BUKU PENUNTUN
PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK
(TEK 153027)
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, Buku Penuntun Praktikum Rangkaian Listrik (TEK
153017) ini, dapat kami selesaikan. Buku ini kami susun bertujuan untuk membantu
mahasiswa yang mengambil mata kuliah Praktikum Rangkaian Listrik di
Laboratorium Dasar Teknik Elektro (Lab DTE) pada Program Studi Teknik Elektro
dan Komputer, Fakultas Teknik Universitas Udayana. Selain itu, buku ini juga
merupakan bentuk tanggung jawab moral dari para pengelola dan pelaksana teknis
kegiatan praktikum di Lab DTE pada Program Studi Teknik Elektro dan Komputer
Fakultas Teknik Universitas Udayana.
Buku Penuntun Praktikum Rangkaian Listrik (TEK 153017) ini, berisi
uraian pengantar praktikum Rangkaian Listrik (TEK 153017) dan modul-modul
praktikum rangkaian listrik sebanyak 5 percobaan. Selain itu, peraturan dan tata
tertib laboratorium, serta kartu monitoring dan format laporan akhir praktikum
rangkaian listrik juga dijelaskan secara singkat dan jelas.
Buku Penuntun Praktikum Rangkaian Listrik (TEK 153017) ini mungkin
penuh dengan keterbatasan dan kekurangan. Oleh sebab itu saran dan kritik yang
konstruktif sangat diharapkan, demi kesempurnaan pelaksanaan praktikum
Rangkaian Listrik di Lab DTE di tahun yang akan datang. Semoga Buku Penuntun
Praktikum Rangkaian Listrik (TEK 153017) ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
ii
DAFTAR ISI
Sampul depan Buku Penuntun Praktikum Rangkaian Listrik (TEK 153017) ......... i
Kata Pengantar ........................................................................................................ ii
Daftar Isi................................................................................................................. iii
Pengantar Praktikum Rangkaian Listrik (TEK 153017) ........................................ iv
Peraturan dan Tata Tertib Laboratorium ................................................................ v
Kartu Monitoring .................................................................................................. ix
Format Laporan Akhir Praktikum Rangkaian Listrik (TEK 153017) .................... x
Percobaan 1 Hukum Ohm dan Rangkaian Resistor Seri-Paralel ........................... 1
Percobaan 2 Hukum Kirchoff, Rangkaian Tiga Fasa dan Hubungan Y (Bintang) dan Δ (Delta) ... 8
Percobaan 3 Induktansi, Rangkaian RL, dan Rangkaian Induktor Seri-Paralel . 19
Percobaan 4 Kapasitansi, Rangkaian RC, dan Rangkaian Kapasitor Seri-Paralel .......... 29
Percobaan 5 Rangkaian LC Resonansi, dan Gaya Gerak Listrik ......................... 41
iii
Praktikum Rangkaian Listrik bertujuan untuk meningkatkan pemahaman
dan kompetensi mahasiswa Teknik Elektro dan Komputer, tentang deskripsi dan
prinsip kerja dari hukum Ohm, hukum Kirchoff, Induktor, Kapasitor, dan GGL
Induksi. Praktikum Rangkaian Listrik dilaksanakan sesuai dengan jadwal
perkuliahan yang telah ditetapkan oleh pimpinan program studi di awal semester.
Peserta praktikum dikelompokkan menjadi kelompok-kelompok sehingga akan
memudahkan pelaksanaan praktikum karena adanya keterbatasan alat atau modul
praktikum dan juga mengurangi resiko keselamatan kerja di Lab DTE.
Praktikum Rangkaian Listrik dibagi menjadi beberapa percobaan :
Percobaan 1 Hukum Ohm dan Rangkaian Resistor Seri-Paralel
Percobaan 2 Hukum Kirchoff, Rangkaian Tiga Fasa dan Hubungan Y (Bintang)
dan Δ (Delta)
Percobaan 3 Induktansi, Rangkaian RL, dan Rangkaian Induktor Seri-Paralel
Percobaan 4 Kapasitansi, Rangkaian RC, dan Rangkaian Kapasitor Seri-Paralel
Percobaan 5 Rangkaian LC Resonansi, dan Gaya Gerak Listrik
Penjelasan detail dari masing-masing percobaan tersebut di atas diuraikan pada
bagian akhir buku penuntun praktikum rangkaian listrik (TEK 153017)ini.
Sebelum memulai pelaksanaan praktikum Rangkaian Listrik di Lab DTE,
mahasiswa peserta praktikum (Praktikan) wajib membaca dan memahami
iv
BAB I
TATA TERTIB DALAM RUANGAN
BAB II
TATA TERTIB PRAKTIKAN
v
di tempat praktikum.
b. Sepuluh menit setelah praktikum dimulai, bagi praktikan yang belum
datang atau tidak hadir dianggap tidak datang dan tidak pernah
mengadakan praktikum.
5. Praktikan tidak dibenarkan memulai suatu percobaan sebelum diijinkan dan
sebelum rangkaian percobaan diperiksa oleh asisten yang bersangkutan.
6. Praktikan dilarang keras meninggalkan ruangan laboratorium tanpa seijin
teknisi atau koordinator asisten pada saat sedang melaksanakan praktikum.
Tanpa ijin dan sepengetahuan asisten, praktikan dilarang mengganti atau
merubah rangkaian atau peralatan praktikum.
