Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENELITIAN

ANALISIS THEOREMA THEVENIN DAN NORTON

Dosen Pengampu :
Dr. Faried Wadjdi, M.Pd., MM.

Disusun Oleh :
Dhafin Rizqy Zaputra (1501620047)
Muhammad Farhan Dzaki (1501620035)
Muhammad Nur Ali Rozak (1501620028)
Putri Maharani Pricilia (1501620063)

KELOMPOK 4

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Rangkaian Listrik 2

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN VOKASIONAL TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Swt. Karena telah memberikan kesempatan pada penulis
untuk menyelesaikan laporan penelitian ini. Atas rahmat dan hidayah-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul “Analisis Teorema Superposisi” dengan tepat waktu.
Laporan penelitian hasil diskusi terhadap analisa mengenai metode Teorema Superposisi ini
disusun guna memenuhi tugas dosen Dr. Faried Wadjdi, M.Pd., MM. pada mata kuliah Rangkaian
Listrik 2 di program studi Pendidikan Teknik Elektro, Universitas Negeri Jakarta. Selain itu, kami
selaku penulis juga berharap agar laporan penelitian ini dapat menambah wawasan bagi pembaca
tentang metode Teorema Thevenin dan Norton.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Faried Wadjdi, M.Pd.,
MM. selaku dosen mata kuliah. Karena tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan
dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis dalam rangka menuntut ilmu. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses penyusunan laporan
penelitian ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan kami terima demi kesempurnaan laporan penelitian ini.

Jakarta, 27 Maret 2021

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................2
BAB I................................................................................................................................3
PENDAHULUAN............................................................................................................3
I. LATAR BELAKANG............................................................................................3
II. RUMUSAN MASALAH........................................................................................4
III. TUJUAN PEMBAHASAN.................................................................................4
BAB II...............................................................................................................................4
KAJIAN TEORI..............................................................................................................4
I. TEOREMA THEVENIN......................................................................................4
II. TEOREMA NORTON..........................................................................................8
III. HUBUNGAN ANTARA THEVENIN DAN NORTON................................12
BAB II.............................................................................................................................21
KESIMPULAN..............................................................................................................21
ANALISIS SOAL..........................................................................................................22
BAB I
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Elektronika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang pengendalian arus listrik yang
dapat dioperasikan dengan cara mengontrol aliran elektron. Pengendalian elektron ini terjadi didalam
ruang hampa atau ruagan yang berisi gas bertekanan rendah seperti tabung gas dan bahan semi
konduktor.
Ada dua bentuk rangkaian setara yaitu rangkaian setara Thevenin dan rangkaian setara Norton.
Tegangan Thevenin didefenisikan sebagai tegangan yang melewati terminal beban saat hambatan
beban terbuka. Arus Norton didefenisikan sebagai arus beban saat hambatan beban dihubung singkat.
Teorema Thevenin menunjukkan bahwa keseluruhan jaringan listrik tertentu, kecuali beban dapat
diganti dengan sirkuit yang hanya mengandung satu sumber tegangan listrik independen dengan
sebuah resistor yang terhubung secara seri. Teorema Norton menunjukkan bahwa keseluruhan jaringan
listrik tertentu kecuali beban dapat diganti dengan sirkuit ekivalenyang hanya mengandung asatu
sumber arus listrik independen dan dengan sebuah resistor yang terhubunng secara parallel
(Darianto,2000).
Dalam kehidupan sehari-hari tanpa kita sadari kita telah menggunakan hasil dari rangkaian ini,
baik itu rangkaian setara Thevenin maupun rangkaian setara Norton. Khususnya pada orang-orang
yang bekerja dibidang elektronika seperti jasa tukang servis alat-alat elektronik. Ketika mereka
kekurangan besar resistor untuk merangkai suatu alat maka digunakan rangkaian setara untuk
mengganti kekurangan besar resistor tersebut. Hal inilah yang sebenarnya kita tidak sadari bahwa
yang kita praktikan itu merupakan aplikasi dari rangkaian setara Thevenin dan rangkaian setara
Norton.
Berdasarkan hal itu, maka perlu diadakan percobaan ini agar kita lebih memahami bagaimana
itu rangkain setara Thevenin dan Norton, serta lebih meyakinkan kita bahwa yang kita gunakan selama
ini adalah aplikasi dari rangkaian setara Thevenin dan Norton.
II. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu Teorema Thevenin?
2. Apa itu Teorema Norton?
3. Jelaskan Hubungan Teorema Thevenin dan Norton!
III. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Mahasiswa dapat menjelaskan apa itu Teorema Thevenin
2. Mahasiswa dapat menjelaskan apa itu Teorema Norton
3. Mahasiswa dapat menjelaskan Hubungan Teorema Thevenin Dan Norton
BAB II
KAJIAN TEORI
I. TEOREMA THEVENIN
Teorema Thevenin adalah salah satu teori elektronika atau alat analisis yang
menyederhanakan suatu rangkaian rumit menjadi suatu rangkaian sederhana dengan cara
membuat suatu rangkaian pengganti yang berupa sumber tegangan yang dihubungkan secara
seri dengan sebuah resistansi yang ekivalen. Teorema Thevenin ini sangat bermanfaat apabila
diaplikasikan pada analisis rangkaian yang berkaitan dengan daya atau sistem baterai dan
rangkaian interkoneksi yang dapat mempengaruhi satu rangkaian dengan rangkaian lainnya.
Teorema Thevenin ini ditemukan oleh seorang insinyur yang berasal dari Perancis yaitu M.L.
Thevenin.

