Anda di halaman 1dari 14

MODUL 3 DEMODULASI FM, SNR, EYE-DIAGRAM,

SAMPLING DAN REKONSTRUKSI

Jalu Reswara Wiradjanu (13219068)


Asisten: M. Salman Subki
Tanggal Percobaan: 05/04/2022
EL3216-Praktikum Sistem Komunikasi
Laboratorium Dasar Teknik Elektro - Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB

Abstrak Proses sampling dan Rekonstruksi dilakukan


dengan metode sampling S/H serta sampling
Telah dilakukan percobaan untuk modul 3 dan sisa
Natural dan dibandingkan hasilnya. Pada bagian
demodulasi FM modul 2 menggunakan alat NI-ELVIS
rekonstruksi ditunjukkan betapa pentingnya
serta modul Emona DATEx. Percobaan demodulasi FM
frekuensi sampling harus memenuhi kriteria
tersebut menggunakan teknik Zero Crossing Detector untuk
Nyquist untuk dapat merekonstruksi sinyal pesan
memperoleh kembali sinyal pesan yang diimplementasikan
kembali tanpa distorsi pada sinyal tersebut.
menggunakan Comparator, ZCD, dan Lowpass filter.
Dilakukan percobaan untuk menghitung SNR dari suatu
2. STUDI PUSTAKA
sinyal yang diberi Noise serta membuat Eye-Diagram untuk
dapat menentukan kondisi sinyal secara kasat mata.
2.1 FM DEMODULATION DENGAN ZERO
Percobaan tersebut dilakukan dengan memberikan noise -
CROSSING DETECTOR
20dB, -6dB, dan 0dB pada sinyal dan mengamati
pengaruhnya terhadap nilai SNR serta bentuk Eye-Diagram Sinyal FM yang diterima awalnya dilewatkan ke
yang diperoleh. Terakhir, dilakukan percobaan Sampling Comparator untuk memotong puncak-puncaknya
dan Rekonstruksi untuk sinyal Analog yang dikirim pada sehingga yang tersisa berbentuk squarewave.
domain digital dan memperoleh kembali sinyal tersebut. Bentuk squarewave itu membuat sinyal tersebut
Percobaan tersebut dilakukan dengan mendemonstrasikan menjadi sinyal trigger rangkaian Zero-Crossing
dua metode sampling yang dapat digunakan, yakni Natural Detector (ZCD). Output dari ZCD merupakan
dan S/H Sampling. Kemudian, ditunjukkan betapa pulsa-pulsa yang memiliki periode tertentu setiap
pentingnya frekuensi sampling harus memenuhi kriteria saat sinyal FM melewati titik nol (saat falling edge
Nyquist agar dapat memperoleh sinyal pesan kembali tanpa atau saat rising edge). Pada dasarnya, output ZCD
adanya distorsi. Diperoleh hasil bahwa frekuensi minimum tersebut adalah sinyal rektangular yang memiliki
untuk mensampling sinyal pesan tanpa alias secara praktek ukuran mark yang tetap. Saat sinyal FM tersebut
adalah 4.8kHz untuk frekuensi sinyal pesan 2kHz. berubah-ubah akibat sinyal pesan, frekuensi sinyal
rektangular yang diperoleh juga berubah.
Kata kunci: Eye-Diagram, Sampling and
Berhubung ukuran marknya konstan (fixed),
Reconstruction, Zero Crossing Detector, S/H
mengubah frekuensi sinyal diperoleh dengan
Method.
mengubah ukuran space (bit 0) dan alhasil duty
cycle sinyal yang diperoleh berubah-ubah (duty
1. PENDAHULUAN
cycle adalah perbandingan ukuran/periode mark
Pada modul 3 praktikum ini telah dilakukan dan space sinyal). Berikut skematiknya:
percobaan tentang demodulasi FM, analisis
Signal-to-Noise Ratio (SNR), Eye-Diagram, serta
Sampling dan Rekonstruksi sinyal digital dalam
sistem komunikasi digital. Demodulasi FM
sebenarnya adalah percobaan pada modul 2 dan Semakin besar nilai duty cycle maka semakin
percobaan tersebut masih digunakan sinyal analog besar nilai tegangan DC (sinyal pesan) dan ketika
yang ditransmisikan dengan FM lalu diperoleh frekuensi sinyal squarewave berubah-ubah (antara
sinyal pesannya dengan metode zero-crossing dua nilai) itu berarti terjadi perubahan pada nilai
detector. Berbeda dengan modul 2, percobaan DC (sinyal pesan). Implikasinya adalah komponen
pada modul ini melibatkan sinyal digital untuk DC dari sinyal rektangular adalah copy dari sinyal
sistem komunikasi digital. Dilakukan percobaan squarewave yang dihasilkan sinyal FM awalnya.
tentang SNR, Eye-Diagram, dan Sampling Berikut adalah ilustrasinya:
Rekonstruksi. Dibandingkan nilai SNR untuk
sinyal yang memiliki noise -20dB serta 0dB untuk
menunjukkan arti SNR dalam sistem komunikasi.
Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 1
Langkah-langkahnya dijelaskan pada paragraf
berikut.
Pertama, perlu dibuat asumsi bahwa sinyal yang
ingin direkonstruksi sudah bandlimited. Hal itu
dapat diperoleh dengan menggunakan LPF untuk
menyaring frekuensi-frekuensi tinggi yang tidak
dibutuhkan sehingga sinyal hanya memiliki
komponen spektrum frekuensi yang nilainya
kurang dari nilai absolut dari frekuensi cut-off
LPF tersebut. LPF ini penting karena untuk sinyal
yang awalnya sudah bandlimited, setelah
2.2 EYE-DIAGRAM disampling muncul alias-alias dari sinyal-sinyal
tersebut yang tergeser sejauh frekuensi
Eye-Diagram adalah salah satu tool yang
samplingnya dan harmonik-harmonik dari
digunakan untuk mengukur secara kualitatif
frekuensi sampling tersebut.
performansi dari suatu sistem komunikasi digital.
Dari Eye-Diagram dapat ditentukan performansi Kedua, berhubung alias dari sinyal hasil sampling
sistem serta gangguan-gangguan yang ada pada tidak dibutuhkan, sinyal yang tadi disampling
sistem. Pada dasarnya Eye-Diagram dibuat harus dilewatkan ke LPF agar hanya diperoleh
dengan menumpuk gambar yang berupa instance satu ‘copy’ dari sinyal original. LPF tersebut harus
untuk setiap pola 1 dan 0 pada sinyal digital. Hal memiliki frekuensi cut-off yang sama dengan
itu dapat dilakukan dengan mengatur triggering setengah dari frekuensi samplingnya. Hal lain
pada Osiloskop menjadi Rising Edge atau Falling yang diperhatikan adalah diasumsikan frekuensi
Edge. Berikut adalah gambar yang memberikan sampling yang diguankan sudah memenuhi
cara membuat eye diagram berdasarkan sinyal kriteria Nyquist dan bukan bernilai Nyquist Rate.
digital (0 atau 1) yang masuk: Maka, proses ini dalam domain frekuensi dapat
dilihat sebagai rumus berikut
𝑋𝑎 (Ω) = 𝑋𝑠 (Ω)𝐻𝐿𝑃𝐹 (Ω)
Dengan Xa(Ω) adalah sinyal terekonstruksi
(analog), Xs(Ω) adalah sinyal tersampling dan
HLPF(Ω) adalah respon frekuensi fungsi transfer
LPF. Hal yang perlu diketahui adalah dianggap
respon frekuensi LPF tersebut adah ideal (LPF
Fungsi dari Eye diagram adalah sebagai berikut: rektangular) yang sebenarnya tidak digunakan
• Untuk mengetahui kualitas dari sinyal dalam prakteknya (kondisi LPF ideal).
yang diterima pada domain digital. Ketiga, mengubah persamaan di atas ke domain
(Untuk Digital Communication Systems). waktunya dengan sifat dualitas konvolusi
• Untuk mengetahui efek distorsi akibat perkalian Fourier Transform. Inti dari step ini
noise terhadap sinyal yang ditransmisikan nantinya adalah diperoleh persamaan sinyal hasil
serta untuk dapat mengidentifikasi rekonstruksi xa(t) yang merupakan penjumlahan
sumber dari distorsi tersebut. tak hingga dari sinyal tersample x[n] dikali
dengan fungsi sinc() yang ditranslasi sejauh
• Dari gambar Eye Diagram, dapat dilihat frekuensi samplingnya (menjumlahankan tak
kondisi sistem apakah bekerja dengan hingga banyaknya fungsi sinc() yang titik
baik atau tidak. Dapat dilihat dari gambar pusatnya berbeda-beda dan diskala dengan nilai
di bawah ini (Sumber: x[n] untuk tiap n). Proses ini disebut sebagai Ideal
https://training.ti.com/sites/default/file Bandlimited Interpolation.
s/docs/what_is_an_eye_diagram.pdf).
3. METODOLOGI
2.3 SAMPLING DAN REKONSTRUKSI
Sampling dan rekonstruksi adalah bagian penting 3.1 METODOLOGI PERCOBAAN
dalam sistem komunikasi digital karena DEMODULASI FM
mengubah sinyal analog menjadi sinyal diskrit Bagian A, mempersiapkan sinyal FM
untuk dikirim lalu diubah kembali ke sinyal
analog menggunakan proses rekonstruksi.

