BUKU PENUNTUN
PRAKTIKUM ELEKTRONIKA ANALOG
(TEK 155312)
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, Buku Penuntun Praktikum Elektronika Analog (TEK
155312) ini, dapat kami selesaikan. Buku ini kami susun bertujuan untuk membantu
mahasiswa yang mengambil mata kuliah Praktikum Elektronika Analog di
Laboratorium Dasar Teknik Elektro (Lab DTE) pada Program Studi Teknik Elektro
dan Komputer, Fakultas Teknik Universitas Udayana. Selain itu, buku ini juga
merupakan bentuk tanggung jawab moral dari para pengelola dan pelaksana teknis
kegiatan praktikum di Lab DTE pada Program Studi Teknik Elektro dan Komputer
Fakultas Teknik Universitas Udayana.
Buku Penuntun Praktikum Elektronika Analog (TEK 155312) ini, berisikan
5 percobaan dan tata tertib Selain itu, peraturan dan tata tertib laboratorium, serta
kartu monitoring dan format laporan akhir praktikum elektronika juga dijelaskan
secara singkat dan jelas.
Buku Penuntun Praktikum Elektronika Analog (TEK 155312) ini mungkin
penuh dengan keterbatasan dan kekurangan. Oleh sebab itu saran dan kritik yang
konstruktif sangat diharapkan, demi kesempurnaan pelaksanaan praktikum
Elektronika Analog di Lab DTE di tahun yang akan datang. Semoga Buku Penuntun
Praktikum Elektronika Analog (TEK 155312) ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.
ii
DAFTAR ISI
Sampul depan Buku Penuntun Praktikum Elektronika Analog (TEK 155312)...... i
Kata Pengantar ....................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................... iii
Pengantar Praktikum Elektronika Analog (TEK 155312) ................................... iv
Peraturan dan Tata Tertib Laboratorium ............................................................... v
Kartu Monitoring ................................................................................................. ix
Format Laporan Akhir Praktikum Elektronika Analog (TEK 155312) ................ x
Percobaan 1 Kelas-Kelas Penguat Daya ................................................................. 1
Percobaan 2 Penguat Daya Frekuensi Audio Menggunakan Transistor .............. 14
Percobaan 3 Penguat Daya Frekuensi Audio Menggunakan Rangkaian Terpadu ......... 26
Percobaan 4 Osilator Harmonisa : Osilator Pergeseran Fasa,Osilator Jembatan Wien,
Osilator Colpitts, Osilator Clapp, dan Osilator Hartley ................................................... 35
Percobaan 5 Komparator, Filter Dan Amplifier Menggunakan Op Amp ............ 55
iii
PENDAHULUAN
iv
PERATURAN DAN TATA TERTIB LABORATORIUM
BAB I
TATA TERTIB DALAM RUANGAN
BAB II
TATA TERTIB PRAKTIKAN
v
laboratorium, teknisi dan asisten.
4. a. Lima menit sebelum praktikum dimulai, praktikan harus sudah siap
di tempat praktikum.
b. Sepuluh menit setelah praktikum dimulai, bagi praktikan yang belum
datang atau tidak hadir dianggap tidak datang dan tidak pernah
mengadakan praktikum.
5. Praktikan tidak dibenarkan memulai suatu percobaan sebelum diijinkan dan
sebelum rangkaian percobaan diperiksa oleh asisten yang bersangkutan.
6. Praktikan dilarang keras meninggalkan ruangan laboratorium tanpa seijin
teknisi atau koordinator asisten pada saat sedang melaksanakan praktikum.
Tanpa ijin dan sepengetahuan asisten, praktikan dilarang mengganti atau
merubah rangkaian atau peralatan praktikum.
7. a. Sebelum praktikum dimulai, semua peralatan yang akan digunakan dicek
serta dihitung jumlahnya, apabila ada yang kurang dapat diberitahukan
kepada asisten yang bersangkutan.
b. Sesudah praktikum selesai, seluruh alat yang dipergunakan agar dirapikan
kembali.
c. Bila karena suatu dan lain hal, alat-alat yang digunakan tidak dapat dikemas,
maka setidak-tidaknya harus dirapikan susunannya dan ditinggalkan dalam
keadaan bersih dan teratur.
d. Kerapian dan kebersihan alat-alat praktikum yang telah digunakan menjadi
beban dan tanggung jawab praktikan yang pelaksanaannya kepada asisten
yang bersangkutan.
8. a. Kerusakan alat yang terjadi pada waktu praktikum berlangsung harus
segera dilaporkan atau diketahui oleh asisten yang bersangkutan.
b. Kerusakan alat yang terjadi karena kelalaian praktikan sepenuhnya
menjadi tanggungan praktikan yang bersangkutan.
c. Tanggungan praktikan atas kerusakan alat tersebut dapat berupa:
- Penggantian alat yang rusak dengan alat yang baik atas biaya
praktikan
- Penggantian biaya perbaikan alat yang rusak.
vi
- Permbayaran denda sebagai peringatan pertarma.
BAB III
LAPORAN PRAKTIKUM
BAB IV
LAIN-LAIN
vii
4. Ketentuan-ketentuan lain yang dianggap perlu akan ditentukan kemudian dan
berada dibawah wewenang dosen laboratorium.
5. Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
viii
LABORATORIUM DASAR TEKNIK ELEKTRO LABORATORIUM DASAR TEKNIK ELEKTRO
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA
HARI KE - HARI KE -
PERCOBAAN KE - PERCOBAAN KE -
TANGGAL TANGGAL
JAM KE - JAM KE -
PRE TEST PRE TEST
MHS/PRAKTIKAN MHS/PRAKTIKAN
ASST PRAKTIKUM ASST PRAKTIKUM
TANDA TANDA
KETUA / TEKNISI KETUA / TEKNISI
TANGAN TANGAN
LABORATORIUM LABORATORIUM
DOSEN PEMBIMBING DOSEN PEMBIMBING
KETERANGAN KETERANGAN
0 ≤ NILAI < 40 = E (SANGAT KURANG) 60 ≤ NILAI < 65 = C+ (CUKUP BAIK) 0 ≤ NILAI < 40 = E (SANGAT KURANG) 60 ≤ NILAI < 65 = C+ (CUKUP BAIK)
40 ≤ NILAI < 50 = D (KURANG) 65 ≤ NILAI < 71 = B (BAIK) 40 ≤ NILAI < 50 = D (KURANG) 65 ≤ NILAI < 71 = B (BAIK)
50 ≤ NILAI < 55 = D+ (KURANG CUKUP) 71 ≤ NILAI < 80 = B+ (SANGAT BAIK) 50 ≤ NILAI < 55 = D+ (KURANG CUKUP) 71 ≤ NILAI < 80 = B+ (SANGAT BAIK)
55 ≤ NILAI < 60 = C (CUKUP) 80 ≤ NILAI ≤100 = A (ISTIMEWA) 55 ≤ NILAI < 60 = C (CUKUP) 80 ≤ NILAI ≤ 100 = A (ISTIMEWA)
*) Pilih salah satu dan coret yang tidak perlu ! *) Pilih salah satu dan coret yang tidak perlu !
