Anda di halaman 1dari 39

BAB II

OPERATIONAL AMPLIFIER (OMP-AMP)


2.1. Teori Dasar
Operational amplifier merupakan sebuah rangkaian terintegrasi (IC) yang terdiri dari
resistor, kapasitor, transistor, dan dioda. Pada dasarnya, rangkaian tersebut memiliki fungsi
yang sama dengan penguat dengan menggunakan transistor yaitu melakukan operasioperasi matematis yang akan menghasilkan penguatan. Namun, seluruh rangkaian tersebut
telah disatukan dalam sebuah IC.
Berikut ini merupakan lambang sebuah op-amp dalam rangkaian:

Gambar 2.1. Diagram Op-Amp 358


Berdasarkan lambang tersebut, dapat dilihat bahwa ada dua macam masukan pada
sebuah op-amp yaitu masukan inverting (kaki no. 2) dan non-inverting (kaki no. 3).
Apabila masukan diberikan pada kaki inverting dan kaki non-inverting dihubungkan ke

ground, maka sinyal keluarannya akan memiliki fasa yang berlawanan (180 ) dengan
sinyal masukan.
Sedangkan apabila kaki non-inverting diberikan sinyal masukan dan kaki inverting
dihubungkan ke ground, maka sinyal keluaran akan memiliki fasa yang sama dengan sinyal
masukan.
Untuk memahami kerja dari op-amp perlu diketahui sifat-sifat dari op-amp ideal, yaitu:
Av ,oI
1. Penguat lingkar terbuka (
) bernilai tak berhingga
Ro,oI
2. Hambatan keluaran lingkar terbuka (
) bernilai nol
Ri ,oI
3. Hambatan masukan lingkar terbuka (
) bernilai tak berhingga nol
4. Lebar pita (bandwidth) nilainya tak berhingga, dengan demikian perbedaan frekuensi
tidak berhingga
5. Common Mode Rejection Ratio (CMRR) bernilai tak berhingga

Gambar 2.2. Gambar Op-Amp LM358

Berikut ini merupakan penjelasan untuk kaki pada LM 358:

Kaki 1

Kaki 2

Kaki 3

Kaki 4

Kaki 5
Kaki 6
Kaki 7
Kaki 8

merupakan output 1, yang merupakan keluaran pertama dari op-amp. Sinyal


keluaran pada output akan bergantung pada input mana yang digunakan.
merupakan inverting input 1. Jika op-amp diberikan masukan pada kaki ini
maka sinyal keluarannya akan berbalik fasa dengan sinyal masukan.
merupakan non-inverting input 1. Jika op-amp diberikan masukan pada kaki
ini maka sinyal keluarannya akan sefasa dengan sinyal masukan.
merupakan ground. Kaki ini diberikan suplai tegangan ground dari power
supply.
merupakan non-inverting input 2.Memiliki fungsi sama dengan Kaki 3.
merupakan inverting input 2. Memiliki fungsi yang sama dengan Kaki 2.
merupakan output 2. Memiliki fungsi yang sama dengan Kaki 1.
merupakan Vcc Kaki ini diberikan suplai tegangan positif. Untuk LM 358
diberikan tegangan dari -0.3V hingga +32V untuk operasi antara 5 dan 15
VDC. Dalam range tegangan ini kerja dari komponen ini pada dasarnya
sama. Sebenarnya, operasi yang membuat perbedaan yang berarti adalah
kemampuan untuk memberikan output yang meningkat range arus dan
tegangan seiring dengan tegangan yang diberikan.

2.2. Alat & Bahan


IC ILM741
K K
K
Resistor 1
,2
,10
(2 buah),22K

Power supply simetris 15V


Multimeter
Osiloskop 2ch
Fuinction generator
Probe (2 buah)
Kabel
2.3. Gambar Rangkaian Percobaan
1. Rangkaian penguat inverting

Gambar 2.3. Rangkaian Penguat inverting

Vout

Rf
Rt

Vin ...(1)

Rangkaian ini menghubungkan sinyal masukan dengan input


inverting (-). Besar nya sinyal keluaran:

2. Rangkaian penguat non-inverting

Gambar 2.4. Rangkaian penguat non-inverting


Rangkaian ini menghubungkan sinyal masukan dengan input non-inverting (+).
Besarnya sinyal keluaran:

Vout (1

R1
)Vin ...(2)
R2

2.4. Langkah Percobaan


A. Penguat Inverting

Membuat rangkaian seperti pada gambar 3, untuk R1= 1K


dan R2=10K
Menghubungkan generator signal Vin
Menghubungkan ch1 osiloskop pada Vin dan ch2 pada vout
mengukur tegangan keluaran (Vout), bila Vin diberi tegangan sinusoida 1Vp-p,
2Vp-p, dan 5Vp-p pada frekuensi 1Khz
5. Mengamati dan menggambarkan bentuk gelombang masukan dan keluaran
6. Menghitung penguatan tegangan (Av)

7. Mengulangi langkah 1s/d 6 untuk R2=2K dan Vin diberi gelombang kotak 1Vpp,2Vp-p dan 5 Vp-p.

1.
2.
3.
4.

