BUKU PENUNTUN
PRAKTIKUM ELEKTRONIKA
(TEK 152017)
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, Buku Penuntun Praktikum Elektronika (TEK 152017) ini,
dapat kami selesaikan. Buku ini kami susun bertujuan untuk membantu mahasiswa
yang mengambil mata kuliah Praktikum Elektronika di Laboratorium Dasar Teknik
Elektro (Lab DTE) pada Program Studi Teknik Elektro dan Komputer, Fakultas
Teknik Universitas Udayana. Selain itu, buku ini juga merupakan bentuk tanggung
jawab moral dari para pengelola dan pelaksana teknis kegiatan praktikum di Lab
DTE pada Program Studi Teknik Elektro dan Komputer Fakultas Teknik
Universitas Udayana.
Buku Penuntun Praktikum Elektronika (TEK 152017) ini, berisi uraian
pengantar praktikum elektronika (TEK 152017) dan modul-modul praktikum
elektronika sebanyak 5 percobaan. Selain itu,peraturan dan tata tertib laboratorium,
serta kartu monitoring dan format laporan akhir praktikum elektronika juga
dijelaskan secara singkat dan jelas.
Buku Penuntun Praktikum Elektronika (TEK 152017) ini mungkin penuh
dengan keterbatasan dan kekurangan. Oleh sebab itu saran dan kritik yang
konstruktif sangat diharapkan, demi kesempurnaan pelaksanaan praktikum
Elektronika di Lab DTE di tahun yang akan datang. Semoga Buku Penuntun
Praktikum Elektronika (TEK 152017) ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
ii
DAFTAR ISI
iii
PENGANTAR PRAKTIKUM ELEKTRONIKA
iv
PERATURAN DAN TATA TERTIB LABORATORIUM
BAB I
TATA TERTIB DALAM RUANGAN
BAB II
TATA TERTIB PRAKTIKAN
v
laboratorium, teknisi dan asisten.
4. a. Lima menit sebelum praktikum dimulai, praktikan harus sudah siap
di tempat praktikum.
b. Sepuluh menit setelah praktikum dimulai, bagi praktikan yang belum
datang atau tidak hadir dianggap tidak datang dan tidak pernah
mengadakan praktikum.
5. Praktikan tidak dibenarkan memulai suatu percobaan sebelum diijinkan dan
sebelum rangkaian percobaan diperiksa oleh asisten yang bersangkutan.
6. Praktikan dilarang keras meninggalkan ruangan laboratorium tanpa seijin
teknisi atau koordinator asisten pada saat sedang melaksanakan praktikum.
Tanpa ijin dan sepengetahuan asisten, praktikan dilarang mengganti atau
merubah rangkaian atau peralatan praktikum.
7. a. Sebelum praktikum dimulai, semua peralatan yang akan digunakan dicek
serta dihitung jumlahnya, apabila ada yang kurang dapat diberitahukan
kepada asisten yang bersangkutan.
b. Sesudah praktikum selesai, seluruh alat yang dipergunakan agar dirapikan
kembali.
c. Bila karena suatu dan lain hal, alat-alat yang digunakan tidak dapat dikemas,
maka setidak-tidaknya harus dirapikan susunannya dan ditinggalkan dalam
keadaan bersih dan teratur.
d. Kerapian dan kebersihan alat-alat praktikum yang telah digunakan menjadi
beban dan tanggung jawab praktikan yang pelaksanaannya kepada asisten
yang bersangkutan.
8. a. Kerusakan alat yang terjadi pada waktu praktikum berlangsung harus segera
dilaporkan atau diketahui oleh asisten yang bersangkutan.
b. Kerusakan alat yang terjadi karena kelalaian praktikan sepenuhnya menjadi
tanggungan praktikan yang bersangkutan.
c. Tanggungan praktikan atas kerusakan alat tersebut dapat berupa:
- Penggantian alat yang rusak dengan alat yang baik atas biaya praktikan
- Penggantian biaya perbaikan alat yang rusak.
- Permbayaran denda sebagai peringatan pertarma.
vi
BAB III
LAPORAN PRAKTIKUM
vii
BAB IV
LAIN-LAIN
viii
LABORATORIUM DASAR TEKNIK ELEKTRO
LABORATORIUM DASAR TEKNIK ELEKTRO
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA
HARI KE - HARI KE -
PERCOBAAN KE - PERCOBAAN KE -
TANGGAL TANGGAL
JAM KE - JAM KE -
PRE TEST PRE TEST
MHS/PRAKTIKAN MHS/PRAKTIKAN
ASST PRAKTIKUM ASST PRAKTIKUM
TANDA TANDA
KETUA / TEKNISI KETUA / TEKNISI
TANGAN TANGAN
LABORATORIUM LABORATORIUM
DOSEN PEMBIMBING DOSEN PEMBIMBING
KETERANGAN KETERANGAN
0 ≤ NILAI < 40 = E (SANGAT KURANG) 60 ≤ NILAI < 65 = C+ (CUKUP BAIK) 0 ≤ NILAI < 40 = E (SANGAT KURANG) 60 ≤ NILAI < 65 = C+ (CUKUP BAIK)
40 ≤ NILAI < 50 = D (KURANG) 65 ≤ NILAI < 71 = B (BAIK) 40 ≤ NILAI < 50 = D (KURANG) 65 ≤ NILAI < 71 = B (BAIK)
50 ≤ NILAI < 55 = D+ (KURANG CUKUP) 71 ≤ NILAI < 80 = B+ (SANGAT BAIK) 50 ≤ NILAI < 55 = D+ (KURANG CUKUP) 71 ≤ NILAI < 80 = B+ (SANGAT BAIK)
55 ≤ NILAI < 60 = C (CUKUP) 80 ≤ NILAI ≤100 = A (ISTIMEWA) 55 ≤ NILAI < 60 = C (CUKUP) 80 ≤ NILAI ≤ 100 = A (ISTIMEWA)
*) Pilih salah satu dan coret yang tidak perlu ! *) Pilih salah satu dan coret yang tidak perlu !
