Anda di halaman 1dari 9

MODUL 02 SISTEM KENDALI KECEPATAN

Alexander Marcelino Krismono (13216060)


Asisten: Fabiola Maria (23217008)
Tanggal Percobaan: 22/03/2019
EL3215-Praktikum Sistem Kendali
Laboratorium Dasar Teknik Elektro - Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB

Abstrak dengan sikat sendiri dibedakan menjadi 5


berdasarkan cara medan magnet dibangkitkan,
Dalam modul ini praktikan akan menggunakan
yaitu konfigurasi seri (series), paralel (shunt),
MODULAR SERVO SYSTEM MS-150. Praktikan
campuran (compound), eksitasi terpisah
akan melihat cara kerja system open-looped dan closed-loop.
(separately excited) dan magnet tetap.
Praktikan juga akan menggunakan pengendali PID untuk
melihat efek pengendali tersebut ke system closed loop. System
yang akan digunakan adalah kecepatan motor DC.
Kata kunci: Closed-loop, open-looped, MODULAR
SERVO SYSTEM MS-1, motor DC, PID.

1. PENDAHULUAN
Dalam modul kali ini praktikan akan Gambar 2-1 Diagram Langkah-langkah Praktikum
menggunakan MODULAR SERVO SYSTEM MS-
150. Praktikan akan melihat cara kerja system open- Vm adalah tegangan masukan ke motor, Lm adalah
looped dan closed-loop. Praktikan juga akan induktansi motor, Rm adalah resistansi motor, Im
menggunakan pengendali PID untuk melihat efek adalah arus yang mengalir pada motor, Vb adalah
pengendali tersebut ke system closed loop, akan tegangan gaya gerak listrik balik atau back
digunakan pengendali P, PI, dan PD dan dilihat electromotive force (back emf), Tm adalah torsi
efek pengendali tersebut pada output sistem. yang dihasilkan oleh motor, dan ωm adalah
System yang akan digunakan adalah kecepatan kecepatan putaran rotor. Asumsikan fluks
motor DC. magnetik yang digunakan adalah tetap, maka
Tujuan dari modul ini adalah: hubungan antara Tm dan Im adalah berbanding
lurus dengan faktor pengali Kt, yaitu konstanta
 Memahami konsep sistem pengendalian momen. Hubungan antara Vb dan ωm juga
kecepatan motor DC secara umum, baik berbanding lurus dengan faktor pengali Km, yang
sistem lingkar terbuka maupun sistem disebut juga sebagai konstanta gaya gerak listrik
lingkar tertutup. balik. Pada bagian mekanik, motor memiliki
 Memahami sistem pengendali PID redaman/gesekan yang direpresentasikan oleh
(khususnya pengendali PI ) untuk Dm dan inersia rotor yang direpresentasikan oleh
pengendalian kecepatan motor DC. Jm.

 Mampu melakukan analisis kinerja


terhadap suatu sistem kontrol.

2. STUDI PUSTAKA

2.1 MOTOR DC Gambar 2-2 Diagram Langkah-langkah Praktikum


Motor DC adalah motor listrik yang memerlukan
suplai tegangan arus searah pada kumparan Secara umum, dalam domain Laplace, hubungan
medan untuk diubah menjadi energi gerak antara tegangan masukan motor V_m dengan
mekanik. Kumparan medan pada motor dc disebut kecepatan putaran rotor ω_m dinyatakan dalam
stator (bagian yang tidak berputar) dan kumparan persamaan berikut:
jangkar disebut rotor (bagian yang berputar). Dari 𝜔𝑚 (𝑠) 𝐾𝑡
jenis komutasinya, motor DC dibedakan menjadi = 2
𝑉𝑚 (𝑠) 𝐽𝑚 𝐿𝑚 𝑠 + (𝐽𝑚 𝑅𝑚 + 𝐷𝑚 𝐿𝑚 )𝑠 + 𝑅𝑚 𝐷𝑚 + 𝐾𝑚 𝐾𝑡
dua, yaitu motor DC tanpa sikat (brushless) dan
motor DC dengan sikat (brushed). Motor DC

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 1


Pada umumnya, L_m cukup kecil bila
dibandingkan dengan R_m, sehingga persamaan
diatas dapat disederhanakan menjadi berikut:
𝐾𝑡
𝜔𝑚 (𝑠) 𝑅𝑚 𝐷𝑚
=
𝑉𝑚 (𝑠) 𝐽𝑚
𝑠 + 1
𝐷𝑚

