Anda di halaman 1dari 25

1.

PENDAHULUAN
a. Tujuan
Tujuan dari praktikum unit 6 ini adalah:
a. Mengenal jenis-jenis operational amplifier
b. Mampu menggunakan dan merangkai operational amplifier pada suatu
rangkaian elektronik
c. Mempelajari karakteristik operational amplifier ideal
d. Mampu menganalisa rangkaian yang melibatkan operational amplifier
dengan menggunakan karakteristik tersebut
e. Mampu mengaplikasikan berbagai jenis operational amplifier untuk
merekayasa tegangan output sehingga sesuai dengan yang diinginkan
b. Dasar Teori
i. Operational Amplifier
Operational amplifier (Op-Amp) adalah rangkaian penguat dengan
nilai gain yang tinggi, mempunyai impedansi input yang besar, serta
impedansi output yang kecil. Operational amplifier mempunyai banyak
kegunaan, diantaranya adalah untuk menghasilkan nilai tegangan output
yang
berubah,
baik
besarnya,
polaritasnya,
maupun
bentuk
gelombangnya, selain itu dapat digunakan sebagai rangkaian osilator,
sebagai filter atau penyaring sinyal tegangan tertentu, dan lain-lain.
Operational amplifier terdiri dari beberapa tingkatan differential amplifier
sehingga mampu menghasilkan nilai gain yang tinggi. Op Amp
disimbolkan sebagai bentuk segitiga yang rangkaian dasarnya terdiri dari
dua port input dan satu port output.

Gambar 1.
Representasi Dasar Op Amp
Rangkaian penyusun op amp secara umum dapat dimodelkan
sebagai rangkaian berikut. Op Amp ideal dianggap mempunyai impedansi
input tak terhingga (open circuit) sehingga arus yang masuk ke terminal
input dianggap nol dan impedansi output nol (short circuit) sehingga
dianggap tidak ada penurunan tegangan.

Gambar 2
Representasi Op Amp (a) real dan (b) ideal
Ada beberapa jenis Op Amp:
Single-Ended Input
Pada Op Amp tipe ini, salah satu terminal input dihubungkan
dengan sumber tegangan, sedangkan terminal yang lain
dihubungkan dengan ground. Polaritas output bergantung pada
terminal mana sumber dihubungkan.

Gambar 3
Single ended input op amp

Double-Ended (Differensial) Input


Pada Op Amp tipe ini, kedua terminal input dihubungkan
dengan sumber tegangan, dengan suatu selisih atau beda nilai
tegangan.

Gambar 4
Double Ended Input

Double-Ended Output
Sebuah op amp juga bisa terdiri dari dua buah terminal
output, yang mempunyai polaritas yang berlawanan.

Gambar 5
Double Ended Output
ii. Aplikasi Op Amp
Op amp mempunyai berbagai macam aplikasi dan karakteristik
dalam rangkaian, diantaranya:
Penguat Pembalik
Pada penguat ini, rangkaian op amp dihubungkan dengan
dua buah resistor seperti gambar, yang nilainya diatur sesuai
kebutuhan agar didapatkan nilai gain yang diinginkan, yang
dinyatakan dengan persamaan:

A v=

Rf
Ri

Pada penguat ini, polaritas tegangan output berubah relatif


terhadap tegangan inputnya.

Gambar 6
Inverting Amplifier

Penguat tak membalik


Op amp dirangkai seperti
dinyatakan dengan persamaan:

A v =1+

gambar.

Nilai voltage

gain

Rf
Ri

Gambar 7
Non Inverting Amplifier

Unity Follower
Pada rangkaian op amp ini, voltage gain bernilai 1, atau
tegangan output sama dengan tegangan input, baik besar maupun
polaritasnya.

Gambar 8
Unity Follower

Penguat Penjumlah
Pada rangkaian op amp ini, ada beberapa nilai tegangan
input. Masing-masing tegangan input akan dikuatkan sesuai
hambatan yang terangkai kemudian dijumlahkan sebagai tegangan
output. Nilai tegangan output nya:

V o=(

Rf
R
R
V 1 + f V 2 + f V 3)
R1
R2
R3

Contoh rangkaian di bawah menggunakan tiga nilai tegangan


input.

