2
KATA PENGANTAR
Sidoarjo, …, ……………
Penyusun
i
TATA TERTIB LABORATORIUM TEKNIK ELEKTRO
ii
4. Mematikan komputer, dan merapikan ruangan setelah selesai
menggunakan ruangan.
iii
iv
v
vi
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar................................................................................................. i
Tata Tertib Laboratorium............................................................................... ii
SK Rektor dalam Penilaian............................................................................. iv
Daftar Isi............................................................................................................ vii
vii
Percobaan IV : Transformator
4.1. Tujuan Percobaan................................................................................... 26
4.2. Alat dan Bahan Percobaan...................................................................... 26
4.3. Dasar Teori............................................................................................. 26
4.4. Langkah Langkah Percobaan.................................................................. 30
4.5. Data Hasil Percobaan.............................................................................. 31
4.6. Kesimpulan............................................................................................. 32
Percobaan V : Oscilloscope
5.1. Tujuan Percobaan...................................................................................33
5.2. Alat dan Bahan Percobaan...................................................................... 33
5.3. Dasar Teori............................................................................................. 33
5.4. Langkah Langkah Percobaan.................................................................. 36
5.5. Data Hasil Percobaan.............................................................................. 37
5.6. Kesimpulan............................................................................................. 37
viii
PERCOBAAN I
PENGENALAN MULTITESTER ANALOG DAN DIGITAL
1
Gambar 1.1 Multitester Analog dan Digital
Multimeter atau multitester pada umumnya terdiri dari 3 bagian penting
yaitu Display, Saklar Selektor, dan Probe. Adapun multimeter dibagi menjadi
2 jenis yaitu multimeter analog, dan multimeter digital. Berikut penjelasan
singkat mengenai jenis-jenis tersebut.
A. Multimeter Analog
Multimeter analog atau yang biasa disebut multimeter jarum adalah
alat pengukur besaran listrik yang menggunakan tampilan dengan jarum
yang bergerak ke range-range yang kita ukur dengan probe. Multimeter
ini tersedia dengan kemampuan untuk mengukur hambatan ohm,
tegangan (Volt) dan arus (mA). Analog tidak digunakan untuk mengukur
secara detail suatu besaran nilai komponen, tetapi kebanyakan hanya
digunakan untuk memeriksa suatu rangkaian apakah sudah tersambung
dengan baik sesuai dengan rangkaian blok yang ada. Untuk mengetahui
bagian-bagian pada multimeter analog dapat dilihat pada gambar
dibawah ini.
2
Gambar 1.2 Bagian-bagian Multitester Analog
Dari gambar multimeter analog diatas dapat dijelaskan fungsi dari
setiap bagian-bagian yang di tunjukkan berdasarkan gambar adalah
sebagai berikut :
1. Jarum penunjuk berfungsi sebagai penunjuk nilai atau batas ukur dari
suatu besaran yang diukur.
2. Skrup Pengatur Jarum berfungsi sebagai pengatur kedudukan jarum
penunjuk apabila tidak berposisi nol, dengan cara memutar sekrupnya
ke kanan atau ke kiri dengan menggunakan obeng.
3. Skala Jarum berfungsi sebagai batas ukur untuk pembacaan hasil
pengukuran.
4. Terminal/Probe berfungsi sebagai objek yang diletakkan pada
rangkaian atau benda yang akan diukur, terminal ini berbentuk
lancip/jarum yang terdiri 2 warna yaitu merah untuk (+), serta hitam
untuk (-).
5. Tombol Pengatur Ohm berfungsi sebagai pengatur jarum penunjuk
supaya tepat di posisi 0 (nol) pada saat saklar pemilih/selektor
diposisikan pada skala Ohm.
6. Saklar Pemilih/Selektor berfungsi sebagai pemilih posisi pengukuran
dan batas ukuran yang disesuaikan dengan komponen yang akan
diukur. Pada multimeter biasanya terdiri dari 4 skala pengukuran yaitu
sebagai berikut :
3
a. Skala Tegangan AC berfungsi sebagai pengukur tegangan AC,
pastikan skala lebih besar daripada tegangan yang akan diukur.