Bunyi Teorema Thevenin


Teorema Thevenin menyatakan bahwa :
Setiap Rangkaian linear yang terdiri dari beberapa tegangan dan resistor dapat digantikan
dengan hanya satu tegangan tunggal dan satu resistor yang terhubung secara seri.

Cara Menganalisis Rangkaian Linear dengan Perhitungan Teorema Thevenin


Berikut ini adalah langkah-langkah untuk menganalisis dan menghitung suatu rangkaian linear
dengan menggunakan Teorema Thevenin.
1. Lepaskan Resistor Beban
2. Hitung atau ukur tegangan rangkaian terbukanya. Tegangan inilah disebut dengan Tegangan
Thevenin atau Thevenin Voltage (VTH).
3. Lepaskan sumber arus listriknya dan hubungsingkatkan sumber tegangannya.
4. Hitung atau ukur tegangan Resistansi rangkaian terbuka tersebut. Resistansi ini disebut dengan
Resistansi Thevenin atau Thevenin Resistance (RTH).
5. Gambarkan lagi suatu rangkaian baru berdasarkan pengukuran yang dilakukan pada langkah 2
yaitu tegangan rangkaian terbuka (VTH) sebagai tegangan sumber dan Resistansi Thevenin
(RTH) pada pengukuran di langkah 4 sebagai Resistor yang dihubungkan secara seri.
Hubungkan kembali Resistor Beban yang kita lepaskan di langkah 1. Rangkaian inilah sebagai
Rangkaian Ekivalen Thevanin atau rangkaian rumit yang telah disederhanakan berdasarkan
teorema Thevenin.
6. Langkah yang terakhir adalah temukan arus listrik yang melalui Resistor Beban tersebut
dengan menggunakan Hukum Ohm (IT = VTH/(RTH + RL)

Contoh Kasus Perhitungan Teorema Thevenin


Berikut ini adalah contoh kasus untuk menganalisis Rangkaian Linear dengan menggunakan
Teorema Thevenin (mengikuti langkah-langkah diatas).
Pada gambar dibawah ini, carikan VTH, RTH dan arus beban dan tegangan pada resistor beban
dengan menggunakan Teorema Thevenin.

Langkah 1.
Lepaskan Resistor beban 5kΩ.

Langkah 2.
Hitung atau ukur tegangan rangkaian terbukanya. Tegangan inilah disebut dengan Tegangan
Thevenin atau Thevenin Voltage (VTH).
Setelah kita buka Resistor beban  (langkah 1), rangkaiannya akan berbentuk seperti pada
gambar dibawah ini. Arus listrik yang mengalir ke Resistor 12kΩ dan 4kΩ adalah 3mA (Ingat
Hukum Ohm, I= V/R = 48V/(12kΩ+4kΩ) = 0,003A atau 3mA). Resistor 8kΩ tidak dihitung,
karena Resistor 8kΩ adalah rangkaian terbuka maka arus tidak akan mengalir sampai ke
resistor tersebut.
Tegangan pada Resistor 4kΩ adalah 12V yaitu dengan perhitungan 3mA x 4kΩ. Dengan
demikian, Tegangan pada Terminal AB juga adalah 12V. Oleh karena itu, VTH = 12V.
Langkah 3.
Lepaskan sumber arus listriknya dan hubungsingkatkan sumber tegangannya seperti pada
gambar dibawah ini :