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 2


Memastikan NI-ELVIS Mengganti Tegangan Mengamati Duty Cycle
Menyalakan PC, NI- Mengatur Function Mengatur Trigger
dan EmonaDATEx Variable PS perlahan- sinyal yang diperoleh
ELVIS, dan software Generator agar output Osiloskop SYNC_OUT
dalam PC Control lahan pada Osiloskop
EmonaDATEx Sinus, 15kHz, 4Vpp
Mode

Menghubungkan Ch A
Mengganti-ganti
dengan output Menyalakan marker
tegangan Variable PS
Mengatur Variable PS Membuat hubungan Membuka Osiloskop, Comparator dan Ch B
perlahan-lahan
Scope
agar knobnya full ke pada NI-ELVIS seperti tekan Auto-Scale, ChA dengan Q1
kiri gambar 3.1-2 Ch B ON

Mengukur lebar output


Membuat hubungan Menvariasikan
ZCD untuk tiap variasi
pada gambar 3.1-6 tegangan power supply
Memutar knob tegangan
Variable PS untuk
melihat perubahan
frekuensi sinyal

Membandingkan
Gambar 3.1-1 Langkah Mempersiapkan Sinyal FM output LPF dan output
ZCD

Gambar 3.1-5 Skematik Mengirim dan Memperoleh Sinyal


Sinus dengan FM

Gambar 3.1-6 Skematik Mengirim dan Memperoleh Sinyal


Sinus dengan FM
Gambar 3.1-2 Hubungan Persiapan Sinyal FM

Bagian B, mempersiapkan ZCD (Zero-Crossing Bagian D,mengirim sinyal sinus dan memperoleh
Detector) sinyalnya kembali.

Memutar knob Width Memutar knob Cutoff


Memutar Knob gain
dan Delay Twin Pulse Frequency LPF ke Pada LPF, knob Gain full
Generator full ke kiri
Tuneable LPF ke tengah
tengah Membuat konfigurasi
ke kanan, knob Cutoff
seperti gambar 3.1-8
full ke kiri

Melakukan modifikasi Memutar knob Variable


gambar 3.1-2 menjadi PS dan mengamati
gambar 3.1-4 hasilnya pada Osiloskop

Mengatur Osiloskop Memutar knob Cutoff


agar volt/div 1V dan Frequency LPF sampai
0.5V untuk Ch A Ch B, display di Osiloskop
Gambar 3.1-3 Hubungan Persiapan ZCD Coupling AC, Trigger Ch untuk Ch A dan Ch B
A sama

Gambar 3.1-4 Skematik Persiapan ZCD

Bagican C, mengirim dan menerima sinyal dari


FM.

Gambar 3.1-8 Skematik Mengirim dan Memperoleh Sinyal


Sinus dengan FM

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 3


Bagian E,mengirim sinyal suara dan
memperolehnya kembali dengan FM

Membuat
Memutuskan
konfigurasi pada NI- Memutar knob
hubungan dari 2kHz
ELVIS seperti pada Gain LPF full ke kiri
Sine Master Signal
gambar ...