7. a. Sebelum praktikum dimulai, semua peralatan yang akan digunakan dicek
serta dihitung jumlahnya, apabila ada yang kurang dapat diberitahukan
kepada asisten yang bersangkutan.
b. Sesudah praktikum selesai, seluruh alat yang dipergunakan agar dirapikan
kembali.
c. Bila karena suatu dan lain hal, alat-alat yang digunakan tidak dapat dikemas,
maka setidak-tidaknya harus dirapikan susunannya dan ditinggalkan dalam
keadaan bersih dan teratur.
d. Kerapian dan kebersihan alat-alat praktikum yang telah digunakan menjadi
beban dan tanggung jawab praktikan yang pelaksanaannya kepada asisten
yang bersangkutan.
8. a. Kerusakan alat yang terjadi pada waktu praktikum berlangsung harus
segera dilaporkan atau diketahui oleh asisten yang bersangkutan.
b. Kerusakan alat yang terjadi karena kelalaian praktikan sepenuhnya
menjadi tanggungan praktikan yang bersangkutan.
c. Tanggungan praktikan atas kerusakan alat tersebut dapat berupa:
- Penggantian alat yang rusak dengan alat yang baik atas biaya
praktikan
- Penggantian biaya perbaikan alat yang rusak.
- Permbayaran denda sebagai peringatan pertarma.
vi
BAB III
LAPORAN PRAKTIKUM
BAB IV
LAIN-LAIN
vii
5. Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
viii
LABORATORIUM DASAR TEKNIK ELEKTRO LABORATORIUM DASAR TEKNIK ELEKTRO
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA
NAMA MAHASISWA : MOKHAMMAD ZIKRIL HAKIM NAMA MAHASISWA : MOKHAMMAD ZIKRIL HAKIM
N I M : 1705541069 N I M : 1705541069
PEMBIMBING AKADEMIK : Dr. Ida Bagus Gede Manuaba, FOTO PEMBIMBING AKADEMIK : Dr. Ida Bagus Gede Manuaba, FOTO
ST., MT. ST., MT.
PROGRAM : REGULAR / KELAS PARALEL *) PROGRAM : REGULAR / KELAS PARALEL *)
SEMESTER : GANJIL / GENAP *) T.A : 18/19
3x4 SEMESTER : GANJIL / GENAP *) T.A : 18/19 3x4
NAMA PRAKTIKUM : RANGKAIAN LISTRIK NAMA PRAKTIKUM : RANGKAIAN LISTRIK
KODE PRAKTIKUM : TEK BARU / REVISI*) KODE PRAKTIKUM : TEK BARU / REVISI*)
KELOMPOK :C2 KELOMPOK : C2
KELAS : A / B / C / D / E / F / G*) KELAS : A / B / C / D / E / F / G*)
HARI KE - HARI KE -
PERCOBAAN KE - PERCOBAAN KE -
TANGGAL TANGGAL
JAM KE - JAM KE -
PRE TEST PRE TEST
NILAI MODUL ALAT NILAI MODUL ALAT
LAPORAN LAPORAN
ANGKA PENDAHULUAN ANGKA PENDAHULUAN
POST TEST POST TEST
(0-100) UAS (0-100) UAS
LAPORAN AKHIR LAPORAN AKHIR
ATAU ATAU
PERILAKU/SIKAP PERILAKU/SIKAP
MHS/PRAKTIKAN MHS/PRAKTIKAN
ASST PRAKTIKUM ASST PRAKTIKUM
TANDA TANDA
KETUA / TEKNISI KETUA / TEKNISI
TANGAN TANGAN
LABORATORIUM LABORATORIUM
DOSEN PEMBIMBING DOSEN PEMBIMBING
KETERANGAN KETERANGAN
0 ≤ NILAI < 40 = E (SANGAT KURANG) 60 ≤ NILAI < 65 = C+ (CUKUP BAIK) 0 ≤ NILAI < 40 = E (SANGAT KURANG) 60 ≤ NILAI < 65 = C+ (CUKUP BAIK)
40 ≤ NILAI < 50 = D (KURANG) 65 ≤ NILAI < 71 = B (BAIK) 40 ≤ NILAI < 50 = D (KURANG) 65 ≤ NILAI < 71 = B (BAIK)
50 ≤ NILAI < 55 = D+ (KURANG CUKUP) 71 ≤ NILAI < 80 = B+ (SANGAT BAIK) 50 ≤ NILAI < 55 = D+ (KURANG CUKUP) 71 ≤ NILAI < 80 = B+ (SANGAT BAIK)
55 ≤ NILAI < 60 = C (CUKUP) 80 ≤ NILAI ≤100 = A (ISTIMEWA) 55 ≤ NILAI < 60 = C (CUKUP) 80 ≤ NILAI ≤ 100 = A (ISTIMEWA)
*) Pilih salah satu dan coret yang tidak perlu ! *) Pilih salah satu dan coret yang tidak perlu !
FORMAT LAPORAN
PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK 2017
Catatan :
Laporan Pendahuluan : Membuat dari sub bab 4.1 hingga 4.4
Laporan Resmi : Membuat dari sub bab 4.5 hingga 4.10
LABORATORIUM DASAR TEKNIK ELEKTRO
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA
LAPORAN AKHIR
PRAKTIKUM RANGKAIAN LISTRIK
KELOMPOK 30 :
PERCOBAAN III
INDUKTANSI, RANGKAIAN RL, DAN
RANGKAIAN INDUKTOR SERI-PARALEL
1.1 Tujuan
1. mendefinisikan hubungan antara tegangan, arus dan resistansi dalam suatu
rangkaian.
2. mempelajari hubungan melalui percobaan.
3. Mengembangkan hubungan antara resistansi total dan resistor individu
ketika mereka dihubungkan secara seri atau paralel.