B. Penguat Inverting

Membuat rangkaian seperti pada gambar 4,untuk R1=10K dan R2=10K


Menghubungkan generator signal pada Vin
Menghubungkan ch1 osiloskop pada Vin dan ch2 pada Vout
Mengukur tegangan keluaran (Vout),bila Vin diberi tegangan sinusoida 1Vp-p,2Vpp,dan 5Vp-p pada frekuensi 1Khz
5. Mengamati dan menggmbarkan bentuk gelombang masukan dan keluaran
6. Menghitung penguatan tegangan (Av)

7. Mengulangi langkah 1 s/d 6 untuk R2=20k dan Vin diberi gelombang kotak 1Vpp,2Vp-p dan 5 Vp-p.

1.
2.
3.
4.

2.5. Data Percobaan


Karena kami lupa mendokumentasi , maka kami tidak mendapatkan gambar data yang
kami butuhkan. Sehingga kami mengambil gambar data percobaan kelompok I. Gambar
Data dari kelompok III seperti berikut :
2.5.1. Penguat Inverting
Percobaan I

R1 1K
R2 10 K
Vm 1Vpp, 2Vpp,5Vpp

Diketahui

Ditanya

Frekuensi = 1 Khz
: Penguatan tegangan (Av) ?

Percobaan II

Diketahui :
R1 1K
R2 2 K 2

Ditanya : Penguatan tegangan (Av) ?

Vin 1Vpp, 2Vpp,5Vpp

Frekuensi = 1Khz
2.5.2. Percobaan Non-Inverting
Karena kami lupa mendokumentasi , kami tidak mendapatkan gambar data
yang kami butuhkan. Sehingga kami mengambil gambar data percobaan
kelompok I. Gambar Data dari kelompok I seperti berikut :
Percobaan I

R1 10 K
R2 10 K
Vin 1Vpp, 2Vpp,5Vpp
Diketahui :

Ditanya: Penguatan tegangan (Av) ?

Percobaan II

R1 10 K
R2 20 K
Vin 1Vpp, 2Vpp,5Vpp
Diketahui :

Ditanya : Penguatan tegangan (Av) ?

2.6. Analisa Data


2.6.1. Penguat Inverting
Pada percobaan OP AMP penguat inverting kami menganalisa bahwa sinyal
keluaran dari penguat inverting akan selalu berbalikan dengan inputnya dan sinyal
keluarannya selalu berbalik fasa dengan sinyal masukan

AV

R2
10
10
R1
1

Pada percobaan pertama


Penguatan tegangan (Av) difrekuensi 1Khz dengan rumus :

kami

menghitung

Dan dengan data sebagai berikut :


R1 1K

R2 10 K
Vm 1Vpp, 2Vpp,5Vpp
Diketahui :

AV

Ditanya : Penguatan tegangan (Av) ?

R2
10
10
R1
1

Frekuensi = 1 Khz
8

Jika Vin bernilai 1 Vpp, 2 Vpp dan 5 Vpp maka akan di dapati Vo sebesar :
Vin
Vo

= 1 Vpp
= AV x Vin
= -10 x 1
= -10 V

Vin
Vo

= 2 Vpp
= AV x Vin
= -10 x 2
= -20 V

Vin
Vo

= 5 Vpp
= AV x Vin
= -10 x 5
= -50 V

AV

R2
10
10
R1
1

Pada Percobaan kedua kami menghitung Penguatan


tegangan (Av) difrekuensi 1Khz dengan rumus :

Dan dengan data sebagai berikut :


Diketahui :

Ditanya : Penguatan tegangan (Av) ?

Vin 1Vpp, 2Vpp,5Vpp AV R2 2 2 R1 1K


R2 2 K 2
R1
1

Jika pada percobaan sebelumnya Rf =10 ohm dan Rin = 1ohm maka pada
percobaan kedua nilai Rf dan Rin berubah menjadi Rf =2 Kohm dan Rin = 1Kohm.
Vin bernilai 1 Vpp, 2 Vpp dan 5 Vpp maka akan di dapati Vo sebesar :
Vin
Vo

= 1 Vpp
= AV x Vin
= -2 x 1
= -2 V

Vin
Vo

= 2 Vpp
= AV x Vin
= -2 x 2
= -4 V

Vin
Vo

= 5 Vpp
= AV x Vin
= -2 x 5
= -10 V

2.6.2. Penguat Non-inverting


Pada percobaan OP AMP penguat non-inverting kami menganalisa bahwa
Tegangan keluaran rangkaian ini akan satu fasa dengan tegangan inputnya.
10 K
Av (
) 1 2kali
10 K
Sinyal input yang diberikan pada terminal input Noniverting pada percobaan pertama, maka besarnya penguatan tergantung pada nilai
R1 dan R2 yg diberikan.
Nilai resistor R1 dan R2 rangkaian penguat Non-inverting diatas sama-sama
10Kohm maka besar penguatan tegangan dari rangkaian diatas dapat dihitung
secara matematis sebagai berikut :
10 K
Av (
) 1 2kali
10 K

Pada Percobaan pertama kami menghitung Penguatan


tegangan (Av) difrekuensi 1Khz dengan rumus :

Diketahui :
R1 10 K

Ditanya :

R2 10 K
Vin 1Vpp, 2Vpp,5Vpp
Penguatan (Av) = ?

