Anda di halaman 1dari 24

1.

KEGAGALAN TEMBUS PADA GAS

1.1 PENDAHULUAN

1.1.1 LATAR BELAKANG

Isolasi memiliki peranan yang sangat penting dalam sistem tenaga listrik. Isolasi
sangat diperlukan untuk memisahkan dua atau lebih penghantar listrik yang
bertegangan sehingga antara penghantar - penghantar tersebut tidak terjadi lompatan
listrik atau percikan. Bahan isolasi akan mengalami pelepasan muatan yang merupakan
bentuk kegagalan listrik apabila tegangan yang diterapkan melampaui kekuatan
isolasinya.

Kegagalan yang terjadi pada saat peralatan sedang beroperasi bisa


menyebabkan kerusakan alat sehingga kontinuitas sistem terganggu. Udara merupakan
bahan isolasi yang banyak digunakan pada peralatan tegangan tinggi misalnya arrester
sela batang yang terpasang disaluran transmisi.

Pentingnya mengetahui proses kegagalan tembus gas agar kita dapat mengambil
tindakan pencegahan kerusakan alat pada sistem tegangan tinggi. Berdasarkan uraian
diatas penulis mengambil judul “Kegagalan Tembus Gas Pada Tegangan Tinggi”.

1.1.2 RUANG LINGKUP

Makalah ini mencakup:

1. Proses-proses dasar dalam kegagalan gas


2. Mekanisme kegagalan gas
3. Perbandingan antara mekanisme townsend dan strimer
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi tegangan breakdown pada gas.

1.1.3 TUJUAN DAN MANFAAT

Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu “Mengetahui Mekanisme Kegagalan


Tembus Gas”.
1.2 TINJAUAN PUSTAKA

1.2.1 Definisi Kegagalan Tembus Gas

Tegangan tembus atau breakdown voltage adalah besarnya tegangan listrik


searah pada ujung-ujung kapasitor yang menyebabkan dielektrik kapasitor tersebut
tidak mampu lagi mengisolasi. Atau tegangan balik pada dioda yang menyebabkan
dioda tidak mampu lagi bersifat menyumbat.

Proses kegagalan dalam gas ditandai dengan adanya percikan secara tiba-tiba,
percikan ini dapat terjadi karena adanya pelepasan yang terjadi pada gas tersebut.
Kegagalan tembus gas yang disebut dengan percikan adalah peralihan dari pelepasan
tak bertahan sendiri ke berbagai jenis pelepasan yang bertahan sendiri.

1.2.2 Proses Dasar Kegagalan Tembus Gas

Proses dasar ionisasi Ion merupakan atom atau gabungan atom yang memiliki
muatan listrik, ion terbentuk apabila pada peristiwa kimia suatu atom unsur menangkap
atau melepaskan elektron. Proses terbentuknya ion dinamai dengan ionisasi. Jika
diantara dua elektroda yang dimasukkan dalam media gas diterapkan tegangan V maka
akan timbul suatu medan listrik E yang mempunyai besar dan arah tertentu yang akan
mengakibatkan elektron bebas mendapatkan energi yang cukup kuat menuju kearah
anoda sehingga dapat merangsang timbulnya proses ionisasi .

Ionisasi karena Benturan Elektron Jika gradien tegangan yang ada cukup tinggi
maka jumlah elektron yang diionisasikan akan lebih banyak dibandingkan dengan
jumlah ion yang ditangkap molekul oksigen. Tiap-tiap elektron ini kemudian akan
berjalan menuju anoda secara kontinu sambil membuat benturan-benturan yang akan
membebaskan elektron lebih banyak lagi. Ionisasi karena benturan ini merupakan
proses dasar yang penting dalam kegagalan udara atau gas.

a) Proses atau mekanisme primer, yang memungkinkan terjadinya banjiran (avalanvhe)


elektron;
b) Proses atau mekanisme sekunder, yang memungkinkan terjadinya peningkatan banjiran
elektron.

1.2.3 Mekanisme Kegagalan Gas

 Mekanisme Townsend (avalans)


Arus akan naik secara ekponensial sampai terjadi peralihan menjadi pelepasan
yang bertambambah sendiri. Peralihan ini adalah percikan dan diikuti oleh perubahan
arus yang sangat cepat dan pembilang menjadi nol,
 Mekanisme ini berlaku pada jarak sela elektroda yang kecil, atau kira-kira p.s ≤10
bar mm.
 Arus yang dihasilkan oleh peristiwa tembus hanya merupakan hasil dari proses
ionisasi. 
 Elektron mula dihasilkan oleh ionisasi eksternal (UV, sinar kosmik, thermal, emisi
medan listrik pada permukaan elektroda, dll).
 Elektron mula akan mengionisasi molekul-molekul gas sehingga menghasilkan
elektron avalans (kumpulan elektron dan ion positif). 
 Elektron avalans akan terbentuk dari katoda ke anoda sehingga menyebabkan
tembus.
 

