Anda di halaman 1dari 48

MODUL PERCOBAAN

PRAKTIKUM PENGUKURAN BESARAN LISTRIK

LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRO


PRODI TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO
2021

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan segala Rahmad serta Hidayah-Nya kepada penyusun sehingga dapat
menyelesaikan Modul Percobaan Praktikum Pengukuran besaran listrik dengan
baik.
Kami berharap dengan adanya modul ini mahasiswa dapat lebih memahami
dan mengimplementasikan materi kuliah Pengukuran besaran listrik yang
dipadukan dengan kegiatan praktikum. Dan dapat menunjang dengan matakuliah
lainnya pada prodi S1 Teknik Elektro UMSIDA.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya modul ini berkat
dukungan dan bantuan dari beberapa pihak. Akhir kata kami berharap semoga
modul percobaan ini dapat diambil manfaatnya demi kemajuan bersama, dan juga
kami sebagai penyusun mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam
penyusunan modul percobaan ini.

Sidoarjo, …, ……………

Penyusun

i
TATA TERTIB LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRO

A. Aturan Umum Laboratorium Teknik Elektro


1. Tidak boleh berbicara terlalu keras (membuat gaduh)
2. Dilarang bercanda pada saat pengoperasian alat-alat praktikum
3. Tidak boleh memakai baju oblong/kaos (harus beju berkera)
4. Tidak boleh memakai sandal (harus bersepatu)
5. Tidak boleh membawa makanan ke dalam ruangan
6. Tidak boleh mengoperasikan handphone, kecuali dengan izin
aslab/laboran, atau kondisi yang mengharuiskan untuk
mengoperasikan handphone (menghitung, browsing keperluan
percobaan/penelitian, serta izin keluar ruangan jika menelfon/ditelfon)
7. Selalu memakai ID-Card yang sudah di berikan di pra-praktikum
8. Mengisi form peminjaman ruangan dan alat sebelum melakukan
praktikum dan pengecekan kondisi alat, baik sebelum melakukan
praktikum ataupun sesudah melakukan praktikum.
9. Kerusakan peralatan yang dipinjam menjadi tanggung jawab penuh
ketua/koordinator peminjam yang bersangkutan (diperbaiki atau
mengganti baru).

B. Aturan Penggunaan Laboratorium Mikroprosesor, Sistem


Pengaturan, PLC Dan Dasar Sistem Komunikasi (Terdapat
Komputer Didalamnya)
1. Tidak menginstal apapun pada komputer yang digunakan
a. Tidak menginstal dan menghapus
b. Tidak membuat akun, direktori
c. Tidak menambah atau mengurangi data yang ada, kecuali yang
dibutuhkan
2. Pelanggaran atas aturan ini dikenakan sanksi tidak dapat mengikuti
praktikum berikutnya.
3. Asisten harus melaporkan terjadinya pelanggaran ke laboran dan
mencatat pelanggaran yang terjadi.

ii
4. Mematikan komputer, dan merapikan ruangan setelah selesai
menggunakan ruangan.

C. Aturan Penggunaan Laboratorium Sistem Digital, Rangkaian Listrik,


Elektronika Dasar, Pengukuran Besaran Listrik, Fisika, dan Teknik
Tenaga Listrik
1. Dilarang menggunakan peralatan kecuali dengan izin aslab/laboran
2. Pengoperasian alat apapun harus dengan dampingan aslab/laboran,
atau dosen pengampuh
3. Mengembalikan peralatan ke tempat semula, dan merapikan ruangan
setelah selesai menggunakan ruangan.

D. Peraturan Tambahan Praktikum dimasa Pandemi New Normal


1. Wajib memakai masker, dianjurkan untuk memakai face shield dan
sarung tangan medis.
2. Cuci tangan dahulu sebelum memasuki ruangan lab teknik elektro, dan
sering cuci tangan dengan sabun, atau selalu membawa handsanitizer
3. Check suhu tubuh sebelum masuk ke lab teknik elektro
4. Selalu jaga jarak pada saat melakukan kegiatan praktikum dan tidak
bergerombol dengan kelompok lain
5. Harus datang tepat waktu (sesuai jadwal praktikum), karena jam sudah
diatur agar tidak bergerombol dengan mahasiswa yang lain
6. Ketika selesai wajib langsung pulang ke rumah masing-masing, tidak
diperkenankan untuk kumpul di lab atau di area kampus.
7. Membawa alat tulis sendiri, seperti bolpoin, tipx (penghapus tinta),
pensil, penghapus, dan penggaris.
8. Membukan semua ventilasi udara (jendela) yang ada diruangan terse-
but, dan membatasi penggunaan AC di dalam ruangan

iii
iv
v
vi
DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar................................................................................................. i
Tata Tertib Laboratorium............................................................................... ii
SK Rektor dalam Penilaian............................................................................. iv
Daftar Isi............................................................................................................ vii

Percobaan I : Pengenalan Multitester Analoq Dan Digital


1.1. Tujuan Percobaan................................................................................... 1
1.2. Alat dan Bahan Percobaan...................................................................... 1
1.3. Dasar Teori............................................................................................. 1
1.4. Langkah Langkah Percobaan ................................................................. 7
1.5. Data Hasil Percobaan.............................................................................. 7
1.6. Kesimpulan............................................................................................ 15

Percobaan II : Kesalahan Pada Data Percobaan


2.1 Tujuan Percobaan................................................................................... 16
2.2 Alat dan Bahan Percobaan...................................................................... 16
2.3 Dasar Teori............................................................................................. 16
2.4 Langkah Langkah Percobaan.................................................................. 18
2.5 Data Hasil Percobaan.............................................................................. 18
2.6 Kesimpulan ............................................................................................ 19

Percobaan III : Cara Menggunakan Voltmeter Elektronik


3.1. Tujuan Percobaan................................................................................... 20
3.2. Alat dan Bahan Percobaan...................................................................... 20
3.3. Dasar Teori............................................................................................. 20
3.4. Langkah Langkah Percobaan.................................................................. 23
3.5. Data Hasil Percobaan.............................................................................. 25
3.6. Kesimpulan............................................................................................. 25

vii
Percobaan IV : Transformator
4.1. Tujuan Percobaan................................................................................... 26
4.2. Alat dan Bahan Percobaan...................................................................... 26
4.3. Dasar Teori............................................................................................. 26
4.4. Langkah Langkah Percobaan.................................................................. 30
4.5. Data Hasil Percobaan.............................................................................. 31
4.6. Kesimpulan............................................................................................. 32

Percobaan V : Oscilloscope
5.1. Tujuan Percobaan...................................................................................33
5.2. Alat dan Bahan Percobaan...................................................................... 33
5.3. Dasar Teori............................................................................................. 33
5.4. Langkah Langkah Percobaan.................................................................. 36
5.5. Data Hasil Percobaan.............................................................................. 37
5.6. Kesimpulan............................................................................................. 37

viii
PERCOBAAN I
PENGENALAN MULTITESTER ANALOG DAN DIGITAL

1.1. Tujuan Percobaan


Adapun tujuan dilakukan percobaan pengenalan multitester analog dan
digital ini adalah sebagai berikut :
1. Mahasiswa diharapkan dapat memahami karateristik dari selektror setiap
multitester analog maupun digital,
2. Mengoperasikan peralatan multitester analog dan digital secara benar.