Gambar 9
Penguat Penjumlah

Integrator
Rangkaian op amp ini memungkinkan untuk menghasilkan
bentuk tegangan output yang merupakan integral dari bentuk
tegangan input dengan memanfaatkan sifat impedansi kapasitor.
Hasil tegangan outputnya:

V o=

1
V ( t ) . dt
RC 1

Gambar 10
Integrator Op Amp

Differensiator
Rangkaian op amp ini memungkinkan untuk menghasilkan
bentuk tegangan output yang merupakan hasil turunan dari bentuk
tegangan input dengan memanfaatkan sifat kapasitor yag
dirangkai di port input. Hasil tegangan outputnya:

V o=RC

d V 1 (t )
dt

Gambar 11
Differensiator Op Amp

2. ALAT DAN BAHAN


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada percobaan kali ini:
a. IC Operational Amplifier LM 741
b. Resistor:
a. sebuah 100 k
b. 4 buah 10 k
c. sebuah 4k7
d. sebuah 47k
e. sebuah 1 k
f. sebuah 27k
g. sebuah 1200
h. sebuah 1M
c. Kapasitor:
a. Dua buah kapasitor 10 nF
d. Papan rangkaian (Breadboard)
e. Kabel sebagai Jumper
f. Sumber tegangan DC
g. Function Generator / AFG
h. Osiloskop / CRO

i.

Multimeter

3. GAMBAR RANGKAIAN DAN ANALISA


Operational amplifier jenis LM 741 mempunyai 14 buah terminal
dengan konfigurasi seperti pada gambar. Op Amp diaktifkan dengan cara
memasang dua buah sumber DC dengan polaritas berlawanan, yaitu +15
volt dan -15 volt.
inverting

inverting

Vcc+

non inverting

Vcc-

output

Vcc+

non inverting

Vcc-

output

Gambar 12
Konfigurasi Op Amp LM 741
a. Penguat Tak Membalik
Pada konfigurasi ini, op amp dihubungkan seperti pada gambar
dengan nilai:

Ri=4 k 7 k
Rf =47 k k

Gambar 13.
Non Inverting Amplifier
Pada rangkaian ini, kita menghubungkan tegangan AC input 0,58
Vpp frekuensi 1000 Hz dari function generator ke terminal non inverting
pada Op Amp. Kemudian, kita menghubungkan titik antara resistor R i dan
Rf ke terminal inverting. Resistor Rf juga kita hubungkan ke terminal
output. Pada terminal output, kita pasang probe osiloskop untuk

mengetahui karakteristik tegangan output dan pada terminal input non


inverting untuk mengetahui karakteristik tegangan input.
Untuk menghitung nilai voltage gain, kita akan menggunakan
asumsi op amp ideal agar analisanya lebih mudah. Sesuai dengan sifat op
amp ideal, arus yang mengalir ke dalam port input bernilai nol karena
nilai impedansi input nya sangat besar sehingga rangkaian dapat
disederhanakan dengan bantuan konsep virtual ground seperti pada
gambar di bawah.

Gambar 14
Rangkaian Equivalen Non inverting Op Amp
Maka rangkaian dapat didekati dengan rangkaian resistor seri dan
memiliki sifat pembagi tegangan sesuai dengan persamaan:

V i=

R1
V
R 1+ R f o

V o=

R 1 + Rf
Vo
R1

A v =1+

Rf
R1

Dengan persamaan-persamaan di atas, dapat dihitung secara


analitis nilai tegangan output yang dihasilkan rangkaian penguat tak
membalik ini, yang nantinya akan dibandingkan dengan hasil pengukuran
menggunakan CRO / osiloskop.
b. Penguat Pembalik
Pada konfigurasi ini, op amp dihubungkan dengan resistor seperti
konfigurasi pada gambar dengan nilai resistor yang terhubung adalah:

Ri=10 k

Rf =100 k

Gambar 15
Inverting Op Amp
Selain itu, kita juga menghubungkan terminal non inverting pada op
amp dengan resistor 10 k agar arus yang melewati terminal input
bernilai mendekati nol sesuai dengan asumsi op amp ideal.
Pada rangkaian ini, kita menghubungkan tegangan input 0,58 Vpp
frekuensi 1000 Hz dari function generator dengan resistor R1 dan Rf.
Kemudian, titik antara kedua resistor kita jumper ke terminal inverting op
amp sedangkan terminal non inverting nya kita sambung ke ground.
Resistor Rf juga dihubungkan dengan terminal output op amp.
Pengukuran dilakukan pada sumber tegangan dan pada terminal output
op amp.
Untuk
menurunkan
persamaan
voltage
gain,
kita
akan
menggunakan asumsi op amp ideal agar lebih mudah. Arus tidak
mengalir ke terminal input op amp sehingga titik antara dua resistor
tersambung ke terminal non inverting atau ground. Dengan kata lain,
tegangan di sana nol.

Gambar 16
Rangkaian Equivalen Inverting Op Amp
Selanjutnya, rangkaian
memenuhi persamaan:

I=

V 1 V o
=
R1
Rf

V o=

Rf
V
R1 1

bisa

didekati

dengan

rangkaian

seri

yang

A v=

Rf
R1

Dengan persamaan ini, kita dapat menghitung nilai tegangan output


secara analitis dan membandingkannya dengan hasil pengukuran dengan
osiloskop.
c. Penguat Beda (Differensial Amplifier)
Pada konfigurasi ini, op amp dirangkai seperti pada gambar di
bawah dengan nilai-nilai resistor seperti pada gambar.

Gambar 17
Differensial Op Amp
Pada konfigurasi ini, rangkaian dihubungkan dengan tegangan input
0,58 Vpp dengan frekuensi 1000 Hz. Dengan asumsi op amp ideal, kita
dapat menurunkan persamaan voltage gain dari konfigurasi di atas.
Karena arus yang lewat pada terminal input nol, maka tegangan pada
terminal inverting yang bernilai sama dengan tegangan terminal non
inverting yang mempunyai nilai sama dengan:

Vi
r
V i=
3r
3
+=V
V

Arus yang mengalir dari input ke output bernilai tetap, maka berlaku
hubungan:

V V
R
V
V i
=
r
I =
o

R
V
r i
R
V o= 1+ V
r

( )

Vi

Vi

( Rr ) 3 Rr V = 3 ( 1 2rR )

V o= 1+

d. Integrator Op Amp
Pada konfigurasi kali ini, op amp dirangkai dengan komponen seperti
pada gambar. Dengan asumsi op amp ideal, keberadaan resistor R tidak
berpengaruh karena tidak dialiri arus. Rangkaian dihubungkan dengan
tegangan input 1 Vpp dengan frekuensi 1000 Hz.
c
Vin

Rf

Vou
t

Gambar 18
Integrator Op Amp
Karena nilai 2frC untuk frekuensi 1000 Hz, resistor 10 K, dan
kapasitor 100 nF jauh lebih besar daripada 1, maka rangkaian dapat
didekati dengan rangkaian integrator seperti pada gambar.

Gambar 19
Rangkaian equivalen integrator
Nilai arus yang mengalir dari input ke output tetap sehingga berlaku:

I=

V i V o
=
r 1/sC

V o=

1
1
V i= V i ( t ) . dt
sCr
rC

e. Differensiator Op Amp
Pada konfigurasi ini, op amp dirangkai dengan komponen seperti
pada gambar dibawah. Dengan asumsi op amp ideal, resistor R=1K tidak
berpengaruh terhadap kerja rangkaian karena arus yang lewat bernilai
nol. Rangkaian ini dihubungkan dengan tegangan input 1 Vpp dan
frekuensi 1000 Hz.
Rf
C

Vin

Vout

Gambar 20
Differensiator Op Amp
Karena nilai 1/2fRC untuk frekuensi 1000 Hz lebih besar daripada
perbandingan r/R, maka keberadaan resistor r=1K tidak terlalu
berpengaruh signifikan pada kerja rangkaian sehingga rangkaian dapat
digambarkan sebagai kebalikan dari rangkaian ekuivalen pada op amp
integrator.
Nilai arus yang mengalir dari input ke output bernilai tetap sehingga
berlaku:

I=

V o V i
=
r 1/ sC

V o=sCr V i=rC
f.

d V i (t)
dt

Penguat Jumlah
Pada konfigurasi kali ini, op amp disusun seperti pada gambar
dibawah. Rangkaian dihubungkan dengan tegangan input 4 Vpp frekuensi
1000 Hz. Keberadaan resistor 1 k, 100 ohm, dan 220 ohm pada sisi kiri
berfungsi untuk menurunkan tegangan input menjadi beberapa level
tegangan yang berbeda, yaitu V1, V2, dan V3. Masing-masing nilai
tegangan nantinya akan dihubungkan dengan resistor 10 k menuju op
amp untuk mengalami proses penguatan sekaligus penjumlahan.

Rn
R2
V2
R1
In

R2

Rf
Vout

V1
R1
Rs
Gambar21.
Penguat Penjumlah

Persamaan untuk rangkaian ini dapat diturunkan dengan


menganggap op amp sebagai op amp ideal, sehingga arus yang masuk
ke terminal inputnya bernilai nol.

I=

V o V1 V2 V3
= + +
Rf r
r
r

V o=

Rf
(V 1+V 2 +V 3 )
r

4. Hasil Pengujian
a. Penguat tak membalik (non inverting op amp)
V input maks = 2,27 Vpp
V output maks = 22,7 Vpp
Gambar di osiloskop

Gambar
Gel.

Gambar
Gel.

b. Penguat membalik (non inverting op amp)


V input maks = 2,50 Vpp
V output maks = 25,0 Vpp
Gambar di osiloskop:

Gambar
Gel.

Gambar
Gel.

c. Penguat Beda (Deferensial)


V output maks = 23,8 Vpp
V1 = 3,74 Vpp
V2 = 2,49 Vpp
Gambar di osiloskop

Gambar
Gel.

Gambar
Gel.

d. Untai Integrator
V output = 11,8 Vpp
V input = 7,60 Vpp
A. Dengan Gelombang
Kotak
F=1000 Hz
Vout=19,6 Vpp

C. Dengan Gelombang
Segitiga
F=1000 Hz
Vout=9,50 Vpp

B. Dengan Gelombang
Sinusoidal
F=1000 Hz
Vout=11,8 Vpp

D. Beda Fase
F=1000 Hz
Gambar beda fase Vin
Vout

Ym=
6
Yo=6

e. Untai Diferensiator
V Output = 23,7
V Input = 14,1

E. Dengan Gelombang
Kotak
F=1000 Hz
Vout=25,8 Vpp

C. Dengan Gelombang
Sinusoidal
F=1000 Hz
Vout=23,7 Vpp

D. Dengan Gelombang
Segitiga
F=1000 Hz
Vout=19,7 Vpp

E. Dengan Gelombang
Sinusoidal
F=1000 Hz
Gambar beda fase Vin
Vout

Ym=
12
Yo=1
2
f.

Untai Penguat Jumlah


V Output = 24,3 Vpp
V Input = 1,22 VPp
V1= 910m Vpp
V2 = 780m Vpp
Vn = 740m Vpp

5. ANALISA HASIL PENGUJIAN


a. Penguat tak membalik

V input maks = 2,27 Vpp


V output maks = 22,7 Vpp
Dengan menggunakan
rangkaian:

A v =1+

persamaan

pada

bagian

analisa

gambar

Rf
R1

Didapat nilai analitik Av = 11, yang cukup dekat dengan nilai A v


secara eksperimen, yang didapat dengan membagi Vout dengan Vin, A v =
10.
b. Penguat Pembalik
V input maks = 2,50 Vpp
V output maks = 25,0 Vpp
Dengan menggunakan
rangkaian:

A v=

persamaan

pada

bagian

analisa

gambar

Rf
R1

Didapat nilai analitik Av = 10, yang sangat dekat dengan nilai A v


secara eksperimen, yang didapat dengan membagi Vout dengan Vin, A v =
10. Selain itu, juga didapat nilai V2, yatu tegangan pada terminal
inverting sama dengan 0, karena tegangannya sama dengan tegangan
pada terminal non inverting yang tersambung ke ground.
c. Penguat Beda
V output maks = 23,8 Vpp
V1 = 3,74 Vpp
V2 = 2,49 Vpp
Dengan menggunakan persamaan pada bagian analisa gambar rangkaian:

V o=

Vi
2R
(1
)
3
r

Didapat nilai analitik Av = 6,33, yang cukup dekat dengan nilai A v


secara eksperimen, yang didapat dengan membagi Vout dengan Vin, A v =
10,0. Selain itu, juga didapat nilai V2, yatu tegangan pada titik di dekat
hambatan 10 k pertama dari kiri, yang bernilai 2,49 Vpp, yang nilainya
tidak jauh berbeda dengan hasil analitis, yaitu V2=2/3*Vin = 1.5866 Vpp.
d. Integrator Amp
Dengan menggunakan function generator, bentuk sinyal input diubahubah.
Masukan gelombang sinus (1 Vpp)
Vout = 11,8 Vpp
Gambar pada osiloskop:

Dapat teramati bahwa gelombang input yang bentuknya


sinus menjadi gelombang output yang bentuknya sinusoidal tetapi
fasenya mendahului atau bisa didekati dengan fungsi cos(2ft),
yang merupakan integral dari fungsi sin(2ft) dengan polaritas
berlawanan, sesuai dengan fungsi dari rangkaian op amp tersebut.
Sesuai dengan persamaan pada bagian analisa gambar rangkaian:

1
V o= V i ( t ) . dt
rC
Dengan menganggap tegangan input adalah:

V i=V m . sin ( 2 ft)


Hasil integralnya akan menghasilkan tegangan output:

V o=

V m 1
Vm
.
. (cos ( 2 ft ) ) =
cos ( 2 ft )
rC 2 f
2 rCf

Hasil analitik dari tegangan Vpp output dapat dihitung


secara analitis dengan persamaan di atas sehingga dihasilkan hasil
yang cukup mendekati hasil pengukuran, yaitu Vout = 11,8 Vpp.

Masukan gelombang kotak (1 Vpp)


Vout = 19,6 Vpp
Gambar pada osiloskop:

Teramati bahwa tegangan output berbentuk segitiga. Untuk


gelombang kotak, jika diintegralkan terhadap waktu, untuk
tegangan positif V akan didapat:

V o=

1
V
V .dt=
t+ constant

rC
rC
Untuk tegangan negative V akan didapat:

1
V
V o= (V ). dt= t+ constant
rC
rC

Diamati bahwa untuk nilai tegangan kotak positif, akan


dihasilkan persamaan output yang berupa persamaan garis lurus
dengan gradien negatif, sehingga akan dihasilkan kurva tegangan
yang arahnya turun. Sedangkan untuk input tegangan kotak
negatif, akan dihasilkan tegangan output yang berupa persamaan
garis lurus dengan gradien positif. Kombinasi kedua tegangan
output tadi akan menghasilkan bentuk tegangan output segitiga
sesuai dengan pengamatan.
Nilai amplitude tegangan output dapat dicari dengan
mensubstitusi nilai t dengan perioda/4 atau dengan f/4, sehingga
didapat:

V omax =

V
4 frC

Didapat nilai tegangan peak to peaknya secara analitis yang


tidak berbeda jauh dengan hasil pengamatan V out = 0,244 Vpp.

Masukan gelombang segitiga (1 Vpp)


Vout =
9,50 Vpp
Gambar osiloskop:

Teramati bahwa tegangan output akan berbentuk kurva


yang mendekati bentuk kuadrat. Gelombang input segitiga adalah
kombinasi dari persamaan linear, sehingga jika diintegralkan
terhadap waktu, akan didapat persamaan yang berbanding lurus

dengan kuadrat waktu, sehingga dihasilkan gelombang output


yang berbentuk kuadratis seperti pada hasil pengamatan.
Misal, nilai tegangan input Vi = at dengan a adalah suatu
konstanta yang nilainya a=4Vi-max/T, maka nilai tegangan peak to
peak terminal output dapat dicari dengan persamaan:

V o=

1
a 2 2 V imax f 2
at . dt =
t=
t

rC
2 rC
rC

Nilai puncak akan didapat saat t=1/4f sehingga didapat:

2 V imax f 1 2 V imax
V o=
( )=
rC
4f
8 rCf

Maka didapat nilai tegangan output secara analitis sangat


dekat dengan hasil pengamatan V out = 9,50 Vpp.
Selanjutnya, CRO diubah ke mode XY untuk melihat beda fase dari
Vin dan Vout. Terlihat beda fasenya sesuai dengan teori, yaitu
dengan Ym dan Yo sama, yaitu 6.
e. Differensiator Amp
Masukan gelombang sinus
Vout = 23,7 Vpp
Gambar pada osiloskop:

Teramati bahwa tegangan output berbentuk sinusoidal,


karena hasil differensial dari suatu persamaan sinusoidal akan
menghasilkan fungsi sinusoidal dengan pergeseran fase dari fungsi
semula.
Nilai amplitude tegangan output dapat dicari dengan
persamaan:

V o=RC

d (V .sin ( 2 ft ) )
=2 fRC . Vcos( 2 ft)
dt

V o pp =2 fRC .V i pp
Dari persamaan tersebut, dapat dihitung nilai tegangan
output peak to peak secara analitis, yaitu V out = 23,7

Masukan gelombang kotak (1 Vpp)

Vout = 25,8 Vpp


Gambar pada osiloskop:

Teramati bahwa hasil output berupa tegangan pulsa.


Seharusnya, jika ditinjau secara eksak, suatu tegangan kotak
(dengan nilai konstan positif selama beberapa perioda dan nilai
konstan negative selama perioda yang lain), jika diturunkan akan
bernilai nol, artinya tidak menghasilkan tegangan output.
Nyatanya, proses perubahan nilai dari nilai positif ke negative atau
sebaliknya tidak terjadi dalam sekejap atau membututhkan waktu.
Proses perubahan ini bisa didekati dengan suatu persamaan linier
dengan gradient yang sangat curam (mendekati infinite). Seperti
kita tahu, turunan dari fungsi linier adalah nilai gradiennya,
sehingga pada tegangan output akan teramati nilai tegangan yang
sangat besar dalam waktu yang singkat, sehingga muncul
gelombang pulsa seperti pada pengamatan.
Nilai tegangan besar, namun harus diingat bahwa tegangan
output dibatasi oleh nilai Vcc yang disuplai ke op amp, sehingga
nilai tegangan yang teramati tidak akan melebihi nilai 2Vcc (akibat
pemakaian dua sumber Vcc yang polaritasnya berlawanan). Analisa
ini sesuai dengan hasil eksperimen, yaitu Vout = 25,8 Vpp < 2Vcc
(28,2)

Masukan gelombang segitiga (1 Vpp)


Vout = 19,7 Vpp
Gambar pada osiloskop:

Teramati bahwa untuk tegangan input berupa gelombang


segitiga, akan teramati gelombang kotak pada terminal output
karena hasil differensial dari suatu persamaan linier akan
menghasilkan suatu konstanta. Persamaan linier dengan gradient

positif akan menghasilkan konstanta positif sedangkan persamaan


linier dengan gradient negative akan menghasilkan konstanta
negative, yang kombinasinya menghasilkan gelombang kotak
seperti teramati.
Misalkan tegangan inputnya Vi = a.t dengan a=4Vi-max/T maka
tegangan outputnya:

V o=RC

d (at)
=RCa=4 fRC V imax
dt

Didapat nilai analitis dari tegangan output Vout = 20,1 Vpp


yang cukup dekat dengan hasil pengukuran 19,7 vpp.
f.