Gambar 1

 Mekanisme Streamer 

Pada jarak sela yang lebih besar mekanisme townsend tidak bisa menjelaskan
secara jelas bahwa proses tembus gas terjadi secara cepat, sedangkan ion positif
bergerak perlahan/lambat ke katoda, dan hanya elektron yang akan bergerak cepat ke
anoda dan meningggalkan ion positif dibelakang. Untuk menjelaskan hal ini maka harus
ada mekanisme peluahan lain yang mendukung terjadinya tembus, yaitu yang disebut
mekanisme streamer/kanal.

Mekanisme townsend juga menyatakan kalau elektron avalans bersifat


menyebar dan teratur, sedangkan kenyataanya elektron avalans tidak teratur dan
bahkan berbentuk filamen-filamen.Kanal terbentuk ketika jarak sela melebihi jarak
kritis.

Gambar 2

Gambar 3

Ada dua pendapat mengenai proses pembentukan kanal antara katoda dan
anoda, yaitu menurut Loeb-Meek dan menurut Raether. 

Menurut Loeb dan Meek

Ketika avalans telah melintasi sela elektroda untuk pertama kalinya, elektron
semuanya akan berada pada anoda dan ion positif akan tertinggal dalam volum yang
membentuk suatu corong pada sela elektroda.

Medan listrik muatan ruang (ion positif) Er dan medan listrik sela E akan
menyebabkan photo ionisasi yang menghasilkan avalans sekunder. Avalan sekunder
akan menempel pada intensitas muatannya yang lebih tinggi dimana gaya listriknya
paling tinggi.

Ion positif dari avalans sekunder juga tertinggal terhadap elektronnya,


kemudian ion positif ini menambah ke avalans mula. Proses ini berlangsung terus
menerus dan akan membentuk kanal antara katoda dan anoda, sehingga
menyebabkan tembus.

Gambar 4

Menurut Loeb dan Meek

Kanal akan terbentuk ketika avalans mula mempunyai sejumlah elektron


yang dapat menghasilkan medan listrik Er (antara anoda dan avalans) yang besarnya
cukup signifikan dibanding besarnya medan listrik E.

Medan listrik total (Er + E) akan memicu terbentuknya avalans-avalans


sekunder diantara avalans mula dan anoda. Avalans ini terjadi karena photoionisasi
karena kuat medan diantara anoda dan avalans mula. 

Avalans-avalans sekunder kemudian terus bergabung dengan avalans mula


sehingga membentuk suatu kanal yang dapat menyebabkan tembus.
 Kurva Paschen 

Kurva paschen menggambarkan pengaruh tekanan dan jarak sela terhadap


besarnya tegangan tembus.

Kurva paschen terdiri dari 3 daerah, yaitu daerah vakum (ps=0 bar mm), daerah
Townsend (ps≤10 bar mm), dan daerah streamer (ps>10 bar mm).

Pada saat ps > psmin : elektron yang melintasi sela elektroda mengalami banyak
tumbukan, sedangkan semakin banyak tumbukan maka energi elektron semakin habis.
Agar ionisasi tumbukan berjalan terus maka dibutuhkan tegangan yang lebih besar. 

Pada saat ps < psmin : elektron yang melintasi sela elektroda tidak akan
mengalami tumbukan atau mengalami sedikit tumbukan. Ketika vakum maka
dibutuhkan energi (tegangan) yang besar agar terjadi tembus (memindahkan elektron
dari katoda ke anoda), dan ketika ps diperbesar (sebelum ps min) maka elektron hanya
mengalami sedikit tumbukan sehingga energi (tegangan) yang dibutuhkan juga sedikit.

          

Gambar 6

1.2.4 Perbandingan Mekanisme Towsend Dan Mekanisme Tegangan Streamer

Perbandingan antara mekanisme townsend dan mekanisme strimer di


perlihatkan pada gambar 7(a). pada gambar 7(b) terlihat mekanisme Townsend, di
mana kegagalan terjadi karena banjiran yang berturut-turut. Pada gambar 7(b) terlihat
mekanisme strimer yang mulai dari satu banjiran (i) yang berubah karena muatan
ruangnya sedniri menajdi saluran plasma tipis yang luminositasnya lemah. Tahap b (iii)
adalah percikan yang terjadi juga pada mekanisme townsend dari a (iii).