1.2. Alat dan Bahan Percobaan


Untuk merealisasikan percobaan praktikum tersebut memerlukan
beberapa peralatan penunjang adalah sebagai berikut :
1. Multitester analog 1 buah
2. Multitester digital 1 buah
3. Resistor bermacam ukuran secukupnya
4. Kabel jampur (jika dibutuhkan)

1.3. Dasar Teori


Pengertian multimeter secara umum adalah alat ukur yang dipakai untuk
mengukur tegangan listrik, arus listrik, dan tahanan (resistansi). Sedangkan
pada perkembangannya multimeter masih bisa digunakan untuk beberapa
fungsi seperti mengukur temperatur, induktansi, frekuensi, dan sebagainya.
Beberapa kemampuan pengukuran Multimeter yang banyak terdapat di
pasaran antara lain :
1. Voltage (Tegangan) AC dan DC satuan pengukuran Volt
2. Current (Arus Listrik) satuan pengukuran Ampere
3. Resistance (Hambatan) satuan pengukuran Ohm
4. Capacitance (Kapasitansi) satuan pengukuran Farad
5. Frequency (Frekuensi) satuan pengukuran Hertz
6. Inductance (Induktansi) satuan pengukuran Henry
7. Pengukuran atau Pengujian Dioda
8. Pengukuran atau Pengujian Transistor

1
Gambar 1.1 Multitester Analog dan Digital
Multimeter atau multitester pada umumnya terdiri dari 3 bagian penting
yaitu Display, Saklar Selektor, dan Probe. Adapun multimeter dibagi menjadi
2 jenis yaitu multimeter analog, dan multimeter digital. Berikut penjelasan
singkat mengenai jenis-jenis tersebut.

A. Multimeter Analog
Multimeter analog atau yang biasa disebut multimeter jarum adalah
alat pengukur besaran listrik yang menggunakan tampilan dengan jarum
yang bergerak ke range-range yang kita ukur dengan probe. Multimeter
ini tersedia dengan kemampuan untuk mengukur hambatan ohm,
tegangan (Volt) dan arus (mA). Analog tidak digunakan untuk mengukur
secara detail suatu besaran nilai komponen, tetapi kebanyakan hanya
digunakan untuk memeriksa suatu rangkaian apakah sudah tersambung
dengan baik sesuai dengan rangkaian blok yang ada. Untuk mengetahui
bagian-bagian pada multimeter analog dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.

2
Gambar 1.2 Bagian-bagian Multitester Analog
Dari gambar multimeter analog diatas dapat dijelaskan fungsi dari
setiap bagian-bagian yang di tunjukkan berdasarkan gambar adalah
sebagai berikut :
1. Jarum penunjuk berfungsi sebagai penunjuk nilai atau batas ukur dari
suatu besaran yang diukur.
2. Skrup Pengatur Jarum berfungsi sebagai pengatur kedudukan jarum
penunjuk apabila tidak berposisi nol, dengan cara memutar sekrupnya
ke kanan atau ke kiri dengan menggunakan obeng.
3. Skala Jarum berfungsi sebagai batas ukur untuk pembacaan hasil
pengukuran.
4. Terminal/Probe berfungsi sebagai objek yang diletakkan pada
rangkaian atau benda yang akan diukur, terminal ini berbentuk
lancip/jarum yang terdiri 2 warna yaitu merah untuk (+), serta hitam
untuk (-).
5. Tombol Pengatur Ohm berfungsi sebagai pengatur jarum penunjuk
supaya tepat di posisi 0 (nol) pada saat saklar pemilih/selektor
diposisikan pada skala Ohm.
6. Saklar Pemilih/Selektor berfungsi sebagai pemilih posisi pengukuran
dan batas ukuran yang disesuaikan dengan komponen yang akan
diukur. Pada multimeter biasanya terdiri dari 4 skala pengukuran yaitu
sebagai berikut :

3
a. Skala Tegangan AC berfungsi sebagai pengukur tegangan AC,
pastikan skala lebih besar daripada tegangan yang akan diukur.
Skala yang ada untuk mengukur tegangan AC, terdiri dari 10; 50;
250; 750. Kemudian untuk mengukur tegangan AC pastikan
terminal/probe tersusun paralel dengan tegangan dan negatif pada
sumber, dan probe Merah sebagai Positif (+), serta probe Hitam
sebagai Negatif (-).

b. Skala Tegangan DC berfungsi sebagai pengukur tegangan DC,


serta pastikan skala lebih besar daripada tegangan yang akan
diukur. Range skala untuk mengukur tegangan DC, terdiri dari 0.1;
0.25; 2.5; 10; 50; 250; 1000. Untuk pengukuran tegangan DC sama
dengan ppengukuran tegangan AC diatas.
c. Skala Arus DC berfungsi sebagai pengukur arus DC, dan pastikan
arus yang diukur benar-benar DC, serta range skala untuk
pengukuran arus DC terdiri dari 50uA; 2.5mA; 25mA; 0.25A. Dan
untuk mengukur amper yaitu disusun secara seri dengan sumber
tegangan dan beban, lebih jelasnya lihat pada gambar berikut :

4
d. Skala Pengukuran Tahanan (Ohm) berfungsi sebagai range
pengukur tahanan/hambatan, seperti digunakan untuk mengukur
nilai resistor. Range yang terdapat pada saklar pemilih/selektor
yaitu x1; x10; x100; x1k (1000). Adapun untuk mengukur
hambatan perhatikan gambar berikut.

B. Multimeter Digital
Multimeter digital atau sering juga disebut sebagai digital multitester
sama merupakan jenis multimeter yang talah menggunakan display
digital sebagai penampil hasil ukurnya. Hasil ukur yang ditampilkan pada
multitester digital merupakan hasil yang telah sesuai, sehingga tidak
perlu dilakukan lagi perhitungan antara hasil ukur dan batas ukur.