9
FORMAT LAPORAN
PRAKTIKUM ELEKTRONIKA 2019
x
PERCOBAAN IV
JUDUL PERCOBAAN
Catatan :
Laporan Pendahuluan : Membuat dari sub bab 4.1 hingga 4.4
Laporan Resmi : Membuat dari sub bab 4.5 hingga 4.10
xi
Contoh sampul depan pada laporan akhir praktikum
LABORATORIUM DASAR TEKNIK ELEKTRO
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA
LAPORAN AKHIR
PRAKTIKUM ELEKTRONIKA
KELOMPOK 30 :
xii
Contoh sampul depan pada setiap laporan percobaan
LABORATORIUM DASAR TEKNIK ELEKTRO
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA
PERCOBAAN ….
JUDUL PERCOBAAN
NAMA ASISTEN
NIM ASISTEN
NO.HP ASISTEN
E-mail ASISTEN
xiii
PERCOBAAN I
DIODE DAN RANGKAIAN DIODE
14
bebas. diode termasuk komponen elektronika yang terbuat dari bahan
semikonduktor. Beranjak dari penemuan diode, para ahli menemukan juga
komponen turunan lainnya yang unik.
Gambar 1.2 (a) Struktur kristal silikon dengan sebuah atom pengotor valensi lima menggantikan
posisi salah satu atom silikon dan (b) Struktur pita energi semikonduktor tipe-n.
15
sehingga secara efektif hanya dapat membentuk tiga ikatan kovalen. Saat sebuah
atom trivalen menempati posisi atom silikon dalam kisi kristal, terbentuk tiga ikatan
kovalen lengkap, dan tersisa sebuah muatan positif dari atom silikon yang tidak
berpasangan yang disebut lubang (hole). Material yang dihasilkan dari proses
pengotoran ini disebut semikonduktor tipe-p karena menghasilkan pembawa
muatan negatif pada kristal yang netral. Karena atom pengotor menerima elektron,
maka atom pengotor ini disebut sebagai atom aseptor (acceptor). Secara skematik
semikonduktor tipe-p digambarkan seperti terlihat pada gambar 1.3
Gambar 1.3 (a) Struktur kristal silikon dengan sebuah atom pengotor valensi tiga menggantikan
posisi salah satu atom silikon dan b) Struktur pita energi semikonduktor tipe-p.
1.2.3 Diode
diode memiliki fungsi yang unik yaitu hanya dapat mengalirkan arus satu
arah saja. Struktur diode tidak lain adalah sambungan semikonduktor P dan N. Satu
sisi adalah semikonduktor dengan tipe P dan satu sisinya yang lain adalah tipe N.
Dengan struktur demikian arus hanya akan dapat mengalir dari sisi P menuju sisi
N.
16
Gambar ilustrasi di atas menunjukkan sambungan PN dengan sedikit porsi
kecil yang disebut lapisan deplesi (depletionlayer), di mana terdapat keseimbangan
hole dan elektron. Seperti yang sudah diketahui, pada sisi P banyak terbentuk hole-
hole yang siap menerima elektron, sedangkan di sisi N banyak terdapat elektron-
elektron yang siap untuk bebas merdeka. Lalu jika diberi bias positif, dengan arti
kata memberi tegangan potensial sisi P lebih besar dari sisi N, maka elektron dari
sisi N dengan serta merta akan tergerak untuk mengisi hole di sisi P. Tentu kalau
elektron mengisi hole disisi P, maka akan terbentuk hole pada sisi N karena
ditinggal elektron. Ini disebut aliran hole dari P menuju N, Kalau menggunakan
terminologi arus listrik, maka dikatakan terjadi aliran listrik dari sisi P ke sisi N.
Sebaliknya apakah yang terjadi jika polaritas tegangan dibalik yaitu dengan
memberikan bias negatif (reversebiased). Dalam hal ini, sisi N mendapat polaritas
tegangan lebih besar dari sisi P.