Gambar 3.2-2 Skematik Rangkaian Bagian A


Menggunakan Berbicara ke mic
Headphones, dan melihat
mengatur volume hasilnya di Bagian B, membuat sinyal dengan noise yang
lewat knob Ampli osiloskop dan suara
bandlimited

Gambar 3.1-9 Skematik Mengirim dan Memperoleh Sinyal


Mengatur noise yang
Sinus dengan FM Membuat modifikasi
Mengamati output
tadinya -20dB menjadi -
pada modul Baseband
seperti gambar 3.2-4 6dB. Mengamati
LPF
hasilnya

Mengamati output
Mengatur noise
pada modul Adder
menjadi 0 dB dan
untuk nilai noise dB
mengamati hasilnya
yang berbeda

Gambar 3.2-3 Langkah Membuat Sinyal Bandlimited

Gambar 3.1-10 Skematik Mengirim dan Memperoleh Sinyal


Sinus dengan FM

Gambar 3.2-4 Skematik Rangkaian Bagian B

3.2 METODOLOGI PERCOBAAN SNR DAN


EYE DIAGRAM Bagian C, Menentukan SNR
Bagian A, menambahkan noise ke sinyal transmisi Melepaskan hubungan Dengan DSA, Menghubungkan
dengan Noise menentukan RMS kembali Adder dengan
Generator sinyal Data Noise Generator -20dB

Membuat Memastikan semua Pada Sequence


hubungan seperti modul dalam PC Generator,DIP Melepaskan hubungan Dengan DSA, Menghitung SNR dari
Sequence Generator menentukan RMS data yang diperoleh
gambar 3.2-2 Control Switch 00 dan Adder sinyal Noise (dalam dB)

Mengamati output Mengganti noise Mengganti noise Menghubungkan


Mengukur RMS Menghitung alternate
Adder dari -20dB ke -6dB, dari -6dB ke 0dB, kembali Sequence
Signal+Noise SNR (dalam dB)
Generator dan Adder
menggunakan amati hasilnya di amati hasilnya di
Osiloskop Scope Scope

Mengulang percobaan Mencatat hasilnya


menggunakan noise pada dua tabel yang
0dB berbeda
Gambar 3.2-1 Langkah Menambahkan Noise pada Sinyal
Transmisi
Gambar 3.2-5 Langkah Menentukan SNR

Bagian D, membuat Eye-Diagram

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 4


Membiarkan Eye-
Bagian B, sampling sinyal suara
Mengatur output
Modifikasi rangkaian Membuka DATEx Diagram terbentuk
frekuensi function
seperti gambar 3.2- Eye Diagram VI dengan menunggu 2
generator ke 2kHz
menit
Melepaskan
Mengganti time/div
hubungan 2kHz sine
Memberhentikan Mengamati Eye- Mengganti port 500us pada Osiloskop
eye-Diagram dengan Diagram yang Noise Generator
Mengulangi langkah
4 sampai 6
menjadi Speech
STOP terbentuk menjadi -6dB

Mengamati bentuk
Mengganti port Menggunakan noise
Mengulangi langkah Eye dari Eye-
Noise Generator -6 dB dan menunggu
4 sampai 6 Diagram dan
menjadi 0 dB 2 menit
mencatat ukurannya Berbicara pada
microphone dan
Mengganti frekuensi Menunggu 2 menit mengamati bentuk
output Function
generator menjadi
dan mengamati
bentuk Eye Diagram
sinyal pada osiloskop
4kHz yang baru

Gambar 3.3-3 Langkah Sampling Sinyal Suara


Gambar 3.2-6 Langkah Membuat Eye-Diagram
Bagian C, Observasi serta analisis sinyal
tersampling di domain frekuensi

Mengembalikan Mengganti time/div Membuka DSA VI dan


hubugan 2kHz sine ke 100us dan klik STOP mengaturnya sesuai
sistem awal pada Osiloskop modul

Klik Run pada DSA dan Mengaktifkan Marker Memindahkan garis


mengamati hasilnya DSA (M1 dan M2) vertikal M1 dan M2

Gambar 3.2-7 Skematik Rangkaian Bagian D


Menempatkan M2 Menggerakan M1
Menggerakan M1
pada sebelah kiri ujung sampai frekuensinya
sampai terbaca sinyal
display dan M1 pada merupakan frekuensi
3.3 METODOLOGI PERCOBAAN titik tertinggi
dengan frekuensi 2kHz
sinyal Alias
SAMPLING DAN REKONSTRUKSI
Gambar 3.3-4 Langkah Analisis Sinyal Tersampling
Bagian A, sampling sinyal pesan sederhana
Membuka
Memastikan semua Membuat
Osiloskop, time/div
instrumen modul hubungan seperti
dalam PC Control gambar 3.3-2
100us dan Ch A Ch Bagian D, rekonstruksi sinyal pesan
B ON

Klik STOP pada DSA Membuka VI Membubka SFP


agar berhenti Osiloskop dan klik DATEx dan fokus ke
bekerja Run modul PCM
Mengamati sinyal Menghubungkan
Menambahkan
yang dikirim serta 8kHz digital ke
hubungan ke modul
sinyal tersample Control 1 Dual
S/H dari 2kHz sine
pada Osiloskop Switch Analog
Memutar knob Membuat rangkaian
Memutar knob Gain
Cutoff Freq LPF full seperti gambar
LPF ke posisi tengah
ke kiri berikut
Mengamati sinyal
Menghubungkan
pesan dan sinyal
output S/H ke Ch B
output S/H pada
Osiloskop
Osiloskop Secara perlahan
Berhenti memutar
knob ketika fasa
memutar knob
sinyal pesan kurang
Cutoff Freq LPF
Gambar 3.3-1 Langkah Sampling Sinyal Sederhana lebih sama

Gambar 3.3-5 Langkah Rekonstruksi Sinyal Pesan

Gambar 3.3-6 Skematik Bagian D


Gambar 3.3-2 Skematik Bagian A

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 5


Bagian E, aliasing Setelah memperoleh sinyal FM, sinyal tersebut
kemudian diteruskan melalui ZCD (Zero Crossing
Mengatur output Menghubungkan port Mengatur time/div Detector). Berdasarkan referensi, sebelum masuk
function generator 8kHz SYNC_OUT ke Control 1 osiloskop 500us
ke ZCD, sinyal terlebih dahulu dilewatkan ke
Comparator untuk men-clipping amplitudenya
sehingga diperoleh output sinyal kotak. Namun,
Mengurangi frekuensi
output function
Mengamati perubahan
yang terjadi bila ada
Menghubungkan Ch B ke
output Dual Analog berhubung sinyal yang dikirim adalah sinyal DC,
generator 1kHz Switch S/H
maka output dari Comparator dan ZCD itu sendiri
hanyalah satu garis lurus (sinyal konstan) dan
Memberhentikan Mengulangi 5 langkah
hasilnya dapat dilihat dari gambar di bawah ini:
Osiloskop dengan STOP Menghubngkan Ch B sebelulmnya sampai
dan membuka kembali kemballi ke Output LPF frekuensi function
DSA generator 3kHz

Meningkatkan frekuensi
Berhenti menambahkan Mencatat frekuensi
function generator setiap
200Hz sampai sinyal sampling terendah
200Hz dan mengamati
pesan terlihat bagus sebelum terjadi aliasing
hasilnya