FORMAT LAPORAN
PRAKTIKUM ELEKTRONIKA ANALOG 2017
x
PERCOBAAN IV
JUDUL PERCOBAAN
Catatan :
Laporan Pendahuluan : Membuat dari sub bab 4.1 hingga 4.4
Laporan Resmi : Membuat dari sub bab 4.5 hingga 4.10
xi
Contoh sampul depan pada laporan akhir praktikum
LABORATORIUM DASAR TEKNIK ELEKTRO
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO DAN KOMPUTER
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA
LAPORAN AKHIR
PRAKTIKUM ELEKTRONIKA ANALOG
KELOMPOK 30 :
xii
Contoh sampul depan pada setiap laporan percobaan
LABORATORIUM DASAR TEKNIK ELEKTRO
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO DAN KOMPUTER
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA
PERCOBAAN ……..
JUDUL PERCOBAAN
NAMA ASISTEN
NIM ASISTEN
NO. HP ASISTEN
E-mail ASISTEN
xiii
PERCOBAAN I
KELAS-KELAS PENGUAT DAYA TRANSISTOR
1.1 Tujuan
Mempelajari karakteristik bermacam-macam kelas penguat daya audio
dengan transistor
1.2 Pendahuluan
Menurut titik kerja transistor, penguat daya dibagi menjadi penguat daya
kelas A, kelas B, dan Kelas C. Penguat kelas A menggunakan bias sedemikian rupa
sehingga titik kerja transisitor terletak di atas titik cut-off. Pada batas-batas tertentu
sinyal outputnya akan berbentuk gelombang penuh. Titik kerja trasnsistor penguat
kelas B dipilih pada titik cut-off sehingga sinyal outputnya akan berbentuk setengah
gelombang. Sedangkan penguat kelas C menggunakan transisitor dengan titik kerja
dipilih sedemikian rupa sehingga sinyal outputnya berbentuk kurang dari setengah
gelombang. Selain itu terdapat penguat kelas AB, yaitu penguat dengan titik kerja
transistor terletak sedikit di atas titik cut-offnya. Sinyal outputnya lebih besar dari
setengah gelombang dan lebih kecil dari gelombang penuh (titik kerjanya terletak
di antara titik kerja kelas A dan kelas B)
Suatu penguat daya memiliki efisiensi , yang didefinisikan sebagai
berikut :
Daya keluaran AC pada beban
Daya masukan DC yang ditarik oleh penguat
1
Sinyal masuk pada kedua transisitor mempunyai amplitudo yang sama tetapi
berbeda fasa 180o. Pada penguat push-pull kelas B terdapat suatu distorsi yang
disebut sebagai cross-over distortion.
Beban dapat dihubungkan ke penguat dengan output transformator, namun
dapat juga tanpa menggunakan outuput transformator jika penguat menggunakan
dua buah transistor yang komplementer (dua buah transistor yang mempunyai
karakteristik yang sama tetapi berbeda jenisnya, PNP dan NPN).
(A) (B)
Gambar 1.1 Penguat Daya Kelas A dengan Trafo IT 191 dan OT 240
2
1. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 1.1 A dan B
2. Sebelum dihubungkan dengan (LS) ukurlah Q1
3. Hubungkan catu daya 6 V, kemudian ukur VC, VB, dan VE pada
masing-masing transistor. Catat hasil pengukuran Anda pada tabel 1.1
untuk tanpa RL (LS) dan pada tabel 3.2 dengan RL (LS). Untuk gambar
1.1 A dan tabel1.3 untuk tanpa RL (LS) dan pada tabel 1.4 dengan RL
(LS). Untuk gambar 1.1 B
4. Masukkanlah sinyal input dari audio generator dengan frekuensi 1 KHz.
5. Dengan osiloskop kopling DC amati Vi dan Vo dengan CH1, amati
bentuk gelombang keluarannya.
6. Ulangi dengan beban RL(LS) 8 ohm
Tabel 1.1 Pengukuran Penguat Daya Kelas A Tanpa RL (LS) Untuk Gambar A
Pengukuran Gambar osiloskop
F
No VC VB VE VCE f VPP Vmean Vrms
(KHz)
1 1
2 2
Tabel 1.2 Pengukuran Penguat Daya Kelas A Dengan RL (LS) Untuk Gambar A
Pengukuran Gambar osiloskop
F
No VC VB VE VCE f VPP Vmean Vrms
(KHz)
1 1
2 2
Tabel 1.3 Pengukuran Penguat Daya Kelas A Tanpa RL (LS) Untuk Gambar B
Pengukuran Gambar osiloskop
F
No VC VB VE VCE f VPP Vmean Vrms
(KHz)
1 1
2 2
Table 1.4 Pengukuran Penguat Daya Kelas A Dengan RL (LS) Untuk Gambar B
3
Pengukuran Gambar osiloskop
F
No VC VB VE VCE f VPP Vmean Vrms
(Khz)
1 1
2 2
4
F VC VB VE VCE f VPP Vmean Vrms
(KHz)
1 1
2 2
Tabel 1.6 Pengukuran Penguat Daya Kelas A Tanpa Trafo dan Dengan RL (LS)
Pengukuran Gambar osiloskop
F
No VC VB VE VCE f VPP Vmean Vrms
(KHz)
1 0.1
2 0.2
5
4. Masukkanlah sinyal input dari audio generator dengan frekuensi 1 KHz.
5. Dengan osiloskop kopling DC amati Vi dan Vo dengan CH1, amati
bentuk gelombang keluarannya.
6. Ulangi dengan beban RL(LS) 8 ohm
Tabel 1.7 Pengukuran Penguat Daya Kelas B Tanpa Trafo dan Tanpa RL (LS)
Pengukuran Gambar osiloskop
F
No VC VB VE VCE F VPP Vmean Vrms
(KHz)
1 1
2 2
Tabel 1.8 Pengukuran Penguat Daya Kelas B Tanpa Trafo dan Dengan RL (LS)
Pengukuran Gambar osiloskop
F
No VC VB VE VCE F VPP Vmean Vrms
(KHz)
1 0.1
2 0.2
Gambar 1.4 Penguat Daya Kelas B Dengan Trafo IT 191 dan OT 240
1. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 1.4
6
2. Hubungkan catu daya 6 V, kemudian ukur VC, VB, dan VE pada masing
– masing transistor. Catat hasil pengukuran anda pada table 1.9 untuk
tanpa RL (LS) dan pada table 3.10 dengan RL (LS). Untuk gambar 1.4
3. Masukkanlah sinyal input dari audio generator dengan frekuensi 1 KHz.
4. Dengan osiloskop kopling DC amati Vi dan Vo dengan CH1, amati
bentuk gelombang keluarannya.
5. Ulangi dengan beban RL(LS) 8 ohm
Tabel1.9 Pengukuran Penguat Daya Kelas B Dengan Trafo dan Tanpa RL (LS)
Pengukuran Gambar osiloskop
F
No VC VB VE VCE F VPP Vmean Vrms
(KHz)
1 1
2 2
Tabel1.10 Pengukuran Penguat Daya Kelas B Dengan Trafo dan Dengan RL (LS)
Pengukuran Gambar osiloskop
F
No VC VB VE VCE F VPP Vmean Vrms
(KHz)
1 1
2 2
1.4.3 Kelas AB
7
Gambar 1.5 Penguat Daya Kelas AB Tanpa Trafo
1. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 1.5
2. Hubungkan catu daya 6 V, kemudian ukur VC, VB, dan VE pada masing
– masing transistor. Catat hasil pengukuran anda pada tabel 1.11 untuk
tanpa RL (LS) dan pada tabel 1.12 dengan RL (LS). Untuk gambar 1.5
3. Masukkanlah sinyal input dari audio generator dengan frekuensi 1 KHz.
Hubungkan keluaran dengan RL
4. Dengan osiloskop kopling DC amati Vi dan Vo dengan CH1, amati
bentuk gelombang keluarannya.