Skala yang ada untuk mengukur tegangan AC, terdiri dari 10; 50;
250; 750. Kemudian untuk mengukur tegangan AC pastikan
terminal/probe tersusun paralel dengan tegangan dan negatif pada
sumber, dan probe Merah sebagai Positif (+), serta probe Hitam
sebagai Negatif (-).
4
d. Skala Pengukuran Tahanan (Ohm) berfungsi sebagai range
pengukur tahanan/hambatan, seperti digunakan untuk mengukur
nilai resistor. Range yang terdapat pada saklar pemilih/selektor
yaitu x1; x10; x100; x1k (1000). Adapun untuk mengukur
hambatan perhatikan gambar berikut.
B. Multimeter Digital
Multimeter digital atau sering juga disebut sebagai digital multitester
sama merupakan jenis multimeter yang talah menggunakan display
digital sebagai penampil hasil ukurnya. Hasil ukur yang ditampilkan pada
multitester digital merupakan hasil yang telah sesuai, sehingga tidak
perlu dilakukan lagi perhitungan antara hasil ukur dan batas ukur.
5
Gambar bagian-bagian multimeter digital
Pengoperasian multimeter digital ini lebih mudah dibandingkan
multimeter analog, yaitu pada tampilan hasil pembacaan lebih simpel
dikarenakan keluaran sudah berupa angka tanpa harus membaca jarum
penunjuk seperti pada multimeter analog. Cara pegukuran menggunakan
multimeter ini dapat dilihat pada gambar berikut :
6
% Ketepatan={ 1|Yn−Xn|} × 100 %
atau
% p={1− |Yn−Xn
Xn |
}×100 %
7
Data hasil pengukuran menggunakan multitester digital
No Range ( Ω ) Hasil Pengukuran % Ketepatan
1 2 KΩ
2 20 KΩ
3 200 KΩ
4 20 MΩ
2. R = 330 Ω
Data hasil pengukuran menggunakan multitester analog
No Range ( Ω ) Hasil Pengukuran % Ketepatan
1 x 1Ω
2 x 10Ω
3 x 100Ω
4 x 1KΩ
8
3. R = 680 Ω
Data hasil pengukuran menggunakan multitester analog
No Range ( Ω ) Hasil Pengukuran % Ketepatan
1 x 1Ω
2 x 10Ω
3 x 100Ω
4 x 1KΩ
Data hasil pengukuran menggunakan multitester digital
No Range ( Ω ) Hasil Pengukuran % Ketepatan
1 2 KΩ
2 20 KΩ
3 200 KΩ
4 20 MΩ
4. R = 1 kΩ
Data hasil pengukuran menggunakan multitester analog
No Range ( Ω ) Hasil Pengukuran % Ketepatan
1 x 1Ω
2 x 10Ω
3 x 100Ω
4 x 1KΩ
Data hasil pengukuran menggunakan multitester digital
No Range ( Ω ) Hasil Pengukuran % Ketepatan
1 2 KΩ
2 20 KΩ
3 200 KΩ
4 20 MΩ
9
Hasil analisa anda :
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
5. R = 2,2 kΩ
Data hasil pengukuran menggunakan multitester analog
No Range ( Ω ) Hasil Pengukuran % Ketepatan
1 x 1Ω
2 x 100Ω
3 x 1 KΩ
4 x 10 KΩ
Data hasil pengukuran menggunakan multitester digital
No Range ( Ω ) Hasil Pengukuran % Ketepatan
1 2 KΩ
2 20 KΩ
3 200 KΩ
4 20 MΩ
Hasil analisa anda :
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
6. R = 4,7 kΩ
Data hasil pengukuran menggunakan multitester analog
No Range ( Ω ) Hasil Pengukuran % Ketepatan
1 x 1Ω
2 x 10Ω
3 x 100Ω
4 x 1KΩ
10
Data hasil pengukuran menggunakan multitester digital
No Range ( Ω ) Hasil Pengukuran % Ketepatan
1 2 KΩ
2 20 KΩ
3 200 KΩ
4 20 MΩ
7. R = 10 kΩ
Data hasil pengukuran menggunakan multitester analog
No Range ( Ω ) Hasil Pengukuran % Ketepatan