Gambar 3.3-7 Langkah Demonstrasi Aliasing

Gambar 4.1-2 Output ZCD dari Input Sinyal FM


4. HASIL DAN ANALISIS
Bagian ini berisi data hasil percobaan. Jika Sebenarnya setelah dilewatkan dari ZCD tersebut
diperlukan, gunakanlah tabel untuk sinyal outputnya masih harus dilewatkan ke LPF
merepresentasikan data hasil percobaan. untuk menfilter frekuensi tertentu saja yang
diinginkan (memblokir frekuensi harmonik sinyal
4.1 HASIL DAN ANALISIS PERCOBAAN 1 pesan). Bagian ini pada dasarnya adalah membuat
Percobaan pertama ini adalah terkait proses persiapan awal untuk sinyal FM serta rangkaian
demodulasi sinyal FM menggunakan Zero ZCD untuk percobaan selanjutnya yang benar-
Crossing Detector. Sebelum melakukan proses benar menggunakan sinyal AC.
demodulasi, dibutuhkan terlebih dahulu sinyal Pada bagian ini, dapat dilihat dari gambar
FM yang ingin didemodulasi. Pada tahap awal ini, dibawah ini bahwa pada Ch A terdapat sinyal
sinyal pesan yang dikirim adalah sinyal DC triangular dengan frekuensi tertentu dan pada Ch
voltage yang dapat dilihat pada gambar 4.1-1 B terdapat seperti sinyal kotak yang bagian
berikut ini: atasnya tidak benar-benar datar (hampir seperti
sinyal kotak) yang fasanya seolah-olah berbeda
180 derajat dengan sinyal rektangular (saat
rektangular rising edge, sinyal kotak pada level 0V
(LOW) dan saat rektangular falling edge, sinyal
kotak pada level HIGH). Sebenarnya gambar 4.1-3
adalah gambar yang menunjukkan sinyal FM (Ch
Gambar 4.1-1 Sinyal FM yang Digunakan (DC Voltage) A) dan sinyal tersebut setelah di clipping oleh
Comparator (Ch B). Sesuai dengan referensi
Dari gambar diatas terdapat dua sinyal, yakni terkait proses Demodulasi FM, pada tahap
sinyal pada Ch A yang merupakan sinyal pesan awalnya sinyal FM harus di Clip terlebih dahulu
yang ingin dikirim dan Ch B adalah sinyal FM amplitudenya agar bentuknya menjadi seperti
yang merupakan sinyal carrier dengan 100kHz sinyal kotak. Hal tersebut tidak betul-betul terjadi
rest frequency yang dimodulasi frekuensinya oleh pada saat percobaan karena sinyal yang diperoleh
sinyal pesan DC dengan tegangan tertentu. untuk bagian HIGH nya tidak benar-benar datar
Berhubung sinyal yang dikirim adalah sinyal DC, seperti sinyal kotak tapi masih sedikit ada bagian
frekuensi pada s(t) (sinyal termodulasi) tidak miringnya (tidak benar-benar datar).
berubah-ubah karena nilai variable power supply
dibuat konstan pada nilai tertentu sehingga tidak
ada deviasi frekuensi pada sinyal s(t). Deviasi
frekuensi tersebut merupakan besar dari tegangan
DC yang diberikan. Tapi, behubung tegangannya
tidak berubah-ubah maka tidak tampak adanya
perubahan frekuensi apapun.

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 6


terjadi. Pada kasus percobaan ini, pulsa ZCD
muncul setiap ssaat sinyal Comparator sedang
rising edge.
Hal lain yang dapat diperoleh dari gambar 4.1-4
adalah berhubung sinyal pesan yang dikirim
adalah sinyal DC yang tidak punya frekuensi,
sinyal ZCD yang dihasilkan juga tidak ada
perubahan seberapa sering pulsa tersebut muncul
(periode tetap, tidak ada perubahan frekuensi).
Gambar 4.1-3 Output Comparator (Kotak)

Hal yang tidak sempat praktikan tunjukkan


adalah ketika nilai tegangan variable supply
divariasikan menjadi lebih kecil/lebih besar dan
melihat efeknya dari lebar pulsa rektangular yang
diperoleh. Berdasarkan referensi, seharusnya
dengan mengubah-ubah nilai tegangan DC, terjadi
perubahan pada duty cycle ata ratio antara Mark
(HIGH) dan Space (LOW) dari sinyal rektangular Gambar 4.1-5 Output Zero Crossing Detector (Bawah) dan
yang diperoleh. Semakin besar duty cycle berarti Lowpass Filter (Atas)
semakin besar nilai tegangan DC yang digunakan
untuk memodulasi frekuensi sinyal carrier. Hal ini Tahap terakhir pada proses demodulasi FM
harusnya tampak pada gambar yang setelah ZCD adalah melewatkan sinyal ZCD
menunjukkan bahwa lebar dari sinyal rektangular tersebut ke Lowpass filter untuk memperoleh
yang diperoleh menjadi semakin sempit untuk kembali sinyal pesan yang ditransmisikan. Hal
nilai tegangan variable power supply lebih besar tersebut dapat dilihat pada gambar 4.1-5. Output
yang digunakan. yang diperoleh adalah garis lurus (sinyal konstan)
yang merupakan sinyal DC yang dikirim pada
awal percobaan. Tugas dari LPF tersebut adalah
untuk menfilter komponen sinyal berfrekuensi
tinggi dan melewatkann sinyal yang memiliki
frekuensi rendah. Berhubung sinyal pesan yang
digunakan adalah sinyal DC (frekuensi nol) maka
komponen berfrekuensi tinggi seperti saat ZCD
memberikan pulsa dari LOW->HIGH->LOW di
filter oleh LPF tersebut dan hanya tersisa garis
lurusnya saja.
Gambar 4.1-4 Output Zero Crossing Detector (Atas) dan Bagian selanjutnya pada percobaan ini adalah
Comparator (Bawah)
menggunakan sinyal sinus dan sinyal suara
sebagai sinyal pesan yang ingin dikirim
Dapat dilihat dari gambar diatas adalah output
menggunakan FM dan diperoleh kembali sinyal
dari ZCD serta sinyal comparator yang menjadi
tersebut setelah melewati proses demodulasi.
sinyal input untuk ZCD tersebut. Dapat dilihat
Berikut adalah hasil yang diperoleh:
bahwa setiap saat sinyal dari Comparator sedang
rising edge (transisi dari 0 ke 1 atau dari LOW ke
HIGH), sinyal output ZCD memberikan pulsa
singkat HIGH dan langsung kembali ke posisi
LOW. Hal ini berarti hasil yang diperoleh sudah
sesuai dengan referensi karena disebutkan bahwa
rangkaian ZCD memberikan output berupa pulsa
sebagai penanda sinyal Comparator sudah
melewati nol atau tidak dan hal itu dilihat dari
ketika sinyal Comparatornya sedang rising edge
(berarti dari nol (LOW) ke HIGH) atau sedang Gambar 4.1-6 Mengirim dan Menerima Kembali Sinyal
falling edge (dari posisi HIGH ke nol (LOW)). Sinus
Tidak penting kapan pulsa muncul (saat falling
edge atau rising edge) yang terpenting adalah Dapat dilihat untuk sinyal sinus yang dikirim
pulsa tidak muncul disaat kedua hal tersebut menggunakan FM, diperoleh kembali sinyal
Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 7
dengan bentuk yang sama tapi nampaknya
amplitudenya teratenuasi sehingga tidak benar-
benar diperoleh sinyal yang sama. Pada gambar
4.1-6, ukuran sinyal pesan dikirim dengan sinyal
pesan yang diterima tampak berbeda jauh karena
skala osiloskop yang digunakan untuk Ch A
(sinyal pesan dikirim) adalah 1V/div sedangkan
untuk Ch B 500mV/div.
Gambar 4.2-2 Sinyal dengan Noise -6dB