Tentu jawabannya adalah tidak akan terjadi perpindahan elektron atau aliran
hole dari P ke N maupun sebaliknya. Karena baik hole dan elektron masing-masing
tertarik ke arah kutup berlawanan. Bahkan lapisan deplesi (depletion layer) semakin
besar dan menghalangi terjadinya arus. Demikianlah sekelumit bagaimana diode
17
hanya dapat mengalirkan arus satu arah saja. Dengan tegangan bias maju yang kecil
saja diode sudah menjadi konduktor. Tidak serta merta di atas 0 volt, tetapi
memang tegangan beberapa volt di atas nol baru bisa terjadi konduksi. Ini
disebabkan adanya dinding deplesi (deplesion layer). Untuk diode yang terbuat
dari bahan Silikon tegangan konduksi adalah di atas 0,7 Volt. Kira-kira 0,2 Volt
batas minimum untuk diode yang terbuat dari bahan Germanium.
Sebaliknya untuk bias negatif diode tidak dapat mengalirkan arus, namun
memang ada batasnya. Sampai beberapa puluh bahkan ratusan volt baru terjadi
breakdown, di mana diode tidak lagi dapat menahan aliran elektron yang terbentuk
di lapisan deplesi.
1.2.4 Karakteristik Umum diode
Karakteristik diode pada garis besarnya dapat dibedakan atas karakteristik
forward dan karakteristik reverse. Untuk membuat karakteristik diode yang
menunjukkan besarnya arcs pada bermacam-macam harga tegangan yang diberikan
digunakan rangkaian seperti pada gambar.
18
Percobaan dengan rangkaian ini terdiri dari dua bagian, bagian pertama
untuk mendapatkan karakteristik forward dan bagian kedua reverse. Bagian
pertama memerlukan tahanan R = 50 ohm yang terpasang seri seperti pada gambar,
gunanya.untuk membatasi arus reverse; bila tidak diode akan rusak jika tegangan
1,5 Volt langsung dihubungkan padanya. Tegangan maksimum yang boleh
diberikan adalah 1,5 Volt dan voltmeter harus mampu membaca dari 0 sampai 1,5
Volt dengan selang 0,1 Volt. Amperemeter (mA) harus mempunyai skala
maksimum 50 mA. Tegangan dinaikkan secara bertahap mulai dari nol sampai J ,S
Volt dengan selang kenaikkan 0,1 Volt, arus I yang ditunjukkan oleh mA dicatat,
Bila data-data tersebut dinyatakan dalam grafik akan diperoleh karakteristik
forward seperti pada gambar di bawah.
19
Bentuk karakteristik reverse berbeda dengan karakteristik forward-nya,
mula-mula arus naik secara parabola kernudian setelah niencapai harga tertentu,
arus reverse ini akan tetap konstan walaupun tegangan reverse VD dinaikkan, hal
ini disebabkan oleh terbatasnya minoritycarriers sehingga arus tak dapat naik lagi.
Tetapi bila tegangan reverse dinaikkan terus, suatu saat arus reverse akan naik
dengan tiba-tiba menjadi besar sekali. Peristiwa semacam ini disebut breakdown
dan tegangan pada saat mana teriadi breakdown disebut tegangan breakdown. Pada
umumnya tegangan reverse maksimum yang diizinkan (VDM) selalu lebih kecil
dari tegangan breakdown-nya, kecuali pada diode zener.
a. Karakteristik diode umumnya dinyatakan dengan grafik hubungan
antara tegangan pada diodeversus arus yang melewatinya sehingga
disebut karakteristik tegangan-arus (V-I)
b. Secara teoritis, hubungan antara tegangan dan arus diode dinyatakan
oleh persamaan:
ID = IS (eVD /ηVT − 1) ....................................... (1.1)
Keterangan:
ID = arus diode, positif jika didalam diode arahnya dari anode ke katode(A)
IS = arus mundur jenuh(10-8 A s.d. 10-14A)
VT = tegangan kesetaraan suhu :
T kT
volt = ............................................... (1.2)
11600 q
20
Pada saat diode silikon ini dibias maju, agar arus dapat mengalir maka
tegangan harus sebesar 0,7 Volt. Apabila tidak mencapai tegangan minimal
tersebut, arus yang datang dari anoda tidak akan mengalir ke katoda. Apabila
tegangan tersebut sudah mencapai tegangan minimal, maka arus akan naik dengan
cepat seperti yang terlihat pada gambar 1.4 yaitu kurva karakteristik diode silikon
ini. Dimana pada kurva terlihat, saat tegangan mencapai 0,7 Volt, maka arus akan
naik dengan cepat.
21
1.3 Alat – alat Percobaan
1. Modul elektronika dasar
2. 1 buah multimeter
3. Penjepit buaya
4. Osiloskop
5. Mistar / penggaris
6. Pulpen / pensil
22
1.4.2 Karakteristik Tegangan dan Arus (V-I) Diode Menggunakan
Multimeter
1. Buatlah rangkaian seperti gambar 1.11, untuk pengukuran Vd1 gunakan
multimeter digital dan Id dengan multimeter analog.
2. Atur Vs agar didapat harga seperti pada tabel 1.2 (untuk bias forward).
Dan harga Vd sesuai dengan tabel 1.3 (untuk bias reverse).Lakukan
untuk diode Si, Ge, dan zener.