5
Gambar bagian-bagian multimeter digital
Pengoperasian multimeter digital ini lebih mudah dibandingkan
multimeter analog, yaitu pada tampilan hasil pembacaan lebih simpel
dikarenakan keluaran sudah berupa angka tanpa harus membaca jarum
penunjuk seperti pada multimeter analog. Cara pegukuran menggunakan
multimeter ini dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar pengukuran menggunakan multimeter digital


Dalam memahami penggunaan multitester analog dan digital secara
benar dan tepat, maka diperlukan pembacaan data pengukuran pada
multitester tersebut secara berulang-ulang. Dari data-data yang diperoleh,
dicarilah data yang mendekati benar. Untuk itu diperlukan rumus sebagai
berikut :

6
% Ketepatan={ 1|Yn−Xn|} × 100 %
atau

% p={1− |Yn−Xn
Xn |
}×100 %

Keterangan : Yn : Hasil pengukuran


Xn : Harga yang diukur

1.4. Langkah-Langkah Percobaan


Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan dalam percobaan kali ini
yaitu sebagai berikut :
1. Siapkan peralatan dan komponen yang sudah di tentukan diatas
2. Hitung dan catatlah secara manual nilai dari komponen yang sudah
diberikan
3. Kemudian ukur komponen tersebut dengan menggunakan multimeter
analog dan digital, dengan cara pasang probe merah pada jenis terminal
untuk pengukuran, sedangkan probe hitam pasang di terminal COM pada
multimeter dan atur selektor ke ohm jika digunakan untuk mengukur
resistor atau hambatan.
4. Catatlah hasil pengukuran tersebut dan masukkan hasilnya dalam tabel
5. Hitung persentase ketepatan secara manual
6. Berikan analisa anda pada setiap pengukuran resistor

1.5. Hasil dan Analisa Percobaan


A. Tabel Pengambilan Data
1. R = 100 Ω
Data hasil pengukuran menggunakan multitester analog
No Range ( Ω ) Hasil Pengukuran % Ketepatan
1 x 1Ω
2 x 10Ω
3 x 100Ω
4 x 1KΩ

7
Data hasil pengukuran menggunakan multitester digital
No Range ( Ω ) Hasil Pengukuran % Ketepatan
1 2 KΩ
2 20 KΩ
3 200 KΩ
4 20 MΩ

Hasil analisa anda :


.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................

2. R = 330 Ω
Data hasil pengukuran menggunakan multitester analog
No Range ( Ω ) Hasil Pengukuran % Ketepatan
1 x 1Ω
2 x 10Ω
3 x 100Ω
4 x 1KΩ

Data hasil pengukuran menggunakan multitester digital


No Range ( Ω ) Hasil Pengukuran % Ketepatan
1 2 KΩ
2 20 KΩ
3 200 KΩ
4 20 MΩ

Hasil analisa anda :


.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................

8
3. R = 680 Ω
Data hasil pengukuran menggunakan multitester analog
No Range ( Ω ) Hasil Pengukuran % Ketepatan
1 x 1Ω
2 x 10Ω
3 x 100Ω
4 x 1KΩ
Data hasil pengukuran menggunakan multitester digital
No Range ( Ω ) Hasil Pengukuran % Ketepatan
1 2 KΩ
2 20 KΩ
3 200 KΩ
4 20 MΩ

Hasil analisa anda :


.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................

4. R = 1 kΩ
Data hasil pengukuran menggunakan multitester analog
No Range ( Ω ) Hasil Pengukuran % Ketepatan
1 x 1Ω
2 x 10Ω
3 x 100Ω
4 x 1KΩ
Data hasil pengukuran menggunakan multitester digital
No Range ( Ω ) Hasil Pengukuran % Ketepatan
1 2 KΩ
2 20 KΩ
3 200 KΩ
4 20 MΩ

9
Hasil analisa anda :
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
5. R = 2,2 kΩ
Data hasil pengukuran menggunakan multitester analog
No Range ( Ω ) Hasil Pengukuran % Ketepatan
1 x 1Ω
2 x 100Ω
3 x 1 KΩ
4 x 10 KΩ
Data hasil pengukuran menggunakan multitester digital
No Range ( Ω ) Hasil Pengukuran % Ketepatan
1 2 KΩ
2 20 KΩ
3 200 KΩ
4 20 MΩ
Hasil analisa anda :
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................

6. R = 4,7 kΩ
Data hasil pengukuran menggunakan multitester analog
No Range ( Ω ) Hasil Pengukuran % Ketepatan
1 x 1Ω
2 x 10Ω
3 x 100Ω
4 x 1KΩ

10
Data hasil pengukuran menggunakan multitester digital
No Range ( Ω ) Hasil Pengukuran % Ketepatan
1 2 KΩ
2 20 KΩ
3 200 KΩ
4 20 MΩ

Hasil analisa anda :


.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................

7. R = 10 kΩ
Data hasil pengukuran menggunakan multitester analog
No Range ( Ω ) Hasil Pengukuran % Ketepatan
1 x 1Ω
2 x 10Ω
3 x 100Ω
4 x 10 KΩ
Data hasil pengukuran menggunakan multitester digital
No Range ( Ω ) Hasil Pengukuran % Ketepatan
1 2 KΩ
2 20 KΩ
3 200 KΩ
4 20 MΩ

Hasil analisa anda :


.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................

11
8. R = 22kΩ
Data hasil pengukuran menggunakan multitester analog
No Range ( Ω ) Hasil Pengukuran % Ketepatan
1 x 1Ω
2 x 10Ω
3 x 100Ω
4 x 10 KΩ
Data hasil pengukuran menggunakan multitester digital
No Range ( Ω ) Hasil Pengukuran % Ketepatan
1 2 KΩ
2 20 KΩ
3 200 KΩ
4 20 MΩ

Hasil analisa anda :


.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................

9. R = 56kΩ
Data hasil pengukuran menggunakan multitester analog
No Range ( Ω ) Hasil Pengukuran % Ketepatan
1 x 1Ω
2 x 10Ω
3 x 100Ω
4 x 10 KΩ
Data hasil pengukuran menggunakan multitester digital
No Range ( Ω ) Hasil Pengukuran % Ketepatan
1 2 KΩ
2 20 KΩ
3 200 KΩ
4 20 MΩ

12
Hasil analisa anda :
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
10. R = 75kΩ
Data hasil pengukuran menggunakan multitester analog
No Range ( Ω ) Hasil Pengukuran % Ketepatan
1 x 1Ω
2 x 10Ω
3 x 100Ω
4 x 10 KΩ
Data hasil pengukuran menggunakan multitester digital
No Range ( Ω ) Hasil Pengukuran % Ketepatan
1 2 KΩ
2 20 KΩ
3 200 KΩ
4 20 MΩ

Hasil analisa anda :


.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................

