Anda di halaman 1dari 21

PROTEKSI SISTEM TENAGA LISTRIK

CRITICAL BOOK REPORT


MK. PROTEKSI SISTEM
TENAGA LISTRIK

NAMA MAHASISWA : ESTHO MANULLANG

NIM : 5163331008

DOSEN PENGAMPU : ARWANDI SINURAYA

MATA KULIAH : PROTEKI SISTEM TENAGA


LISTRIK

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2018
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat dan
karunia-Nya sehinggga kamidapat menyelesaikan penyusunan makalah ini untuk memenuhi
tugas Critical Book Report pada mata kuliah Proteksi Sistem Tenaga Listrik dalam bentuk
maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebaga salah
satua cuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca.

Harapan Kami semoga makalah ini membantu menambah ilmu pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembacanya, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun isi
makalah ini sehingga kedepanmya dapat menjadi lebih baik lagi.

Maklah ini kami akui masih banyak kekurangan kerena pengalaman yang Kami miliki
sangat kurang. Oleh Karena itu saya harapkan kepada para pembaca untuk
memberikanmasukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Medan, 18 September 2018


DAFTAR ISI
Kata Pengantar.........................................................................................................

Daftar Isi .................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................

1.1 LatarBelakang...................................................................................
1.2 Tujuan Penulisan...............................................................................
1.3 Rumusan Masalah ............................................................................
1.4 Identitas Buku ..................................................................................

BAB II Ringkasan Buku ...................................................................................

BAB III PEMBAHASAN....................................................................................

Pembahasaan isi buku ............................................................................

Kelemahan dan kekurangan ....................................................................

BAB IV Penutup

Kesimpulan

Saran

DaftarPustaka ...............
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem proteksi tenaga listrik pada umumnya terdiri dari beberapa komponen
yang di rancang untuk mengidentifikasi kondisi sistem tenaga listrik dan bekerja
berdasarkan informasi yang diperoleh dari sistem tersebut seperti arus, tegangan atau
sudut fasa antara keduanya.
Proteksi distribusi dan transmisi tenaga listrik sangat penting dalam proses
penyaluran daya dari satu tempat ke tempat yang lain. Proteksi tenaga listrik
merupakan bagian yang menjamin bahwa dalam transmisi tenaga listrik dapat
dikatakan aman

B. Tujuan Penulisan
Tujuan penyusun makalah ini yaitu
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah sistem proteksi sistem tenaga listrik
2. Agar para penyusun mendapatkan ilmu dan kompetensi yang lebih dalam hal
proteksi, terutama proteksi distribusi dan transmisi tenaga listrik
3. Agar makalah ini dapat dijadikan sumber referensi oleh para pembaca sebagai
dasar pemikiran untuk dikembangkan atau untuk dilengkapi

C. MANFAAT PENULISAN
Manfaat yang diperoleh setelah membaca makalah ini adalah pembaca
mengetahui proteksi distribusi dan transmisi tenaga listrik yang digunakan pada
umumnya, bagaimana proteksi tersebut bisa bekerja, penerapannya dibagian sebelah
mana, dan macam alat pengaman transmisi tenaga listrik.
BAB II
RINGKASAN BUKU
IDENTITAS BUKU UTAMA
1. Judul Buku : SISTEM KELISTRIKAN MOTOR
2. Penulis : DARYANTO
3. Penerbit : PT. SARANA TUTORIAL NURANI
SEJAHTERA
4. Tahun Terbit : 2011
5. Cetakan : 1
6. Kota Terbit : BANDUNG
7. ISBN : 978-602-8837-33-0
A. Bab 1 BATERAI
1. Prinsip Kerja Baterai
Baterai adalah suatu alat elektronikimia yang dapat mengubah energi kimia menjadi
energi listrik melalui reaksi kimia kelistrikan. Baterai dapat dikelompokkan menjadi sel
primer dan sel sekunder.
a. Primary Cell
Ketika pelat tembaga dan seng dicelupkan ke dalam larutan asam sulfur maka
seng itu akan melebur menjadi ion seng (Zn++) yang mempunyai muatan
listrik positif (+). Akibatnya ion hidrogen akan memberikan muatan positif (+)
ke pelat tembaga, sehingga pelat tembaga tersebut akan mempunyai muatan
positif.
b. Secondary Cell
Sel sekunder umumnya disebut sebagai storage battery, yang dapat
mengembalikan kembali fungsi baterai dengan cara pengisian kembali setrum
yang telah dikeluarkan.
Storage battery umumnya adalah lead-acid battery yang dilarutkan oleh asam
belerang dan digunakan untuk elektrolit, lead peroxide digunakan untuk pelat
positif dan pure lead digunakan untuk pelat negatif.
2. Maksud Pemakaian Baterai
Baterai dapat membuat energi listrik dan energi kimia melalui penggunaan material
pelat elektroda dan elektrolit. Hal-hal yang diperlukan sebuah baterai adalah sebagai
berikut.
 Ukurannya harus kecil, ringan, dan tahan lama
 Tahan terhadap guncangan dan mudah dikontrol
 Mempunyai kapasitas yang besar dan harganya cukup lama
3. Jenis-jenis Baterai
Baterai yang banyak dipakai pada kendaraan adalah tipe sel sekunder yang
memungkinkan untuk dapat mengeluarkan dan mengisi kembali muatan listrik.