Langkah 4.
Hitung atau ukur tegangan Resistansi rangkaian terbuka tersebut. Resistansi ini disebut dengan
Resistansi Thevenin atau Thevenin Resistance (RTH).
Kita telah menghilangkan Sumber Tegangan 48V dengan melepaskan sumber arus listriknya
dan hubungsingkatkan sumber tegangannya seperti pada langkah ke-3, sehingga sumber
tegangan adalah ekivalen dengan 0 (V=0). Maka hubungan Resistor 8kΩ adalah seri dengan
Paralel resistor 4kΩ dan 12kΩ. Jadi perhitungan untuk mencari RTH adalah sebagai berikut :
RTH = 8kΩ + ((4kΩ x12kΩ)/(4kΩ+12kΩ)
RTH = 8kΩ + 3kΩ
RTH = 11kΩ

Langkah 5.
Hubungkan secara Seri Resistor RTH dengan sumber tegangan VTH dan hubungkan kembali
Resistor Beban 5kΩ seperti pada gambar dibawah ini. Inilah hasil dari perhitungan Teorema
Thevenin atau disebut dengan Rangkaian Ekivalen Thevenin.
Langkah 6.
Sekarang mari kita aplikasikan ke teori Hukum Ohm, hitung total arus beban dan tegangan
beban seperti pada gambar 6.

Mecari Arus Beban (IL) :


IL = VTH/(RTH + RL)
IL = 12V / (11kΩ + 5kΩ)
IL = 12/16kΩ
IL = 0,75Ma
Dan
Mencari Tegangan Beban (VL) :
VL = IL x RL
VL = 0,75mA x 5kΩ
VL = 3,75V

II. TEOREMA NORTON


Teorema Norton (Norton Theorem) adalah salah satu Teori atau alat analisis yang dapat
digunakan untuk menyerderhanakan suatu rangkaian linear yang rumit menjadi rangkaian yang
lebih sederhana. Berbeda dengan Teorema Thevenin yang penyederhanaannya menggunakan
sumber tegangan (Voltage Source) ekivalen dengan merangkai resistor ekivalen secara seri,
Teorema Norton menyederhanakannya dengan menggunakan sumber Arus (Current Source)
ekivalen dan perangkaian resistor ekivalen secara paralel.

Teorema Norton ini berasal dua orang peneliti yang bernama Hans Ferdinand Mayer dari
Siemens & Halske dan Edward Lawry Norton dari Bell Labs. Karena ditemukan oleh dua
orang peneliti, Teorema Norton ini juga sering disebut dengan Teorema Mayer – Norton
(Mayer – Norton Theorem).
Bunyi Teoreme Norton
Teorema Norton menyatakan bahwa :
Setiap jaringan listrik linear atau rangkaian rumit tertentu dapat digantikan oleh rangkaian
sederhana yang hanya terdiri dari sebuah Arus sumber (IN) dan sebuah Resistor yang
diparalelkan (RN).
Rangkaian pengganti tersebut dinamakan juga dengan Rangkaian Ekivalen Norton.

Cara Menganalisis Rangkaian Linear dengan Perhitungan Teorema Norton


Berikut ini adalah langkah-langkah untuk menganalisis dan menghitung suatu rangkaian linear
dengan menggunakan Teorema Norton.
1. Hubung singkat Resistor Beban.
2. Hitung atau ukur arus pada rangkaian hubung singkat tersebut. Arus ini disebut dengan
Arus Norton (IN).
3. Buka Arus Sumber, Hubung singkat Tegangan sumber dan lepaskan Resistor Beban.
4. Hitung atau ukur Resistansi Rangkaian Terbuka. Resistansi ini dinamakan dengan
Resistansi Norton (RN).
5. Gambarkan kembali dengan memasukan nilai arus pada rangkaian yang dihubungsingkat
di langkah 2. Rangkaikan Arus sumber dan Resistansi pada Rangkaian terbuka yang
dilakukan pada langkah 5 secara paralel. Hubungkan kembali Resistor Beban yang kita
lepaskan pada langkah 3. Ini merupakan rangkaian yang telah disederhanakan berdasarkan
teorema Norton atau biasanya disebut dengan Rangkaian Ekivalen Norton.
6. Carikan Arus Beban yang mengalir dan Tegangan Beban pada Resistor Beban berdasarkan
aturan Pembagi Arus listrik (Current Divider Rule).
IL = IN / (RN/(RN+RL)

