Anda di halaman 1dari 11

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro STEI ITB 1

MODUL 3 PENGUAT BJT


Abram Wawi Putra (18012052)
Asisten: Yulia Sari Putri (13210118)
Tanggal Percobaan: 07/03/2014
EL2205-Praktikum Elektronika
Laboratorium Dasar Teknik Elektro - Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB

Abstrak
Pada percobaan Modul 3 Penguat BJT ini, kita akan
belajar mengenai sifat dan karakteristik BJT jika
digunakan sebagai penguat. Karakteristik BJT sebagai
penguat sangat dipengaruhi oleh konfigurasi yang digunakan
pada rangkaian penguat itu. Pada modul ini, kita akan
melihat karakter-karakter yang muncul dari common emitter,
common base, dan common collector.
Kata kunci: penguat, BJT, common emitter, common base,
common collector.
1. PENDAHULUAN
Transistor, dalam hal ini jenis transistor BJT,
memiliki salah satu fungsi yaitu sebagai penguat.
Dalam berfungsi sebagai komponen pada sistem
penguat, BJT harus berada pada mode aktif.
Dalam praktikum ini, mode aktif pada transistor
dicapai dengan memberikan bias berupa sumber
arus konstan.
Sifat transistor sebagai suatu penguat sangat
bergantung pada rangkaian, dalam hal ini
konfigurasi transistor. Pada praktikum kali ini,
praktikan akan belajar berbagai macam
konfigurasi transistor yang menghasilkan faktor-
faktor penguatan yang berbeda dan karakteristik
yang muncul dari tiap konfigurasi..
Adapun tujuan dari praktikum Modul 3 Penguat
BJT ini adalah :
Mengetahui dan mempelajari fungsi
transistor sebagai penguat
Mengetahui karakteristik penguat
berkonfigurasi Common Emitter
Mengetahui karakteristik penguat
berkonfigurasi Common Base
Mengetahui karakteristik penguat
berkonfigurasi Common Collector
Mengetahui dan mempelajari resistansi
input, resistansi output, dan faktor
penguatan dari masing-masing
konfigurasi penguat
2. STUDI PUSTAKA
2.1 TRANSISTOR BJT
Terdapat dua jenis transistor berdasarkan jenis
muatan penghantar listriknya, yaitu bipolar dan
unipolar. Bipolar Junction Transistor (BJT) terdiri
atas dua jenis tergantung susunan bahan yang
digunakan, yaitu jenis NPN dan PNP [2]. Simbol
hubungan antar arus dan tegangan dalam BJT
ditunjukkan pada gambar berikut.

Gambar 2.1-1 Transistor BJT NPN

Gambar 2.1-1 Transistor BJT NPN

2.2 PENGUAT BJT
Transistor merupakan komponen dasar untuk
sistem penguat. Untuk bekerja sebagai penguat,
transistor harus berada dalam kondisi aktif,
dengan memberikan bias pada transistor. Bias
dapat dilakukan dengan memberikan arus
konstan pada basis atau pada kolektor.

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro STEI ITB 2



Gambar 2.2 Konfigurasi Penguat BJT secara Umum

Ada 3 macam konfigurasi penguat BJT, yaitu
Common Emitter, Common Base, dan Common
Collector. Perbedaan dari konfigurasi-konfigurasi
itu terletak pada peletakan ground dan sumber
sinyalnya.
2.3 KONFIGURASI COMMON EMITTER
Konfigurasi ini memiliki resistansi input sedang,
transkonduktansi tinggi, resistansi output yang
tinggi, dan memiliki penguatan arus (AI) dan
penguatan tegangan (AV) yang tinggi.

Gambar 2.3 Konfigurasi Common Emitter

Pada konfigurasi common emitter, nilai faktor
penguatan, resistansi input, dan resistansi output
adalah :
Nilai Resistansi Input :


Nilai Resistansi Output :


Nilai Faktor Penguatan :


Jika terdapat resistor Re yang terhubung ke emitter
maka berlaku :



2.4 KONFIGURASI COMMON BASE
Konfigurasi ini memiliki resistansi input yang
kecil dan menghasilkan arus kolektor yang
hampir sama dengan arus input dengan
impedansi yang besar. Konfigurasi ini biasanya
digunakan untuk buffer.