a. Lead-Acid Battery
Jenis baterai ini terdiri atas lead peroxide sebagai pelat anoda positif (+),
discharge lead sebagai katoda negatif (-) dan larutan sebagai elektrolit.
b. Alkali Baterai (Ni-CD Battery)
Ada dua baterai alkalin yaitu Ni-Fe battery dan Ni-CD battery. Elektrolit
digunakan hanya untuk menggerakkan elektron. Bukan untuk reaksi kimia untuk
proses charging dan discharging, sehingga gravitasnya harus tidak berubah.
4. Struktur LEAD-ACID Battery
Komposisi dasar lead-acid battery ada dua macam, yaitu metal elektroda yang
mempunyai karakteristrik ionisasi dan elektrolit yang berbeda. Lead-acid battery yang
digunakan pada kendaraan, anoda yang digunakan adalah lead peroxide, discharge lead
digunakan untuk katoda dan larutan asam belerang digunakan untuk elektrolit.
a. Pelat elektroda
b. Separator
c. Kumpulan Pelat
d. Kotak Baterai
e. Cover dan Vert Plug
f. Elektrolit
5. Cara Kerja Charge dan Discharge Pada LEAD-ACID Battry
Discharge terjadi pada saat beban listrik antara (+) kutub terminal dan kutub (-)
terminal mengalirkan arus. Proses charge dan discharge pada baterai dilakukan oleh lead
peroxide dari pelat anoda, discharge lead dari pelat karoda dan larutan asam belerang.
Lead peroxide pada pelat anode diubah ke dalam bentuk air oleh kombinasi oksigen
di dalam lead peroxide dengan hidrogen dari asam belerang elektrolit.
Discharge lead pad katoda diubah ke dalam bentuk lead sulfate sama seperti anoda.
Begitu proses discharge berlangung, anoda dan katoda diubah menjadi lead sulfate dan
elektrolit akan menjadi lebih rendah dan tahanan internal pada baterai akan meningkat
sehingga arus tidak mengalir begitu waktunya habis.
a. Gravitasi Elektrolit dan Status Discharge
b. Konversi Temperature pada Berat Jenis Elektrolit
c. Cara Mengukur Berat Jenis Elektrolit
6. Elektromotif Pada LEAD-ACID Battery
Electromotive pada lead-acid baterai adalah sekitar 2.1- 2,3 V per sel dan macamnya
bergantung pada berat jenis dan temperatur elektrolit serta status discharging.
Elektromotif akan berkurang ketika temperatur elektrolitnya rendah. Alasannya adalah
karena pada saat tersebut, reaksi kimia di dalam baterai akan berlangsung secara perlahan
dan tahanan pada elektrolit akan naik.
7. Final Voltage
Tegangan terminal pada lead-acid battery akan turun sesuai dengan progres discharge
karena terminalnya akan turun secara drastis. Angka batas ini disebut dengan final
voltage atau test end voltage.
8. Kapasitas LEAD-ACID Battery
Kapasitas baterai adalah kapasitas listrik, yang dapat di-discharged sampai tegangan
terminalnya mencapai tegangan nominal final ketika baterai yang sudah diisi penuh
dipaki secara terus-menerus dengan arus tertentu.
9. Self-Discharge Pada LEAD-ACID Battery
Self-discharge adalah fenomena dimana kapasitas baterai akan berkurang dengan
sendirinya apabila baterai tersebut dibiarkan tidak dipaki dalam jangka waktu yang lama.
Material pada pelat katoda beraksi dengan belerang kemudian dikonversikan ke dalam
leaf sulfate dan menghasilkan gas hidrogen, yang terbentuk karena memang strukturnya
adalah demikian.
10. Usia LEAD-ACID Battery
Adapan penyebabnya di antaranya sebagai berikut.
 Transformasi secara permanen ke dalam lead sulfate pada elekroda karena over
discharge atau kekurangan charge
 Naiknya temperatur elektrolit karena over discharge
 Memburuknya separtor dan elektroda serata keretakan grid
B. Bab 2 STARTING SYSTEM
1. Prinsip Kerja Motor DC
Setelah dipasang conductor yang dapat berputar secara bebas di dalam bidang
magnet, terdapat kommutator untuk mensuplai sumber arus, sikat/brush yang
melakukan kontak ke commutator untuk mensuplai arus ke konduktor, sebuah gaya
dihasilkan dengan arah sesuai dengan kaidah tangan kiri Fleming.
2. Jenis Motor DC
Sesuai dengan metode penghubungannya antara armature koil dan field koil,
jenis gulungan secara series, jenis gulungan shunt, dan tipe gulungan compound
digunakan untuk motor arus langsung yang terdiri dari armature coil, field coil,
commutator dan brush.
3. Start Motor
Motor starter harus dapat menghasilkan gaya putar yang bisa tahan terhadap