Persamaan (1.2) bisa dinyatakan dalam bentuk


umum sebagai berikut:
𝜔𝑚 (𝑠) 𝐾
=
𝑉𝑚 (𝑠) 𝜏𝑠 + 1
Gambar 2.3 Power Supply PS-150E
2.2 MODULAR SERVO SYSTEM MS-150
Modular Servo System MS -150 merupakan suatu 2. Motor DC dan Tachogenerator MT-150F
sistem modular buatan FEEDBACK yang akan Berupa motor DC dengan kumparan medan
digunakan dalam praktikum ini. MS-150 terdiri terpisah, memiliki perpanjangan sumbu putar
dari: utama yang dapat dipasangi rem magnetik atau
• Unit Op-Amp OA-150A lempengan inersia. Terdapat juga sumbu putar
tambahan dengan kecepatan 1:30 kali kecepatan
• Unit Attenuator AU-150B putar sumbu utama. Sumbu tambahan ini biasa
• Unit Pre-Amp PA-150C digunakan dalam sistem pengaturan posisi. Dalam
unit ini terdapat pula sebuah tachogenerator
• Servo Amplifier SA-150D dengan magnet permanen yang menghasilkan
• Power Supply PS-150E tegangan sebanding dengan kecepatan putar
sumbu utama. Catu daya diperoleh melalui servo
• Motor DC dan Tachogenerator MT-150F
amp menggunakan konektor 8 jalur. Catu ini diatur
• Potensiometer Input IP-150H besarnya oleh tegangan masukan servo amplifier.
Besar arus ke kumparan motor dapat dilihat dari
• Potensiometer Output OP-150K
ampermeter di PS-150E. Untuk menghindari panas
• Load Unit (berupa Rem Magnetik (eddy yang berlebihan pada kumparan motor, jangan
current brake) dan Lempeng Inersia) mengoperasikan motor pada batas arus 2 A lebih
dari satu menit.
Deskripsi dari tiap-tiap modul di atas adalah
sebagai berikut:
1. Power Supply PS-150E

Unit ini menyediakan tegangan dc teregulasi


sebesar +15 V dan -15 V serta tegangan ac sebesar
22 V. Unit ini juga memberikan tegangan DC 24
volt 2A tak teregulasi untuk menggerakkan motor,
dihubungkan menggunakan konektor 8 jalur ke
servo amplifier, karena unit servo amplifier inilah
yang mengatur motor.
Gambar 2.4 Motor DC dan Tachogenerator MT-150F

3. Servo Amplifier SA-150D


Merupakan alat yang akan mengatur arah dan
besar putaran motor, tergantung tegangan
masukan servo amplifier (terminal 1 dan 2). Di
panel depan terdapat terminal-terminal yang harus
dihubungkan sesuai mode pengaturan motor yang
diinginkan: pengendali jangkar (armature-control)
atau pengendali medan (field-control). Motor akan
berputar jika salah satu terminal masukan servo
amplifier diberi tegangan positif. Jika terminal
Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 2
yang lain diberi tegangan positif, motor akan
berputar ke arah yang berlawanan. Jika diberi
tegangan negatif motor tidak berputar.

4. Unit Pre-Amp. PA-150C


Memiliki 3 terminal masukan dan 2 terminal
keluaran. Sinyal-sinyal yang masuk terminal
masukan dijumlahkan (misalkan sebagai 𝑉𝑖𝑛 ). Jika
𝑉𝑖𝑛 positif, terminal keluaran sebelah atas akan
memberikan tegangan positif sebesar 𝐾𝑎𝑚𝑝 × 𝑉𝑖𝑛
( 𝐾𝑎𝑚𝑝 adalah penguatan Pre-Amp), sementara
terminal keluaran bawah memberikan tegangan
mendekati nol. Jika 𝑉𝑖𝑛 negatif, hal yang Gambar 2.6 Unit Pre-Amp. PA-150C
sebaliknya terjadi. Terminal keluaran bawah
positif, terminal atas mendekati nol. Jika kedua 5. Unit Op-Amp. OA-150A
terminal keluaran Pre-Amp. dihubungkan ke Berupa rangkaian penguat operasional dengan
kedua terminal masukan Servo-Amp, akan konfigurasi inverting. Terdapat feedback selector
diperoleh mekanisme yang mengatur arah putaran yang dapat membuat unit ini berfungsi sebagai
motor, tergantung dari tanda (+/-) tegangan penjumlah, integrator penjumlah (summing
masukan Pre-Amp. Hal ini sangat diperlukan integrator), atau rangkaian lain tergantung pada
dalam praktikum sistem kendali, terutama sistem
kendali posisi. Potensiometer zero offset
digunakan untuk mengatur agar pada saat
masukan nol, tegangan keluaran sedekat mungkin
ke nol. Pada unit ini tidak dilakukan pengukuran
karena tidak digunakan dalam praktikum.