1
resistensi ketika salah satu ampere arus mengalir dalam konduktor dengan potensial
satu volt diterapkan pada konduktor. Hubungan antara arus , tegangan dan resistensi
didefinisikan oleh Hukum Ohm sebagai berikut:
E=R×I ..................................................... (1.1)
I=E/R ...................................................... (1.2)
R=E/I ...................................................... (1.3)
Hukum ohm adalah berlaku tidak hanya di sirkuit DC , tetapi juga di sirkuit
AC . Sebuah rangkaian DC dengan tegangan input V dan beban resistansi R
ditunjukkan pada Gambar 1.1.
2
Gambar 1.2 Rangkaian Resistor Paralel
Pada gambar 1.3, ketika R2 diatur ke 100 ohm, resistansi totalnya adalah:
𝑅𝑇 = 𝑅1 + 𝑅2 = 100 + 100 = 200 𝑂ℎ𝑚
Secara umum, untuk n - resistor yang dihubungkan secara paralel seperti
pada gambar 1.4, total resistansi adalah:
3
Gambar 1.4 Hubungan Paralel n-Resistor
Dengan cara yang sama, resistansi total n-resistor dihubungkan secara seri,
seperti pada gambar 1.5, adalah
4
Gambar 1.6 Hukum OHM pada Percobaan
5
4. Mengacu pada gambar 1-2 , menghubungkan ammeter ke tempat yang
dimitasikan " A " , dan menghubungkan voltmeter ke tempat yang
dinotasikan " V ". voltmeter harus terbaca 10V.
5. Hidupkan saklar S1 ON untuk memasukkan 10 ohm resistor ke sirkuit .
Periksa pembacaan Ammeter . Buktikan bahwa hukum ohm adalah
terpenuhi.
6. Matikan S1 off dan hidupkan S2 l . Lihat apabila ammeter menunjukkan
nilai yang benar . Pembacaan saat ini harus 10V / 20 Ὠ = 0,5 A.
7. Matikan S2 off dan menghidupkan S1. Mengubah output DC setiap kali
untuk 2 , 3 , dan 5V dan pastikan saat mengikuti perubahan sesuai
dengan hukum ohm itu.
8. Sesuaikan tegangan input sehingga ammeter menunjukkan 1A .
menggunakan multimeter digital , mengukur tegangan yang meliputi
ammeter . Jelaskan pengukuran tegangan.
Catatan :
Pertimbangkan resistansi internal dari ammeter yang kira-kira 0,2 ohm.
Nilai ini termasuk hambatan shunt .
9. Hitung daya yang dikonsumsi dalam beban resistor 10 dan 20 ohm
ketika 10V diterapkan di masing-masing beban resistor . Bandingkan
hasil dengan daya dihitung dari arus yang diukur pada setiap resistor .
Pertimbangkan persamaan berikut.
P = E2 / R = I2 R=ExI
6
S1 on Tidak ada R1 10 ohm
S1, S2 on Kedua ujung R3 R1, R2 paralel
S1, S2 on jumper R1 dan (R2 + R3)
dihilangkan secara paralel
Catatan:
Resistansi paralel Total harus diperoleh dari
5
𝑅𝑇 =
𝐼𝑇𝑒𝑟𝑢𝑘𝑢𝑟
1.5 Simpulan
1.5.1 Hukum OHM
1. Arus dalam rangkaian yang berbanding terbalik dengan resistensi pada
tegangan yang diberikan. Oleh karena itu, tidak ada resistansi berarti
sirkuit korsleting, dan resistansi yang tak terbatas adalah setara dengan
sirkuit terbuka.
2. Untuk resistansi yang diberikan, arus melalui resistor sebanding dengan
tegangan yang diberikan.
3. Daya yang disifikasikan dalam resistor empat kali lipat ketika arus atau
tegangan dinaikan dua kali.
7
PERCOBAAN II
HUKUM KIRCHOFF, RANGKAIAN TIGA FASA
DAN HUBUNGAN Y (BINTANG) DAN DELTA (∆)
2.1 Tujuan
1. Mempelajari tentang hukum Kirchhoff
2. Mempelajari hubungan arus dan tegangan pada hubungan Y dan delta pada
rangkaian tiga fasa.
Pada gambar 2.1 (a), tegangan naik atau sumber tegangan adalah 10V dan
tegangan turun adalah tegangan di R1 dan R2. Oleh karena itu, 10V = 3V + 7 V.
Pada gambar 2.1 (b) dengan asumsi arah positif searah jarum jam dari terminal
8
positif dari EB, ER1 dan ER2 memiliki polaritas berlawanan terhadap EB . Oleh
karena itu , jumlah dari tegangan loop tertutup adalah EB - ER1 - ER2 = 0.
Hukum Kirchhoff arus ( KCL ) (Mengacu pada gambar 2.2) menyatakan
bahwa jumlah arus yang memasuki rangkaian adalah sama dengan jumlah arus yang
meninggalkan rangkaian. Persimpangan umum atau titik A pada gambar juga
disebut node. Ketika dimasukkan secara langsung untuk setiap masukan yang
melalui persimpangan tersebut membuat arus yang mengalir menuju persimpangan
menjadi positif dan arus yang mengalir jauh dari persimpangan menjadi negatif,
jumlah aljabar semua arus di sebuah simpul adalah nol.
Untuk mengatasi dua masalah sumber, lihat rangkaian untuk mendapat dua
loop tersendiri seperti yang terlihat pada gambar 2.4.
Untuk loop sebelah kiri.
E1 - ER1 - ER3 = 0 dan ER1 = R1 I1.