Tabel 1.2 Pengukuran Diode pada Karakteristik V – I dengan Multimeter pada ForwardBias
Forward Bias Vd
Vs (V) Diode Penyearah LED Diode Zener
IN 4002 GEIN 34 Red Green 3,3V 5,1V
0,0
0,1
0,2
0,3
....
....
1,0
1,5
2,0
.....
.....
3,3
23
....
....
5,1
Tabel 1.3 Pengukuran Diode pada Karakteristik V – I dengan Multimeter pada ReverseBias
Bias Reverse Vd
Vs (V) Diode Penyearah LED Diode Zener
IN 4002 GEIN 34 Red Green 3,3V 5,1V
0,0
0,1
0,2
0,3
....
....
1,0
1,5
2,0
.....
.....
3,3
....
....
5,1
24
1.4.3 Penyearah Setengah Gelombang dengan 1 Diode
1. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 1.12, untuk pengukuran VRL
dan IRL gunakan multimeter digital.
VP VS Pengukuran Perhitungan
rms RL rms
IRL VP VS VRL F IRL VRL PRL
(V) (V)
(A) (V) (V) (V) (Hz) (A) (V) (W)
10
220 18
Ω
25
1.4.4 Penyerah Gelombang Penuh
1.4.4.1 Menggunakan 2 Diode
1. Buatlah rangkaian seperti pada Gambar 1.13.
VP VS Pengukuran Perhitungan
rms RL rms
IRL VP VS VRL F IRL VRL PRL
(V) (V)
(A) (V) (V) (V) (Hz) (A) (V) (W)
10
220 18
Ω
26
3. Gambarkan bentuk gelombang keluaran Vs dan VRL masing-masing
terhadap 0/Ground di osiloskop
Tabel 1.6 Pengukuran Dioda Penyearah Gelombang Penuh dengan 4 Dioda
VP VS Pengukuran Perhitungan
rms RL rms
IRL VP VS VRL F IRL VRL PRL
(V) (V)
(A) (V) (V) (V) (Hz) (A) (V) (W)
10
220 18
Ω
Gambar 1.15 Rangkaian Penyearah Setengah Gelombang Menggunakan 1 Diode dengan Filter C
2. Ukurlah besarnya Vo tanpa beban, VRL, IRL dan gambar VRL dan Vr,
untuk harga C sesuai dengan Tabel 1.7, kemudian isilah Tabel 1.7.
3. Gambarkan bentuk gelombang keluaran Vs, VRL masing-masing
terhadap Ground di osiloskop.
27
Tabel 1.7 Pengukuran Penyearah Setengah Gelombang Menggunakan 1 Diode dengan Filter C
Pengukuran Perhitungan
Vp C RL Vs Multimeter Digital
rms (50 (15 rms IRL VRL PRL
IRL Vp VS VRL F
(V) V) W) (V) (A) (V) (W)
(A) (V) (V) (V) (Hz)
1000
10 Ω 12
µF
2200
10 Ω 12
µF
220
3300
10 Ω 12
µF
4700
10 Ω 12
µF
Gambar 1.16 Rangkaian Penyearah Gelombang Penuh Menggunakan 2 Diode dengan Filter C
2. Ukurlah besarnya Vo tanpa beban, VRL, IRL dan gambar VRL dan Vr,
untuk harga C sesuai dengan Tabel 1.8, kemudian isilah Tabel 1.8.
3. Gambarkan bentuk gelombang keluaran Vs, VRL masing-masing
terhadap Ground di osiloskop.
28
Tabel 1.8 Pengukuran Penyearah Gelombang Penuh Menggunakan 2 Diode dengan Filter C
Pengukuran Perhitungan
Vp C RL Vs Multimeter Digital
rms (50 (15 rms IRL VRL PRL
IRL Vp VS VRL F
(V) V) W) (V) (A) (V) (W)
(A) (V) (V) (V) (Hz)
1000
10 Ω 12
µF
2200
10 Ω 12
µF
220
3300
10 Ω 12
µF
4700
10 Ω 12
µF
Gambar 1.17 Rangkaian Penyearah Gelombang Penuh Menggunakan 4 Diode dengan Filter C
2. Ukurlah besarnya Vo tanpa beban, VRL, IRL dan gambar VRL dan Vr,
untuk harga C sesuai dengan Tabel 1.9, kemudian isilah Tabel 1.9.
3. Gambarkan bentuk gelombang keluaran Vs, VRL masing-masing
terhadap Ground di osiloskop.
29
Tabel 1.8 Pengukuran Penyearah Gelombang Penuh Menggunakan 4 Diode dengan Filter C
Pengukuran Perhitungan
Vp C RL Vs Multimeter Digital
rms (50 (15 rms IRL VRL PRL
IRL Vp VS VRL F
(V) V) W) (V) (A) (V) (W)
(A) (V) (V) (V) (Hz)
1000
10 Ω 12
µF
2200
10 Ω 12
µF
220
3300
10 Ω 12
µF
4700
10 Ω 12
µF
1.5 Pertanyaan
1. Bagaimana cara untuk mengetahui baik buruknya diode ,(diode si,Ge,
dan Zener)?