5. Ulangi dengan beban RL(LS) 8 ohm
6. Untuk gambar 3.5 sakelar S1 (A) tanpa dan dengan RL (LS) dan saklar
S1 (B) tanpa dan dengan RL (LS)
Tabel 1.11 Pengukuran Penguat Daya Kelas AB Dengan Trafo dan Tanpa RL (LS)
Pengukuran Gambar osiloskop
F
No VC VB VE VCE F VPP Vmean Vrms
(KHz)
1 1
2 2
8
Tabel 3.12 Pengukuran Penguat Daya Kelas AB Dengan Trafo dan Dengan RL (LS)
Pengukuran Gambar osiloskop
F
No VC VB VE VCE F VPP Vmean Vrms
(KHz)
1 1
2 2
Gambar 1.6 Penguat Daya Kelas AB Dengan Trafo IT 191 Dan OT 240
1. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 1.6
2. Hubungkan catu daya 6 V, kemudian ukur VC, VB, dan VE pada
masing-masing transistor. Catat hasil pengukuran anda pada tabel 1.13
untuk tanpa RL (LS) dan pada table 3.14 dengan RL (LS). Untuk
gambar 1.6
3. Masukkanlah sinyal input dari audio generator dengan frekuensi 1 KHz.
Hubungkan keluaran dengan RL
4. Dengan osiloskop kopling DC amati Vi dan Vo dengan CH1, amati
bentuk gelombang keluarannya.
9
5. Ulangi dengan beban RL(LS) 8 ohm
Tabel 1.13 Pengukuran Penguat Daya Kelas AB Dengan Trafo dan Tanpa RL (LS)
Pengukuran Gambar osiloskop
F
No VC VB VE VCE F VPP Vmean Vrms
(KHz)
1 1
2 2
Tabel 1.14 Pengukuran Penguat Daya Kelas B Dengan Trafo dan Dengan RL (LS)
Pengukuran Gambar osiloskop
F
No VC VB VE VCE F VPP Vmean Vrms
(KHz)
1 1
2 2
10
Gambar 1.7 Penguat Daya Kelas C Tidak Tertala
Tabel 1.15 Pengukuran Penguat Daya Kelas C Tidak Tertala dan Tanpa RL (LS)
No Pengukuran Gambar osiloskop
11
F VC VB VE VCE F VPP Vmean Vrms
(KHz)
1 0.1
2 0.2
Tabel 1.16 Pengukuran Penguat Daya Kelas C Tidak Tertala dan Dengan RL (LS)
Pengukuran Gambar osiloskop
F
No VC VB VE VCE F VPP Vmean Vrms
(KHz)
1 0.1
2 0.2
1.5 Pertanyaan
1. Apa perbedaan penguat daya kelas A, B, AB, dan C!
2. Jelaskan fungsi dari kapasitor pada output dan input?
DAFTAR PUSTAKA
12
Anonim.2012. Cara Membaca Resistor. [cited 2014 Oktober 8 ]. AvaliableFrom :
URL; http://digital-script.blogspot.com/2012/11/cara-membaca-
resistor.html
Anonim. 2012.Elektronika Digital Dasarbagian 2.[cited 2014 Oktober 8].
AvaliableFrom : URL; http://swavidiana.blogspot.com/search?q=kapasitor
Blocher, R, 2004.DasarElektronika.
Yogyakarta : ANDI.Boylestad.R, 1999.Seventh Edition Electronic Devices And
Circuit Theory. Ohio : New Jersey: Prentice Hall.
Ramdhani.M, 2008.RangkaianListrik.Bandung :Erlangga.
Boylestad, Robert & Louis Nashelsky, Electronic Devices & Circuit Theory 8th
Edition, Prentice-Hall, Inc., 2002.
Hassul, Michael & Don Zimmerman, Electronic Devices & Circuits : Conventional
flow version, Prentice-Hall, Inc., 1997.
Malvino, Albert Paul, Electronic Principles, The McGraw-Hill Co., 1999.
Malvino, Albert Paul, Semiconductor Circuit Approximations : An Introduction To
Transistors & Integrated Circuits 4th Edition, The McGraw-Hill Co., 1985.
Malvino, Albert Paul, Electronic Principles 2nd Edition, The McGraw-Hill Co.,
1979.
PERCOBAAN II
13
PENGUAT DAYA FREKUENSI AUDIO
MENGGUNAKAN TRANSISTOR
2.1 Tujuan
Mempelajari karakteristik penguat daya frekuensi audio yang menggunakan
komponen transistor sambungan dwikutub (Bipolar Junction Transistor, BJT)&
rangkaian terpadu (Integrated Circuit, IC).
14
Daya keluaran AC pada beban
Daya masukan DC yang ditarik oleh penguat
Untuk memperoleh efisiensi yang tertinggi & sinyal output dengan cacat
sinyal yang kecil, dapat digunakan penguat dorong-tarik kelas B (Push-pull
Amplifier). Penguat ini menggunakan dua buah transistor yang identik, yang akan
menguatkan sinyal input secara bergantian. Sinyal input pada kedua transistor itu
memiliki amplitudo sama, akan tetapi berbeda fase 180. Pada penguat dorong-tarik
kelas B terdapat suatu distorsi yang disebut dengan distorsi penyeberangan
(Crossover Distortion, CoD). Untuk menghilangkan distorsi ini, maka digunakan
penguat dorong-tarik kelas AB.
Beban RL pada penguat daya dapat dihubungkan dengan secara langsung,
atau bisa juga dengan menggunakan transformator output, atau bisa juga tanpa
menggunakan transformator output jika menggunakan dua buah transistor yang
complementary (yaitu dua buah transistor yang mempunyai karakteristik yang
sama, akan tetapi berbeda polaritasnya, PNP & NPN).
15
14. Pensil hitam & berwarna
15. Karet penghapus lunak
16. Tip-Ex / Pentel corrector
17. Mistar / penggaris
18. Kalkulator ilmiah
19. Buku / kertas milimeter blok
16
Gambar 2.1 Penguat Daya Frekuensi Audio dengan Output Transformator
7. Isi, gambar & lengkapilah tabel-tabel pada Lembar Kerja & Data Hasil
Percobaan yang diawali dengan tahapan 1 (dengan masih tetap
menghubungkan Vo dengan beban RL = 8 ) sampai dengan tahapan 3
tanpa disertai memvariasi perubahan posisi jumper connector merah S1
& jumper connector biru S2, & nilai dari RS = 1 K& RF = 3 K
(masih tetap & jangan diubah).
8. Amati & gambarlah keterkaitan beda fase pada Tr1 – Tr4.
9. Ukurlah besarnya tegangan Tr1 – Tr4 untuk masing-masing elektroda
BCE & tegangan keluaran (Vo) yang ditarik oleh penguat yang disertai
dengan beban RL.
17
2. Kembalikan posisi jumper connector merah S1 & jumper connector biru
S2 seperti semula & lepaskan jumper connector AOB (dihubung buka).
