Anda di halaman 1dari 83

LABORATORIUM DASAR TEKNIK ELEKTRO

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA

BUKU PENUNTUN
PRAKTIKUM ELEKTRONIKA ANALOG
(TEK 155312)

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya, Buku Penuntun Praktikum Elektronika Analog (TEK
155312) ini, dapat kami selesaikan. Buku ini kami susun bertujuan untuk membantu
mahasiswa yang mengambil mata kuliah Praktikum Elektronika Analog di
Laboratorium Dasar Teknik Elektro (Lab DTE) pada Program Studi Teknik Elektro
dan Komputer, Fakultas Teknik Universitas Udayana. Selain itu, buku ini juga
merupakan bentuk tanggung jawab moral dari para pengelola dan pelaksana teknis
kegiatan praktikum di Lab DTE pada Program Studi Teknik Elektro dan Komputer
Fakultas Teknik Universitas Udayana.
Buku Penuntun Praktikum Elektronika Analog (TEK 155312) ini, berisikan
5 percobaan dan tata tertib Selain itu, peraturan dan tata tertib laboratorium, serta
kartu monitoring dan format laporan akhir praktikum elektronika juga dijelaskan
secara singkat dan jelas.
Buku Penuntun Praktikum Elektronika Analog (TEK 155312) ini mungkin
penuh dengan keterbatasan dan kekurangan. Oleh sebab itu saran dan kritik yang
konstruktif sangat diharapkan, demi kesempurnaan pelaksanaan praktikum
Elektronika Analog di Lab DTE di tahun yang akan datang. Semoga Buku Penuntun
Praktikum Elektronika Analog (TEK 155312) ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.

Bukit Jimbaran, Januari 2017

Kepala Lab DTE

ii
DAFTAR ISI
Sampul depan Buku Penuntun Praktikum Elektronika Analog (TEK 155312)...... i
Kata Pengantar ....................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................... iii
Pengantar Praktikum Elektronika Analog (TEK 155312) ................................... iv
Peraturan dan Tata Tertib Laboratorium ............................................................... v
Kartu Monitoring ................................................................................................. ix
Format Laporan Akhir Praktikum Elektronika Analog (TEK 155312) ................ x
Percobaan 1 Kelas-Kelas Penguat Daya ................................................................. 1
Percobaan 2 Penguat Daya Frekuensi Audio Menggunakan Transistor .............. 14
Percobaan 3 Penguat Daya Frekuensi Audio Menggunakan Rangkaian Terpadu ......... 26
Percobaan 4 Osilator Harmonisa : Osilator Pergeseran Fasa,Osilator Jembatan Wien,
Osilator Colpitts, Osilator Clapp, dan Osilator Hartley ................................................... 35
Percobaan 5 Komparator, Filter Dan Amplifier Menggunakan Op Amp ............ 55

iii
PENDAHULUAN

Praktikum Elektronika Analog bertujuan untuk meningkatkan pemahaman


dan kompetensi mahasiswa Teknik Elektro dan Komputer, tentang deskripsi dan
prinsip kerja dari komponen elektronika dioda, transistor, penguat operasional, dan
tiristor. Praktikum Elektronika Analog dilaksanakan sesuai dengan jadwal
perkuliahan yang telah ditetapkan oleh pimpinan program studi di awal semester.
Peserta praktikum dikelompokkan menjadi kelompok-kelompok sehingga akan
memudahkan pelaksanaan praktikum karena adanya keterbatasan alat atau modul
praktikum dan juga mengurangi resiko keselamatan kerja di Lab DTE.
Praktikum Elektronika Analog dibagi menjadi beberapa percobaan :
1. Percobaan 1 Kelas-Kelas Penguat Daya Transistor
2. Percobaan 2 Penguat Daya Frekuensi Audio Menggunakan Transistor
3. Percobaan 3 Penguat Daya Frekuensi Audio Menggunakan Rangkaian
Terpadu
4. Percobaan 4 Osilator Harmonisa:Osilator Pergeseran Fasa, Osilator
Jembatan Wien, Osilator Colpitts, Osilator Clapp,dan Osilator Hartley
5. Percobaan 5 Komparator, Filter Dan Amplifier Menggunakan Op-Amp
Penjelasan detail dari masing-masing percobaan tersebut di atas diuraikan pada
bagian akhir buku penuntun praktikum elektronika (TEK 152017) ini.
Sebelum memulai pelaksanaan praktikum Elektronika di Lab DTE,
mahasiswa peserta praktikum (Praktikan) wajib membaca dan memahami.

iv
PERATURAN DAN TATA TERTIB LABORATORIUM

BAB I
TATA TERTIB DALAM RUANGAN

1. Yang diperbolehkan masuk dan berada dalam ruangan laboratorium hanya


mereka yang sudah diberi ijin.
2. Ijin masuk Laboratorium Dasar Teknik Elektro diberikan
kepada:
a. Praktikan yang telah terdaftar untuk praktikum.
b. Petugas lain yang ditunjuk.
c. Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro dan Komputer.
3. Ijin untuk masuk laboratorium dapat diberikan oleh Ketua Laboratorium atau
koordinator laboratorium atau dosen laboratorium atau teknisi laboratorium
atau koordinator asisten praktikum.
4. Setiap praktikan harus berpakaian rapi dan sopan (baju yang berkerah ).
5. Selama praktikum berlangsung praktikan tidak dibenarkan membuat keributan
dan mengotori ruangan laboratorium.
6. Setiap praktikan dilarang merokok dan makan di dalam ruangan laboratorium.
7. Setiap praktikan dilarang membawa tas dan helm ke dalam ruangan
laboratorium.

BAB II
TATA TERTIB PRAKTIKAN

1. Setiap praktikan yang mengikuti praktikum dianggap sudah mengerti akan


peraturan tata tertib praktikum ini, dan dianggap sudah mengerti bahaya listrik.
2. Sebelum mengadakan praktikum, setiap praktikan diwajibkan menanda
tangani pernyataan tertulis yang telah disediakan.
3. Selama melakukan praktikum, setiap praktikan harus mematuhi instruksi ketua

v
laboratorium, teknisi dan asisten.
4. a. Lima menit sebelum praktikum dimulai, praktikan harus sudah siap
di tempat praktikum.
b. Sepuluh menit setelah praktikum dimulai, bagi praktikan yang belum
datang atau tidak hadir dianggap tidak datang dan tidak pernah
mengadakan praktikum.
5. Praktikan tidak dibenarkan memulai suatu percobaan sebelum diijinkan dan
sebelum rangkaian percobaan diperiksa oleh asisten yang bersangkutan.
6. Praktikan dilarang keras meninggalkan ruangan laboratorium tanpa seijin
teknisi atau koordinator asisten pada saat sedang melaksanakan praktikum.
Tanpa ijin dan sepengetahuan asisten, praktikan dilarang mengganti atau
merubah rangkaian atau peralatan praktikum.
7. a. Sebelum praktikum dimulai, semua peralatan yang akan digunakan dicek
serta dihitung jumlahnya, apabila ada yang kurang dapat diberitahukan
kepada asisten yang bersangkutan.
b. Sesudah praktikum selesai, seluruh alat yang dipergunakan agar dirapikan
kembali.
c. Bila karena suatu dan lain hal, alat-alat yang digunakan tidak dapat dikemas,
maka setidak-tidaknya harus dirapikan susunannya dan ditinggalkan dalam
keadaan bersih dan teratur.
d. Kerapian dan kebersihan alat-alat praktikum yang telah digunakan menjadi
beban dan tanggung jawab praktikan yang pelaksanaannya kepada asisten
yang bersangkutan.
8. a. Kerusakan alat yang terjadi pada waktu praktikum berlangsung harus
segera dilaporkan atau diketahui oleh asisten yang bersangkutan.
b. Kerusakan alat yang terjadi karena kelalaian praktikan sepenuhnya
menjadi tanggungan praktikan yang bersangkutan.
c. Tanggungan praktikan atas kerusakan alat tersebut dapat berupa:
- Penggantian alat yang rusak dengan alat yang baik atas biaya
praktikan
- Penggantian biaya perbaikan alat yang rusak.

vi
- Permbayaran denda sebagai peringatan pertarma.

BAB III
LAPORAN PRAKTIKUM

1. Sebelum praktikum dimulai, setiap praktikan diwajibkan menyerahkan laporan


pendahuluan dan tugas pendahuluan.
2. Laporan pendahuluan menyangkut tujuan praktikum, alat-alat yang dipergunakan,
teori dasar serta langkah percobaan praktikum yang bersangkutan.
3. Setelah praktikum selesai, praktikan diwajibkan menyerahkan laporan
pengamatan sementara paling lambat 1 x 24 jam.
4. Asistensi laporan praktikum dilaksanakan 2 hari setelah praktikurn pada dosen
bersangkutan.
5. Laporan praktikum yang dianggap salah atau kurang sempurna akan
dikembalikan untuk disempunakan oleh praktikan yang bersangkutan.
6. Asistensi terakhir dilaksanakan paling lambat satu minggu sebelum UAS / Post
Test dilaksanakan.
7. Apabila penyerahan laporan ada yang dilaksanakan diluar ketentuan, maka
praktikan yang bersangkutan diwajibkan untuk merninta surat rekomendasi dari
dosen laboratorium Dasar Teknik Elektro.

BAB IV
LAIN-LAIN

1. Pelanggaran atas peraturan-peraturan ini akan dikenakan sanksi dan dapat


mengakibatkan dicabutnya hak praktikan untuk mengikuti praktikum.
2. Keputusan tentang pemberian sanksi adalah wewenang dosen laboratorium.
3. Pelaksanaan yang menyimpang dari peraturan-peraturan ini hanya dapat
dilaksanakan bila telah disetujui oleh dosen laboratorium.

vii
4. Ketentuan-ketentuan lain yang dianggap perlu akan ditentukan kemudian dan
berada dibawah wewenang dosen laboratorium.
5. Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Bukit Jimbaran

Ketua Laboratorium Dasar Teknik Elektro


TEK FT. UNUD

viii
LABORATORIUM DASAR TEKNIK ELEKTRO LABORATORIUM DASAR TEKNIK ELEKTRO
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA

NAMA MAHASISWA : NAMA MAHASISWA :


N I M : N I M :
PEMBIMBING AKADEMIK : FOTO PEMBIMBING AKADEMIK : FOTO
PROGRAM : REGULAR / KELAS PARALEL *) PROGRAM : REGULAR / KELAS PARALEL *)
SEMESTER : GANJIL / GENAP *) T.A : .../… SEMESTER : GANJIL / GENAP *) T.A : .../…
NAMA PRAKTIKUM :
3x4 NAMA PRAKTIKUM :
3x4
KODE PRAKTIKUM : .............BARU / REVISI*) KODE PRAKTIKUM : .............BARU / REVISI*)
KELOMPOK : KELOMPOK :
KELAS : A / B / C / D / E / F / G*) KELAS : A / B / C / D / E / F / G*)

HARI KE - HARI KE -
PERCOBAAN KE - PERCOBAAN KE -
TANGGAL TANGGAL
JAM KE - JAM KE -
PRE TEST PRE TEST

NILAI MODUL ALAT NILAI MODUL ALAT


LAPORAN
LAPORAN
ANGKA PENDAHULUAN
ANGKA PENDAHULUAN
POST TEST POST TEST
(0-100) (0-100) UAS
UAS
LAPORAN AKHIR LAPORAN AKHIR
ATAU ATAU
PERILAKU/SIKAP
PERILAKU/SIKAP
Angka NILAI HURUF Angka
NILAI HURUF
JUMLAH JUMLAH
(A-E) TOTAL (A-E) TOTAL Huruf
Huruf

MHS/PRAKTIKAN MHS/PRAKTIKAN
ASST PRAKTIKUM ASST PRAKTIKUM
TANDA TANDA
KETUA / TEKNISI KETUA / TEKNISI
TANGAN TANGAN
LABORATORIUM LABORATORIUM
DOSEN PEMBIMBING DOSEN PEMBIMBING

KETERANGAN KETERANGAN
0 ≤ NILAI < 40 = E (SANGAT KURANG) 60 ≤ NILAI < 65 = C+ (CUKUP BAIK) 0 ≤ NILAI < 40 = E (SANGAT KURANG) 60 ≤ NILAI < 65 = C+ (CUKUP BAIK)
40 ≤ NILAI < 50 = D (KURANG) 65 ≤ NILAI < 71 = B (BAIK) 40 ≤ NILAI < 50 = D (KURANG) 65 ≤ NILAI < 71 = B (BAIK)
50 ≤ NILAI < 55 = D+ (KURANG CUKUP) 71 ≤ NILAI < 80 = B+ (SANGAT BAIK) 50 ≤ NILAI < 55 = D+ (KURANG CUKUP) 71 ≤ NILAI < 80 = B+ (SANGAT BAIK)
55 ≤ NILAI < 60 = C (CUKUP) 80 ≤ NILAI ≤100 = A (ISTIMEWA) 55 ≤ NILAI < 60 = C (CUKUP) 80 ≤ NILAI ≤ 100 = A (ISTIMEWA)

