Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PORTOFOLIO

GEDUNG I-CELL & SIMULASI

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH


AUDIT ENERGI DAN KUALITAS DAYA LISTRIK (1501600118)

Dosen Pengampu :
Imam Arif Rahardjo, MT.

Disusun Oleh :

Dhafin Rizqy Zaputra 1501620047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2024
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Tujuan Percobaan


1 Mengidentifikasi peluang penghematan
2 Mengetahui intensitas konsumsi energi listrik
3 Menilai efisiensi energi pada bangunan
1.2 Dasar Teori
Audit energi adalah proses sistematik yang bertujuan untuk mengevaluasi dan

menganalisis penggunaan energi dalam suatu sistem, organisasi, atau bangunan dengan

tujuan meningkatkan efisiensi energi dan mengurangi konsumsi energi yang tidak perlu.

Audit energi mencakup identifikasi sumber daya energi, pengukuran dan pemantauan

konsumsi energi, serta analisis efisiensi penggunaan energi dalam berbagai operasi.

Dengan menggunakan data yang dikumpulkan selama audit, perencanaan perbaikan dapat

dilakukan untuk mengidentifikasi potensi penghematan energi, meminimalkan

pemborosan, dan mengurangi dampak lingkungan. Hasil audit biasanya disajikan dalam

laporan yang mencakup temuan, rekomendasi, dan langkah-langkah implementasi untuk

mencapai pengelolaan energi yang lebih efektif dan berkelanjutan. Proses ini membantu

organisasi mengoptimalkan penggunaan energi mereka, meningkatkan keberlanjutan, dan

seringkali memberikan manfaat ekonomi melalui penghematan biaya energi.

Terdapat dua jenis audit energi yaitu audit energi awal dan audit energi rinci. audit

energi awal atau walkthrough energy audit merupakan suatu kegiatan yang meliputi

pengumpulan data energi pada bangunan dengan data yang telah tersedia dan tidak

memerlukan pengukuran. Disisi lain, audit energi rinci atau comprehensive energy audit

adalah lanjutan dari audit energi awal jika data yang diperoleh dari audit energi awal masih

jauh dari cukup. Kedua tipe audit energi ini memiliki kekurangan dan kelebihan masing-

masing. Audit energi awal relatif lebih cepat dan hemat biaya namun biasanya

rekomendasi penghematan sangat terbatas. Sedangkan audit energi rinci membutuhkan

lebih banyak waktu dan biaya tetapi akan potensi-potensi penghematan akan banyak

ditemukan. Dalam memilih jenis audit energi, auditor perlu mempertimbangkan tingkat

detail dan keakuratan yang dibutuhkan, serta memperhitungkan keterbatasan waktu dan

anggaran yang tersedia. Kombinasi dari kedua jenis audit energi juga dapat menjadi solusi
yang efektif untuk mendapatkan gambaran menyeluruh sambil meminimalkan biaya dan

waktu yang diperlukan.

2.1. Alat dan Bahan


1. Mengukur climate condition
- Luxmeter
- Thermohygrometer
2. Building characteristic
- Denah lantai 5
- Meteran
3. Konsumsi energi listrik
- Wattmeter
- Voltmeter
- Energy logger
BAB II METODOLOGI
2.1. Prosedur Percobaan
1 Mengukur climate condition
a. Memastikan peralatan dalam kondisi baik.
b. Menentukan titik pengukuran pada kursi atau meja.
c. Menempatkan sensor luxmeter dan thermohygrometer pada titik pengukuran,
d. Mencatat data hasil pengukuran.
e. Mengulangi percobaan pada seluruh ruangan di lantai 5 dan bagian outdoor
bangunan.
2 Mengukur karakteristik bangunan
a. Menyiapkan alat berupa meteran dan denah lantai 5.
b. Mencatat karakteristik bangunan yang tidak terdapat pada denah.
c. Mengukur karakteristik bangunan yang tidak terdapat pada denah seperti panjang
jendela, lebar jendela, dan ketinggian lantai menggunakan meteran.
d. Melakukan penghitungan untuk memperoleh luas jendela.
e. Melakukan penghitungan untuk memperoleh luas sisi bangunan.
f. Mengulangi percobaan untuk setiap sisi bangunan.
3 Mengukur konsumsi energi listrik
a. Memastikan bahwa semua peralatan yang akan digunakan dalam percobaan
dalam kondisi baik.
b. Menghubungkan wattmeter dan voltmeter dengan sumber listrik di setiap lantai.
c. Memastikan voltmeter dan wattmeter yang dipasang sesuai dengan fungsinya.
d. Menghubungkan energy logger dan mengatur sesuai kebutuhan penggunaan.
e. Mengatur frekuensi dan periode pengambilan data.
f. Memastikan seluruh peralatan bekerja dengan baik selama proses pengukuran.
g. Mencatat data melalui energy logger sesuai dengan jangka waktu yang
ditentukan.
4 Mengukur okupansi dan pembebanan listrik
a. Melakukan penghitungan manual untuk beban listrik berupa lampu, stop kontak,
dan sistem HVAC.
b. Menentukan jenis lampu, beban stop kontak dan sistem HVAC yang digunakan
c. Melakukan wawancara untuk memperoleh data okupansi dan penggunaan listrik.
d. Mengulangi pada seluruh ruangan di setiap lantai.
BAB III
PENGOLAHAN DATA

