ELEKTRONIKA
RANGKAIAN PENGUAT
Oleh :
Kelompok 1
Ageng Kastawaningtyas
13030654003
Safitri Rahayu
13030654014
13030654028
Yeny Ratnasari
13030654037
RANGKAIAN PENGUAT
ABSTRAK
Percobaan Rangkaian Penguat bertujuan untuk mendeskripsikan cara kerja
transistor sebagai penguat serta membandingkan kurva Vin dan Vout pada
rangkaian penguat Common Emitter. Percobaan ini menggunakan transistor
Common Emiter dilakukan dengan dua buah resistor sebesar 1k2 dan 5k6
. Common Emiter digunakan sebagai penguat arus. Metode percobaanya
dengan menghubungkan rangkaian dengan osiloskop, catu daya, FG dengan
sinyal Vin sinus frekuensi 1kHz yang kemudian diamati grafik gelombang di
osiloskop. Hasil percobaan menunjukkan rrafik gelombang tegangan keluaran
(Vout) lebih besar daripada grafik gelombang tegangan masukan (Vin) yang
menunjukkan besar penguatan transistor pada rangkaian Common Emitter. Cara
kerja resistor sebagai rangkaian penguat yaitu terminal emitor yang merupakan
terminal bersama terhubung ke sinyal basis (ground), sedangkan terminal
masukan dan keluarannya terletak masing-masing pada terminal basis dan
terminal kolektor.
Kata Kunci : Rangkaian Penguat, Transistor, Vin, Vout
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam peralatan elektronik yang digunakan sehari-hari tersusun atas
berbagai rangkaian elektronika yang terdiri dari berbagai komponen misalnya
resistor, kapasitor, transistor, induktor, dan diode. Setiap komponen
elektronika memiliki karakteristik dan cara kerja yang berbeda. Salah satu
komponen
elektronika
yang
berfungsi
sebagai
penguat,
pemotong
B. Rumusan Masalah
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Pengertian Transistor
Transistor merupakan suatu komponen aktif yang dibuat dari bahan semi
konduktor yang berfungsi sebagai penguat, misalnya penguat basis
ditanahkan. Pada umumnya, transistor memiliki tiga terminal. Tegangan atau
arus yang dipasang di satu terminalnya mengatur arus yang lebih besar yang
melalui dua terminal lainnya. Dalam rangkaian analog, transistor digunakan
dalam amplifier. Rangkaian analog melingkupi pengeras suara, sumber listrik
stabil, dan penguat sinyal radio. Dalam rangkaian digital, transistor digunakan
sebagai saklar berkecepatan tinggi. Beberapa transistor juga dapat dirangkai
sedemikian rupa sehingga berfungsi sebagai logic gate, memori dan
komponen-komponen lainnya.
B. Tipe-Tipe Transistor
Secara umum, transistor dapat dibedakan berdasarkan banyak kategori
yaitu:
1. Materi semikonduktor: Germanium, Silikon, Gallium Arsenide
2. Kemasan fisik: Through Hole Metal, Through Hole Plastic, Surface
Mount, IC, dan lain-lain
3. Tipe: UJT, BJT, JFET, IGFET (MOSFET), IGBT, HBT, MISFET,
VMOSFET, MESFET, HEMT, SCR serta pengembangan dari transistor
yaitu IC (Integrated Circuit) dan lain-lain.
4. Polaritas: NPN atau N-channel, PNP atau P-channel.
5. Maximum kapasitas daya: Low Power, Medium Power, High Power.
6. Maximum frekwensi kerja: Low, Medium, atau High Frequency, RF
transistor, Microwave, dan lain-lain.
7. Aplikasi: Amplifier, Saklar, General Purpose, Audio, Tegangan Tinggi,
dan lain-lain.
Dari banyak tipe-tipe transistor modern, pada awalnya ada dua tipe dasar
transistor, bipolar junction transistor (BJT atau transistor bipolar) dan fieldeffect transistor (FET), yang masing-masing bekerja secara berbeda.
Transistor bipolar dinamakan demikian karena kanal konduksi
utamanya menggunakan dua polaritas pembawa muatan: elektron dan lubang,
untuk membawa arus listrik. Dalam BJT, arus listrik utama harus melewati
satu daerah/lapisan pembatas dinamakan depletion zone, dan ketebalan
lapisan ini dapat diatur dengan kecepatan tinggi dengan tujuan untuk
mengatur aliran arus utama tersebut.
FET (juga dinamakan transistor unipolar) hanya menggunakan satu
jenis pembawa muatan (elektron atau hole, tergantung dari tipe FET). Dalam
FET, arus listrik utama mengalir dalam satu kanal konduksi sempit dengan
depletion zone di kedua sisinya (dibandingkan dengan transistor bipolar
dimana daerah Basis memotong arah arus listrik utama). Dan ketebalan dari
daerah perbatasan ini dapat diubah dengan perubahan tegangan yang
diberikan, untuk mengubah ketebalan kanal konduksi tersebut.