Gambar 2.7 Unit Op-Amp. OA-150A


umpan balik yang dipasangkan. Potensiometer
zero offset digunakan untuk mengatur agar pada
saat masukan nol, tegangan keluaran juga nol.
Pada praktikum ini, unit ini biasa digunakan
sebagai komparator atau error detector. Pada waktu
menggunakan Op-Amp sebagai error detector
(komparator), pastikan bahwa kedua tegangan
input Op-Amp berlawanan tanda. Hal ini untuk
meyakinkan bahwa umpan balik yang terbentuk
adalah umpan balik negatif.
Gambar 2.5 Servo Amplifier SA-150D 6. Unit Attenuator AU-150B
Berupa 2 buah potensiometer putar 10K
Dipergunakan sebagai pengontrol tegangan
(biasanya sebagai masukan acuan dalam sistem
kontrol pada motor), jika dihubungkan ke sumber
tegangan atau sebagai pengontrol penguatan jika
dihubungkan dengan unit amplifier
(menggunakan potensio sebagai pembagi
tegangan).

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 3


inersia dipasang pada sumbu putar motor dan
menambah inersia motor. Jika lempeng aluminium
tipis dipasangkan dan dibuat berputar pada celah
magnet rem magnetik, akan timbul efek
pengereman. Efek pengereman ini digunakan
untuk mensimulasikan pembebanan pada motor.
Besarnya pengereman tergantung pada posisi
magnet.

Gambar 2.8 Unit Attenuator AU-150B

7. Potensiometer Input IP-150H dan Output Gambar 2.11 Lempengan Inersia


OP-150K
Berupa potensiometer putar 10K dilengkapi
dengan skala yang menyatakan sudut putaran.
Dipergunakan dalam percobaan pengaturan posisi
sebagai transduser posisi (anguler) ke tegangan
listrik. IP-150H memiliki perputaran maksimum
+150o dan -150o, digunakan untuk memberikan
posisi referensi. OP-150K memiliki perputaran
yang tak terbatas, dipasangkan pada sumbu Gambar 2.12 Rem Magnetik
tambahan motor menggunakan push-on coupling
untuk mengamati posisi keluaran dalam 9. Unit Kontroler PID, PID-150Y
praktikum kontrol posisi. Pada unit ini tidak Terdiri dari 3 bagian utama: penguat inverting
dilakukan pengukuran karena tidak digunakan sebagai kontroler proporsional, inverting
dalam praktikum. integrator sebagai kontroler integral, inverting
differensiator sebagai kontroler derivative.
Masing-masing mempunyai terminal keluaran
terpisah. Parameter masing-masing kontroler
dapat diatur dengan potensiometer yang tersedia.
Terdapat selektor in/out yang mengatur
konfigurasi keseluruhan kontroler ini. Penggunaan
PID secara lebih rinci akan dibahas terpisah.

Gambar 2.9 Potensiometer Input IP-150H

Gambar 2.10 Potensiometer Output OP-150K


Gambar 2.13 Kontroler PID, PID-150Y
8. Unit Beban (Load Unit) LU-150L
Terdiri dari lempengan inersia, lempeng
aluminium tipis, dan rem magnetik. Lempengan