11. R = 110kΩ
Data hasil pengukuran menggunakan multitester analog
No Range ( Ω ) Hasil Pengukuran % Ketepatan
1 x 1Ω
2 x 10Ω
3 x 100Ω
4 x 10 KΩ

13
Data hasil pengukuran menggunakan multitester digital
No Range ( Ω ) Hasil Pengukuran % Ketepatan
1 2 KΩ
2 20 KΩ
3 200 KΩ
4 20 MΩ

Hasil analisa anda :


.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................

12. R = 1MΩ
Data hasil pengukuran menggunakan multitester analog
No Range ( Ω ) Hasil Pengukuran % Ketepatan
1 x 1Ω
2 x 10Ω
3 x 100Ω
4 x 10 KΩ
Data hasil pengukuran menggunakan multitester digital
No Range ( Ω ) Hasil Pengukuran % Ketepatan
1 2 KΩ
2 20 KΩ
3 200 KΩ
4 20 MΩ

Hasil analisa anda :


.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................

14
13. R = 2MΩ
Data hasil pengukuran menggunakan multitester analog
No Range ( Ω ) Hasil Pengukuran % Ketepatan
1 x 1Ω
2 x 10Ω
3 x 100Ω
4 x 10 KΩ
Data hasil pengukuran menggunakan multitester digital
No Range ( Ω ) Hasil Pengukuran % Ketepatan
1 2 KΩ
2 20 KΩ
3 200 KΩ
4 20 MΩ

Hasil analisa anda :


.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................

B. Perhitungan

% Ketepatan=p=1− |Yn−Xn
Xn |
× 100 %

Ket : Yn : Hasil pengukuran


Xn : Harga yang diukur

1.5. Tugas dan Kesimpulan Percobaan


1. Jelaskan cara kalibrasi multitester analog
2. Jelaskan cara membaca jarum pembacaan multitester analog
3. Sebutkan kekurangan dan kelebihan multimeter analog dan digital
menurut pemahaman anda.
4. Sebutkan nilai toleransi setiap resistor yang anda ukur diatas dan buat
analisa dan kesimpulan dari pengukuran anda.

15
PERCOBAAN II
KESALAHAN PADA DATA PERCOBAAN

2.1. Tujuan Percobaan


1. Mahasiswa dapat memahami sumber kesalahan pada data pengukuran
2. Mahasiswa dapa melakukan analisa kesalahan dengan menerapkan
beberapa persamaan

2.2. Alat dan Bahan Percobaan


1. DC Power Supply 1
2. DC Voltmeter 1
3. Resistor 10 kΩ 1
4. Resistor 2,2 kΩ 1
5. Decade Resistor 2

2.3. Dasar Teori


Kesalahan didefinisikan sebagai penyimpangan (deviasi) hasil
pembacaan (atau sekelompok pembacaan) terhadap nilai yang diharapkan
(nilai benar) dari variabel yang diukur. Ketika melakukan pengukuran,
Beberapa kesalahan tidak dapat dihindarkan karena tidak ada pengukuran
yang dapat menghasilkan nilai yang tepat untuk setiap besaran.
Terdapat beberapa sumber kesalahan dalam suatu data percobaan. Hal
utamatetntang analisis data percobaan adalah sumber kesalahan dan setingkat
apa kesalahan telah mempengaruhi validasi data.
Percobaan ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama berkaiatan dengan
yang dikenal sebagai toleransi komponen. Walaupun ada sumber-sumber
kesalahan lain dari data anda, seperti kesalahan alat ukur atau kesalahan
pengamatan, data percobaan akan ditangani, lebih dahulu hanya sumber
kesalahan yang berkenaan variasi nilai resistansi yang dimiliki dari toleransi
pabrik.
Bagian kedua, mengenai kesalahan pembacaan, yang diklasifikasi
sebagai gross error atau kesalahan observasi. Instruktur akan menyediakan
sebuah resistor yang nilainya tidak diketahui, Rx. Setiap mahasiswa, secara

16
bergiliran, mengukur dan mencatat pada selembar kertas nilai pengukuran
resistansinya. Semua pengukuran harus dilakukan dengan menggunkan
AVOmeter yang sama.

2.3.1. Persamaan – persamaan


Persamaan-persamaan dibawah ini yang digunakan dalam
percobaan :

1 . R ave =R 1+R 2+. .. . .+Rn


n
( R max −R ave )+( R ave−R min )
2 . Range Kesalahan=
2
R ave−R x
3 . % Kesalahan= x 100 %
Rx
R x =harga penunjukan resistor
R ave =harga rata−rata resistor
Eo
4 . Rb=Ra ∗
Ein−Eo

2.3.2. Rangkaian Percobaan

Rangkaian diatas menggunakan sumber tegangan 10 v (untuk


percobaan 1 sd 3) dan 12 v (untuk percobaan 4 sd 6) dimana Ra =
2,2kΩ dan Rb= 10kΩ. Ra dan Rb dapat diubah nilai tahanannya
dengan memutar putensio.

17
2.4. Prosedur Kerja/Langkah Percobaan
Kesalahan yang disebabkan oleh toleransi komponen
1. Rangkaialah rangkaian percobaan seperti gambar diatas.
2. Nilai Ra bisa dirubah dengan cara memutar potensio Ra dan sama halnya
dengan Rb
3. Ubah nilai Ra (dengan cara mengubah potensio ke posisi yg berbeda) dan
Rb tetap 10k. (Percobaan 1 sd 3)
4. Hubungkanlah voltmeter pada resistor Rb dan Catat harga Eout pada tabel
5. Gantilah nilai Rb dengan memutar potensio dan catat harga Eo, pada tabel.
(Percobaan 4 sd 6)
6. Catat semua hasil pengukuran percobaan 1 sd 6 pada tabel
7. Analisalah hasil dari pengukuran percobaan 1 sd 6

2.5. Hasil dan Analisa Percobaan


Tabel Data Percobaan

Percobaan Ein Ra Rb Eout Ra

1 12v 2,2kΩ 10kΩ ...........

2 12v 2,2kΩ 10kΩ ...........

3 12v 2,2kΩ 10kΩ ...........

4 10v 2,2kΩ 10kΩ ...........

5 10v 2,2kΩ 10kΩ ...........

6 10v 2,2kΩ 10kΩ ...........