Kemudian hubungkan Modul Praktikum dengan catu daya.
3. Hubungkanlah bagian masukan catu daya pada Modul Praktikum ke
power line & ukur & gambarlah besarnya tegangan keluaran VCC
dengan menggunakan multimeter & dual trace oscilloscope.
4. Ukurlah besarnya arus masukan diam (I in Q) yang ditarik oleh penguat
tanpa beban RL.
5. Hubungkanlah RFG ke power line & aturlah FS = 1 KHz sinusoidal &
VS = 100 mV pada RFG tersebut.
6. Hubungkanlah keluaran RFG ke bagian masukan (Vin) pada Modul
Praktikum & bagian keluaran (Vo) Modul Praktikum dengan beban RL
= 8 .
7. Isi, gambar & lengkapilah tabel-tabel pada Lembar Kerja & Data Hasil
Percobaan yang diawali dengan tahapan 1 (dengan masih tetap
menghubungkan Vo dengan beban RL = 8 ) sampai dengan tahapan 3
tanpa disertai memvariasi perubahan posisi jumper connector merah S1
& jumper connector biru S2, akan tetapi nilai dari RS=1 K& RF=3
K (masih tetap & jangan diubah).
18
8. Amati & gambarlah keterkaitan beda fase pada Tr1 – Tr4.
9. Ukurlah besarnya tegangan Tr1 – Tr4 untuk masing-masing elektroda
BCE (& jumper connector AOB dilepas) & tegangan keluaran (Vo)
yang ditarik oleh penguat yang disertai dengan beban RL.
10. Ulangilah langkah-langkah di atas dengan mengubah posisi jumper
connector AB terhubung singkat (dipasang kembali).
19
Gambar2.4 Penguat Daya lengkap tanpa Output Transformator
20
6. Hubungkanlah keluaran RFG ke bagian masukan (Vin) pada Modul
Praktikum & bagian keluaran (Vo) Modul Praktikum dengan beban RL
= 8 . ( untuk gambar 4.1 dan 4.2)
7. Isi, gambar & lengkapilah tabel-tabel pada Lembar Kerja & Data Hasil
Percobaan yang diawali dengan tahapan 1 (dengan masih tetap
menghubungkan Vo dengan beban RL = 8 ) sampai dengan tahapan 3
tanpa disertai memvariasi perubahan posisi jumper connector merah S1
& jumper connector biru S2, & nilai dari RS = 1 K& RF = 3 K
(masih tetap & jangan diubah). ( untuk gambar 4.1 dan 4.2)
8. Amati & gambarlah keterkaitan beda fase pada Tr1 – Tr4. ( untuk
gambar 4.1 dan 4.2)
9. Ukurlah besarnya tegangan Tr1 – Tr4 untuk masing-masing elektroda
BCE & tegangan keluaran (Vo) yang ditarik oleh penguat yang disertai
dengan beban RL. (untuk gambar 4.1)
10. Kembalikan posisi jumper connector merah S1 & jumper connector biru
S2 seperti semula & lepaskan jumper connector AOB (dihubung buka).
Kemudian hubungkan Modul Praktikum dengan catu daya. (untuk
gambar 4.2)
11. Ukurlah besarnya tegangan Tr1 – Tr4 untuk masing-masing elektroda
BCE (& jumper connector AOB dilepas) & tegangan keluaran (Vo)
yang ditarik oleh penguat yang disertai dengan beban RL. (untuk
gambar 4.2)
12. Ulangilah langkah-langkah di atas dengan mengubah posisi jumper
connector AB terhubung singkat (dipasang kembali). (untuk gambar
2.4)
RS = 1 K
RF = 3 K
FS = 1 Kz
VS = 100 mV
AB = tidak dihubung singkat (jumper connector AOB dilepas).
VCC = ….?? I in Q = … ?? RL = … ??
21
Tabel 2.1 Pengukuran Penguat Daya Lengkap dengan Output Transformator (jumper not connect)
Lokasi Titik
pengujian Gelombang Keluaran
No Blok Referensi Uji Tanpa RL Dengan ?RL=8 Keterangan
(Gbr & Bsr) (Gbr & Bsr)
1 Vi 0 / GND Vi
B
2 Tr1 0 / GND C
E
B
3 Tr2 0 / GND C
E
B
4 Tr3 0 / GND C
E
B
5 Tr4 0 / GND C
E
6 Vo 0 / GND Vo
B
2 Tr1 0 / GND C
E
B
3 Tr2 0 / GND C
E
22
B
4 Tr3 0 / GND C
E
B
5 Tr4 0 / GND C
E
6 Vo 0 / GND Vo
RS = 1 K
RF = 3 K
FS = 1 KHz
VS = 100 mV
AB = tidak dihubung singkat (jumper connector AOB dilepas).
VCC = ….?? I in Q = … ?? RL = … ??
Tabel2.3Pengukuran Penguat Daya Lengkap tanpa Output Transformator (jumper not connect)
Lokasi Titik
pengujian Gelombang Keluaran
No Blok Referensi Uji Tanpa RL Dengan ?RL=8 Keterangan
(Gbr & Bsr) (Gbr & Bsr)
1 Vi 0 / GND Vi
B
2 Tr1 0 / GND C
E
B
3 Tr2 0 / GND C
E
B
4 Tr3 0 / GND C
E
B
5 Tr4 0 / GND C
E
6 Vo 0 / GND Vo
23
AB = dihubung singkat (jumper connector AOB dipasang kembali).
VCC = ….?? I in Q = … ?? RL = … ??
Tabel2.4 Pengukuran Penguat Daya Lengkap tanpa Output Transformator (jumper connect)
Lokasi Titik
pengujian Gelombang Keluaran
No Blok Referensi Uji Tanpa RL Dengan ?RL=8 Keterangan
(Gbr & Bsr) (Gbr & Bsr)
1 Vi 0 / GND Vi
B
2 Tr1 0 / GND C
E
B
3 Tr2 0 / GND C
E
B
4 Tr3 0 / GND C
E
B
5 Tr4 0 / GND C
E
6 Vo 0 / GND Vo
24
DAFTAR PUSTAKA
25
PERCOBAAN III
PENGUAT DAYA FREKUENSI AUDIO
MENGGUNAKAN RANGKAIAN TERPADU
3.1 Tujuan
Mempelajari karakteristik penguat daya frekuensi audio yang menggunakan
komponen rangkaian terpadu (Integrated Circuit, IC).
26
3. Function Generator (FG)
4. Digital Multimeter (DMM)
5. Project / Breadboard
6. Kabel tembaga kawat penghantar (berwarna pelangi)
7. Jack connector header (SIL ataupun DIP, Male ataupun Female)
8. Kertas folio bergaris
9. Pulpen hitam & berwarna
10. Pensil hitam & berwarna
11. Karet penghapus lunak
12. Tip-Ex / Pentelcorrector
13. Mistar / penggaris
14. Kalkulator ilmiah
15. Buku / kertas milimeter blok
27
6. Ukur dan , dengan Digital Voltmeter ( untuk mendapatkan
hasil pengukuran tersebut.
7. Amati keluaran sinyal pada output dengan Oscilloscope Chanell 2.
28
Gambar 3.2 Penguat Daya Frekuensi Audio dengan IC LM 386 Gain 50
29
Gambar 3.3Penguat Daya Frekuensi Audio dengan IC LM 386 Gain 200
Sinyal Square :
= ….??
