Anda di halaman 1dari 7

MODUL X OP-AMP PENGUAT PENJUMLAH DAN PENGUAT TAK MEMBALIK

Eva Himatun Aliah (K1C019075)


Asisten : Abdul Momin
Tanggal Percobaan: 14/04/2021
PAF15210P-Praktikum Elektronika Dasar II
Laboratorium Elektronika, Instrumentasi dan Geofisika – Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unsoed

Praktikum Operational Amplifier sebagai penguat penjumlah dan penguat tak membalik
bertujuan untuk memahami prinsip kerja penguat penjumlah pada Op-Amp,
menentukan rumus untuk penguatan tegangan dan menentukan pergeseran fasa
penguat tak membalik. Metode pengambilan data dilakukan melalui pengamatan
gelombang pada LCD CRO untuk menentukan tegangan generator, tegangan masuk,
dan tegangan keluar digunakan dua buah batrai 9 volt sebagai tegangan sumber. Hasil
bagi antara tegangan output dengan tegangan input inilah yang disebut nilai penguat
tegangan (A).

Penguat tak membalik (non inverting) adalah sebuah Op-Amp yang diterapkan dalam
modus penguat tak membalik atau non inverting, yaitu tegangan keluarannya, Vo
mempunyai polaritas yang sama seperti tegangan masukan. Dari cara penyusunannya
pun dapat dilihat bahwa sinyal masukan dihubungkan ke masukan non inverting,
sehingga sinyal keluaran mempunyai fase yang sama dengan sinyal masukan. Rangkaian
non inverting ini hampir sama dengan rangkaian inverting hanya perbedaannya adalah
terletak pada tegangan inputnya dari masukan non inverting [1]. Penguat tak membalik
merupakan penguat sinyal dengan karakteristik dasar sinyal output yang dikuatkan
memiliki fasa yang sama dengan sinyal input. Penguat tak membalik dapat dibangun
menggunakan penguat operasional, karena penguat operasional didesain untuk penguat
sinyal baik membalik ataupun tak membalik. Pada rangkaian penguat tak membalik
tidak memerlukan potensiometer, namun prosesnya sama dengan proses penguat
pembalik. Banyak rangkaian elektronika yang memerlukan penguatan atau arus yang
tinggi tanpa terjadi pembalik (inverting isyarat). Penguat op-amp tidak membalik (non
inverting) didesain untuk keperluan ini. Rangkaian ini dapat digunakan untuk
memperkuat isyarat AC maupun DC dengan keluaran yang tetap sefase dengan
masukan dan beban kenyataannya terisolasi. Pengkut emiter sangat mendekati
ketentuan-ketentuan tersebut. Karakteristik yang lebih ideal didapatkan dengan
menggunakan sebuah penguat operasional yang memiliki terminal bukan membalik
atau non inverting [2].

Laporan Praktikum – Laboratorium Elektronika, Instrumentasi dan Geofisika – FMIPA Unsoed 1


R1 R2
1 K 1 K

-
680
 +
Vo
G Vi

Gambar 2.1. rangkaian penguat tidak membalik

Gambar 2.2. sinyal keluaran penguat tidak membalik

Op-amp sering juga digunakan sebagai penjumlah berbagai input sinyal [3]. Dalam
penjumlah pada Gambar 2.3 semua arus masukan mengalir melalui tahanan umpan balik
Ro, artinya anus yang mengalir pada Ri, tidak mempengaruhi arus yang mengalir pada
Ri yang lain. Secara lebih umum dikatakan bahwa arus masukan tidak saling
mempengaruhi karena masing-masing menghadapi potensial ground pada simpul
penjumlah. Ini mengakibatkan tegangan V1, V2 dan V3 tidak saling mempengaruhi. Ciri
ini khusus dikehendaki dalam suatu pembaur audio. Sebagai contoh misalnya V1, V2
dan V3 digantikan oleh mikrofon -mikrofon, maka tegangan AC dan tiap-tiap mikrofon
akan dijumlahkan atau dibaurkan pada setiap saat. Penjumlah pembalik tiga masukan
seperti tampak pada Gambar 2.3 sehingga tegangan masukan dapat dikalikan dengan
suatu gain tegangan tetap dan hasilnya dijumlahkan. Sama seperti pada penjumlahan,
tiap arus masukan ditentukan oleh tegangan masukan dan resistansi masukannya.
Demikian pula semua arus-arus dijumlahkan bersama-sama dalam Ro untuk
rnembangkitkan suatu tegangan keluaran yang sama dengan Ro dikalikan jumlah
arusnya, atau gain untuk tiap masukan bisa disetel sendiri-sendiri dengan memilih
perbandingan yang dikehendaki antara Ro dan tiap tahanan Ri sebagai tahanan
masukannya [4]. Penguat penjumlah berfungsi menjumlahkan beberapa level input

Laporan Praktikum – Laboratorium Elektronika, Instrumentasi dan Geofisika – FMIPA Unsoed 2


signal yang masuk ke operasional amplifier. Penggunaan dari operational amplifier ini
ialah sebagai penguat penjumlah sering dijumpai pada rangkaian mixer audio.