Gambar 4.1-7 Mengirim Sinyal Pesan Suara

Untuk hasil sinyal pesan suara, praktikan Gambar 4.2-3 Sinyal dengan Noise 0dB
kesulitan dalam memperoleh sample bentuk
sinyal suara yang baik sehingga yang diperoleh Dapat dilihat bahwa sinyal dengan noise 0dB
hanya bentuk seperti gambar diatas yang tidak sudah sangat terdistorsi dan tidak dapat dikenali
memberikan insight apapun terhadap proses kembali sedangkan sinyal dengna noise -20dB
modulasi-demodulasi FM. Dapat dilihat bahwa masih dapat dilihat bentuk sinyal digital-nya
sinyal suara hasil demodulasi terlihat kecil dan (kondisi HIGH-LOWnya masih jelas) walaupun
tidak punya kemiripan bentuk sama sekali dengan pada kondisi HIGH dan LOWnya sudah tidak
sinyal suara awal yang dikirim. stabil (banyak simpangan). Hal itu menjadi
semakin buruk ketika noisenya -6dB dan 0dB.
4.2 HASIL DAN ANALISIS PERCOBAAN 2 Dapat dilihat bahwa noise bersifat additif
(SNR DAN EYE-DIAGRAM) terhadap amplitude sinyal dan hal ini tampak jelas
Percobaan kedua ini membahas tentang Signal-to- karena dari gambar dapat dilihat terjadi banyak
Noise Ratio serta menggambar Eye-Diagram. perubahan pada amplitude yang tidak jelas
(random) yang berarti sinyal mengandung noise.
Menambahkan Noise Sebenarnya hal ini memodelkan AWGN (Additive
Sinyal yang digunakan pada bagian ini adalah White Gaussian Noise) yang merupakan noise
sinyal digital dengan frekuensi 2kHz yang yang muncul pada sistem komunikasi. Sifat aditif
menjadi sumber Clock untuk line code sequence dari AWGN sudah dapat dilihat dari ketiga
generator yang di set ke NRZ (non-return to zero). gambar diatas.
Line code tersebutlah kemudian yang menjadi Membuat Bandlimited Signal
sinyal yang diamati pada Ch A osiloskop serta
Trigger source dari port SYNC Sequence Setelah menambahkan noise pada sinyal untuk
Generator. Noise yang diberikan pada sinyal mensimulasikan sistem komunikasi real, sinyal
divariasikan dari -20dB, -6dB, dan 0dB. Berikut tersebut kemudian harus diubah menjadi
adalah gambar untuk sinyal dengan noise -20dB, - bandlimited signal dengan melewatkannya ke
6dB, dan 0 dB: Bandpass filter. Berikut adalah hasilnya:

Gambar 4.2-1 Sinyal dengan Noise -20Db Gambar 4.2-4 Sinyal Bandlimited dengan Noise -20dB

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 8


untuk memperoleh SNR. Instruksi yang diberikan
pada modul adalah mengukur Vrms menggunakan
Osiloskop maka Vrms yang diperoleh bukan dalam
satuan power/unit daya (bukan Vrms2). Oleh
karena itu, rumus yang praktikan gunakan untuk
menghitung SNR dalam dB adalah 20 log (M)
dengan M adalah perbandingan antara Vrms sinyal
Gambar 4.2-5 Sinyal Bandlimited dengan Noise -6dB pesan dengan Vrms dari sinyal noise. Bila awalnya
yang terukur adalah dalam Vrms2 maka rumus
yang digunakan adalah 10 log (M) karena sudah
dalam satuan daya.
Berikut adalah tabel yang memberikan hasil
perhitungan SNR untuk noise -20dB pada sinyal:

Tabel 4.2-1 Tabel SNR untuk Noise -20dB

Signal Voltage (V) 1.562


Gambar 4.2-6 Sinyal Bandlimited dengan Noise 0dB
Noise Voltage (V) 37.22m
Dapat dilihat dari ketiga gambar diatas, sinyal
yang diperoleh jauh lebih baik kondisinya SNR (V/V) 41.966
dibandingkan ketiga gambar sebelumnya yang
SNR (dB) 32.458
hanya diberikan Noise saja. Memang untuk sinyal
dengan noise -6dB dan 0dB bentuknya jauh lebih Signal + Noise Voltage(V) 1.565
terdistorsi dibandingkan sinyal yang diberikan
noise -20dB tapi ketiganya masih dapat ‘terlihat’ Alternate SNR (V/V) 42.047
bentuknya dan tidak terlalu banyak
perubahan/variasi amplitudenya jika Alternate SNR (dB) 32.474
dibandingkan dengan ketiga gambar sebelumnya.
Hal ini menunjukkan pentingnya proses Untuk sinyal dengan noise -20dB, diperoleh nilai
Bandlimiting sinyal tersebut karena dengan SNR dalam dB adalah sekitar 32.4dB dan nilai
membuatnya bandlimited, noise yang muncul tersebut bisa diperoleh dari menghitung Vrms
pada sinyal tersebut secara otomatis bandlimited sinyal terlebih dahulu kemudian menghitung Vrms
juga karena berdasarkan referensi [1] noise noise dan menghitung perbandingannya atau bisa
biasanya masuk pada bagian kanal transmisi sitem dihitung dari Vrms penjumlahan antara sinyal
komunikasi. Berhubung kanal transmisi tersebut pesan dengan noise dibagi dengan sinyal noise
memiliki bandwidth tertentu (Bandwidth (Alternate SNR). Dari keduanya, diperoleh hasil
transmisi), spektrum frekuensi dari noise yang yang kurang lebihnya sama berhubung Vrms
masuk juga harus mengikuti bandwidth transmisi noisenya masih relatif kecil dibandingkan Vrms
tersebut. Alhasil dengan melakukan proses sinyal pesannya. Efek penambahan noise menjadi
Bandlimiting signal, spektrum frekuensi noise 0dB bisa dilihat dari SNR pada tabel berikut:
yang juga muncul pada sinyal tidak berasal dari
seluruh spektrum frekuensi yang mungkin, tapi Tabel 4.2-2 Tabel SNR untuk Noise 0 dB
hanya berasal dari frekuensi-frekuensi yang
dilewatkan oleh filter bandpass tersebut. Hal Signal Voltage (V) 1.562
itulah yang membuat sinyal diperoleh pada
Noise Voltage (V) 356m
gambar 4.2-4 sampai 4.2-6 jauh lebih ‘bersih’ dan
tidak banyak perubahan amplitude dibandingkan SNR (V/V) 4.387
gambar 4.2-1 sampai 4.2-3.
SNR (dB) 12.844
Menentukan SNR
Bagian selanjutnya adalah menghitung SNR Signal + Noise Voltage(V) 1.637
(Signal-to-Noise Ratio) dari sinyal sebelumnya
Alternate SNR (V/V) 4.589
yang sudah bandlimited dan sudah ditambah
dengan noise. Cara menghitung SNR itu sendiri Alternate SNR (dB) 13.252
adalah dengan mengukur Vrms dari sinyal pesan
dan mengukur Vrms dari sinyal noise kemudian Bisa dilihat bahwa dengan memperbesar noise
dicari perbandingan antara Vsignal dengan Vnoise pada sinyal, nilai SNR yang diperoleh menjadi

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 9


lebih kecil karena sekarang proporsi noise pada Eye-Diagram tersebut juga merepresentasikan
sinyal menjadi lebih besar dibandingkan nilai SNR pada titik sampling. Setelah mengetahui
sebelumnya (saat -20dB). Dapat dilihat semakin anatomi dari Eye-Diagram, berikut adalah Eye-
kecil nilai SNR maka semakin buruk juga kualitas Diagram untuk sinyal yang diberikan variasi noise
sinyalnya karena bisa dilihat dari gambar 4.2-3 dari -20dB, -6dB, dan 0dB:
saat sinyal memiliki noise 0dB sudah tidak ada
informasi lagi yang terkandung di sinyal tersebut
(sudah terlalu terdistorsi). Oleh karena itu, sistem
komunikasi diukur FoM-nya (figure of merit)
melalui nilai SNR (biasanya dalam dB) dan
semakin besar nilai SNR tersebut menunjukkan
kualitas sistem yang semakin bagus karena bisa
memastikan noise yang ada pada sinyal tidak
mendistorsi sinyal dan sinyal pesan dapat dikirim
dengan aman (berdasarkan referensi [1]). Gambar 4.2-9 Eye-Diagram dengan Noise -20dB (fm 2kHz)

Bagian Analisis Eye-Diagram


Setelah memperoleh SNR dari sinyal dengan
variasi noise -20dB dan 0dB, ada cara lain untuk
menentukan kondisi suatu sistem komunikasi
digital dalam keadaan baik atau tidak. Biasanya
hal tersebut diukur dari seberapa besar noise yang
muncul pada kanal transmisi serta pada sisi
Receiver. Cara lain tersebut adalah menggunakan
Eye-Diagram. Berdasarkan referensi [3] dan [4],
anatomi Eye-Diagram adalah sebagai berikut:
Gambar 4.2-10 Eye-Diagram dengan Noise -6dB (fm 2kHz)

Gambar 4.2-7 Anatomi Eye-Diagram


Gambar 4.2-11 Eye-Diagram dengan Noise 0dB (fm 2kHz)

Dapat dilihat bahwa hasil yang diperoleh adalah


sesuai dengan referensi yang diberikan. Hal itu
ditunjukkan dengan ketika noise pada sinyal
hanya -20dB (variasi noise terkecil), ukuran dari
garis bagian atas dan bawah Eye-Diagram tersebut
masih tipis (paling tipis) dan tidak setebal garis
Gambar 4.2-8 Bagian-Bagian Eye-Diagram untuk Eye-Diagram sinyal yang memiliki noise
0dB dan 6dB. Mengingat lebar garis bagian atas
Dapat dilihat dari gambar 4.2-7, lebar dari bagian dan bawah Eye-Diagram merepresentasikan total
atas Eye-Diagram merepresentasikan seberapa distorsi pada sinyal, maka sinyal pada gambar 4.2-
banyak distorsi yang terjadi pada sinyal akibat 9 memiliki total distorsi yang lebih kecil
noise, selain itu lebar X yang memisahkan antar dibandingkan dengan sinyal pada gambar 4.2-10
‘Eye’ merepresentasikan variasi waktu zero- dan 4.2-11 serta sinyal pada gambar 4.2-11
crossing (saat sinyal bertransisi dari HIGH ke memiliki total distorsi yang paling besar. Hal itu
LOW atau transisi dari LOW ke HIGH) dan X sudah sejalan dengan hasil percobaan pada bagian
tersebut merepresentasikan total jitter pada sistem pertama (gambar 4.2-1 sampai gambar 4.2-3) yang
tersebut. Setengah radius atau setengah dari lebar menunjukkan bahwa sinyal dengan noise 0dB
Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 10
sudah sangat terdistorsi sedangkan sinyal dengan
noise -20dB belum terlalu terdistorsi.
Selain itu, dapat dilihat bahwa ukuran dari ‘Eye’
(bagian yang tengah kosong,bulat) untuk sinyal
yang noisenya -20dB, ukuran ‘Eye’-nya lebih besar
dibandingkan ukuran ‘Eye’ saat noise pada sinyal
adalah 0dB dan hal itu berarti SNR untuk gambar
4.2-9 lebih besar dibandingkan SNR untuk gambar
4.2-11. Hal tersebut sudah dibuktikan pada bagian
sebelumnya yang membahas terkait SNR secara
kuantitatif (menghitung satu per satu sinyal Vrms Gambar 4.2-13 Eye-Diagram dengan Noise -6dB (fm 4kHz)
sinyal dan noise). Ternyata dengan melihat Eye-
Diagram secara kasat mata (walaupun tidak 4.3 HASIL DAN ANALISIS PERCOBAAN 3
terlalu akurat), dapat ditentukan sinyal mana (SAMPLING DAN RECONSTRUCTION)
yang memiliki SNR kecil (buruk) dan SNR yang Pada bagian percobaan ini dikirim suatu sinyal
cukup besar (baik) hanya dengan memerhatikan pesan analog yang kemudian disampling terlebih
besar dari ‘Eye’ pada Eye-Diagram yang diperoleh. dahulu untuk mengonversinya menjadi sinyal
Sekarang dengan menggunakan Eye-Diagram saja digital yang kemudian direkonstruksi kembali
dapat dilihat mana sinyal yang noisy (banyak pada sisi Receiver untuk memperoleh suatu sinyal
noise) dan mana sinyal yang tidak noisy. yang idealnya sama dengan sinyal analog awal
Terakhir, dapat dilihat dari gambar dibawah ini yang dikirim.
yang menunjukkan daerah sampling (pada sisi Pertama, dilakukan percobaan terkait dua metode
Receiver) pada Eye-Diagram yang sampling yang dapat digunakan, yakni Natural
mengimplikasikan bahwa daerah tersebut adalah Sampling dan S/H (Sample and Hold) Sampling.
daerah terbaik yang dapat dimanfaatkan untuk Perbedaan sinyal hasil sampling dari kedua
mensample bit yang diterima Receiver tanpa metode tersebut dapat dilihat pada gambar
terganggu (terinterferensi) dengan noise atau jitter berikut:
yang pada sistem yang membuat kemungkinan
diterima bit yang salah pada sisi Receiver (Bit
Error). Pada percobaan bagian ini, awalnya
frekuensi sinyal pesan adalah 2kHz kemudian
diganti menjadi sinyal 4kHz untuk bagian terakhir
ini.
Gambar 4.3-1 Metode Sampling Natural

