Anda di halaman 1dari 7

PARTIAL DISCHARGE “KORONA” PADA SISTEM TENAGA LISTRIK

Erena Rosetta Puspitaningtyas

A. Pengertian Korona
Korona adalah peluahan sebagian (partial discharge) yang terjadi pada permukaan
konduktor saluran transmisi ketika tekanan elektris yaitu intensitas medan listrik (atau
gradien potensial permukaan) melampaui kekuatan breakdown pada udara sekitar. Korona
ditandai dengan timbulnya cahaya violet, suara mendesis (hissing) dan bau ozone (O3). Bila
tegangan dinaikan terus maka cahaya akan bertambah besar dan terang, jika tegangan masih
dinaikan maka akan muncul busur api. Dalam keadaan udara lembab, korona akan
menghasilkan asam nitrogen yang menyebabkan kawat menjadi berkarat bila kehilangan
daya cukup besar.
B. Proses Terjadinya Korona
Korona terjadi karena adanya proses ionisasi di udara, yaitu adanya kehilangan elektron dari
molekul udara. Oleh karena lepasnya elektron dan ion, maka apabila disekitarnya terdapat
medan listrik, maka elektron elektron bebas itu mengalami gaya yang mempercepat
geraknya, sehingga terjadilah tabrakan dengan molekul lain. Akibatnya, ialah timbulnya ion
ion dan elekron elektron baru. Proses ini berjalan terus menerun dan jumlah elektron dan
ion bebas menjadi berlipat ganda bila gradien tegangannya cukup besar; peristiwa itu
dinakan korona.

Ionisasi udara mengakibatkan redistribusi gradien tegangan. Bila redistribusi ini sedemikian
rupa, sehingga gradien udara diantara dua kawat lebih besar dari gradien udara normal maka
terjadilah lompatan api. Bila hanya sebagian saja dari pada udara antara dua awat terionisasi,
maka korona merupakan sampul (envelope) mengelilingi kawat. Gradien tegangan seragam
yang dapat menimbulkan ionisasi komulatif di udara normal (25°C, 760 mmHg) adalah
30kV/cm.

Hilang korona (corona loss) pada sebuah kawat adalah fungsi dari gradien tegangan pada
permukaan. Oleh sebab itu, pengurangan jarak antar kawat dan tinggi terhadap tanah
meninggikan korona, sebagai fungsi dari gradien tegangan. Pada jaringan transmisi dengan
konfigurasi kawat mendatar, gradien tegangan pada permukaan fasa-tengah lebih tinggi dari
pada gradien fasa-luar, sehingga korona nya juga lebih menonjol. Hilang korona untuk
kawat yang baik, terutama disebabkan oleh hujanhal ini nyata dari data yang
menghubungkan jumlah hujan dan jumlah hilang korona pada suatu sistem. Pada tempat
tempat tertentu pada jaringan transmisi hilang korona dapat mencapai harga tertinggi dalam
keadaan hujan dan taufan.tetapi keadaan ini tidak mungkin terjadi secara simuhltan pada
seluruh bagian jaringan tersebut. Hilang korona naik secara perlahan pada suatu tegangan
lutut; sesudah itu korona naik secara cepat sekali. Untuk cuaca baik, tegangan lutut kira kira
sama degan tegangan krisis Vd. Oleh sebab itu jaringan transmisi harus diberi tegangan
kurang dari tegangan krisis ini. Dalam mengitung hilang korona bahwa tidak semua kawat
mempunyai potensial yang sama, apalagi karena tingginya terhadap tanah juga berbeda.
Oleh sebab itu perlu dihitung sepotong demi sepotong untuk menghindari dari kesalahan.

