17 December 2014
Tujuan
Mengamati cara kerja dan fungsi rangkaian penguat.
Dasar Teori
Penguat operasional atau yang dikenal sebagai Op-Amp merupakan suatu rangkaian
terintegrasi atau IC yang memiliki fungsi sebagai penguat sinyal, dengan beberapa
konfigurasi. Secara ideal Op-Amp memiliki impedansi masukan dan penguatan yang tak
berhingga serta impedansi keluaran sama dengan nol. Dalam prakteknya, Op-Amp
memiliki impedansi masukan dan penguatan yang besar serta impedansi keluaran yang
kecil. Op-amp memiliki simbol seperti yang terlihat pada gambar (1).
Gambar 1
Simbol Op-Amp
Secara garis besar, terdapat 4 pin utama dari Op-Amp, yaitu masukan inverting (tanda
minus), masukan noninverting (tanda plus), masukan tegangan positif, masukan
tegangan negatif dan pin keluaran. Di samping pin tersebut terdapat satu pin untuk
adjustment. Beberapa penerapan Op-Amp diantaranya adalah:
Penguat Inverting
Rangkaian untuk penguat inverting adalah seperti yang ditunjukkan gambar (2).
Gambar 2
Rangkaian Penguat Inverting
Penguat ini memiliki ciri khusus yaitu sinyal keluaran memiliki beda fasa sebesar 180 o.
Pada rangkaian penguat yang ideal memiliki syarat bahwa tegangan masukan sama
dengan 0 dan impedansi masukan tak terhingga. Sehingga dari rangkaian tersebut
dapat diperoleh rumus penguat adalah sebagai berikut :
dimana i- = 0, maka
Tanda (-) negatif menunjukkan terjadi pembalikan pada keluarannya atau memiliki beda
fasa sebesar 1800 dengan masukannya.
Penguat Non-inverting,
Rangkaian untuk penguat non-inverting adalah seperti yang ditunjukkan gambar (3).
Gambar 3
Rangkaian Penguat Non-Inverting
Penguat tersebut dinamakan penguat non-inverting karena masukan dari penguat
tersebut adalah masukan non-inverting dari Op Amp. Tidak seperti penguat inverting,
sinyal keluaran penguat jenis ini sefasa dengan sinyal masukannya. Seperti pada
rangkaian penguat inverting syarat ideal sebuah penguat adalah tegangan masukan
sama dengan 0 dan impedansi masukan tak terhingga. sehingga dari rangkaian
tersebut dapat diperoleh rumus penguat adalah sebagai berikut :
Dengan
memahami
prinsip
kerja
dari
rangkaian
ini,
maka
rangkaian
pengembangan dari rangakaian Op-Amp ini seperti rangkaian ADC (Analog to Digital
Converter), DAC (Digital to Analog Converter), Summing (penjumlahan) dan yang
lainnya juga dapat dipahami. Berikut datasheet dari IC 741:
Gambar 4
IC 741
Komponen dan Peralatan
Operational Amplifier Apparatus (1 Buah)
Osiloskop (1 Buah)
Audio generator (1 Buah)
Resistor (100 dan 220 ) (@1 Buah)
Probe Osiloskop (2 Buah)
Kabel (Secukupnya)
Prosedur Percobaan
Rangkaian Inverting
1. Rangkai alat seperti pada gambar (2).
2. On-kan osiloskop dan lakukan kalibrasi pada osiloskop.
3. Hubungkan tegangan input (Vin) pada masukan inverting dan masukan noninverting di-ground-kan.
4. Gunakan resistor 100 sebagai Rin dan resistor 220 sebagai Rf pada op-amp
apparatus.
5. Masukkan probe osiloskop dari channel 1 sebagai input dan probe channel 2
sebagai output pada op-amp apparatus.
6. On-kan op-amp apparatus dan audio generator, kemudian atur frekuensi pada
audio generator hingga diperoleh gelombang keluaran pada channel 2 osiloskop.