Oleh karena itu, E1 - R1 I1 - ER3 = 0
Juga ER3 = R3( I1 + I2)
9
Oleh karena itu , E1 - R1 I1 - R3 (I1 + I2) = 0
- I2 (R1 + R3) - I2 R3 = - E1 .................................................................................... (1)
Untuk loop sebelah kanan,
E2 - ER2 - ER3 = 0 dan ER2 = R2 I1
Oleh karena itu, E2 - R2 - I2 - ER3 = 0
Juga ER3 = R3 (I1 + I2)
Oleh karena itu, E2 - R2 I2 - R3 (I1 - I2) = 0
- I2 (R1 + R3) - I2 R3 = - E2 .................................................................................... (2)
Subtitusi R1 dan R3 dalam (1) dengan I2 dan 6 ohm,
- I1( 12 Ω +6 Ω ) - I2 6 Ω = - 30V
-18 Ω I1 - 6 Ω I2 = - 30V
Persamaan, dari (2)
- I2( 4 Ω +6Ω ) - I2 6 Ω = - 26V
-6 Ω I1 - 10Ω I2 = -26
Penyelesaian (3) dan (4) menghasilkan I1 = I2 = 1A dan 2A
Kemudian ER1 = R1 I1 , ER2 = E2 R2 dan ER3 = R3 (I1 + I2)
10
2.2.2 Rangkaian Tiga Fasa
Transformator tiga fase memiliki tiga lilitan primer dan tiga lilitan secara
sekunder. Ada dua bentuk dari tiga lilitan kabel seperti yang ditunjukkan pada
gambar 2.5, baik untuk mengetahui sumber tegangan tiga fase atau beban tiga fase.
Hubungan Delta atau Y dapat diterapkan baik untuk primer atau sekunder,
menghasilkan empat kombinasi yang mungkin. Hubungan tegangan primer dan
sekunder dirangkum dalam tabel di bawah ini.
Primer Sekunder Arus sekunder (Vs) dengan Np/Ns = 1
11
360 derajat dalam sistem satu fase. Juga perhatikan bahwa nilai instanteneous dari
satu fase yang setara dengan nilai absolut dari penjumlahan dari dua fase lain pada
titik yang sama.
12
Gambar 2.7 Rangkaian Percobaan Hukum Kirchoff Arus
3. Menggunakan nilai yang terukur IR1 dan IR2 , tulis persamaan yang
menunjukkan hubungan antara, IR1 dan IR2 . Hitung kembali perhitungan
tersebut dengan nilai yang terukur.
Catatan:
13
Gambar 2.8 Rangkaian Percobaan Hukum Kirchoff Tegangan
4. Dari arus yang diukur, dievaluasi ke keakuratannya dari ER1 dan ER2
diperoleh pada langkah ke 3.
2.4.1.3 Percobaan dari Mesh Dengan Sumber Lebih dari Satu Sumber
Tegangan
1. Atur output power supply ke 12V dan 8V dan hubungkan output pada
E1 dan E2 seperti yang ditunjukkan pada gambar 13-8. Berhati- hatilah
dengan kutub output DC . Ukur dan catat nilai-nilai ER1, ER2 dan ER3.
14
Gambar 2.9 Hubungan dari Dua Pengukuran Sumber Tegangan
15
Tabel 2.1 Pengukuran Tegangan Fase
Input/output konfigurasi Tegangan fase
Primer Sekunder U-V V-W W-U
Delta Delta
Delta Y
Y Y
Y Delta
16
5. Matikan saklar daya. Konfigurasi ulang sekunder ke “Y”. Hidupkan
saklar daya. Ukur tegangan fase dan isi Tabel 2.1.
6. Lanjutkan eksperimen untuk sisa kombinasi konfigurasi primer dan
sekunder. Selalu ingat untuk matikan saklar daya sebelum membuat
perubahan.
7. Bandingkan hasilnya dengan nilai yang diberikan pada tabel 7-1.
8. Konfigurasi kedua primer dan sekunder ke “Y” dan ukur tegangan
antara U, V, dan W ke N (netral). Jelaskan mengapa tegangan dari fase
ke netral bukanlah satu setengah dari fase ke fase tegangan.
2.5 Ringkasan
2.5.1 Hukum Kirchoff
1. Setiap kutub pada sumber tegangan dan tegangan masukan berlawanan
satu sama lain dalam sirkuit saat kutub diambil kembali pada sirkuit
tertutup pada arah yang sama .
2. Tidak peduli berapa banyak sumber tegangan yang terlibat , jumlah
kenaikan tegangan sama dengan jumlah penurunan tegangan.
3. Pada jaringan tipe-T seperti pada gambar 13-8, arus yang mengalir ke-
R3 ada dua komponen : I1 yang disebabkan E1 , dan I2 yang dihasilkan
oleh E2. Dengan begitu, tegangan yang terdapat di R3 adalah R3(I1 + I2).
2.5.2 Rangkaian Tiga Fasa
1. Pada hubungan “Y”, tersedia garis netral. Garis netral pada koneksi “Y”
adalah konduktor keempat dari sistem 3 phase empat kawat.
2. untuk memberikan koneksi primer, tegangan sekunder ditingkatkan
dengan faktor √3 dari sekunder sebagai pengubah dari delta ke “Y”.
Properti ini digunakan dalam operasi 3 fase motor induksi. Motor
induksi dikonfigurasi untuk “Y” ketika mulai untuk meminimalkan arus
masuk. Ketika dimulai, maka motor beralih ke koneksi delta.
3. Pada hubungan“Y”, tegangan dari masing-masing fase ke netral adalah
1/√3 fase ke fase tegangan. Oleh karena itu, dalam sistem 3 fase empat
kawat, fase tunggal 127V tersedia dari fase 220W.