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 4


2.3 PENGENDALIAN KECEPATAN Pengendali derivatif akan memberikan suatu
sinyal kontrol u yang bersesuaian dengan laju
hubungan antara tegangan input motor V_m
perubahan sinyal eror e sebagaimana
dengan kecepatan putaran motor ω_m dalam
dinyatakan dalam persamaan berikut ini:
domain Laplace sebagaimana dinyatakan dalam
persamaan berikut: 𝑑𝑒(𝑡)
𝑢(𝑡) = 𝐾𝑑
𝜔𝑚 (𝑠) 𝐾 𝑑𝑡
= Pengendali ini digunakan untuk
𝑉𝑚 (𝑠) 𝜏𝑠 + 1
mempercepat respon transien meskipun
Pada dasarnya terdapat dua jenis sistem memiliki kekurangan, yaitu dapat
pengendalian, yaitu pengendalian lingkar terbuka meningkatkan derau sistem.
dan pengendalian lingkar tertutup. Pada
pengendalian lingkar terbuka, keluaran sistem Sistem pengendali PID bisa berupa kombinasi
tidak diumpan balikkan untuk dibandingkan antara proporsional, integral, dan derivatif,
dengan sinyal referensi. Sedangkan pada bergantung pada respon sistem yang diinginkan.
pengendalian lingkar tertutup, keluaran sistem Apabila ketiga jenis pengendali tersebut digunakan,
diumpan balikkan untuk dibandingkan dengan maka persamaan yang menyatakan antara sinyal
sinyal referensi. Hal ini berguna agar keluaran eror e dengan sinyal kontrol u dalam domain
sistem bisa sesuai dengan sinyal referensi. waktu kontinyu adalah:
𝑡
𝑑𝑒(𝑡)
2.4 PENGENDALI PID 𝑢(𝑡) = 𝐾𝑝 𝑒(𝑡) + 𝐾𝑖 ∫ 𝑒(𝑡) 𝑑𝑡 + 𝐾𝑑
𝑜 𝑑𝑡
Sistem pengendali PID (Proporsional Integral
Dalam domain Laplace dinyatakan sebagai:
Derivatif) merupakan suatu sistem pengendali
yang digunakan secara luas di berbagai bidang 𝑢(𝑠) 𝐾𝑖
= 𝐾𝑝 + + 𝐾𝑑 𝑠
industri. Pengendali PID terdiri dari 3 komponen 𝑒(𝑠) 𝑠
pengendali, yaitu proporsional, integral, dan
Berikut ini adalah diagram blok sistem secara
derivative.
umum yang menggunakan pengendali PID:
 Proporsonal
Dalam domain waktu kontinyu, hubungan
antara sinyal eror e dengan sinyal kontrol u
dinyatakan dalam persamaan berikut:
u(t)=K_pe(t)
Dari persaamaan diatas terlihat bahwa
pengendali proporsional menghasilkan sinyal Gambar 2.14 Diagram blok sistem lingkar tertutup dengan
kontrol berupa sinyal eror yang dikalikan pengendali PID
(proporsional) dengan konstanta proporsonal
K_p. Pengendali proporsional digunakan 3. METODOLOGI
untuk memperbesar penguatan dan
mempercepat respon transien.
 Integral
Dalam pengendali integral, nilai eror e
Gambar 3-2 Diagram Langkah-langkah Praktikum
diumpankan sebagai laju perubahan sinyal
kontrol u sebagaimana dinyatakan dalam
persamaan berikut ini:
𝑡
Gambar 3-2
𝑢(𝑡) = 𝐾𝑖 ∫ 𝑒(𝑡) 𝑑𝑡
0

Pengendali integral berfungsi untuk Gambar 3-3


menghilangkan galat atau steady state error
meskipun juga dapat menyebabkan
terjadinya overshoot dan osilasi yang Gambar 3-4
mengakibatkan keadaan tunak lama dicapai.
 Derivatif
Gambar 3-5