= … ??
30
Tabel 3.2Pengukuran Sinyal Square IC LM 386 Gain 20
Peak- %
Peak Pengukuran Teori Kesalahan
(V) V Oscilloscope V Oscilloscope (kali) (kali)
1
2
3
4
Sinyal Triangle :
= ….??
= … ??
Tabel 3.3 Pengukuran Sinyal Triangle IC LM 386 Gain 20
Peak- %
Peak Pengukuran Teori Kesalahan
(V) V Oscilloscope V Oscilloscope (kali) (kali)
1
2
3
4
5
4
5
31
Sinyal Square :
= ….??
= … ??
Tabel 3.5Pengukuran Sinyal Square IC LM 386 Gain 50
Peak- %
Peak Pengukuran Teori Kesalahan
(V) V Oscilloscope V Oscilloscope (kali) (kali)
1
2
3
4
Sinyal Triangle :
= ….??
= … ??
Tabel 3.6Pengukuran Sinyal Triangle IC LM 386 Gain 50
Peak- %
Peak Pengukuran Teori Kesalahan
(V) V Oscilloscope V Oscilloscope (kali) (kali)
1
2
3
4
5
32
Tabel 3.7Pengukuran Sinyal Sinusoidal IC LM 386 Gain 200
Peak- %
Peak Pengukuran Teori Kesalahan
(V) V Oscilloscope V Oscilloscope (kali) (kali)
1
2
3
4
Sinyal Square :
= ….??
= … ??
Tabel 3.8Pengukuran Sinyal Square IC LM 386 Gain 200
Peak- %
Peak Pengukuran Teori Kesalahan
(V) V Oscilloscope V Oscilloscope (kali) (kali)
1
2
3
4
5
Sinyal Triangle :
= ….??
= … ??
Tabel 3.9Pengukuran Sinyal Triangle IC LM 386 Gain 200
Peak- %
Peak Pengukuran Teori Kesalahan
(V) V Oscilloscope V Oscilloscope (kali) (kali)
1
2
3
4
5
33
3.6 Pertanyaan & Tugas
1. Sebutkan karakteristik IC penguat daya frekuensi audio LM 386, TA
7205, & TDA 2030
2.
PERCOBAAN IV
34
OSILATOR HARMONISA:
OSILATOR PERGESERAN FASA, OSILATOR
JEMBATAN WIEN, OSILATOR COLPITTS,
OSILATOR CLAPP
DAN OSILATOR HARTLEY
4.1 Tujuan
1. Mengamati cara kerja dari osilator harmonisa.
2. Dapat mengetahui perbedaan dari masing – masing jenis osilator
harmonisa yang diujikan.
35
Dilihat dari komponen penyusun rangkaiannya, Pada dasarnya ada 2 macam
osilator, yaitu osilator R-C, dan osilator L-C. Osilator R-C dan Osilator L-C
akanmenghasilkan gelombang berbentuk sinusoida
36
R = R dan C1 = C2 = C = C, Rumus untuk mengetahui besar dari
Frekuensi Output osilator adalah :
................................................... (4.1)
Dimana:
Fo = Frekuensi output (Hertz / Hz)
R = Nilai resistor pada rangkaian osilator (ohm /Ω)
C = Nilai kapasitor pada rangkaian osilator (Farad / F)
................................................... (4.2)
Dimana:
Fo = Frekuensi resonansi (Hertz / Hz)
R = Nilai resistor pada rangkaian osilator (ohm /Ω)
37
C = Nilai kapasitor pada rangkaian osilator (Farad / F)
...............................................(4.3)
dimana :
............................................... (4.4)
............................................. (4.5)
38
Dengan: ....................................................................................... Fo =
Frekuensi resonansi (Hertz / Hz)
L = Nilai induktor pada rangkaian osilator (Henry /H)
C = Nilai kapasitor pada rangkaian osilator (Farad / F)
2. Osilator Clapp
Osilator Clapp adalah salah satu dari beberapa jenis osilator
elektronikdibangun dari transistor dan umpan balik positif, dengan
menggunakan kombinasi dari induktansi (L) dengankapasitor (C) untuk
penentuan frekuensi.Berikut adalah gambar rangkaian osilator Clapp.
............................................... (4.6)
Dengan :
.............................................. (4.7)
Dengan:
Fo = Frekuensi resonansi (Hertz / Hz)
L = Nilai induktor pada rangkaian osilator (Henry /H)
C = Nilai kapasitor pada rangkaian osilator (Farad / F)
39
CT= Nilai kapasitor variable pada rangkaian osilator ( Farad/F)
3. Osilator Hartley
Osilator Hartley merupakan osilator yang banyak digunakan pada
rangkaian penerima radio AM dan FM. Frekuensi resonansi ditentukan
oleh nilai induktor dan kapasitor pada rangkaian tank
oscillator.Rangkaian osilator Hartley dapat dilihat pada gambar berikut.
.................................................................................... (4.8)
Dengan :
..................................................................................... (4.9)
Dengan:
Fo = Frekuensi resonansi (Hertz / Hz)
L = Nilai induktor pada rangkaian osilator (Henry /H)
C = Nilai kapasitor pada rangkaian osilator (Farad / F)
40
Osilator
Colpitts
Osilator
Hartley
Osilator
Clapp
Osilator
Pergeseran Penguat
Fasa OP-AMP
Osilator
Jembatan
Wien
Power
Supply
adjustable
variable
Pada modul Osilator Harmonisa, terdapat beberapa bagian yang digunakan dalam
praktikum elektronika terapan.Berikut ini dijelaskan fungsi dari masing masing
komponen yang ada dalam setiap bagian tersebut.
1. Power Supply Adjustable Variabel
41
Potensio 1
Potensio 2
Pengukuran Jumper
Osilator
Input AFG
Saklar S1
Potensio 10K
Potensio 100K
Saklar SA
Saklar SB
Input
Tegangan
Saklar SC
Gambar 4.9 Bagian Penguat OP-AMP
Input tegangan :
Berfungsi untuk men-supply tegangan positif, tegangan negatif, dan
ground pada rangkaian penguat op-amp yang diterima dari bagian
power supply.
Saklar SA dan Saklar SB :
42
Berfungsi untuk mengganti mode penguat.Ketika saklar SA dan SB
“on”, penguat digunakan pada osilator pergeseran fasa. Ketika “off”
digunakan pada osilator jembatan wien.
Saklar SC :
Berfungsi menyambungkan input AFG dengan pengukuran Fo,
ketika pengujian mengggunakan AFG.
Saklar S1 :
Berfungsi untuk memilih input gelombang. Ketika S1 “on”, penguat
mendapat inputan dari osilator. Sedangkan ketika “off” penguat
mendapat inputan dari AFG.
Potensio 100KΩ
Berfungsi dalam penguatan sinyal. Potensio ini digunakan dalam
osilator pergeseran fasa dan jembatan wien untuk mendapat
gelombang keluaran sinus sempurna.
Potensio 10KΩ
Berfungsi dalam penguatan sinyal.Potensio ini digunakan dalam
osilator pergeseran fasa untuk mendapat gelombang keluaran sinus
sempurna.
Input AFG
Berfungsi untuk input gelombang sinus dari AFG. Ini dilakukan
untuk membandingkan hasil keluaran osilator dengan keluaran dari
AFG.