17
18
PERCOBAAN III
INDUKTANSI, RANGKAIAN RL, DAN RANGKAIAN
INDUKTOR SERI-PARALEL
3.1 Tujuan
1. Mempelajari sifat- sifat komponen dari induktor yang merupakan salah satu
elemen pasif yang paling penting dalam rangkaian AC.
2. Mengembangkan hubungan untuk menemukan Induktansi total pada induktor-
induktor Seri dan Paralel.
19
Dimana:
N= jumlah lilitan dan ditentukan oleh:
E x 104
N = 4,44 𝐵𝑚𝑓𝐴 .................................................... (3.3)
𝑐
Induktansi dari sebuah induktor inti udara dapat dihitung dengan persamaan
berikut:
0,04 μN2 r2 10−6
𝐿= . H ......................................(3.4)
l
Dimana:
Kumparan dapat menyimpan energi di dalam medan magnet. Namun,
kumparan itu sendiri dapat menghilangkan energi pada saat yang sama disebabkan
oleh resistansi (R) DC dari kumparan. Rasio antara energi yang tersimpan dan
hilang dalam kumparan didefinisikan sebagai faktor kualitas (Q).
Q sebuah kumparan = energi yang tersimpan / energi dihamburkan
2𝜋𝑓𝐿 𝑋𝐿
𝑄= = ................................................(3.5)
𝑅 𝑅
20
seperti yang ditunjukkan di bawah ini, total resistansi terhadap sinyal AC disebut
sebagai impedansi Z.
𝑍 2 = 𝑅 2 + 𝑋𝐿 2 ................................................. (3.6)
Hubungan fase antara Z, XL dan R ditunjukkan pada Gambar 3.2.
Hubungan fase dalam rangkaian paralel R-XL seperti yang ditunjukkan pada
gambar 3.3
21
Gambar 3.3 Hubungan Fasa Rangkaian Paralel R-L
Catatan:
22
Hubungan di atas berlaku ketika Induktor tidak saling digabungkan. Dalam kasus
yang dilakukan seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.6, induktansi dari
rangkaian berliku empat kali lipat karena ternyata adalah dua kali lipat.
23
Gambar 3.7 Papan No. 06
24
4. Dari tegangan yang diukur pada CH-2 dan arus yang diperoleh dari
langkah 4. Hitung impedansi z dan juga besarnya XL.
Catatan:
Diketahui input tegangan E dan arus I. Impedansi z dihitung sebagai E/I.
Z diperoleh, dan xL dapat dihitung dengan:
𝑍 = √𝑅2 + X L 2
𝑋𝐿 = √𝑍 2 + 𝑅𝑑 2
5. Atur Tegangan puncak CH-1 dan CH-2 menjadi sama besar dan ukur
beda phase antara 2 bentuk gelombang. Bandingkan hasil pengukuran
dengan nilai yang didapat menggunakan rumus berikut:
𝑥𝐿
∅ = tan−1
𝑅
6. Lepaskan generator fungsi. Menggunakan LCR meter, Ukur induktansi
L1 (a-c), L2 (c-b) dan L (a-b) pada gambar 8-5. Jika L1 = L2, L harus
empat kali dari L¬1 atau L2. Lihat pendahuluan, jika L1 danL2 tidak
sama, L hanya jadi dua kali lipat.
7. Hubungkan kembali generator fungsi kerangkaian dan ubah frekuensi
dari 100 KHz ke 200 KHz. Jangan mengubah amplitudonya. Cari arus I
dari Tegangan Rd
25
8. Ulangi langkah 5 dengan frekuensi diatur pada 200 KHz. Bagaimana
XL berubah ketika frekuensi dua kali lipat?
26
Catatan:
Nilai XL dari 1mH induktor adalah 10 waktu lebih besar (63Ω-6.3Ω)
dari nilai XL 1 mH inductor (6.3Ω-630Ω) untuk diberikan rentang
frekuensi yaitu 1KHz-100KHz. Dengan kata lain, output impedansi
lebih kecil dari 1mH inductor.
3. Untuk rangkaian seri 10mH dan 1KΩ, hitung nilai C pada 1 KHz,
10KHZ, dan 100KHz dengan menggunakan rumus Q= XL/R =2πfL/R.
Catatan:
Eksternal resistor digunakan dalam percobaan ini untuk mewakili
komponen kumparan DC. Biasanya, resistansi internal pada kumparan
DC digunakan untuk menetapkan nilai Q pada kumparan.
𝐿2 × 𝐿3
𝐿𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 =
𝐿2 + 𝐿3
4. Bandingkan nilai yang terukur dengan nilai-nilai dihitung. Cek apakah
hasil pengukuran sesuai.
27
3.5 Ringkasan
3.5.1 Induktansi
1. Induktansi pada kumparan sebanding untuk perkalian bergantian. Untuk
meningkatkan nilai Q pada kumparan, resistansi DC harus
diminimalkan. Ketika inti material superior digunakan, seperti
permeabilitas tinggi dan kehilangan inti rendah, putaran akan dikurangi
untuk jumlah induktansi yang sama dan oleh karena itu nilai Q akan
ditingkatkan.
2. Pada reaktansi induktif, tegangan tertentu ditingkatkan 90 derajat.
28
PERCOBAAN IV
KAPASITANSI, RC SIRKUIT, DAN RANGKAIAN
KAPASITOR SERI-PARALEL
4.1 Tujuan
1. Mempelajari sifat dari kapasitor, khususnya dalam kaitannya dengan rangkaian
AC.
