TBE
Apa itu superkonduktor? Berdasarkan bahasa, ”konduktor” artinya suatu bahan yang dapat
menghantarkan listrik (conduct = hantar), dan ”super” artinya luar biasa. Sehingga superkonduktor itu
adalah suatu bahan yang bisa menghantarkan listrik dengan sangat hebat dan memiliki tahanan listrik
nol.
Superkonduktor adalah suatu material yang tidak memiliki hambatan dibawah suatu nilai suhu
tertentu. Suatu superkonduktor dapat saja berupa suatu konduktor, semikonduktor ataupun suatu
insulator pada keadaan ruang. Suhu dimana terjadi perubahan sifat konduktivitas menjadi
superkonduktor disebut dengan temperatur kritis (Tc).
Jika tahanan listrik ini nol maka arus yang dialirkan tidak akan kehilangan energi, dengan kata lain
efisiensi arus menjadi sangat tinggi. Hal tersebut dapat terjadi jika temperatur bahan tersebut berada
di bawah temperatur kritis (Tc).
Suhu Kritis
• Perubahan watak bahan dari keadaan normal ke keadaan superkonduktor dapat
dianalogikan misalnya dengan perubahan fase air dari keadaan cair ke keadaan
padat. Perubahan watak seperti ini sama-sama mempunyai suatu suhu transisis,
pada transisi superkonduktor suhu ini disebut sebagai suhu kritik Tc, pada transisi
fase ada yang disebut titik didih (dari fase cair ke gas) dan titik beku (dari fase cair
ke padat). Pada transisi feromagnetik suhu transisinya disebut suhu Curie. Besaran
fisis yang berkaitan dengan transisi superkonduktor adalah resistivitas bahan, mari
kita lihat grafik resistivitas sebagai fungsi suhu mutlak pada gambar berikut.
• Pada suhu T > Tc bahan dikatakan berada dalam keadaan normal, ia memiliki
resistansi listrik. Transisi ke keadaan normal ini bukan selalu berarti menjadi
konduktor biasa yang baik, pada umumnya malah menjadi penghantar yang jelek,
bahkan ada yang ekstrim menjadi isolator! Untuk suhu T < Tc bahan berada dalam
keadaan superkonduktor. Di dalam eksperimen, pengukuran resistivitasnya
dilakukan dengan menginduksi suatu sampel bahan berbentuk cincin, ternyata arus
listrik yang terjadi dapat bertahan sampai
Perkembangan Bahan Superkonduktor
Bahan logam tersusun dari kisi-kisi dan basis serta elektron bebas. Ketika
medan listrik diberikan pada bahan, elektron akan mendapat percepatan.
Medan listrik akan menghamburkan elektron ke segala arah dan menumbu
k atom-atom pada kisi. Hal ini menyebabkan adanya hambatan listrik pada
logam konduktor. Pada bahan superkonduktor terjadi juga interaksi antara
elektron dengan inti atom. Namun elektron dapat melewati inti tanpa meng
alami hambatan dari atom kisi. Pada superkonduktor elektron membentuk
pasangan Cooper (Cooper pair) dalam satu keadaan kuantum pada tingkat
energi terendah. Proses ini dikenal sebagai Kondensasi Bose-Einstein. Alir
anCooper pair ini bergerak sebagai satu entitas. Untuk mengeluarkan satu
Cooper pair dari aliran ini, elektron harus didorong ke energi quantum state
yang lebih tinggi. Sementara, tabrakan dengan ion logam tidak melibatkan
cukup energi untuk melakukannya. Oleh karena itu, arus listrik dapat meng
alir tanpa kehilangan energi.
Sifat dan karakteristik bahan superkonduktor
2. Sifat Kemagnetan
Superkonduktor tipe II akan menolak medan magnet yang diberikan. Namun perubahan si
fat kemagnetan tidak tiba-tiba tetapi secara bertahap. Pada suhu kritis, maka bahan akan
kembali ke keadaan semula. Superkonduktor Tipe II memiliki suhu kritis yang lebih tinggi
dari superkonduktor tipe I. Kelompok superkonduktor tipe II, biasanya berupa kombinasi u
nsur molybdenum (Mo), niobium (Nb), timah (Sn), vanadium (V), germanium(Ge), indium (
In) atau galium (Ga). Sebagian merupakan senyawa, sebagian lagi merupakan larutan pa
datan.
Perkembangan penemuan bahan superkonduktor
Dalam beberapa tahun terakhir para ilmuwan telah menemukan berbagai macam bahan yang dapat m
enjadi superkonduktor. Bahan-bahan tersebut antara lain:
a. Mercury (1911): Superkonduktor pertama ditemukan oleh Heike Kamerlingh Onnes. Ia menggunakan
helium cair untuk mendinginkan mercury di bawah suhu transisi superkonduktor yaitu 4,2 Kelvin.
b. Niobium Alloy (1941): Penggunaan superkonduktor dalam industri terjadi setelah tahun 1961. Saat i
tu, para ilmuwan menemukan bahwa niobium tin (Nb3Sn), yang menjadi superkonduktor pada suhu 18,
3 Kelvin, dapat membawa arus yang tinggi dan tahan terhadap medan magnet besar.
c. Niobium germanium (1971): Bahan ini (Nb3Ge) memegang rekor temperatur transisi tertinggi an ta
ra tahun 1971 hingga tahun 1986.
d. Heavy Fermion (1979): Superkonduktor Heavy Fermion seperti uranium platina (UPt3) sangat luar b
iasa karena memiliki secara efektif memiliki electron ratusan kali massa biasa mereka. Teori konvension
al tidak dapat menjelaskan sifat superconductivity materi ini.
Perkembangan penemuan bahan superkonduktor
e. Cuprates (1986): Cuprates merupakan superkonduktor suhu tinggi yang pertama. Bahan-bahan k
eramik ini dapat didinginkan dengan nitrogen cair, yang mendidih pada suhu 77 Kelvin.
f. Fullerenes (1991): Solid kristal terbuat dari buckyballs (C60) yang menjadi superkonduktor ketika
didoping dengan atom logam alkali seperti kalium, rubidium dan cesium.
g. HgBa2Ca2Cu3O8 (1995 ): Didoping dengan talium, cuprate ini memiliki paling suhu transisi tertin
ggi pada tekanan atmosfer. Pada tekanan tinggi bahan ini menjadi superkonduktor pada suhu 164 Kelvi
n.
h. Magnesium diboride (2001): Suhu transisi yang luar biasa tinggi dari magnesium diboride merup
akan kasus luar biasa dari superkonduktor konvensional.
i. Iron pnictides (2006): Hideo Hosono merupakan penemu senyawa ini. Senyawa ini merupakan je
nis kedua superkonduktor suhu tinggi.
Pemanfaatan superkonduktor
• Kereta MagLev (Magnetic Levitation Train)
Superkonduktor dapat digunakan dalam pembuatan teknologi transportasi, seperti kereta
supercepat. Di Jepang, kereta api supercepat ini diberi nama “The Yamanashi MLX01 M
agLev Train”, dimana kereta ini dapat melayang diatas magnet superkonduktor. Dengan
melayang, maka gesekan antara roda dengan rel dapat dihilangkan dan akibatnya keret
a dapat berjalan dengan sangat cepat, sampai 343 mph (550 km/jam).
Pemanfaatan Superkonduktor