Gambar 2.3. Rangkaian penguat penjumlah

Beberapa alat-alat yang dibutuhkan dalam praktikum kali ini antara lain,
osiloskop (CRO), generator isyarat, dan kit praktikum Op-Amp. Selain alat ada juga
bahan atau komponen yang dibutuhkan yaitu IC Op-Amp 741, dua buah baterai 9 V, dan
resistor: 100 kohm; 10 kohm; 2,2 kohm; 1 kohm (3 bh); 680 ohm. Langkah awal pada
praktikum kali ini kita masuk ke penguat pejumlah, yang pertama membuat rangkaian
seperti gambar 2.3 pada Kit Penguat Op-Amp, kemudian menghubungkan bagian
masukan rangkaian dengan generator isyarat, lalu mengatur generator isyarat agar
menghasilkan gelombang sinus dengan frekuensi 1 kHz dan tegangan 2 Vpp dan
mengatur Potensiometer (VR1) agar menghasilkan V1 sebesar 200 mVpp dan V2 sebesar
300 mVpp. Mengukur tegangan keluaran (Vo) dari Op-Amp. Mengganti hambatan R3
dengan hambatan 2,2 kohm dan 10 kohm Selanjutnya masuk ke langkah penguat tak
membalik yang pertqama kita membuat terlebih dahulu rangkaian seperti pada gambar
2.1 pada kit penguat op-amp, menghubungkan bagian masukan rangkaian dengan
generator isyarat, lalu mengatur generator isyarat agar menghasilkan gelombang sinus
dengan frekuensi 1 kHz dan tegangan 100 mVpp dan mengukur tegangan keluaran (Vo)
dari Op-Amp, kemudian mengganti hambatan R3 dengan hambatan 10 kohm dan juga
100 kohm. Terakhir mengukur Pergeseran Fase antara sinyal masukan dan keluaran,
dengan cara menghubungkan kanal Y CRO dengan bagian keluaran penguat (Vo) serta
menghubungkan kanal X CRO dengan bagian masukan penguat (Vi) tidak lupa
memperhatikan sinyal yang tampak di layar CRO yang kemudian menentukan
Pergeseran Fasenya.

Laporan Praktikum – Laboratorium Elektronika, Instrumentasi dan Geofisika – FMIPA Unsoed 3


Berdasarkan percobaan Op-Amp penguat penjumlah dan panguat tak membalik
didapatkan data sebagai berikut:

Tabel 5.1
Penguat Penjumlahan
Vi1 Vi2 Vo A=
R3 (kohm) VG (Volt)
(Volt) (Volt) (volt) Vo/Vi
1 2 0,2 0,3 0,5 1
2,2 2 0,2 0,2 0,2 0,5
10 2 0,2 0,2 400 0,1

Tabel 5.2
Penguat Tak membalik
Vi Vo A=
R2(kohm) VG (Volt)
(Volt) (volt) Vo/Vi
1 0,1 0,1 0,2 2
10 - - - -
100 - - - -

Pada tabel pertama dalam percobaan menggunakan potensio meter pada


rangkaian. Potensio meter berfungsi sebagai resistor variable atau Rheostat. Yaitu
sebagai resistor variable dalam rangkaian ini adalah untuk mengatur tegangan keluaran
yang diinginkan. Berdasarkan referensi jika nilai hambatan Rf yang dipakai semakin
besar maka nilai dari penguatan juga semakin besar. Hal ini sudah sesuai dengan hasil
percoba. Dimana ketika nlai R3 dianikaan maka nilai penguatan pun smakin besar.
Untuk table kedua besarnya penguatan juga berbanding lurus dengan hambatan R2.
Hal ini sesuai dengan persamaan yang ada pada refrensi. Dimana besarnya nilai
penguatan AV berbanding lurus dengan nilai hambatan Rf dan Rf dalam percobaan ini
adalah R2. Dari grafik lebih jelas menggambarkan bahwa semakin besar nilai hambatan
yang dipakai dalam penguat maka semakin besar pula nilai penguatan yang diperoleh.
Hal ini sesuai dengan persamaan yang digunakan dimana hambatan R berbandinng
lurus dengan penguatan A. Dan juga membuktikan bahwa hambatan (resistor) dapat
mengatur nilai penguatan Op-Amp yang bernilai tak hingga. Penguat operasional dalam
bentuk rangkaian terpadu memiliki karakteristik yang mendekati karakteristik penguat
operasional ideal tanpa perlu memperhatikan apa yang terdapat di dalamnya.
Karakteristik ideal pada op –amp. Pada praktikum ini membahas rangkain penguat
penjumlah dan penguat tak membalik pada op-amp. Nilai faktor penguatan (A)
diperoleh dari perhitungan matetmatis berdasarkan rangkain op-amp yang didapatkan
pada praktikum 4. Hasil bagi antara sinyal output dengan sinyal input inilah yang