Hasil analisa anda :


.............................................................................................................................
.............................................................................................................................
.............................................................................................................................

18
2.6. Tugas dan Kesimpulan Percobaan
1. Hitung harga rata-rata RA dan RB pada no. 5 dan catat pada table.
2. Hitung range kesalahan pada harga RA dan RB dan masukkan data pada
table.
3. Hitung % kesalahan untuk harga rata-rata RA dan RB pada no.6 terhadap
harga berdasarkan kode warna dan catat pada tabel.

19
PERCOBAAN III
CARA MENGGUNAKAN VOLTMETER ELEKTRONIK

3.1. Tujuan Percobaan


Mahasiswa diharapkan dapat memahami dan mengoperasikan voltmeter
elektronik dengan benar.

3.2. Alat dan Bahan Percobaan


1. Voltmeter elektronik 1
2. Resistor (R1=10 kΩ, R2=10 Ω) 2
3. Kabel penghubung 1
4. Papan rangkaian 1
5. Function generator 1

3.3. Dasar Teori


Multitester adalah alat untuk mengukur tegangan AC/DC, Arus DC dan
tahanan. Untuk mengukur tegangan, saklar pilih multitester dikembalikan
pada posisi ACV atau DCV dan alat ukur dipasang secara pararel dengan
beban (yang akan diukur). Bila yang diukur adalah arus DC maka saklar
pemilihan diatur pada posisi DC mA dan alat ukur di pasang seri dengan
beban.
Sedangkan untuk mengukur tahanan, saklar pemilih diatur pada posisi
ohm dan alat ukur dipasang secara pararel dengan beban(perlu diingat beban
dalam keadaan tidak berarus listrik). Hasil pengukuran dapat diketahui degan
membaca skala yang sesuai dengan penempatan posisi skala pemilih
Function Generator merupakan suatu alat yang menghasilkan
sinyal/gelombang sinus (ada juga gelombang segi empat, gelombang segi
tiga) dimana frekuensi serta amplitudenya dapat diubah‐ubah. Pada umumnya
dalam melakukan praktikum Rangkaian Elektronika (Rangkaian Listrik),
generator sinyal ini dipakai bersama‐sama dengan osiloskop.

20
Beberapa tombol/saklar pengatur yang biasanya terdapat pada generator ini
adalah:
1. Saklar daya (power switch): Untuk menyalakan generator sinyal,
sambungkan generator sinyal ke tegangan jala‐jala, lalu tekan saklar
daya ini.Pengatur Frekuensi: Tekan dan putar untuk mengatur
frekuensi keluaran dalam range frekuensi yang telah dipilih.Indikator
frekuensi: Menunjukkan nilai frekuensi sekarang.
2. Terminal output TTL/CMOS: terminal yang menghasilkan keluaran
yang kompatibel dengan TTL/CMOS
3. Duty function: Tarik dan putar tombol ini untuk mengatur duty cycle
gelombang.
4. Selektor TTL/CMOS: Ketika tombol ini ditekan, terminal output
TTL/CMOS akan mengeluarkan gelombang yang kompatibel dengan
TTL. Sedangkan jika tombol ini ditarik, maka besarnya tegangan
kompatibel output (yang akan keluar dari terminal output
TTL/CMOS) dapat diatur antara 5‐15Vpp, sesuai besarnya tegangan
yang kompatibel dengan CMOS.
5. DC Offset: Untuk memberikan offset (tegangan DC) pada sinyal +/‐
10V. Tarik dan putar searah jarum jam untuk mendapatkan level
tegangan DC positif, atau putar ke arah yang berlawanan untuk
mendapatkan level tegangan DC negatif. Jika tombol ini tidak ditarik,

21
keluaran dari generator sinyal adalah murni tegangan AC. Misalnya
jika tanpa offset, sinyal yang dikeluarkan adalah sinyal dengan
amplitude berkisar +2,5V dan ‐2,5V. Sedangkan jika tombol offset ini
ditarik, tegangan yang dikeluarkan dapat diatur (dengan cara memutar
tombol tersebut) sehingga sesuai tegangan yang diinginkan (misal
berkisar +5V dan 0V).
6. Amplitude output: Putar searah jarum jam untuk mendapatkan
tegangan output yang maksimal, dan kebalikannya untuk output ‐
20dB. Jika tombol ditarik, maka output akan diperlemah sebesar
20dB.
7. Selektor fungsi: Tekan salah satu dari ketiga tombol ini untuk memilih
bentuk gelombang output yang diinginkan
8. Terminal output utama: terminal yang mengelurakan sinyal output
utama
9. Tampilan pencacah (counter display): tampilan nilai frekuensi dalam
format 6×0,3″
10. Selektor range frekuensi: Tekan tombol yang relevan untuk memilih
range frekuensi yang dibutuhkan.
11. Pelemahan 20dB: tekan tombol untuk mendapat output tegangan yang
diperlemah sebesar 20dB

Cara Pemakaian Function Generator


1. Hidupkan power supply
2. Konekan cable BNC ke konektor sesuai dengan yang di inginkan.
misal ingin menghasilkan sinyal TTL output makan konektor di
hubungkan pada konektor TTL output dan jika untuk sinyal sinusolida
dan segitiga hubungkan pada Output 50 Ohm
3. Untuk menghasilkan frekuensi gelombang kotak pengaturan yang di
atur adalah selector TTL CMos untuk mengatur amlitudonya atau
besar tegangan yang diinginkan. dan untuk mengatur dutyCycle maka
putarlah selector DutyCycle. sebelum mengaturnya tarik stang
selector.

22
4. Untuk menghasilkan Frekuensi gelombang Sinusolida dan Geombang
Segitiga maka Maka pengaturan amplitudonya pada Sector Ampl dan
konektor BNC pada output 50 0hm. Untuk meningkatkan besar
tegangan atau amplitudonya maka tari stang selector dan aturlah
maximal tegangan 15V.
5. Untuk menghasilkan Frekuensi yang di inginkan maka pilihlah tombol
frekuensi yang diinginkan dan selector pengali yang sesuai. misal
diinginkan 2K Hz pada pilihlah tombol 1Kz dan atur selector pengali
pada 2.0

3.4. Prosedur Kerja/Langkah Percobaan


3.4.1 Voltmeter elektronik dalam persiapan pengukuran
1. Putar switch power disebelah kanan panel
2. Pastikan jarum meter menunjukkan pada titik nol
3. Hubungkan probe power ke output 220V; 60Hz
4. Ubahlah range ke titik 1000V
5. Tekan switch power
6. Peralatan sudah siap untuk diperasikan

3.4.2 Pengukuran tegangan


1. Set switch function ketitik RF
2. Set switch range ke posisi yang lebih tinggi dari yang dibutuhkan
pada nilai sesungguhnya
3. Letakkan jepit ground ke bagian ground dari rangkaian yang akan
diukur. Letakkan ujung probe ketitik yang akan diukur pada
rangkaian
4. Set switch range ke arah maksimum
5. Pengukuran tegangan kecil menggunkan skala 0.1V atau 0.3V
untuk tegangan antara 1V-10V menggunkaj skala paling atas
6. Jika frekuensi lebih besar dan pada 1000 KHz lepaskan tutup
kepala probe dan sentuhkan ujungnya langsung ke titik test,
bagian luar probe ke ground sumber sinyal, sehingga induksi
probe dapat dikurangi sampai minimum.