Penguat Jumlah
V Output = 24,3 Vpp
V Input = 1,22 VPp
V1= 910m Vpp
V2 = 780m Vpp
Vn = 740m Vpp
Dengan menganalisa rangkaian, dapat teramati bahwa nilai
tegangan input 1.22 Vpp akan turun karena drop tegangan pada resistor
sehingga nilai
V2<V1, dan V3<V2. Hal ini konsisten dengan hasil
pengamatan.
Selain itu, bisa didapat juga nilai tegangan output hasil penguatan
dengan menggunakan persamaan:

V o=

Rf
(V 1+V 2 +V 3 )
r

Hasil analitis untuk tegangan output adalah Vout = 41,7 Vpp. Dapat
diamati bahwa bukan nilai ini yang teramati pada osiloskop, karena
sebagian sinyal ada yang terpotong atau terpancung. Hal ini disebabkan
oleh keterbatasan daya yang bisa disuplai oleh sumber tegangn Vcc dan
Vcc pada rangkaian. Karena itu, nilai tegangan output pun akan dibatasi
oleh nilai Vcc dan Vcc. Jika lebih, maka tegangan output akan
terpancung, dan nilai maksimalnya akan mendekati jumlah tegangan
yang disuplai ke op amp.Dapat teramati bahwa nilai tegangan output
Vout = 24,3 Vpp < 2vcc, yang sesuai dengan hasil analisa.
6. KESIMPULAN

Op-Amp
merupakan
suatu
jenis
penguat elektronika dengan
coupling arus searah yang memiliki faktor penguatan/ gain sangat besar
dengan dua masukan dan satu keluaran
Agar bisa berfungsi sebagai penguat, op amp harus dihubungkan
dengan sumber tegangan DC yang disebut Vcc. Dapat juga digunakan
dua buah sumber DC yang polaritasnya berlawanan.
Operational amplifier dapat memiliki berbagai macam kegunaan,
tergantung dengan konfigurasi bagaimana ia dihubungkan dengan
komponen-komponen di luarnya.
Op Amp ideal mempunyai beberapa karakteristik:

Impedansi output dianggap nol


Impedansi input dianggap tak berhingga
Arus yang masuk ke terminal input bernilai nol
Asumsi Op amp ideal tersebut digunakan untuk mempermudah dalam
menganalisa suatu konfigurasi rangkaian op amp.
Beberapa di antara variasi konfigurasi rangkaian op amp yang sering
digunakan:
Penguat tak membalik, berfungsi menguatkan
tegangan input tanpa membalik polaritas dari
tegangan input
Penguat Pembalik, berfungsi menguatkan tegangan
input sekaligus membalik polaritasnya
Penguat Beda, berfungsi menguatkan dua buah
tegangan input dan mengkombinasikannya menjadi
tegangan output
Integrator,
berfungsi
menghasilkan
gelombang
tegangan output yang bentuknya merupakan hasil
integral dari fungsi gelombang tegangan input
Differensiator, berfungsi menghasilkan gelombang
tegangan output yang bentuknya merupakan hasil
differensial dari fungsi gelombang tegangan input
Penguat
Jumlah,
berfungsi
untuk
menguatkan
beberapa tegangan input dan menjumlahkannya
menjadi suatu nilai tegangan output
Tegangan DC yang disuplai ke op amp menjadi batasan besar tegangan
output yang bisa dihasilkan oleh rangkaian. Jika konfigurasi rangkaian
serta besar tegangan input memungkinkan tegangan output yang lebih
besar dari tegangan yang disuplai sumber DC, maka puncak
gelombang tegangan output akan terpotong.

7. Lampiran
1. Beberapa karakteristik op amp ideal:
a. Besar penguatan tegangannya tak berhingga
b. Mempunyai impedansi input tak berhingga
c. Mempunyai impedansi output nol
d. Arus yang masuk ke terminal input bernilai nol
e. Tidak ada penurunan tegangan pada terminal output
2. Beberapa IC Op Amp yang ada di pasaran diantaranya:
a. IC 566 Function Generator
b. IC 311 Comparator
c. IC 339 Comparator
d. IC 555 Timer
3. Contoh rangkaian elektronika yang memakai Op Amp:
Op Amp Diferensial yang menggunakan cahaya sebagai mekanisme aktivasi

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTRONIKA


DASAR
UNIT : 6
Merangkai dan Menguji Op-Amp

Nama
: Naufal Idharuddin Nasiri
Nomor Mahasiswa : 13/345871/TK/40457
Hari Praktikum
: Jumat
Tanggal Praktikum : 9 Mei 2014
LABORATURIUM ELEKTRONIKA DASAR
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO DAN TEKNOLOGI INFORMASI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014

Anda mungkin juga menyukai