3.1. Denah Area Lantai 7


Lantai 7 gedung I-Cell menjadi subjek pengukuran audit, yang mencakup dua lift
yang digunakan oleh mahasiswa dan dosen. Fasilitas toilet umum tersedia untuk
pengunjung dengan toilet pria dan wanita. Ruangan laboratorium terbagi menjadi dua sisi,
yaitu lab metrologi dan pengukuran, dan lab kontrol yang digunakan oleh mahasiswa
jurusan elektro dan biomedik. Laboratorium metrologi dan pengukuran memiliki lima
ruangan kerja, dua ruangan penyimpanan, satu laboratorium ruang basah, dan satu
laboratorium ruang kering. Di tengahnya, terdapat ruangan besar yang disebut sebagai
ruang fasilitator dengan meja dan tempat kerja. Sementara itu, laboratorium kontrol juga
terdiri dari lima ruangan sama dengan lab metrologi dan pengukuran dengan ruangan besar
di tengahnya untuk kegiatan laboratorium. Tangga darurat terletak di ujung lantai 7, yang
berada di dalam ruangan laboratorium.

3.2. Spesifikasi Gedung Lantai 7


3.3. Okupansi dan Aktivitas Lantai 7
Lama
Lantai Ruang Fungsi Ruang Okupansi Aktivitas aktivitas
(Jam)
1 Ruang Penyimpanan 0 - -
2 Ruang Fasilitator 0 Berdiri 1

3 Ruang Basah 2 Duduk 3

4 Ruang Kering 0 - -

5 Ruang Kering 0 - -

6 Ruang Basah 0 - -

7 Ruang Penyimpanan 0 - -

7 8 Ruang Penyimpanan 2 Duduk 1

9 Ruang Penyimpanan 2 Duduk 1

2 Laboratorium Kontrol

3 Duduk,
10 44 berdiri, dan 4
4 Koridor berjalan

5 Laboratorium Metrologi dan


6 Pengukuran
7

8 Koridor
Lantai 7 Gedung I-Cell berfungsi sebagai ruang praktikum bagi mahasiswa jurusan
elektro dan biomedik. Selama pengambilan data okupansi, tercatat bahwa jumlah orang
yang berada di lantai 7 sebagian besar sedang melakukan aktivitas praktikum ataupun
penelitian. Data okupansi ini diambil dengan menggunakan alat counter occupancy yang
beroperasi berdasarkan prinsip laser optik dan ditempatkan di depan pintu masuk
laboratorium. Selama proses pengambilan data, tercatat bahwa sebanyak 50 orang
memasuki ruangan dalam satu hari. Data okupansi ini akan menjadi dasar untuk analisis
lebih lanjut terkait dengan lantai 7 Gedung I-Cell pada tahap-tahap berikutnya dalam
laporan ini.

3.4. Beban Penggunaan Listrik Lantai 7

● Beban HVAC Lantai 7

Dari data yang diambil untuk penggunaan beban listrik di lantai 7 gedung i-cell,
rata-rata pemakaian digunakan selama 8 jam dari jam awal bekerja hingga gedung tutup.
Untuk lantai 7 ini sendiri merupakan laboratorium kontrol yang mayoritas beban
penggunaan listrik dari alat-alat lab seperti 3D printer, mikroskop, dan lain-lain.
Selain itu, jenis lampu yang digunakan adalah LED T8 20 Watt yang sudah hemat
energi, Sistem Efisiensi Optik untuk pecahayaan dengan kualitas yang baik, Lampu
bekerja dengan jarak voltage yang leluasa, Optik terbebas dari bias silau, Ekonomis dan
bebas mercury, Tidak mengandung ultraviolet/infra red yang berbahaya, dan IP20. Jenis
kontrol tipe lampu ini menggunakan saklar switch.
Untuk HVAC sendiri di lantai ini menggunakan 7 HVAC jenis Variable Refrigrant
Flow dengan jam operasi sekitar 8 jam dari awal bekerja hingga gedung tutup dan untuk
pengkontrol HVAC ini menggunakan thermostat.

