Anda di halaman 1dari 3

MODUL 6 OP-AMP PENGUAT PENJUMLAH DAN PENGUAT TAK MEMBALIK

Damar Putri Rizqiya (K1C020052)


Asisten : Aep Saepudin & Sahrul Iksan
Tanggal Percobaan: 30/05/2022
PAF15211P-Praktikum Elektronika Dasar II
Laboratorium Elektronika, Instrumentasi dan Geofisika – Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Unsoed

Praktikum Elektronika Dasar II acara keenam bertujuan agar praktikan dapat memahami prinsip
kerja penguat penjumlah pada Op-Amp. Kemudian agar praktikan dapat menentukan rumus untuk
penguatan serta dapat menentukan pergeseran rasa penguat tak membalik. Op-Amp atau dikenal juga
sebagai Operational Amplifier merupakan penguat dengan kinerja tinggi yang banyak digunakan dalam
sistem analog[1]. Dalam penggunaannya Op-Amp dibagi menjadi dua jenis yaitu penguat linier dan
penguat tidak linier. Penguat linier merupakan penguat yang mempertahankan bentuk sinyal masukan.
Adapun yang termasuk dalam penguat ini antara lain penguat non inverting (penguat tak membalik),
penguat inverting (penguat membalik), penjumlah diferensial dan penguat instrumentasi. Sementara
penguat tidak linier merupakan penguat yang bentuk sinyal keluarannya tidak sama dengan bentuk
sinyal masukannya. Yang termasuk ke dalam penguat tidak linier diantaranya adalah komparator,
integrator, diferensiator, pengubah bentuk gelombang dan pembangkit gelombang[2].

Setiap fungsi dari Op-Amp memiliki perbedaan. Untuk penguat membalik dengan penguat tak
membalik dapat dibedakan melalui rangkaiannya. Untuk penguat membalik, sinyal input dikenakan
pada input negatif (inverting input terminal). Sementara untuk penguat tak membalik, sinyal input
dikenakan pada input positif (non-inverting input terminal). Kemudian untuk penguat penjumlah pada
rangkaiannya memiliki banyak resistor. Adapun penguat penjumlah terbagi menjadi dua yaitu, inverting
adder amplifier di mana penguatan dan penjumlahannya memiliki keluar yang berbeda 180°. Lalu yang
kedua adalah non-inverting adder amplifier yang mana penguatan dan penjumlahannya memiliki keluaran
yang sama fasenya dengan sinyal input[3].

Pada praktikum kali ini dibutuhkan alat dan bahan antara lain ialah CRO, generator isyarat, kit
praktikum Op-Amp, IC Op-Amp 741, dua buah baterai 9V dan resistor dengan nilai 100kΩ; 10kΩ; 2,2kΩ;
1kΩ (3 buah); 680Ω. Dalam acara keenam akan dilkukan dua percobaan yaitu percobaan penguat
penjumlah dan percobaan penguat tak membalik. Langkah kerja pertama untuk percobaan penguat
penjumlah adalah membuat rangkaian pada kit penguat Op-Amp. Kemudian hubungkan bagian
masukan rangkaian dengan generator isyarat. Lalu atur generator isyarat agar menghasilkan gelombang
sinus dengan frekuensi 1kHz dan tegangan 2 Vpp. Selanjutnya atur potensiometer (VR1) agar
menghasilkan V1 sebesar 200 mVpp dan potensiometer (VR2) agar menghasilan V2 sebesar 300 mVpp.
Kemudian ukur tegangan keluaran (VO) dari Op-Amp. Lakukan pengulangan pada langkah keempat
sampai keenam dengan mengganti R3 menggunakan resistor bernilai 2,2kΩ dan 10kΩ.

Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada percobaan penguat tak membalik ialah membuat
rangkaian pada kit praktikum Op-Amp. Kemudian hubungkan bagian masukan rangkaian dengan
generator isyarat. Lalu atur generator isyarat agar menghasilkan gelombang sinus dengan frekuensi 1
kHz dan tegangan 100 mVpp. Selanjutnya ukur tegangan keluaran (VO) dari Op-Amp. Kemudian
lakukan pengulangan pengukuran tegangan keluaran dengan memvariasikan R3 dengan resistor bernilai
10kΩ dan 100kΩ. Setelahnya ukur pergeseran fase antara sinyal masukan dan keluaran, dengan cara
menghubungkan kanal Y CRO dengan bagian keluaran penguat (VO), lalu menghubungkan kanal X CRO
dengan bagian masukan penguat (Vi), kemudian perhatikan sinyal yang tampak di layar CRO, serta
tentukan pergeseran fasenya.