*) Pilih salah satu dan coret yang tidak perlu ! *) Pilih salah satu dan coret yang tidak perlu !
FORMAT LAPORAN
PRAKTIKUM ELEKTRONIKA ANALOG 2017

1. Format penulisan laporan pada kertas adalah sebagai berikut


a. Margin kiri 4 cm
b. Margin atas 4 cm
c. Margin kanan 3 cm
d. Margin Bawah 3 cm
2. Setiap penulisan laporan pendahuluan, tidak dibenarkan untuk menulis setiap tabel
yang belum memiliki data dari hasil pengamatan percobaan.
3. Format laporan pendahuluan berupa:
a. Bab percobaan
b. Judul percobaan.
c. Tujuan percobaan.
d. Alat-alat yang dipergunakan.
e. Teori dasar.
f. Langkah percobaan.
4. Format penulisan laporan resmi adalah sebagai berikut:
a. Laporan resmi dikumpulkan 1 LAPORAN PER ORANG.
b. Laporan resmi diketik dengan sesuai format yang telah terlampir.
c. Sampul per modul untuk laporan resmi menggunakan kertas HVS A4 warna
biru
d. Sampul halaman utama untuk laporan resmi menggunakan kertas buffalo
warna biru tua
e. Ukuran Font 12 pt, Times New Roman
f. Dengan paragraph mode justify
5. Penggambaran setiap grafik menggunakan Mathlab.
6. Gambar, Tabel dan Rumus berisi nomor dengan format yang telah terlampir.
7. Format penulisan laporan praktikum Sistem instrumentasi 2017 adalah :

x
PERCOBAAN IV
JUDUL PERCOBAAN

4.1 Tujuan Percobaan


1. ........
2. ........
3. ........

4.2 Tinjauan Pustaka


4.2.1 ………
4.2.2 ………
4.2.3 ...........

4.3 Daftar Komponen dan Alat


4.4 Cara Kerja
4.5 Data Hasil Percobaan
4.6 Analisa Data Hasil Percobaan
4.7 Pertanyaan dan Jawaban
4.8 Kesimpulan
4.9 Daftar Referensi Buku
4.10 Lampiran

Catatan :
Laporan Pendahuluan : Membuat dari sub bab 4.1 hingga 4.4
Laporan Resmi : Membuat dari sub bab 4.5 hingga 4.10

xi
Contoh sampul depan pada laporan akhir praktikum
LABORATORIUM DASAR TEKNIK ELEKTRO
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO DAN KOMPUTER
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA

LAPORAN AKHIR
PRAKTIKUM ELEKTRONIKA ANALOG

KELOMPOK 30 :

PUTU GEDE NIM. 01197826


MADE NENGAH NIM. 02197115
NYOMAN KOMANG NIM. 02197237
KETUT NIM 03196821

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO DAN KOMPUTER


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2017

xii
Contoh sampul depan pada setiap laporan percobaan
LABORATORIUM DASAR TEKNIK ELEKTRO
PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO DAN KOMPUTER
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS UDAYANA

PERCOBAAN ……..
JUDUL PERCOBAAN

NAMA ASISTEN
NIM ASISTEN
NO. HP ASISTEN
E-mail ASISTEN

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO DAN KOMPUTER


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2017

xiii
PERCOBAAN I
KELAS-KELAS PENGUAT DAYA TRANSISTOR

1.1 Tujuan
Mempelajari karakteristik bermacam-macam kelas penguat daya audio
dengan transistor

1.2 Pendahuluan
Menurut titik kerja transistor, penguat daya dibagi menjadi penguat daya
kelas A, kelas B, dan Kelas C. Penguat kelas A menggunakan bias sedemikian rupa
sehingga titik kerja transisitor terletak di atas titik cut-off. Pada batas-batas tertentu
sinyal outputnya akan berbentuk gelombang penuh. Titik kerja trasnsistor penguat
kelas B dipilih pada titik cut-off sehingga sinyal outputnya akan berbentuk setengah
gelombang. Sedangkan penguat kelas C menggunakan transisitor dengan titik kerja
dipilih sedemikian rupa sehingga sinyal outputnya berbentuk kurang dari setengah
gelombang. Selain itu terdapat penguat kelas AB, yaitu penguat dengan titik kerja
transistor terletak sedikit di atas titik cut-offnya. Sinyal outputnya lebih besar dari
setengah gelombang dan lebih kecil dari gelombang penuh (titik kerjanya terletak
di antara titik kerja kelas A dan kelas B)
Suatu penguat daya memiliki efisiensi  , yang didefinisikan sebagai
berikut :
Daya keluaran AC pada beban

Daya masukan DC yang ditarik oleh penguat

Diantara penguat-penguat tersebut di atas, penguat kelas C mempunyai


efisiensi paling tinggi tetapi bentuk gelombang keluarannya kurang dari setengah
gelombang. Sedangkan penguat kelas A mempunyai bentuk gelombang keluaran
berupa gelombang penuh tetapi mempunyai efisiensi paling rendah.
Untuk mendapatkan efisiensi yang tinggi dan gelombang keluaran dengan
cacat yang kecil digunakan penguat push-pull kelas B. Penguat ini menggunakan
dua buah transisitor yang identik yang akan menguatkan sinyal secara bergantian.

1
Sinyal masuk pada kedua transisitor mempunyai amplitudo yang sama tetapi
berbeda fasa 180o. Pada penguat push-pull kelas B terdapat suatu distorsi yang
disebut sebagai cross-over distortion.
Beban dapat dihubungkan ke penguat dengan output transformator, namun
dapat juga tanpa menggunakan outuput transformator jika penguat menggunakan
dua buah transistor yang komplementer (dua buah transistor yang mempunyai
karakteristik yang sama tetapi berbeda jenisnya, PNP dan NPN).

1.3 Alat – Alat yang Dipakai


1. Modul elektronika terapan
2. Osiloskop dua masukan
3. Audio generator
4. Power supply
5. Flash disk / disket
6. Mistar / penggaris
7. Pulpen & pensil warna
8. Kertas milimeterblock
9. Kamera digital

1.4 Langkah Percobaan


1.4.1 Penguat Daya Kelas A

(A) (B)
Gambar 1.1 Penguat Daya Kelas A dengan Trafo IT 191 dan OT 240

2
1. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 1.1 A dan B
2. Sebelum dihubungkan dengan (LS) ukurlah Q1
3. Hubungkan catu daya 6 V, kemudian ukur VC, VB, dan VE pada
masing-masing transistor. Catat hasil pengukuran Anda pada tabel 1.1
untuk tanpa RL (LS) dan pada tabel 3.2 dengan RL (LS). Untuk gambar
1.1 A dan tabel1.3 untuk tanpa RL (LS) dan pada tabel 1.4 dengan RL
(LS). Untuk gambar 1.1 B
4. Masukkanlah sinyal input dari audio generator dengan frekuensi 1 KHz.
5. Dengan osiloskop kopling DC amati Vi dan Vo dengan CH1, amati
bentuk gelombang keluarannya.
6. Ulangi dengan beban RL(LS) 8 ohm
Tabel 1.1 Pengukuran Penguat Daya Kelas A Tanpa RL (LS) Untuk Gambar A
Pengukuran Gambar osiloskop
F
No VC VB VE VCE f VPP Vmean Vrms
(KHz)

1 1
2 2

Tabel 1.2 Pengukuran Penguat Daya Kelas A Dengan RL (LS) Untuk Gambar A
Pengukuran Gambar osiloskop
F
No VC VB VE VCE f VPP Vmean Vrms
(KHz)

1 1
2 2

Tabel 1.3 Pengukuran Penguat Daya Kelas A Tanpa RL (LS) Untuk Gambar B
Pengukuran Gambar osiloskop
F
No VC VB VE VCE f VPP Vmean Vrms
(KHz)

1 1
2 2

Table 1.4 Pengukuran Penguat Daya Kelas A Dengan RL (LS) Untuk Gambar B

3
Pengukuran Gambar osiloskop
F
No VC VB VE VCE f VPP Vmean Vrms
(Khz)

1 1
2 2

Gambar 1.2 Penguat Daya Kelas A tanpa Trafo

1. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 1.2


2. Sebelum dihubungkan dengan (LS) ukurlah Q1
3. Hubungkan catu daya 6 V, kemudian ukur VC, VB, dan VE pada masing
– masing transistor. Catat hasil pengukuran anda pada tabel 1.5 untuk
tanpa RL (LS) dan pada tabel 1.6 dengan RL (LS). Untuk gambar 1.2
4. Masukkanlah sinyal input dari audio generator dengan frekuensi 1 KHz.
5. Dengan osiloskop kopling DC amati Vi dan Vo dengan CH1, amati
bentuk gelombang keluarannya.
6. Ulangi dengan beban RL(LS) 8 ohm
Tabel1.5 Pengukuran Penguat Daya Kelas A Tanpa Trafo dan Tanpa RL (LS)
No Pengukuran Gambar osiloskop

4
F VC VB VE VCE f VPP Vmean Vrms
(KHz)
1 1
2 2

Tabel 1.6 Pengukuran Penguat Daya Kelas A Tanpa Trafo dan Dengan RL (LS)
Pengukuran Gambar osiloskop
F
No VC VB VE VCE f VPP Vmean Vrms
(KHz)

1 0.1
2 0.2

1.4.2 Penguat Daya Kelas B

Gambar 1.3 Penguat Daya Kelas B Tanpa Trafo


1. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 1.3
2. Sebelum dihubungkan dengan (LS) ukurlah Q1
3. Hubungkan catu daya 6 V, kemudian ukur VC, VB, dan VE pada masing
– masing transistor. Catat hasil pengukuran anda pada tabel1.7 untuk
tanpa RL (LS) dan pada table 3.8 dengan RL (LS). Untuk gambar 1.3

5
4. Masukkanlah sinyal input dari audio generator dengan frekuensi 1 KHz.
5. Dengan osiloskop kopling DC amati Vi dan Vo dengan CH1, amati
bentuk gelombang keluarannya.
6. Ulangi dengan beban RL(LS) 8 ohm
Tabel 1.7 Pengukuran Penguat Daya Kelas B Tanpa Trafo dan Tanpa RL (LS)
Pengukuran Gambar osiloskop
F
No VC VB VE VCE F VPP Vmean Vrms
(KHz)

1 1
2 2

Tabel 1.8 Pengukuran Penguat Daya Kelas B Tanpa Trafo dan Dengan RL (LS)
Pengukuran Gambar osiloskop
F
No VC VB VE VCE F VPP Vmean Vrms
(KHz)

1 0.1
2 0.2

Gambar 1.4 Penguat Daya Kelas B Dengan Trafo IT 191 dan OT 240
1. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 1.4

6
2. Hubungkan catu daya 6 V, kemudian ukur VC, VB, dan VE pada masing
– masing transistor. Catat hasil pengukuran anda pada table 1.9 untuk
tanpa RL (LS) dan pada table 3.10 dengan RL (LS). Untuk gambar 1.4
3. Masukkanlah sinyal input dari audio generator dengan frekuensi 1 KHz.
4. Dengan osiloskop kopling DC amati Vi dan Vo dengan CH1, amati
bentuk gelombang keluarannya.
5. Ulangi dengan beban RL(LS) 8 ohm
Tabel1.9 Pengukuran Penguat Daya Kelas B Dengan Trafo dan Tanpa RL (LS)
Pengukuran Gambar osiloskop
F
No VC VB VE VCE F VPP Vmean Vrms
(KHz)

1 1
2 2

Tabel1.10 Pengukuran Penguat Daya Kelas B Dengan Trafo dan Dengan RL (LS)
Pengukuran Gambar osiloskop
F
No VC VB VE VCE F VPP Vmean Vrms
(KHz)

1 1
2 2

1.4.3 Kelas AB

7
Gambar 1.5 Penguat Daya Kelas AB Tanpa Trafo
1. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 1.5
2. Hubungkan catu daya 6 V, kemudian ukur VC, VB, dan VE pada masing
– masing transistor. Catat hasil pengukuran anda pada tabel 1.11 untuk
tanpa RL (LS) dan pada tabel 1.12 dengan RL (LS). Untuk gambar 1.5
3. Masukkanlah sinyal input dari audio generator dengan frekuensi 1 KHz.
Hubungkan keluaran dengan RL
4. Dengan osiloskop kopling DC amati Vi dan Vo dengan CH1, amati
bentuk gelombang keluarannya.
5. Ulangi dengan beban RL(LS) 8 ohm
6. Untuk gambar 3.5 sakelar S1 (A) tanpa dan dengan RL (LS) dan saklar
S1 (B) tanpa dan dengan RL (LS)

Tabel 1.11 Pengukuran Penguat Daya Kelas AB Dengan Trafo dan Tanpa RL (LS)
Pengukuran Gambar osiloskop
F
No VC VB VE VCE F VPP Vmean Vrms
(KHz)

1 1
2 2

8
Tabel 3.12 Pengukuran Penguat Daya Kelas AB Dengan Trafo dan Dengan RL (LS)
Pengukuran Gambar osiloskop
F
No VC VB VE VCE F VPP Vmean Vrms
(KHz)

1 1
2 2

Gambar 1.6 Penguat Daya Kelas AB Dengan Trafo IT 191 Dan OT 240
1. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 1.6
2. Hubungkan catu daya 6 V, kemudian ukur VC, VB, dan VE pada
masing-masing transistor. Catat hasil pengukuran anda pada tabel 1.13
untuk tanpa RL (LS) dan pada table 3.14 dengan RL (LS). Untuk
gambar 1.6
3. Masukkanlah sinyal input dari audio generator dengan frekuensi 1 KHz.
Hubungkan keluaran dengan RL
4. Dengan osiloskop kopling DC amati Vi dan Vo dengan CH1, amati
bentuk gelombang keluarannya.