Gambar 7(a)

Gambar 7(b)

Jika setiap mekanisme di atas dianggap dapat menjelaskan kegagalan gas,


maka masalahnya adalah bagaimana menentukan mekanisme mana yang untuk kondisi
sela tertentu memberikan tegangan gagal yang lebih rendah. Karena itu, persyaratanya
adalah menentukan apakah pelipat gandaan banjiran (εad) mencapai nilai kritis untuk
perambatan strimer pada nilai E yang lebih rendah daripada yang dipersyaratkan untuk
memenuhi kriteria townsend u = γ (εad – 1) = 1, yang mengakibatkan kegagalan melalui
mekanisme yang menyangkut banjiran sekunder. Jika nc adalah angka kritis dalam jari-
jari difusi untuk perambatan strimer jika 1/γ ≥ nc. karena itu, munculnya mekanisme
tertentu tergantung pada gas (a) dan bahan katoda (γ). Karena itu pula dengan
mengubah parameter tertentu mekanisme yang satu dapat beralih ke mekanisme yang
lain. Suatu percobaan dengan udara menunjukkan berlakunya mekanisme towsend
dalam medan seragam dengan parameter pd sampai sekurangkurangnya 8.000 mm Hd-
cm. percobaan banjiran lain dengan udara pada tekanan atmosfer menunjukkan
peralihan dari mekanisme townsend ke arah mekanisme strimer terubah (modified)
dengan panjang sela antara 6 sampai 9 cm yang berkoespondensi dengan nilai pd kira-
kira 6.000 mm Hg- cm. percobaan banjiran lain lagi tidak menunjukkan peralihan
semacam itu, melainkan suatu mekanisme townsend regeneratif yang berkanjang
(persisting) pada nilai pd sekurang-kurangnya sampai 10.000 mm Hg-cm.

Mekanisme strimer banyak digunakan untuk menjelaskan kegagalan dalam


medan tak seragam yang dihasilkan oleh geometris elektroda titik- titik dan titik bidang.

1.2.5 Karakterstik Tegagangan Gagal dalam Medan Seragam

Karatersitik tegangan gagal dalam gas antara elektroda medan seragam sebagai
fungsi dari panjang sela telah banyak diselidiki dan telah dibuat ringkasannya oleh meek
dan craggs. Lengkung percobaan untu gas , H2 udara terlihat pada gambar 8.

Gambar 8

Sebagian besar percobaan tersebut dilakukan pada tekanan di bawah


tekanan atmosfer, terutama dengan tujuan untuk mempelajari mekanisme
kegagalannya dan factor-factor yang mempengaruhinya. Pada tekanan tersebut
kegagalan mengikuti secara ketat mekanisme townsend. Pada tekanan di atas
tekanan atmosfer, berlaku mekanisme strimer yang mempersyaratkan adanya
distorsi medan karena muatan ruang. Meskipun demikian, ada juga percobaan yang
menujukkan bahwa dalam sela yang bertgangan lebih kegagalan masih dapat
dijelaskan sebagai mekanisme townsend.

Pada tekanan rendah kegagalan dipengaruhi oleh bahan katoda. Pengaruh ini
jelas terlihat pada nilai pd rendah, dis ekitar tegangan gagal minimum. Contoh
lengkung untuk gas argon dengan katoda barium (Ba), magnesium (Mg) dan
aluminium (AI) terlihat pada gambar 9.

Gambar 9

Kelompok gas yang akhir-akhir ini banyak digunakan sebagai bahan isolasi
pada peralatan tegangan tinggi, terutama pada keadaan manfaat (compressed),
adalah gas elektronegatif. Senyawa (conpound) ini biasanya mempunyai berat
molekul dan kerimitan tinggi, sehingga memiliki kemampuan lebih besar untuk
benturan tak lenting (inelastic). Jenis-jenis yang terkenal adalah sulhurhexafluoride
(SF6) dan berbagai jenis gas Freon. Gas-gas ini, kecuali berat molekulnya yang tinggi,
memiliki kemmapuan untuk menarik dan menahan elektron-elektron bebas melalui
proses pelekatan (attachment). Ada dua macam pelekatan :

Langsung : XY + e → XY-

dan
Disosiatif : XY + e → X + Y

Dimana X adalah atom karbon © atau belereng (S) dan Y adalah atom halogen.
Rekasi di atas menghasilkan penangkapan electron, sehingga cenderung untuk
mencegah atau memadamkan banjiran electron. Oleh sebab itu gas-gas semacam ini
memiliki kuta elektrik yang tinggi. Di dalam kepustakaan disebutkan bahwa kuta
dielektrik gas SF6 dibanding dengan udara diukur pada tekanan atmosfer dalam sela
medan seragam berkisar antara 1,6 dan 2,62. perbedaan yang besar ini terutama
disebabkan karena perbedaan tingkat penyinaran.

1.2.6 Kegagalan Dalam Medan Tak Seragam

Dalam medan tak seragam, misalnya dalam sela titik bidang, sela bola-bidamh
atau silinder koaksial, medan yang diterapkan dan koefisien townsend pertama berubah
sepanjang sela ; daraban (multiplication) electron ditentukan oleh intergral sepanjang
lintasan. Pada tekanan rendah criteria townsend mempunyai bentuk :

Gambar 10 Gambar 11

Pada tekanan tinggi kegagalan terjadi pada tegangan yang lebih rendah bila
elektroda yang lebih kecil positif. Gambar 6.11. menunjukkan tegangan kegagalan
searah (D.C). untuk sela titik-bidang dalam udara. Sistem elektroda medan tak seragam
lainnya adalah sela batang-batang, seperti terdapat pada peralatan listrik. Karakterstik
sela batang mudah terulang (reproducible) dengan teliti, dan karena itu konfigurasi ini
sering di pakai untuk menguji peralatan tegangan tinggi dengan kondisi gelombang
terpotong.