2. Dapat menemukan cara untuk menghitung total kapasitansi dari kapasitor yang
terhubung secara seri atau paralel.
Dimana:
C=kapasitansi
F=frekuensi
Dalam kapasitor , arus mendahului tegangan sebesar 90 derajat. Ketika
sebuah kapasitor yang berhubungan dibebankan antara tegangan di kapasitor dan
arus pengisian mengikuti kurva pada Gambar 4.1 (a). Hubungan serupa dalam
induktor ditunjukkan pada Gambar 4.2 (b).
29
Gambar 4.1 Tegangan dan Hubungan Arus di C dan L. (a) Karakteristik Pengecasan Dalam C; (b)
V dan I di L
Yang menarik untuk dicatat dalam gambar 4.1 adalah hubungan tegangan
dan arus ini di C dan L berlawanan satu sama lain. Ini adalah karakteristik
terpenting untuk C dan L dalam hubungan seri RC fase sirkuit antara R, Xc dan
impedansi Z adalah ditunjukkan pada Gambar 4.2.
𝑋𝑐
Dalam gambar ,𝑍 = √𝑅 2 + 𝑋𝐶 2 atau 𝑍 = 𝐸 / 𝐼, 𝜑 = 𝑡𝑎𝑛− 1 ( 𝑅 ). Debit
internal maupun resistansi loss R secara paralel untuk Xc dan hubungan antara dua
arus, Ir dan Ic terlihat pada gambar 4.3. R adalah nilai yang sangat tinggi pada
umumnya.
30
Gambar 4.3 Unsur kerugian dan XC dari kapasitor
𝑋𝐶
𝑍=𝑅× ................................................(4.4)
√𝑅 2 +𝑋𝐶 2
Ketika faktor daya kurang dari 1.0, daya semu lebih besar dari resistif.
Hanya resistif yang hilang sebagai panas dan sisa daya ( reaktif ) dikembalikan ke
sumbernya.
Susunan sebuah kapasitor ditunjukkan pada Gambar 10-4 dengan rumus
menghitung kapasitansi. Kedua piringan yang dihadapi adalah elektroda.
Kapasitansi antara dua elektroda ditingkatkan dengan mengganti udara antara dua
piringan dengan bahan dielektrik. Sebagai bahan dielektrik menimbulkan
kapasitansi. Hal ini juga menimbulkan kerugian yang tergantung pada tegangan dan
frekuensi sinyal. Kerugian tersebut diidentifikasi sebagai faktor disipasi yang
didefinisikan sebagai:
𝑅
𝐷 = 𝑋𝑐 ................................................(4.6)
31
Gambar 4.4 Susunan Kapasitor dan Perhitungan Kapasitansi
0.57 𝐴𝐾
𝐶(𝑝𝐹) = ............................................(4.7)
𝐷
Dalam hal ini, kapasitansi tersebut menurun pada saat dihubungkan seri.
Namun, karena reaktansi kapasitif berbanding terbalik dengan kapasitansi, total
kenaikan reaktansi sebagai kapasitor adalah dihubungkan secara seri.
32
Ketika kapasitor dihubungkan secara paralel, total kapasitansi C adalah
𝐶 = 𝐶1 + 𝐶2 + 𝐶3 + ⋯ + Cn .....................................(4.9)
33
4.4 Cara Kerja
1. Pasang papan NO - 07 papan ke papan -mount
4.4.1 Percobaan Reaktansi Kapasitif.
1. Mengatur output dari generator fungsi untuk gelombang sinus , 100 KHz
20Vp-p dan menghubungkan output untuk terminal " f " di sisi kiri
papan (Gambar 4.8 ). Hubungkan CH-1 dan CH-2 gelombang probe
pada oscilloscope seperti ditunjukkan pada Gambar 4.9.
2. Sesuaikan osiloskop sehingga sekitar dua bentuk gelombang dari CH- 1
dan CH-2 ditangkap di layar . Ukur tegangan dari "a" dan " b " untuk
GNDF. Untuk RMS digunakan multimeter digital.
3. Nilai Rd resistor 100 ohm . Hitung arus I dari tegangan yang diukur di
Rd.
34
Gambar 4.9 Diagram Koneksi Osiloskop dan Generator Fungsi
35
7. Hubungkan variable kapasitor ( atau “varicon”) di paralelkan ke
1000pF. Atur variable kapasitor di posisi tengah. Gunakan langkah
kedua sampai 5, untuk memperoleh Z dan Xc. Dengan frekuensi yang
diketahui. Carilah nilai set variable dari kapasitor.
Catatan:
1 1
Dari 𝑋𝐶 = 2𝜋𝑓𝐶 ; 𝐶 = 2𝜋𝑓𝐶𝑋𝑐 karena nilai “C” dihitung adalah untuk
36
Gambar 4.11 Diagram Pengaturan Untuk Mengukur Respon Frekuensi
37
Gambar 4.12 Karakteristik LPF.
38
C2 C3 C2, C3 seri C2, C3 paralel
Kapasitansi
D
3. Hubungkan dua kapasitor secara paralel dan ukur total kapasitansi dan
nilai D. Isi pada tabel.
4. Bandingkan hasilnya dengan nilai yang sudah dihitung. Tentukan total
tegangan ketika tegangan kerja 50 V.
4.5 Rangkuman
4.5.1 Kapasitansi dan Rangkaian RC
1. Dalam sebuah induktor, tegangan mendahului arus sebesar 90°. Dalam
sebuah kapasitor, arus mendahului tegangan sebesar 90°. Oleh karena
itu, hubungan fase antara L dan C menjadi 180°. Respon frekuensi L dan
C yang berlawanan satu sama lain dinyatakan dalam persamaan berikut.