23
3.4.3 Rangkaian Percobaan
Pengukuran Tegangan AC

100K

100K

3.5. Hasil Analisa


Tabel percobaan pengukuran tegangan RA
NO Ein RA RB Eout RA
Min=
1 3V 100K Middle=
Max=
Min=
2 5V 100K Middle=
Max=
Min=
3 7V 100K Middle=
Max=

3.6. Tugas dan Kesimpulan Percobaan


1. Harga rata-rata dan hasil pengukuran
2. Harga deviasi setiap pengukuran
3. Harga deviasi rata-rata
4. Harga standar deviasi

24
5. Berapa % ketelitian tiap hasil pengukuran
6. Kesimpulan dari percobaan
PERCOBAAN IV
TRANSFORMATOR

4.1 Tujuan Percobaan


Mahasiswa diharapkan dapat mengukur tranformator ct ataupun transfor-
mator not

4.2 Alat dan Bahan Percobaan


1. Tranformator CT 1 Buah
2. Transformator Non-CT 1 Buah
3. AVOmeter 1 Buah
4. Kabel Jemper Secukupnya

4.3 Dasar Teori


Transformator atau sering disingkat dengan istilah Trafo adalah suatu
alat listrik yang dapat mengubah taraf suatu tegangan AC ke taraf yang lain.
Maksud dari pengubahan taraf tersebut diantaranya seperti menurunkan
Tegangan AC dari 220VAC ke 12 VAC ataupun menaikkan Tegangan dari
110VAC ke 220 VAC. Transformator atau Trafo ini bekerja berdasarkan
prinsip Induksi Elektromagnet dan hanya dapat bekerja pada tegangan yang
berarus bolak balik (AC).Transformator (Trafo) memegang peranan yang san-
gat penting dalam pendistribusian tenaga listrik. Transformator menaikan
listrik yang berasal dari pembangkit listrik PLN hingga ratusan kilo Volt un-
tuk di distribusikan, dan kemudian Transformator lainnya menurunkan tegan-
gan listrik tersebut ke tegangan yang diperlukan oleh setiap rumah tangga
maupun perkantoran yang pada umumnya menggunakan Tegangan AC
220Volt.

25
4.1. Gambar Transformator

Sebuah Transformator yang sederhana pada dasarnya terdiri dari 2 lilitan


atau kumparan kawat yang terisolasi yaitu kumparan primer dan kumparan
sekunder. Pada kebanyakan Transformator, kumparan kawat terisolasi ini
dililitkan pada sebuah besi yang dinamakan dengan Inti Besi (Core). Ketika
kumparan primer dialiri arus AC (bolak-balik) maka akan menimbulkan
medan magnet atau fluks magnetik disekitarnya. Kekuatan Medan magnet
(densitas Fluks Magnet) tersebut dipengaruhi oleh besarnya arus listrik yang
dialirinya. Semakin besar arus listriknya semakin besar pula medan
magnetnya. Fluktuasi medan magnet yang terjadi di sekitar kumparan
pertama (primer) akan menginduksi GGL (Gaya Gerak Listrik) dalam
kumparan kedua (sekunder) dan akan terjadi pelimpahan daya dari kumparan
primer ke kumparan sekunder. Dengan demikian, terjadilah pengubahan taraf
tegangan listrik baik dari tegangan rendah menjadi tegangan yang lebih tinggi
maupun dari tegangan tinggi menjadi tegangan yang rendah.
Sedangkan Inti besi pada Transformator atau Trafo pada umumnya adalah
kumpulan lempengan-lempengan besi tipis yang terisolasi dan ditempel
berlapis-lapis dengan kegunaanya untuk mempermudah jalannya Fluks
Magnet yang ditimbulkan oleh arus listrik kumparan serta untuk mengurangi
suhu panas yang ditimbulkan.
Beberapa bentuk lempengan besi yang membentuk Inti Transformator
tersebut diantaranya seperti :
E – I Lamination
E – E Lamination
L – L Lamination
U – I Lamination
Dibawah ini adalah Fluks pada Transformator :Fluks Magnet Transformator

26
4.2. Gambar Fluks Magnet Transformator

Rasio lilitan pada kumparan sekunder terhadap kumparan primer


menentukan rasio tegangan pada kedua kumparan tersebut. Sebagai contoh, 1
lilitan pada kumparan primer dan 10 lilitan pada kumparan sekunder akan
menghasilkan tegangan 10 kali lipat dari tegangan input pada kumparan
primer. Jenis Transformator ini biasanya disebut dengan Transformator Step
Up. Sebaliknya, jika terdapat 10 lilitan pada kumparan primer dan 1 lilitan
pada kumparan sekunder, maka tegangan yang dihasilkan oleh Kumparan
Sekunder adalah 1/10 dari tegangan input pada Kumparan Primer.
Transformator jenis ini disebut dengan Transformator Step Down.
Dalam percobaan kali terdapat 2 transformator yaitu transformator ct dan
transformator non-ct
Transformator CT
Secara fisik trafo ct memilki tanda ct atau titik netral pada body. Tanda trafo
ct yang lain ditandai dengan output tiga kabel dengan dua warna yang sama
dan satu berbeda. Hal tersebut bisa dipastikan menggunakan tester AC volt
meter. Ciri yang bisa di analisa menggunakan ACV meter yaitu ketika diukur
di titik central, maka akan terukur dua tegangan output yang sama.
Trafo ct penting untuk diketahui bagi anda yang sedang belajar audio. Saat
anda akan merakit amplifer anda akan dihadapkan membuat powersuplay
dengan jenis power suplay simetris. Simetris artinya memilki dua output yang
memilki central/netral sedangakn titik netralnya adalah CT.
Kelebihan trafo ct adalah lebih fleksibel bisa digunakan untuk single power
maupun digunakan untuk dual power / simetris. Arusnya lebih stabil karena

27
sudah memilki sistem lilitan yang lebih banyak daripada trafo yang tidak
menggunkan central/non ct.
Jenis trafo ct ada dua bentuk yaitu toroid dan kotak. Toroid memilki inti dari
inti toroid sedangkan kotak biasa memilki inti besi. Jenis trafo stepdown
menggunakan jenis toroid maupun menggunakan besi bisa diterapkan juga di
jenis trafo non ct.