2. Untuk percobaan setengah gelombang dan penyearah gelombang penuh
hitunglah factor rippelnya untuk masing – masing harga RL?
3. Sebutkan dan jelaskan karakteristik dioda sebagai penyearah !
4. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang penyearah setengah gelombang
& penyearah gelombang penuh !
5. Bagaimana pengaruh perubahan nilai C terhadap nilai VRL dan IRC ?
jelaskan.
6. Bandingkan hasil perhitungan kedua percobaan dan terangkan hasil
analisa anda?
30
PERCOBAAN II
BIPOLAR JUNCTION TRANSISTOR
31
2.2.2 Bipolar Juction Transistor
BJT (Bipolar Junction Transistor) tersusun atas tiga material
semikonduktor terdoping yang dipisahkan oleh dua sambungan pn. Ketiga material
semikonduktor tersebut dikenal dalam BJT sebagai emitter, base dan kolektor.
Daerah base merupakan semikonduktor dengan sedikit doping dan sangat tipis bila
dibandingkan dengan emitter (doping paling banyak) maupun kolektor
(semikonduktor berdoping sedang). Karena strukturnya fisiknya yang seperti itu,
terdapat dua jenis BJT. Tipe pertama terdiri dari dua daerah n yang dipisahkan oleh
daerah p (npn), dan tipe lainnya terdiri dari dua daerah p yang dipisahkan oleh
daerah n (pnp).
Sambungan pn yang menghubungkan daerah base dan emitter dikenal
sebagai sambungan base-emiter (base-emitter junction), sedangkan sambungan pn
yang menghubungkan daerah base dan kolektor dikenal sebagai sambungan base-
kolektor (base-collector junction).
Gambar 2.1. Dua Jenis Bipolar Junction Transistor (BJT) NPN (a) dan PNP (b)
Gambar 2.2 menunjukkan simbol skematik untuk bipolarjunctiontransistor
tipe npn dan pnp. Istilah bipolar digunakan karena adanya elektron dan hole sebagai
muatan pembawa (carriers) di dalam struktur transistor.
Gambar 2.2 Simbol BJT tipe npn (a) dan pnp (b)
32
2.2.3 Prinsip Kerja Bipolar Junction Transistor
Gambar 2.3 menunjukkan rangkaian kedua jenis transistor npn dan pnp
dalam mode operasi aktif transistor sebagai amplifier. Pada kedua rangkaian,
sambungan base-emiter (BE) dibias maju (forward-biased) sedangkan sambungan
base-kolektor (BC) dibias mundur (reverse-biased).
Gambar 2.3 Forward-Reverse Bias pada BJT tipe NPN (a) dan PNP (b)
33
2.3 Alat-alat Percobaan
1. Modul praktikum elektronika dasar.
2. Osiloskop dua channel.
3. 2 buah multimeter analog dan digital.
4. 2 buah variable Power supply
5. Kertas milimeter block
6. Flash disk
7. Mistar
8. Datasheet transistor yang digunakan
34
2.4.2 Karakteristik BJT
1. Buatlah rangkaian seperti pada Gambar 2.4.
2. Dengan menggunakan Multimeter ukurlah IB, Ic, IE, VCE, dan VBE,
kemudian catat pada Tabel 2.2
Tabel 2.2 Pengukuran Karakteristik BJT
Perhitungan
VBB IB VCE IC VBE IE Keterangan
hFE 𝜶𝑫𝑪
1.5
2.5
𝐼
3. Hitunglah besarnya hFE atau 𝛽𝐷𝐶 dengan persamaan ℎ𝐹𝐸 = 𝛽𝐷𝐶 = 𝐼 𝐶 .
𝐵
𝐼𝐶
4. Hitunglah besarnya 𝛼𝐷𝐶 dengan persamaan 𝛼𝐷𝐶 = 𝐼 .
𝐸
35
2.4.3 Konfigurasi DC Biasing BJT
2.4.3.1 Common Emitter
1. Ukurlah terlebih dahulu besarnya hFE transistor menggunakan ESR atau
multimeter.
2. Buatlah rangkaian seperti pada Gambar 2.5.
3. Hidupkan catu daya kemudian catat nilai IB, IC, VCE, dan VBE pada
Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Pengukuran Common Emitter
Perhitungan Pengukuran
No Keterangan
IB IC 𝛽𝐷𝐶 VBE VCE
36
2.4.3.2 Common Base
1. Ukurlah terlebih dahulu besarnya hFE transistor menggunakan ESR atau
multimeter.
2. Buatlah rangkaian seperti pada Gambar 2.6.
3. Hidupkan catu daya kemudian catat nilai IB, IC, VCE, dan VBE pada
Tabel 2.4
Tabel 2.4 Pengukuran Konfigurasi Common Base
Perhitungan Pengukuran
No Keterangan
IB IC 𝛽𝐷𝐶 VBE VCE
37
2.4.3.3 Common Collector
1. Ukurlah terlebih dahulu besarnya hFE transistor menggunakan ESR atau
multimeter.