9
5. Ulangi dengan beban RL(LS) 8 ohm

Tabel 1.13 Pengukuran Penguat Daya Kelas AB Dengan Trafo dan Tanpa RL (LS)
Pengukuran Gambar osiloskop
F
No VC VB VE VCE F VPP Vmean Vrms
(KHz)

1 1
2 2

Tabel 1.14 Pengukuran Penguat Daya Kelas B Dengan Trafo dan Dengan RL (LS)
Pengukuran Gambar osiloskop
F
No VC VB VE VCE F VPP Vmean Vrms
(KHz)

1 1
2 2

1.4.4 Penguat Daya Kelas C

10
Gambar 1.7 Penguat Daya Kelas C Tidak Tertala

1. Buatlah rangkaian seperti pada gambar 1.7


2. Hubungkan catu daya 6 V, kemudian ukur VC, VB, dan VE pada masing
– masing transistor. Catat hasil pengukuran anda pada tabel1.15 untuk
tanpa LR (LS) dan pada tabel 1.16 dengan LR (LS). Untuk gambar 1.7
3. Masukkanlah sinyal input dari audio generator dengan frekuensi 1 KHz.
Hubungkan keluaran dengan RL
4. Dengan osiloskop kopling DC amati Vi dan Vo dengan CH1, amati
bentuk gelombang keluarannya.
5. Ulangi dengan beban RL(LS) 8 ohm
6. Untuk gambar 1.7 saklar S1 (A) tanpa dan dengan RL (LS) dan saklar
S1 (B) tanpa dan dengan RL (LS)
7. Untuk gambar 1.7 saklar S1 (A) tanpa dan dengan RL (LS) dan saklar
S1 (B) tanpa dan dengan RL (LS)

Tabel 1.15 Pengukuran Penguat Daya Kelas C Tidak Tertala dan Tanpa RL (LS)
No Pengukuran Gambar osiloskop

11
F VC VB VE VCE F VPP Vmean Vrms
(KHz)
1 0.1
2 0.2

Tabel 1.16 Pengukuran Penguat Daya Kelas C Tidak Tertala dan Dengan RL (LS)
Pengukuran Gambar osiloskop
F
No VC VB VE VCE F VPP Vmean Vrms
(KHz)

1 0.1
2 0.2

1.5 Pertanyaan
1. Apa perbedaan penguat daya kelas A, B, AB, dan C!
2. Jelaskan fungsi dari kapasitor pada output dan input?

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. KonsepDasarOscilatorUmpanBalik. [cited 2014 Oktober 8 ].


AvaliableFrom : URL;
(http://zallyfreeshare.wordpress.com/2012/10/25/blok-diagram-audio-
amplifier/. 2012)
Anonim. 2010. amplifier. [cited 2014 november 8 ]. AvaliableFrom : URL;
https://abisabrina.wordpress.com/2010/08/20/oscilator/#more-638
Anonim. 2012.penguat kelas A, B, C, AB.
http://electronics.stackexchange.com/questions/107284/working-of-wien-
bridge-oscillator. [cited 2014 november 7 ]. AvaliableFrom : URL;
http://elektronika-dasar.web.id/teori-elektronika/penguat-amplifier-kelas-
a/. 2012

12
Anonim.2012. Cara Membaca Resistor. [cited 2014 Oktober 8 ]. AvaliableFrom :
URL; http://digital-script.blogspot.com/2012/11/cara-membaca-
resistor.html
Anonim. 2012.Elektronika Digital Dasarbagian 2.[cited 2014 Oktober 8].
AvaliableFrom : URL; http://swavidiana.blogspot.com/search?q=kapasitor
Blocher, R, 2004.DasarElektronika.
Yogyakarta : ANDI.Boylestad.R, 1999.Seventh Edition Electronic Devices And
Circuit Theory. Ohio : New Jersey: Prentice Hall.
Ramdhani.M, 2008.RangkaianListrik.Bandung :Erlangga.
Boylestad, Robert & Louis Nashelsky, Electronic Devices & Circuit Theory 8th
Edition, Prentice-Hall, Inc., 2002.
Hassul, Michael & Don Zimmerman, Electronic Devices & Circuits : Conventional
flow version, Prentice-Hall, Inc., 1997.
Malvino, Albert Paul, Electronic Principles, The McGraw-Hill Co., 1999.
Malvino, Albert Paul, Semiconductor Circuit Approximations : An Introduction To
Transistors & Integrated Circuits 4th Edition, The McGraw-Hill Co., 1985.
Malvino, Albert Paul, Electronic Principles 2nd Edition, The McGraw-Hill Co.,
1979.

PERCOBAAN II

13
PENGUAT DAYA FREKUENSI AUDIO
MENGGUNAKAN TRANSISTOR

2.1 Tujuan
Mempelajari karakteristik penguat daya frekuensi audio yang menggunakan
komponen transistor sambungan dwikutub (Bipolar Junction Transistor, BJT)&
rangkaian terpadu (Integrated Circuit, IC).

2.2 Tinjauan Pustaka


Menurut titik kerja transistor, penguat daya frekuensi audio dikelompokkan
menjadi penguat daya frekuensi audio kelas A, kelas B, kelas AB, & kelas C.
Penguat daya frekuensi audio kelas A menggunakan bias sedemikian rupa
sehingga titik kerja transistor terletak di atas titik pancung (titik sumbat atau titik
mati, cut-off point) & sinyal output akan berbentuk gelombang penuh. Penggunaan
arus kolektor sangat boros, karena mengalir sepanjang siklus 360, sehingga
efisiensinya terrendah & linieritas tertinggi.
Penguat daya frekuensi audio kelas B memiliki titik kerja berada pada titik
pancung, sehingga sinyal output akan berbentuk setengah gelombang. Pada saat
tidak ada sinyal input, arus kolektornya sangat sedikit, sehingga efisiensinya lebih
tinggi daripada efisiensi penguat daya frekuensi audio kelas A.
Penguat daya frekuensi audio kelas AB merupakan penguat dengan titik
kerja yang berada sedikit di atas titik pancung, sehingga sinyal output lebih besar
dari setengah gelombang, akan tetapi kurang dari gelombang penuh. Dengan kata
lain, titik kerja penguat daya frekuensi audio kelas AB berada di antara titik kerja
penguat daya frekuensi audio kelas A & titik kerja penguat daya frekuensi audio
kelas B.
Penguat daya frekuensi audio kelas C mempunyai titik kerja melebihi di
bawah titik pancung, sehingga sinyal output berbentuk kurang dari setengah
gelombang, akan tetapi memiliki efisiensi tertinggi & linieritas terendah.
Suatu penguat daya memiliki efisiensi  , yang didefinisikan sebagai
berikut :

14
Daya keluaran AC pada beban

Daya masukan DC yang ditarik oleh penguat

Untuk memperoleh efisiensi yang tertinggi & sinyal output dengan cacat
sinyal yang kecil, dapat digunakan penguat dorong-tarik kelas B (Push-pull
Amplifier). Penguat ini menggunakan dua buah transistor yang identik, yang akan
menguatkan sinyal input secara bergantian. Sinyal input pada kedua transistor itu
memiliki amplitudo sama, akan tetapi berbeda fase 180. Pada penguat dorong-tarik
kelas B terdapat suatu distorsi yang disebut dengan distorsi penyeberangan
(Crossover Distortion, CoD). Untuk menghilangkan distorsi ini, maka digunakan
penguat dorong-tarik kelas AB.
Beban RL pada penguat daya dapat dihubungkan dengan secara langsung,
atau bisa juga dengan menggunakan transformator output, atau bisa juga tanpa
menggunakan transformator output jika menggunakan dua buah transistor yang
complementary (yaitu dua buah transistor yang mempunyai karakteristik yang
sama, akan tetapi berbeda polaritasnya, PNP & NPN).

2.3 Daftar Komponen & Alat


1. Modul Praktikum Elektronika Lanjut : Penguat Daya Frekuensi Audio
2. Dual Trace Oscilloscope (Analog ataupun Storage Digital)
3. Frequency Counter Meter (Analog ataupun Storage Digital)
4. Radio Frekuensi Generator (RFG)
5. Function Generator (FG)
6. Digital Multimeter (DMM)
7. Project / Breadboard
8. Kabel tembaga kawat penghantar (berwarna pelangi)
9. Jack connector header (SIL ataupun DIP, Male ataupun Female)
10. Diskette atau CD blank
11. USB flash disc & software driver instalasinya
12. Kertas folio bergaris
13. Pulpen hitam & berwarna

15
14. Pensil hitam & berwarna
15. Karet penghapus lunak
16. Tip-Ex / Pentel corrector
17. Mistar / penggaris
18. Kalkulator ilmiah
19. Buku / kertas milimeter blok

2.4 Cara Kerja


2.4.1 Dengan Output Transformator
1. Sebelum menghubungkan alat / rangkaian (Modul Praktikum) ke catu
daya, dengan DMM, aturlah RS = 1 K& RF = 3 K (RS adalah
potensiometer 10 K pada sisi pinggir kiri masukan & RF adalah juga
potensiometer 10 K pada sisi pinggir bawah umpan balik) pada Modul
Praktikum), dengan cara mencabut jumper connector merah S1 &
jumper connector biru S2.
2. Kembalikan posisi jumper connector merah S1 & jumper connector biru
S2 seperti semula & kemudian hubungkan Modul Praktikum dengan
catu daya.
3. Hubungkanlah bagian masukan catu daya pada Modul Praktikum ke
power line & ukur & gambarlah besarnya tegangan keluaran VCC
dengan menggunakan multimeter & dual trace oscilloscope.
4. Ukurlah besarnya arus masukan diam (I in Q) yang ditarik oleh penguat
tanpa beban RL.
5. Hubungkanlah RFG ke power line & aturlah FS = 1 KHz sinusoidal &
VS = 100 mV pada RFG tersebut.
6. Hubungkanlah keluaran RFG ke bagian masukan (Vin) pada Modul
Praktikum & bagian keluaran (Vo) Modul Praktikum dengan beban RL
= 8 .

16
Gambar 2.1 Penguat Daya Frekuensi Audio dengan Output Transformator

7. Isi, gambar & lengkapilah tabel-tabel pada Lembar Kerja & Data Hasil
Percobaan yang diawali dengan tahapan 1 (dengan masih tetap
menghubungkan Vo dengan beban RL = 8 ) sampai dengan tahapan 3
tanpa disertai memvariasi perubahan posisi jumper connector merah S1
& jumper connector biru S2, & nilai dari RS = 1 K& RF = 3 K
(masih tetap & jangan diubah).
8. Amati & gambarlah keterkaitan beda fase pada Tr1 – Tr4.
9. Ukurlah besarnya tegangan Tr1 – Tr4 untuk masing-masing elektroda
BCE & tegangan keluaran (Vo) yang ditarik oleh penguat yang disertai
dengan beban RL.

2.4.2 Tanpa Output Transformator


1. Sebelum menghubungkan alat / rangkaian (Modul Praktikum) ke catu
daya, dengan DMM, aturlah RS = 1 K& RF = 3 K (RS adalah
potensiometer 10 K pada sisi pinggir kiri masukan & RF adalah juga
potensiometer 10 K pada sisi pinggir bawah umpan balik) pada Modul
Praktikum), dengan cara mencabut jumper connector merah S1 &
jumper connector biru S2.