Gambar 4.2-12 Daerah Sampling Pada Eye-Diagram


Dapat dilihat dari Eye-Diagram di bawah ini
ketika frekuensi sinyal pesan menjadi dua kali Gambar 4.3-2 Metode Sampling S/H
frekuensi awalnya jumlah ‘Eye’ pada Eye-
Perbedaan yang mendasar dari kedua metode
Diagramnya menjadi lebih banyak (dalam rentang
waktu yang sama) karena lebih sering terjadi sampling tersebut adalah pada natural sampling,
satu data tersample merupakan fungsi dirac delta
perubahan bit (frekuensi lebih tinggi, lebih sering
dengan magnitude sama dengan nilai sinyal pada
berubah dari LOW ke HIGH dan balik ke LOW)
saat waktu nTs tersebut. Sedangkan pada S/H
yang membuat ukuran tiap ‘Eye’ menjadi lebih
sampling, satu data tersample merupakan satu
kecil. Implikasinya sekarang adalah daerah
garis lurus yang panjangnya Ts dan nilai garis
sampling untuk sinyal pesan dengan 4kHz
sepanjang Ts adalah nilai pada sinyal saat waktu
menjadi lebih sempit yang artinya frekuensi
sampling harus diperbesar atau periode sampling tersample nTs dengan n adalah bilangan bulat.
Hasil keseluruhan yang diperoleh juga cukup
harus semakin kecil agar bit yang tersample pada
berbeda dengan metode sampling S/H
sisi Receiver tidak salah.
memberikan sinyal yang berbentuk seperti
kumpulan fungsi rektangular dengna tinggi yang
berbeda-beda namun memiliki lebar yang sama
Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 11
sedangkan hasil sampling natural seperti karena sinyal sampling yang digunakan (sinyal
kumpulan fungsi dirac delta yang tergeser digital) adalah sinyal yang dapat
masing-masing sejauh nTs untuk tiap titik n yang direpresentasikan sebagai tegangan DC dan
berbeda-beda. kumpulan banyak sinyal sinus dan kosinus (deret
fourier) sehingga yang muncul tidak hanya
frekuensi fundamental sinyal sampling (8kHz)
tapi terdapat juga frekuensi harmoniknya
(±2fs,±3fs dan seterusnya).
Selain itu, dapat dilihat bahwa frekuensi alias
yang dihasilkan tidak benar-benar tepat seperti
hasil perhitungan teoritis untuk alias yang muncul.
Hal itu berdasarkan referensi [1] disebabkan oleh
frekuensi sinyal pesan dan sinyal sampling yang
Gambar 4.3-3 Sampling Sinyal Suara dengan Metode S/H tidak benar-benar 2kHz dan 8kHz melainkan
2.08kHz dan 8.3kHz. Hal itu dikarenakan semua
Analisis Sinyal Tersample Domain Frekuensi sinyal pada Master Signals harus sinkron
(synchronized) sehingga semua frekuensi yang
dapat dipilih pada DATEx diturunkan dari satu
frekuensi utama 100kHz (master crystal oscillator).
Itulah mengapa hasil pengukuran frekuensi alias
yang diperoleh tidak tepat/tidak benar-benar
sama dengan perhitungan teoritisnya.
Rekonstruksi Sinyal Tersample
Berikut adalah hasil rekonstruksi sinyal tersample
Gambar 4.3-4 Spektrum Sinyal Tersample
yang diperoleh dari output Lowpass filter.
Dibutuhkan lowpass filter karena dari hasil
Setelah mensampling sinyal tersebut, sinyal percobaan sebelumnya terdapat banyak frekuensi
tersample dapat dianalisis spektrum frekuensinya alias dari sinyal pesan original akibat sampling
untuk melihat komponen-komponen frekuensi dan agar yang muncul pada sisi akhir hanyalah
apa saja yang terdapat di dalam sinyal tersample sinyal dengan frekuensi yang sama dengan
tersebut. Hal itu dapat dilihat pada gambar 4.3-4 frekuensi sinyal awal maka frekuensi-frekuensi
yang menunjukkan ada beberapa puncak alias tersebut harus difilter atau diblokir terlebih
spektrum frekuensi yang nilai-nilai frekuensinya dahulu menggunakan lowpass filter yang
dapat dilihat pada tabel 4.3-1. frekuensi cut-offnya terletak diantara frekuensi
sinyal pesan dengan frekuensi sinyal alias terkecil
Tabel 4.3-2 Tabel Frekuensi Alias Sinyal Tersample
(dalam kasus ini 6kHz).
Alias ke- Frekuensi (kHz)

