Anda di halaman 1dari 3

Nama NIM MK Dosen

: Zikra Rufina : 1000820 : Teknik Isolasi : Hasbullah, MT

Soal : 1. Apa yang anda ketahui tentang isolasi padat? Bagaimana prinsip kerja dan berikan contoh! 2. Jelaskan perbedaan kekuatan dielektrik dengan permitivitas relatif dielektrik! 3. Ada berapa mekanisme kegagalan dielektrik pada isolasi padat dan cair? Sebutkan dan jelaskan! 4. Bagaimana prinsip kerja dari pemutus tenaga (PMT) vakum? Jelaskan bedanya dengan PMT gas SF6! Jawab : 1. Isolasi (dielektrik) padat merupakan salah satu jenis bahan isolasi yang berbentuk padat (solid) dan tersusun dari atom-atom yang saling terikat dengan pola teratur dan berulang-ulang dalam tiga dimensi, disebut kristalin. Hampir seluruh rangkaian listrik dan peralatan listrik menggunakan isolasi padat untuk mengisolir bagian-bagian pembawa arus dari bagian lainnya. Ciri-ciri bahan dielektrik padat yang baik, yaitu : Mempunyai rugi-rugi dielektrikum yang rendah, kekuatan mekanis yang tinggi, bebas dari kemungkinan pembentukan gas dan debu, tahan terhadap perubahan temperatur dan pengaruh kimia serta mempunyai kekuatan tegangan tembus yang tinggi dibandingkan dengan isolasi cair dan gas. Bahan isolasi padat tidak mempunyai elektron bebas, karena elektron-elektron terikat pada inti atom unsur yang membentuk dielektrik tersebut. Penerapan medan elektrik yang tinggi pada material dielektrik padat dapat menyebabkan gerakan pembawa muatan bebas sehingga elektron-elektron terlepas dari ikatannya, injeksi muatan dari elektroda-elektroda, penggandaan muatan, formasi ruang muatan dan disipasi energi dalam material. Oleh karena kondisi-kondisi tersebut dapat terjadi secara tunggal atau kombinasi, maka akhirnya mengacu pada material mengalami kegagalan elektris yang disebut juga breakdown (tembus listrik).Dengan kata lain, medan elektrik merupakan suatu beban bagi dielektrik yang menekan dielektrik agar berubah menjadi konduktor. Contoh dari isolasi padat, yaitu bahan yang terbuat dari kaca, porselen, mika, dan sebagainya. 2. Setiap bahan dielektrik memiliki kekuatan dielektrik tertentu, yaitu tekanan elektrik tertinggi yang dapat ditahannya dimana dielektrik tersebut tidak berubah sifat menjadi konduktif (tembus listrik). Sedangkan permitivitas relatif (konstanta dielektrik) adalah konstanta yang melambangkan rapatnya fluks elektrostatik dalam suatu bahan bila diberi potensial listrik. Konstanta dielektrik merupakan perbandingan antara permitivitas dielektrik () dengan permitivitas ruang hampa (0). Jika suatu dielektrik dengan permitivitas relatif (r) disisipkan di antara elektroda kapasitor pelat paralel yang memiliki luas A dan berjarak d, maka kapasitansi pelat paralel akan meningkat sebesar r kali. Secara matematis konstanta dielektrik suatu bahan didefinisikan sebagai berikut : s merupakan permitivitas statis dari bahan tersebut 0 adalah permitivitas vakum = 0, jadi konstanta dielektriknya adalah 1 (dalam ruang hampa / vakum) Permitivitas relatif dari sebuah medium berhubungan dengan susceptibility (kerentanan) listriknya, e melalui persamaan
1