Contoh Kasus Perhitungan Teorema Thevenin


Berikut ini adalah contoh kasus untuk menganalisis Rangkaian Linear dengan menggunakan
Teorema Norton dengan mengikuti langkah-langkah diatas.
Pada gambar dibawah ini, carikan Nilai Resistansi Norton (RN) dan Arus Norton (IN) serta
Tegangan Beban (VL) pada Resistor Beban (RL) dengan menggunakan Teorema Norton.
Penyelesaian :
Langkah 1.
Hubung singkat Resistor beban 15Ω seperti pada gambar berikut ini :

Langkah 2.
Hitung atau ukur arus rangkaian hubung singkat tersebut. Arus ini disebut dengan Arus Norton
(IN).Kita telah melakukan hubungsingkat (short) terminal AB untuk mendapatkan Arus Norton
(IN) sehingga Resistor 60Ω dan 30Ω menjadi terhubung secara paralel. Kedua resistor tersebut
kemudian terhubung seri terhadap resistor 20Ω.
Dengan demikian Total Resistansi (Rt) yang akan terhubung ke Sumber adalah sebagai
berikut :
Rt = 20Ω + (60Ω || 30Ω) ⇒ (yang dimaksud dengan “||” adalah Paralel )
Rt = 20Ω + ((30Ω x 60Ω) / (30Ω + 60Ω))
Rt = 20Ω + 20Ω
Rt = 40Ω
Setelah mendapatkan nilai Total Resistor (Rt), maka selanjutnya adalah menghitungkan Arus
listrik yang mengalir dengan menggunakan Hukum Ohm :
Baca juga : Pengertian dan Rumus Hukum Ohm.
It = V / Rt
It = 12V / 40Ω
It = 0,3A
Kemudian carikan nilai arus sumber (ISc) yang juga sama dengan nilai arus Norton (IN) dengan
menggunakan prinsip Pembagi Arus (Current Divider Rule).
ISc = IN = 0,3A ((60Ω / (30Ω + 60Ω))
ISc = IN = 0,2A
Jadi Arus Norton adalah 0,2A.

Langkah 3.
Lepaskan Arus Sumbernya, Short atau Hubungsingkatkan Tegangan Sumber dan lepaskan
Resistor Beban seperti pada gambar dibawah ini :

Langkah 4.
Hitung atau ukur Resistansi Rangkaian Terbuka. Resistansi ini dinamakan dengan Resistansi
Norton (RN).
Karena Tegangan sumber dihubungsingkatkan pada langkah 3,  maka tegangan sumbernya
sama dengan 0. Seperti pada gambar, kita dapat melihat Resistor 30Ω adalah berhubungan Seri
dengan Resistor 60Ω dan 20Ω. Perhitungan untuk mencari Resistor Norton (RN) adalah sebagai
berikut :
RN = 30Ω + (60Ω || 20Ω)) ⇒ (yang dimaksud dengan “||” adalah Paralel )
RN = 30Ω + ((60Ω x 20Ω) / (60Ω + 20Ω))
RN = 30Ω + 15Ω
RN = 45Ω
Jadi, Nilai Resistor Norton (RN) adalah 45Ω.

Langkah 5.
Hubungkan Resistor Norton (RN) secara paralel dengan sumber arus (IN) dan pasangkan
kembali Resistor beban seperti pada gambar dibawah ini :

Langkah 6.
Langkah terakhir adalah menghitung nilai arus beban dan nilai tegangan beban pada Resitor
beban berdasarkan Hukum Ohm :
Menghitung Arus Beban (IL) yang mengalir melalui Resistor beban (RL)
IL = IN x ((RN / (RN + RL))
IL = 0,2A x ((45Ω / ((45Ω + 15Ω))
IL = 0,15A
Dan
Menghitung Tegangan Beban (VL) pada Resistor Beban (RL)
VL = IL x RL
VL = 0,15A x 15Ω
VL = 2,25V
Jadi Arus Beban yang mengalir melalui Resistor Beban adalah 0,15A, sedangkan Tegangan
bebannya adalah 
2,25V.
III. HUBUNGAN ANTARA THEVENIN DAN NORTON
(Berdasarkan Buku Electrical circuit theory and technology, Third Edition, page 417 -
421)

Itu terlihat di Bagian 33.2 dan 33.4 bahwa ketika Thévenin's dan teorema Norton
diterapkan ke sirkuit yang sama, hasil yang identik diperoleh. Jadi jaringan Thévenin
dan Nor \ton yang ditunjukkan pada Gambar 33,79 setara untuk masing-masing lain.
Impedansi 'melihat' pada terminal AB adalah
sama di setiap jaringan, yaitu z.