1 x 1Ω
2 x 10Ω
3 x 100Ω
4 x 10 KΩ
Data hasil pengukuran menggunakan multitester digital
No Range ( Ω ) Hasil Pengukuran % Ketepatan
1 2 KΩ
2 20 KΩ
3 200 KΩ
4 20 MΩ
11
8. R = 22kΩ
Data hasil pengukuran menggunakan multitester analog
No Range ( Ω ) Hasil Pengukuran % Ketepatan
1 x 1Ω
2 x 10Ω
3 x 100Ω
4 x 10 KΩ
Data hasil pengukuran menggunakan multitester digital
No Range ( Ω ) Hasil Pengukuran % Ketepatan
1 2 KΩ
2 20 KΩ
3 200 KΩ
4 20 MΩ
9. R = 56kΩ
Data hasil pengukuran menggunakan multitester analog
No Range ( Ω ) Hasil Pengukuran % Ketepatan
1 x 1Ω
2 x 10Ω
3 x 100Ω
4 x 10 KΩ
Data hasil pengukuran menggunakan multitester digital
No Range ( Ω ) Hasil Pengukuran % Ketepatan
1 2 KΩ
2 20 KΩ
3 200 KΩ
4 20 MΩ
12
Hasil analisa anda :
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
10. R = 75kΩ
Data hasil pengukuran menggunakan multitester analog
No Range ( Ω ) Hasil Pengukuran % Ketepatan
1 x 1Ω
2 x 10Ω
3 x 100Ω
4 x 10 KΩ
Data hasil pengukuran menggunakan multitester digital
No Range ( Ω ) Hasil Pengukuran % Ketepatan
1 2 KΩ
2 20 KΩ
3 200 KΩ
4 20 MΩ
11. R = 110kΩ
Data hasil pengukuran menggunakan multitester analog
No Range ( Ω ) Hasil Pengukuran % Ketepatan
1 x 1Ω
2 x 10Ω
3 x 100Ω
4 x 10 KΩ
13
Data hasil pengukuran menggunakan multitester digital
No Range ( Ω ) Hasil Pengukuran % Ketepatan
1 2 KΩ
2 20 KΩ
3 200 KΩ
4 20 MΩ
12. R = 1MΩ
Data hasil pengukuran menggunakan multitester analog
No Range ( Ω ) Hasil Pengukuran % Ketepatan
1 x 1Ω
2 x 10Ω
3 x 100Ω
4 x 10 KΩ
Data hasil pengukuran menggunakan multitester digital
No Range ( Ω ) Hasil Pengukuran % Ketepatan
1 2 KΩ
2 20 KΩ
3 200 KΩ
4 20 MΩ
14
13. R = 2MΩ
Data hasil pengukuran menggunakan multitester analog
No Range ( Ω ) Hasil Pengukuran % Ketepatan
1 x 1Ω
2 x 10Ω
3 x 100Ω
4 x 10 KΩ
Data hasil pengukuran menggunakan multitester digital
No Range ( Ω ) Hasil Pengukuran % Ketepatan
1 2 KΩ
2 20 KΩ
3 200 KΩ
4 20 MΩ
B. Perhitungan
% Ketepatan=p=1− |Yn−Xn
Xn |
× 100 %
15
PERCOBAAN II
KESALAHAN PADA DATA PERCOBAAN
16
bergiliran, mengukur dan mencatat pada selembar kertas nilai pengukuran
resistansinya. Semua pengukuran harus dilakukan dengan menggunkan
AVOmeter yang sama.
17
2.4. Prosedur Kerja/Langkah Percobaan
Kesalahan yang disebabkan oleh toleransi komponen
1. Rangkaialah rangkaian percobaan seperti gambar diatas.
2. Nilai Ra bisa dirubah dengan cara memutar potensio Ra dan sama halnya
dengan Rb
3. Ubah nilai Ra (dengan cara mengubah potensio ke posisi yg berbeda) dan
Rb tetap 10k. (Percobaan 1 sd 3)
4. Hubungkanlah voltmeter pada resistor Rb dan Catat harga Eout pada tabel
5. Gantilah nilai Rb dengan memutar potensio dan catat harga Eo, pada tabel.
(Percobaan 4 sd 6)
6. Catat semua hasil pengukuran percobaan 1 sd 6 pada tabel
7. Analisalah hasil dari pengukuran percobaan 1 sd 6
18
2.6. Tugas dan Kesimpulan Percobaan
1. Hitung harga rata-rata RA dan RB pada no. 5 dan catat pada table.
2. Hitung range kesalahan pada harga RA dan RB dan masukkan data pada
table.