17
2. Kembalikan posisi jumper connector merah S1 & jumper connector biru
S2 seperti semula & lepaskan jumper connector AOB (dihubung buka).
Kemudian hubungkan Modul Praktikum dengan catu daya.
3. Hubungkanlah bagian masukan catu daya pada Modul Praktikum ke
power line & ukur & gambarlah besarnya tegangan keluaran VCC
dengan menggunakan multimeter & dual trace oscilloscope.
4. Ukurlah besarnya arus masukan diam (I in Q) yang ditarik oleh penguat
tanpa beban RL.
5. Hubungkanlah RFG ke power line & aturlah FS = 1 KHz sinusoidal &
VS = 100 mV pada RFG tersebut.
6. Hubungkanlah keluaran RFG ke bagian masukan (Vin) pada Modul
Praktikum & bagian keluaran (Vo) Modul Praktikum dengan beban RL
= 8 .

Gambar 2.2 Penguat Daya Frekuensi Audio tanpa Output Transformator

7. Isi, gambar & lengkapilah tabel-tabel pada Lembar Kerja & Data Hasil
Percobaan yang diawali dengan tahapan 1 (dengan masih tetap
menghubungkan Vo dengan beban RL = 8 ) sampai dengan tahapan 3
tanpa disertai memvariasi perubahan posisi jumper connector merah S1
& jumper connector biru S2, akan tetapi nilai dari RS=1 K& RF=3
K (masih tetap & jangan diubah).

18
8. Amati & gambarlah keterkaitan beda fase pada Tr1 – Tr4.
9. Ukurlah besarnya tegangan Tr1 – Tr4 untuk masing-masing elektroda
BCE (& jumper connector AOB dilepas) & tegangan keluaran (Vo)
yang ditarik oleh penguat yang disertai dengan beban RL.
10. Ulangilah langkah-langkah di atas dengan mengubah posisi jumper
connector AB terhubung singkat (dipasang kembali).

2.4.3 penguat daya lengkap

Gambar 2.3 Penguat Daya lengkap Dengan Output Transformator

19
Gambar2.4 Penguat Daya lengkap tanpa Output Transformator

1. Sebelum menghubungkan alat / rangkaian (Modul Praktikum) ke catu


daya, dengan DMM, aturlah RS = 1 K& RF = 3 K (RS adalah
potensiometer 10 K pada sisi pinggir kiri masukan & RF adalah juga
potensiometer 10 K pada sisi pinggir bawah umpan balik) pada Modul
Praktikum), dengan cara mencabut jumper connector merah S1 &
jumper connector biru S2. ( untuk gambar 4.1 dan 4.2)
2. Kembalikan posisi jumper connector merah S1 & jumper connector biru
S2 seperti semula & kemudian hubungkan Modul Praktikum dengan
catu daya. (untuk gambar 4.1)
3. Hubungkanlah bagian masukan catu daya pada Modul Praktikum ke
power line & ukur & gambarlah besarnya tegangan keluaran VCC
dengan menggunakan multimeter & dual trace oscilloscope. ( untuk
gambar 4.1 dan 4.2)
4. Ukurlah besarnya arus masukan diam (I in Q) yang ditarik oleh penguat
tanpa beban RL. ( untuk gambar 4.1 dan 4.2)
5. Hubungkanlah RFG ke power line & aturlah FS = 1 KHz sinusoidal &
VS = 100 mV pada RFG tersebut. ( untuk gambar 4.1 dan 4.2)

20
6. Hubungkanlah keluaran RFG ke bagian masukan (Vin) pada Modul
Praktikum & bagian keluaran (Vo) Modul Praktikum dengan beban RL
= 8 . ( untuk gambar 4.1 dan 4.2)
7. Isi, gambar & lengkapilah tabel-tabel pada Lembar Kerja & Data Hasil
Percobaan yang diawali dengan tahapan 1 (dengan masih tetap
menghubungkan Vo dengan beban RL = 8 ) sampai dengan tahapan 3
tanpa disertai memvariasi perubahan posisi jumper connector merah S1
& jumper connector biru S2, & nilai dari RS = 1 K& RF = 3 K
(masih tetap & jangan diubah). ( untuk gambar 4.1 dan 4.2)
8. Amati & gambarlah keterkaitan beda fase pada Tr1 – Tr4. ( untuk
gambar 4.1 dan 4.2)
9. Ukurlah besarnya tegangan Tr1 – Tr4 untuk masing-masing elektroda
BCE & tegangan keluaran (Vo) yang ditarik oleh penguat yang disertai
dengan beban RL. (untuk gambar 4.1)
10. Kembalikan posisi jumper connector merah S1 & jumper connector biru
S2 seperti semula & lepaskan jumper connector AOB (dihubung buka).
Kemudian hubungkan Modul Praktikum dengan catu daya. (untuk
gambar 4.2)
11. Ukurlah besarnya tegangan Tr1 – Tr4 untuk masing-masing elektroda
BCE (& jumper connector AOB dilepas) & tegangan keluaran (Vo)
yang ditarik oleh penguat yang disertai dengan beban RL. (untuk
gambar 4.2)
12. Ulangilah langkah-langkah di atas dengan mengubah posisi jumper
connector AB terhubung singkat (dipasang kembali). (untuk gambar
2.4)
RS = 1 K
RF = 3 K
FS = 1 Kz
VS = 100 mV
AB = tidak dihubung singkat (jumper connector AOB dilepas).
VCC = ….?? I in Q = … ?? RL = … ??

21
Tabel 2.1 Pengukuran Penguat Daya Lengkap dengan Output Transformator (jumper not connect)
Lokasi Titik
pengujian Gelombang Keluaran
No Blok Referensi Uji Tanpa RL Dengan ?RL=8 Keterangan
(Gbr & Bsr) (Gbr & Bsr)
1 Vi 0 / GND Vi

B
2 Tr1 0 / GND C
E

B
3 Tr2 0 / GND C
E

B
4 Tr3 0 / GND C
E

B
5 Tr4 0 / GND C
E

6 Vo 0 / GND Vo

AB = dihubung singkat (jumper connector AOB dipasang kembali).


VCC = ….?? I in Q = … ?? RL = … ??
Tabel2.2 Pengukuran Penguat Daya Lengkap dengan Output Transformator (jumper connect)
Lokasi Titik
pengujian Gelombang Keluaran
No Blok Referensi Uji Tanpa RL Dengan ?RL=8 Keterangan
(Gbr & Bsr) (Gbr & Bsr)
1 Vi 0 / GND Vi

B
2 Tr1 0 / GND C
E

B
3 Tr2 0 / GND C
E

22
B
4 Tr3 0 / GND C
E

B
5 Tr4 0 / GND C
E

6 Vo 0 / GND Vo

RS = 1 K
RF = 3 K
FS = 1 KHz
VS = 100 mV
AB = tidak dihubung singkat (jumper connector AOB dilepas).
VCC = ….?? I in Q = … ?? RL = … ??
Tabel2.3Pengukuran Penguat Daya Lengkap tanpa Output Transformator (jumper not connect)
Lokasi Titik
pengujian Gelombang Keluaran
No Blok Referensi Uji Tanpa RL Dengan ?RL=8 Keterangan
(Gbr & Bsr) (Gbr & Bsr)
1 Vi 0 / GND Vi

B
2 Tr1 0 / GND C
E

B
3 Tr2 0 / GND C
E

B
4 Tr3 0 / GND C
E

B
5 Tr4 0 / GND C
E

6 Vo 0 / GND Vo

23
AB = dihubung singkat (jumper connector AOB dipasang kembali).
VCC = ….?? I in Q = … ?? RL = … ??
Tabel2.4 Pengukuran Penguat Daya Lengkap tanpa Output Transformator (jumper connect)
Lokasi Titik
pengujian Gelombang Keluaran
No Blok Referensi Uji Tanpa RL Dengan ?RL=8 Keterangan
(Gbr & Bsr) (Gbr & Bsr)
1 Vi 0 / GND Vi

B
2 Tr1 0 / GND C
E

B
3 Tr2 0 / GND C
E

B
4 Tr3 0 / GND C
E

B
5 Tr4 0 / GND C
E

6 Vo 0 / GND Vo

2.5 Pertanyaan & Tugas


1. Jelaskan apa yang dimaksud crossover distortion & bagaimanakah cara
menghilangkannya ?
2. Buatlah tabel komparasi antara penguat kelas A, B, AB, & C tertala !

24
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. KonsepDasarOscilatorUmpanBalik. [cited 2014 Oktober 8 ].


Avaliable From: (http://zallyfreeshare.wordpress.com/2012/10/25/blok-
diagram-audio-amplifier/. 2012)
Anonim. 2010. amplifier. [cited 2014 november 8 ]. Avaliable From:
https://abisabrina.wordpress.com/2010/08/20/oscilator/#more-638
Anonim. 2012.penguat kelas A, B, C,
ABhttp://electronics.stackexchange.com/questions/107284/working-of-
wien-bridge-oscillator. [cited 2014 november 7 ]. AvaliableFrom : URL;
http://elektronika-dasar.web.id/teori-elektronika/penguat-amplifier-kelas-
a/. 2012
Anonim.2012. Cara Membaca Resistor. [cited 2014 Oktober 8 ]. Avaliable From:
http://digital-script.blogspot.com/2012/11/cara-membaca-resistor.html
Anonim. 2012.Elektronika Digital Dasarbagian 2.[cited 2014 Oktober 8].
AvaliableFrom : URL; http://swavidiana.blogspot.com/search?q=kapasitor
Blocher, R, 2004.DasarElektronika.Yogyakarta : ANDI.
Boylestad.R, 1999.Seventh Edition Electronic Devices And Circuit Theory. Ohio :
New Jersey: Prentice Hall.
Ramdhani.M, 2008.RangkaianListrik.Bandung :Erlangga.
Boylestad, Robert & Louis Nashelsky, Electronic Devices & Circuit Theory 8th
Edition, Prentice-Hall, Inc., 2002.
Hassul, Michael & Don Zimmerman, Electronic Devices & Circuits : Conventional
flow version, Prentice-Hall, Inc., 1997.
Malvino, Albert Paul, Electronic Principles, The McGraw-Hill Co., 1999.
Malvino, Albert Paul, Semiconductor Circuit Approximations : An Introduction To
Transistors & Integrated Circuits 4th Edition, The McGraw-Hill Co., 1985.
Malvino, Albert Paul, Electronic Principles 2nd Edition, The McGraw-Hill Co.,
1979.

25
PERCOBAAN III
PENGUAT DAYA FREKUENSI AUDIO
MENGGUNAKAN RANGKAIAN TERPADU

3.1 Tujuan
Mempelajari karakteristik penguat daya frekuensi audio yang menggunakan
komponen rangkaian terpadu (Integrated Circuit, IC).

3.2 Tinjauan Pustaka


3.4.5 Penguat Daya Frekuensi Audio dengan IC
Ada beberapa jenis IC penguat daya frekuensi audio dengan memiliki
spesifikasi tertentu yang telah ditetapkan oleh pabrik pembuatnya. Pemilihan
spesifikasi IC tersebut untuk berbagai penerapan, harus disesuaikan dengan
spesifikasinya, antara lain meliputi : besarnya tegangan catu daya, arus diam, daya
keluaran pada beban tertentu, bandwith, sensitivitas input, penguatan tegangan, &
sebagainya.
Pada percobaan ini akan diamati karakteristik dua buah IC penguat daya
frekuensi audio yang cukup popular, yaitu LM 386, TDA 2822, & TDA 2050.
Karakteristik yang akan diamati adala, sensitivitas input, & efisiensi daya untuk
beban yang berlainan.
Selain itu, akan dilakukan penguatan dengan gelombang persegi (square wave)
yang akan secara cepat mengetahui adanya distorsi, baik itu distorsi frekuensi
rendah maupun frekuensi tinggi. Hal ini disebabkan gelombang persegi mempunyai
banyak frekuensi harmonisa yang mencapai frekuensi yang sangat tinggi. Berbagai
jenis distorsi yang mungkin terdapat pada penguat, apabila inputnya berupa
gelombang persegi.

3.3 Daftar Komponen & Alat


1. Modul Praktikum Elektronika Lanjut : Penguat Daya Frekuensi Audio
2. Dual TraceOscilloscope (Analog ataupun Storage Digital)

26
3. Function Generator (FG)
4. Digital Multimeter (DMM)
5. Project / Breadboard
6. Kabel tembaga kawat penghantar (berwarna pelangi)
7. Jack connector header (SIL ataupun DIP, Male ataupun Female)
8. Kertas folio bergaris
9. Pulpen hitam & berwarna
10. Pensil hitam & berwarna
11. Karet penghapus lunak
12. Tip-Ex / Pentelcorrector
13. Mistar / penggaris
14. Kalkulator ilmiah
15. Buku / kertas milimeter blok

3.4 Cara Kerja


3.5.5 Penguat Daya Frekuensi Audio dengan IC
3.4.1.1 IC LM 386 Gain 20
1. Buatlah rangkaian Audio Frequency Amplifier seperti gambar 3.1 di
bawah ini.
2. Hubungkan rangkaian tersebut dengan output tegangan dari
rangkaian power supply 8 Volt DC
3. Hubungkan bagian Audio Frequency Amplifier menggunakan IC
LM386 dengan function generator dan atur agar frekuensi dari function
generator 1KHz sinusoidal, square dan triangle. Untuk melihat
gelombang dari function generator hubungkan juga ke Oscilloscope
Chanell 1.
4. Potensiometer diatur pada 10KΩ pada antara pin 1 dan pin 2
potensiometer.
5. Hubungkan outputAudio Frequency Amplifier menggunakan IC LM386
ke Oscilloscope untuk melihat bentuk dan besar sinyal yang dihasilkan.