1
𝑋𝐿 = 2𝜋𝑓𝐿, dan Xc = 2 πfC
39
Gambar 4.13 Pengisian – pengosongan pada Rangkaian RC
40
PERCOBAAN V
RANGKAIAN LC RESONANSI, DAN
GAYA GERAK LISTRIK
5.1 Tujuan
1. Mengetahui sifat dari rangkaian LC sebagai fungsi frekuensi
2. Mempelajari prinsip Induksi Gaya Gerak Listrik dan aplikasinya.
41
Contoh: Pada gambar 5.1, R = 30 ohm, XL = 100 ohm dan XC = 90 ohm.
𝑍 = √302 + (100 − 10)2 = 31,62 𝑂ℎ𝑚
Jika XL = XC ,kemudian Z = 30 ohm yang sama seperti R , XL dan XC
membatalkan satu sama lain. Ketika R, L dan C terhubung secara paralel,
karakteristik rangkaian dapat dilihat pada gambar 5.2.
Impedansirangkaian adalah
𝐸
𝑍 = 𝐼 ....................................................... (5.2)
𝑇
42
Gambar 5.3 Rangkaian RLC Seri
Pada gambar 5.3 (b) .jelas bahwa besarnya arus yang maksimum pada
frekuensi resonansi Fo karena ini adalah di mana XL dan XC membatalkan satu sama
𝐸 𝐸
lain. Oleh karena itu, R menjadi impedansi rangkaian dan 𝐼𝑂 = 𝑍 = 𝑅.
43
Catatan pada gambar arus rangkaian diminimalkan pada Fo, karena pada frekuensi
Q dari rangkaian RLC paralel dapat didefinisikan dengan cara yang sama
Q = F0 / BW atau Q = ZTANK / XL
44
atau
𝑀 = (𝑁2 ∅)/𝑖1
dimana L1 dan L2 adalah induktansi sendiri primer dan sekunder :
k = Koefisien Kopling
i1 = Konten Primer
N2 = Jumlah Gulungan Sekunder
∅ = Kebocoran Flux
Ketika tidak ada kebocoran fluks antara primer dan sekunder, k = 1. Dalam
transformator yang sebenarnya, sulit untuk mengharapkan tidak ada kebocoran.
Namun, dengan desain yang baik dapat membuat k mendekati 1 ketika praktek
berikut sudah dilakukan.
1. Dua kumparan harus ditempatkan sedekat mungkin. konsentris berliku
penempatan pada kumparan tunggal menghasilkan kopling yang baik.
2. Sebuah inti tanpa celah udara akan memiliki flux kopling (gandengan)
bersama yang lebih besar seperti yang ditunjukkan pada gambar 5.6
Tegangan induksi sebanding dengan M dan arus primer i, tetapi berbanding terbalik
dengan periode waktu.
45
5.2.3 Pembangkitan Gaya Gerak Listrik Dalam Medan Magnet
Dalam pembahasan di atas, sinyal input yang dibutuhkan adalah sinyal AC
yang berubah-ubah atau bervariasi waktu. Pada bagian ini, pembangkitan gaya
gerak listrik dalam bidang DC (atau medan dari magnet permanen) oleh kumparan
bergerak akan dibahas. Prinsip dasar menghasilkan Gaya Gerak Listrik dalam
medan magnet stasioner oleh konduktor bergerak disajikan pada Gambar 5.7.
Sebuah generator nyata berdasarkan Gambar 5.7 dapat dilihat pada modul M-4 dari
Gambar 5.7. Konduktor berputar yang disebut armature memotong medan magnet
seragam dan seperti halnya, menghasilkan Gaya Gerak Listrik. Besarnya Gaya
Gerak Listrik e dinyatakan sebagai berikut:
𝑑∅
𝑒 = 𝑁 𝑑𝑡 = 𝑁. 𝜔. ∅𝑚 cos(𝜔𝑡) .......................... (5.5)
46
5.3 Alat dan Bahan
1. Board mount BR-3
2. Board NO-07 (LC CIRCUIT and RESONANCE)
3. Papan no-14
4. Generator fungsi
5. Multimeter digital
6. Osiloskop
7. Penghitung frequensi (10Hz – 100KHz)
8. Kabel koneksi
47
dengan “f” di sisi kiri bawah dari papan. Atur generator fungsi menjadi
gelombang sinus 20 Khz dan 20 Vp-p. Juga hubungkan CH-1 dan CH-
2 dari osiloskop ke papan.
2. Atur osiloskop sehingga di sekitar 2 siklus sinyal 20 Khz terlihat di layar
osiloskop. Juga pastikan channel inputan semua diatur untuk dikalibrasi
dan osiloskop disesuaikan untuk mengukur fase 2 input.
Catatan:
Melihat tampilan di layar berada pada titik puncak ke puncak,
sedangkan voltmeter membaca nilai RMS:
𝑉𝑝𝑝
𝑉𝑟𝑚𝑠 =
2√2
3. Ukur tegangan di Rd dan tentukan arus I. Juga ukur tegangan melintasi
a-c (Ea-c). Hitung impedansi yang melewati a-c.
