Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM MESIN DAN PENGAMAN LISTRIK

SEMESTER IV

Nomor Percobaan : 08

Judul : Pengukuran Tahanan Pentanahan

Group : 07

Nama Pratikan : Muhammad Riziq Alhaddad (1317020012)

Nama Partner : 1. Dicky bachtiar Putra (1317020021)

2. renaldy rifandi (1317020016)

3. Taufiq Hidayat (1317020025)

Kelas : TL-4B

Tanggal Percobaan : 24 Mei 2019

Tanggal Pengumpulan : 01 Juni 2019

Nilai

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA


I. TUJUAN
Setelah melakukan praktikum, praktikan diharapkan dapat :
1. Menguasai cara pengukuran pentanahan.
2. Menentukan probabilitas sambaran petir pada gedung

II. DASAR TEORI


Untuk mengukur tahanan tanah dari suatu Penangkap Petir atau suatu sistem
pentanahan diperlukan suatu alat ukur sejenis Ohmmeter yang disebut Earth
Resistance Meter atau Grounding Tester Meter. Earth Tester ada 2 macam yakni
earth tester analog dan earth tester digital. Earth Tester digital lebih sering
digunakan Karen memiliki keakuratan dalam pengukuran.
Alat ini membandingkan tegangan yang terdapat pada kumparan tegangan
(terminal P & E) dengan arus yang mengalir pada kumparan arus (terminal C dan
E), sehingga diperoleh nilai resistansi tanah sebesar:
𝑣
RPE = 𝐼

Nilai RPE di atas dapat dibaca langsung pada alat ukur Grounding Tester
Meter. Untuk menggunakan alat ini diperlukan dua buah elektroda bantu (C, P)
yang berguna untuk mengalirkan arus dan tegangan di dalam tanah, sehingga akan
terukur nilai resistansinya. Titik C1 berfungsi untuk mengalirkan arus di dalam
tanah, sedang titik P1 adalah netral tanah, dan E adalah titik pentanahan yang akan
diukur.

Secara teoretis, tahanan dari tanah atau bumi adalah nol karena luas
penampang bumi tak terhingga. Tetapi kenyataannya tidak demikian, artinya
tahanan pentanahan nilainya tidak nol. Hal ini terutama disebabkan oleh adanya
tahanan kontak antara alat pentanahan dengan tanah di mana alat tersebut
dipasang (dalam tanah).

Ada berbagai macam instrument pengukur tahanan pentanahan, salah satu


contohnya adalah Earth Hi Tester. Pada instrument cara pengukuran ada 2 macam
yaitu :
1. Pengukuran praktis ( metode 2 kutub )
2. Pengukuran normal ( metode 3 kutub )
3. Metode 62%

III. DAFTAR PERALATAN


1. Earth Resistance Meter 1 buah
2. Elektroda bantu 2 buah
3. Kabel sepanjang 5m, 10m, dan 20m
4. Meteran
IV. DIAGRAM RANGKAIAN

V. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Kami terlebih dahulu kondisi baterai dari alat ukur.
2. Kemudian kami membuat rangkaian diagram di atas dengan cara:
a. Menghubungkan terminal E dengan titik pentanahan yang akan diukur.
b. Menanamkan elektroda bantu sejauh 10m (elektroda P) dan 20m
(elektroda C).
3. Selanjutnya kami mengukur, lalu mencatat hasilnya.
4. Setelah itu kami memindahkan posisi elektroda P sejauh 1m atau 1,5m ke
depan, kemudaian kami melakukan pengukuran.
5. Kami memindahkan posisi elektroda P sejauh 1m atau 1,5m ke belakang, lalu
kami melakukan pengukuran pula.
6. Setelah mendapatkan hasil, kami membandingkan antara hasil pengukuran
langkah 3, 4, dan 5.
7. Setelah membandingkan hasil, kami memindahkan posisi pengukuran pada
sudut yang lain, sehingga setiap titik pentanahan diukur 3 sudut pengukuran
yang berbeda.
8. Kami membandingkan kembali hasilnya dan menghitung tahanan pentanahan
rata-rata pada suatu titik pentanahan.
9. Terakhir, kami mengamati faktor apa saja yang berpengaruh terhadap
pengukuran nilai pentanahan.
10. Setelah itu, kami mencatat koordinat gedung dan hari guruh petir berdasarkan
data online.
11. Kami memeriksa dan mengamati bahan atap dan kondisi lingkungan di sekitar
gedung dan catat hasilnya.
12. Kemudian kami menghitung probabilitas sambaran petir pada gedung
menggunakan software Strikerisk v2.0
13. Kami mengamati juga kondisi serta grounding di sekitar gedung dan mencatat
hasilnya.
14. Kami menggambarkan denah lokasi grounding disertai ukuran dan memberi
nama setiap titik grounding serta menghitung dan mencatat luas bangunannya
(P x L).

VI. TABEL EVALUASI

Tabel Percobaan

Lokasi Posisi Elektroda P (m) RPE (Ω)


9 5,8
Posisi 1 10 6,05
Gedung Lab EC 11 6,1
9 5,85
Posisi 2 10 6
11 6,35
9 9,5
Posisi 1 10 9,7
11 9,7
9 9,7
Posisi 2 10 9,8
Gedung Lab Telkom 11 10

Tabel Gedung PNJ

Hari Kondisi Lingkungan Probabilitas


Nama Bahan
Koordinat Guruh Sambaran
Gedung Atap Utara Selatan Barat Timur
Petir Petir
Bengkel Kantin
Gedung Lab Telkom
6º 22’ Listrik Teknik 1.591475E-
Lab EC Seng 100 Sipil (lebih (lebih
19’’ LS (tinggi (lebih 03
tinggi) rendah)
sama) tinggi)
Lahan
Pemukiman Lab
Masjid Jalan
Lab 6º 22’ Warga Beji EC 1.419982E-
Seng 100 (ketinggian Tol
Telkom 20’’ LS (lebih (lebih 03
sama) (lebih
tinggi) tinggi)
tinggi)
Tabel Kondisi Grounding

Lokasi Grounding Kondisi Grounding


Foto
Grounding Ke Baik Berkarat Rusak Hilang
Lab EC 1  Terlampir
Lab Telkom 2  Terlampir
Tabel Denah Lokasi Grounding

Lokasi Gambar Denah Lokasi Grounding Keterangan


Grounding
Luas bangunan:

Gedung 20,5 20,05 m x 55m =


Lab EC 1127.5 m2

600 55m
Luas bangunan:
Posisi 1
46m x 21m = 966 m2
Gedung Lab 60o 21m
Telkom

Posisi 2

46m

Print Screen Strike Risk Lab EC


Print Screen Strike Risk Lab Telkom
VII. ANALISA DATA

Tahanan jenis lapisan tanah pada sudut 0 dengan jarak 9m 10 m dan 11 m dari grounding

Data R = 10,3 ohm

L = 10 m

Diminta = Pl ?

R= A/2. 3,14 . L (Ln . AL/a -1 )

10,3 =A/62,8 (6,88)

Pl = 646,84 / 6,88

PI= 94,01

VIII. KESIMPULAN

- Sistem pentanahan digunakan sebagai pengaman langsung terhadap


peralatan dan manusia bisa terjadinya gangguan tanah dan kebocoran
arus
- Dengan melihat hasil pengukuran kebocoran pentanahan , nilai
tahanannaya masih belum mendekati tahanan yang baik untuk
pengaman ,dikarenakan nilai tahanan yang baik adalah 0 – 5 ohm
- Nilai tahanan tanah yang baru adalah saat kondisi lembab dan
mengandung keasinan tanah yang cukup tinggi

Anda mungkin juga menyukai