Jumper Osilator
Berfungsi untuk menghubungkan penguat op-amp dengan rangkaian
osilator yang akan diujikan.
Pengukuran
Berfungsi dalam pengukuran Frekuensi output (Fo), tegangan A
(VA) dan tegangan B (VB).
43
3. Osilator Pergeseran Fasa
Saklar S4 – S11
Saklar S2 Saklar S3
Saklar S12
Saklar S12 Input
Penguat
Op-Amp
44
Saklar S12 dan S13
Berfungsi untuk menentukan mode osilator Jembatan Wien.Ketika
saklar S2 dan S3 pada kondisi 1, osilator menggunakan kapasitor-
resistor yang dirangkai parallel-seri.sedangkan pada kondisi 2,
osilator menggunakan kapasitor-resistor yang dirangkai seri-paralel
5. Osilator Colpitts dan Osilator Clapp
Pengukuran
Saklar S1-S6
Saklar S-AFG
Input AFG
Input tagangan
Saklar S A-B
Gambar 4.12 Bagian Osilator Colpitts dan Osilator Clapp
Input tegangan :
Berfungsi untuk men-supply tegangan positifdan ground pada
rangkaian penguat transistor yang diterima dari bagian power
supply.
Saklar S1 hingga S6
Berfungsi untuk menentukan nilai Induktor dan kapasitor yang
digunakan dalam osilator Colpitts dan Osilator Clapp.
Pengukuran
Berfungsi dalam pengukuran Frekuensi output (Fo), tegangan A
(VA) dan tegangan B (VB).
Input AFG
Berfungsi untuk input gelombang sinus dari AFG. Ini dilakukan
untuk membandingkan hasil keluaran osilator dengan keluaran dari
AFG.
Saklar S-AFG
Berfungsi untuk mengg
45
Saklar S A-B
Berfungsi menyambungkan input AFG dengan pengukuran Fo,
ketika pengujian mengggunakan AFG.
Saklar S A-B :
Berfungsi untuk memilih input gelombang. Ketika SA-B “on”,
penguat mendapat inputan dari osilator.Sedangkan ketika “off”
penguat mendapat inputan dari AFG.
6. Osilator Hartley
Pengukuran
Input Osilator 1
Input tegangan :
Berfungsi untuk men-supply tegangan dan ground pada rangkaian
penguat transistor yang diterima dari bagian power supply.
Input Osilator 1
Berfungsi untuk menerima gelombang awal dari rangkaian tangki
osilator yang akan dikuatkan.
Input Osilator 2
Berfungsi untuk memberi input gelombang hasil osilasi ke penguat
transistor
Output Osilator 1
Berfungsi untuk memberi input gelombang pada rangkaian tangki
osilator.
Output Osilator 2 (VB)
46
Berfungsi untuk menerima gelombang hasil penguat dari rangkaian
penguat transistor. Selain itu output osilator 2 ini juga untuk
pengukuran tegangan B (VB).
Pengukuran
Berfungsi dalam pengukuran Frekuensi output (Fo) dan tegangan A
(VA).
47
6. Berikan saklar S4 hingga S11 kondisi “on” sesuai dengan jumlah
resistor – kapasitor yang akan digunakan, dengan :
S4 dan S5 : untuk 3 pasang resistor-kapasitor
S6 dan S7 : untuk 4 pasang resistor-kapasitor
S8 dan S9 : untuk 5 pasang resistor-kapasitor
S10 dan S11 : untuk 6 pasang resistor-kapasitor
7. Atur potensiometer yang ada pada rangkaian penguat op-amp sehingga
didapatkan sinyal keluaran maksimum (sinus) tetapi tidak cacat. Catat
besarnya frekuensi osilasi (fo) dan tegangan keluaran puncak – puncak
(Vopp) dengan menggunakan 3 hingga 6 pasang resistor-kapasitor.
Bandingkan fo dengan fo hasil perhitungan.
8. Catat tegangan VA, VB dan Vo. Hitung besarnya penguatan penguat A
(Av) yaitu Vo / VA dan besarnya penguatan jaringan umpan balik (BV)
yaitu VB / Vo. Catat semua data yang didapat pada tabel 4.1.
9. Ulangi langkah 6 dan 7 dengan menggunakan saklar S2 dan S3 yang ada
pada rangkaian osilator pergeseran fasa pada kondisi 2.
10. Catat tegangan VA, VB dan Vo. Hitung besarnya penguatan penguat A
(Av) yaitu Vo / VA dan besarnya penguatan jaringan umpan balik (BV)
yaitu VB / Vo. Catat semua data yang didapat pada tabel 4.2.
11. Berikan saklar S1 yang ada pada rangkaian penguat op-amp kondisi
“off” dan saklar SC pada kondisi “on”. Berikan masukan pada bagian
Input AFG yang ada pada rangkaian penguat op-amp dari AFG. Dengan
frekuensi mendekati fo, level AFG diatur agar Vo tidak cacat.
12. Amati beda fasa antara Vo dengan VA (θA) dan (θB) dan VB dengan
Vo (θB). Gambarkan pola lissajous yang terbentuk untuk kedua
pengamatan (θA dan θB) pada kertas millimeter.
48
Tabel 4.1Pengukuran Osilator Pergeseran Fasa Dengan Saklar S2 dan S3 Pada Kondisi 1
Jumlah R(Ω) C(F) Fo(Hz) Fo(Hz) VA VB VO VOPP AV BV θA θB
R-C Hitung Ukur
3
Tabel 4.2Pengukuran Osilator Pergeseran Fasa Dengan Saklar S2 dan S3 Pada Kondisi 2
Jumlah R(Ω) C(F) Fo(Hz) Fo(Hz) VA VB VO VOPP AV BV θA θB
R-C Hitung Ukur
3
49
besarnya frekuensi osilasi (fo) dan tegangan keluaran puncak – puncak
(Vopp). Bandingkan fo dengan fo hasil perhitungan.
7. Ulangi langkah 6 dengan menggunakan saklar S12 dan S13 yang ada
pada rangkaian osilator jembatan wien pada kondisi 2.
8. Catat tegangan VA, VB dan Vo. Hitung besarnya penguatan penguat A
(Av) yaitu Vo / VA dan besarnya penguatan jaringan umpan balik (BV)
yaitu VB / Vo. Catat semua data yang didapat pada tabel 4.3.
9. Berikan saklar S1 yang ada pada rangkaian penguat op-amp kondisi
“off” dan saklar SC pada kondisi “on”. Berikan masukan pada bagian
Input AFG yang ada pada rangkaian penguat op-amp dari AFG. Dengan
frekuensi mendekati fo, level AFG diatur agar Vo tidak cacat.
10. Amati beda fasa antara Vo dengan VA (θA) dan (θB) dan VB dengan
Vo (θB). Gambarkan pola lissajous yang terbentuk untuk kedua
pengamatan (θA dan θB) pada kertas millimeter.