27
6. Ukur dan , dengan Digital Voltmeter ( untuk mendapatkan
hasil pengukuran tersebut.
7. Amati keluaran sinyal pada output dengan Oscilloscope Chanell 2.

Gambar 3.1Penguat Daya Frekuensi Audio dengan IC LM 386 Gain 20

3.4.1.2 IC LM 386 Gain 50


1. Buatlah rangkaian Audio Frequency Amplifier seperti gambar 3.2 di
bawah ini.
2. Hubungkan rangkaian tersebut dengan output tegangan dari
rangkaian power supply 8 Volt DC
3. Hubungkan bagian Audio Frequency Amplifier menggunakan IC
LM386 dengan function generator dan atur agar frekuensi dari function
generator 1KHz sinusoidal, square dan triangle. Untuk melihat
gelombang dari function generator hubungkan juga ke Oscilloscope
Chanell 1.
4. Potensiometer diatur pada 10KΩ pada antara pin 1 dan pin 2
potensiometer.
5. Hubungkan outputAudio Frequency Amplifier menggunakan IC LM386
ke Oscilloscope untuk melihat bentuk dan besar sinyal yang dihasilkan.
6. Ukur dan , dengan Digital Voltmeter ( untuk mendapatkan
hasil pengukuran tersebut.
7. Amati keluaran sinyal pada output dengan Oscilloscope Chanell 2.

28
Gambar 3.2 Penguat Daya Frekuensi Audio dengan IC LM 386 Gain 50

3.4.1.3 IC LM 386 Gain 200


1. Buatlah rangkaian Audio Frequency Amplifier seperti gambar 3.3 di
bawah ini.
2. Hubungkan rangkaian tersebut dengan output tegangan dari
rangkaian power supply 8 Volt DC
3. Hubungkan bagian Audio Frequency Amplifier menggunakan IC
LM386 dengan function generator dan atur agar frekuensi dari function
generator 1KHz sinusoidal, square dan triangle. Untuk melihat
gelombang dari function generator hubungkan juga ke Oscilloscope
Chanell 1.
4. Potensiometer diatur pada 10KΩ pada antara pin 1 dan pin 2
potensiometer.
5. Hubungkan outputAudio Frequency Amplifier menggunakan IC LM386
ke Oscilloscope untuk melihat bentuk dan besar sinyal yang dihasilkan.
6. Ukur dan , dengan Digital Voltmeter ( untuk mendapatkan
hasil pengukuran tersebut.
7. Amati keluaran sinyal pada output dengan Oscilloscope Chanell 2.

29
Gambar 3.3Penguat Daya Frekuensi Audio dengan IC LM 386 Gain 200

3.5 Lembar Kerja & Data Hasil Percobaan


3.5.1 Penguat Daya Frekuensi Audio dengan IC
3.5.1.1 IC LM 386 Gain 20
RS = 10 K
FS = 1 KHz
=1-5V
Sinyal Sinusoidal :
= ….??
= … ??
Tabel 3.1Pengukuran Sinyal Sinusoidal IC LM 386 Gain 20
Peak- %
Peak Pengukuran Teori Kesalahan
(V) V Oscilloscope V Oscilloscope (kali) (kali)
1
2
3
4
5

Sinyal Square :
= ….??
= … ??

30
Tabel 3.2Pengukuran Sinyal Square IC LM 386 Gain 20
Peak- %
Peak Pengukuran Teori Kesalahan
(V) V Oscilloscope V Oscilloscope (kali) (kali)
1

2
3
4

Sinyal Triangle :
= ….??
= … ??
Tabel 3.3 Pengukuran Sinyal Triangle IC LM 386 Gain 20
Peak- %
Peak Pengukuran Teori Kesalahan
(V) V Oscilloscope V Oscilloscope (kali) (kali)
1
2
3
4
5

3.5.1.2 IC LM 386 Gain 50


RS = 10 K
FS = 1 KHz
=1-5V
Sinyal Sinusoidal :
= ….??
= … ??
Tabel 3.4Pengukuran Sinyal Sinusoidal IC LM 386 Gain 50
Peak- %
Peak Pengukuran Teori Kesalahan
(V) V Oscilloscope V Oscilloscope (kali) (kali)
1
2
3

4
5

31
Sinyal Square :
= ….??
= … ??
Tabel 3.5Pengukuran Sinyal Square IC LM 386 Gain 50
Peak- %
Peak Pengukuran Teori Kesalahan
(V) V Oscilloscope V Oscilloscope (kali) (kali)
1

2
3
4

Sinyal Triangle :
= ….??
= … ??
Tabel 3.6Pengukuran Sinyal Triangle IC LM 386 Gain 50
Peak- %
Peak Pengukuran Teori Kesalahan
(V) V Oscilloscope V Oscilloscope (kali) (kali)
1
2
3
4
5

3.5.1.3 IC LM 386 Gain 200


RS = 10 K
FS = 1 KHz
=1-5V
Sinyal Sinusoidal :
= ….??
= … ??

32
Tabel 3.7Pengukuran Sinyal Sinusoidal IC LM 386 Gain 200
Peak- %
Peak Pengukuran Teori Kesalahan
(V) V Oscilloscope V Oscilloscope (kali) (kali)
1

2
3
4

Sinyal Square :
= ….??
= … ??
Tabel 3.8Pengukuran Sinyal Square IC LM 386 Gain 200
Peak- %
Peak Pengukuran Teori Kesalahan
(V) V Oscilloscope V Oscilloscope (kali) (kali)
1
2
3
4
5

Sinyal Triangle :
= ….??
= … ??
Tabel 3.9Pengukuran Sinyal Triangle IC LM 386 Gain 200
Peak- %
Peak Pengukuran Teori Kesalahan
(V) V Oscilloscope V Oscilloscope (kali) (kali)
1
2
3
4
5

33
3.6 Pertanyaan & Tugas
1. Sebutkan karakteristik IC penguat daya frekuensi audio LM 386, TA
7205, & TDA 2030
2.

Daftar Referensi Buku


1. Boylestad, Robert & Louis Nashelsky, Electronic Devices & Circuit Theory
8th Edition, Prentice-Hall, Inc., 2002.
2. Hassul, Michael & Don Zimmerman, Electronic Devices & Circuits :
Conventional flow version, Prentice-Hall, Inc., 1997.
3. Malvino, Albert Paul, Electronic Principles, The McGraw-Hill Co., 1999.
4. Malvino, Albert Paul, Semiconductor Circuit Approximations : An
Introduction To Transistors & Integrated Circuits 4th Edition, The
McGraw-Hill Co., 1985.
5. Malvino, Albert Paul, Electronic Principles 2nd Edition, The McGraw-Hill
Co., 1979.

PERCOBAAN IV

34
OSILATOR HARMONISA:
OSILATOR PERGESERAN FASA, OSILATOR
JEMBATAN WIEN, OSILATOR COLPITTS,
OSILATOR CLAPP
DAN OSILATOR HARTLEY
4.1 Tujuan
1. Mengamati cara kerja dari osilator harmonisa.
2. Dapat mengetahui perbedaan dari masing – masing jenis osilator
harmonisa yang diujikan.

4.2 Dasar Teori


4.2.1 Pengertian Osilator
Osilator yaitu suatu rangkaian elektronika yang dapat membangkitkan
getaran listrik dengan frekuensi tertentu dan amplitudonya tetap. Dasar dari sebuah
osilator yaitu sebuah rangkaian penguat dengan sistem feedback, yaitu sebagian
sinyal keluaran yang dikembalikan lagi ke masukan dengan phase dan tegangan
yang sama sehingga terjadi osilasi yang terus menerus. Adapun beberapa bagian
yang menjadi syarat untuk sebuah osilator supaya terjadi osilasi yaitu adanya
rangkaian penguat, rangkaian feedback, dan rangkaian tank circuit.Salah satu
feedback / umpan balik yang digunakan adalah umpan balik positif yang diagram
bloknya ditunjukkan pada gambar 4.1.

Gambar 4.1 Blok Diagram Umpan Balik Positif.


4.2.2 Jenis – Jenis Osilator Harmonisa

35
Dilihat dari komponen penyusun rangkaiannya, Pada dasarnya ada 2 macam
osilator, yaitu osilator R-C, dan osilator L-C. Osilator R-C dan Osilator L-C
akanmenghasilkan gelombang berbentuk sinusoida

4.2.2.1 Osilator R-C


Osilator R-C merupakan osilator dengan rangkaian penyusunnya berupa
rangkaian penguat, rangkaian feedback serta komponen pasif berupa hambatan (R)
dan kapasitor (C). Ada dua macam osilator R-C yang akan dibahas di sini, yaitu
osilator pergeseran fasa dan osilator jembatan Wien.

1. Osilator Pergeseran Fasa


Rangkaian osilator pergeseran fasa dengan menggunakan Op-Amp
seperti gambar 2.2, yaitu umpan baliknya terdiri atas tiga tahap
rangkaian RC.

Gambar 4.2 Rangkaian Sederhana Osilator Pergeseran Fasa.

Masing masing tahap rangkaian RC mampu menghasilkan pergeseran


fasa antara input dan output yang maksimum sebesar 90o. Sebagai
osilator total pergeseran fasa untuk ketiga tahap rangkaian R-C didesain
sebesar 180o dan juga karena output dari umpan balik ini diberikan
kepada input inverting op-amp, dimana pada tahap ini juga terjadi
pergeseran fasa 180o. Jadi total pergeseran fasa pada loop umpan balik
adalah 360o, yang sesuai dengan pernyataan osilator.Untuk R1 = R2 =

36
R = R dan C1 = C2 = C = C, Rumus untuk mengetahui besar dari
Frekuensi Output osilator adalah :

................................................... (4.1)
Dimana:
Fo = Frekuensi output (Hertz / Hz)
R = Nilai resistor pada rangkaian osilator (ohm /Ω)
C = Nilai kapasitor pada rangkaian osilator (Farad / F)

2. Osilator Jembatan Wien


Prinsip osilator ini dimulai dengan adanya noise saat pertama kali power
dinyalakan.Noise ini kemudian dimasukkan kembali ke input penguat
dengan melalui filter tertentu. Karena hal ini terjadi berulang-ulang,
maka sinyal noise akan menjadi semakin besar dan membentuk periode
tertentu sesuai dengan jaringan filter yang dipasang. Periode inilah yang
kemudian menjadi nilai frekuensi sebuah osilator.

Gambar 4.3 Rangkaian Sederhana Osilator Jembatan Wien.

Dengan memilih nilai-nilai resistor dan kapasitor tertentu sehingga R1 =


R2 = R dan C1 = C2 = C sehingga diperoleh frekuensi output sebesar:

................................................... (4.2)

Dimana:
Fo = Frekuensi resonansi (Hertz / Hz)
R = Nilai resistor pada rangkaian osilator (ohm /Ω)

37
C = Nilai kapasitor pada rangkaian osilator (Farad / F)

4.2.2.2 Osilator L-C


Osilator L-C merupakan osilator dengan rangkaian penyusunnya berupa
rangkaian penguat, rangkaian feedback serta komponen pasif berupa induktor (L)
dan kapasitor (C). Ada tiga macam osilator L-C yang akan dibahas di sini, yaitu
osilator Colpitts, osilator Clapp dan osilator Hartley.
1. Osilator Colpitts
Pada oscilator Colpitts, digunakan dua kapasitor sebagai pengganti
induktor yang terbagi. Rangkaian umpan balik dibuat dengan
menggunakan medan elektrostatik melalui jaringan pembagi kapasitor.
Frekuensi resonansi rangkaian osilator colpitts ditentukan oleh dua
kapasitor terhubung seri dan induktor. Rangkaian oscilator colpitts
secara detil dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 4.4 Rangkaian Osilator Colpitts.

Untuk menghitung Frekuensi Output dari rangkaian osilator colpitts ini,


digunakan rumus berikut :

...............................................(4.3)
dimana :

............................................... (4.4)

............................................. (4.5)

38
Dengan: ....................................................................................... Fo =
Frekuensi resonansi (Hertz / Hz)
L = Nilai induktor pada rangkaian osilator (Henry /H)
C = Nilai kapasitor pada rangkaian osilator (Farad / F)

2. Osilator Clapp
Osilator Clapp adalah salah satu dari beberapa jenis osilator
elektronikdibangun dari transistor dan umpan balik positif, dengan
menggunakan kombinasi dari induktansi (L) dengankapasitor (C) untuk
penentuan frekuensi.Berikut adalah gambar rangkaian osilator Clapp.

