Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN

LABORATORIUM ELEKTRONIKA DAYA


SEMESTER V

NOMOR TUGAS : 09
NAMA TUGAS : PENGUKURAN TAHANAN PEMBUMIAN
KELAS : TL 5B
GROUP : 01
NAMA PRAKTIKAN : HASWINDA (1803311021)
FACHMI ADAM MUHARAM. (1803311071)
KINTAN SALSABILA (1803311054)
TANGGAL PRAKTIKAN : 17 Desember 2020
TANGGAL PENGUMPULAN : 24 Desember 2020

NILAI:

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK


JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
I. TUJUAN
Pada akhir percobaan diharapkan praktikan dapat :
1. Menguasai cara pengukuran tahanan pembumian
II. PENDAHULUAN
Untuk mengukur tahanan pembumian dari suatu sistem proteksi petir atau suatu
sistem pembumian diperlukan suatu alat ukur sejenis Ohm meter yang disebut
Earth Resistance Meter atau Grounding Tester Meter.

Alat ini membandingkan tegangan yang terdapat pada kumparan tegangan


( Terminal P & E) dengan Arus yang mengalir pada kumparan arus
(Terminal C & E). Sehingga diperoleh nilai resistansi tanah sebesar.
V
R PE=
I
Nilai RPE diatas dapat dibaca langsung pada alat ukur Grounding Tester Meter.
Untuk Menggunakan alat ini diperlukan dua buah elektroda bantu ( C dan P) yang
berguna untuk mengalirkan arus dan tegangan di dalam tanah, segingga akan
terukur nilai resistansinya. Titik C1 berfungsi untuk mengalirkan arus di dalam
tanah, sedangkan titik P1 adalah netral tanah, dan E adalah titik pembumian yang
akan diukur.

III. DASAR TEORI

Sistem pentanahan atau biasa disebut sebagai grounding adalah sistem


pengamanan terhadap perangkat-perangkat yang mempergunakan listrik sebagai
sumber tenaga, dari lonjakan listrik, petir dll. Sistem pentanahan di data center
menjadi salah satu unsur penting dalam data center karena memberikan
kebutuhan tenaga utama bagi data center. Standar pentanahan untuk data center
tercantum dalam beberapa dokumen antara lain : TIA-942, J-STD-607-A-2002
dan IEEE Std 1100 (IEEE Emerald Book), IEEE Recommended Practice for
Powering and Grounding Electronic Equipment.
(sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_Pentanahan)
Gambar 1. Teknik Grounding
Sistem pentanahan digunakan sebagai pengaman langsung terhadap peralatan
dan manusia bila terjadinya gangguan tanah atau kebocoran arus akibat kegagalan
isolasi dan tegangan lebih pada peralatan jaringan distribusi. Petir dapat
menghasilkan arus gangguan dan juga tegangan lebih dimana gangguan tersebut
dapat dialirkan ke tanah dengan menggunakan sistem pentanahan.
Sistem pentanahan yang digunakan baik untuk pentanahan netral dari suatu
sistem tenaga listrik, pentanahan sistem penangkal petir dan pentanahan untuk suatu
peralatan khususnya dibidang telekomunikasi dan elektronik perlu mendapatkan
perhatian yang serius, karena pada prinsipnya pentanahan tersebut merupakan
dasar yang digunakan untuk suatu sistem proteksi. Tidak jarang orang umum
atau awam maupun seorang teknisi masih ada kekurangan dalam memprediksikan
nilai dari suatu hambatan pentanahan. Besaran yang sangat dominan untuk
diperhatikan dari suatu sistem Pentanahan adalah hambatan sistem suatu
sistem pentanahan tersebut.
Tujuan utama dari adanya grounding sistem pentanahan ini adalah untuk
menciptakan sebuah jalur yang low-impedance (tahanan rendah) terhadap
permukaan bumi untuk gelombang listrik dan transient voltage. Penerangan, arus
listrik, circuit switching dan electrostatic discharge adalah penyebab umum dari
adanya sentakan listrik atau transient voltage. Grounding sistem pentanahan yang
efektif akan meminimalkan efek tersebut.
Gambar 2 . Kutub Tanah.

Pengukuran tahanan tanah dilakukan untuk mengetahui kondisi dari sistem


pentanahan, baik untuk pentanahan yang baru selesai dibangun maupun yang sudah
lama dipasang sebagai upaya pemeliharaan preventif, yang dapat berlanjut kepada
perbaikan bila pentanahan sudah melebihi standar yang berlaku. Pada hasil
pengukuran tahanan tanah yang dilakukan, dapat dianalisa hasil pengukuran dengan
standart tahanan tanah. Standart kelayakan grounding/pembumian harus bisa
memiliki nilai Tahanan sebaran/Resistansi maksimal 5 Ohm (Bila di bawah 5 Ohm
lebih baik). Material grounding dapat berupa batang tembaga, lempeng tembaga atau
kerucut tembaga, semakin luas permukaan material grounding yang di tanam ke
tanah maka resistansi akan semakin rendah atau semakin baik.
IV. DIAGRAM RANGKAIAN