3.5. Iklim dan Kecerahan Pada Lantai 7


Tabel ini menyajikan data terkait iklim dan kecerahan, yang merupakan
parameter penting untuk menilai tingkat kenyamanan setiap ruangan.

Indoor Outdoor
Lantai Ruang

Temperatur Humidity Lux Temperatur Humidity Lux


1 28.50 69.10% 87.5
2 29.05 69.25% 61.5

3 29.20 67.35% 71.5

4 29.65 69.70% 50

5 29.65 69.70% 46

6 28.90 69.75% 98

7 28.50 69.10% 81

8 31.10 69.95% 576


7 34.2 56.10% 4080
9 30.60 69.40% 582.5

1 25.60 63.80% 167

2 26.10 62.85% 159.5

3 26.65 62.55% 134.5

10 4 26.65 64.30% 41

5 25.40 59.60% 889

6 25.45 61.75% 584.5

7 25.35 65.05% 759


8 26.50 66.60% 96

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan thermohygrometer untuk


mengukur suhu dan kelembaban serta luxmeter untuk menilai tingkat pencahayaan dalam
10 ruangan yang termasuk laboratorium penyimpanan, laboratorium, ruang kelas, dan
koridor. Berdasarkan standar ASHRAE 55 (2017) yang merekomendasikan rentang suhu
kenyamanan 19,4℃ - 27,8℃, ASHRAE Standard 170 (2017) dengan rentang 21℃ - 24℃,
dan SNI 03-6572-2001 yang menetapkan zona kenyamanan termal untuk orang Indonesia
antara 25 ºC ± 10 ºC, dapat disimpulkan bahwa rentang terjauh yang dapat diterima adalah
19,4℃-27,8℃. Analisis menunjukkan bahwa kecuali ruangan ke-10, yang jarang
digunakan dan memiliki aktivitas terbatas, ruangan lainnya tidak memenuhi standar suhu,
kemungkinan karena digunakan secara tidak tetap.
Untuk kelembaban udara, standar kesehatan MENKES 1998 merekomendasikan
40% – 60%, sementara SNI 03-6572-2001 untuk orang Indonesia di bangunan yang
dikondisikan adalah 40% - 70%. Hasil analisis menunjukkan bahwa semua ruangan
memenuhi standar kelembaban udara.
Dalam konteks pencahayaan, SNI 03-6197-2000 menetapkan standar pencahayaan
untuk gudang, laboratorium, dan ruangan (ruang komputer, ruang kelas, koridor) masing-
masing sebesar 100 lux, 500 lux, dan 350 lux. Namun, beberapa ruangan, seperti ruang
penyimpanan (ruang 2) dan koridor (ruang 10 bagian 4 dan 8), tidak memenuhi standar
karena hanya mengandalkan penerangan alami. Ruangan laboratorium (ruang 10 dan
ruang 3) juga masih di bawah standar dengan 500 lux, kemungkinan karena pengukuran
dilakukan saat ruangan tidak sepenuhnya terisi dengan praktikan yang akan menggunakan
laboratorium. Dan juga, kekurangan pencahayaan dapat terjadi karena penggunaan
campuran penerangan alami dan buatan serta tidak seluruh lampu diaktifkan sesuai
standar.
BAB IV
ANALISIS DAN REKOMENDASI EFISIENSI