Tabel 4.3Pengukuran Osilator Jembatan Wien
Kondisi R(Ω) C(F) Fo(Hz) Fo(Hz) VA VB VO VOPP AV BV θA θB
S12-S13 Hitung Ukur
1
50
4. Berikan saklar S1 hingga S6 kondisi “on” sesuai dengan nilaiinduktor –
kapasitor yang akan digunakan, dengan :
S1 dan S2 : untuk nilai induktor 2,2µH dan nilai kapasitor
470pF
S3 dan S4 : untuk nilai induktor 2,2µH dan nilai kapasitor 1nF
S5 dan S6 : untuk nilai induktor 220µH dan nilai kapasitor 1nF
5. Catat tegangan VA, VB, Vo, Vopp serta Fo. Hitung besarnya penguatan
penguat A (Av) yaitu Vo / VA dan besarnya penguatan jaringan umpan
balik (BV) yaitu VB / Vo. Catat semua data yang didapat pada tabel 4.4
untuk osilator colpiits dan pada tabel 4.5 untuk osilator clap.
6. Berikan saklar S-AFGpada kondisi “off” dan saklar SA-B pada kondisi
”B”. Berikan masukan pada bagian Input AFG dari AFG. Dengan
frekuensi mendekati fo, level AFG diatur agar Vo tidak cacat.
7. Amati beda fasa antara Vo dengan VA (θA) dan (θB) dan VB dengan
Vo (θB). Gambarkan pola lissajous yang terbentuk untuk kedua
pengamatan (θA dan θB) pada kertas milimeter.
Tabel 4.4Pengukuran Osilator Colpitts
L(H) C(F) Fo(Hz) Fo(Hz) VA VB VO VOPP AV BV θA θB
Hitung Ukur
51
4.4.4 Osilator Hartley
Adapun tahapan yang dilakukan untuk melakukan percobaan osilator
hartley adalah sebagai berikut :
1. Atur potensio yang ada pada rangkaian power supply adjustable
variable hingga mendapatkan output tegangan +9 Volt DC. Hubungkan
output tegangan beserta ground pada input tegangan yang ada di
rangkaian penguat penguat transistor dan rangkaian tangki osilator.
2. Hubungkan OSC1 pada rangkaian tangki osilator ke IN OSC pada
rangkaian penguat transistor.
3. Hubungkan OSC2 pada rangkaian tangki osilator ke OUT OSC pada
rangkaian penguat transistor.
4. Hubungkan bagian pengukuran Fo pada salah satu probe osiloscop.
5. Catat besarnya frekuensi osilasi (fo) dan tegangan keluaran puncak –
puncak (Vopp). Bandingkan fo dengan fo hasil perhitungan.
6. Catat tegangan VA, VB dan Vo. Hitung besarnya penguatan penguat A
(Av) yaitu Vo / VA dan besarnya penguatan jaringan umpan balik (BV)
yaitu VB / Vo. Catat semua data yang didapat pada tabel 4.5.
7. Pindahkan jumper tegangan, ground, OSC1 dan OSC2 ke rangkaian
tangki osilator Hartley lainnya untuk menggunakan nilai induktor-
kapasitor yang berbeda.
8. Lepaskan hubungan OSC1 dan OSC2 dengan IN OSC dan OUT OSC.
Berikan masukan pada IN OSCdari AFG. Dengan frekuensi mendekati
fo, level AFG diatur agar Vo tidak cacat.
9. Amati beda fasa antara Vo dengan VA (θA) dan (θB) dan VB dengan
Vo (θB). Gambarkan pola lissajous yang terbentuk untuk kedua
pengamatan (θA dan θB) pada kertas milimeter.
Tabel 4.6Pengukuran Osilator Hartley
L(H) C(F) Fo(Hz) Fo(Hz) VA VB VO VOPP AV BV θA θB
Hitung Ukur
52
4.6 Pertanyaan Dan Tugas
1. Apa yang dimaksud dengan osilator pergeseran fasa ?
2. Apa pengaruh nilai induktor dan capasitor pada osilator LC ?
3. Hitunglah Fo osilator pergeseran fasa, dengan menggunakan nilai R1 =
R2 = R3 = R = 10KΩ dan C1=C2=C3=C=10nF !
4. Hitunglah Fo osilator jembatan wien, dengan menggunakan nilai R1 =
R2 = R=10KΩ dan C1=C2= C=10nF !
5. Hitunglah Fo osilator Colpitts, dengan menggunakan nilai L = 2,2µH
dan C=470pF !
6. Hitunglah Fo osilator Clapp, dengan menggunakan nilai L = 2,2µH dan
C=470pF !
7. Hitunglah Fo osilator Hartley, dengan menggunakan nilai L = 2,2µH
dan C=470pF !
8. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang faktor kualitas koil Q pada
rangkaian osilator!
9. Berikan kesimpulan anda dari masing – masing percobaan diatas!
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Working of Wien Bridge Oscillator. [cited 2014 Oktober 7].
Avaliable
From:http://electronics.stackexchange.com/questions/107284/working-of-
wien-bridge-oscillator
Anonim. 2012. Oscilator Colpitts. [cited 2014 Oktober 8 ]. Avaliable From :
http://elektronika-dasar.web.id/rangkaian/oscilator-colpitts/
Anonim. 2013. Macam Macam Osilator. [cited 2014 Oktober 8 ]. Avaliable From :
http://id.scribd.com/doc/221598973/Macam-Macam-Osilator
53
Boylestad, Robert & Louis Nashelsky, Electronic Devices & Circuit Theory 8th
Edition, Prentice-Hall, Inc., 2002.
Hassul, Michael & Don Zimmerman, Electronic Devices & Circuits : Conventional
flow version, Prentice-Hall, Inc., 1997.
Malvino, Albert Paul, Electronic Principles, The McGraw-Hill Co., 1999.
Malvino, Albert Paul, Semiconductor Circuit Approximations : An Introduction To
Transistors & Integrated Circuits 4th Edition, The McGraw-Hill Co., 1985.
Malvino, Albert Paul, Electronic Principles 2nd Edition, The McGraw-Hill Co.,
1979.
Anonim. 2012. Oscilator Hartley. [cited 2014 Oktober 8 ]. Avaliable From :
http://elektronika-dasar.web.id/rangkaian/oscilator-hartley/
Anonim.2012. Cara Membaca Resistor. [cited 2014 Oktober 8 ]. Avaliable From :
http://digital-script.blogspot.com/2012/11/cara-membaca-resistor.html
Anonim. 2012.Elektronika Digital Dasar bagian 2.[cited 2014 Oktober 8].
Avaliable From : http://swavidiana.blogspot.com/search?q=kapasitor
Blocher, R, 2004.Dasar Elektronika.Yogyakarta : ANDI.
Boylestad.R, 1999.Seventh Edition Electronic Devices And Circuit Theory. Ohio :
New Jersey: Prentice Hall
Ramdhani.M, 2008.Rangkaian Listrik.
Bandung : Erlangga.
PERCOBAAN V
KOMPARATOR, FILTER DAN AMPLIFIER
MENGGUNAKAN OP AMP
5.1 Tujuan
Mengetahui cara penggunaan Op-Amp sebagai komparator, filter, dan
amplifier.
54
5.2.1 OP-Amp
Op-Amp (Operational Amplifier) atau penguat operasional merupakan
suatu jenis penguat elektronika dengan coupling arus searah yang memiliki gain
atau faktor penguatan sangat besar dengan dua masukan dan satu keluaran. Penguat
operasional pada umumnya tersedia dalam bentuk sirkuit terpadu dan yang paling
banyak digunakan adalah seri 741.
Penguat operasional adalah perangkat yang sangat efisien dan serba guna.
