berkisar +166 dan 166 kali (untuk singe ended). Nilai ini lebih besar
dari penguatan pada percobaan 1 (dengan arus bias
resistor). Penguatan yang sangat besar ini terjadi
dikarenakan
cermin arus
perannya
lebih
mendekaiti sumber arus ideal daripada bias
dengan resistor. Resistansi pada rangkaian cermin
arus ini jauh lebih besar (gm.ro) sehingga dihasilkan
arus yang lebih konstan.
Kemudian dilakukan pengamatan untuk sinyal
input common mode, dan berikut hasilnya :
Gambar 18 Pengamatan sinyal pasangan diferensial dengan
bias cermin arus (common mode)

Pada hasil percobaan diatas, diperoleh hasil


penguatan sebesar 1V/V. Hal ini tidak sesuai
dengan referensi [2] yang menyatakan bahwa orde
penguatan diferensial haruslah dalam orde ratusan.
Kemudian
dilakukan
simulasi
dengan
menggunakan multisim, sehingga diperoleh data
sebagai berikut :
Dual trace
Vo(+)

Vo(-)

XY

Pada penguatan diferensial dengan bias cermin


arus, diperoleh nilai arus Rc1 0.01 mA, Rc2 1.42 mA,
Rreff 1.75 mA, dan RQ4 1.72 mA. Hal ini telah sesuai
referensi dimana arus pada Q4 seharusnya
merupakan penjumlahan dari nilai arus pada
transistor 1 dan transistor 2. Selain itu diperoleh
nilai arus pad Q4 sama dengan nilai arus pada
Rreff dikarenakan rangkaian merupakan cermin
arus sehingga arus pada kedua transistor sama.
Adanya sedikit perbedaan pada nilai yang terukur
dengan hasil perhitungan disebabkan karena
adanya nilai toleransi transistor, dimana nilai
resistansi pada masing-masing transistor tidak
diukur satu-persatu oleh praktikan sehingga nilai
yang tertera pada rangkaian belum tentu sama
dengan nilai transistor sebenarnya.
Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro STEI ITB

Berdasarkan gambar diatas, terlihat bahwa


penguatan (baik terminal positif maupun negative)
menjadi semakin kecil yaitu sekitar 0.6 V/V.
Alasan yang sama terjadi seperti hal nya penguatan
diferensial mode, yaitu karena resisansi cermin
arus yang sangat besar (bahkan cenderung
mendekati resistansi sumber arus ideal) sehingga
penguatannya menjadi semakin kecil.

PASANGAN DIFERENSIAL DENGAN BIAS


CERMIN ARUS DAN BEBAN AKTIF

Pada percobaan ketiga ini dilakukan pengamatan


pada pasangan diferensial dengan bias cermin arus
dan beban aktif.
Rangkaian 1 (tanpa beban RL)
Table 5 Data arus pada penguat pasangan diferensial
dengan bias cermin arus dan beban aktif tanpa RL

Arus pada

Q1 Q5

Q2 Q6

Q4

Nilai

2.42 mA

2.44 mA

4.21 mA

Berdasarkan data diatas diperoleh nilai arus Q1Q5 2.42 mA, Q2-Q6 2.44 mA, dan Q4 4.21 mA. Hal
ini telah sesuai referensi dimana arus pada Q4
seharusnya merupakan penjumlahan dari nilai arus
pada Q1-Q5 dan Q2-Q6. Selain itu diperoleh nilai
arus pad Q1-Q5 sama dengan nilai arus pada Q2Q6 dikarenakan rangkaian merupakan cermin arus
sehingga arus pada kedua transistor sama. Adanya
sedikit perbedaan pada nilai yang terukur dengan
hasil perhitungan disebabkan karena adanya nilai
toleransi transistor, dimana nilai resistansi pada
masing-masing transistor tidak diukur satu-persatu
oleh praktikan sehingga nilai yang tertera pada
rangkaian belum tentu sama dengan nilai transistor
sebenarnya.
*untuk pengamatan sinyal output rangakaian tidak
sempat dilakukan di lab karena katerbatasan waktu,
sehingga praktikan melakukan simulasi untuk
percobaan ini*. Berikut hasil simulasi dengan
menggunakan multisim, diperoleh data sebagai
berikut :

Vo(-)

Vo(+)
- Vo()

Berdasarkan data penguatan sinyal diatas,


diperoleh penguatan pada terminal positif yang
sangat besar yaitu 580.7 V/V. Hal ini sangat jauh
berbeda dengan penguatan pada terminal negetif
nya yang sangat kecil (mendekati nol). Hal ini
kemungkinan terjadi karena sumber arus memiliki
resistansi yang besar sehingga resistansi ini
menjadi
resistansi
pada
kolektor
yang
menyebabkan
penguatan
diferensial
yang
dihasilkan menjadi sangat besar (resistansi kolektor
sebanding dengan penguatan yang dihasilkan).
Sedangkan pada terminal negative terdapat beban
aktif yang fungsinya untuk mejaga tegangan
konstan pada terminal negatif sehingga penguatan
pada Vo negatifnya menjadi sangat kecil
(mendekati nol). Apabila diamati berdasarkan
karakteristik kedua penguatan (terminal positif dan
negative),penguat jenis ini baik digunakan pada
beban dengan output menggunakan satu terminal
saja.
Kemudian dilakukan pengamatan untuk sinyal
input common mode, berikut data yang diperoleh :
Dual trace
Vo(+)

Diferential Mode
Dual trace

XY

Vo(-)

Vo(+)

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro STEI ITB

1
0

common
mode
karena
penguatan
diferensial pada common mode akan
mengalami atenuasi (pelemahan).