Lantai 7
a. Penerangan
Analisis

Kuat Pencahayaan

Ruangan Fungsi Sumber Cahaya Kesesuaian


Standar
Lux SNI
6197:2011
Status %

2 Ruang Penyimpanan Alami 61.5 100 Tidak Sesuai 38.50%

3 Laboratorium Lampu 71.5 500 Tidak Sesuai 85.70%

8 Ruang Kelas Alami 576 350 Sesuai -

9 Ruang Kelas Alami 582.5 350 Sesuai -

10-1 Alami 167 500 Tidak Sesuai 66.60%

10-2 Laboratorium Alami 159.5 500 Tidak Sesuai 68.10%

10-3 Alami 134.5 500 Tidak Sesuai 73.10%

10-4 Koridor Alami 41 100 Tidak Sesuai 59.00%

10-5 Alami, Lampu 889 500 Sesuai -

10-6 Laboratorium Alami 584.5 500 Sesuai -

10-7 Alami, Lampu 759 500 Sesuai -


10-8 Koridor Lampu 96 100 Tidak Sesuai 4.00%

Daya Pencahayaan

Ruangan Fungsi Kesesuaian


Standar
Watt/m^2 SNI
6197:2011
Status %

2 Ruang Penyimpanan 10 12 Sesuai 38.50%

3 Laboratorium 10 12 Sesuai 85.70%

8 Ruang Kelas 6.67 15 Sesuai -

9 Ruang Kelas 6.67 15 Sesuai -

10-1 6.25 13 Sesuai 66.60%

10-2 Laboratorium 6.88 13 Sesuai 68.10%

10-3 6.25 13 Sesuai 73.10%

10-4 Koridor 7.5 5 Tidak Sesuai 59.00%

10-5 7.5 13 Sesuai -

10-6 Laboratorium 9.375 13 Sesuai -

10-7 8.50 13 Sesuai -


10-8 Koridor 7.5 5 Tidak Sesuai 4.00%

Berdasarkan hasil dari pengumpulan dan pengolahan data, masih terdapat cukup banyak
ketidaksesuaian dari kuat pencahayaan dengan standar yang digunakan. Terdapat beberapa
ruangan yang kurang dalam menerima pencahayaan terutama pada ruangan yang hanya
mengandalkan pencahayaan alami seperti ruangan 2 dan beberapa bagian pada ruangan 10, selain
itu juga pencahayaan lampu namun masih redup seperti pada ruangan 3. Rekomendasi pertama
yaitu perlu mengganti lampu yang masih menggunakan lux rendah agar menyesuaikan dengan
standar yang ada pada laboratorium.
Rekomendasi
Rekomendasi untuk potensi hemat energi yang dapat digunakan untuk kasus ini dengan
menerapkan integrasi dari dua sensor yaitu sensor okupansi untuk mendeteksi orang dan sensor
photocell untuk mendeteksi intensitas cahaya. Sensor okupansi digunakan untuk memberikan
perintah terhadap lampu untuk menyala hanya ketika terdapat orang, namun jika tidak ada lampu
akan mati. Sensor photocell digunakan untuk menyesuaikan apakah ruangan tersebut masih
membutuhkan penerangan dari lampu atau dapat hanya menggunakan penerangan alami saja, hal
tersebut disebabkan terdapat beberapa ruangan yang masih menggunakan dua sumber penerangan
baik alami maupun dari lampu walaupun sudah mendapatkan intensitas pencahayaan melewati
standar.
Beberapa aspek perlu ditinjau dalam menganalisis rekomendasi potensi hemat energi layak
diterapkan atau tidak, salah satunya dari aspek finansial. Dengan menggunakan biaya investasi
awal berupa sensor photocell untuk semua lampu sebesar Rp11,900,000 dan sensor okupansi untuk
semua lampu sebesar Rp25,500,000 serta interest rate 5% didapatkan hasil perhitungan sesuai
dengan tabel berikut.

Discounted
Year Cash Out Cash In Cashflow Cashflow Running Total

0 -Rp37,400,000 -Rp37,400,000 -Rp37,400,000 -Rp37,400,000

1 Rp7,180,800 Rp7,180,800 Rp6,838,857 -Rp30,561,143

2 Rp7,180,800 Rp7,180,800 Rp6,513,197 -Rp24,047,946

3 Rp7,180,800 Rp7,180,800 Rp6,203,045 -Rp17,844,901

4 Rp7,180,800 Rp7,180,800 Rp5,907,662 -Rp11,937,239

5 Rp7,180,800 Rp7,180,800 Rp5,626,345 -Rp6,310,894

6 Rp7,180,800 Rp7,180,800 Rp5,358,424 -Rp952,470


7 Rp7,180,800 Rp7,180,800 Rp5,103,260 Rp4,150,790

8 Rp7,180,800 Rp7,180,800 Rp4,860,248 Rp9,011,038

9 Rp7,180,800 Rp7,180,800 Rp4,628,808 Rp13,639,846

10 Rp7,180,800 Rp7,180,800 Rp4,408,388 Rp18,048,234

Nilai penghematan didapatkan dari selisih biaya yang dibutuhkan untuk lampu menyala
tanpa menggunakan sensor dan lampu setelah menggunakan sensor dengan kondisi semua lampu
memiliki lux lebih dari 500. Dari tabel diatas, payback period berhasil tercapai setelah 7,2 tahun.
Jika masa pakai penggunaan sensor diatas hingga 10 tahun maka didapatkan nilai interest rate of
return sebesar 14%.