Gambar 2.4 Konfigurasi Common Base

Pada konfigurasi common base, nilai faktor
penguatan, resistansi input, dan resistansi output
adalah :
Nilai Resistansi Input :


Nilai Resistansi Output :


Nilai Faktor Penguatan :

)
2.5 KONFIGURASI COMMON COLLECTOR
Konfigurasi ini memiliki resistansi output yang
kecil sehingga baik untuk digunakan pada beban
dengan resistansi kecil. Biasanya konfigurasi ini
digunakan pada tingkat akhir pada penguat
bertingkat.

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro STEI ITB 3



Gambar 2.4 Konfigurasi Common Collector

Pada konfigurasi common collector, nilai faktor
penguatan, resistansi input, dan resistansi output
adalah :
Nilai Resistansi Input :

( )


Nilai Resistansi Output :

)


Nilai Faktor Penguatan :





3. METODOLOGI
Komponen dan alat-alat yang digunakan pada
praktikum Modul 3 Penguat BJT ini adalah :
Sumber tegangan DC
Generator sinyal
Osiloskop
Multimeter
Breadboard
Sumber arus konstan
Transistor 2N3904
Resistor Variabel
Kabel-kabel
Langkah-langkah yang dilakukan pada percobaan
modul ini antara lain :
1. Tegangan Bias dan Parameter Penguat

Gambar 1 Rangkaian Percobaan 1



2. Common Emitter
a. Faktor Penguatan
Menyusun rangkaian seperti Gambar 1.
Gunakan nilai komponen :
Q=2N3904
R
B
=27kohm R
C
=1kohm R
e
=10ohm
C
1
=C
2
=C
3
=100mikroFarad
V
CC
=10V
Memasang resistor set pada modul current source untuk
menghasilkan arus I
C
yang diinginkan
Mengukur I
C
, I
B
, dan I
E
lalu catat, kemudian hitung
parameter-parameter rangkaian penguat lain

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro STEI ITB 4



Gambar 2a.1 Rangkaian Penguat Common Emitter

Gambar 2a.2 Rangkaian Penguat Common Emitter
(dengan Re)



b. Resistansi Input

Gambar 2b.1 Pengesetan Generator Sinyal

Membuat rangkaian seperti Gambar 2a.1
Buat sinyal sinusoidal kecil pada generator sinyal
(V
pp
=40-50mV dan f=10kHz)
Mengamati sinyal di titik X dan Z
Gunakan mode osiloskop X-Y, lalu gambar grafik
penguatannya
Naikkan ampitudo generator sinyal dan amati sampai
V
O
mengalami distorsi
Ulangi langkah diatas dengan menambahkan resistor
pada kaki emiter seperti Gambar 2a.2

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro STEI ITB 5


Gambar 2b.2 Rangkaian Pengukur Resistansi Input
Common Emitter



c. Resistansi Output

Gambar 2c Rangkaian Pengukur Resistansi Output
Common Emitter



3. Common Base
a. Faktor Penguatan

Gambar 3a Rangkaian Penguat Common Base

Lepaskan hubungan generator sinyal dan osiloskop
Atur generator sinyal sehingga V
pp
=40-50mV dan
f=10kHz seperti pada Gambar 2b.1
Menyusun rangkaian seperti Gambar 2b.2 dengan
komponen yang sama dengan penguatan
Ubah nilai R
var
dan catat nilai yang membuat V
i

menjadi 1/2 dari tegangan osiloskop sebelum
terpasang
Mengulangi percobaan dengan memasang resistor R
e
Dengan pengaturan generator sinyal yang sama,
rangkai seperti Gambar 2c
Sambungkan dengan R
var
lalu atur nilai R
var
sehingga
nilai V
o
bernilai 1/2 tegangan sebelum dipasang R
var
Ulangi percobaan dengan memasang R
e

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro STEI ITB 6




b. Resistansi Input

Gambar 3b Rangkaian Pengukur Resistansi Input
Common Base



c. Resistansi Output

Gambar 3c Rangkaian Pengukur Resistansi Output
Common Base


Membuat rangkaian seperti Gambar 3a
Buat sinyal sinusoidal kecil pada generator sinyal
(V
pp
=40-50mV dan f=10kHz)
Mengamati sinyal di titik X dan Z
Gunakan mode osiloskop X-Y, lalu gambar grafik
penguatannya
Naikkan ampitudo generator sinyal dan amati sampai
V
O
mengalami distorsi
Lepaskan hubungan generator sinyal dan osiloskop
Atur generator sinyal sehingga V
pp
=40-50mV dan
f=10kHz
Menyusun rangkaian seperti Gambar 3b dengan
komponen yang sama dengan penguatan
Ubah nilai R
var
dan catat nilai yang membuat V
i

menjadi 1/2 dari tegangan osiloskop sebelum
terpasang
Mengulangi percobaan dengan memasang resistor R
e
Dengan pengaturan generator sinyal yang sama,
rangkai seperti Gambar 3c
Sambungkan dengan R
var
lalu atur nilai R
var
sehingga
nilai V
o
bernilai 1/2 tegangan sebelum dipasang R
var
Ulangi percobaan dengan memasang R
e