gaya kompresi dari silinder mesin dan gaya gesek yang timbul dari komponen di
dalam mesin sehingga gaya putarnya harus cukup besar.
4. Struktur Dan Prinsip Kerja Start Motor
Start motor terdiri dari tiga komponen utama sesuai dengan prinsip kerjanya yaitu
sebagai berikut.
 Komponen untuk menghasilkan gaya putar
 Komponen untuk menyalurkan gaya putar ke engine fly-wheel ring gear
 Komponen penghubung agar pinion dengan flywheel ring gear bisa bertemu
melalui gerakan meluncur
5. Diagnosa Trouble Pada Starting System
a. Touble pada Starting System
Ada tiga keluhan dasar pada starting system yaitu sebagai berikut
a) Mesin tidak bisa diputar
b) Mesin bisa diputar pelan, tetapi tidak sampai bisa hidup
c) Mesin bisa diputar secara normal namun tidak sampai bisa hidup.
C. Bab 3 CHARGING SYSTEM
1. Tujuan Charging System
Ada dua macam alternator yang dipakai pada kendaraan, yaitu alternator Direct
Current dan alternator Alternating. Alternator DC mengeluarkan output penyelarasan
arus alternating yang dibuat oleh koil armature dengan menggunakan kommutator dan
brush.
2. Arus Alternatif Single Phase
a. Pembangkitan Arus Alternatif Single Phase
Alternator DC membuat arus dengan cara memutar conducting wire di dalam
medan magnet, di mana alternator AC membuat arus melalui putaran medan
magnet dengan conducting wire.
b. Hubungan antara Jumlah Putaran dan Frekuensi
Satu siklus adalah perubahan gaya elektromotive dari a ke a’ dan
frekwensinya adala banyaknya pengulangan tersebut dalam satu detik.
c. Arus AC 3-Phase
a. Tujuan pemakaian 3-phase AC
b. Generasi 3-phase AC
c. Metode penghubungan 3-phase coil
3. Direct Curreny alternator
a. Cara kerja altenator DC
Memasang dan memutar kawat konduksi di dalam medan bermagnet pada
kutub N dan S, maka gaya elektromotif akan diinduksikan di kawat induksi
berdasarkan hukum induksi elektromagnetik.
b. Jenis-jenis Alternator DC
Alternators dapat dibedakan berdasarkan metode pembakitannya. Altenator
Self-excited akan dijelakskan lebih lanjut pada penjelasan kategori shunt,
series, dan compound.
c. Struktur Alternator DC
 Armature
Armature adalah alat untuk membangkitkan arus dengan cara berputar di
dalam bidang magnet. Dibandingkan dengan armature pada start motor,
dimana arus alternator lebih kecil maka koil atau kawat yang dibuat untuk
alternator juga lebih kecil.
 Pole core dan field coil
Inti kutub yang menopang field coil di dalam yoke dipasang dengan
menggunakan screw. Inti kutub menjadi suatu elektromagnet dengan
membentuk kutub N dan kutub S pada saat arus mengalir ke dalam field
coil. Field coil adalah koil yang dililitkan di sekeliling inti kutub dan
memberikan daya magnet ke inti kutub pada saat arus mengalirinya.
 Brush
Brush alternator DC mengubah arus yang dihasilkan pada armature dengan
menghubungkan kommutator dan mengeluarkannya. Karena brush selalu
bekerja sama dengan operasi mesin dan memiliki tingkat kecepatan rotasi
yang tinggi, brush sebaiknya dibuat dari bahan carbon yang memiliki
perubahan yang bagus dan memiliki karakter wearning yang kecil
4. Alternator Regulator
Output pada alternator ditentukan oleh banyaknya gulungan armature koil,
kekuatan medan dan banyaknya garis-garis magnet per waktu. Karena itulah,
begitu putaran mesin meningkat, tegangan dan arus yang dibuat oleh alternator
juga akan naik.
D. Bab 4 SISTEM PENGAPIAN
1. Tujuan Dari Sistem Pengapian
Sistem ini terdiri dari seperangkat alat untuk membakar campuran bahan bakar
yang dikompresikan di dalam ruang pembakaran menggunakan cetusan api yang
dihasilkan dari tegangan tinggi.
2. Sistem Pengapian Dengan Menggunakan Kontrol Komputer
Sistem ini menggunakan metode dengan mendeteksi status mesin menggunakan
berbagai sensor dan input ke komputer, kemudian komputer menghitung waktu
pengapian dan mengirimkan sinyal arus primer ke power transistor untuk
menginduksikan tegangan tinggi ke ignition coil sekunder
3. Tipe HEI (HIGH ENERGY IGNITION)
a. Ignition coil
Ignition coil adalah boosting transformer yang menghasilkan arus untuk
tegangan tinggi digunakan untuk membuat lengkungan pada ignition plug.
b. Power transistor