2. Buatlah rangkaian seperti pada Gambar 2.7.
3. Hidupkan catu daya kemudian catat nilai IB, IC, VCE, dan VBE pada
Tabel 2.5
Tabel 2.5 Pengukuran Konfigurasi Common Collector
Perhitungan Pengukuran
No Keterangan
IB IC 𝛽𝐷𝐶 VBE VCE
38
2.5 Pertanyaan
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan daerah cut-off, aktif, dan saturasi?
2. Dari percobaan karakteristik transistor dengan multimeter, buatlah
grafik,
a. IC terhadap VCE
b. VBE terhadap IB
c. hFE terhadap IC.
3. Tentukan titik Q pada BJT, pada tiap konfigurasi!
4. Berdasarkan percobaan yang sudah anda lakukan jelaskan cara kerja
BJT!
5. Sebutkan kegunaan dari BJT serta aplikasinya?
6. Apa syarat – syarat transistor yang beroperasi pada daerah cut-off, aktif
dan saturasi, jelaskan jawaban anda menurut hasil percobaan!
7. Dari keempat jenis bias pada BJT, mana yang paling stabil (pergeseran
titik kerjanya sangat kecil)? Jelaskan!
8. Menurut anda apakah definisi dan kegunaan dari bias?
9. Jika hasil percobaan anda tidak sesuai dengan teori, mungkinkah
disebabkan oleh kerusakan transistor? jelaskan jawaban anda menurut
data percobaan yang diperoleh dan data sheetnya!
10. Bandingkanlah hasil pengukuran dengan perhitungan jelaskan dan beri
kesimpulannya
11. Berikan kesimpulan anda pada tiap-tiap percobaan dan berikan
kesimpulan umumnya pada akhir percobaan.
39
PERCOBAAN III
FIELD EFFECT TRANSISTOR
40
pengosongan lebih jauh masuk ke dalam daerah semikonduktor-N. Besar arus yang
mengalir dari drain ke source ditentukan oleh resistivitas dari saluran-N yang
terdapat antara kedua daerah pengosongan di samping saluran. Resistivitas tersebut
tergantung dari konsentrasi pembawa muatan N dan dari ukuran saluran (panjang,
lebar dan tinggi saluran-N).
JFET kanal-n memiliki daerah-P sebagai gate, dan daerah-N sebagai drain
dan source. Sumber tegangan akan mengalirkan electron bebas dari source ke drain.
Tegangan gate akan mengontrol lebar kanal dimana electron mengalir sehingga
dapat mengatur besarnya aliran ini. Transistor JFET kanal-P memiliki prinsip yang
sama dengan JFET kanal-N, hanya saja kanal yang digunakan adalah
semikonduktor tipe P. Dengan demikian polaritas tegangan dan arah arus
berlawanan jika dibandingkan dengan transistor JFET kanal-N.
41
Terminal kedua sisi implant ini terhubung satu dengan lainnya secara internal dan
dinamakan gate.
Istilah field efect (efek medan listrik) sendiri berasal dari prinsip kerja
transistor ini yang berkenaan dengan lapisan deplesi (depletion layer). Lapisan ini
terbentuk antara semikonduktor tipe N dan tipe P, karena bergabungnya elektron
dan hole di sekitar daerah perbatasan. Sama seperti medan listrik, lapisan deplesi
ini bisa membesar atau mengecil tergantung dari tegangan antara gate dengan
source.
Karena struktur yang sama, terminal drain dan source untuk aplikasi
frekuensi rendah dapat dibolak balik. Namun biasanya tidak demikian untuk
aplikasi frekuensi tinggi. Umumnya JFET untuk aplikasi frekuensi tinggi
memperhitungkan kapasitansi bahan antara gate dengan drain dan juga antara gate
dengan source. Dalam pembuatan JFET, umumnya ada perbedaan kapasitansi gate
terhadap drain dan antara gate dengan source.
JFET kanal-N memiliki daerah P sebagai gate, dan daerah N sebagai drain
dan source. Sumber tegangan akan mengalirkan electron bebas dari source ke
drain. Tegangan gate akan mengontrol lebar kanal dimana elektron mengalir
sehingga dapat mengatur besarnya aliran ini.
JFET kanal-P memiliki prinsip yang sama dengan JFET kanal-N, hanya saja
kanal yang digunakan adalah semikonduktor tipe P. Dengan demikian polaritas
tegangan dan arah arus berlawanan jika dibandingkan dengan transistor JFET
42
kanal-N. Simbol rangkaian untuk tipe P juga sama, hanya saja dengan arah panah
yang berbeda.
Karakteristik tegangan masukan gate terhadap source dan tegangan
keluaran pada drain dan source pada beberapa JFET dapat diilustrasikan pada
gambar berikut:
Arus drain (ID) yang melalui JFET dikontrol oleh tegangan antara gate dan
source (VGS). Pengontrolan ID dilakukan dengan memberikan tegangan reverse
antara gate dan source. Pembawa muatan negative pada kanal-N akan bergerak
menuju terminal positif VDD. Dan elektron dari terminal negative VDD akan
bergerak menuju source ke kanal-N. Dengan menambah tegangan VGG maka lebar
kanal-N akan menyempit hingga tidak ada arus yang lewat.