1.2.7 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tegangan Break Down Pada Gas

a. Bentuk elektroda dan jaraknya selanya


b. Bentuk gelombang tegangan
c. Tekanan dan temperatur gas
d. Polaritas Sedangkan proses terjadinya break down ada 2 mekanisme, yaitu
teori break down menurut townsend dan teori break down menurut merk and
loeb.

1.3 PENUTUP

1.3.1 KESIMPULAN
1. Kegagalan tembus gas yang disebut dengan percikan adalah peralihan dari
pelepasan tak bertahan sendiri ke berbagai jenis pelepasan yang bertahan
sendiri.
2. Ionisasi karena benturan merupakan proses dasar yang penting dalam
kegagalan udara atau gas.
3. Mekanisme Kegagalan Gas yang paling sering terjadi ada dua yaitu Mekanisme
Townsend (avalans) dan Mekanisme Streamer. 

4. Mekanisme strimer banyak digunakan untuk menjelaskan kegagalan dalam


medan tak seragam yang dihasilkan oleh geometris elektroda titik- titik dan
titik bidang.
5. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tegangan break down pada gas.

1.3.2 SARAN
Bagi mahasiswa, makalah ini penting untuk dibaca karena jika nanti kita bekerja
di sebuah perusahaan atau pendidikan pasti akan menghadapi masalah tidak
berjalannya program kerja secara baik. Bagi dosen, makalah ini penting sebagai
bahan untuk penyampaian materi mengenai kegagalan tembus pada gas. Bagi
penulis selanjutnya diharapkan bisa membuat makalah tentang materi ini lebih baik
lagi.

2. KEGAGALAN TEMBUS PADA ZAT CAIR

2.1 PENDAHULUAN

Isolasi cair memiliki dua fungsi yaitu sebagai pemisah antara bagian yang
bertegangan dan juga sebagai pendingin  Sehingga banyak digunakan pada peralatan
seperti transformator, Pemutus Tenaga, switch gear.
Beberapa macam faktor yang diperkirakan mempengaruhi ketembusan minyak
transformator seperti luas daerah elektroda, jarak celah (gap spacing), pendinginan,
perawatan sebelum pemakaian (elektroda dan minyak ), pengaruh kekuatan dielektrik
dari minyak transformator yang diukur serta kondisi pengujian atau minyak
transformator itu sendiri juga mempengaruhi kekuatan dielektrik minyak transformator.
Ketembusan isolasi (insulation breakdown, insulation failure) disebabkan karena
beberapa hal antara lain isolasi tersebut sudah lama dipakai, berkurangnya kekuatan
dielektrik dan karena isolasi tersebut dikenakan tegangan lebih.
2.2 PEMBAHASAN

2.2.1 Mekanisme Ketembusan Isolasi Cair

Ada beberapa alasan mengapa isolasi cair digunakan, antara lain yang pertama
adalah isolasi cair memiliki kerapatan 1000 kali atau lebih dibandingkan dengan isolasi
gas, sehingga memiliki kekuatan dielektrik yang lebih tinggi menurut hukum Paschen.
Kedua isolasi cair akan mengisi celah atau ruang yang akan diisolasi dan secara serentak
melalui proses konversi menghilangkan panas yang timbul akibat rugi energi. Ketiga
isolasi cair cenderung dapat memperbaiki diri sendiri (self healing) jika terjadi pelepasan
muatan (discharge). Namun kekurangan utama isolasi cair adalah mudah
terkontaminasi.
Beberapa macam faktor yang diperkirakan mempengaruhi ketembusan minyak
transformator seperti luas daerah elektroda, jarak celah (gap spacing), pendinginan,
perawatan sebelum pemakaian (elektroda dan minyak ), pengaruh kekuatan dielektrik
dari minyak transformator yang diukur serta kondisi pengujian atau minyak
transformator itu sendiri juga mempengaruhi kekuatan dielektrik minyak transformator.
Ketembusan isolasi (insulation breakdown, insulation failure) disebabkan karena
beberapa hal antara lain isolasi tersebut sudah lama dipakai, berkurangnya kekuatan
dielektrik dan karena isolasi tersebut dikenakan tegangan lebih. Pada prinsipnya
tegangan pada isolator merupakan suatu tarikan atau tekanan (stress) yang harus
dilawan oleh gaya dalam isolator itu sendiri agar supaya isolator tidak tembus. Dalam
struktur molekul material isolasi, elektronelektron terikat erat pada molekulnya, dan
ikatan ini mengadakan perlawanan terhadap tekanan yang disebabkan oleh adanya
tegangan. Bila ikatan ini putus pada suatu tempat maka sifat isolasi pada tempat itu
hilang. Bila pada bahan isolasi tersebut diberikan tegangan akan terjadi perpindahan
elektron-elektron dari suatu molekul ke molekul lainnya sehingga timbul arus konduksi
atau arus bocor.
Karakteristik isolator akan berubah bila material tersebut kemasukan suatu
ketidakmurnian (impurity) seperti adanya arang atau kelembaban dalam isolasi yang
dapat menurunkan tegangan tembus.
2.2.2 Sifat-Sifat Listrik Cairan Isolasi