Gambar 4.3. Transformtor CT

Tramsformator Non-CT
Trafo ini jenis trafo biasa dan harganya lebih murah daripada trafo ct.
tegangan outputnya 0v, 12 volt, 8v, 15v. dan tidak ada titik central yang
menjadi netral seperti halnya trafo ct.
Di body jelas terlihat hanya tulisan 0v dan beberapa tegangan output yang
berbeda. tidak seperti trafo ct yang memilki beberapa tegangan antara kiri dan
kanan ada angka yang sama. Hal lain yang cukup menonjol dari trafo non ct
adalah kawat email bagian output lebih besar dibandingkan ukuran ampere
yang sama dengan trafo menggunakan CT, sehingga output jika digunakan
secara normal maka hasil arusnya bisa asli.
Perlu menjadi sebuah catatan bahwa sebenarnya jenis power suplai simetris
bisa dibuat menggunakan trafo non ct. Kelemahan menggunakan sistem
simetris menggunakan trafo non ct adalah drop tegangan sangat terasa ketika
digunakan di amplifier audio. trafo akan lebih panas dari kinerja jika
digunakan secara normal. Tentu hal ini menjadi satu bukti bahwa trafo non ct
akan mengeluarkan setengah daya yang dituliskan oleh spesifikasi trafo

28
ketika digunakan untuk tegangan simetris. Sedangkan ketika asli
menggunakan trafo CT maka arus akan cenderung lebih setabil.

Gambar 4.4 Transformtor Non-CT

4.4 Prosedur Percobaan/Langkah Percobaan


Dalam percobaan kali ada 2 transformator yang pertama transformator ct dan
transformator Non-CT
Yang pertama Transformator CT
1. Tancapkan power pada triner
2. Lalu on kan toggle swith pada triner modul percobaan Transformator CT
3. Setalah itu ukur transformator ct dengan avometer sesuai voltase yang ada
pada triner
4. Ukur transformator ct semisal 12V tancapkan probe hitam ke CT dan
probe merah ke angka 12 volt
5. Lakukan langkah berikut sampai selesai
Yang kedua Transformator Non-CT
1. Tancapkan power pada triner
2. Lalu on kan toggle swith pada triner modul percobaan Transformator CT
3. Setalah itu ukur transformator ct dengan avometer sesuai voltase yang ada
pada triner
4. Ukur transformator ct semisal 12V tancapkan probe hitam ke CT dan
probe merah ke angka 12 volt
5. Lakukan langkah berikut sampai selesai
4.5 Hasil Analisa

29
Transformator CT
No. Nilai Transformator (V) Hasil Pengukuran
1. 12V
2. 12V
3. 15V
4. 15V
5. 18V
6. 18V

Hasil Analisa :
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………

Trasnsfortamator Non-CT
No. Nilai Transformator (V) Hasil Pengukuran (V)

1. 3V

2. 4.5V

3. 6V

4. 7.5V

5. 9V

6. 12V

Hasil Analisa :
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………

4.6 Tugas dan Kesimpulan Percobaan

30
1. Buatlah rangkain setengah gelombang dan gelombang penuh pada
aplikasi Proteus/praktik alat langsung dengan :
a. Menggunakan Trafo CT dan beri penjelasan pada rangkaiannya
b. Menggunakan Trafo Non-CT dan beri penjelasan pada rangkaiannya
2. Buatlah rangkain stepdown tegangan DC pada aplikasi Proteus/praktik
alat langsung dengan :
a. Menggunakan Trafo CT dan beri penjelasan pada rangkaiannya
b. Menggunakan Trafo Non-CT dan beri penjelasan pada rangkaiannya
3. Buatlah rangkain simetris pada aplikasi proteus dengan output tegangan
12v dan 5v.

PERCOBAAN V

31
OSCILLOSCOPE

5.1 Tujuan Percobaan


Adapun tujuan dilakukan percobaan oscilloscope adalah sebagai berikut:
1. Mahasiswa dapat memahami cara pengkalibrasian dengan benar.
2. Mahasiswa dapat mengerti bagian-bagian dan fungsi osiloskop, serta
mengetahui prinsip kerjanya.
3. Mahasiswa mampu mengoperasikan oscilloscope dengan benar.

5.2 Alat dan Bahan Percobaan


1. Osilloscope 1 buah
2. Function Generator 1 buah
3. Kabel penghubung 1 buah

5.3 Dasar Teori


Oscilloscope adalah alat ukur elektronik yang dapat memetakan atau
memproyeksikan sinyal listrik dan frekuensi menjadi grafik agar dapat dibaca
dan mudah dipelajari. Dengan menggunakan oscilloscope, kita dapat
mengamati dan menganalisa bentuk gelombang dari sinyal listrik atau
frekuensi dalam suatu rangkkaian elektornika.

Gambar 4.1. Skema Oscilloscope

Bagian-bagian osiloskop :

32
1. Probe
Probe adalah kabel penghubung yang ujungnya diberi penjepit,
dengan penghantar kerkualitas, dapat meredam sinyal-sinyal gangguan,
seperti sinyal radio atau noise yang kuat. Ada dua terminal penghubung
pada probe, yaitu ujung probe dan kabel ground yang biasanya
dipasangi capit buaya. Pada prakteknya capit buaya tersebut
dihubungkan dengan bagian ground pada rangkaian, seperti chasis
logam, dan sentuhkan ujung probe pada titik yang dites pada rangkaian
2. Kalibrasi pada probe
Pada umumnya, tiap osiloskop sudah dilengkapi sumber sinyal
acuan untuk kalibrasi. Sebagai contoh, osiloskop GW tipe tertentu
mempunyai acuan gelombang persegi dengan amplitudo 2V peak to
peak dengan frekuensi 1 KHz. Misalkan kanal 1 yang akan dikalibrasi,
maka BNC probe dihubungkan ke terminal masukan kanal 1.
3. Pengendali intensitas digunakan untuk mengatur intensitas cahaya
gambar gelombang yang ditampilkan pada monitor osiloskop.
4. Pengendali fokus digunakan untuk mengatur ketajaman
gambar gelombang.
5. Pengendali vertikal digunakan untuk merubah posisi dan skala
gelombang secara vertikal. Osiloskop memiliki pula pengendali untuk
mengatur masukan coupling dan kondisi sinyal lainnya yang dibahas
pada bagian ini. Gambar 1 menunjukkan tampilan panel depan dan
menu on-screen untuk kontrol vertikal.
6. Pengendali vertikal (cont.)
Tombol posisi vertikal digunakan untuk menggerakkan gambar
gelombang pada layar ke arah atas atau ke bawah. Tombol Volts / div
mengatur skala tampilan pada arah vertikal. Pemilihan posisi. Misalkan
tombol Volts/Div diputarpada posisi 5 Volt/Div, dan layar monitor
terbagi atas 8 kotak (divisi) arah vertikal. Berarti, masing-masing divisi
(kotak) akan menggambarkan ukuran tegangan 5 volt dan seluruh layar
dapat menampilkan 40 volt dari dasar sampai atas. Jika tombol tersebut
berada pada posisi 0.5 Volts/dDiv, maka layar dapat menampilkan 4
volt dari bawah sampai atas, dan seterusnya. Tegangan maksimum yang