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro STEI ITB 7



4. Common Collektor
a. Faktor Penguatan

Gambar 4a Rangkaian Penguat Common Collector



b. Resistansi Input

Gambar 4b Rangkaian Pengukur Resistansi Input
Common Collector



c. Resistansi Output
Membuat rangkaian seperti Gambar 4a
Buat sinyal sinusoidal kecil pada generator sinyal
(V
pp
=40-50mV dan f=10kHz)
Mengamati sinyal di titik X dan Z
Gunakan mode osiloskop X-Y, lalu gambar grafik
penguatannya
Naikkan ampitudo generator sinyal dan amati sampai
V
O
mengalami distorsi
Lepaskan hubungan generator sinyal dan osiloskop
Atur generator sinyal sehingga V
pp
=40-50mV dan
f=10kHz
Menyusun rangkaian seperti Gambar 4b dengan
komponen yang sama dengan penguatan
Ubah nilai R
var
dan catat nilai yang membuat V
i

menjadi 1/2 dari tegangan osiloskop sebelum
terpasang
Mengulangi percobaan dengan memasang resistor R
e

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro STEI ITB 8



Gambar 4c Rangkaian Pengukur Resistansi Output
Common Collector



4. HASIL DAN ANALISIS
4.1 TEGANGAN BIAS DAN PARAMETER
PENGUAT
Nilai Icurrent source = 6,82mA.
Dari nilai itu dapat diperoleh nilai resistansi yang
terpasang pada current source, yaitu :


Asumsi, Icurrent source = Ie.
Nilai arus-arus transistor yang diperoleh adalah
sebagai berikut :
Besaran Ukur Nilai
IC 7,06 mA
IB 0,04 mA
IE 7,11 mA
Rset yang digunakan dalam percobaan ini, sesuai
dengan hasil pengukuran besarnya adalah 9,927,
dari referensi Rset bernilai 10. Nilai itu tidak
berbeda secara signifikan.
Dari data arus-arus yang didapat pun, nilai IC
mendekati nilai IE. Hal itu sesuai dengan asumsi
awal bahwa IC = IE. Perbedaan kecil yang muncul
dapat terjadi karena nilai Rset yang juga
mendekati nilai referensi (tidak benar-benar tepat)
dan juga ketelitian alat ukur yang digunakan.
Dari data arus yang di dapat, dapat diperoleh data
parameter-parameter penguatan transistor, yaitu
sebagai berikut :
Parameter Formula Nilai


0,2824 A/V


176,5


625


3,516


2,94 k
Keterangan :
VT = 25 mV
VA = 20,75 V (sesuai praktikum sebelumnya)

Nilai RL = RO osiloskop, yaitu sebesar 1M. Pada
pengukuran faktor penguatan (apapun
konfigurasi penguatnya), osiloskop digunakan
untuk mengukur VO, sehingga rangkaian
mengalami beban dari RO osiloskop. Akan tetapi,
saat dipasang diterminal input, RO osiloskop tidak
begitu berpengaruh karena dipasang paralel
dengan Rin, sehingga RinRO
4.2 COMMON EMITTER
Penguat ini memiliki input di Base, output di
Collector, dan Emitter sebagai ground.
Hasil pengukuran dan perhitungan parameter-
parameter penguatan common emitter adalah :

TANPA Re
Parameter Pengukuran Perhitungan
Dengan pengaturan generator sinyal yang sama,
rangkai seperti Gambar 4c
Sambungkan dengan R
var
lalu atur nilai R
var
sehingga
nilai V
o
bernilai 1/2 tegangan sebelum dipasang R
var
Ulangi percobaan dengan memasang R
e