Jika terminal A-B pada gambar 33.79(a) di Short Circuit, arus pada terminal short
circuit tersebut dihasilkan dari E/z. Jika terminal A-B pada gambar 33.79(b) di short
circuit, maka arus pada terminal short circuit tersebut adalah ISC. Dengan ISC = E/z.
Gambar 33.80 menunjukan sumber e.m.f. E berbentuk seri dengan impedansi z
dan ZL. Dari gambar 33.80 didapat :

Dari gambar 33.81 bisa dilihat, ketika meninjau dari beban, sumber muncul
sebagai sumber dari arus ISC yang mana dibagi antara z dan ZL terhubung paralel.

Itu menunjukan bahwa kedua representasi ditunjukan pada gambar 33.79 adalah
sama/ekivalen.
(a) Jika terminal AB pada gambar 33.82(a) di short circuit, maka arus short circuit
adalah ISC = 20/4 = 5 A. Impedansi terlihat pada terminal AB adalah 4 Ω.
Maka rangkaian ekivalen Norton ditunjukan padagambar 33.83(a).

(b) Tegangan E open circuit melewati terminal AB pada gambar 33.82(b) adalah E
= (ISC)(z) = (3)(2) = 6 V. Impedansi terlihat pada terminal AB adalah 2 Ω.
Maka rangkaian ekivalen Thevenin ditunjukan pada gambar 33.83(b).
(a) Untuk percabangan dengan sumber 12 V, dikonversikan ke dalam rangkaian ekivalen
Norton memberikan ISC = 12/3 = 4A dan z1 = 3Ω. Untuk percabangan dengan sumber
24 V, dikonversikan ke dalam rangkaian ekivalen Norton memberikan ISC2 = 24/2 =
12 A dan z2 = 2 Ω.

Gambar 33.85 menunjukan rangkaian ekivalen untuk gambar 33.84. Dari gambar
33.85, total arus open circuit adalah 4 + 12 = 16 A, dan total impedansi dihasilkan dari
(3x2)/(3+2) = 1,2 Ω.

Tegangan open circuit yang melewati AB pada gambar 33.86, E = (16)(1,2) = 19,2 V,
dan impedansi terlihat pada AB, z = 1,2 Ω. Maka rangkaian ekivalen Thevenin
dtunjukan pada gambar 33,87.

(b) Ketika (1,8+j4)Ω impedansi terhubung dengan terminal AB pada gambar 33,87, arus I
mengalir dihasilkan dari
Teorema Thévenin dan Norton 419
Soal 16. Tentukan, dengan konversi berturut-turut antara jaringan Thévenin dan Norton yang setara,
a Sirkuit ekivalen Thévenin untuk terminal AB dari Gambar 33.88. Oleh karena itu tentukan
besarnya arus yang mengalir di cabang kapasitif yang terhubung ke terminal AB.

Gambar 33.88

Untuk cabang yang berisi sumber 5V, mengonversinya ke jaringan setara Norton
memberikan ISC = 5/1000 = 5mA dan z = 1 kΩ Untuk cabang yang berisi sumber 10V,
mengkonversi ke jaringan setara Norton memberi ISC = 10/4000 = 2.5mA dan z
= 4 kΩ Jadi sirkuitnya dari Gambar 33,88 dikonversi menjadi Gambar 33,89.

Gambar 33.89

Dua jaringan setara Norton ditunjukkan pada Gambar 33,89 dapat digabungkan,
karena total korsleting arus (5 + 2.5) = 7.5 mA dan impedansi total z diberikan oleh (1 × 4) /
(1 + 4) = 0.8 kΩ Ini menghasilkan jaringan Gambar 33.90.

Gambar 33.90

Kedua jaringan setara Norton ditampilkan di Gambar 33.90 dapat dikonversi ke sirkuit
setara Thévenin. Tegangan sirkuit terbuka di CD adalah
(7.5 x 10−3)(0.8 x 103) = 6V
dan impedansi 'melihat' pada CD adalah 0,8 kΩ Rangkaian terbuka tegangan di EF adalah (1
× 10−3) (2 × 102) = 2V dan impedansi 'melihat' EF adalah 2 kΩ Jadi Gambar 33.90 diubah
menjadi Gambar 33.91.

Gambar 33.91.
Menggabungkan dua sirkuit Thévenin menghasilkan e.m.f. E = 6 − 2 = 4V, dan
impedansi z = (0.8 + 2) = 2.8 KΩ. Jadi rangkaian ekuivalen Thévenin untuk terminal AB
dari Gambar 33.88 seperti yang ditunjukkan pada Gambar 33.92.