10

Av

R2
10
1 1 11 2
R1
10

Jika Vin bernilai 1 Vpp, 2 Vpp dan 5 Vpp maka akan di dapati Vo sebesar :
Vin
Vo

= 1 Vpp
= AV x Vin
= 2 x 1
= 2V

Av (

Vin
Vo

= 2 Vpp
= AV x Vin
= 2 x2
= 4V

Vin
Vo

= 5 Vpp
= AV x Vin
= 2 x 5
= 10 V

R2
) 1
R1

Pada Percobaan kedua kami menghitung Penguatan tegangan


(Av) difrekuensi 1Khz dengan rumus :
Diketahui :
R1 10 K

Ditanya :

R2 20 K
Vin 1Vpp, 2Vpp,5Vpp
Penguatan tegangan (Av) = ?

Av

R2
20
1
1 3
R1
10

Jika Vin bernilai 1 Vpp, 2 Vpp dan 5 Vpp maka akan di dapati Vo sebesar :
Vin
Vo

= 1 Vpp
= AV x Vin
= 3 x 1
= 3V

Vin
Vo

= 2 Vpp
= AV x Vin
= 3 x 2
= 6V

Vin
Vo

= 5 Vpp
= AV x Vin
= 3 x 5
= 15 V

2.7. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwa
karakteristik penguatan inverting yaitu bentuk sinyal keluarannya terbalik dengan
sinyal input disertai dengan amplitudonya yang lebih besar dari pada sinyal Input.
Sedangkan karakteristik penguatan non-inverting yaitu penguatannya dapat diketahui
dengan bertambah tingginya amplitudo dan bentuk sinyalnya sama seperti sinyal awal.
Pengaruh frekuensi yaitu semakin besar frekuensi yang diberikan pada rangkaian OPAMP meliputi inverting dan non-inverting menyebabkan respon penguatan melemah
atau kurang maksimal.

11

BAB III
PENGUAT KELAS A
3.1. Teori Dasar
3.1.1. Definisi Penguat Daya Kelas A
Penguat kelas A didefinisikan sebagai suatu penguat yang mempunyai
kemampuan terbesar dalam mereproduksi masukan dengan distorsi yang terkecil,
dengan atau tanpa rangkaian umpan balik negatif. Namun demikian ,efesiensi
penguat kelas A adalah paling kecil di bandingkan dengan penguat daya kelas
lainnya. Rangkaian penguat kelas A dengan umpan balik emitor ditunjukkan
dengan gambar berikut:

Gambar 3.1. Gambar Rangkaian Penguat Kelas A


Persaman yang di gunakan adalah sebagai berikut:
o Icsat
= VCC
RC+RE
o B
= VB
RB
o VCEcutoff = VCC
o VB
= VCC x R2
R1 + R2
o RB
= R1 x R2
R1 + R2
3.1.2. Klasifikasi Penguat Daya Kelas A
Berdasarkan titik kerjanya penguat daya kelas A diklasifikasikan sebagai berikut:
- Penguat dengan letak titik Q di tengah-tengah garis beban.
- Mumpunyai sinyal keluaran yang paling bagus di antara penguat jenis yang lain.
- Efisiensinya paling rendah, karena banyaknya daya yang terhubung di transistor.
Berdasarkan tipe pembiasannya yang dilakukan oleh penguat,penguat daya kelas A
diklasifikasikan sebagai berikut:
- Penguat Daya kelas A: Titik kerja di atur agar seluruh fasa sinyal input diatur
sedemikian lupa sehingga seluruh fasa arus output selalu mengalir. Penguat ini
beroperasi pada daerah linier.

12

3.1.3. Sifat Sifat Penguat Kelas A


1. Dirangkai secara common emitter
Contoh dari penguat kelas A adalah rangkaian dassr common emiter (CE)
transistor. Penguat tipe kelas A dibuat dengan mengatur arus bias yang sesuai di
titik tertentu yang ada pada garis bebannya. Sedemikian rupa sehingga titik Q
ini berada tepat di tengah garis beban kurva VCE-Ic dari rangkaian penguat
tersebut dan sebut saja titik ini titik A.
Apabila sebuah transistor mempunyai titik kerja Q di dekat tengah-tengah
garis beban DCsuatu sinyal AC yang kecil mengakibatkan transistor bekerja
didaerah yang aktif dalam seluruh siklusnya. Apabila sinyal
membesar,transistor terus bekerja di daerah aktif selama qaktu mencapi
puncak-puncaknya sepanjang garis beban titik jenu dan titik pancung (cut off)
tidak terpotong. Untuk membedakan cara operasi ini dari jenis-jenis lainnya,
operasi tersebut disebut dari kelas A. Pada gambar 3.1, titik Q diambil ditengah
atau dipusat garis beban AC,dari sini kita mendapatkan sinus output yang tak
tergunting dengan kemungkinan yang terbesar.

