Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA ANALOG

“Rangkaian Operational Amplifier (Op-Amp) Inverting


Dan Non-inverting”

Disusun Oleh
Gilbert Mongula
221011040008

Dosen Pengampu:
VERNA ALBERT SUOTH ST, M.Si
HANDY INDRA REGAIN MOSEY S.Si, M.Si
MEGASTIN MASSANG LUMEMBANG S.Si., M.Si

PROGRAM STUDI FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
2023
LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA ANALOG
“Rangkaian Operational Amplifier (Op-Amp) Inverting
Dan Non-inverting”

Disusun Oleh
Gilbert Mongula
221011040008

Dosen Pengampu:
VERNA ALBERT SUOTH ST, M.Si
HANDY INDRA REGAIN MOSEY S.Si, M.Si
MEGASTIN MASSANG LUMEMBANG S.Si., M.Si

PROGRAM STUDI FISIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
2023
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Operational Amplifier (Op-Amp) adalah salah satu komponen elektronika yang
sering digunakan dalam rangkaian elektronika. Op-Amp merupakan penguat
berpenguatan tinggi yang terintegrasi dalam sebuah chip IC yang memiliki dua input
inverting dan non-inverting dengan sebuah terminal output. Op-Amp memiliki dua buah
terminal masukan (input) yaitu masukan inverting dan non-inverting. Masukan inverting
(membalik) diberi tanda – (negative) dan masukan non-inverting (tidak membalik) diberi
tanda + (positif). Pada dasarnya, Op-Amp merupakan suatu penguat diferensial yang
memiliki 2 input dan 1 output. Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik, Op-
Amp harus memiliki umpan balik. Hampir seluruh rancangan rangkaian yang ada pada
umumnya menggunakan umpan balik dan untuk mengendalikan besarnya gain.
Rangkaian Op-Amp Inverting dan Non-inverting adalah dua jenis rangkaian Op-
Amp yang paling umum digunakan. Rangkaian Op-Amp Inverting adalah rangkaian yang
memiliki input inverting dan output yang terbalik fasa 180 derajat dari input. Sedangkan
rangkaian Op-Amp Non-inverting adalah rangkaian yang memiliki input non-inverting
dan output yang tidak terbalik fasa. Kedua jenis rangkaian ini memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing, tergantung pada aplikasi yang digunakan.
1.2 Tujuan
1. Mengetahui rangkaian-rangkaian dasar op-amp.
2. Mengetahui karakteristik dan prinsip kerja rangkaian Inverting dan Noninverting sebagai
rangkaian-rangkaian aplikasi op-amp.
3. Membandingkan penguatan yang terjadi pada op-amp dan rangkaianrangkaian aplikasi
op-amp.
BAB 2
DASAR TEORI
2.1 Penguat operasional (Op-Amp)
Operational Amplifier atau lebih dikenal dengan istilah Op-Amp adalah salah satu dari
bentuk IC Linear yang berfungsi sebagai Penguat Sinyal listrik. Sebuah Op-Amp terdiri dari
beberapa Transistor, Dioda, Resistor dan Kapasitor yang terinterkoneksi dan terintegrasi
sehingga memungkinkannya untuk menghasilkan Gain (penguatan) yang tinggi pada rentang
frekuensi yang luas. Dalam_ank a Indonesia, Op-Amp atau Operational Amplifier sering disebut
juga dengan Penguat Operasional. Penguat Operasional (Operational Amplifier /Op-Amp)
adalah penguat diferensial yang memiliki penguatan yang sangat tinggi. Op-Amp tersebut
diproduksi secara masal dalam bentuk rangkaian terpadu_ank arena itu harganya murah.
Kegunaan dari Op-Amp berasal dari sifat dasar rangkaian umpan balik yang dengan jumlah
besar umpan balik negatifnya, kinerja dari rangkaian tersebut benar benar ditentukan oleh
komponen umpan baliknya. Rangkaian Op-Amp dianalisis dengan akurasi yang baik tanpa
menggunakan teori umpan balik dengan mengasumsikan bahwa Op-Amp tersebut adalah ideal.
Kehadiran Op-Amp ideal dalam rangkaian penguat membatasi arus dan tegangan diferensial
pada terminal input Op-Amp keduanya menjadi nol. Sebuah rangkaian Op-Amp dasar dan
sangat berguna adalah penguat tegangan pembalik (interting voltage amplifier). Rangkaian dasar
lain Op-Amp adalah penguat tegangan non-pembalik (non-inverting voltage amplifier).