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 5


4. HASIL DAN ANALISIS

4.1 SISTEM KENDALI OPEN-LOOP

Gambar 4.4 Hasil percobaan sistem closeloop pengendali


P dengan kp=4

Gambar 4.1 Hasil percobaan system openloop

Tegangan yang digunakan untuk memutar motor


untuk percobaan ini dan percobaan lainnya adalah
6,5V. posisi rem untuk percobaan-percobaan ini
adalah skala 0, skala 3, skala 5, dan skala 7.
Terlihat dari grafik saat rem lebih menutupi motor
tegangan pada motor akan menjadi semakin kecil.
Hal ini disebabkan karena sebagian energi motor
digunakan untuk melawan tegangan hasil ggl
induksi yang dihasilkan oleh rem.
Gambar 4.5 Hasil percobaan sistem closeloop pengendali
P dengan kp=6
4.2 SISTEM KENDALI CLOSE LOOP,
KENDALI P Dapat terlihat pada grafik-grafik diatas bahwa
semakin besar kp yang digunakan akan semakin
cepat waktu transien sistem. Hal ini dikarenakan
saat menggunakan pengendali proporsional nilai
tegangan steady state akan semakin tinggi dengan
dinaikkannya nilai Kp.
Dapat terlihat juga bahwa semakin besar nilai Kp
yang digunakan akan semakin besar penguatan
pada sistem.
Hal-hal ini dapat terlihat pada transfer function
sistem ini yaitu:
Gambar 4.2 Hasil percobaan sistem closeloop pengendali
P dengan kp=1

4.3 SISTEM KENDALI CLOSE LOOP,


KENDALI PI

Gambar 4.3 Hasil percobaan sistem closeloop pengendali


P dengan kp=2

Gambar 4.6 Hasil percobaan sistem closeloop pengendali


PI dengan kp=1 ki=0,2

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 6


Gambar 4.7 Hasil percobaan sistem closeloop pengendali Gambar 4.11 Hasil percobaan sistem closeloop pengendali
PI dengan kp=1 ki=0,4 PI dengan kp=4 ki=0,6

Gambar 4.8 Hasil percobaan sistem closeloop pengendali Gambar 4.12 Hasil percobaan sistem closeloop pengendali
PI dengan kp=1 ki=0,6 PI dengan kp=6 ki=0,2

Gambar 4.9 Hasil percobaan sistem closeloop pengendali Gambar 4.13 Hasil percobaan sistem closeloop pengendali
PI dengan kp=4 ki=0,2 PI dengan kp=6 ki=0,4

Gambar 4.10 Hasil percobaan sistem closeloop pengendali Gambar 4.14 Hasil percobaan sistem closeloop pengendali
PI dengan kp=4 ki=0,4 PI dengan kp=6 ki=0,6

Dapat terlihat pada grafik-grafik diatas bahwa saat


menggunakan pengendali PI akan muncul efek
overshoot. Dapat terlihat pula semakin besar nilai
konstanta integral yang digunakan akan semakin
kecil efek overshoot yang terjadi.

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 7


Terlihat pula bahwa saat menggunakan pengendali
PI saat motor diberi rem nilai tegangan akan turun
sebentar lalu naik lagi ke nilai steady state tanpa
rem, setidaknya untuk nilai rem dengan skala kecil.
Hal ini dikarenakan salah satu efek menggunakan
pengendali integrator yaitu meng-nolkan galat
error.

4.4 SISTEM KENDALI CLOSE LOOP,


KENDALI PD

Gambar 4.18 Hasil percobaan sistem closeloop pengendali


PD dengan kp=4 kd=40

Gambar 4.15 Hasil percobaan sistem closeloop pengendali


PD dengan kp=1 kd=20

Gambar 4.19 Hasil percobaan sistem closeloop pengendali


PD dengan kp=6 kd=20

Gambar 4.16 Hasil 7 sistem closeloop pengendali PD


dengan kp=1 kd=40

Gambar 4.20 Hasil percobaan sistem closeloop pengendali


PD dengan kp=6 kd=40

Pada grafik-grafik diatas kurang terlihat efek dari


pengendali derivatif. Pengendali derivatif
berfungsi untuk mempercepat waktu transien
sistem tapi dengan menggunakan pengendali
derivatif noise dari sistem juga akan diperbesar.

5. KESIMPULAN
Dari percobaan ini dapat disimpulkan:
Gambar 4.17 Hasil percobaan sistem closeloop pengendali
PD dengan kp=4 kd=20  Pengendali P akan mempercepat waktu
transien system dan memberi penguatan pada
output, semakin besar kp yang digunakan
semakin cepat wakktu transien dan penguatan
tersebut.
 Pengendali integrator akan mem

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 8


DAFTAR PUSTAKA
[1] http://elektronika-dasar.web.id/teori-motor-
dc-dan-jenis-jenis-motor-dc/, 5 Februari 2019,
14:29.
[2] Nugroho, Sebastian A., Arief S. Rohman, dan
Pranoto H. Rusmin. Modul Praktikum Sistem
Kendali. Penerbit ITB, Bandung, 2019.

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 9

Anda mungkin juga menyukai