Catatan:
Impedansi di a-c = tegangan Ea-c / I. Jika I berada di RMS maka
tegangan harus di RMS
4. Bandingkan tegangan Ea-c dari ke 4 langkah diatas dengan nilai yang
dihitung berdasarkan rumus berikut:
Catatan:
48
5. Gambar 5.9 disediakan untuk menghasilkan grafik frekuensi (f)
berbanding arus (I). Selesaikan grafik dengan merubah frekuensi dari 10
Khz- 100 Khz. Arus diperoleh dengan membagi tegangan di Rd oleh
Rd. Dalam hal ini output dari penurunan generator fungsi, meningkatkan
kerugian output.7
6. Hubungkan generator fungsi untuk rangkaian seperti yang ditunjukkan
pada gambar 5.10 mengatur output dari generator fungsi untuk
gelombang sinus 20 Khz dan 20 Vp-p. Dan tegangan Rd, menentukan
arus rangkaian.
49
Gambar 5.11 Perangkat untuk Pengukuran Resonansi Paralel (2)
50
Gambar 5.13 Rangkaian Ekuivalen pada Langkah 2
51
Gambar 5.14 Karakteristik Low Pass Filter
Filter- filter terdiri dari R dan L atau R dan C yang memiliki efek
pertama. Ketika frekuensi ganda (1 oktaf), terjadi perubahan pada output
(keluarannya) dengan faktor 2 atau ½ . Namun, filter LC memiliki efek
urutan kedua. Ketika terjadi perubahan frekuensi maka faktornya berupa
2, perubahan outputnya adalah berupa 4 atau ¼. Efek kedua yang
terjadi pada filter LC dapat ditunjukkan dengan tingkat kemiringan yang
lebih curam pada kurva.
52
4. Tekan inti gulungan dan amati outputnya. Apakah outputnya
bertambah? Ulangi langkah tersebut.
53
5.4.4 Pembangkitan Gaya Gerak Listrik dari Magnet Permanen
1. Hubungkan oscilloscope ke terminal EMF OUTPUT seperti modul M-
3. Set oscilloscope ke DC dan 20 mV. Atur waktu ke 0.2 S/Div.
2. Tekan tangkai dari modul dan amati output dari oscilloscope.
3. Pindahkan magnet permanent dengan cepat atau perlahan dan amati
keluaran dari oscilloscope. Perhatikan bahwa keluaran dihasilkan hanya
ketika magnet dalam keadaan bergerak. Kemudian, apabila magnet
bergerak dalam keadaan lambat, akan membutuhkan ketelitian untuk
mendapatkan hasil keluaran.
4. Matikan sumber daya dan atur tegangan keluaran kearah berlawan dari
jarum jam untuk mendapatkan keluaran 0V. Hubungkan sumber daya
keluaran ke DC 12V, masukan terminal dalam M-4 pada modul
generator. Sumber daya DC digunakan untuk member energy motor DC
yang menggerakkan generator.
5. Hubungkan multimeter digital ke keluaran AC terminal modul di M-4
dan set multimeter ke kisaran AC 2v.
6. Hubungkan frekuensi counter ke keluaran AC terminal. Set pengukur
untuk pembacaan 60 Hz
7. Hidupkan sumber daya, tambahkan tegangan keluaran secara perlahan.
Amati frekuensi dan keluaran generator dan lengkapi tabel berikut
10 Hz 20 Hz 30 Hz 40 Hz 50 Hz 60 Hz
54
10. Prinsip DC generator ditunjukkan pada Gambar 16-4. Jelaskan
perbedaan antara AC dan DC generator .
5.5 Rangkuman
5.5.1 Rangkaian LC Resonansi
1. Impedansi dari rangkaian LC adalah bernilai minimum ketika terjadi
resonansi pada rangkaian. Pada kenyataannya, impedansi dari rangkaian
paralel LC adalah bernilai maksimum ketika terjadi resonansi pada
rangkaian tersebut. Pada kedua kasus tersebut, diperlukan besar XL =
XC agar bias terjadi resonansi. Frekuensi resonansi dapat ditemukan
dari persamaan :
1
𝑓=
2𝜋√𝐿𝐶
2. Ketika frekuensi lebih rendah dari frekuensi resonansi (Fr) maka terjadi
resonansi pada rangkaian LC, dimana XC lebih besar dari XL dan
rangkaian ini terjadi resonansi yang bersifat kapasitif. Ketika frekuensi
lebih tinggi frekuensi resonansi (fr), maka XL lebih besar dari XC, dan
secara keseluruhan impedansi dari rangkaian adalah bersifat induktif.
Berikut adalah hubungan antara XC dan XL yang ditunjukkan pada
gambar di bawah ini:
55
3. Pada rangkaian resonan LC paralel, energy dibebankan ke tangki
berisolasi secara bolak-balik antara L dan C. Seperti halnya, sejumlah
energy kecil yang melalui resistansi DC dari L dan kerugian dielektrik
di C pada setiap siklus. Berikut adalah ilustrasi yang terdapat pada
gambar di .bawah ini:
56
5. Resonan pada rangkain paralel, Q = ZTank/ XL , atau Q = IL /ISumber
atau Q = IC / ISumber. Dengan kata lain, arus pada rangkaian diperkuat
oleh adanya faktor Q.
57
2. Ggl induksi sebanding dengan sumber arus i1 dan berbanding terbalik
dengan waktu. Arah arus di sekunder berlawanan dengan arah arus
utama.
3. Output dari generator AC sebanding dengan putaran angker , kekuatan
medan dan jumlah garis fluks dihalangi oleh dinamo dan kecepatan
sudut. Outputnya adalah variasi waktu dari posisi instanteneous armatur
.Hasilnya , output adalah gelombang sinus.
4. Generator DC bekerja menggunakan prinsip yang sama seperti
generator AC . Namun, generator DC memiliki komutator yang
mengubah output dinamo ke DC . Lebih detilnya ditunjukkan di bawah
ini .
58