Gambar 33.92.
Jika impedansi (200 − j4000) disambungkan terminal AB, maka arus I mengalir
diberikan oleh

I= 4 = 4
2800 + (200 − 𝑗4000)
5000∠−53.13°

= 0.80∠53.13° mA
yaitu arus di cabang kapasitif adalah 0,80mA

Soal 17. (a) Tentukan Thévenin yang setara sirkuit untuk terminal AB dari jaringan yang
ditunjukkan pada Gambar 33.93. (b) Hitung daya yang hilang dalam a (600 − j800) Ω
impedansi dihubungkan antara A dan B dari Gambar 33.93.
Gambar 33.93.

(a) Mengubah sirkuit Thévenin menjadi jaringan Norton memberi


5
ISC = = −j5 mA atau 5∠−90° mA dan
𝑗1000

z = j1 kΩ

Jadi Gambar 33.93 diubah menjadi yang ditunjukkan pada Gambar 33.94. Dua jaringan setara
Norton mungkin digabungkan, memberikan.
ISC = 4 + 5∠−90°

= (4 − j5) mA atau 6.403∠−51.34° mA Dan z


= (2)( 𝑗1) = (0.4 + j0.8) kΩ atau ∠63.43° kΩ
(2 + 𝑗1)

Gambar 33.94

Ini menghasilkan jaringan setara yang ditunjukkan pada Gambar 33.95. Mengonversi ke
Thévenin yang setara sirkuit memberikan sirkuit terbuka e.m.f. di seluruh AB,

E = (6.403 x 10−3∠−51.34°)(0.894 x 103∠63.43°)


= 5.724∠12.09° V

Gambar 33.95 dan


impedansi z = 0.894∠63.43° kΩ atau (400 + j800) Ω
Jadi rangkaian ekivalen Thévenin seperti yang ditunjukkan pada Gambar 33.96.
(b) Ketika impedans (600 − j800) Ω disambungkan AB, arus I mengalir diberikan oleh

5.724∠12.09°
I = (400 + 𝑗800) + (600 − 𝑗800)

= 5.724∠12.09° mA
Gambar 33.96
Karenanya daya P menghilang dalam (600 − j800) Ω impedansi diberikan oleh P =

I2R = (5.724 × 10−3)2(600) = 19.7mW

Sekarang coba latihan berikut.


Latihan 116 Masalah lebih lanjut di Thévenin dan Jaringan setara Norton
1. Ubah sirkuit yang ditunjukkan pada Gambar 33.97 menjadi Jaringan setara Norton.
[(a) ISC = 2.5A, z = 2 Ω (b) ISC = 2∠30°, z = 5 Ω]

Gambar 33.97
2. Ubah jaringan yang ditunjukkan pada Gambar 33,98 menjadi Sirkuit setara
Thévenin.
[(a) E = 20V, z = 4 Ω; (b) E = 12∠50° V,z = 3 Ω]
Gambar 33.98
BAB II
KESIMPULAN

1. Teorema Thevenin adalah suatu rangkaian aktif (dengan sumber tegangan dan atau sumber
arus dependen maupun independen) yang bersifat linier dengan dua terminal a dan b, dapat
diganti oleh suatu tegangan VT dan resistor RT yang tersusun seri. Sedangkan Teorema
Norton adalah suatu rangkaian aktif yang bersifat linier dengan 2 terminal a dan b, dapat
diganti oleh suatu sumber arus IN yang diparalelkan dengan sebuah resistor RN. Kita bisa
mencari niali Vth dengan hambatan yg sejajar dengan hambatan yg di short.

2. Jaringan dengan dua sumber “jika arus yang dibangkitkan oleh satu sumber mempunyai arah
tertentu, sedangkan arus yang dibangkitkan oleh sumber lain mempunyai arah yang berbeda
karena tahanan yang sama, maka arus yang dihasilkan adalah selisih arus diantara keduanya
dan mempunyai arah mengikuti yang lebih besar jika arus yang dihasilkan searah maka arus
yang dihasilkan adalah penjumlahan dari keduanya (Prinsip superposisi tidak dapat digunakan
untuk perhitungan daya karena daya yang hilang pada sumber resistansi berubah! perubahan
tersebut sebanding dengan kuadrat arus atau tegangan tidak linier

ANALISIS SOAL
Penugasan
Soal No.1
A. Tentukan dasar utama perbedaan dan persamaan penyederhanaan suatu rankaian dengan
metode Thevenin dan Neoton.
B. Lihat gambar berikut;