Rangkaian ini memberikan amplifikasi tanpa membalik gelombang sinya


Gambar Simbol Op-amp

Rangkaian Op-Amp yang paling banyak digunakan dalam bidang kontrol adalah Op-
Amp sebagai komparator. Sebuah komparator pada dasarnya merupakan rangkaian yang
digunakan untuk mengindera atau mendeteksi kondisi suatu sinyal yang berubah dan sudah
mencapai atau melampaui level tegangan tertentu. Komparator yang menggunakan Op-Amp
dapat juga digunakan sebagai penggerak rangkaian digital. Tidak semua jenis Op-Amp dapat
digunakan sebagai komparator. Persyaratan Op-Amp dapat digunakan sebagai komparator
adalah memiliki offset dan drift yang rendah serta waktu peralihan nilai keluaran yang cepat.
Keluaran rangkaian komparator merupakan sebuah tingkat penggerak untuk mencapai keadaan
yang dapat berubah nilainya. Sebuah rangkaian Op-Amp komparator yang paling sederhana
mempunyai sinyal yang terhubung langsung pada salah satu terminal masukan, sedangkan satu
masukan lagi dihubungkan ke tegangan referensi.
2.2 Penguat Inverting
Penguat Inverting merupakan salah satu fungsi dari Op-Amp yang memiliki karakteristik
sinyal output dikuatkan dan memiliki phase berkebalikan dari sinyal input. Bentuk rangkaian
penguat inverting terlihat seperti dibawah. Input sinyal dihubungkan dengan input negatif dari
Op-Amp setelah melewati resistor R1. Karena arus mengalir dari input (pada tegangan Vin)
melalui resistor R1 ke input Op-Amp (pada tegangan nol), impedansi input dari rangkaian
Op-Amp hampir sama dengan R1. Impedansi pada output amplifier bernilai kira – kira 1 ohm.
Jika dilihat pada gambar, resistor R1 dan R2 berperan penting dalam menentukan besar
penguatan. Jika nilai R2 lebih besar dari R1, sinyal akan dikuatkan dan kebalik dari sinyal input.
Namun jika nilai R2 lebih kecil dari R1 maka sinyal akan dilemahkan dan kebalik dari
sinyal input. Persamaan penguatan ini dapat dilihat dibawah ini

Gambar Rangkaian Op-amp inverting

2.3 Penguat Non-inverting


Penguat noninverting adalah salah satu fungsi dari Op-Amp untuk menguatkan sinyal dengan
karakteristik sinyal yang sama dengan inputannya (tidak kebalik). Sinyal yang akan
dibangkitkan dimasukkan pada terminal positif Op-Amp. Bentuk rangkaian penguat
noninverting dapat dilihat dibawah. Besarnya hambatan pada input Op-Amp sebesar kira-kira
100M ohm. Impedansi keluaran dai Op-Amp sebesar 1 ohm. Rumus penguatan dari Op-amp
adalah sebagai berikut
Gambar Rangkaian Op-amp Non-inverting
BAB 3
METODE EKSPERIMEN

3.1 Alat dan Bahan


1. Power Supply
2. Modul Praktikum
3. Kabel penghubung
4. Multimeter

3.2 Skema Percobaan


1) Inverting

2) Non-inverting

3.3 Tata Laksana Percobaan


Mempersiapkan alat dan bahan, serta mengkalibrasi semua alat ukur yang
akan digunakan.
Inverting
1. Merangkai komponen sesuai gambar rangkaian percobaan.
2. Mengatur Vcc= 12 V dan Vee= 12 V.
3. Mengatur tegangan input mulai dari -1V s/d 1V dengan kenaikan 0,5 V.
4. Mengatur tahanan Rs dengan kombinasi 100, 1K, 10K, dan tahanan Rf dengan kombinasi
10K, 100K untuk setiap tegangan input.
5. Mengukur nilai tegangan keluaran.

Non-inverting
1. Merangkai komponen sesuai gambar rangkaian percobaan.
2. Mengatur Vcc= 12 V dan Vee= 12 V.
3. Mengatur tegangan input mulai dari -1V s/d 1V dengan kenaikan 0,5 V.
4. Mengatur tahanan Rs dengan kombinasi 100, 1K, 10K, dan tahanan Rf dengan kombinasi
10K, 100K untuk setiap tegangan input.
5. Mengukur nilai tegangan keluaran

3.4 Analisi Data

A. Inverting
Dik:
Rin= 100 Ω
Rf = 10kΩ = 10.000 Ω
Vin = 8 V

 Menentukan tegangan output (Vout)

−Rf −10.000
Vout ¿ V ¿= 8V = -800 V
R¿ 100

 Mencari arus (i) pada Rin


V¿ 8V
I¿ = = 0.08 mA
R¿ 100 Ω

 Mencari tegangan (V) pada Rf

V = I . Rf
V = 0,08 mA . 10kΩ
V = 0,8 V

 Menentukan rasio penguatan (Gain)


Rf 10.000
Gain = - = = - 100 kali
R¿ 100
B. Non-inverting
Dik:
R1= 100 Ω
R2 = 10kΩ = 10.000 Ω
Vin = 8 V

 Menentukan tegangan output (Vout)