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro STEI ITB 9

Av -131.2 -194,9
Rin 600 610,86
Rout 800 746,2


Gambar 4.2-1 Hasil X-Y Common Emiter
FAKTOR PENGUATAN
Nilai penguatan (Av) pada penguatan emitter
menghasilkan penguatan yang cukup besar. Dari
data pengukuran dan juga perhitungan,
perbedaannya tidak terlalu jauh, sehingga dapat
dikatakan bahwa data pengukuran masih
terwakili dan cukup valid. Nilai negatif yang
muncul pada penguatan common emitter ini
membuktikan bahwa beda fasa antara VO dan VI
sebesar 180
0
.
RESISTANSI INPUT
Nilai Rs = 50 .
Nilai Rin didapat dengan menambahkan beban
Rvar yang dipasang seri dengan generator sinyal.
Nilai Rvar dicoba-coba dan diatur sampai nilai
tegangan input bernilai sama dengan setengah
nilai tegangan sumber.
Pada percobaan mencari Rin, praktikan
melakukan simulasi karena waktu tidak memadai.
Nilai yang tercantum pada tabel di atas (bagian
pengukuran) adalah nilai hasil simulasi. Dari tabel
di atas, hasil pengukuran hampir sama dengan
hasil perhitungan Dari sana juga terlihat bahwa
nilai Rin mendekati nilai

. Dari hasil data dan


perhitungan diketahui juga bahwa nilai Rin tidak
dipengaruhi oleh nilai RL.
Penguat yang baik adalah yang mempunyai nilai
Rin besar agar nilai Vi semakin mendekati nilai Vs.
RESISTANSI OUTPUT
Pada pengukuran Rout, nilai Rout diperoleh dengan
memasang Rvar pada terminal output yang paralel
dengan hambatan beban (RL). Nilai Rvar diatur
sampai menghasilkan nilai Vo setengah kali Vo
awal (tanpa ada Rvar). Jika ditinjau dari
rangkaiannya (pembagi tegangan), nilai Rvar=Ro.
Dari hasil data di atas, nilai Rvar cukup mendekati
nilai Ro.
Penguat yang baik adalah penguat dengan Ro
sekecil mungkin agar nilai VO membesar. Hal ini
dapat dilakukan dengan menurunkan RC sehingga
Ro nilainya hampir sama dengan RC.
Perubahan nilai RC dapat mengubah nilai Av.

Perbedaan yang muncul antara nilai pengukuran
dan perhitungan disebabkan adanya nilai toleransi
dan ketidakpastian dari nilai tiap komponen yang
digunakan. Selain itu ada juga faktor dari
komponen alat ukur yang ikut masuk dalam
percobaan sehingga menyebabkan hasil yang agak
berbeda.
Ketika nilai amplitudo generator sinyal dinaikkan,
maka ada suatu saat dimana Vo akan mengalami
distorsi (bagian bawah terpotong). Distorsi mulai
muncul ketika Vi = 62mVpp.

DENGAN TAMBAHAN Re
Parameter Pengukuran Perhitungan
Av -46,4 -73,91
Rin 1015 1190,65
Rout 790 746,2

Gambar 4.2-2 Hasil X-Y Common Emiter dengan Re

Karakteristik rangkaian ini masih sama dengan
rangkaian emitter, karena dasarnya memang
rangkaian emitter yang hanya ditambahkan suatu
beban tambahan.
FAKTOR PENGUATAN

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro STEI ITB 1
0


Dari data pengukuran dan juga perhitungan,
perbedaannya tidak terlalu jauh, sehingga dapat
dikatakan bahwa data pengukuran masih
terwakili dan cukup valid. Nilai negatif yang
muncul pada penguatan common emitter ini
membuktikan bahwa beda fasa antara VO dan VI
sebesar 180
0
.
Jika dibandingkan dengan common emiter tanpa
Re, nilai rangkaian dengan Re ini menghasilkan
nilai penguatan yang lebih kecil, hal itu wajar
karena beban rangkaian ditambah. Nilai Re
berbanding terbalik dengan Av.
RESISTANSI INPUT
Dengan penambahan nilai Re, nilai Rin pun
bertambah cukup banyak malah mencapai hampir
dua kali lipat.
RESISTANSI OUTPUT
Resistansi outut pun berubah dari rangkaian
common emiter awal, nilainya menjadi lebih kecil
dari rangkaian common emiter awal.

Ketika nilai amplitudo generator sinyal dinaikkan,
maka ada suatu saat dimana Vo akan mengalami
distorsi (bagian bawah terpotong) juga. Distorsi
mulai muncul ketika Vi = 93mVpp. Hal ini
menyatakan bahwa sinyal input saat distorsi lebih
tinggi dengan adanya penambahan Re.