Sifat sifat listrik yang menentukan unjuk kerja cairan sebagai isolasi adalah:

1. Withstand Breakdown kemampuan untuk tidak mengalami ketembusan


dalam kondisi tekanan listrik (electric stress ) yang tinggi.
2. Kapasitansi Listrik per unit volume yang menentukan permitivitas relatifnya.
Minyak petroleum merupakan subtansi nonpolar yang efektif karena
merupakan campuran cairan hidrokarbon. Minyak ini memiliki permitivitas
kira-kira 2 atau 2.5 . Ketidak bergantungan permitivitas subtansi nonpolar
pada frekuensi membuat bahan ini lebih banyak dipakai dibandingkan
dengan bahan yang bersifat polar. Misalnya air memiliki permitivitas 78
untuk frekuensi 50 Hz, namun hanya memiliki permitivitas 5 untuk
gelombang mikro.
3. Faktor daya: Faktor dissipasi daya dari minyak dibawah tekanan bolak balik
dan tinggi akan menentukan unjuk kerjanya karena dalam kondisi berbeban
terdapat sejumlah rugi rugi dielektrik. Faktor dissipasi sebagai ukuran rugi
rugi daya merupakan parameter yang penting bagi kabel dan kapasitor.
Minyak transformator murni memiliki faktor dissipasi yang bervariasi antara
10-4 pada 20oC dan 10-3 pada 90oC pada frekuensi 50 Hz.
4. Resistivitas: Suatu cairan dapat digolongkan sebagai isolasi cair bila
resitivitasnya lebih besar dari109 W-m. Pada sistem tegangan tinggi
resistivitas yang diperlukan untuk material isolasi adalah 1016 W-m atau
lebih. (W=ohm) Berdasarkan standar yang dikeluarkan oleh ASTM yakni
dalam standar D-877 disebutkan bahwa suatu bahan isolasi harus memiliki
tegangan tembus sebesar kurang lebih 30 kV untuk lebar sela elektroda 1
mm, dengan kata lain kekuatan dielektrik bahan isolasi kurang lebih 30
kV/mm. Sedangkan menurut standar ASTM D-1816 suatu bahan isolasi harus
mampu menahan tegangan sebesar 28 kV untuk suatu lebar sela elektroda
sebesar 1,2 mm. Standar ini merupakan standar yang diterima secara
internasional dan harus dipenuhi oleh suatu bahan yang dikategorikan
sebagai suatu bahan isolasi.

2.2.3 Kegagalan Pada Isolasi Cair (Minyak)

Karakteristik pada isolasi minyak trafo akan berubah jika terjadi ketidakmurnian
di dalamnya. Hal ini akan mempercepat terjadinya proses kegagalan. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kegagalan isolasi antara lain adanya partikel padat, uap air dan
gelembung gas.

2.2.4 Mekanisme Kegagalan Isolasi Cair

Teori mengenai kegagalan dalam zat cair kurang banyak diketahui dibandingkan
dengan teori kegagalan gas atau zat padat. Hal tersebut disebabkan karena sampai saat
ini belum didapatkan teori yang dapat menjelaskan proses kegagalan dalam zat cair
yang benar-benar sesuai antara keadaan secara teoritis dengan keadaan sebenarnya.
Teori kegagalan zat isolasi cair dapat dibagi menjadi empat jenis sebagai berikut:

1. Teori Kegagalan Elektronik


Teori ini merupakan perluasan teori kegagalan dalam gas, artinya proses
kegagalan yang terjadi dalam zat cair dianggap serupa dengan yang terjadi
dalam gas. Oleh karena itu supaya terjadi kegagalan diperlukan elektron awal
yang dimasukkan kedalam zat cair. Elektron awal inilah yang akan memulai
proses kegagalan.