Power transistor berperan dalam menerus arus primer, yang mengalir di dalam
ignition coil berdasarkan sinyal dari komputer. Struktur power TR adalah tipe
NPN yang terdiri dari kontrol komputer, kollektor yang dihubungkan ke
terminal (-) yang ada pada ignition coil primer dan emitter yang dihubungkan
ke ground.
c. Pola Gelombang Ignition Voltage
Pola gelombang tegangan pengapian termasuk di dalamnya adalah pola
gelombang tegangan primer dan pola tegangan sekunder.
4. Kabel Busi (HI-TENSION CORD)
Kabel tegangan tinggi yang menghubungkan terminal ignition coil ke central yang
ada pada distributor cap, dan ignition plug terminal yang ada pada distributor ke
ignition plug.
5. Spark Plug
Spark plug, dipasang di ruang pembakaran masing-masing cylinder head dan
membakar campuran udara bahan bakar di dalam silinder dengan cara
membangkitkan bunga api di antara central electrode dan electrode ground
menggunakan tegangan tinggi yang dihasilkan dari koil pengapian kedua.
6. DLI (DISTRIBUTOR LESS IGNITION)
a. Tujuan Pemakaian DLI
Untuk semua jenis pengapian termasuk tipe transistor ignition, tegangan tinggi
diinduksikan menggunakan satu ignition coil dan disuplai ke busi melalui
rotor yang dipasang distributor shaft dan kabel busi.
b. Jenis dan Karakteristik DLI
DLI dikelompokkan berdasarkan metode kontrol elektriknya, yaitu tipe
ignition coil distribution dan tipe diode distribution. Pada tipe ignition coil
distribution tegangan tinggi langsung didistribusikan dari ignition coil ke busi,
dan terdiri dari dua jenis yaitu tipe synchronous spark dan tipe individual
spark.
c. Komponen dan Cara Kerja DLI
DLI terdiri dari power transistor yang dijalankan oleh sinyal dari ECU untuk
mengontrol waktu pengapian dan ignition coil dan menginduksi tegangan
tinggi berdasarkan kerja berdasarkan kerja pemutusan pada power transistor.
IDENTITAS BUKU KEDUA
1. Judul Buku : TEKNIK TENAGA LISTRIK
2. Penulis : DR. A. ARISMUNANDAR
3. Penerbit : PT. PRADNYA PARAMITA
4. Tahun Terbit : 1975
5. Cetakan : JILID III
6. Kota Terbit : BANDUNG
A. BAB 1 UMUM
1. JENIS GARDU INDUK
a. Kelasifikasi Jenis
Gardu induk dikelasifikasi menurut jenis pasangan luar, jenis pasangan-
dalam, jenis pasangan-setengah luar, jenis bawah-tanah, jenis mobil, dan
sebagaian, sesuai dengna konstruksiya.
G.I. jenis pasangan-luar terdiri dari peralatan tegangan tinggi pasangan
luar. G.I. untuk transmisi, yang mempunyai kondensator sinkron pasangan-dalam
pada sisi terier trafo utama dan trafo pasangan-dalam, pada umumunya disebut
juga sebagai jenis pasangan luar.
b. Pemilihan Jenis
Pemilihan jenis gardu induk ditentukan oleh kondisi dari tempat dimana
gardu itu akan dibangun, dan oleh faktor ekonomi berdasarkan harga tanah.
2. Fasilitas dan Peralatan Gardu Induk
Gardu induk diperlengkapi dengan fasilitas dan peraltan yang diperlukan
sesuai dengan tujuannya, dan mempunyai fasilitas untuk operasi dan pemeliharannya,
sebagai berikut:
a. Transformator Utama
b. Alat Pengubah Fasa
c. Peralatan Penghubung
d. Panel-Hubung dan Trafo Ukur
e. Alat Pelindung
f. Peralatan Lain-lain
g. Bangunan (Gedung) Gardu Induk
B. BAB 2 SISTIM HUBUNGAN RANGKAIAN
1. Sistim Ril
Semua peralatan G.I. dihubungkan pada dan mengelilingi ril; corak dasar dari
hubungan rangkaian dalam G.I. ditentukan oleh sistim rilnya.
a. Ril Tunggal
Ril tunggal adalah sistim ril yang paling sederhana. Karena hanya
memerlukan sedikit peralatan dan ruang maka dari segi ekonomis sistim ini
sangat menguntungkan. Sistim ini dipakai untuk G.I. skala kecil yang hanya
mempunyai sedikit saluran keluar dan tidak memerlukan pindah-hubungan
sistim tenaga.
b. Ril Ganda
Ril ganda terdiri dari dua ril, tiga ril atau empat ril; kedua jenis terakhir
ini tidak lazim dipakai. Sistim ini memerlukan lebih isolator, ril, bangunan
konstruksi baja dan ruang dibandingkan dengan ril tunggal.
c. Ril Gelang
Ril gelang hanya memerlukan ruang yang kecil dan baik pemutusan
sebagian dari pelayanan dan pemeriksaan pemutus beban. Sistim ini jarang
dipakai di Jepang karena mempunyai kerugian bahwa dari segi operasi sistim
tenaga ia tidak begitu leluasa seperti sistim dua-ril; lagi pula rangkaian kontrol