Laporan Praktikum – Laboratorium Elektronika, Instrumentasi dan Geofisika – FMIPA Unsoed 4


disebut faktor penguatan. Faktor penguat yang diperoleh dari hasil tabel 5.1 pada
frekuensi 1kHz, tegangan 2 volt dengan memfariasikan R3 dan tabel 5.2 pada frekuensi
1kHz, tegangan 100mVolt dengan memfariasikan R2 melalu hasil pembacaan pada LCD
CRO yakni nilai pengut tegangan tabel 5.1 memperlihatkan penurunan seiring
bertambahnya niali resisitor (R3), dimana apabila ditinjau berdasarkan rumus matematis
[5]. Semakin besar nilai R3 maka semakin besar nilai penguatan yang diperoleh karena
Penguat sebagai penjumlah memiliki fungsi untuk menjumlahkan beberapa level sinyal
input yang masuk ke sistem op-amp dan semua anus masukan mengalir melalui tahanan
umpan balik R3. Dan tabel 5.2 niali penguat yang dapat dibaca pada LCD CRO yakni R3
pertama bernilai dua sedangkan R3 kedua dan ketiga tidak terbaca oleh LCD CRO.

Ketidaksesuain hasil praktikum dapat disebabkan oleh berbagai sudut pandang seperti
komponen elektro atau resistor yang terbatas dan sudah tidak berfungsi ketika
digunakan, kabel yang sensitif sehingga noise yang cukup besar masuk ke dalam sistem.
Gangguan yang diakibatkan sinyal noise dapat merusak bentuk sinyal asli serta
menambah atau mengurangi amplitudo pada gelombang sinus. Secara garis besar ada
dua jenis sumber noise. Yang pertama disebut external noise (derau yang berasal dari
luar perangkat) dan internal noise (derau yang timbul dari perangkat itu sendiri).
Sehingga mengakibatkan data yang diperoleh tidak berbanding lurus dengan nilai
resisitor (R3 atau R2).

Berdasarkan percobaan Op-Amp penguat penjumlah dan panguat tak membalik


yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa penguat operasional dapat berfungsi
sebagai penguat membalik (inverting) dan tidak membalik (non inverting) serta sebagai
penguat diferensial. Penguat penjumlah merupakan penguat inverting yang memiliki
input lebih dari satu. Sehingga memungkinkan untuk mengatur besarnya penguatan Op-
Amp pada setiap titik. Rangkaian penguat tak membalik, idealnya besar Vout adalah 2
kali lipat dari besar Vin. Dan nilai hambatan R2 berpengaruh pada besar penguatan pada
rangkaian.

Laporan Praktikum – Laboratorium Elektronika, Instrumentasi dan Geofisika – FMIPA Unsoed 5


DAFTAR PUSTAKA

[1] Sutanto. 2006. Rangkaian Elektronika. UI – Press: Jakarta.


[2] Pramudya. 2012. Op-Amp (Operasional Amplifier). http.//www.Op-Ampoperasional-amplifier.pdf.
diakses pada tanggal 19 April 2021 pukul 21.09 WIB.
[3] Budiharto, widodo & sigit firmansyah.2005.elektronika digital dan mikroprosesor.Yogyakarta : Andi
[4] Elisa.https://docs.google.com/viewerng/viewer?url=http://elisa.ugm.ac.id/user/archive/download/5
0226/645cce8d. Diakses 19 April 2021 pukul 22.00 WIB.
[5] Franco, Sergio, 2002. Design with operasional amplifiers dan analog integrated circuit. McGraw.san fransisco.

Laporan Praktikum – Laboratorium Elektronika, Instrumentasi dan Geofisika – FMIPA Unsoed 6


LAMPIRAN

Laporan Praktikum – Laboratorium Elektronika, Instrumentasi dan Geofisika – FMIPA Unsoed 7

Anda mungkin juga menyukai