Gambar 4.5 Rangkaian Osilator Clapp.

Secara perhitungan frekuensi output yang dibangkitkan oleh osilator


Clapp adalah sebagai berikut :

............................................... (4.6)
Dengan :

.............................................. (4.7)
Dengan:
Fo = Frekuensi resonansi (Hertz / Hz)
L = Nilai induktor pada rangkaian osilator (Henry /H)
C = Nilai kapasitor pada rangkaian osilator (Farad / F)

39
CT= Nilai kapasitor variable pada rangkaian osilator ( Farad/F)

3. Osilator Hartley
Osilator Hartley merupakan osilator yang banyak digunakan pada
rangkaian penerima radio AM dan FM. Frekuensi resonansi ditentukan
oleh nilai induktor dan kapasitor pada rangkaian tank
oscillator.Rangkaian osilator Hartley dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 4.6 Rangkaian Osilator Hartley.

Secara perhitungan frekuensi output yang dibangkitkan oleh osilator


Hartley adalah sebagai berikut :

.................................................................................... (4.8)
Dengan :
..................................................................................... (4.9)
Dengan:
Fo = Frekuensi resonansi (Hertz / Hz)
L = Nilai induktor pada rangkaian osilator (Henry /H)
C = Nilai kapasitor pada rangkaian osilator (Farad / F)

4.2.3 Susunan Serta Fungsi Bagian-Bagian dalam Modul


Berikut ini merupakan susunan bagian - bagian yang terdapat pada modul
osilator harmonisa serta penjelasan mengenai fungsi dari bagian tersebut:

40
Osilator
Colpitts
Osilator
Hartley

Osilator
Clapp

Osilator
Pergeseran Penguat
Fasa OP-AMP

Osilator
Jembatan
Wien

Power
Supply
adjustable
variable

Gambar 4.7Modul Osilator Harmonisa

Pada modul Osilator Harmonisa, terdapat beberapa bagian yang digunakan dalam
praktikum elektronika terapan.Berikut ini dijelaskan fungsi dari masing masing
komponen yang ada dalam setiap bagian tersebut.
1. Power Supply Adjustable Variabel

41
Potensio 1

Potensio 2

Gambar 4.8 Bagian Power Supply Adjustable Variable

 Potensio 1 : Berfungsi untuk mengatur output tegangan DC Negatif, dari


tegangan 0 Volt DC hingga -32 Volt DC.
 Potensio 2 : Berfungsi untuk mengatur output tegangan DC Positif, dari
tegangan 0 Volt DC hingga +32 Volt DC.
2. Penguat OP-AMP

Pengukuran Jumper
Osilator
Input AFG
Saklar S1
Potensio 10K
Potensio 100K
Saklar SA
Saklar SB
Input
Tegangan
Saklar SC
Gambar 4.9 Bagian Penguat OP-AMP

 Input tegangan :
Berfungsi untuk men-supply tegangan positif, tegangan negatif, dan
ground pada rangkaian penguat op-amp yang diterima dari bagian
power supply.
 Saklar SA dan Saklar SB :

42
Berfungsi untuk mengganti mode penguat.Ketika saklar SA dan SB
“on”, penguat digunakan pada osilator pergeseran fasa. Ketika “off”
digunakan pada osilator jembatan wien.
 Saklar SC :
Berfungsi menyambungkan input AFG dengan pengukuran Fo,
ketika pengujian mengggunakan AFG.
 Saklar S1 :
Berfungsi untuk memilih input gelombang. Ketika S1 “on”, penguat
mendapat inputan dari osilator. Sedangkan ketika “off” penguat
mendapat inputan dari AFG.
 Potensio 100KΩ
Berfungsi dalam penguatan sinyal. Potensio ini digunakan dalam
osilator pergeseran fasa dan jembatan wien untuk mendapat
gelombang keluaran sinus sempurna.
 Potensio 10KΩ
Berfungsi dalam penguatan sinyal.Potensio ini digunakan dalam
osilator pergeseran fasa untuk mendapat gelombang keluaran sinus
sempurna.
 Input AFG
Berfungsi untuk input gelombang sinus dari AFG. Ini dilakukan
untuk membandingkan hasil keluaran osilator dengan keluaran dari
AFG.
 Jumper Osilator
Berfungsi untuk menghubungkan penguat op-amp dengan rangkaian
osilator yang akan diujikan.
 Pengukuran
Berfungsi dalam pengukuran Frekuensi output (Fo), tegangan A
(VA) dan tegangan B (VB).

43
3. Osilator Pergeseran Fasa
Saklar S4 – S11

Saklar S2 Saklar S3

Input Penguat op-amp


Gambar 4.10Bagian Osilator Pergeseran Fasa

 Input Penguat Op- Amp


Berfungsi untuk menghubungkan rangkaian osilator pergesran fasa
dengan penguat op-amp
 Saklar S2 dan S3
Berfungsi untuk menentukan mode osilator pergeseran fasa.Ketika
saklar S2 dan S3 pada kondisi 1, osilator menggunakan kapasitor
yang dirangkai seri dan resistor dirangkai parallel. Ketika kondisi 2,
kapasitor dirangkai parallel, dan resistor dirangkai seri
 Saklar S4 hingga S11
Berfungsi untuk menentukan jumlah resistor dan kapasitor yang
diunakan dalam osilator pergeseran fasa.
4. Osilator Jembatan Wien

Saklar S12
Saklar S12 Input
Penguat
Op-Amp

Gambar 4.11 Bagian Osilator Jembatan Wien


 Input Penguat Op- Amp
Berfungsi untuk menghubungkan rangkaian osilator Jembatan Wien
dengan penguat op-amp

44
 Saklar S12 dan S13
Berfungsi untuk menentukan mode osilator Jembatan Wien.Ketika
saklar S2 dan S3 pada kondisi 1, osilator menggunakan kapasitor-
resistor yang dirangkai parallel-seri.sedangkan pada kondisi 2,
osilator menggunakan kapasitor-resistor yang dirangkai seri-paralel
5. Osilator Colpitts dan Osilator Clapp

Pengukuran

Saklar S1-S6

Saklar S-AFG

Input AFG
Input tagangan
Saklar S A-B
Gambar 4.12 Bagian Osilator Colpitts dan Osilator Clapp

 Input tegangan :
Berfungsi untuk men-supply tegangan positifdan ground pada
rangkaian penguat transistor yang diterima dari bagian power
supply.
 Saklar S1 hingga S6
Berfungsi untuk menentukan nilai Induktor dan kapasitor yang
digunakan dalam osilator Colpitts dan Osilator Clapp.
 Pengukuran
Berfungsi dalam pengukuran Frekuensi output (Fo), tegangan A
(VA) dan tegangan B (VB).
 Input AFG
Berfungsi untuk input gelombang sinus dari AFG. Ini dilakukan
untuk membandingkan hasil keluaran osilator dengan keluaran dari
AFG.
 Saklar S-AFG
Berfungsi untuk mengg

45
 Saklar S A-B
Berfungsi menyambungkan input AFG dengan pengukuran Fo,
ketika pengujian mengggunakan AFG.
 Saklar S A-B :
Berfungsi untuk memilih input gelombang. Ketika SA-B “on”,
penguat mendapat inputan dari osilator.Sedangkan ketika “off”
penguat mendapat inputan dari AFG.
6. Osilator Hartley

Pengukuran
Input Osilator 1

output Osilator 2 Input Osilator


(VB)
output Osilator

Input Tegangan Input Tegangan


Gambar 4.13 Bagian Osilator Hartley

 Input tegangan :
Berfungsi untuk men-supply tegangan dan ground pada rangkaian
penguat transistor yang diterima dari bagian power supply.
 Input Osilator 1
Berfungsi untuk menerima gelombang awal dari rangkaian tangki
osilator yang akan dikuatkan.
 Input Osilator 2
Berfungsi untuk memberi input gelombang hasil osilasi ke penguat
transistor
 Output Osilator 1
Berfungsi untuk memberi input gelombang pada rangkaian tangki
osilator.
 Output Osilator 2 (VB)

46
Berfungsi untuk menerima gelombang hasil penguat dari rangkaian
penguat transistor. Selain itu output osilator 2 ini juga untuk
pengukuran tegangan B (VB).
 Pengukuran
Berfungsi dalam pengukuran Frekuensi output (Fo) dan tegangan A
(VA).

4.3 Alat dan Bahan


1. Adapun peralatan yang diperlukan untuk menjalankan praktikum ini
adalah sebagai berikut:
2. Multimeter Digital
3. Kabel Jumper
4. Osiloscop
5. Audio Frequensi Generator (AFG)
6. Modul Osilator Harmonisa

4.4 Cara Kerja


4.4.1 Osilator Pergeseran Fasa
Adapun tahapan yang dilakukan untuk melakukan percobaan osilator
pergeseran fasa adalah sebagai berikut :
1. Atur kedua potensio yang ada pada rangkaian power supply adjustable
variablehingga mendapatkan output tegangan +9 Volt DC dan -9 Volt
DC. Hubungkan output tegangan beserta ground pada input tegangan
yang ada di rangkaian penguat op-amp.
2. Hubungkan input, output dan ground rangkaian penguat op-amp pada
rangkaian osilator pergeseran fasa.
3. Hubungkan bagian pengukuran Fo pada salah satu probe osiloscop.
4. Berikan saklar SA, SB, dan SC yang ada pada rangkaian penguat op-
amp pada kondisi “off”, dan saklar S1 pada kondisi “on”.
5. Berikan saklar S2 dan S3 yang ada pada rangkaian osilator pergeseran
fasa pada kondisi 1.

47
6. Berikan saklar S4 hingga S11 kondisi “on” sesuai dengan jumlah
resistor – kapasitor yang akan digunakan, dengan :
 S4 dan S5 : untuk 3 pasang resistor-kapasitor
 S6 dan S7 : untuk 4 pasang resistor-kapasitor
 S8 dan S9 : untuk 5 pasang resistor-kapasitor
 S10 dan S11 : untuk 6 pasang resistor-kapasitor
7. Atur potensiometer yang ada pada rangkaian penguat op-amp sehingga
didapatkan sinyal keluaran maksimum (sinus) tetapi tidak cacat. Catat
besarnya frekuensi osilasi (fo) dan tegangan keluaran puncak – puncak
(Vopp) dengan menggunakan 3 hingga 6 pasang resistor-kapasitor.
Bandingkan fo dengan fo hasil perhitungan.
8. Catat tegangan VA, VB dan Vo. Hitung besarnya penguatan penguat A
(Av) yaitu Vo / VA dan besarnya penguatan jaringan umpan balik (BV)
yaitu VB / Vo. Catat semua data yang didapat pada tabel 4.1.
9. Ulangi langkah 6 dan 7 dengan menggunakan saklar S2 dan S3 yang ada
pada rangkaian osilator pergeseran fasa pada kondisi 2.
10. Catat tegangan VA, VB dan Vo. Hitung besarnya penguatan penguat A
(Av) yaitu Vo / VA dan besarnya penguatan jaringan umpan balik (BV)
yaitu VB / Vo. Catat semua data yang didapat pada tabel 4.2.
11. Berikan saklar S1 yang ada pada rangkaian penguat op-amp kondisi
“off” dan saklar SC pada kondisi “on”. Berikan masukan pada bagian
Input AFG yang ada pada rangkaian penguat op-amp dari AFG. Dengan
frekuensi mendekati fo, level AFG diatur agar Vo tidak cacat.
12. Amati beda fasa antara Vo dengan VA (θA) dan (θB) dan VB dengan
Vo (θB). Gambarkan pola lissajous yang terbentuk untuk kedua
pengamatan (θA dan θB) pada kertas millimeter.