C. Karakteristik Transistor
1. Karakteristik Input
Transistor adalah komponen aktif yang menggunakan aliran
electron sebagai prinsip kerjanya didalam bahan. Sebuah transistor
memiliki tiga daerah doped yaitu daerah emitter, daerah basis dan daerah
disebut kolektor. Transistor ada dua jenis yaitu NPN dan PNP. Transistor
memiliki dua sambungan: satu antara emitter dan basis, dan yang lain
antara kolektor dan basis. Karena itu, sebuah transistor seperti dua buah
dioda yang saling bertolak belakang yaitu dioda emitter-basis, atau
disingkat dengan emitter dioda dan dioda kolektor basis, atau disingkat
dengan dioda kolektor.
Bagian emitter-basis dari transistor merupakan dioda, maka apabila
dioda emitter basis dibias maju maka kita mengharapkan akan melihat
grafik arus terhadap tegangan dioda biasa. Saat tegangan dioda emitterbasis lebih kecil dari potensial barriernya, maka arus basis (Ib) akan kecil.
Ketika tegangan dioda melebihi potensial barriernya, arus basis (Ib) akan
naik secara cepat.
2. Karakteristik Output
Sebuah transistor memiliki empat daerah operasi yang berbeda
yaitu daerah aktif, daerah saturasi, daerah cutoff, dan daerah breakdown.
Jika transistor digunakan sebagai penguat, transistor bekerja pada daerah
aktif. Jika transistor digunakan pada rangkaian digital, transistor biasanya
beroperasi pada daerah saturasi dan cutoff. Daerah breakdown biasanya
dihindari karena resiko transistor menjadi hancur terlalu besar.
3. Karakteristik Transfer Transistor
pada
masukan.
Suatu
penguat
memang
BAB III
METODE PERCOBAAN
A. Alat dan Bahan
1. Breadboard
2. Transistor common emitter
3. Resistor
4. Catu daya
5. Kapasitor
6. Osiloskop
7. FG
8. Kabel penghubung
B. Rancangan Percobaan
1 buah
1 buah
5 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
10 buah
Gamb
ar 3.1. Rancangan Percobaan Penguat Common Emitter
C. Variabel Percobaan
1. Variabel Manipulasi
: Resistor
RC2 (5k6 )
2. Variabel Kontrol
: Sinyal Vin sinus dan Amplitudo Vin
Definisi Operasional : Sinyal Vin sinus yang digunakan dengan frekuensi
1kHz dan Amplitudo Vin yaitu hingga didapatkan
sinyal maksimum tak cacat (tidak terpotong) pada
Vout
3. Variabel Respon
: Kurva Vin dan Vout
Definisi Operasional : Kurva yang dihasilkan dalam osiloskop berupa
Kurva Vin (coupling AC) dan Vout (coupling AC dan
coupling DC)
D. Langkah Percobaan
1. Merangkai komponen pada breadboard sesuai dengan rancangan
2.
3.
4.
5.
percobaan diatas.
Menghubungkan rangkaian dengan osiloskop.
Menyalakan catu daya
Memberikan sinyal VIN sinus dengan frekuensi 1 kHz menggunakan FG.
Mengatur amplitudo VIN hingga didapatkan sinyal maksimumtak cacat
E. Alur Percobaan
Komponen
elektronika
- Dirangkai seperti rancangan
percobaan pada breadboard
- Dihubungkan dengan osiloskop
- Dinyalakan catu daya
Sinyal Vin sinus
- Diatur dengan frekuensi 1 kHz
- Diatur amplitudonya hingga didapatkan
sinyal maksimum takcacat (tidak
terpotong) pada Vout
Vin dan Vout
- Digambar kurva Vin dan Vout
BAB IV
DATA
DAN
Kurva
VinANALISIS
dan Vout
A. Data
(Gambar Scan Grafik)
B. Analisis
Percobaan pada rangkaian penguat ini dilakukan sebanyak dua kali
dengan manipulasi nilai hambatan yang bersambungan dengan bagian
collector pada transistor (RC2). Hambatan yang dimanipulasi RC1 yaitu
sebesar (1k2 ) dan (RC2) yaitu sebesar 5k6 dan. Pada percobaan
pertama saat rangkaian penguat dengan nilai RC1 sebesar 1K2 dihubungkan
dengan catu daya dan osiloskop, tampak gambar Vin dan Vout dimana tinggi
gelombang Vout lebih tinggi dari VIN. Pada percobaan kedua yaitu mengganti
nilai RC2 menjadi sebesar 5k6 , kemudian dihubungkan dengan satu daya
dan dilihat diagram VIN dan Vout pada osiloskop, terlihat gejala yang sama
dengan percobaan pertama nampak yaitu tinggi gelombang Vout lebih tinggi
dari pada Vin.
BAB V
PEMBAHASAN
Transistor merupakan alat yang mempunyai tiga terminal dengan simbol
sirkit. Percobaan ini bertujuan untuk mendeskripsikan cara kerja transistor sebagai
penguat. Transistor merupakan komponen dasar untuk sistem penguat, transistor
digunakan untuk bekerja sebagai penguat dan harus berada dalam kondisi aktif.