Contoh penggunaan penguat operasional adalah untuk operasi matematika
sederhana seperti penjumlahan dan pengurangan terhadap tegangan listrik hingga
dikembangkan kepada penggunaan aplikatif seperti komparator dan osilator dengan
distorsi rendah.
Penguat operasional dalam bentuk rangkaian terpadu memiliki karakteristik
yang mendekati karakteristik penguat operasional ideal tanpa perlu memperhatikan
apa yang terdapat di dalamnya. Karakteristik penguat operasional ideal adalah:
1. Gain tegangan tidak terbatas.
2. Impedansi masukan tidak terbatas.
3. Impedansi keluaran nol.
4. Lebar pita tidak terbatas.
5. Tegangan offset nol (kondisi ketika masukan sebesar nol).
55
Pada diagram skema Gambar 5.1 ini susunan bagian dalam sirkuit
terintegrasi penguat operasional seri 741. Nomor-nomor yang terdapat di dekat
terminal pada gambar menunjukkan nomor kaki terminal pada sirkuit terintegrasi
741 jenis 8-pin. Pin nomor 8 tidak terhubung dengan sirkuit.
56
5.2.2.3 Mode Penguatan Terkendali
Pada mode operasi penguatan terkendali besarnya penguatan dari
operasional amplifier (Op-Amp) dapat ditentukan dari nilai resistansi feedback dan
input. Sehingga nilai penguatan tegangan (Av) pada mode operasi ini dapat
𝑅
dituliskan sebgai berikut : 𝐴𝑣 = − 𝑅 𝑓 . Sehingga besarnya tegangan output
𝑖𝑛
57
Gambar 5. 5Mode penguatan 1
58
Gambar 5. 6Skematik rangkaian penginderaan gelombang sinus pada masukan membalik
Gambar 5. 7Skematik rangkaian penginderaan gelombang sinus pada masukan tak membalik
59
2. Nyalakan Function Generator dan atur Vin pada gelombang sinus
dengan frekuensi 100 Hz
3. Nyalakan catu daya
4. Perhatikan polaritas gelombang masukan dan keluaran.
5. Foto atau simpan gambar hasil percobaan pada osiloskop kemudian
lakukan analisa.
60
9. Amati bentuk gelombang pada osilokop dan catat pada log data kondisi
LED
10. Ukur Vout dan catat nilainya pada tabel 5.1
11. Putar R1 sampai nilai Vin maksimum
12. Amati bentuk gelombang pada osilokop dan catat pada tabel 5.1
13. Ukur Vout dan catat nilainya pada log data
Tabel 5.1Log Data Hasil Pengamatan Percobaan Detektor Level Tegangan
Vin Vref Vout Kondisi
LED
61
3. Hubungkan Function Generator dan atur Vin pada gelombang sinus 10
Hz dengan amplitudo 0.5 Vp-p
4. Catat tegangan masukan yang terukur pada voltmeter pada tabel 5.2
5. Catat tegangan antar puncak pada keluaran Op-Amp 1 pada tabel 5.2
6. Catat tegangan antar puncak pada keluaran Op-Amp 2 pada tabel 5.2,
kemudian simpan atau foto hasil percobaan pada osiloskop.
7. Ubah nilai Function generator menjadi 100 Hz, 1KHz, 10 KHz, dan 100
KHz.
8. Ulangi langkah 4 – 6
Tabel 5.2Data hasil pengukuran penguatan Op-Amp dua tahapan
Op-Amp 1 Op-Amp 2
Frekuensi Vin Av (total)
Vout Av Vout Av
10 Hz
100 Hz
1 KHz
10 KHz
Besarnya penguatan Op-Amp dapat kita hitung secara teori, dengan
persamaan (5.2).
𝑉𝑜𝑢𝑡 𝑅
𝐴𝑣 = 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐴𝑣 = − 𝑅 𝐹
𝑉𝑖𝑛 𝑖𝑛 .............................. (5.2)
9. Matikan catu daya
62
Gambar 5. 10Skematik rangkaian rangkaian Low Pass Filter
63
150
160
170
180
190
200
250
300
350
400
450
500
550
600
650
700
750
800
850
900
950
1000
2000
3000
4000
5000
64
Gambar 5. 11Skematik rangkaian rangkaian High Pass Filter Op-Amp
65
120
130
140
150
160
170
180
190
200
250
300
350
400
450
500
600
700
800
900
1000
2000
3000
4000
5000
10000
20000
30000
40000
60000
Besarnya penguatan dapat dicari dengan persamaan 5.3.
Besarnya penguatan dalam dB dapat dicari dengan persamaan 5.4.
66
Gambar 5.12Skematik rangkaian rangkaian Band Pass Filter
67
100
110
120
130
140
150
200
300
400
500
Besarnya penguatan dapat dicari dengan persamaan 5.3.
Besarnya penguatan dalam dB dapat dicari dengan persamaan 5.4.
68
5. Ubah nilai Function Generator secara berkala mulai dari 10 Hz sampai
dengan 500 Hz.
6. Menghitung besar penguatan (Av) serta penguatan dalam bentuk dB
7. Menggunakan hasil pengukuran untuk menggambar kurva respon
frekuensi filter (Av dB sebagai fungsi frekuensi).
Tabel 5. 6Data hasil pengukuran dan perhitungan Band Notch Filter
Frekuensi Vin Vout Av Av
(Hz) (V) (V) (dB)
10
20
30
50
80
100
120
125
150
175
200
220
250
300
400
500
Besarnya penguatan dapat dicari dengan persamaan 5.3.
Besarnya penguatan dalam dB dapat dicari dengan persamaan 5.4.
DAFTAR PUSTAKA
69
Bigelow, Ken (2009). "Inside the 741 Op-Amp" (dalam Inggris). www.play-
hookey.com. Diakses tanggal 20-10-2016.
Braun, Daniel (2007). “Transistor-level schematic for a 741 op-amp, color coded
and labeled ” (dalam Inggris). http://www.ti.com/lit/ds/symlink/lm741.pdf.
Diakses tanggal 20-10-2016
Carter, Bruce; Brown, Thomas. "Handbook of Operational Amplifier Applications"
(PDF). Texas Instruments. Diakses tanggal 2016-10-20.
Hayt, William; Kemmerly, Jack; Durbin, Steven (2007). Engineering Circuit
Analysis (dalam Inggris) (7th ed.). McGraw-Hill Higher Education. p. 173-
205. ISBN 978-0-07-286611-7.
Nave, Carl Rod (2006). "HyperPhysics - Operational Amplifier" (dalam Inggris).
Department of Physics and Astronomy, Georgia State University. Diakses
tanggal 20-10-2016.
Boylestad, Robert & Louis Nashelsky, Electronic Devices & Circuit Theory 8th
Edition, Prentice-Hall, Inc., 2002.
Hassul, Michael & Don Zimmerman, Electronic Devices & Circuits : Conventional
flow version, Prentice-Hall, Inc., 1997.
Malvino, Albert Paul, Electronic Principles, The McGraw-Hill Co., 1999.
Malvino, Albert Paul, Semiconductor Circuit Approximations : An Introduction To
Transistors & Integrated Circuits 4th Edition, The McGraw-Hill Co., 1985.
Malvino, Albert Paul, Electronic Principles 2nd Edition, The McGraw-Hill Co.,
1979.
70