Gambar 3.2. Garis Beban CE kelas A


Dalam merancang penguat daya kelas A, titik kerja Q harus berada di tengahtengah garis beban, maka, dapat di peroleh dengan langkah-langkah berikut.
Untuk garis beban DC

Untuk menggambar garis beban AC dapat di lakukan dengan cara berikut:

13

Ciri Khas penguat kelas A, seluruh sinyal keluarannya bekerja pada daerah
aktif. Penguat tipe class A disebut sebagai penguat yang memiliki tingkat
fidelitas yang tinggi. Asalkan sinyal masih bekerja di daerah aktif, bentuk
sinyal keluarannya akan sama persis dengan sinyal input. Namun penguat kelas
A ini memiliki efisiensi yang rendah kira-kira hanya 25% - 50%. Ini tidak lain
karena titik Q yang ada pada titik A, sehingga walaupun tidak ada sinyal input
(atau ketika sinyal input = 0 Vac) transistor tetap bekerja pada daerah aktif
dengan arus bias konstan. Transistor selalu aktif (ON) sehingga sebagian besar
dari sumber catu daya terbuang menjadi panas. Karena ini juga transistor
penguat kelas A perlu di tambah dengan pendingin ekstra seperti heatsink yang
lebih besar.
- Digunakan untuk daya yang sedang < 10 Watt.
- Input dan output berada 180 o
Selain ketiga sifat penguat pada kelas A tersebut, ada beberapa sifat-sifat
penguat kelas A yang dijelas oleh Albert Paul Malvino, Ph.D. dalam bukunya
yang berjudul Prinsip-Prinsip Elektronika Jilid I antara lain sebagai berikut:
1.1.

Bati Tegangan dengan Beban


Didalam penguat CE pada gambar 2.2.3, tegangan ac Vin menggerakkan
basis, menghasilkan tegangan keluar ac Vout.Bati tegangan tanpa beban
adalah

Gambar 3.3. Garis Beban AC

Gambar 3.4. Garis Beban CE

14

Karena resistansi yang di lihat oleh kolektor adalah

rc = Rc // RL
Sehingga dapat di hitung bati tegangan terhadap beban dengan
menggunakan persamaan swbagai berikut:

Dimana :
r c =
rc =
RC =
RL =
A =
Av =

Resistansi emiter AC
Resistansi kolektor AC
Resistansi kolektor DC
Resistansi beban
Bati tegangan tanpa beban
Bati tegangan dengan beban

1.2.

Bati Arus
Pada gambar 2.3, bati arus sebuah transistor adalah perbaningan arus
kolektor ac terhadap arus basis ac. Persamaannya adalah sebagai berikut:

1.3.

Bati Daya
Pada gambar 2.3, daya masuk ac pada basis adalah
Pin = Vin Ib .
Daya keluar AC dari kolektor adalah
Pout = -Vout Ic
Tanda minus (-) diperlukan karena adannya pembalaikan fasa,
Perbandingan Pout/Pin disebut sebagai bati daya dan di tulis dengan Ap.
Dengan mengambil perbandingan tersebut, didapatkan

15

3.1.4. Menentukan Nilai Komponen


Untuk menentukan nilai suatu komponen pada penguat kelas kita harus
menggunakan rumus yang ditentukan.Pertama menentukan nilai tetapi untuk
menentukan nilai tersebut kita bisa melihat di data sheet. Lalu yang kedua kita
menentukan nilai Ib, le, ld, Ve, Re, Rc, R2, R1, Av, dan RL.
Untuk mencarinnya kita menngunakan rumus sebagai berikut:

3.2. Alat & Bahan


- Power Supply Simetris 12v
- Transistor BC107 / BD13 / BD141
- Potensiometer 1k
- Resistor 1k (2 buah)
- Kapasitor 1 f
- Multimeter (3 buah)
- Function Generator
- Osiloskop 2ch
- Probe (2 buah)
- Kabel

16

3.3. Gambar rangkaian

Gambar 3.5. Rangkaian penguat kelas A

Gambar 3.6. Pengukuran pada rangkaian penguat kelas A

17

3.4.

Langkah Percobaan
1. Melakukan pengesetan titik kerja (tanpa sinyal AC) dengan mengatur potensiometer
sehingga tegangan VCE
2.
3.

4.
5.
6.
7.

1
2 VCC

IC Vcc/Rc = 6 mA.
Mengukur arus IB dan tentukan hFE ()
IB =
hFE=
- Berikan tegangan masukkan AC (f =10 KHz), sehingga tegangan keluaran sebesar,
mungkin tapi tidak cacat.
- Caranya melakukan kalibrasi Function Generator dengan mengatur Frequency 10
KHz. Hubungkan kabel output Function Generator dengan kabel probe CH1 dari
osiloskop. Gunakan Fine pada Function Generator untuk memperhalus tampilan
gelombang pada osiloskop
- Atur power supply sebesar 12v, tentukan ground + atau dengan menggunakan
Multimeter/ Amperemeter. Maka di dapatkan Ground di (-) dan nilai Positif (+)
- Mencari nilai maksimal dan minimal dari potensiometer dengan menggunakan
Multimeter/Amperemeter. Titik max 1k
- Menghubungkan Resistor , Potensiometer, Transistor
- Hubungkan power supply 12v ke transistor (Emiter)
Mengukur Sinyal masukkan dengan osiloskop pada posisi AC, Sinyal keluaran pada
posisi DC.
Menggambarkan bentuk gelombang tegangan masukkan dan tegangan keluaran.
Tentukan penguatan tegangan (Av), penguatan arus (Ai), dan penguatan daya (Ap).
Menggambarkan rangkaian ekivalen ac dan garis beban ac!
Perhatian : Hindari pemakaian kabel penghubung yang tidak terlalu penting untuk
menghindari pengaruh osilasi yang tinggi dalam rangkaian