a. Pengkondisian Ruangan
Analisis

Ruangan Okupansi Kondisi T Ruangan Relative Humidity


HVAC
°C Kesesuaian %RH Kesesuaian

1 0 Mati 28.5 Tidak Sesuai 69.1 Sesuai

2 0 Mati 29.1 Tidak Sesuai 63.8 Sesuai

7 0 Mati 28.5 Tidak Sesuai 69.1 Sesuai

8 2 Mati 31.1 Tidak Sesuai 69.95 Sesuai

9 2 Mati 30.6 Tidak Sesuai 69.4 Sesuai

10-1 6 Nyala 25.6 Sesuai 63.8 Sesuai

10-2 0 Mati 26.1 Tidak Sesuai 62.85 Sesuai

10-3 0 Mati 26.7 Tidak Sesuai 62.55 Sesuai

10-4 0 Mati 26.7 Tidak Sesuai 64.3 Sesuai

10-5 18 Nyala 25.4 Sesuai 59.6 Sesuai

10-6 6 Nyala 25.5 Sesuai 61.75 Sesuai

10-7 14 Nyala 25.4 Sesuai 65.05 Sesuai


10-8 0 Mati 26.5 Tidak Sesuai 66.6 Sesuai

Berdasarkan standar kualitas kenyamanan ruangan kerja oleh ASHRAE 55/1981, rentang
temperatur berada di antara 23 derajat Celcius s.d. 25 derajat Celcius dan kelembaban anantara
50% s.d. 70%. Sebagian besar dari data temperatur di atas tidak sesuai dengan standar karena
kondisi HVAC yang tidak menyala. Jika ingin mencapai kondisi yang sesuai dengan standar, maka
HVAC perlu dinyalakan yang mana hal tersebut proporsional dengan adanya okupansi. Kontrol
HVAC berdasarkan dengan pengingat waktu, sehingga perlu control lebih di thermostat untuk
mencapai kondisi tersebut. Sedangkan, kelembaban sebagian besar dalam kondisi range yang
sesuai.

Ruang Daya AC Luas Ruangan Konsumsi Energi

Total PK m^2 PK/m^2 Kesesuaian

2 18 368 0.049 Sesuai

4
10
5

8
Berdasarkan standar konsumsi energi Listrik, yaitu 0,05 PK/m2, Konsumsi energi VRF
sudah sesuai dengan standar sebesar 0,049 PK/m 2

Rekomendasi

Berdasarkan ketidaksesuaian dari temperatur ruangan dan kontrol AC menggunakan timer,


akan berdampak pada kenyamanan dari penghuni lantai 7. Oleh karena itu, kami
merekomendasikan untuk menciptakan ruangan yang nyaman dengan biaya listrik yang minim
menggunakan konsep penghematan daya VRF ketika Peak Sun Hour dengan pemanfaatan sistem
panel surya. Asumsikan daya VRF seluruhnya menggunakan jaringan PLN. Ketersediaan panel
surya di I-Cell sebesar 101 kWp dapat dijadikan pendukung dalam penghematan daya VRF sebesar
14,20 kW yang memerlukan panel surya dan inverter dengan kapasitas 28,4 kW/p sesuai dengan
ketersediaan panel surya dan inverter yang ada di I-Cell, asumsi efisiensi sistem 50%. Sehingga
penghematan tersebut akan sebesar;

BAB V KESIMPULAN
Berdasarkan pengambilan data dan penyesuaian dengan standar terkait di lantai 7;
1. Sistem penerangan untuk kuat pencahayaan sebagian besar masih tidak sesuai dengan standar,
sehingga perlu diganti dengan lampu yang memiliki lumen yang tinggi, sementara kuat
pencahayaan yang lebih dari standar dengan menggunakan dua sumber cahaya, yaitu lampu dan
cahaya alami, tetapi cukup dengan cahaya alami saja agar sesuai dengan standar. Oleh karena itu,
perlu digunakan konsep pemasangan sensor photocell dan okupansi pada lampu untuk
penghematan listrik.
2. Sistem pendinginan untuk kenyamanan termal masih di luar standar terkait, sehingga untuk
menghasilkan ruangan dengan kenyamanan termal yang sesuai dapat menggunakan energi surya
yang sudah tersedia dibandingkan energi listrik dari fosil.

Anda mungkin juga menyukai