dan pengamanannya menjadi lebih kompleks, dan kapasitas arus dari alat-alat
yang terpasang seri harus lebih besar.
d. Sistim Tanpa Ril
Sistim unit dengan menghilangkan ril mulai banyak dipakai karena
adanya kemajuan dalam keandalan alat-alat, meluasnya sistim transmisi
bawah tanah di kota-kota, dan penyederhanaan instalasi karena sukarnya
memperoleh tanah.
2. Kebijaksanaan dalam Pemilihan Sistim Hubungan Rangkaian
Sistim hubungan harus dipilih secara ekonomis dan rosionil, dengan
memperhatikan:
a) Kebolehjadian gangguan, seringnya dilakukan pemeriksaan dan
pembangunan untuk perluasaan kelak, termasuk antara lain, keandalan
alat-alat jenis G.I., keadaan sekitarnya, dan kecepatan kenaikan beban.
b) Sukar atau mudahnya pemutusan pelayanan, termasuk faktor-faktor
antara lain komposisi sistim tenaga, sehingga bekerja dan derajat
kepentingan G.I. itu, dan tingkatan pelayanan dalam daerah beban.
3. Sistim Hubungan Rangkaian Sisi Primer
Dalam G.I. pada umumnya rangkaian tenaga disebut sebagai rangkaian
primer, sekunder dan tersier, sesuai dengan arah aliran tenaga. Pada gardu induk
penurun tegangan urutan tegangannya adalah tegangan tinggi, tegangan menengah
dan tegangan rendah.
a. Gardu Induk Penurun Tegangan
Pada G.I. di mana dihubungkan banyak saluran transmisi dan saluran
penghubung, banyak dipakai sistim dua-ril standar. Jika saluran
transmisinya hanya berjumlah kira-kira 4 rangkaian, ril tunggal dengan
pemisah bagian sering dipakai.
b. Gardu Induk Penaik Tegangan
G.I. penarik tegangan pada umumnya dibangun bersama-sama dengan
pusat listrik. Tegangan sisi primernya umumnya sama dengan tegangan
generator.
4. Sistim Hubungan Rangkaian Sisi Sekunder
a. Gardu Induk Penurun Tegangan
Pada G.I. di mana dihubungkan banyak SUTT, yang umum dipakai di
Jepang adalah ril lengkap standar. Pemisah bagian umumnya dipakai jika
saluran transmisinya lebih banyak, kapasitas transformatornya lebih besar dan
jika saluran transmisi dari pusat listrik dihubungkan pada sisi sekunder.
b. Gardu Induk Penaik Tegangan
Hubungan sekunder pada G.I. penaik tegangan hampir serupa dengan
hubungan primer pada G.I. penurun tegangan.
5. Sistim Hubungan Rangkaian Sisi Tersier
a. Gardu Induk Penurun Tegangan
Alat pengubah fasa, transformator untuk mulai menggerakkan
kondensator putar dan transformator pemakaian sendiri dihubungkan dengan
sisi tersier. Pada umumnya saluran transmisi dan distribusi tidak dihubungkan
dengan sisi tersier.
b. Gardu Induk Penaik Tegangan
Meskipun rangkaian tersier biasanya tidak dipakai pada gardu induk
penaik tegangan, tapi ada kalanya rangkaian tersier dipakai juga, yaitu untuk
menghubungkan gardu dengan rangkaian pemakaian sendiri, saluran transmisi
atau saluran distribusi.
6. Sistim Hubungan Yang Lain
a. Sistim Hubungan Titik Netral
Tentang titik netral suatu transformator, ada berbagai sistim, antara
lain pembumian effektif, pengetanahan tidak effektif, atau tanpa pembumian,
sesuai dengan pembumian sistim tenaganya.
b. Sistim Hubungan Transformator Tegangan
Transformator tegangan dihubungkan pada ril atau saluran cabang
dengan memperhatikan sistim pengamanan dan kontrol, beban dari meter, rele
pengaman, dan sebagainya.
c. Sistim Hubungan Arrester
Arrester pada umumnya dipasang pada setiapnya transformator utama
dalam G.I. skala besar, dan dipasang pada ril dalam G.I. kecil. Karena adanya
kemajuan dalam keandalan arrester, akhir-akhir ini arrester dihubungkan
langsung dengan rangkaian utama tanpa pemisah.
C. BAB 3 PERALATAN LISTRIK
1. Transformator
a. Kebijaksanaan Pemilihan dan Karakteristik
Jika transformator 3-fasa dibandingkan dengan 3 buah transformator 3-
fasa kira-kira 80% dari berat transformator 1-fasa. Transformator 3-fasa juga
lebih menguntungkan dalam hal pondasi, pengawatan dan ruang yang
diperlukan.
b. Oto-Transformator
Transformator yang lilitan primer dan sekundernya mempunyai bagian
yang bersamaan. Ini hanya dipakai bila kedua sisi primer dan sekundernya
dihubungkan pada sistim yang ditanahkan langsung.
c. Pengubah Tap Berbeban
Ada dua cara untuk mengubah tegangan transformator ; (a) memasang