C. Jenis-Jenis Korona
1. Korona Positif (Anoda)
Ketika tegangan (misalnya, di bawah DC atau 60 Hz) diterapkan untuk waktu yang
sangat lama, hasil ionisasi akan memiliki waktu yang cukup untuk berkeliaran di celah
dan menumpuk di ruang, menyebabkan distorsi pada bidang. Untuk mempelajari
fenomena ini, kita misalkan dengan jari-jari 1 cm seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 2. Kemudian jika panjang celah kecil (kurang dari sekitar 2 cm) dan tegangan
dinaikkan secara bertahap, tidak ada ionisasi yang cukup besar yang terdeteksi hingga
rusak. Ketika celah semakin lebar, distribusi medan menjadi lebih tidak homogen, dan
ketika tegangan ditingkatkan, pada awalnya muncul pelepasan filamen sementara yang
sedikit bercabang. Pelepasan ini telah terbukti identik dengan yang diamati di bawah
tegangan impuls dan juga disebut streamer. Ilustrasi dari formasi cabang-cabang
streamer di bawah tegangan impuls dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1.
Ketika tegangan meningkat lebih tinggi, streamer menjadi lebih sering sampai aktivitas
transient berhenti, pelepasan menjadi pelepasan sendiri dan cahaya yang stabil muncul
dekat dengan anoda. Cahaya ini menimbulkan arus terus menerus, tetapi berfluktuasi.
Peningkatan tegangan lebih lanjut meningkatkan luminositas cahaya baik di area
maupun intensitasnya. Perlu dicatat bahwa korona cahaya meningkat hanya di hadapan
ion negatif. Pada peningkatan tegangan lebih tinggi, streamer baru dan lebih kuat
muncul yang pada akhirnya menyebabkan kerusakan total pada celah.
Tegangan mula dari berbagai mode peluahan yang diamati seiring dengan
bertambahnya panjang celah diilustrasikan pada Gambar 2.

Gambar 2.
2. Korona Negatif (Katoda)
Dengan celah bidang titik polaritas negatif dalam kondisi statis di atas batas tegangan
mula, arus mengalir dalam pulsa yang sangat teratur seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 3, yang menunjukkan sifat dari satu pulsa dan keteraturan di mana pulsa
tersebut diulang. Pulsa dipelajari secara rinci oleh Trichel dan dinamai menurut
penemunya sebagai 'pulsa Trichel'. Tegangan mula tersebut tidak tergantung pada
panjang celah dan nilainya dekat dengan tertentu streamer di bawah tegangan positif
untuk pengaturan yang sama. Frekuensi pulsa meningkat sebanding dengan tegangan
mula dan tergantung pada jari-jari katoda, panjang celah dan tekanan. Hubungan antara
frekuensi pulsa dan tegangan celah untuk panjang celah yang berbeda dan titik katoda
dari jari-jari 0.75 mm di udara atmosfer ditunjukkan pada Gambar 3. Penurunan tekanan
menurunkan frekuensi pulsa Trichel. Pada Gambar 4 ditampilkan kurva tegangan mula
korona negatif yang diplot sebagai fungsi pemisahan elektroda dengan panjang jari-jari
katoda 0.75 mm.
Gambar 3. Gambar 4.

D. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Korona

Pada suatu tegangan tertentu, korona ditentukan oleh penampang kawat, konfigurasinya,
macam kawat, keadaan permukaan, dan keadaan cuaca. Hujan adalah faktor cuaca yang
sangat menentukan. Jarum es (hoarfrost) dank abut memberikan harga hilang korona tinggi
pada kawat percobaan. Salju sedikit memberikan kenaikan hilang korona. Demikian pula
degan kelembaban udara, suhu dan tekanan udara, dan medan listrik bumi dapat
mempengaruhi korona, tetapi efeknya kurang jika dibandingkan dengan hujan. Pengaruh
cuaca dinyatakan dalam persamaan berikut :

244 𝑟
𝑃𝑘 = (𝑓 + 25)√ (𝑉 − 𝑉𝑑 )2 10−5 kW/km satu kawat
𝛿 𝐷

Disini suhu yang dipakai ialah suhu kawat. Pengaruh letak jaring transmisi diatas permukaan
laut harus diperhitungkan juga karena pengaruhnya terhadap tekanan udara.