3. Hitung % kesalahan untuk harga rata-rata RA dan RB pada no.6 terhadap
harga berdasarkan kode warna dan catat pada tabel.
19
PERCOBAAN III
CARA MENGGUNAKAN VOLTMETER ELEKTRONIK
20
Beberapa tombol/saklar pengatur yang biasanya terdapat pada generator ini
adalah:
1. Saklar daya (power switch): Untuk menyalakan generator sinyal,
sambungkan generator sinyal ke tegangan jala‐jala, lalu tekan saklar
daya ini.Pengatur Frekuensi: Tekan dan putar untuk mengatur
frekuensi keluaran dalam range frekuensi yang telah dipilih.Indikator
frekuensi: Menunjukkan nilai frekuensi sekarang.
2. Terminal output TTL/CMOS: terminal yang menghasilkan keluaran
yang kompatibel dengan TTL/CMOS
3. Duty function: Tarik dan putar tombol ini untuk mengatur duty cycle
gelombang.
4. Selektor TTL/CMOS: Ketika tombol ini ditekan, terminal output
TTL/CMOS akan mengeluarkan gelombang yang kompatibel dengan
TTL. Sedangkan jika tombol ini ditarik, maka besarnya tegangan
kompatibel output (yang akan keluar dari terminal output
TTL/CMOS) dapat diatur antara 5‐15Vpp, sesuai besarnya tegangan
yang kompatibel dengan CMOS.
5. DC Offset: Untuk memberikan offset (tegangan DC) pada sinyal +/‐
10V. Tarik dan putar searah jarum jam untuk mendapatkan level
tegangan DC positif, atau putar ke arah yang berlawanan untuk
mendapatkan level tegangan DC negatif. Jika tombol ini tidak ditarik,
21
keluaran dari generator sinyal adalah murni tegangan AC. Misalnya
jika tanpa offset, sinyal yang dikeluarkan adalah sinyal dengan
amplitude berkisar +2,5V dan ‐2,5V. Sedangkan jika tombol offset ini
ditarik, tegangan yang dikeluarkan dapat diatur (dengan cara memutar
tombol tersebut) sehingga sesuai tegangan yang diinginkan (misal
berkisar +5V dan 0V).
6. Amplitude output: Putar searah jarum jam untuk mendapatkan
tegangan output yang maksimal, dan kebalikannya untuk output ‐
20dB. Jika tombol ditarik, maka output akan diperlemah sebesar
20dB.
7. Selektor fungsi: Tekan salah satu dari ketiga tombol ini untuk memilih
bentuk gelombang output yang diinginkan
8. Terminal output utama: terminal yang mengelurakan sinyal output
utama
9. Tampilan pencacah (counter display): tampilan nilai frekuensi dalam
format 6×0,3″
10. Selektor range frekuensi: Tekan tombol yang relevan untuk memilih
range frekuensi yang dibutuhkan.
11. Pelemahan 20dB: tekan tombol untuk mendapat output tegangan yang
diperlemah sebesar 20dB
22
4. Untuk menghasilkan Frekuensi gelombang Sinusolida dan Geombang
Segitiga maka Maka pengaturan amplitudonya pada Sector Ampl dan
konektor BNC pada output 50 0hm. Untuk meningkatkan besar
tegangan atau amplitudonya maka tari stang selector dan aturlah
maximal tegangan 15V.
5. Untuk menghasilkan Frekuensi yang di inginkan maka pilihlah tombol
frekuensi yang diinginkan dan selector pengali yang sesuai. misal
diinginkan 2K Hz pada pilihlah tombol 1Kz dan atur selector pengali
pada 2.0
23
3.4.3 Rangkaian Percobaan
Pengukuran Tegangan AC
100K
100K
24
5. Berapa % ketelitian tiap hasil pengukuran
6. Kesimpulan dari percobaan
PERCOBAAN IV
TRANSFORMATOR
25
4.1. Gambar Transformator
26
4.2. Gambar Fluks Magnet Transformator
27
sudah memilki sistem lilitan yang lebih banyak daripada trafo yang tidak
menggunkan central/non ct.