R1

220Ω

C1 L1 R2
I1
-j100 +j220 500 Ω
100° mA

Tentukan besar arus yang mengalir pada R2, dengan menggunkana Metode Thevenin dan Norton.
C. Dengan penyelesaian dua cara tersebut, dengan mendapatkan tegangan Thvenin dapatkah
dikonversi sehingga mendapatkan arus Norton

Soal No.2
Dari gambar di bawah ini tentukan besar arus IL dengan teheorema Superposisi

PEMBAHASAN:
A. Perbedaan Theorema Thevenin Dan Norton
I. TEOREMA THEVENIN
Menyatakan bahwa sembarang dua terminal rangkaian dapat diubah menjadi sebuah rangkaian
ekuivalen yang terdiri atas sebuah sumber tegangan (ETH) dan sebuah impedans ekuivalen yang diseri
dengan sumber tegangan (ZTH).
Teorema thevenin menyatakan sebagai berikut :
setiap rangkaian sumber-sumber dan impedansi-impedansi dapat diganti dengan satu sumber
tegangan satu impedansi seri dengan sumber itu. Dimana sumber tegangan tersebut sama dengan
tegangan pada jepitan-jepitan terbuka dari rangkaian dan impedansi itu sama dengan impedansi
yang di ukur antara jepitan-jepitan terbuka dari rangkaian dengan semua sumber-sumber dalam
rangkaian tidak bekerja, yaitu sumber tegangan di hubung singkat, sumber arus terbuka.
Pada teorema ini berlaku bahwa:
Suatu rangkaian listrik dapat disederhanakan dengan hanya terdiri dari satu
buah sumber tegangan yang dihubungkan secara seri dengan sebuah tahanan ekuivalenya
pada dua terminal yang diamati. Tujuan sebenarnya dari teorema ini adalah untuk
menyederhanakan analisis rangkaian, yaitu membuat rangkaian pengganti berupa sumber
tegangan yang dihubungkan secara seri dengan suatu resistansi ekuivalennya.
 Untuk membuat rangkaian pengganti tersebut, maka terdapat dua aturan yang digunakan untuk
mencari tegangan dan hambatan pengganti.
 Aturan I : tegangan pengganti adalah hambatan yang terdapat pada titik-titik yang dikehendaki
dengan beban dianggaptidak ada atau merupakan rangkaian terbuka (open circuit)
 Aturan II : hambatan pengganti adalah hambatan yang terjadi pada titik-titik rangkaian dengan
sumber tegangan diaggap sebagai rangkaian tertutup (close crcuit) dan sumber arus dianggap
sebagai rangkaian terbuka (open circuit)

II. TEOREMA NORTON


Pada teorema ini berlaku bahwa:
Suatu rangkaian listrik dapat disederhanakan dengan hanya terdiri dari satu
buah sumber arus yang dihubungkan secara paralel dengan sebuah tahanan
ekuivalennya pada dua terminal yang diamati. Tujuan untuk menyederhanakan analisis
rangkaian yaitu untuk membuat rangkaian pengganti berupa sumber arus
yang diparalel dengan suatu tahanan ekuivalennya.

Persamaan Thevenin dan Norton


1. Karena hambatan Thevenin dan hambatan Norton memiliki definisi yang sama, maka dapat
dituliskan : 
2. RN  =  RTH
3. Penurunan ini menunjukkan bahwa hambatan Thevenin sama dengan hambatan Norton.
Apabila kita menghitung hambatan Thevenin sebesar 10 k, maka hambatan Norton juga
sebesar 10 k.
B. PEMBASAHAN SOAL
Diketahui :
C1 = -j100
R1 = 220 Ω
L1 = j220
R2 = 500 Ω
I = 10 ∠0 mA atau 0,01 ∠0 A
R1

220Ω

R2
L1
C1
+220j 500Ω
-j100
10∠0° mA

Rth = R1 // L1 // C1

¿/(220 ∠90 ° )(100∠−90)


= 220
220 j−100 j
22000
= 220 //
120∠ 90°
= 220 // 183,3∠-90°
=> √ 2202 +¿ ¿
= 286,3
−183,3
arctan=
220
= -39,8°
(220 ∠0)(183,3 ∠−90)
=
286,3 ∠−39,8 °
40326 ∠−90 °
=
286,3∠−39,8 °
= 140,85∠-50,2
Vth = I x C1
¿( 0,01∠ 0)(100 ∠−90)
= 1∠-90 A
140,85 ∠−50,2

1∠−90 ° 500∠ 0

Ubah ke kompleks (Rth’)