Vout ¿ V ¿ ¿)
Vout ¿ 8 V ¿)
Vout ¿ 8 V .101 ohm = 808 V

 Mencari arus (i) pada R1


V¿ 8V
I¿ = = 0,08 mA
R1 100 Ω

 Mencari tegangan (V) pada R2

V = I . R2
V = 0,08mA . 10kΩ
V = 0,8 V

 Menentukan rasio penguatan (Gain)


R2
Gain = 1+
R1
10.000 ohm
Gain = 1+
100 ohm
Gain = 101 kali
3.5 Pembahasan
Analisis data di atas membahas dua konfigurasi dasar dalam rangkaian penguat operasional,
yaitu inverting dan non-inverting. Untuk konfigurasi inverting, dengan resistansi input (Rin)
sebesar 100 Ω dan resistansi feedback (Rf) sebesar 10.000 Ω, hasilnya adalah tegangan
output (Vout) sekitar -800 V, sedangkan arus pada Rin sekitar 0.08 mA. Di sisi lain, untuk
konfigurasi non-inverting dengan resistansi R1 sebesar 100 Ω dan R2 sebesar 10.000 Ω,
tegangan output (Vout) adalah sekitar 808 V, dan arus pada R1 adalah sekitar 0.08 mA juga.
Dalam kedua konfigurasi ini, rasio penguatan (Gain) berbeda, yaitu -100 untuk inverting dan
101 untuk non-inverting. Analisis ini memberikan
Dalam analisis data di atas, kita mengamati dua konfigurasi dasar penggunaan penguat
operasional (op-amp), yaitu inverting dan non-inverting.
Pertama, dalam konfigurasi inverting, kita memiliki resistansi input (Rin) sebesar 100 Ω dan
resistansi feedback (Rf) sebesar 10.000 Ω. Hasilnya adalah tegangan output (Vout) sekitar -
800 V. Ini berarti bahwa sinyal input (Vin) 8 V yang masuk akan diubah menjadi -800 V
sebagai keluaran. Arus yang mengalir melalui Rin adalah sekitar 0,08 mA.
Kedua, dalam configures non-inverting, resistansi R1 adalah 100 Ω dan resistansi R2 adalah
10.000 Ω. Hasilnya adalah tegangan output (Vout) sekitar 808 V. Dalam hal ini, sinyal input
8 V diperkuat menjadi 808 V. Arus melalui R1 juga sekitar 0,08 mA.
Selain itu, kita juga menghitung rasio penguatan (Gain) untuk kedua konfigurasi ini. Untuk
inverting, Gain adalah -100, yang mengindikasikan penguatan dengan pembalikan polaritas.
Sedangkan untuk non-inverting, Gain adalah 101, yang menunjukkan penguatan positif.
Analisis ini memberikan pemahaman yang mendalam tentang bagaimana op-amp dapat
digunakan untuk mengubah dan memperkuat sinyal sesuai dengan konfigurasi yang
diberikan, dengan perhitungan matematis yang tepat.
BAB 4
KESIMPULAN
Dalam praktikum yang bertujuan untuk mencapai tiga tujuan di atas,
beberapa kesimpulan penting dapat ditarik:
1. Rangkaian-rangkaian dasar op-amp adalah fondasi untuk memahami
penggunaan penguat operasional (op-amp). Ini termasuk konsep dasar
tentang terminal inverting (-), terminal non-inverting (+), dan terminal
output dari op-amp.
2. Karakteristik dan prinsip kerja dari dua rangkaian aplikasi op-amp,
yaitu inverting dan noninverting, telah dipelajari. Rangkaian inverting
membalikkan polaritas sinyal input, sementara rangkaian non-
inverting memberikan penguatan positif pada sinyal input. Prinsip
kerja op-amp adalah memperkuat perbedaan tegangan antara terminal
inverting dan non-inverting dengan penguatan yang dapat dikontrol.
3. Perbandingan penguatan yang terjadi pada op-amp dan rangkaian
aplikasi op-amp menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam cara
op-amp dapat digunakan untuk memanipulasi sinyal. Rangkaian
inverting memberikan penguatan yang berlawanan dengan polaritas,
sementara rangkaian non-inverting memberikan penguatan positif.
Dalam keduanya, penguatan dapat diatur dengan mengubah nilai
resistansi yang digunakan dalam rangkaian.
DAFTAR PUSTAKA
Coughlin, Robert F., dan Frederick F. Driscoll. “Operational Amplifiers and Linear
Integrated Circuits.”
Mancini, Ron. “Op Amps for Everyone.”
Choudhury, D. Roy. “Linear Integrated Circuits.”
Texas Instruments. “Op Amp Applications Handbook.” (Tersedia secara online)
Modul Praktikum Pengantar Teknik Elektro. Jurusan Teknik Elektro
Universitas Islam Indonesia, 2019.
Modul Praktikum Elektronika. Jurusan Teknik Elektro Universitas Islam
Indonesia, 2019.

Anda mungkin juga menyukai