Jenis trafo ct ada dua bentuk yaitu toroid dan kotak. Toroid memilki inti dari
inti toroid sedangkan kotak biasa memilki inti besi. Jenis trafo stepdown
menggunakan jenis toroid maupun menggunakan besi bisa diterapkan juga di
jenis trafo non ct.
Tramsformator Non-CT
Trafo ini jenis trafo biasa dan harganya lebih murah daripada trafo ct.
tegangan outputnya 0v, 12 volt, 8v, 15v. dan tidak ada titik central yang
menjadi netral seperti halnya trafo ct.
Di body jelas terlihat hanya tulisan 0v dan beberapa tegangan output yang
berbeda. tidak seperti trafo ct yang memilki beberapa tegangan antara kiri dan
kanan ada angka yang sama. Hal lain yang cukup menonjol dari trafo non ct
adalah kawat email bagian output lebih besar dibandingkan ukuran ampere
yang sama dengan trafo menggunakan CT, sehingga output jika digunakan
secara normal maka hasil arusnya bisa asli.
Perlu menjadi sebuah catatan bahwa sebenarnya jenis power suplai simetris
bisa dibuat menggunakan trafo non ct. Kelemahan menggunakan sistem
simetris menggunakan trafo non ct adalah drop tegangan sangat terasa ketika
digunakan di amplifier audio. trafo akan lebih panas dari kinerja jika
digunakan secara normal. Tentu hal ini menjadi satu bukti bahwa trafo non ct
akan mengeluarkan setengah daya yang dituliskan oleh spesifikasi trafo
28
ketika digunakan untuk tegangan simetris. Sedangkan ketika asli
menggunakan trafo CT maka arus akan cenderung lebih setabil.
29
Transformator CT
No. Nilai Transformator (V) Hasil Pengukuran
1. 12V
2. 12V
3. 15V
4. 15V
5. 18V
6. 18V
Hasil Analisa :
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
Trasnsfortamator Non-CT
No. Nilai Transformator (V) Hasil Pengukuran (V)
1. 3V
2. 4.5V
3. 6V
4. 7.5V
5. 9V
6. 12V
Hasil Analisa :
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
30
1. Buatlah rangkain setengah gelombang dan gelombang penuh pada
aplikasi Proteus/praktik alat langsung dengan :
a. Menggunakan Trafo CT dan beri penjelasan pada rangkaiannya
b. Menggunakan Trafo Non-CT dan beri penjelasan pada rangkaiannya
2. Buatlah rangkain stepdown tegangan DC pada aplikasi Proteus/praktik
alat langsung dengan :
a. Menggunakan Trafo CT dan beri penjelasan pada rangkaiannya
b. Menggunakan Trafo Non-CT dan beri penjelasan pada rangkaiannya
3. Buatlah rangkain simetris pada aplikasi proteus dengan output tegangan
12v dan 5v.
PERCOBAAN V
31
OSCILLOSCOPE
Bagian-bagian osiloskop :
32
1. Probe
Probe adalah kabel penghubung yang ujungnya diberi penjepit,
dengan penghantar kerkualitas, dapat meredam sinyal-sinyal gangguan,
seperti sinyal radio atau noise yang kuat. Ada dua terminal penghubung
pada probe, yaitu ujung probe dan kabel ground yang biasanya
dipasangi capit buaya. Pada prakteknya capit buaya tersebut
dihubungkan dengan bagian ground pada rangkaian, seperti chasis
logam, dan sentuhkan ujung probe pada titik yang dites pada rangkaian
2. Kalibrasi pada probe
Pada umumnya, tiap osiloskop sudah dilengkapi sumber sinyal
acuan untuk kalibrasi. Sebagai contoh, osiloskop GW tipe tertentu
mempunyai acuan gelombang persegi dengan amplitudo 2V peak to
peak dengan frekuensi 1 KHz. Misalkan kanal 1 yang akan dikalibrasi,
maka BNC probe dihubungkan ke terminal masukan kanal 1.
3. Pengendali intensitas digunakan untuk mengatur intensitas cahaya
gambar gelombang yang ditampilkan pada monitor osiloskop.
4. Pengendali fokus digunakan untuk mengatur ketajaman
gambar gelombang.
5. Pengendali vertikal digunakan untuk merubah posisi dan skala
gelombang secara vertikal. Osiloskop memiliki pula pengendali untuk
mengatur masukan coupling dan kondisi sinyal lainnya yang dibahas
pada bagian ini. Gambar 1 menunjukkan tampilan panel depan dan
menu on-screen untuk kontrol vertikal.