48
Tabel 4.1Pengukuran Osilator Pergeseran Fasa Dengan Saklar S2 dan S3 Pada Kondisi 1
Jumlah R(Ω) C(F) Fo(Hz) Fo(Hz) VA VB VO VOPP AV BV θA θB
R-C Hitung Ukur
3

Tabel 4.2Pengukuran Osilator Pergeseran Fasa Dengan Saklar S2 dan S3 Pada Kondisi 2
Jumlah R(Ω) C(F) Fo(Hz) Fo(Hz) VA VB VO VOPP AV BV θA θB
R-C Hitung Ukur
3

4.4.2 Osilator Jembatan Wien


Adapun tahapan yang dilakukan untuk melakukan percobaan osilator
jembatan wien adalah sebagai berikut :
1. Atur kedua potensio yang ada pada rangkaian power supply adjustable
variable hingga mendapatkan output tegangan +9 Volt DC dan -9 Volt
DC. Hubungkan output tegangan beserta ground pada input tegangan
yang ada di rangkaian penguat op-amp.
2. Hubungkan input, output dan ground rangkaian penguat op-amp pada
rangkaian osilator jembatan wien.
3. Hubungkan bagian pengukuran Fo pada salah satu probe osiloscop.
4. Berikan saklar SA, SB, dan SC yang ada pada rangkaian penguat op-
amp pada kondisi “on”, dan saklar S1 pada kondisi “on”.
5. Berikan saklar S12 dan S13 yang ada pada rangkaian osilator jembatan
wien pada kondisi 1.
6. Atur potensiometer yang ada pada rangkaian penguat op-amp sehingga
didapatkan sinyal keluaran maksimum (sinus) tetapi tidak cacat. Catat

49
besarnya frekuensi osilasi (fo) dan tegangan keluaran puncak – puncak
(Vopp). Bandingkan fo dengan fo hasil perhitungan.
7. Ulangi langkah 6 dengan menggunakan saklar S12 dan S13 yang ada
pada rangkaian osilator jembatan wien pada kondisi 2.
8. Catat tegangan VA, VB dan Vo. Hitung besarnya penguatan penguat A
(Av) yaitu Vo / VA dan besarnya penguatan jaringan umpan balik (BV)
yaitu VB / Vo. Catat semua data yang didapat pada tabel 4.3.
9. Berikan saklar S1 yang ada pada rangkaian penguat op-amp kondisi
“off” dan saklar SC pada kondisi “on”. Berikan masukan pada bagian
Input AFG yang ada pada rangkaian penguat op-amp dari AFG. Dengan
frekuensi mendekati fo, level AFG diatur agar Vo tidak cacat.
10. Amati beda fasa antara Vo dengan VA (θA) dan (θB) dan VB dengan
Vo (θB). Gambarkan pola lissajous yang terbentuk untuk kedua
pengamatan (θA dan θB) pada kertas millimeter.
Tabel 4.3Pengukuran Osilator Jembatan Wien
Kondisi R(Ω) C(F) Fo(Hz) Fo(Hz) VA VB VO VOPP AV BV θA θB
S12-S13 Hitung Ukur
1

4.4.3 Osilator Colpitts dan Clapp


Tahapan dari percobaan osilator colpitts dan clap adalah sama. Adapun
tahapan yang dilakukan untuk melakukan percobaan osilator colpitts dan clapp
adalah sebagai berikut :
1. Atur potensio yang ada pada rangkaian power supply adjustable
variable hingga mendapatkan output tegangan +9 Volt DC. Hubungkan
output tegangan beserta ground pada input tegangan yang ada di
rangkaian osilator colpitts dan clapp.
2. Berikan saklar S-AFG pada kondisi “off”, dan saklar SA-B pada kondisi
“A”.
3. Hubungkan bagian pengukuran Fo pada salah satu probe osiloscop.

50
4. Berikan saklar S1 hingga S6 kondisi “on” sesuai dengan nilaiinduktor –
kapasitor yang akan digunakan, dengan :
 S1 dan S2 : untuk nilai induktor 2,2µH dan nilai kapasitor
470pF
 S3 dan S4 : untuk nilai induktor 2,2µH dan nilai kapasitor 1nF
 S5 dan S6 : untuk nilai induktor 220µH dan nilai kapasitor 1nF
5. Catat tegangan VA, VB, Vo, Vopp serta Fo. Hitung besarnya penguatan
penguat A (Av) yaitu Vo / VA dan besarnya penguatan jaringan umpan
balik (BV) yaitu VB / Vo. Catat semua data yang didapat pada tabel 4.4
untuk osilator colpiits dan pada tabel 4.5 untuk osilator clap.
6. Berikan saklar S-AFGpada kondisi “off” dan saklar SA-B pada kondisi
”B”. Berikan masukan pada bagian Input AFG dari AFG. Dengan
frekuensi mendekati fo, level AFG diatur agar Vo tidak cacat.
7. Amati beda fasa antara Vo dengan VA (θA) dan (θB) dan VB dengan
Vo (θB). Gambarkan pola lissajous yang terbentuk untuk kedua
pengamatan (θA dan θB) pada kertas milimeter.
Tabel 4.4Pengukuran Osilator Colpitts
L(H) C(F) Fo(Hz) Fo(Hz) VA VB VO VOPP AV BV θA θB
Hitung Ukur

Tabel 4.5Pengukuran Osilator Clapp


L(H) C(F) Fo(Hz) Fo(Hz) VA VB VO VOPP AV BV θA θB
Hitung Ukur

51
4.4.4 Osilator Hartley
Adapun tahapan yang dilakukan untuk melakukan percobaan osilator
hartley adalah sebagai berikut :
1. Atur potensio yang ada pada rangkaian power supply adjustable
variable hingga mendapatkan output tegangan +9 Volt DC. Hubungkan
output tegangan beserta ground pada input tegangan yang ada di
rangkaian penguat penguat transistor dan rangkaian tangki osilator.
2. Hubungkan OSC1 pada rangkaian tangki osilator ke IN OSC pada
rangkaian penguat transistor.
3. Hubungkan OSC2 pada rangkaian tangki osilator ke OUT OSC pada
rangkaian penguat transistor.
4. Hubungkan bagian pengukuran Fo pada salah satu probe osiloscop.
5. Catat besarnya frekuensi osilasi (fo) dan tegangan keluaran puncak –
puncak (Vopp). Bandingkan fo dengan fo hasil perhitungan.
6. Catat tegangan VA, VB dan Vo. Hitung besarnya penguatan penguat A
(Av) yaitu Vo / VA dan besarnya penguatan jaringan umpan balik (BV)
yaitu VB / Vo. Catat semua data yang didapat pada tabel 4.5.
7. Pindahkan jumper tegangan, ground, OSC1 dan OSC2 ke rangkaian
tangki osilator Hartley lainnya untuk menggunakan nilai induktor-
kapasitor yang berbeda.
8. Lepaskan hubungan OSC1 dan OSC2 dengan IN OSC dan OUT OSC.
Berikan masukan pada IN OSCdari AFG. Dengan frekuensi mendekati
fo, level AFG diatur agar Vo tidak cacat.
9. Amati beda fasa antara Vo dengan VA (θA) dan (θB) dan VB dengan
Vo (θB). Gambarkan pola lissajous yang terbentuk untuk kedua
pengamatan (θA dan θB) pada kertas milimeter.
Tabel 4.6Pengukuran Osilator Hartley
L(H) C(F) Fo(Hz) Fo(Hz) VA VB VO VOPP AV BV θA θB
Hitung Ukur

52
4.6 Pertanyaan Dan Tugas
1. Apa yang dimaksud dengan osilator pergeseran fasa ?
2. Apa pengaruh nilai induktor dan capasitor pada osilator LC ?
3. Hitunglah Fo osilator pergeseran fasa, dengan menggunakan nilai R1 =
R2 = R3 = R = 10KΩ dan C1=C2=C3=C=10nF !
4. Hitunglah Fo osilator jembatan wien, dengan menggunakan nilai R1 =
R2 = R=10KΩ dan C1=C2= C=10nF !
5. Hitunglah Fo osilator Colpitts, dengan menggunakan nilai L = 2,2µH
dan C=470pF !
6. Hitunglah Fo osilator Clapp, dengan menggunakan nilai L = 2,2µH dan
C=470pF !
7. Hitunglah Fo osilator Hartley, dengan menggunakan nilai L = 2,2µH
dan C=470pF !
8. Jelaskan apa yang anda ketahui tentang faktor kualitas koil Q pada
rangkaian osilator!
9. Berikan kesimpulan anda dari masing – masing percobaan diatas!

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. Working of Wien Bridge Oscillator. [cited 2014 Oktober 7].
Avaliable
From:http://electronics.stackexchange.com/questions/107284/working-of-
wien-bridge-oscillator
Anonim. 2012. Oscilator Colpitts. [cited 2014 Oktober 8 ]. Avaliable From :
http://elektronika-dasar.web.id/rangkaian/oscilator-colpitts/
Anonim. 2013. Macam Macam Osilator. [cited 2014 Oktober 8 ]. Avaliable From :
http://id.scribd.com/doc/221598973/Macam-Macam-Osilator

53
Boylestad, Robert & Louis Nashelsky, Electronic Devices & Circuit Theory 8th
Edition, Prentice-Hall, Inc., 2002.
Hassul, Michael & Don Zimmerman, Electronic Devices & Circuits : Conventional
flow version, Prentice-Hall, Inc., 1997.
Malvino, Albert Paul, Electronic Principles, The McGraw-Hill Co., 1999.
Malvino, Albert Paul, Semiconductor Circuit Approximations : An Introduction To
Transistors & Integrated Circuits 4th Edition, The McGraw-Hill Co., 1985.
Malvino, Albert Paul, Electronic Principles 2nd Edition, The McGraw-Hill Co.,
1979.
Anonim. 2012. Oscilator Hartley. [cited 2014 Oktober 8 ]. Avaliable From :
http://elektronika-dasar.web.id/rangkaian/oscilator-hartley/
Anonim.2012. Cara Membaca Resistor. [cited 2014 Oktober 8 ]. Avaliable From :
http://digital-script.blogspot.com/2012/11/cara-membaca-resistor.html
Anonim. 2012.Elektronika Digital Dasar bagian 2.[cited 2014 Oktober 8].
Avaliable From : http://swavidiana.blogspot.com/search?q=kapasitor
Blocher, R, 2004.Dasar Elektronika.Yogyakarta : ANDI.
Boylestad.R, 1999.Seventh Edition Electronic Devices And Circuit Theory. Ohio :
New Jersey: Prentice Hall
Ramdhani.M, 2008.Rangkaian Listrik.
Bandung : Erlangga.

PERCOBAAN V
KOMPARATOR, FILTER DAN AMPLIFIER
MENGGUNAKAN OP AMP

5.1 Tujuan
Mengetahui cara penggunaan Op-Amp sebagai komparator, filter, dan
amplifier.

5.2 Dasar Teori

54
5.2.1 OP-Amp
Op-Amp (Operational Amplifier) atau penguat operasional merupakan
suatu jenis penguat elektronika dengan coupling arus searah yang memiliki gain
atau faktor penguatan sangat besar dengan dua masukan dan satu keluaran. Penguat
operasional pada umumnya tersedia dalam bentuk sirkuit terpadu dan yang paling
banyak digunakan adalah seri 741.
Penguat operasional adalah perangkat yang sangat efisien dan serba guna.
Contoh penggunaan penguat operasional adalah untuk operasi matematika
sederhana seperti penjumlahan dan pengurangan terhadap tegangan listrik hingga
dikembangkan kepada penggunaan aplikatif seperti komparator dan osilator dengan
distorsi rendah.
Penguat operasional dalam bentuk rangkaian terpadu memiliki karakteristik
yang mendekati karakteristik penguat operasional ideal tanpa perlu memperhatikan
apa yang terdapat di dalamnya. Karakteristik penguat operasional ideal adalah:
1. Gain tegangan tidak terbatas.
2. Impedansi masukan tidak terbatas.
3. Impedansi keluaran nol.
4. Lebar pita tidak terbatas.
5. Tegangan offset nol (kondisi ketika masukan sebesar nol).

Gambar 5.1Diagram skematik op-amp

55
Pada diagram skema Gambar 5.1 ini susunan bagian dalam sirkuit
terintegrasi penguat operasional seri 741. Nomor-nomor yang terdapat di dekat
terminal pada gambar menunjukkan nomor kaki terminal pada sirkuit terintegrasi
741 jenis 8-pin. Pin nomor 8 tidak terhubung dengan sirkuit.

5.2.2 Mode Operasi Op-Amp


5.2.2.1 Mode Penguatan Terbuka
Pada mode loop terbuka besarnya penguatan tegangan adalah tak berhingga
(∞), sehingga besarnya tegangan output hampir dan bisa dikatakan mendekati Vcc.
Expresi matematika pada penuat operasional mode loop terbuka adalah 𝐴𝑣 = ∞.
Sehingga tegangan output ≈ Vcc. Mode loop terbuka ditunjukkan pada Gambar 5.2.

Gambar 5. 2Mode loop terbuka

5.2.2.2 Mode Penguatan Tertutup


Pada mode loop tertutup besarnya penguatan tegangan (Av) adalah besar,
tetapi tidak mencapai nilai maksimalnya dan dapat dituliskan 𝐴𝑣 < 𝑀𝑎𝑥. Mode
loop tertutup ditunjukkan pada Gambar 5.3.

Gambar 5. 3Mode loop tertutup

56
5.2.2.3 Mode Penguatan Terkendali
Pada mode operasi penguatan terkendali besarnya penguatan dari
operasional amplifier (Op-Amp) dapat ditentukan dari nilai resistansi feedback dan
input. Sehingga nilai penguatan tegangan (Av) pada mode operasi ini dapat
𝑅
dituliskan sebgai berikut : 𝐴𝑣 = − 𝑅 𝑓 . Sehingga besarnya tegangan output
𝑖𝑛

dituliskan dalam persamaan (5.1).