transformator dengan pengubah tap berbeban, dimana pada salah satu atau
kedua sisi lilitan transformator tadi dibuat tap dan perbandingan
transformasinya diubah oleh pengubah tap berbeban; atau dengan (b)
memasang pengatur tegangan berbeban secara seri dab terpisah dari
trasformator utama.
2. Pengubah fasa
a. Macam-Macam Alat Pengubah Fasa
Alat-alat pengubah fasa dikelasifikasikan sebagai berikut:
a) Kondensator putar
b) Kapasitor shunt
c) Reaktor shunt
Untuk kondensator putar, ada jenis sinkron dan jenis asinkron. Yang pertama,
disebut kondensator sinkron, yang umum dipakai. Dibandingkan dengan yang
pertama, yang kedua mempunyai keuntungan lebih besar antara lain, karena
dapat dimulai lebih mudah, hanya sedikit menyumbang arus hubung-singkat
dan stabilitasnya baik.
b. Kondensator Sinkron
Perbandingan kapasitas fasa terbelakang dan kapasitas fasa terdahulu
biasanya sekitar 0,5-0,8. Tetapi untuk mencegah penguatan sendiri pada waktu
percobaan pemuatan saluran transmisi yang panjang, diperlukan kondensator
sinkron dengan kapasitas fasa terbelakang yang besar dan yang mempunyai
perbandingan kapasitas 1,0.
3. Peralatan Penghubung
a. Pemutus Beban
Dalam memutuskan arus pemuat saluran transmisi yang tidak
berbeban, atau pemutusan arus kapasitor shunt, arus pemuat itu akan terputus
pada titik nolnya yang pertama sebab arus itu kecil.
b. Pemisah
Pemilihan jenis pemisah ditentukan oleh lokasi, tata bangunan luar dan
sebagainya. Pada umumnya yang sering dipakai untuk tegangan di atas 72 kV
adalah jenis pemutus tunggal mendatar, jenis pemutus tunggal tegak dan jenis
pemutus ganda mendatar.
c. Saklar Beban
Saklar beban tidak dapat memutuskan arus gangguan, tetapi dapat
memutuskan arus beban. Ini menguntungkan apabila pemutus tenaga dipasang
pada rangkaian utamanya dan pada saluran-saluran cabangnya dipasang saklar
beban.
4. Panel Kontrol dan Kotak Hubung Tertutup
a. Panel Kontrol
Jenis-jenis panel kontrol dalam gardu induk adalah panel kontrol
utama, panel rele dan panel pemakaian sendir. Pada panel instrumen terpasang
instrumen dan penunjuk gangguan; dari sini keadaan operasi dapat diawasi.
b. Lemari Hubung
Lemari hubung terbuat untuk klas 3-30 kV, dan dipakai untuk pusat
beban atau pusat daya. Karakteristiknya adalah bahwa (a) bagian yang
bertegangan tidak boleh terbuka, (b) gangguan tidak akan meluas sebab
rangkaiannya terbagi dalam satuan-satuan, (c) luas instalasi kecil dan
pemasangan, perluasan dan pemindahan instalasi itu, dan (d) keandalannya
tinggi karena pemasangannya yang sempurna di pabrik.
5. Arrester
a. Kegunaan Arrester
Arrester merupakan kunci dalam koordinasi isolasi suatu sistim tenaga
listrik, yaitu surja datang ke G.I. arrester bekerja melepaskan muatan listrik,
serta mengurangi tegangan abnormal yang akan mengenai peralatan dalam
G.I. itu.
b. Jangkauan Perlindungan oleh Arrester
Arrester mempunyai elemen katup, yang terdiri dari tahanan taklinier,
yang terpasang seri dengan elemen sela. Pada umumnya jarak sampai 50 m
dianggap masih aman, meskipun gangguan petirnya sangat dekat dengan G.I.,
asalkan ada tolenrasi 20-30% antara tingkat isolasi (BIL) dari alat yang
dilindungi dan tegangan pelepasan dari arrester.
c. Tegangan Dasar
Tegangan dasar arrester ditentukan berdasarkan tegangan sistim
maksimum yang mungkin terjadi.
D. BAB 4 ISOLASI DALAM GARDU INDUK
1. Kelasifikasi dan Besarnya Tegangan Abnormal
a. Gelombang Sambaran Petir
Sambaran langsung yang mengenai ril dan peralatan dalam G.I. adalah
yang paling hebat di antara gelombang berjalan lainnya datang ke G.I. Ia
menyebabkan tegangan lebih sangat tinggi yang tidak mungkin dapat ditahan
oleh isolasi yang ada.
Sambaran induksi dapat terjadi bila awan petir ada di atas peralatan
yang berisolasi. Awan ini menginduksikan muatan listrik dalam jumlah besar
dengan polaritas yang berlawanan dengan awan petir itu.
Sambaran dekat adalah gelombang berjalan yang datang ke G.I. dari
sambaran petir pada saluran transmisi pada titik yang jaraknya hanya beberapa
kilometer dari G.I.; besarnya dibatasi oleh tegangan lompatan dari isolator
saluran itu bila rambatannya sepanjang saluran melalui beberapa tiang.