43
3.3 Alat-alat Percobaan
1. Modul praktikum elektronika dasar
2. 1 buah multimeter analog maupun digital
3. Osiloskop 2 channel.
4. 1 buah variable Power supply
5. Datasheet transistor yang digunakan
44
Tabel 3.2 Pengukuran Karakteristik FET
1.5
2.5
45
Tabel 3.3 Pengukuran Konfigurasi Fixed Bias
46
Tabel 3.4 Pengukuran Konfigurasi Voltage divider bias
2. Setiap mulai mengukur, matikanlah dulu catu daya selama 5 menit (agar
transistor dingin).
3. Kemudian on-kan catu daya dan segera ukur dan catat nilai dari ID, IG,
VDS, dan VGS.
4. Setiap 5 menit catatlah nilai dari ID, IG, VDS, dan VGS. Isi tabel 3.5
Tabel 3.4 Pengukuran Konfigurasi Self Bias
47
3.5 Pertanyaan
1. Berdasarkan percobaan yang sudah anda lakukan jelaskan cara kerja
FET!
2. Sebutkan kegunaan dari JFET serta aplikasinya?
3. Apa yang dimaksud dengan IDS, VP, IGS?
4. Apa ciri ketiga daerah operasi dari JFET
5. Terangkan perbedaan antara BJT dan JFET menurut hasil percobaan
(minimal 5 perbedaan)
48
PERCOBAAN IV
OP-AMP DAN RANGKAIAN OP-AMP
49
4.2.3 Karakteristik Operational Amplifier
Penguat operasional banyak digunakan dalam berbagai aplikasi karena
beberapa keunggulan yang dimilikinya, seperti penguatan yang tinggi, impedansi
masukan yang tinggi, impedansi keluaran yang rendah dan lain sebagainya. Berikut
ini adalah karakteristik dari Op Amp ideal:
1. Penguatan tegangan lingkar terbuka (open-loop voltage gain) AVOL =
2. Tegangan ofset keluaran (output offset voltage) VOO = 0
3. Hambatan masukan (input resistance) RI =
4. Hambatan keluaran (output resistance) RO = 0
5. Lebar pita (bandwidth) BW =
6. Waktu tanggapan (respon time) = 0 detik
7. Karakteristik tidak berubah dengan suhu
50
4.2.5 Non Inverting Amplifier
51
operasionalamplifier (op-amp) mengalirkan arus output. Dengan metode hubung
singkat antara jalur input inverting dan jalur output operasional amplifier (op-amp)
maka diperoleh perhitungan matematis seperti pada persamaan 4.3.
𝑉𝑜𝑢𝑡
𝐴𝑣 = = ................................................. (4.3)
𝑉𝑖𝑛
4.2.7 Adder
52
4.3 Alat-alat Percobaan
1. Modul elektronika Dasar
2. Multimeter
3. Osiloskop
4. Pulpen / pensil
53
Tabel 4.1 Pengujian Op-Amp dengan LED
Op-Amp Ke Posisi SW Indikator LED
keterangan
SW1 SW2 LED R LED G
VCC (+) SC
GND SC
VCC(-) SC
1
VCC (+) OC
GND OC
VCC(-) OC
VCC (+) SC
GND SC
VCC(-) SC
2
VCC (+) OC
GND OC
VCC(-) OC
VCC (+) SC
GND SC
VCC(-) SC
3
VCC (+) OC
GND OC
VCC(-) OC
54
4.4.2 Amplifier Membalik
1. Sambungkan jumper pada modul sesuai dengan gambar 4.7
55
4. Selanjutnya hubungkan Vin dengan -15V dan ulangi langkah percobaan
sebelumnya dan catat hasilnya pada tabel 4.3.
56
2. Hubungkan potensiometer pada VCC +15V.
3. Naikkan tegangan input Vin dengan mengoperasikan potensiometer
dan ukur Vout serta catat hasil pengamatan pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4 Pengukuran tegangan input positif untuk amplifier tak membalik
Vin 0.1 0.3 0.5 0.7 1.0 Volt
Vout Volt
Tabel 4.5 Pengukuran tegangan input negatif untuk amplifier tak membalik
Vin -0.1 -0.3 -0.5 -0.7 -1.0 Volt
Vout Volt
57
4.4.4 Pengikut Tegangan
1. Buatlah rangkaian seperti gambar 4.11.
58
4. Hubungkan potensio keapda VCC -15V dan lakukan percobaan seperti
sebelumnya serta ulangi pengukuran sesuai dengan tabel 4.7
Tabel 4.7 Pengukuran tegangan input output (negatif )untuk pengikut tegangan
Vin -0.1 -0.3 -0.5 -0.7 -1.0 Volt
Vout Volt
59
2. Hubungkan potensiometer 10K ke +15V dan potensio 5K ke +15V
3. Selanjutnya putar potensio meter agar voltmeter untuk setiap tegangan
input sesuai dengan tegangan yang ditentukan pada tabel 4.8.