V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Buatlah rangkaian diagram diatas dengan cara :
2. Periksalah kondisi baterai alat ukur
3. Lakukan pengukuran dan catat hasilnya
4. Pindahkan posisi elektroda P sejauh 1m atau 1,5n kedepan lakukan pengukuran
5. Pindahkan posisi elektroda P sejauh 1m atau 1,5n kebelakang lakukan
pengukuran
6. Bandingkan Hasil Pengukuran langkah 3, 4 dan 5
7. Pindahkan posisi pengukuran pada sudut yang lain, sehingga setiap titik
pembumian diukur pada 3 sudut yang berbeda
8. Bandingkan hasiilnya dan hitunglah tahanan pembumian rata rata pada satu titik
pembumian
9. Factor apa saja yang berpengaruh terhadap pengukuran nilai tahanan
pembumian
10. Catat koordinat Gedung dan hari guruh petir berdasarkan data online
11. Catat dan amati bahan atap kondisi lingkungan di sekitar Gedung
12. Catat dan amati kondisi serta lokasi grounding di sekitar Gedung
13. Gambar enah lokasi grounding disertai ukuran, berinama setiap titik grounding
14. Catat luas bangunan ( P x L)
VI. PERALATAN YANG DIGUNAKAN
1. Earth Resistance Meter 1 Buah
2. Elektroda Bantu 1 Buah
3. Kabel sepanjang 5m, 10m, dan 20
4. Meteran

VII. HASIL PERCOBAAN


1. Data Pengukuran Tahanan Pembumian
Titik C
Lokasi Sudut Titik P (m) RPE (Ω)
(m)
9 47
0 20 10 48
11 48
9 47
Lapangan Telkom 15 20 10 47
11 60
9 49
75 20 10 50
11 50
9
10
11
9
10
11
9
10
11

2. Data Gedung PNJ


Probabilitas
Hari Kondisi Lingkungan
Nama Bahan Petir
Koordinat Guruh
Gedung Tap Timu
Petir Utara Selatan Barat
r
Lap. -6.372215 , Lab.Telko poho
Seng Masjid Jalan
Telkom 106.323150 m n
3. Kondisi grounding
Lokasi Grounding Kondisi Grounding Foto
Grounding ke - Baik Berkarat Rusak Hilang

Lap.
1 
Telkom

4. Denah Lokasi Grounding


Gambar Denah Lokasi
Lokasi Grounding Keterangan
Grounding
Lap. Telkom Luas Bangunan : 45m x 21 m
VIII. ANALISA PERCOBAAN

Pada praktikum ini yang dapat dianalisa dari praktikum pengukuran tahanan
tanah adalah di titik tempat pengukuran pada Tower Lab. Telkom, Grounding
Penangkal Petir Lab. TT, didapatkan nilai tahanan dalamnya besar. Dan nilai
tahanan yang kami ukur memiliki nilai yang berbeda sesuai sudut dan titik P nya.
Pada alat ukur, terminal digeser jika nilai yang didapatkan tidak stabil, kami
menggunakan terminal 3a.
Adapun hal yang dapat mempengaruhi dari tahanan tanah yakni kadar
air, mineral / garam, derajat keasaman serta tekstur dari tanah tersebut.
1. Kadar air, bila air tanah dangkal/penghujan maka nilai tahanan sebaran mudah
didapatkan.
2. Mineral/Garam, kandungan mineral tanah sangat mempengaruhi tahanan
sebaran/resistansi karena jika tanah semakin banyak mengandung logam maka
arus petir semakin mudah menghantarkan.
3. Derajat Keasaman, semakin asam PH tanah maka arus petir semakin mudah
menghantarkan.
4. Tekstur tanah, untuk tanah yang bertekstur pasir dan porous akan sulit untuk
mendapatkan tahanan sebaran yang baik karena jenis tanah seperti ini air dan
mineral akan mudah hanyut.
Cara yang dapat dilakukan untuk meminimalkan resistansi tanah dapat dilakukan
dengan cara mem-paralelkan sistem pentanahan. Paralel grounding dapat
meningkatkan sistem grounding. serta dapat juga dilakukan dengan cara maksimum
grounding yakni memasukan material grounding berupa lempengan tembaga yang
diikat oleh kabel BC.

IX. KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang didapatkan pada praktikum ini adalah
pengukuran tahanan tanah pada area Lab. Teknik Telekomunikasi ini sistem
pentanahan masih berkerja dengan baik.
Ketelitian dalam pembacaan alat ukur serta ketepatan dalam pemasangan
alat dan bahan pada waktu pengujian pentanahan memberikan pengaruh pada waktu
melakuakan pengukuran.

Anda mungkin juga menyukai