6. Pengendali vertikal (cont.)
Tombol posisi vertikal digunakan untuk menggerakkan gambar
gelombang pada layar ke arah atas atau ke bawah. Tombol Volts / div
mengatur skala tampilan pada arah vertikal. Pemilihan posisi. Misalkan
tombol Volts/Div diputarpada posisi 5 Volt/Div, dan layar monitor
terbagi atas 8 kotak (divisi) arah vertikal. Berarti, masing-masing divisi
(kotak) akan menggambarkan ukuran tegangan 5 volt dan seluruh layar
dapat menampilkan 40 volt dari dasar sampai atas. Jika tombol tersebut
berada pada posisi 0.5 Volts/dDiv, maka layar dapat menampilkan 4
volt dari bawah sampai atas, dan seterusnya. Tegangan maksimum yang
33
dapat ditampilkan pada layar adalah nilai skala yang ditunjukkan pada
tombol Volts/Div dikali dengan jumlah kotak vertikal. Jika probe yg
digunakan menggunakan faktor pelemahan 10x, maka tegangan yang
terbaca harus dikalikan 10.
7. Pengendali Horizontal
Gunakan pengendali horizontal untuk mengatur posisi dan skala
pada bagian horizontal gelombang.
- Tombol Posisi
Tombol posisi horizontal menggerakkan gambar gelombang
dari sisi kiri ke kanan atau sebaliknya sesuai keinginan kita pada
layar.
- Tombol Time / Div ( time base control)
Tombol kontrol Time/div memungkinkan untuk mengatur
skala horizontal. Sebagai contoh, jika skala dipilih 1 ms, berarti
tiap kotak(divisi) menunjukkan 1 ms dan total layer menunjukkan
10 ms(10 kotak horisontal). Jika satu gelombang terdiri dari 10
kotak, berarti periodanya adalah 10 ms atau frekuensi gelombang
tersebut adalah 100 Hz. Mengubah Time/div membuat kita bisa
melihat interval sinyal lebih besar atau lebih kecil dari semula,
pada layar osiloskop, gambar gelombang akan ditampilkan lebih
rapat atau renggang.
8. Pengendali Trigger
- Trigger digunakan untuk membuat tampilan gambar menjadi
tampak diam. Pengendali trigger membuat kita dapat menstabilkan
pengulangan sinyal/gelombang dan menangkap satu bagian
gelombang berjalan.
- Level tegangan trigger sebenarnya tidak bisa dilihat. Tombol
trigger digunakan untuk mengatur level tegangan tersebut, dalam
hal ini ditampilkan dengan scrollbar.
- Teknik pemicuan dapat dilakukan dengan beberapa cara. Pemicuan
tepi (edge triggering) adalah dasar dan jenis yang umum dilakukan
dalam tehnik pemicuan.
34
- Rangkaian trigger berperilaku seperti komparator. Saat sinyal
trigger cocok dengan setting yang dilakukan maka osiloskop
melakukan trigger
35
5.5 Hasil dan Analisa Percobaan
A. Tabel Pengambilan Data
• Pengukuran Frekuensi Sinus
5V dan 100Hz
Time/Div Volt/Div Gambar Vpp F
1 ms 5V
2 ms 2V
5 ms 5V
Hasil analisa :
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
• Pengukuran Frekuensi Sinus
5V dan 1000Hz
Time/Div Volt/Div Gambar Vpp F
100 us 5V
200 us 2V
500 us 5V
Hasil analisa :
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
• Pengukuran Frekuensi Square
5V dan 100Hz
Time/Div Volt/Div Gambar Vpp F
1 ms 5V
2 ms 2V
5 ms 5V
Hasil analisa :
.................................................................................................................
36
.................................................................................................................
.................................................................................................................
• Pengukuran Frekuensi Square
5V dan 1000Hz
Time/Div Volt/Div Gambar Vpp F
100 us 5V
200 us 2V
500 us 5V
Hasil analisa :
.................................................................................................................
.................................................................................................................
.................................................................................................................
B. Perhitungan
• %Ketelitian = |Yn−XnXn|×100 %
Ket : Yn : Hasil pengukuran
Xn : Harga yang diukur
37
38