7. Amati keluaran yang terjadi, catat tegangan dari channel 1 dan channel 2,
kemudian cari faktor penguatannya dan Vout dengan menggunakan persamaan
(4)
Rangkaian Non-Inverting
1. Rangkai alat seperti pada gambar (3).
2. On-kan osiloskop dan lakukan kalibrasi pada osiloskop.
3. Hubungkan tegangan input (Vin) pada masukan non-inverting dan masukan
inverting di-ground-kan.
4. Gunakan resistor 100 sebagai Rin dan resistor 220 sebagai Rf pada op-amp
apparatus.
5. Masukkan probe osiloskop dari channel 1 sebagai input dan probe channel 2
sebagai output pada op-amp apparatus.
6. On-kan op-amp apparatus dan audio generator, kemudian atur frekuensi pada
audio generator hingga diperoleh gelombang keluaran pada channel 2 osiloskop.
7. Amati keluaran yang terjadi, catat tegangan dari channel 1 dan channel 2,
kemudian cari faktor penguatannya dan Vout dengan menggunakan persamaan
(8)
Gambar 7
Sinyal Masukan dan Sinyal Keluaran pada Rangkaian Inverting
Tabel 1
Tabel Vpp dan Volt/Div pada Rangkaian Inverting
Channel 1
Channel 2
Vpp (Div)
2
4,4
Volt/Div
1
1
Rangkaian Non-Inverting
Rin = 100
Rf = 220
Gambar 8
Sinyal Masukan dan Sinyal Keluaran pada Rangkaian Non-Inverting
Tabel 2
Tabel Vpp dan Volt/Div pada Rangkaian Non-Inverting
Channel 1
Channel 2
Vpp (Div)
1,4
4,4
Volt/Div
1
1
Pengolahan Data
Rangkaian Inverting
Tegangan pada channel 1 (Vin)
Dari persamaan (4), dapat dihitung tegangan keluaran yang dihasilkan adalah sebesar
Rangkaian Non-Inverting
Tegangan pada channel 1 (Vin)
Dari persamaan (4), dapat dihitung tegangan keluaran yang dihasilkan adalah sebesar
Analisis Data
Rangkaian inverting akan menguatkan sinyal masukan dan sinyal keluarannya akan
memiliki fasa yang berbeda 1800 dengan sinyal masukannya. Hal ini dapat dilihat pada
gambar (7). Besar penguatannya adalah 2,2 kali. Oleh karena itu, jika diberi tegangan
masukan sebesar 2 volt akan dihasilkan tegangan keluaran sebesar 4,4 volt. Hasil
tegangan keluaran yang diperoleh melalui osiloskop maupun perhitungan menggunakan
rumus penguatan menunjukkan hasil yang sama.
Rangkaian non-inverting akan menguatkan sinyal masukan dan sinyal keluarannya akan
memiliki fasa yang sama dengan sinyal masukannya. Hal ini dapat dilihat pada
gambar (8). Besar penguatannya adalah 3,2 kali. Oleh karena itu, jika diberi tegangan
masukan sebesar 1,4 volt akan dihasilkan tegangan keluaran sebesar 4,4 volt. Hasil
tegangan keluaran yang diperoleh melalui osiloskop maupun perhitungan menggunakan
rumus penguatan memiliki perbedaan nilai. Nilai tegangan berdasarkan perhitungan
adalah sebesar 4,48 volt. Hal ini disebabkan karena kurangnya ketelitian pada osiloskop
yang digunakan.
Penyelesaian:
Diketahui:
o Rf = 330 k = 330.000
o Rin = 1 k = 1.000
o Vin = 17 mV = 0,017 V
Av=Rf Rin=330.0001.000=330
Vout = Av Vin = 330 0,017 V = 5,61 V
Apabila input yang diberikan adalah +17 mV, maka output yang dihasilkan
adalah 5,61 V. Hal ini mengasumsikan bahwa tegangan catu daya (Vcc) yang
digunakan memungkinkan output bergerak mencapai nilai itu. Sebuah catu
daya 6V terlalu kecil untuk itu, oleh karenanya membutuhkan catu daya
dengan rating tegangan setidaknya 8V (atau sekitar 150% Vout), untuk
menguatkan tegangan input sebesar 17 mV.