18

3.5. Data Percobaan

Gambar 3.7. Data Percobaan 1

Gambar 3.8. Data Percobaan 2

Gambar 3.9. Data Percobaan 3


3.6. Analisa Data

19

Berdasarkan data hasil pengamatan diatas dapat dihitung berapa besar IC (Arus
Colector) yang dihasilkan.
Rc 1K

Vcc 12mA
Vce 6, 26Vcc
Vce 1/ 2Vcc 5,81Vcc
Diketahui :

Ditanya : arus collector (IC) = ?

Kami telah mengukur arus IB (Arus Basis) , dipengukuran kami mendapatkan hasil

IB 0, 06 A

Diketahui

: arus basis (IB) = 0,06A

hFE IC / IB 0, 012 / 0, 06 0, 2

Ditanya

: Penguatan transistor (hFE) ?

Jadi :

Disini kami menentukan Tegangan (Av), Penguatan Arus (Ai),Penguatan Daya (Ap)
Io
Ai 20 log10 ( )
Vo
Iin
Av 20 log10 ( )
Vi

dB

dB

tegangan (Av) ?

Ap 10 log10 (

Ditanya
: a. Penguatan
b. Penguatan arus (Ai) ?

Po
)
Pi
c. Penguatan arus (Ap) ?

dB
3.7. Kesimpulan
Seluruh sinyal output bekerja pada daerah aktif
Sinyal bekerja didaerah aktif dan bentuk sinyal keluarannya sama persis dengan sinyal
input

20

BAB IV
FILTER PASIF
4.1. Teori Dasar
Filter adalah rangkaian empat terminal yang dapat melewatkan sinyal dalam jangkauan
frekuensi yang dipilih dan meredam sinyal lain yang frekuensinya di luar frekuensi yang
dipilih. Berdasar jenis frekuensi yang dipilih, filter dapat dibagi menjadi empat jenis,
yaitu :
- Low Pass Filter (LPF)
- Ban Pass Filter (BPF)
- High Pass Filter (HPF)
- Ban Stop Filter (BSF)/Band Eliminate Filter (BEF)
Simbol keempat filter tersebut ditunjukan dalam gambar 4.1.

Gambar 4.1. Simbol simbol filter


Filter pasif adalah filter yang dirangkai dari komponen-komponen pasif seperti
resistor,kapasitor, dan induktor. Contoh rangkaian-rangkaian filter pasif LPF, HPF, BPF
dan BEF ditunjukan dalam gambar 4.2.
Filter dapat dinyatakan dalam fungsi tranfer :
H ( J )=

V 2 Nilai komplek signal input


=
V 1 Nilai komplek signal output
Persamaan komplek tersebut mempunyai niali mutlak |H| dan sudut fasa .
Karena filter bersifat meredam sinyal. Maka pengunaan fungsi tranfer |H| sering diganti
menjadi 1/|H|, sehingga persamaannya menjadi :

H=20 log 10

V2
V1

1
A=20 log 10

21

Gambar 4.2. Contoh rangkaian filter pasif


Karena mengandung komponen-komponen kapasitif dan induktif, maka filter dapat
mengubah fasa sinyal , sehingga fasa sinyal outputnya berbeda dengan fasa sinyal input.
Perbedaan fasanya tergantung pada frekuensi tegangan input. Perbedaan fasa menyebabkan
perbedaan delay propagasi. Delay propagasi adalah waktu yang dibutuhkan filter untuk
mengeluarkan sinyal di keluarannya. Delay propagasi dinyatakan sebagai -/
Untuk melihat karakteristik filter. Beberapa parameter yang dapat digunakan adalah
redaman (attenuation) / karakteristik transmisi. Karakteristik fasa. Redaman dan beda fasa
hendaknya diukur pada beberapa frekuensi. Kedua karakteristik tersebut dinamakan
karakteristik frekuensi filter. Selain itu juga dapat dilihat step responsnya. Step respon
adalah respon filter terhadap masukan berupa bentuk gelombang step.
Pada prakteknya terdapat berbagai jenis filter dengan kelebihan dan kekurangan
masing-masing. Dua filter yang sering dipakai adalah filter Butterworth dan Chebyshef.
Keduanya diberi nama sesuai dengan penemuanya.
4.2. Alat Percobaan
- Papan percobaan DL 2153A
- Function generator
- Oscilloscope 2 channel
- Kabel secukupnya
4.3. Gambar Rangkaian Percobaan
A. Filter Butterworth