Tegangan kritis distruptif merupakan tegangan minimal yang dibutuhkan untuk terjadinya
ionisasi pertama kali dipermukaan konduktor. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Peek, kekuatan dielektrik udara maksimum pada kodisi standar dengan tekanan udara 1
atm (760 mmHg), suhu udara 250C adalah 30 kV/cm. kekuatan dielektrik udara sebanding
dengan kepadatan udara sekitar Besarnya kepadatan udara per satuan cm dapat dirumuskan:
0.392𝑏 0.386𝑏
𝛿 = (273+𝑇) atau 𝛿 = (273+𝑇) (standar Jepang)
Tegangan kritis distruptif memegang peranan penting oleh karena itu ia merupakan indicator
dari kekuatan korona. Hubungan antara tegangan distruptif dengan gradien krisis dinyatakan
oleh rumus :
2 𝐷
𝑉𝑑 = 𝑔0 𝑚0 𝑟 𝛿 3 𝓵n
𝑟
Dengan g0 = 21,1 kV/cm untuk cuaca baik dan 16.9 kV/cm untuk cuaca basah/buruk.

𝑚0 adalah faktor tak tertentu (irregularity factor). Besarnya 𝑚0 berbeda-beda untuk masing-
masing jenis kawat. 𝑚0 = 1,00 untuk kawat yang permukaannya halus, 𝑚0 = 0.93 – 0.98
untuk kawat kasar, 𝑚0 = 0.83 – 0.87 untuk kawat berlilit (stranded) 7, dan 𝑚0 = 0.80 – 0.85
untuk kawat berlilit 19, 37, dan 61.

Perbandingan korona pada cuaca buruk dan korona cuaca baik besar sekali. Bila sebuah
kawat tidak dipakai selama sehari atau lebih maka korona nya bertambah bila kawat tersebut
dipasang atau digunakan lagi. Hal ini dapat dikurangi dengan memasang kembali kawat
yang telah tidak digunakan tersebut pada saat cuaca baik.

E. Dampak Terjadinya Korona


1. Rugi Daya akibat Korona
Rugi-rugi daya pada kawat akibat korona dapat dihitung dengan rumus :

244 𝑟
𝑃𝑘 = (𝑓 + 25)√ (𝑉 − 𝑉𝑑 )2 10−5 kW/km satu kawat
𝛿 𝐷

390 𝑟
𝑃𝑘 = (𝑓 + 25)√ (𝑉 − 𝑉𝑑 )2 10−5 kW/mil satu kawat
𝛿 𝐷

Keterangan :
f = frekuensi (Hz atau cps)
r = Jari-jari kawat (cm)
D = Jarak antar kawat (cm)
V = Tegangan kawat ke netral, kV rms (VLG)
Vd = Tegangan kritis distruptif, di mana hilang-korona mulai, kV rms terhadap netral
2. Gangguan Radio
Gangguan radio (Radio interference atau disingkat RI) adalah faktor yang membatasi
pilihan penghantar untuk suatu tegangan tertentu. Gangguan radio sebagai fungsi dari
tegangan mempunyai karakteristik yang naik secara lambat sampai tegangan sedikit
kurang dari tegangan minimum di mana hilang korona dipengaruhi oleh permukaan dan
jari-jari. Di atas suatu tegangan tertentu, besarnya RI menjadi konstan ini terlalu tinggi,
sehingga bilamana RI adalah faktor yang menentukan, jaring harus direncanakan
sehingga ia beroperasi pada tegangan lebih rendah daripada tegangan di mana Ri mulai
naik dengan cepat.
3. Bising (Noise)
Noise adalah bunyi yang kontinu baik yang merata,tak teratur serta tidak nyaman
didengar oleh indera pendengaran manusia normal. Tingkat noise diukur dalam satuan dB
yang sesuai dengan satuan pendengaran manusia. Besar Noise sebanding dengan
peningkatan tegangan saluran. Noise cenderung besar ketika cuaca buruk. Pada musim
hujan, tetes air yang jatuh di permukaan konduktor menghasilkan korona yang lebih besar
sehingga terjadi noise. Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya noise yaitu
gradien tegangan permukaan konduktor, diameter konduktor, kondisi atmosfer.
Tingkat noise menurut SPLN 46-1-1981 Tentang Pedoman Pembatasan Tingkat Bising
dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tingkat Noise (dB) Kriteria Pendengaran
100 < N < 120 Menulikan
80 < N < 100 Sangat Hiruk
60 < N < 80 Kuat
40 < N < 60 Sedang
20 < N < 40 Tenang
N < 20 Sangat Tenang