2. Teori Kegagalan Gelembung


Kegagalan gelembung atau kavitasi merupakan bentuk kegagalan zat cair
yang disebabkan oleh adanya gelembung-gelembung gas di dalamnya.
3. Teori Kegagalan Bola Cair
Jika suatu zat isolasi mengandung sebuah bola cair dari jenis cairan lain, maka
dapat terjadi kegagalan akibat ketakstabilan bola cair tersebut dalam medan
listrik. Medan listrik akan menyebabkan tetesan bola cair yang tertahan
didalam minyak yang memanjang searah medan dan pada medan yang kritis
tetesan inimenjadi tidak stabil. Kanal kegagalan akan menjalar dari ujung
tetesan yang memanjang sehingga menghasilkan kegagalan total.
4. Teori Kegagalan Tak Murnian Padat
Kegagalan tak murnian padat adalah jenis kegagalan yang disebabkan oleh
adanya butiran zat padat (partikel) didalam isolasi cair yang akan memulai
terjadi kegagalan.

2.2.5 Macam-Macam Isolator Cair

1) Minyak transformator
Minyak transformator adalah minyak mineral yang diperoleh dengan
pemurnian minyak mentah. Dalam pemakaiannya, minyak ini karena
pengaruh panas dari rugi-rugi di dalam transformator akan timbul
hidrokarbon.
Sebagian besar dari transformator tenaga memiliki kumparan-kumparan yang
intinya direndam dalam minyak transformator, terutama pada transformator-
transformator tenaga yang berkapasitas besar, karena minyak transformator
mempunyai sifat sebagai media pemindah panas (disirkulasi) dan juga
berfungsi pula sebagai isolasi (memiliki daya tegangan tembus tinggi)
sehingga berfungsi sebagai media pendingin dan isolasi.
Selain berasal dari minyak mineral, minyak transformator dapat pula
dibuat dari bahan organic, misalnya: minyak  trafo piranol, silikon. Sebagai
bahan isolasi, minyak transformator harus mempunyai tegangan tembus
yang tinggi.
Minyak transformator harus memenuhi persyaratan, yaitu:
• kekuatan isolasi tinggi
• penyalur panas yang baik, berat jenis yang kecil, sehingga partikel-partikel
dalam minyak dapat mengendap dengan cepat
• viskositas yang rendah, agar lebih mudah bersirkulasi dan memiliki
kemampuan pendinginan menjadi lebih baik
• titik nyala yang tinggi dan tidak mudah
• tidak merusak bahan isolasi padat
• sifat kimia yang stabil
Kegunaan minyak trafo adalah selain untuk bahan isolasi juga sebagai
media pendingin antara kumparan kawat atau inti besi dengan sirip
pendingin. Agar minyak trafo berfungsi dengan baik, kualitas minyak harus
sesuai dengan standar kebutuhan, ditunjukkan pada tabel 1.

Tabel 1. Spesifikasi Minyak Isolasi Baru.


Untuk minyak isolasi pakai berlaku untuk transformator berkapasitas > 1
MVA atau bertegangan >30 kV sifatnya seperti ditunjukkan pada Tabel 2.
Tabel 2. Spesifikasi Minyak Isolasi Pakai.
Jarak elektroda dibuat 2,5 cm, sedangkan tegangannya dapat diatur
dengan menggunakan auto transformator sehingga dapat diketahui tengan
sebelum saat terjadinya kegagalan isolasi yaitu terjadinya loncatan bunga api.
Loncatan bunga api dapat dilihat lewat lubang yang diberi kaca. Selain itu
dapat dilihat dari voltmeter tegangan tertinggi sebelum terjadinya kegagalan
isolasi (karena setelah terjadinya kegagalan isolasi voltmeter akan
menunjukkan harga nol).