4.3 COMMON BASE
Penguat ini memiliki input di Emitter, output di
Collector, dan Base sebagai ground.
Hasil pengukuran dan perhitungan parameter-
parameter penguatan common base adalah :
Parameter Pengukuran Perhitungan
Av 34 18,54
Rin 4 3,516
Rout 987 1000

Gambar 4.3 Hasil X-Y Common Base

FAKTOR PENGUATAN
Nilai faktor penguatan yang didapat mengalami
perbedaan. Namun perbedaan itu masih masuk ke
dalam batas toleransinya (menurut asisten).
Perbedaan itu muncul karena adanya nilai
ketidakpastian dari tiap komponen-komponen.
Dibandingkan dengan nilai penguatan common
emiter, nilai penguatan common base ini lebih
kecil. Penguat common base juga bernilai positif/
non-inverting.
Penguat tipe ini memiliki kelemahan yaitu ketika
dipakai sebagai penguat tegangan, nilai Rin rendah
sedangkan Ro tinggi. Akan tetapi, rangkaian ini
akan berguna untuk membuat penguatan arus
sebesar 1 (buffer).
RESISTANSI INPUT
Pada percobaan mencari Rin, praktikan melakukan
simulasi karena waktu tidak memadai. Nilai yang
tercantum pada tabel di atas (bagian pengukuran)
adalah nilai hasil simulasi. Dari tabel di atas, hasil
pengukuran hampir sama dengan hasil
perhitungan. Dari sana juga terlihat bahwa nilai
Rin mendekati nilai

.
RESISTANSI OUTPUT
Pada percobaan mencari Rout, praktikan
melakukan simulasi karena waktu tidak memadai.
Nilai yang tercantum pada tabel di atas (bagian
pengukuran) adalah nilai hasil simulasi. Dari tabel
di atas, hasil pengukuran hampir sama dengan
hasil perhitungan. Dari sana juga terlihat bahwa
nilai Rout mendekati nilai

.

4.4 COMMON COLLECTOR
Penguat ini memiliki input di Base, output di
Emitter, dan Collector sebagai ground.

Laporan Praktikum - Laboratorium Dasar Teknik Elektro STEI ITB 11



Hasil pengukuran dan perhitungan parameter-
parameter penguatan common kolektor adalah :
Parameter Pengukuran Perhitungan
Av 1,07 0,5
Rin 28 27,16
Rout 2 0,99

Gambar 4.4 Hasil X-Y Common Collector

FAKTOR PENGUATAN
Nilai penguatan yang didapat cukup mirip antara
perhitungan dan pengukuran. Terlihat pada tabel
bahwa penguatan tegangan mendekati 1.
RESISTANSI INPUT
Pada percobaan mencari Rin, praktikan melakukan
simulasi karena waktu tidak memadai. Nilai yang
tercantum pada tabel di atas (bagian pengukuran)
adalah nilai hasil simulasi. Dari tabel di atas, hasil
pengukuran hampir sama dengan hasil
perhitungan. Nilai Rin yang didapat sangat besar.
RESISTANSI OUTPUT
Pada percobaan mencari Rout, praktikan
melakukan simulasi karena waktu tidak memadai.
Nilai yang tercantum pada tabel di atas (bagian
pengukuran) adalah nilai hasil simulasi. Dari tabel
di atas, hasil pengukuran hampir sama dengan
hasil perhitungan. Nilai Rout kecil jika
dibandingkan dengan Rin.

Dengan karakteristik common kolektor seperti di
atas, rangkaian penguat ini sangat cocok
digunakan sebagai buffer tegangan.

5. KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini
adalah :
Dalam mode aktif, transistor, khususnya
BJT, dapat digunakan sebagai penguat.
Transistor sebagai penguat memiliki
karakteristik penguatan yang berbeda-
beda tergantung dari konfigurasi
transistor yang digunakan.
Secara umum, penguat yang baik memilik
nilai penguatan (Av) tinggi, Rin tinggi, dan
Ro rendah.
Konfigurasi Common Emitter memiliki
nilai penguatan paling tinggi dari
konfigurasi yang lain, hanya saja
bentuknya inverting
Konfigurasi Common Collector memiliki
nilai penguatan sama dengan 1, dan dapat
digunakan sebagai buffer tegangan.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Mervin T. Hutabarat, Praktikum Elektronika,
ITB, Bandung, 2014.
[2] Adel S. Sedra dan Kennet C. Smith,
Microelectronic Circuits, Oxford University Press,
USA, 1997.

Anda mungkin juga menyukai