Gambar 4.3. Rangkaian Filter Butterworth


B. Filter LPF Chebyshev

Gambar 4.3. Rangkaian Filter LPF Chebyshev


22

4.4. Langkah Pecobaan


1. Menggunakan filter butterworth
2. Meghubungkan function generator dengan masukan filter
3. Memberikan beben 600 pada keluaran filter
4. Menghubungkan probe ch 1 oscilloscope dengan masukan filter
5. Menghubungkan probe ch 2 oscilloscope dengan keluaran filter
6. Pada function generator memilih gelombang keluaran sinusoida. Atur pada frekuensi
200Hz dengan amplitudo 5Vpp.
7. Mengamati bentuk gelombang masukan dan keluaran pada filter.
8. Mengukur tegangan dan masukan. Hitung redaman di frekuensi tersebut dalam dB.
9. Menghitung beda fasa antara masukan dan keluaran.
10. Menulis redaman dan beda fasa dalam tabel.
11. Mengulangi langkah 6 sampai 10 untuk beberapa frekuensi yang ditulis dalam tabel
data.
12. Membuat analisanya.
13. Menemukan frekuensi resonansinya. Gambarkan bentuk gelombang arus dan
teganganya.
14. Melakukan langkah 1 sampai 13 untuk filter Chebyshev.
4.5. Data hasil Percobaan
1. LPF Butterworth

Gambar 4.5.1. Frekuensi 200 Hz

Gambar 4.5.2. Frekuensi 400 Hz

23

Gambar 4.5.3. Frekuensi 600 Hz

Gambar 4.5.4. Frekuensi 800 Hz

Gambar 4.5.5. Frekuensi 1000 Hz

24

2. LPF Chebyshev

Gambar 4.5.6. Frekuensi 200 Hz

Gambar 4.5.6. Frekuensi 200 Hz

Gambar 4.5.7. Frekuensi 600 Hz

25

Gambar 4.5.7. Frekuensi 800 Hz

Gambar 4.5.7. Frekuensi 1000 Hz


Berikut ini adalah tabel data percobaan rangkaian filter pasif butterworth da chebysev
FILTER PASIF - BUTTERWORTH
F(Hz)

200

400

600

800

1K

A(dB)

1,9821

6,5635

6,8484

7,447

8,09120

()

1,800

1,800

900

450,000

300,000

F(Hz)
A(dB)

1K5
9,8272

2K
11,7654

2K5
-45,848

3K
-43,098

4K
-38,8024

()

300,000

112,500

112,500

150,000

30,000

26

FILTER PASIF - CHEBYSEV


F(Hz)

200

400

600

800

1K

A(dB)

7,4960

8,6913

9,7291

10,3325

11,7817

()

1,800

900

900

300,000

300,000

F(Hz)
A(dB)

1K5
-42,974

2K
-32,803

2K5
-45,848

3K
-43,098

4K
-22,3381

()

300,000

300,000

150,000

150,000

36,000

4.6. Analisa Data


4.6.1. Analisa hasil percobaan filter LPF Butterworth
Setelah mendapatkan data kami mulai menghitung redaman dan beda fasa
dibeberapa frekuensi dengan rumus :
d
360 ....

Vin
....dB
Vout

A 20 log10
Beda Fasa :
Redaman

1ms
360 1,800
0, 2

A 20 log10

5.28V
6.5635dB
2.48V

1.

Frekuensi 200

2. Frekuensi 400

2.5ms

360 1,800
0,5
A 20 log10

5.12V
1.9821dB
2.48V

27

500 s
360 450, 000
0, 4

A 20 log10
3.

5.28V
7.447 dB
2.24V

Frekuensi 600

4. Frekuensi 800

1ms
360 0, 625
576

A 20 log10

5.28V
6.8484dB
2.40V

500 s
360 300, 000
0, 6

A 20 log10
5.
1000

500 s
360 300,000
0, 6

4.96 V
5.28 V
9.8272dB A 20 log10
8.09120dB
1.60V
2.08V

Frekuensi

6. Frekuensi 1500

28

250 s
360 112,500
0,8

4.96 V
4.96 V
45.8485dB A 20 log10
11.7654dB
960mV
1.28V

A 20 log10

Frekuensi 2000

250 s
360 112,500
0,8

100 s
360 30, 000
1, 2

7.

8. Frekuensi 2500

250 s
360 150, 000
0, 6

5.08 V
5.28 V
43.0980dB
38.8024dB A 20 log10
720mV
460mV

A 20 log10

Frekuensi 3000

.9.

10. Frekuensi 4000

4.6.2. Analisa hasil percobaan filter LPF Chebyshev


Setelah mendapatkan data kami mulai menghitung redaman dan beda fasa
dibeberapa frekuensi dengan rumus :
d
360 ....

Vin
....dB
Vout

A 20 log10
Beda Fasa :
Redaman

1ms
360 900
0, 4

A 20 log10
1.

2.5ms
360 1,800
0, 2

5.44 V
5.12 V
8.6913dB A 20 log10
7.4960dB
2.00V
2.16V

Frekuensi 200

2. Frekuensi 400

29

3.

Frekuensi 600
1ms

360 900
0, 4
A 20 log10

5.68 V
5.52 V
9.7291dB A 20 log10
10.3325dB
1.84V
1.68V

500 s
360 300, 000
0, 6

A 20 log10
3.