4. Amati tegangan keluaran dari rangkaian tersebut, catat hasilnya pada
tabel 4.7
4.5 Pertanyaan
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan OP-AMP?
2. Sebutkan fungsi dan karakteristik dari sebuah OP-AMP!
3. Buatlah symbol skematis dari sebuah OP-AMP dan sebutkan masing –
masing bagiannya!
4. Jelaskan fungsi dari masing – masing kaki OP-AMP (pada OP – AMP
741) menurut datasheet yang anda peroleh!
5. Tentukan besarnya gain bagi amplifier membalik dan tak membalik!
6. Bagaimana prinsif kerja dari pengikut tegangan (voltage follower)!
7. Bagaimana sifat-sifat op-am ideal dan hubungannya dengan op-amp
nyata!
8. Bagaimana hubungan tegangan input dan output dari amplifier
penjumlah/adder!
60
PERCOBAAN V
THYRISTOR
54
5.2.2 SCR
SCR (Silicon Controlled Rectifier) adalah diode yang memiliki fungsi
sebagai pengendali arus melalui suatu beban. SCR merupakan komponen dengan
tiga pemicu yaitu: Anoda (A), Katoda (K) dan Gate (G). SCR atau Thyristor masih
termasuk keluarga semikonduktor dengan karakteristik yang serupa dengan tabung
thiratron. SCR dirancang untuk menyebabkan aliran yang rata dari anoda ke
katoda. SCR dibangun dari empat lapisan P dan N yang saling berhubungan.
Struktur dan simbol dari SCR dapat digambarkan seperti pada gambar 5.2.
(a) (b)
55
5.2.3 TRIAC
TRIAC dapat dianggap sebagai dua buah SCR dalam struktur kristal
tunggal, dengan demikian maka TRIAC dapat digunakan untuk melakukan
pensaklaran dalam dua arah (arus bolak balik, AC). Simbol dan struktur TRIAC
adalah seperti ditunjukkan dalam gambar 5.4.
5.2.4 DIAC
Kalau dilihat strukturnya seperti gambar 6.15-a, DIAC bukanlah termasuk
keluarga thyristor, namun prinsip kerjanya membuat ia digolongkan sebagai
thyristor. DIAC dibuat dengan struktur PNP mirip seperti transistor. Lapisan N
pada transistor dibuat sangat tipis sehingga elektron dengan mudah dapat
menyeberang menembus lapisan ini. Sedangkan pada DIAC, lapisan N di buat
cukup tebal sehingga elektron cukup sukar untuk menembusnya. Struktur DIAC
56
yang demikian dapat juga dipandang sebagai dua buah diode PN dan NP, sehingga
dalam beberapa literatur DIAC digolongkan sebagai diode.
Simbol dari DIAC adalah seperti yang ditunjukkan pada gambar 5.6-b.
DIAC umumnya dipakai sebagai pemicu TRIAC agar ON pada tegangan input
tertentu yang relatif tinggi.
57
5.3 Alat-alat Percobaan
1. Modul dasar elektronika
2. Osiloskop
3. Multimeter
4. Steker T
5. Data Sheet SCR, TRIAC, DIAC
6. Disket / flashdisk
7. Milimeterblok
8. Penggaris / mistar
9. Pulpen / pensil
58
5.4.1 Silicon Controlled Rectifier (SCR)
1. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 5.7 saklar daya dalam keadaan
OFF (lampu indikator mati). Hubungkan rangkaian ke jala-jala listrik.
59
Tabel 5.1 Percobaan SCR
Frekuensi
Lampu Mati Lampu Redup Lampu Terang
Polaritas PK-PK PK-PK PK-PK
F (Hz) F (Hz) F (Hz)
(V) (V) (V)
Anoda
Katoda
60
5.4.2 TRIAC dan DIAC
61
Gambar 5.10 Percobaan TRIAC dan DIAC
62
5.5 Pertanyaan
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan SCR, TRIAC, dan DIAC!
2. Jelaskan perbedaan - perbedaan SCR, TRIAC, dan DIAC!
3. Berikan penjelasan tentang fungsi dan karakteristik dari SCR, TRIAC,
dan DIAC!
4. Terangkan cara kerja osilator relaksasi dengan SCR.
5. Apakah keuntungan-keuntungan penggunaan SCR dan TRIAC pada
pengaturan daya?
6. Buatlah contoh aplikasi – aplikasi yang menggunakan SCR, TRIAC,
dan DIAC!
7. Menurut data dan analisa yang anda buat, apakah yang akan terjadi jika
hambatan pada masing – masing rangkaian diatas dikurangi, jelaskan
dengan analisa matematis!
8. Mengapa pada rangkaian R diganti dengan DIAC nyala lampu pada saat
potensio diputar bisa lebih terang dan lebih redup, jelaskan dengan
analisa matematis!
9. Bagaimanakah hubungan antara konstanta waktu jaringan RC pada
Gate dan besarnya sudut tunda penyalaan?
10. Berikan kesimpulan Anda pada masing-masing percobaan di atas!
63