3. Mekanisme kegagalan isolasi pada zat padat , yaitu sebagai berikut : a) kegagalan asasi (intrinsik), merupakan bentuk kegagalan yang paling sederhana. Kegagalan ini disebabkan oleh jenis dan suhu bahan, dengan mengabaikan pengaruh faktor-faktor luar seperti tekanan, bahan elektroda, ketidakmurnian, kantong-kantong udara. Kegagalan ini terjadi jika tegangan yang diterapkan pada bahan dinaikkan sehingga tekanan listriknya mencapai nilai tertentu, yaitu 106 Volt/cm dalam waktu yang sangat singkat (10-8 detik). b) kegagalan elektromekanik, disebabkan oleh perbedaan polaritas antara elektroda yang mengapit isolasi padat. Jika pada isolasi padat tersebut diberikan tegangan dengan polaritas yang berbeda, maka akan timbul tekanan (stress) listrik pada bahan tersebut yang dilanjutkan dengan timbulnya tekanan (pressure) mekanis yang terjadi akibat gaya tarik menarik F antar kedua elektroda. c) kegagalan streamer, merupakan kegagalan yang terjadi sesudah suatu banjiran (avalance). Pada zat padat yang terapit oleh elektroda bola-bidang, jika diterapkan tegangan V, maka pada medium yang berdekatan (pada gas atau udara), akan timbul tegangan. Gas yang permitivitasnya lebih rendah dari zat padat akan mengalami tekanan listrik yang besar. Akibatnya, gas atau udara tersebut akan mencapai kekuatan asasinya. Karena kegagalan tersebut maka akan jatuh sebuah muatan pada permukaan zat padat, sehingga medan yang tadinya seragam akan terganggu. Konsentrasi muatan pada ujung pelepasan ini dalam keadaan tertentu mengakibatkan timbulnya medan lokal yang cukup tinggi (sekitar 10 MV/cm). Karena medan ini lebih besar dari kekuatan intrinsik, maka akan terjadi kegagalan pada zat padat tersebut. Proses kegagalan pada zat padat ini terjadi sedikit demi sedikit sehingga akhirnya zat padat gagal seluruhnya. d) kegagalan termal, merupakan kegagalan yang terjadi jika kecepatan pembangkitan panas di suatu titik dalam bahan melebihi laju kecepatan pembuangan panas keluar. Akibatnya terjadi keadaan tidak stabil sehingga pada suatu saat bahan mengalami kegagalan. e) kegagalan erosi, disebabkan oleh keadaan zat isolasi padat yang tidak sempurna, misalnya terdapat lubang/rongga-rongga dalam bahan isolasi tersebut. Sehingga terisi gas atau cairan yang kekuatan gagalnya lebih rendah daripada di dalam zat padat. Selain itu, konstanta dielektrik di dalam rongga sering lebih rendah daripada dalam zat padat sehingga intensitas medan dalam rongga lebih besar daripada intensitas dalam zat padat. Sehingga akan terjadi tegangan kegagalan di dalam rongga tersebut, meskipun pada waktu tegangan kerja normal pada zat padat. Mekanisme kegagalan isolasi pada zat cair , yaitu sebagai berikut : a) Partikel, misalnya partikel debu atau serat selulosa. Apabila diberikan medan listrik, partikel ini akan terpolarisasi. Jika permitivitas partikel (e2) lebih besar dari permitivitas carian (e1), timbul suatu gaya pada partikel yang mengarahkannya ke daerah yang memiliki tekanan elektris maksimum diantara dua elektroda. Jika partikel tersebut lembab/basah, gaya semakin kuat karena permitivitas air tinggi. Partikel yang lain akan tertarik ke daerah yang bertekanan tinggi dan saling bertautan satu dengan lainnya karena adanya medan. Sehingga terbentuk jembatan hubung singkat antara elektroda. Arus yang mengalir sepanjang jembatan ini menghasilkan pemanasan lokal dan menyebabkan kegagalan. b) Air, medan listrik akan menyebabkan tetesan air yang tertahan didalam minyak yang memanjang searah medan dan pada medan yang kritis tetesan itu menjadi tidak stabil. Peralatan cenderung membatasi kelembaban hingga nilainya kurang dari 10 %. c) Gelembung, menyebabkan penguraian molekul-molekul cairan yang menghasilkan gas. Menyebabkan gaya elektrostatis sepanjang gelembung, medan yang ada dalam gelembung melebihi kekuatan uap sehingga membentuk jembatan pada seluruh celah yang menyebabkan terjadinya pelepasan secara sempurna.
2

4. PMT vakum (vacuum circuit breaker) , digunakan untuk memutus rangkaian bertegangan sampai 38 kV. Pada PMT vakum, kontak ditempatkan pada suatu bilik vakum.