𝑅
𝑉𝑜𝑢𝑡 = − (𝑅 𝑓 ) 𝑉𝑖𝑛
𝑖𝑛 .................................................. (5.1)

Gambar 5. 4Mode penguatan terkendali

5.2.2.4 Mode Penguatan 1


Mode operasi penguatan 1 pada operasional amplifier (Op-Amp) sering
disebut dengan istilah buffer (penyangga). Hal ini karena pada mode ini tidak terjadi
penguatan tegangan (Av) bernilai 1. Konfigurasi ini berfungsi untuk memperkuat
arus sinyal sehingga tidak drop pada saat diberikan beban terhadap sinyal input.
Besarnya tegangan output (Vout) sama dengan tegangan input (Vin) karena
penguatan tegangan (Av) operasional amplifier (Op-Amp) bernilai 1. Mode
penguatan 1 ditunjukkan pada Gambar 5.5.

57
Gambar 5. 5Mode penguatan 1

5.3 Alat dan Komponen


1. Board Component Modul Praktikum Op-Amp
2. Osiloskop.
3. Function Generator.
4. Multimeter

5.4 Cara Kerja


5.4.1 Pembanding Tegangan (Komparator)
5.4.1.1 Penginderaan Gelombang Sinus pada Masukan Membalik
1. Hubungkan setiap komponen pada Board Component Op-Amp sesuai
dengan Gambar 5.6.
2. Nyalakan Function Generator dan atur Vin pada gelombang sinus
dengan frekuensi 100 Hz
3. Nyalakan catu daya
4. Perhatikan polaritas gelombang masukan dan keluaran.

58
Gambar 5. 6Skematik rangkaian penginderaan gelombang sinus pada masukan membalik

5. Foto atau simpan gambar hasil percobaan pada osiloskop kemudian


lakukan analisa.

5.4.1.2 Penginderaan Gelombang Sinus pada Masukan Tak Membalik


1. Hubungkan setiap komponen pada Board Component Op-Amp sesuai
dengan gambar 5.7.

Gambar 5. 7Skematik rangkaian penginderaan gelombang sinus pada masukan tak membalik

59
2. Nyalakan Function Generator dan atur Vin pada gelombang sinus
dengan frekuensi 100 Hz
3. Nyalakan catu daya
4. Perhatikan polaritas gelombang masukan dan keluaran.
5. Foto atau simpan gambar hasil percobaan pada osiloskop kemudian
lakukan analisa.

5.4.1.3 Detektor Level Tegangan Op-Amp


1. Hubungkan setiap komponen pada Board Component Op-Amp sesuai
dengan gambar 5.8

Gambar 5. 8Skematik rangkaian detektor level tegangan

2. Nyalakan Catu Daya


3. Hubungkan Channel 1 Osiloskop pada Vin dan Channel 2 Osilator pada
Vout
4. Ukur Vref dan catat nilainya pada log data
5. Putar R1 sampai nilai Vin sama dengan 0 V
6. Amati bentuk gelombang pada osilokop, kemudian foto atau simpan
hasilnya dan catat pada tabel 5.1
7. Ukur Vout dan catat nilainya pada log data
8. Putar R1 sampai nilai Vin sama dengan Vref

60
9. Amati bentuk gelombang pada osilokop dan catat pada log data kondisi
LED
10. Ukur Vout dan catat nilainya pada tabel 5.1
11. Putar R1 sampai nilai Vin maksimum
12. Amati bentuk gelombang pada osilokop dan catat pada tabel 5.1
13. Ukur Vout dan catat nilainya pada log data
Tabel 5.1Log Data Hasil Pengamatan Percobaan Detektor Level Tegangan
Vin Vref Vout Kondisi
LED

5.4.2 Penguat Op-Amp Dua Tahap


1. Hubungkan setiap komponen pada Board Component Op-Amp sesuai
dengan gambar 5.9

Gambar 5. 9Skematik rangkaian rangkaian Op-Amp dua tahap

2. Nyalakan Catu Daya

61
3. Hubungkan Function Generator dan atur Vin pada gelombang sinus 10
Hz dengan amplitudo 0.5 Vp-p
4. Catat tegangan masukan yang terukur pada voltmeter pada tabel 5.2
5. Catat tegangan antar puncak pada keluaran Op-Amp 1 pada tabel 5.2
6. Catat tegangan antar puncak pada keluaran Op-Amp 2 pada tabel 5.2,
kemudian simpan atau foto hasil percobaan pada osiloskop.
7. Ubah nilai Function generator menjadi 100 Hz, 1KHz, 10 KHz, dan 100
KHz.
8. Ulangi langkah 4 – 6
Tabel 5.2Data hasil pengukuran penguatan Op-Amp dua tahapan
Op-Amp 1 Op-Amp 2
Frekuensi Vin Av (total)
Vout Av Vout Av
10 Hz
100 Hz
1 KHz
10 KHz
Besarnya penguatan Op-Amp dapat kita hitung secara teori, dengan
persamaan (5.2).
𝑉𝑜𝑢𝑡 𝑅
𝐴𝑣 = 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐴𝑣 = − 𝑅 𝐹
𝑉𝑖𝑛 𝑖𝑛 .............................. (5.2)
9. Matikan catu daya

5.4.3 Filter Aktif Op-Amp


5.4.3.1 Low Pass Filter
1. Hubungkan setiap komponen pada Board Component Op-Amp sesuai
dengan gambar 3.10.

62
Gambar 5. 10Skematik rangkaian rangkaian Low Pass Filter

2. Nyalakan Catu Daya.


3. Hubungkan Function Generator dan atur Vin pada gelombang sinus 10
Hz dengan amplitude 1 Vp-p.
4. Catat tegangan masukan dan keluaran yang terukur pada voltmeter ke
tabel 5.3.
5. Ubah nilai Function Generator secara berkala mulai dari 10 Hz sampai
dengan 5000 Hz.
6. Menghitung besar penguatan (Av) serta penguatan dalam bentuk dB.
7. Menggunakan hasil pengukuran untuk menggambar kurva respon
frekuensi filter (Av dB sebagai fungsi frekuensi).
Tabel 5. 3Data hasil pengukuran dan perhitungan Low Pass Filter
Frekuensi (Hz) Vin (V) Vout (V) Av Av(dB)
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
110
120
130
140

63
150
160
170
180
190
200
250
300
350
400
450
500
550
600
650
700
750
800
850
900
950
1000
2000
3000
4000
5000

Besarnya penguatan dapat dicari dengan persamaan 5.3.


𝑉𝑜𝑢𝑡 𝑅
𝐴𝑣 = 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝐴𝑣 = − 𝑅 𝐹
𝑉𝑖𝑛 𝑖𝑛 .................... (5.3)
Besarnya penguatan dalam dB dapat dicari dengan persamaan 5.4.
𝐴𝑣 (𝑑𝐵) = 20 log 𝐴𝑣 .........................................(5.4)

5.4.3.2 High Pass Filter


1. Hubungkan setiap komponen pada Board Component Op-Amp sesuai
dengan gambar 3.11

64
Gambar 5. 11Skematik rangkaian rangkaian High Pass Filter Op-Amp

2. Nyalakan Catu Daya


3. Hubungkan Function Generator dan atur Vin pada gelombang sinus 10
Hz dengan amplitude 1 Vp-p
4. Catat tegangan masukan dan keluaran yang terukur pada voltmeter ke
tabel 5.4
5. Ubah nilai Function Generator secara berkala mulai dari 10 Hz sampai
dengan 60000 Hz
6. Menghitung besar penguatan (Av) serta penguatan dalam bentuk dB
7. Menggunakan hasil pengukuran untuk menggambar kurva respon
frekuensi filter (Av dB sebagai fungsi frekuensi).
Tabel 5. 4 Data hasil pengukuran dan perhitungan High Pass Filter
Frekuensi Vin Vout Av Av
(Hz) (V) (V) (dB)
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
110

65
120
130
140
150
160
170
180
190
200
250
300
350
400
450
500
600
700
800
900
1000
2000
3000
4000
5000
10000
20000
30000
40000
60000
Besarnya penguatan dapat dicari dengan persamaan 5.3.
Besarnya penguatan dalam dB dapat dicari dengan persamaan 5.4.

5.4.3.3 Band Pass Filter


1. Hubungkan setiap komponen pada Board Component Op-Amp sesuai
dengan gambar 3.12

66
Gambar 5.12Skematik rangkaian rangkaian Band Pass Filter

2. Nyalakan Catu Daya


3. Hubungkan Function Generator dan atur Vin pada gelombang sinus 10
Hz dengan amplitude 1 Vp-p
4. Catat tegangan masukan dan keluaran yang terukur pada voltmeter ke
tabel 5.5
5. Ubah nilai Function Generator secara berkala mulai dari 10 Hz sampai
dengan 500 Hz
6. Menghitung besar penguatan (Av) serta penguatan dalam bentuk dB
7. Menggunakan hasil pengukuran untuk menggambar kurva respon
frekuensi filter (Av dB sebagai fungsi frekuensi).
Tabel 5.5data hasil pengukuran dan perhitungan Band Pass Filter
Frekuensi Vin Vout Av Av
(Hz) (V) (V) (dB)
10
20
30
40
50
60
70
80
90

67
100
110
120
130
140
150
200
300
400
500
Besarnya penguatan dapat dicari dengan persamaan 5.3.
Besarnya penguatan dalam dB dapat dicari dengan persamaan 5.4.

5.4.3.4 Band Notch Filter


1. Hubungkan setiap komponen pada Board Component Op-Amp sesuai
dengan gambar 3.13

Gambar 5.13Skematik rangkaian rangkaian Band Notch Filter

2. Nyalakan Catu Daya


3. Hubungkan Function Generator dan atur Vin pada gelombang sinus 10
Hz dengan amplitude 1 Vp-p
4. Catat tegangan masukan dan keluaran yang terukur pada voltmeter ke
tabel 5.6

68
5. Ubah nilai Function Generator secara berkala mulai dari 10 Hz sampai
dengan 500 Hz.
6. Menghitung besar penguatan (Av) serta penguatan dalam bentuk dB
7. Menggunakan hasil pengukuran untuk menggambar kurva respon
frekuensi filter (Av dB sebagai fungsi frekuensi).
Tabel 5. 6Data hasil pengukuran dan perhitungan Band Notch Filter
Frekuensi Vin Vout Av Av
(Hz) (V) (V) (dB)
10
20
30
50
80
100
120
125
150
175
200
220
250
300
400
500
Besarnya penguatan dapat dicari dengan persamaan 5.3.
Besarnya penguatan dalam dB dapat dicari dengan persamaan 5.4.

5.5 Pertanyaan dan Tugas


1. Desainlah filter aktif dengan op-amp (low pass, high pass, band pass,
dan notch pass).Gunakan perumpamaan sendiri.

DAFTAR PUSTAKA

Agus Purnama (2015).Elektronika Dasar. http://elektronika-dasar.web.id/. Diakses


tanggal 20-10-2016.

69
Bigelow, Ken (2009). "Inside the 741 Op-Amp" (dalam Inggris). www.play-
hookey.com. Diakses tanggal 20-10-2016.
Braun, Daniel (2007). “Transistor-level schematic for a 741 op-amp, color coded
and labeled ” (dalam Inggris). http://www.ti.com/lit/ds/symlink/lm741.pdf.
Diakses tanggal 20-10-2016
Carter, Bruce; Brown, Thomas. "Handbook of Operational Amplifier Applications"
(PDF). Texas Instruments. Diakses tanggal 2016-10-20.
Hayt, William; Kemmerly, Jack; Durbin, Steven (2007). Engineering Circuit
Analysis (dalam Inggris) (7th ed.). McGraw-Hill Higher Education. p. 173-
205. ISBN 978-0-07-286611-7.
Nave, Carl Rod (2006). "HyperPhysics - Operational Amplifier" (dalam Inggris).
Department of Physics and Astronomy, Georgia State University. Diakses
tanggal 20-10-2016.
Boylestad, Robert & Louis Nashelsky, Electronic Devices & Circuit Theory 8th
Edition, Prentice-Hall, Inc., 2002.
Hassul, Michael & Don Zimmerman, Electronic Devices & Circuits : Conventional
flow version, Prentice-Hall, Inc., 1997.
Malvino, Albert Paul, Electronic Principles, The McGraw-Hill Co., 1999.
Malvino, Albert Paul, Semiconductor Circuit Approximations : An Introduction To
Transistors & Integrated Circuits 4th Edition, The McGraw-Hill Co., 1985.
Malvino, Albert Paul, Electronic Principles 2nd Edition, The McGraw-Hill Co.,
1979.

70

Anda mungkin juga menyukai