b. Tegangan Abnormal dengan Frekwensi Rendah


Tegangan abnormal dengan frekwensi rendah ini bermacam-macam:
a) Tegangan akibat effek Ferranti
b) Tegangan yang terjadi akibat beban lepas
c) Penguatan sendiri dari generator
2. Koordinasi Isolasi
a. Banyaknya Hari Guruh
Yalah satu faktor terpenting dalam perencanaan isolasi suatu G.I.
frekwensi guruh di daerah dimana G.I. itu ada dan dilintasan yang dilalui
oleh saluran transmisinya.
b. Usaha Penanggulangan terhadap Sambaran Petir Langsung
Di antara tegangan lebih akibat petir, sambaran langsung pada ril suatu
G.I. atau pada saluran transmisi dekat kepada G.I. merupakan bahaya
terbesar terhadap isolasi G.I. itu.
c. Usaha Penanggulangan terhadap Gelombang Petir yang Datang dari
Saluran
Penanggulangan terhadap gelombang petir yang memasuki G.I. dari
saluran transmisi dilakukan dengan mengamankan peralatan terhadap
tegangan lebih itu dengan arrester dan dengan memberikan kepada
peralatan itu kekuatan isolasi terhadap tegangan impuls, yang lebih besar
dari tingkatan pengaman arrester.
3. Kekuatan Isolasi Peralatan dan Ril
a. Kelas Isolasi dan Kekuatan Isolasi dari Peralatan
Untuk tingkat kekuatan isolasi peralatan tenaga listrik, di Jepang telah
ditetapkan kelas isolasi dan tingkat dasar isolasi terhadap impuls yang harus
dispesifikasikan sebagai standar kekuatan isolasi dari kelas tadi.
b. Kekuatan Isolasi Isolator
Meskipun tegangan ketahanan impuls dari isolator umumnya
ditentukan oleh bentuknya, tapi ia juga sangat dipengaruhi oleh berbagai dari
bushingnya. Karena tegangan ketahanan frekwensi rendah ditentukan terutam
oleh jarak bocor sepanjang permukaan, pilihan yang tepat untuk jarak ini
sangat diperlukan khususnya untuk penggunaan di daerah yang tercemar.
c. Ruang Bebas Ril
Ruang bebas ril dari G.I. harus ditentukan kekuatan isolasinya terhadap
tegangan lebih frekwensi rendah, surja hubung dan surja petir sehingga selalu
tidak lebih rendah daripada peralatan dalam gardu.
BAB III