4. Frekuensi 800
1ms

360 300, 000


0, 6

5.28 V
11.7817 dB
1.36V

Frekuensi 1000 6. Frekuensi 1500

250 s
360 30, 000
1, 2

A 20 log10

5.40 V
42.9748dB
760mV

250 s
360 30, 000
1, 2

A 20 log10

250 s
360 150, 000
0,6

5.72 V
4.96 V
36.893dB A 20 log10
32.8032dB
400mV
216mV

Frekuensi 2000

7.

8. Frekuensi 2500

30

250 s
360 150, 000
0,6

A 20 log10

100 s
360 36, 000
1

5.04 V
5.20 V
28.1121dB A 20 log10
22.3381dB
128mV
68.0mV

Frekuensi 3000

.9.

10. Frekuensi 4000

4.7. Kesimpulan :
- Butterworth filter memberikan optimasi pada daerah pass-band, Chebysev
memberikan optimasi pada Roll-off
- Filter Chebyshev mempunyai daerah transisi yang lebih kecil daripada filter
Butterworth
- Butterworth memiliki nilai redaman yang lebih kecil dari Chebyshev
- Chebyshev memiliki nilai redaman yang lebih besar dari Butterworth

31

BAB V
FILTER AKTIF
5.1. Dasar Teori
Filter adalah rangkaian empat terminal yang dapat melewatkan sinyal dalam jangkauan
frekuensi yang dipilih dan meredam sinyal lain yang frekuensinya di luar frekuensi yang di
pilih. Berdasarkan jenis frekuensi yang di pilih, filter dapat dibagi menjadi empat jenis
yaitu:
1. Filter lolos rendah/ Low pass Filter.
2. Filter lolos tinggi/ High Pass Filter.
3. Filter lolos rentang/ Band Pass Filter.
4. Filter tolah rentang/Band stop Filter or Notch Filter.
Simbol ke empat filter tersebut ditunjukkan dalam gambar 5.1
Gambar 5.1. Simbol-simbol Filter

Filter adalah suatu device yang memilih sinyal listrik berdasarkan pada frekuensi dari
sinyal tersebut. Filter akan melewatkan gelombang/sinyal listrik pada batasan frekuensi
tertentu sehingga apabila terdapat sinyal/gelombang listrik dengan frekuensi yang lain
(tidak sesuai dengan spesifikasi filter) tidak akan dilewatkan. RAngkaian filter dapat
diaplikasikan secara luas, baik untuk menyaring sinyal pada frekuensi rendah, frekuensi
audio, frekuensi tinggi, atau pada frekuensi-frekuensi tertentu saja.
Filter adalah suatu sistem yang dapat memisahkan sinyal berdasarkan frekuensinya; ada
frekuensi yang diterima, dalam hal ini dibiarkan lewat; dan ada pula frekuensi yang
ditolak, dalam hal ini secara praktis dilemahkan. Hubungan keluaran masukan suatu filter
dinyatakan dengan fungsi alih (transfer function).
Magnitude (nilai besar) dari fungsi alih dinyatakan dengan |T|, dengan satuan dalam
desibel (dB). Filter dapat diklasifikasikan menurut fungsi yang ditampilkan, dalam term
jangkauan frekuensi, yaitu passband dan stopband. Dalam pass band ideal, magnitude-nya
adalah 1 (= 0 dB), sementara pada stop band, magnitude-nya adalah nol.
Berdasarkan hal ini filter dapat dibagi menjadi 4.
1. Filter lolos bawah (low pass filter), pass band berawal dari w = 2pf = 0 radian/detik
sampai dengan w = w0 radian/detik, dimana w0 adalah frekuensi cut-off.
2. Filter lolos atas (high pass filter), berkebalikan dengan filter lolos bawah, stop band
berawal dari w = 0 radian/detik sampai dengan w = w0 radian/detik, dimana w0 adalah
frekuensi cut-off.
3. Filter lolos pita (band pass filter), frekuensi dari w1 radian/detik sampai w2
radian/detik adalah dilewatkan, sementara frekuensi lain ditolak.
32

4. Filter stop band, berkebalikan dengan filter lolos pita, frekuensi dari w1 radian/detik
sampai w2 radian/detik adalah ditolak, sementara frekuensi lain diteruskan
Berdasarkan atas komponen penyusunannya, filter terdiri dari filter pasif dan aktif. Jika
filter pasif hanya tersususn komponen pasif (kapasitor dan inductor atau resistor), maka
filter aktif dirangkai dari komponen-komponen aktif dan pasif. Komponen aktifnya berupa
amplifier (transistor atau op-amp), sedang komponen pasifnya berupa resistor dan
kapasitor. Contoh rangkaian filter aktif di tunjukkan dalam gambar 5.2.
Untuk mendapatkan frekuensi cut-off yang kecil filter pasif memerlukan nilai
induktansi yang tinggi, akibatnya filter pasif menjadi lebih berat, besar dan mahal. Dengan
ukuran komponen yang lebih kecil. Filter aktif sudah bisa mendapatkan frekuensi cut-off
yang kecil. Sebagaimana filter pasif. filter aktif juga terdiri dari berbagai jenis. Dua di
antarannya adalah filter Butterworth dan Chebyshew. Contoh rangkaian filter aktif di
tunjukkan dalam gambar 5.2.