Kondisi aktif dihasilkan dengan memberikan bias pada transistor. Bias dapat
dilakukan dengan memberikan arus yang konstan pada basis atau pada kolektor.
Untuk kemudahan, dalam praktikum ini akan digunakan sumber arus konstan
untuk memaksa arus kolektor agar transistor berada pada kondisi aktif. Jika
pada kondisi aktif transistor diberikan sinyal (input) yang kecil, maka akan
dihasilkan sinyal keluaran (output) yang lebih besar. Hasil bagi antara sinyal
output dengan sinyal input inilah yang disebut faktor penguatan, yang sering
diberi notasi A atau C.
Percobaan ini menggunakan transistor Common Emiter dilakukan dengan
dua buah resistor sebesar 1k2
sebagai penguat arus. Rangkaian Common Emitter adalah rangkaian BJT yang
menggunakan terminal emitor sebagai terminal bersama yang terhubung ke sinyal
basis (ground), sedangkan terminal masukan dan keluarannya terletak masingmasing pada terminal basis dan terminal kolektor. Rangkaian penguat commonemitter adalah yang paling banyak digunakan karena memiliki sifat menguatkan
tegangan puncak amplitudo dari sinyal masukan. Faktor penguatan dari transistor
dilambangkan dengan simbol beta ().
Grafik tegangan masukan yang diberikan berupa gelombang sinusoida. Setelah
pengaturan pada osiloskop dan signal generator dilakukan didapatkan grafik
tegangan keluaran berupa grafik gelombang sinusoida yang memiliki beda fase
180 derajat yang menghasikan gambar gelombang yang terbalik dari gelombang
sinusoida. Hal ini menunjukkan bahwa rangkaian common emiter ini berfungsi
sebagai penguat.
tegangan emiter ini tidak terdapat tegangan emtter AC kaerna pengaruh dari
penggunaan kapasitor bypass. Jika kapasitor bypass terhubung terbuka, akan
terdapat tegangan antara emitter dan ground. Gejala ini akan segera dapat
diidentifikasi sebagai kapasitor yang terhubung terbuka. Jika tegangan keluaran
turun oleh pertambahan
bertambah dan arus beban bertambah beasr pula, sehingga titik q (kerja) bergeser
keatas sepanjang garis beban dan VEC (tegangan emiter colector) berkurang.
Akibatnya Vout (tegangan keluaran) bertambah besar melawan turunnya Vo oleh
arus beban sehingga keluaran Vout akan tetap. Emiter menjadi bagian bersama
untai masukan dan keluaran. Dengan menghubungkan pembangkit luar pada
ujung keluaran, maka arus mengalir kedalam penguat dan akan dihasilkan penguat
emiter yang membuat grafik tegangan keluaran yang berbentuk gelombang
sinusoida yang terbalik dengan gelombang sinusoida masukan.
Dalam percobaan ini digunakan Common Emitter untuk melihat hubungan
antara tegangan masukan (Vin) dengan tegangan keluaran (Vout). Grafik
gelombang Vout lebih besar daripada grafik gelombang Vout. Hal ini menujukkan
adanya penguatan dalam rangkaian yang dilakukan oleh transistor. Pada RC1 (1k2
) diatur pada CH2 sebesar 2 mV dan pada pada RC2 (5k6 ) diatur CH2
sebesar 10 mV. Grafik gelombang Vout pada RC1 lebih besar daripada grafik
gelombang RC2. Hal ini kurang sesuai teori bahwa semakin besar hambatan
resistor maka tegangan yang dihasilkan juga semakin besar. Kesalahan ini
disebabkan karena faktor rangkaian komponen yang kurang tepat.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Cara kerja resistor sebagai rangkaian penguat yaitu terminal emitor yang
merupakan terminal bersama terhubung ke sinyal basis (ground),
sedangkan terminal masukan dan keluarannya terletak masing-masing
pada terminal basis dan terminal kolektor.
2. Grafik gelombang tegangan keluaran (Vout) lebih besar daripada grafik
gelombang tegangan masukan (Vin) yang menunjukkan besar penguatan
transistor pada rangkaian Common Emitter.
B. Saran
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat disarankan hal-hal
sebagai berikut :
1. Praktikan lebih terampil dan teliti dalam merangkai komponen sehingga
tidak terjadi kesalahan dalam mengambil data.
DAFTAR PUSTAKA
Jati, B.M.E., 2010. Fisika Dasar, Listrik-Magnet, Optika, Fisika Modern.
Yogyakarta : C.V. Andi Offset.
Oklilas, Fali. A., 2007. Bahan Ajar Elektronika Dasar. Palembang : Universitas
Sriwijaya.
Sutrisno. 1989. Elektronika Teori dan Penerapannya 1. Bandung : Penerbit ITB.
Tipler, Paul. A., 1991. Fisika untuk Sains dan Teknik. Jakarta : Erlangga.
William D. Cooper, Instrumentasi Elektronik Dan Teknik Pengukuran, Penerbit
Erlangga, 1985
LAMPIRAN
Lampiran Dokumentasi
No
.
1.
Gambar
Keterangan
RC1 (1k2 )
2.
RC2 (5k6 )