PEMBAHASAN

A. PEMBAHASAN ISI BUKU


a. Pembahasan bab 1
1. Di buku pertama membahas

a. Prinsip Kerja Baterai


Baterai adalah suatu alat elektronikimia yang dapat mengubah energi
kimia menjadi energi listrik melalui reaksi kimia kelistrikan. Baterai dapat
dikelompokkan menjadi sel primer dan sel sekunder.
b. Maksud Pemakaian Baterai
Baterai dapat membuat energi listrik dan energi kimia melalui
penggunaan material pelat elektroda dan elektrolit. Hal-hal yang diperlukan
sebuah baterai adalah sebagai berikut.
 Ukurannya harus kecil, ringan, dan tahan lama
 Tahan terhadap guncangan dan mudah dikontrol
 Mempunyai kapasitas yang besar dan harganya cukup lama
c. Jenis-jenis Baterai
Baterai yang banyak dipakai pada kendaraan adalah tipe sel sekunder
yang memungkinkan untuk dapat mengeluarkan dan mengisi kembali muatan
listrik.
a. Lead-Acid Battery
Jenis baterai ini terdiri atas lead peroxide sebagai pelat
anoda positif (+), discharge lead sebagai katoda negatif (-) dan
larutan sebagai elektrolit.
b. Alkali Baterai (Ni-CD Battery)
Ada dua baterai alkalin yaitu Ni-Fe battery dan Ni-CD
battery. Elektrolit digunakan hanya untuk menggerakkan elektron.
Bukan untuk reaksi kimia untuk proses charging dan discharging,
sehingga gravitasnya harus tidak berubah.
2. Di buku kedua membahas

a. Sistim Ril
Semua peralatan G.I. dihubungkan pada dan mengelilingi ril; corak
dasar dari hubungan rangkaian dalam G.I. ditentukan oleh sistim rilnya.
b. Sistim Hubungan Rangkaian Sisi Primer
Dalam G.I. pada umumnya rangkaian tenaga disebut sebagai rangkaian
primer, sekunder dan tersier, sesuai dengan arah aliran tenaga. Pada gardu
induk penurun tegangan urutan tegangannya adalah tegangan tinggi, tegangan
menengah dan tegangan rendah.
b. Pembahasan bab 2
1. Buku pertama membahas

Prinsip Kerja Baterai


Baterai adalah suatu alat elektronikimia yang dapat mengubah energi kimia
menjadi energi listrik melalui reaksi kimia kelistrikan. Baterai dapat
dikelompokkan menjadi sel primer dan sel sekunder.
2. Buku kedua membahas

Sistim Ril
Semua peralatan G.I. dihubungkan pada dan mengelilingi ril; corak
dasar dari hubungan rangkaian dalam G.I. ditentukan oleh sistim rilnya.
Sistim Hubungan Rangkaian Sisi Primer
Dalam G.I. pada umumnya rangkaian tenaga disebut sebagai rangkaian
primer, sekunder dan tersier, sesuai dengan arah aliran tenaga. Pada gardu
induk penurun tegangan urutan tegangannya adalah tegangan tinggi, tegangan
menengah dan tegangan rendah.
B. Kelebihan dan Kekurangan Buku
a. Kelebihan Buku
1. Buku ini sesuai dengan implementasi pendidikan kurikulum 2013 dan KTSP.
2. Membawa kemajuan-kemajuan yang pesat bagi ilmu pengetahuan
b. Kekurangan Buku
1. Buku ini terlalu rumit untuk dibaca

2. Pada buku ini kita tidak mendapatkan solusi yang jelas atas perubahan-
perubahan kurikulum setiap tahunnya.
BAB IV
PENUTUP

KESIMPULAN
Arrester merupakan kunci dalam koordinasi isolasi suatu sistim tenaga listrik,
yaitu surja datang ke G.I. arrester bekerja melepaskan muatan listrik, serta
mengurangi tegangan abnormal yang akan mengenai peralatan dalam G.I. itu.
Tegangan lebih yang berasal dari dalam sistim jarang mencapai beberapa kali
tegangan sistim itu ke tanah; maka tidaklah ekonomis jika seluruh peralatan sistim itu
diisolasikan terhadap tegangan setinggi itu.

SARAN

Untuk menghindari ataupun untuk mengurangi kerusakan peralatan-peralatan


akibat gangguan maka penting memproteksi peralatan peralatan tersebut dengan
memilih jenis rele yang sesuai deng memilih jenis rele yang sesuai dengan jenis
ganguan yang mungkin timbul

Anda mungkin juga menyukai