=>140,85 ∠−50,2
= 140,85 cos – 50,2 + 140,85 sin – 50,2j
= 140,85 x 0,64 + 140,85 x – 0,76j
= 90,14 – 107,05j
Tambahkan dengan R’
= Rth’ + R’
= 90,14 – 107,05j + 500
= 640,14 – 107,05j
Ubah ke polar
=>640,14−107,05 j
= √ (640,14)2 +(−107,05)2
= 631,125
−107,05
¿> arctan
640,14
= -9,49°
¿>¿ 631,125 ∠−¿9,49°

 Thevenin
Vth
Ith =
Rth + R '
1∠−90
=
631,25∠−9,49
Iab = Ith
= 0,001∠−80,51 A
 Norton
¿
Iab = Rth x∈ Rth+ R ' ¿

(140,85 ∠−50,2)(0,007 ∠−39,8)


=
631,25∠−9,49
0,98595∠−90
=
631,25∠−9,49
= 0,001 ∠−80,51 A

C. Pembahasan soal
Vth
IN =
Rth
1 ∠−90
=
140,85∠−50,2
= 0,007 ∠−39,8 ° A
TEOREMA SUPERPOSISI
Arus atau tegangan melintasi elemen dalam jaringan linier dua arah sama dengan
jumlah aljabar arus atau tegangan yang dihasilkan secara terpisah oleh masing-masing
sumber. Aliran total melalui bagian mana pun dari jaringan sama dengan jumlah aljabar
aliran yang dihasilkan secara independen, tidak bergantung pada setiap sumber.
1. Langkah Pertama, Berpusat Pada E1, E2 dihubung singkat dan I dibuka
- Karena dihubung singkat maka akan menghasilkan rangkaian seri yang mana I1I = I2I
maka :
V1
I1I ¿
ZT
20∠0
I1I ¿
3+J 3+ 1
20∠ 0
I1I ¿
4+ J 3

¿> ❑√ 4 2+ 32
3
= 5 arctan
4
= 5 ∠ 36,86
20 ∠ 0
I1I ¿
5∠ 36,86
I1I = 4 ∠−36,86 A

 Langkah Kedua, Berpusat Pada E2, E1 di hubung singkat dan sumber Arus dibuka
- karena sumber arus dibuka maka tidak ada arus yang melewatinya, jadi ini terbentuk
rangkaian seri lagi,hanya saja I1II = I3II dan keduanya menjauhi node. Maka :
V1
I1II ¿
ZT
120∠0
I1II ¿
3+J 3+ 1
120∠0
I1II ¿
4+ J 3

¿> ❑√ 4 2+ 32
3
= 5 arctan I3II
4
= 5 ∠ 36,86
120 ∠ 0
I1II ¿
5∠ 36,86
I1II = 24 ∠−36,86 A

 Langkah 3. berpusat pada sumber Arus, V1 dan V2 di hubung singkat


- Karena dihubung singkat maka akan membentuk rangkaian parallel,
maka I- I1III – I3III = 0
Z1 = 3 + j3
Z2 = 1 Ω
I3II
I = IT

Z2
I1III ¿ . IT
Z 1 +Z 2
1
I1III ¿ . 0,5 ∠ 60
1+3+ j 3
1
I1III ¿ . 0,5 ∠60
4+ j 3

¿> ❑√ 4 2+ 32
3
= 5 arctan
4
= 5 ∠ 36,86
1∠ 0
I1III ¿ . 0,5 ∠60
5∠ 36,86
I1III = 0,1 ∠ 23,14 A

Dari persamaan arah antara I1ll dengan I1lll searah dan keduanya pun berlawanan arah
dengan I1I,nilai arus IL itu harus bernilai positif maka :
IL = I1ll + I1lll - I1I

I1I = 4 ∠−36,86 A
Ubah ke kompleks :
= 4 cos – 36,86 + 4 sin – 36,86j
= 3,2 – j2,36

I1ll = 24 ∠−36,86 A
Ubah ke kompleks :
= 24 cos – 36,86 + 24 sin – 36,86j i1” dan i1”’ arahnya ke kiri i1’ ke kanan
= 19,2 - j14,16

I1III = 0,1 ∠ 23,14 A


Ubah ke kompleks :
= 0,1 cos 23,14 + 0,1 sin 23,14j
= 0,091 + 0,039 j
IL = I1ll + I1lll - I1I
IL = (19,2 - j14,16) + (0,091 + 0,039 j) – (3,2 – j2,36)
IL = 16,091 – 11,761j
Ubah ke polar

√(16,091)2+(−11,761)2

−11,761
= 19,93 arctan
16,091
= 19,93∠−36,16 A

Anda mungkin juga menyukai