Laporan Praktikum – Laboratorium Elektronika, Instrumentasi dan Geofisika – FMIPA Unsoed 1


Berdasarkan percobaan yang telah didapatkan beberapa data. Data pertama merupakan data
hasil pengukuran dan perhitungan penguat penjumlah. Pada percobaan tersebut dilakukan variasi untuk
nilai R3, di mana resistor yang digunakan bernilai 1KΩ; 2,2KΩ; dan 10KΩ, sehingga menghasilkan
pemguatan sebesar 4 kali, 1,7 kali, dan 5,8 kali dengan komponen lain yang dapat dilihat lebih lengkap
pada tabel 1. Lalu pada percobaan kedua dilakukan juga variasi resistor untuk R2 dengan menggunakan
resistor bernilai 1KΩ, 10KΩ, dan 100KΩ, yang menghasilkan penguatan sebesar 1 kali, 10 kali, dan 100
kali dengan komponen lain yang dapat dilihat lebih lengkap pada tabel 2.

Dari praktikum yang telah dilakukan pula dapat diketahui perbedaan antara penguat penjumlah dan
penguat tak membalik. Keduanya dapat dibedakan melalui rangkaian dan prinsip kerjanya. Untuk
rangkaian penguat penjumlah input yang diberikan terdiri lebih dari satu, sementara untuk rangkaian tak
membalik input hanya ada satu dan dihubungkan ke terminal input non-inverting. Adapun hasil output
dari penguat penjumlah adalah sinyal ouput yang linier sesuai dengan nilai penjumlahan sinyal input dan
faktor penguatan yang ada. Sementara untuk penguat tak membalik hasil outputnya adalah sinyal output
yang dikuatkan yang memiliki rasa yang sama dengan sinyal input.

Pada rangkaian penguat penjumlah digunakan sebuah potensiometer. Potensiometer ini berfungsi
sebagai Rheostat atau resistor variabel, di mana besar nilai hambatan atau resistornya dapat diatur sesuai
dengan kebutuhan. Pada rangkaian potensiometer digunakan untuk mengatur besar tegangan keluaran.
Yang mana berdasarkan referensi, besar penguatan selalu berbanding lurus dengan nilai resistor. Akan
tetapi pada penguatan untuk penguat penjumlah sempat terjadi penurunan nilai pada resistor bernilai
2,2KΩ, hal ini dikarenakan adanya kekeliruan alat dalam percobaan. Namun untuk penguat tak
membalik hubungan antara nilai penguatan dengan nilai resistor sudah sesuai dengan referensi.
Hubungan antara resistor dengan tegangan yang dihasilkan baik untuk rangkaian penguat penjumlah
maupun penguat tak membalik dapat dilihat pada grafik 1 dan grafik 2 yang terlampir.

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan bahwa penguat penjumlah
menggunakan lebih dari satu resistor yang nantinya akan dikeluarkan sebagai sinyal output yang linier
dengan nilai penjumlahan dan faktor penguatan sinyal. Kemudian untuk penguatan tegangan sendiri
dapat dihitung dengan membagi nilai tegangan keluaran dengan nilai tegangan masukan.

DAFTAR PUSTAKA

[1] John Avison. The World of Physics (second edition). Cheltenham: Thomas Nelson and Sons Ltd, 1989.

[2] Lilith Eko Nuryanto, "Penerapan dari OP-AMP (Operational Amplifier), ORBITH, Vol. 13, No. 1, Maret
2017.

[3] M. Iqbal Nugraha. Pedoman Praktikum Rangakaian Elektronika Operational Amplifier. Bangka
Belitung: POLMANBABEL Press, 2020.

Laporan Praktikum – Laboratorium Elektronika, Instrumentasi dan Geofisika – FMIPA Unsoed 2


LAMPIRAN

Tabel 1. Data Pengukuran dan Perhitungan Penguat Penjumlah

VG Vi1 Vi2 VO A Rumus Penguatan

R3 = 1KΩ 2V 200mV 300mV 1V 4

R3 = 2,2KΩ 2V 320mV 360mV 0,6V 1,7 A= VO /((Vi1 +Vi2)/2)

R3 = 10KΩ 2V 320mV 360mV 2V 5,8

Tabel 2. Data Pengukuran dan Perhitungan Penguat Tak Membalik

VG Vi VO A Rumus Penguatan

R2 = 1KΩ 100mV 100mV 100mV 1

R2 = 10KΩ 100mV 100mV 1V 10 A= VO /Vi

R2 = 100KΩ 100mV 100mV 10V 100

Grafik 1. Hubungan Resistor dengan Tegangan pada Penguat Penjumlah

Grafik 2. Hubungan Resistor dengan Tegangan pada Pemguat Tak Membalik

Laporan Praktikum – Laboratorium Elektronika, Instrumentasi dan Geofisika – FMIPA Unsoed 3

Anda mungkin juga menyukai