F. Contoh Perhitungan Korona


Kawat tiga fasa, panjangnya 140 mil, ukuran No. 4/0 AWG tembaga berlilit, tegangan kawat
150 kV, frekuensi 60 cps, jarak antara kawat 14 kaki, rata, dengan transposisi. Misalkan
suhu 20 0C, barometer 76 cmHg; 𝑚0 = 0.83.
76
𝛿 = 3.92 × = 1.02
(273 + 20)
Menurut tabel AWG, jari-jari satu kawat adalah 0.264 inci, r = 0.671 cm.
150
𝐷 = 14 × 12 × 2.54 = 427 𝑐𝑚 ; 𝑉 = = 86.6 𝑘𝑉 terhadap netral;
√3
𝐷
𝑔0 = 21.1 𝑘𝑉 𝑝𝑒𝑟 𝑐𝑚; 𝑙𝑜𝑔10 𝑟 = 2.80; sehingga
𝑉𝑑 = 21.1 × 0.83 × 0.673 × 1.02 × 2.303 × 2.80 = 77.5 𝑘𝑉

Oleh karena konfigurasinya rata, maka kawat yang di tengah mempunyai nilai 𝑉𝑑 lebih
rendah dan kawat luar mempunyai 𝑉𝑑 yang lebih tinggi dari perhitungan di atas. Untuk jarak
norma, harga 0.96𝑉𝑑 untuk kawat tengah dan 1.06𝑉𝑑 untuk kawat luar memberikan hasil
cukup yang teliti. Jadi,rugi korona pada kawat tengah :
390(60 + 25) 0.671
𝑃𝑘2 = ×√ (86.6 − 74.2)2 10−5 = 1.98 𝑘𝑊 𝑝𝑒𝑟 𝑚𝑖𝑙.
1.02 427

Sedangkan, rugi korona pada kawat luar :

390(60 + 25) 0.671


𝑃𝑘1 = 𝑃𝑘3 = ×√ (86.6 − 81.9)2 10−5 = 0.28 𝑘𝑊 𝑝𝑒𝑟 𝑚𝑖𝑙.
1.02 427

Maka, rugi korona kawat sepanjang 140 mil adalah :

140 × (𝑃𝑘1 + 𝑃𝑘2 + 𝑃𝑘3 ) = 140 × 2.54 = 355.6 𝑘𝑊

***

Referensi :

Arismunandar, Artono. 2001. Teknik Tegangan Tinggi. Jakarta : Pradnya Paramita.

Bosco, Don. 2008. Skripsi : Analisis dan Simulasi Tegangan Awal Terbentuknya Korona
pada Model Kubikel. Depok : Universitas Indonesia.

F.W. Peek Jr. 1929. Dielectric Phenomena in High Voltage Engineering. New York : Mc
Graw-Hill Book Co.

Hutauruk, T.S. 1985. Transmisi Daya Listrik. Jakarta : Erlangga.

Kuffel, E, dkk. 2000. High Voltage Engineering Fundamentals Second Edition. Oxford :
Newnes.

Saraswati, Amalia, dkk. 2012. Perhitungan Korona, Audible Noise dan Radio Interference
pada Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi 500 KV dengan Variasi Jarak Antar
Kawat dan Jarak Antar Sirkit. Jurnal Transmisi, 14, (4), 2012, hlm. 141-149.

Anda mungkin juga menyukai