2.2.6 Proses pemurnian minyak transformator


Minyak transformator dapat dikotori oleh uap air, fiber (misalnya: kertas, kayu,
tekstil), dammar dsb. Hal ini dapat mempengaruhi kemurnian minyak transformator.
Bentuk dari pengotoran dapat bermacam-macam yaitu: meleleh dan mencairnya
bahan-bahan yang digunakan di dalam transformator, partikel-partikel yang
mengendap di dasar tangki, pada belitan atau pada intinya. Dengan adanya pengotoran
maka tegangan tembus minyakakan menurun dan ini berarti mengurangi atau
menurunnya umur pemakaian minyak.
Akhir-akhir ini usaha memperlambat terjadinya penurunan tegangan tembus
minyak transformator untuk pemakaian pada transformator yang bertegangan kerja
tinggi dan dayanya besar, ruangan yang terdapat di atas permukaan minyak diisi
bdengan gas murni (biasanya nitrogen).
Cara lain untuk memperpanjang umur minyak transformator adalah dengan
mencampurkan senyawa tertentu antara lain: paraoksi diphenilamin. Senyawa tersebut
dimasukan ke dalam minyak transformtor yang telah dipanasi 80˚ hingga 85˚C.
campuran tersebut konsentrasinya dibuat 0,1% dan selanjutnya didinginkan. Minyak
transformator yang sudah diberi senyawa paraoksi dipenilamin akan berwarna
kemerah-merahan.
a) Pemanasan
Pada cara ini minyak transformator dipanasi hingga titik didih air pada
perangkat khusus yang disebut Penggodok minyak (Oil Boiler). Air yang yang
terkandung di dalam minyak akan menguap.
Cara ini dianggap sebagai cara yag paling sederhana dalam hal
pemurnian minyak transformator. Dengan cara ini bahan-bahan pencemar
padat, misalnya: fiber, jelaga: akan tetap tinggal di dalam minyak. Apabila
pemanasan tersebut mendekati titik penguapan minyak, akan menyebabkan
umur minyak berkurang. Namun hal ini dapat diiatasi dengan cara
memanaskan minyak di tempat pakem, sehingga air akan menguap pada
suhu yang relative rendah. Namun demikian pencemar selain air akan tetap
tinggal di dalam minyak.
b)  Penyaringan
Pada metode ini digunakan kertas khusus untuk menyaring minyak
yang tercemar. Untuk mempercepat waktu penyaringan, digunakan tekanan.
Air yang terkandung dalam ninyak transformator diserap dengan kertas
higriskopis. Dengan cara ini baik air maupun partikel-partikel pencemar
lainnya akan tersaring sekaligus.
Untuk menambah output mesin penyaring, minyak dipanasi 40˚
hingga 45˚C sehingga viskositas minyak menurun dan dengan demikian makin
memudahkan penyaringan.
Normalnya, minyak yang akan disaring dimasukkan ke filter atau penyaring
dengan tekanan 3 hingga 5 atmosfir. Biasanya penyaring diganti setelah
digunakan selama 4 jam, tetapi bila minyaknya sangat kotor, penggantiannya
dilakukan setiap 0,5 hingga 1 jam.
c) Pemusingan
Pencemaran minyak transformator misalnya: fiber, karbon maupun
lumpur adalah lebih besar daripada minyak transformator sehingga kotoran-
kotoran tersebut suatu saat mengendap dan mudah dipisahkan secara kasar.
Untuk mempercepat proses pemisahan, maka minyak dipanaskan 45˚ hingga
55˚ di dalam suatu tabung dan kemudian diputar atau dipusing dengan cepat.
Karena gaya  sentrifugal, maka subtansi yang lebih berat akan berada di
bagian pinggir bejana dan minyaknya sendiri yang relative lebih ringan akan
berada di tengah bejana.
Bagian utama dari pemutar adalah sebuah silinder yang memiliki
lempengan-lempengan (hingga 50 buah). Lempengan-lempengan tersebut
berputar bersama-sama dengan poros.
d) Regenerasi
Pencemaran minyak transformtor seperti yang dijelaskan
sebelumnya. Pencemaran akan lebih dapat dihilangkan dengan pemurnian
khusus yaitu regenerasi.
Cara ini mengunakan absorben untuk regenarasi minyak
transformator. Dalam praktek, cara ini banyak digunakan pembangkit-
pembangkit tenaga listrik dan gardu-gardu induk.
Absorben adalah subtansi yang siap menyerap produk yang
diakibatkan oleh pemakaian dan kelembaban pada minyak transformator.
Regenerasi dengan absorben dapat lebih baik hasilnya jika dilakukan setelah
minyak ditambah dengan H2SO4. Selanjutnya jika terjadi kelebihan asam
dapat dinetralisir dengan kalium hidroksida (KOH) dan kemudian minyaknya
dicuci dengan air yang dialirkan, ditambah dengan absorben dan kemudian
disaring.
Terdapat 2 cara untuk menambahjan absorben ke dalam minyak
transformator, yaitu:
 Minyak dipanaskan dan dicampur dengan absorben yang
dipadatkan dan kemudian disaring. Cara atau metode ini
disebut Metode Sentuhan (Contact Method).
 Minyak yang telah dipanasi dialikan melalui lapisan tipis dari
absorben yang disebut Metode Filtrasi.
Filtrasi penyerap untuk regenerasi minyak transfortor terdiri dari
sebuah silinder yang dilas dengan sebuah kawat kasa di dasarnya, di sini
penyerap dimasukkan ke dalam minyak kemudian dialirkan melalui kawat
kasa tersebut.
Lama kelamaan kawat kasa akan tersumbat partikel-partikel halus dari
absorben. Untuk membersihkan absorben yang tersaring dan sisa-sisa
minyak, silinder dapat dibalikkan atau diputar 180˚.
Instalasi ini akan lebih efisien jika 10% sampai 20% absorben dibuang
dari dasar absorber dan ditambahkan absorben baru.
Dapat digunakan 2 absorber yang dikopel secara seri sehingga minyak
mengalir pada awal melalui absorber yang mash baru, kemudian minyak
dialirkan ke absorber yang berikutnya.
Absorber yang digunakan untuk regenerasi kebanyakan produk
buatan misalnya: silikagel, alumina atau tanah liat khusus.