Vo(+) Vo(-)

Berdasarkan data yang diperoleh pada table diatas,


diketahui bahwa penguatan common mode untuk
single ended sangatlah kecil (hampir nol). Hal
tersebut terjadi karena beban aktif pada terminal
negative menjaga tegangan output menjadi konstan.
Seperti yang diketahui bahwa tengangan output
single ended pada common mode adalah sama,
maka tegangan output pada terminal positif akan
mengikuti tegangan output pada terminal negative.
Hal ini berakibat penguatan selisih antara kedua
terminal menjadi sangat kecil.
Rangkaian 2 (dengan beban RL)
Selanjutnya dilakukan pengamatan penguatan
diferensial dan penguatan common mode pada
terminal output Vo pada beban RL (rangkaian 2
percobaan 4). Data yang diperoleh sebagai
berikut :
Penguat Diferensial

Penguat
mode

common

Vo
pada
beban

Berdasarkan data penguatan pada table diatas,


terlihat bahwa penguatan dengan input sinyal
diferensial mode mengasilkan penguatan yang
lebih
besar
daripada
penguatan
yang
menggunakan input common mode (penguatan
diferensial >> dan penguatan common mode<< ).
Sehingga dapat dikatakan bahwa pengauat jenis ini
baik digunakan untuk menggantikan penguat
diferensial biasa apabila diinginkan satu terminal
output.

5.

KESIMPULAN

Berdasarkan percobaan yang dilakukan pada


praktikum
modul II ini maka diperoleh
kesimpulan sebagai berikut :
Penguatan diferensial dapat digunakan
untuk memperkuat sinyal lemah ditengah
adanya interferensi (noise). Interferensi ini
hanya terjadi pada pemberian sinyal input

Komponen-komponen
pada
penguat
diferensial atara lain berupa beban pada
kolektor (faktor penguat), transistor, dan
sumber arus bias. Beban kolektor
merupakan faktor yang menjadikan
tengangan output membesar. Beban
kolektor dapat berupa resistor atau beban
aktif. Transistor merupakan beban aktif
yang berfungsi sebagai penguat. Untuk
komponen sumber arus bias berfungsi
untuk menjaga transistor agar tetap berada
pada mode aktifnya sebagai penguat.
Sumber arus bias yaitu dapat berasal dari
resistor, cermin arus (current mirror), atau
sumber arus lainnya.
Terdapat 2 janis konfigurasi input pada
penguatan diferensial, yaitu diferensial
mode dan common mode.
Besarnya penguatan diferensial (pada
input diferential mode) yang dihasilkan
ditentukan
oleh
beberapa
faktor,
diantaranya resistansi pada emiter dan
resistansi bias. Semakin besar resistasi
tersebut maka semakin besar pula
penguatan yang diperoleh (resistansi
berbanding lurus dengan penguatan).
Besarnya penguatan diferensial (pada
input common mode) yang dihasilkan
ditentukan diantaranya oleh resistansi
pada emiter dan resistansi bias. Semakin
besar resistasi tersebut maka semakin kecil
pula penguatan yang diperoleh (resistansi
berbanding terbalik dengan penguatan).
Dengan digunakannya cermin arus (current
mirror) sebagai sumber arus bias, maka
transistor akan mendapatkan arus bias
yang konstan dengan resistansi yang
sangat besar tanpa perlu menggunakan
tegangan catu daya yang tinggi. Hal ini
mengakibatkan
semakin
besarnya
penguatan diferential mode dan semakin
kecilnya penguatan common mode.
Sehingga nilai CMRR akan meningkat.
Penggunaan cermin arus (current mirror)
sebagai beban aktif memiliki keuntungan
yaitu akan diperoleh resistansi kolektor
yang besar sehingga penguatan akan
semakin besar pula. Selain itu, output
penguatan diferensial dapat diambil dari
salah satu ternimal saja dengan memperole
penguatan yang besar.

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro STEI ITB

11

DAFTAR PUSTAKA
[1]. Mervin T Hutabarat, Praktikum Elektronika II
Laboratorium
Dasar
Teknik
Elektro
ITB,Bandung, 2015.
[2]. Adel S. Sedra and Kennet C. Smith,
Microelectronic Circuits, Oxford University Press,
USA, 2004.

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro STEI ITB

12

Anda mungkin juga menyukai