Gambar 5.2. Rangkaian filter aktif


Filter dapat dinyatakan dalam fungsi tranfer :
H ( J )=

V 2 Nilai komplek signal input


=
V 1 Nilai komplek signal output

Persamman komplek tersebut mempunyai nilai mutlak |H| dan sudut fasa Karena filter
bersifat meredam sinyal, maka penggunaan fungsi transfer |H| sering diganti menjadi 1/|H|,
sehingga persamaan menjadi:
H=20 log 10

V1
V2

1
A=20 log 10
Karena mengandung komponen-komponen kapasitif dan induktif, maka filter dapat
mengubah fasa sinyal, sehingga fasa sinyal outputnya berbada dengan fasa sinyal input.
Perbedaan fasanya tergantung pada frekuensi tegangan input.
Perbedaan fasa menyebabkan perbedaan delay propagasi. Delay propagasi adalah waktu
yang dibutuhkan filter untuk mengeluarkan sinyal di keluarannya. Delay propagasi di
nyatakan sebagai /.

33

Untuk melihat karateristik filter beberapa parameter yang dapat di gunakan adalah
redaman (anenuation) karakteristik transmisi karakteristik fasa. Redaman dan beda fasa
hendaknya di ukur pada beberapa frekuensi kedua karakteristik tersebut di namakan
karakteristik frekuensi filter.
5.2. Alat Percobaan
- Papan percobaan DL 2153B
- Function generator
- Oscilloscope 2 channe
- Power supply simestris 15V
- Beban 600
- Kabel secukupnya
5.3. Gambar rangkaian Percobaan
1. Low Pas Filter (LPF)

34

2. High Pas Filter

5.4. Langkah Percobaan :


1. Menghubungkan power supply dengan papan percobaan.
2. Menggunakan filter aktif LPF.
3. Menghubungkan function generator dengan masukan filter
4. Memberikan beban 600 pada keluaran filter.
5. Menghubungkan probe ch 1 oscilloscope dengan masukan filter
6. Menghubungkan probe ch 2 oscilloscope dengan keluaran filter
7. Pada function generator memilih gelombang keluaran sinusoida dan mengatur pada
frekuensi 500Hz dengan amplitudo 5
8. Mengamati bentuk gelombang masukan dan keluaran pada filter
9. Mengukur tegangan dan masukan serta menghitung redaman difrekuensi tersebut
dalam dB
10. Menghitung beda fasa antara masukan dan keluaran
11. Menulis redaman dan beda fasa dalam table
12. Mengulangi langkah 6 sampai 10 untuk beberapa frekuensi yg ditulis dalam table data
13. Membuat analisa
14. Menemukan frekuensi resonasi serta menggambarkan bentuk gelombang tegangan dan
arus pada saat itu
35

15. Melakukan langkah 1 sampai 14 untuk filter HPF dan BPF


5.5. Data Percobaan
Note : Karena kami lupa mendokumentasi semua data , maka kami hanya
mendapatkan beberapa gambar data yang kami butuhkan.
1. LPF ( Low Pass Filter )

36

2. HPF ( High Pass Filter )

3. BPF
Note : Karena waktu yang kami miliki tidak cukup, maka kami tidak dapat melakukan
percobaan pada filter aktif BPF.

37

5.6. Analisa Data


1. Low Pass Filter - PF
100
0,5

360 18

360 45
2000
4
2
5
A 20 log10 6.02059dB A 20 log10 4.4371dB
4
3
a.
Frekuensi 200
Frekuensi 400

500
500
360 102,85
360 144
1750
1250
3
3
A 20 log10 3,5218dB A 20 log10 2.4987dB
2
4

b.

c.

Frekuensi 500

b.

Frekuensi 800

500
360 180
1000
3
A 20 log10 2, 4987 dB
4

e. Frekuensi 1000

200

400

500

800

1000

6.02059dB

4.4371dB

4.4371dB

2.4987dB

2, 4987dB

45
102,85
18
144
Berikut ini adalah tabel data percobaan rangkaian filter aktif LPF

180

2. HPF ( High Pass Filter )

38

1000
1500
360 240

360 216
1500
2500
4
2
A 20 log10 12.0411dB A 20 log10 6.0205dB
1
1

b.

Frekuensi 400 b. Frekuensi

500

1000
1000
360 360

360 288
1000
1250
4
4
A 20 log10 6.0205dB A 20 log10 6.0205dB
2
2

c . Frekuensi 500 d. Frekuensi

800

Berikut ini adalah tabel data percobaan rangkaian filter aktif LPF
F

400

600

800

1000

6.0205dB

12.0411dB

6.0205dB

6.0205dB

216

240

288

360

5.7. Kesimpulan
o Dari percobaan diatas dapat ditarik kesimpulan LPF(Low Pass Filter) berfungsi untuk
melewatkan tegangan output dengan frekuensi dibawah frekuensi cutt-off rangkaian.
o Sedangkan HPF berfungsi untuk melewatkan tegangan output dengan frekuensi diatas
frekuensi cut-off rangkaian.

39

Anda mungkin juga menyukai