Gambar PMT vakum

Untuk mencegah udara masuk kedalam bilik, maka bilik ini harus ditutup rapat dan kontak bergeraknya diikat ketat dengan perapat logam. Jika kontak dibuka, maka pada katoda kontak terjadi emisi thermis dan medan tegangan yang tinggi yang memproduksi elektron-elektron bebas. Elektron hasil emisi ini bergerak menuju anoda, elektron-elektron bebas ini tidak bertemu dengan molekul udara sehingga tidak terjadi proses ionisasi. Akibatnya, tidak ada penambahan elektron bebas yang mengawali pembentukan busur api. Dengan kata lain, busur api dapat dipadamkan. PMT gas SF6 (SF6 circuit breaker), digunakan untuk memutus arus sampai 40 kA dan pada rangkaian bertegangan sampai 765 kV. Menggunakan gas SF6 (Sulphur hexafluoride), sifatnya tidak berwarna, tidak berbau, tidak beracun dan tidak mudah terbakar. Pada suhu diatas 150 C, gas SF6 mempunyai sifat tidak merusak metal, plastic dan bermacam bahan yang umumnya digunakan dalam pemutus tenaga tegangan tinggi. Gas SF6 mempunyai kekuatan dielektrik yang tinggi (2,35 kali udara) dan kekuatan dielektrik ini bertambah dengan pertambahan tekanan. Selain itu, gas SF6 mampu mengembalikan kekuatan dielektrik dengan cepat, tidak terjadi karbon selama terjadi busur api dan tidak menimbulkan bunyi pada saat pemutus tenaga menutup atau membuka. Selama pengisian, gas SF6 akan menjadi dingin jika keluar dari tangki penyimpanan dan akan panas kembali jika dipompakan untuk pengisian kedalam bagian/ruang pemutus tenaga. Oleh karena itu gas SF6 perlu diadakan pengaturan tekanannya beberapa jam setelah pengisian, pada saat gas SF6 pada suhu lingkungan. Sakelar PMT SF6 ada 2 tipe, yaitu: PMT Tipe Tekanan Tunggal (Single Pressure Type), diisi dengan gas SF6 dengan tekanan kirakira 5 Kg/cm2. Selama pemisahan kontak-kontak, gas SF6 ditekan kedalam suatu tabung yang menempel pada kontak bergerak. Pada waktu pemutusan kontak terjadi, gas SF6 ditekan melalui nozzle dan tiupan ini yang mematikan busur api. PMT Tipe Tekanan Ganda (Double Pressure Type), pada saat ini sudah tidak diproduksi lagi. Pada tipe ini, gas dari sistem tekanan tinggi dialirkan melalui nozzle ke gas sistem tekanan rendah selama pemutusan busur api. Pada sistem gas tekanan tinggi, tekanan gas SF6 kurang lebih 12 Kg/cm2 dan pada sistem gas tekanan rendah, tekanan gas SF6 kurang lebih 2 kg/cm2. Gas pada sistem tekanan rendah kemudian dipompakan kembali ke sistem tekanan tinggi. Referensi : - Power point dari dosen (Bapak Hasbullah, MT) - Internet : http://dunia-listrik.blogspot.com/2008/10/jenis-jenis-circuit-breaker-sakelar.html http://www.scribd.com/doc/59910239/17/PMT-dengan-Hampa-Udara-Vacuum-Circuit-Breaker http://qsut.wordpress.com/2009/06/19/konstanta-dielektrik/ http://id.wikipedia.org/wiki/Konstanta_dielektrik http://titik-i--fst09.web.unair.ac.id/artikel_detail-38664-Umum-DIELEKTRIK.html
3

Anda mungkin juga menyukai