1 2

2 6.1

3 10.4
Gambar 4.3-5 Rekonstruksi Sinyal Hasil Sampling
4 14.6 Efek Aliasing
5 18.7 Pada bagian terakhir percobaan ini
didemontrasikan pengaruh sinyal yang
6 22.9 direkonstruksi apabila frekuensi sampling tidak
memenuhi kriteria Nyquist. Sebelumnya,
Puncak-puncak tersebut (yang dominan) berdasarkan referensi [1], kriteria Nyquist
merupakan frekuensi alias dari sinyal awal yang menyatakan bahwa untuk memperoleh kembali
sudah tersample dengan frekuensi sinyal secara sempurna sinyal yang disample maka
sampling. Secara teoritis, untuk sinyal pesan sinyal tersebut harus di sampling dengan
berfrekuensi 2kHz yang disampling frekuensi sampling yang dua kali lebih besar
menggunakan sinyal dengan frekuensi 8kHz daripada komponen frekuensi maksimum yang
memberikan frekuensi alias di (8kn±2k) dengan n ada pada sinyal yang ingin disampling. Dalam
menandakan frekuensi harmonis ke-n. Hal ini
Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 12
rumusan matematisnya kriteria Nyquist adalah f s Gambar 4.3-10 Rekonstruksi (atas) dan Sampling Sinyal
>2fmax. Hal yang perlu diperhatikan adalah metode S/H (bawah) dengan Fs 5kHz
frekuensi sinyal pesan yang ingin disample 2kHz Dapat dilihat untuk frekuensi sampling 7kHz,
dan awalnya frekuensi sampling adalah 8kHz. 6kHz, dan 5kHz bentuk sinyal terekonstruksi
Prosedur percobaan ini adalah secara bertahap masih baik dan tidak terdistorsi (sama seperti
mengurangi frekuensi sinyal sampling sebesar sinal pesan hanya memiliki beda fasa dan beda
1kHz sampai frekuensinya 3kHz. Berikut adalah amplitude sedikit). Bentuk sinyal terekonstruksi
gambar dari sinyal hasil rekonstruksi serta sinyal sudah mulai terdistorsi dan berbeda dengan sinyal
hasil sampling (S/H) untuk tiap frekuensi: pesannya ketika fs 4kHz dan 3kHz seperti pada
gambar di bawah ini:

Gambar 4.3-6 Rekonstruksi Sinyal dengan Fs 7kHz

Gambar 4.3-11 Rekonstruksi (atas) dan Sampling Sinyal


metode S/H (bawah) dengan Fs 4kHz
Gambar 4.3-7 Sampling S/H Sinyal dengan Fs 7kHz

Gambar 4.3-8 Rekonstruksi Sinyal dengan Fs 6kHz

Gambar 4.3-12 Rekonstruksi (atas) dan Sampling Sinyal


Gambar 4.3-9 Sampling S/H Sinyal dengan Fs 6kHz metode S/H (bawah) dengan Fs 3kHz
Dapat dilihat bahwa hasil yang diperoleh sesuai
dengan teori Nyquist Rate dimana untuk dua
kondisi frekuensi sampling di atas sudah tidak
memenuhi Nyquist Ratenya sehingga sinyal pesan
yang direkonstruksi sudah berbeda dengan sinyal
pesan awal yang dikirim. Hal tersebut terjadi
karena alias-alias dari sinyal pesan yang tersample
tersebut ‘bertabrakan’ atau ‘bersentuhan’ di
domain frekuensi sehingga saling menjumlah dan
hal tersebut membuat bentuk sinyal yang
direkontruksi menjadi terdistorsi (sudah berbeda
dengan sinyal awalnya). Hal ini bisa tampak bila

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 13


melihat spektrum frekuensi dari sinyal tersample 2. Semakin besar magnitude (dalam dB)
saat fs 7kHz, 6kHz, dan 3kHz: suatu noise pada sinyal maka semakin
terdistorsi sinyal tersebut dan semakin
banyak informasi yang hilang dari sinyal
tersebut.
3. Kualitas sistem komunikasi dapat dilihat
dari nilai SNR sistem tersebut dimana
semakin besar nilai SNR maka semakin
baik karena proporsi sinyal jauh lebih
besar dibandingkan noise sehingga setiap
sinyal yang dikirim informasinya tidak
banyak yang hilang karena distorsi akibat
Gambar 4.3-13 Spektrum Sinyal Tersample untuk Fs 7kHz noise.
4. Sebagaian besar noise pada sistem
komunikasi bersifat aditif sehingga secara
langsung dapat mempengaruhi amplitude
sinyal pesan yang dikirim.
5. Eye-Diagram dapat menentukan sistem
komunikasi mana saja yang SNR nya baik
atau buruk hanya dengan memperhatikan
ukuran ’Eye’ dari Eye-Diagram sistem
tersebut. Semakin besar ukuran ’Eye’-nya
maka semakin besar SNR sistem tersebut
Gambar 4.3-14 Spektrum Sinyal Tersample untuk Fs 6kHz
yang mengindikasikan sistem/sinyal
tersebut baik.
6. Untuk dapat memperoleh sinyal hasil
rekonstruksi yang tidak terdistorsi,
frekuensi sampling harus memenuhi
kriteria Nyquist dimana fs > 2fmax.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Simon Haykin, Communication Systems 4th Ed.,
Gambar 4.3-15 Spektrum Sinyal Tersample untuk Fs 3kHz John Wiley & Sons Inc., USA, 2001.
Saat frekuensi sampling 3kHz, terdapat dua [2] Modul Praktikum Sistem Komunikasi,
puncak yang nilainya hampir sama di 0dB Laboratorium Sistem Kendali dan Komputer
sedangkan hal itu tidak terjadi untuk dua STEI ITB, Bandung, 2022.
frekuensi lainnya. Pada dasarnya dua puncak [3] https://training.ti.com/sites/default/files/do
tersebut karena terlalu dekat jadi saling cs/what_is_an_eye_diagram.pdf, 7 April 2022,
menjumlah dan hal itu terjadi karena frekuensi 06:10 WIB.
samplingnya tidak memenuhi kriteria Nyquist.
[4] HFE1105_50-52-54.qxd
5. KESIMPULAN (highfrequencyelectronics.com), diakses 7
April 2022, 06:16 WIB.
Berikut adalah kesimpulan yang diperoleh dari
percobaan-percobaan pada praktikum modul ini:
1. Salah satu teknik demodulasi FM yang
dapat diimplementasikan adalah Zero-
Crossing Detector yang terdiri dari
Comparator, ZCD, dan Lowpass filter.
Diperoleh sinyal hasil demodulasi yang
bentuknya sama dengan sinyal yang
dikirim hanya amplitudenya yang
teratenuasi.

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro – STEI ITB 14

Anda mungkin juga menyukai