33
dapat ditampilkan pada layar adalah nilai skala yang ditunjukkan pada
tombol Volts/Div dikali dengan jumlah kotak vertikal. Jika probe yg
digunakan menggunakan faktor pelemahan 10x, maka tegangan yang
terbaca harus dikalikan 10.
7. Pengendali Horizontal
Gunakan pengendali horizontal untuk mengatur posisi dan skala
pada bagian horizontal gelombang.
- Tombol Posisi
Tombol posisi horizontal menggerakkan gambar gelombang
dari sisi kiri ke kanan atau sebaliknya sesuai keinginan kita pada
layar.
- Tombol Time / Div ( time base control)
Tombol kontrol Time/div memungkinkan untuk mengatur
skala horizontal. Sebagai contoh, jika skala dipilih 1 ms, berarti
tiap kotak(divisi) menunjukkan 1 ms dan total layer menunjukkan
10 ms(10 kotak horisontal). Jika satu gelombang terdiri dari 10
kotak, berarti periodanya adalah 10 ms atau frekuensi gelombang
tersebut adalah 100 Hz. Mengubah Time/div membuat kita bisa
melihat interval sinyal lebih besar atau lebih kecil dari semula,
pada layar osiloskop, gambar gelombang akan ditampilkan lebih
rapat atau renggang.
8. Pengendali Trigger
- Trigger digunakan untuk membuat tampilan gambar menjadi
tampak diam. Pengendali trigger membuat kita dapat menstabilkan
pengulangan sinyal/gelombang dan menangkap satu bagian
gelombang berjalan.
- Level tegangan trigger sebenarnya tidak bisa dilihat. Tombol
trigger digunakan untuk mengatur level tegangan tersebut, dalam
hal ini ditampilkan dengan scrollbar.
- Teknik pemicuan dapat dilakukan dengan beberapa cara. Pemicuan
tepi (edge triggering) adalah dasar dan jenis yang umum dilakukan
dalam tehnik pemicuan.

34
- Rangkaian trigger berperilaku seperti komparator. Saat sinyal
trigger cocok dengan setting yang dilakukan maka osiloskop
melakukan trigger

5.4 Prosedur Kerja/Langkah Percobaan


A. Kalibrasi
1. Nyalakan power ( ON ) pada oscilloscope
2. Pindahkan switch 17 ke posisi CH 1
3. Pindahkan switch 8 ke posisi GND
4. Atur tombol 10 ( CH 1 ), sehingga di dapat garis lurus sejajar lurus,
sejajar berhimpit dengan sumbu X pada layar.
5. Pindahkan switch 8 ke AC
6. Hubungkan switch probe oscilloscope dari terminal 7 ke pin 27 ( cal 0,3
V ) dan bagian jepit buaya pada terminal 28 ( ground )
7. Atur tombol 8 pada posisi 10 mV dan atur pula tombol 11 sehingga
didapat tepat 0,3 V ( dengan mengatur tombol 10 dapatkan posisi
gelombang tepat tiga kotak vertikal )
8. Atur tombol 18 pada posisi 0,5 ms dan atur pula tombol 20 sampai
didapat setengah periode dalam satu kotak horisontal (catat pada tabel
1)
9. Gambarkan gelombang yang terdapat dilayar oscilloscope pada tabel 1

B. Pembuatan gelombang sinus pada layar oscilloscope


1. Lakukan proses seperti pada no. 1 s/d 4 di atas
2. Nyalakan power ( ON ) pada function Generator
3. Kemudian hubungkan oscilloscope dengan function generator
4. Dapatkan frekuensi gelombang sinus pada function generator
5. Catat dan gambarkan hasil penelitian dilayar oscilloscope

35
5.5 Hasil dan Analisa Percobaan
A. Tabel Pengambilan Data
• Pengukuran Frekuensi Sinus
5V dan 100Hz
Time/Div Volt/Div Gambar Vpp F
1 ms 5V
2 ms 2V
5 ms 5V
Hasil analisa :
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
• Pengukuran Frekuensi Sinus
5V dan 1000Hz
Time/Div Volt/Div Gambar Vpp F
100 us 5V
200 us 2V
500 us 5V
Hasil analisa :
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
• Pengukuran Frekuensi Square
5V dan 100Hz
Time/Div Volt/Div Gambar Vpp F
1 ms 5V
2 ms 2V
5 ms 5V
Hasil analisa :
.................................................................................................................

36
.................................................................................................................
.................................................................................................................
• Pengukuran Frekuensi Square
5V dan 1000Hz
Time/Div Volt/Div Gambar Vpp F
100 us 5V
200 us 2V
500 us 5V
Hasil analisa :
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
B. Perhitungan

• % Ketepatan=p=(1− |Yn−XnXn|)× 100 %


Jumlah Data
• Rata-rata =
Banyaknya Data

• Deviasi frekuensi = %Ketepatan – Rata-rata

• %Ketelitian = |Yn−XnXn|×100 %
Ket : Yn : Hasil pengukuran
Xn : Harga yang diukur

5.6 Tugas dan Kesimpulan Percobaan


1. Dapatkan % ketepatan frekuensi pada setiap range.
2. Dapatkan harga rata-rata frekuensi pada oscilloscope untuk tiap frekuensi
yang di set pada function generator.
3. Dapatkan deviasi frekuensi pada setiap range oscilloscope
4. Dapatkan harga % ketelitian tiap range frekuensi.
5. Analisa dan kesimpulan dari percobaan.

37
38

Anda mungkin juga menyukai