2.2.7 Perbandingan Tegangan Tembus Media Isolasi Minyak Baru dan Minyak Bekas

Tegangan tembus pada isolasi minyak baru lebih besar dibandingkan dengan
isolasi minyak bekas. Hal ini disebabkan karena pada minyak bekas terdapat kandungan
partikel-partikel dan uap air yang menyebabkan ketidakmurnian pada minyak.
Apabila jumlah partikel yang melayang pada minyak sangat banyak, partikel-
partikel tersebut akan  embentuk semacam jembatan yang menghubungkan kedua
elektroda sehingga mengakibatkan terjadinya peristiwa kegagalan. Namun bila hanya
terdapat sebuah partikel, partikel tersebut akan membuat perluasan area medan (local
field enhancement) yang luasnya ditentukan oleh bentuk partikel itu sendiri. Jika
perluasan area medan ini melebihi ketahanan benda cair, maka terjadilah peristiwa
kegagalan setempat (local breakdown) yaitu terjadi di dekat partikel-partikel asing
tersebut. Hal ini akan membuat terbentuknya gelembung-gelembung gas yang pada
akhirnya juga menyebabkan peristiwa kegagalan pada minyak tersebut.
Pada minyak bekas cenderung memiliki kadar uap air yang lebih besar daripada
minyak baru. Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa pada saat medan listrik yang
tinggi, molekul uap air yang terlarut memisah dari minyak dan terpolarisasi membentuk
suatu dipol. Jika jumlah molekul-molekul uap air benyak, maka akan terbentuk kanal
peluahan. Kanal ini akan merambat dan memanjang sampai menghasilkan tembus
listrik.
Ketidakmurnian ini sangat berpengaruh dalam kegagalan isolasi sehingga pada
minyak bekas akan lebih mudah terjadi discharge dibandingkan dengan minyak baru
karena kekuatan isolasi minyak bekas sudah tidak sebagus minyak baru.

 Minyak Sintetis
Isolasi cairan sintetis yang banyak digunakan adalah cairan yang berisi
Chloor (hidrokarbon seperti difenil C10 H12) dimana 3 sampai 5 atom
hydrogen diganti dengan atom Chloor. Bahan-bahan ini di antaranya
adalah: Sovol, Askarel, Araclor, Pyralen, Shibanol.
 Sovol
Sovol adalah cairan yang agak kental, tidak berwarna. Massa
jenisnya jauh lebih besar dari minyak transformator yaitu 1,5 g/cm 3.
Tegangan tembus sovol kurang lebih sama dengan minyak
transformator yaitu ± 20 kV/cm, sedangkan permitivitasnya lebih
tinggi.
Bahan sovol ditambah sedikit dengan Trichlorobenzena
(C8H3L3) untuk mengurangi kekentalannya diperoleh bahan baru
dengan nama Sovtol.
Salah satu manfaat penggunaan sovol dan sovtol adalah
karena pencampuran uapnya dengan udara tidak terbakar dan tidak
menyebabkan ledakan. Karena itu transformator yang diisi dengan
sovtol tidak mempunyai resiko kebakaran dan dapat dipasang di
dalam ruangan jika transformator minyak biasa tidak memungkinkan
dipasang.
Sovol dan sovtol tidak dapat digunakanuntuk bahan isolasi
pemutus, karena akibat adanya busur api pada waktu terjadinya
pemutusan akan menghasilkan karbon. Kekurangannya yang lian,
bahan ini adalah beracun, karena itu jika mengunakan bahan ini harus
diimbangi dengan ventilasi yang baik.
 Minyak Silikon
Bahan ini lebih mahal harga daripada minyak transformator. Tetapi
mempunyai kelebihan antara lain sudut kerugian dielektrik kecil,
higroskopisitasnya dapat diabaikan dan resistivitas panasnya relative
tinggi. Massa jenis ±1 g/cm3, permitivitas relatifnya 2,5; tan  0,OOO2
PADA 1000Hz, titik nyala tidak kurang dari 145˚C, titik beku tidak lebih
rendah dari -60˚C.

2.3 PENUTUP

2.3.1 KESIMPULAN
 Isolasi cair sangat banyak di gunakan di trafo dikarnakan isolasi cair dapat
menjangkau tempat yg sempit.
 Isolasi cair juga memiliki kemampuan untuk tidak mengalami ketembusan
dalam kondisi tekanan listrik (electric stress ) yang tinggi.
 Isolasi cair memiliki kerapatan 1000 kali atau lebih dibandingkan dengan
isolasi gas, sehingga memiliki kekuatan dielektrik yang lebih tinggi menurut
hukum Paschen.
 Isolasi cair akan mengisi celah atau ruang yang akan diisolasi dan secara
serentak melalui proses konversi menghilangkan panas yang timbul akibat
rugi energi.
 isolasi cair cenderung dapat memperbaiki diri sendiri (self healing) jika terjadi
pelepasan muatan (discharge).

Anda mungkin juga menyukai