OLEH :
HARFIANA (03320190081)
MAKASSAR
2020
BAB I
PENDAHULUAN
Pada gambar diatas, dengan terorema substitusi kita dapat melihat rangkaian sirkuit B
dapat diganti dengan sumber tegangan yang bernilai sama saat arus melewati sirkuit B pada
dua terminal yang kita amati yaitu terminal a-b.
Setelah kita dapatkan rangkaian substitusinya, maka dengan menggunakan teorema
superposisi didapatkan bahwa :
1. Ketika sumber tegangan V aktif/bekerja maka rangkaian pada sirkit linier A tidak aktif
(semua sumber bebasnya mati diganti tahanan dalamnya), sehingga didapatkan nilai
resistansi ekivalennya.
Gambar 2.2 Sirkit Linier A
2. Ketika sirkit linier A aktif/bekerja maka pada sumber tegangan bebas diganti dengan
tahanan dalamnya yaitu nol atau rangkaian short circuit.
Pada saat terminal a-b di open circuit (OC), maka i yang mengalir sama dengan nol (i = 0),
sehingga :
5. Untuk mencari Isc pada terminal titik a-b tersebut dihubungsingkatkan dan dicari arus
yang mengalir pada titik tersebut (Iab = Isc).
6. Gambarkan kembali rangkaian pengganti Theveninnya, kemudian pasangkan kembali
komponen yang tadi dilepas dan hitung parameter yang ditanyakan.
2.3. Theorema Northon
Pada teorema ini berlaku bahwa :
Suatu rangkaian listrik dapat disederhanakan dengan hanya terdiri dari satu buah sumber
arus yang dihubungparalelkan dengan sebuah tahanan ekivelennya pada dua terminal yang
diamati.
6. Kembali komponen yang tadi dilepas dan hitung parameter yang ditanyakan.
2.4. Arus Hubung Singkat (Short Circuit)
Istilah dalam bahasa Inggris adalah “Short Circuit” dan “Korstluiting” adalah bahasa
Belanda. Karena itu muncul istilah korsleting, korslet atau konslet, seperti yang biasa kita
gunakan sehar-hari. Karena hubung singkat ini menimbulkan arus listrik yang sangat besar
maka ada juga yang menggunakan istilah hubung singkat arus listrik.
Secara teknis, hubung singkat adalah gangguan yang terjadi pada sistem kelistrikan
dimana ada 2 penghantar yang memiliki beda tegangan terhubung dengan kondisi hambatan
listrik yang rendah sehingga timbul arus listrik yang besar.
2.4.1 Sifat Arus Listrik
Jika sumber tenaga listrik yang bertegangan dihubungkan dengan suatu beban listrik
dalam rangkaian tertutup, maka akan timbul arus listrik yang mengalir sepanjang rangkaian
tersebut. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut :
Lampu menyala pada kondisi rangkaian tertutup. Jika rangkaian diputus maka arus listrik
tidak ada dan lampu akan mati.
Bila “I” adalah simbol untuk arus , “V” adalah tegangan dan “R” adalah hambatan
(Resistance) atau impedansi, maka dapat dikatakan bahwa besar arus diperoleh dari tegangan
dibagi dengan hambatannya.
Jadi misalnya tegangan 220 Volt dihubungkan dengan beban listrik yang memiliki
hambatan misalnya 2200 Ohm, maka besar arus listriknya :
I = 220/2200
= 0,1 A
Seperti penjelasan diawal, hubung singkat adalah gangguan yang terjadi pada sistem
kelistrikan dimana ada 2 penghantar yang memiliki beda tegangan terhubung dengan kondisi
hambatan listrik yang rendah sehingga timbul arus listrik yang besar.
Gambar 2.7 Short Circuit
Untuk rangkaian seperti ini, hambatannya (R) hanya ada di penghantar dan nilainya
sangat kecil, mungkin hampir mendekati nol. Bila diasumsikan nilainya sekitar 0,01 Ohm,
maka besar arus menjadi :
I = 220/0,01
= 22000 A atau 22 kA.
Ini adalah nilai arus sangat besar yang mengaliri penghantar, melebihi kemampuan
hantar arus penghantar tersebut. Jika penghantar atau kabel listrik yang mempunyai Kuat
Hantar Arus (KHA) tidak lebih dari 50A dialiri arus sebesar 22kA dalam waktu beberapa
detik saja, maka akan terjadi kerusakan pada penghantar tersebut.
Nilai arus hubung singkat sebesar itu akan menimbulkan panas yang mampu
melelehkan lapisan isolasi dan membuat logam konduktor panas membara sebelum meleleh
juga. Akibat paling buruk, dalam kondisi tertentu, adalah timbulnya api.
Jadi kalau ada yang menyatakan bahwa hubung singkat arus listrik tidak berbahaya
bagi suatu instalasi listrik maka dapat dikatakan bahwa itu adalah pernyataan yang tidak
benar.
1. Rangkaian Pertama
A B
R1 R4
VS R2 R3
Loop I
Loop II
2. Rangkaian Kedua
3. Rangkaian Ketiga
3.3. Prosedur Percobaan
1. Pilih beberapa buah resistor dan rangkai seperti pada gambar
2. V1 dan V2 dishort kemudian ukur RAB
3. V2 hort sumber tegangan pada V1, ukur VAB
4. V1 short sumber tegangan pada V2, ukur VAB
5. Uukur IN
6. Ulangi percobaan diatas dengan sumber yang berbeda
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
3V 23 Ω 56 Ω 20 Ω 27 Ω 0,2 V 66 Ω 0,007 A
6V 23 Ω 56 Ω 20 Ω 27 Ω 1V 66 Ω 0,007 A
9V 23 Ω 56 Ω 20 Ω 27 Ω 5,9 V 66 Ω 0,03 A
Sumber
R1 Ω R2 Ω R3 Ω R4 Ω VAB RAB IN
AC
6V 23 Ω 56 Ω 20 Ω 27 Ω 3,69 V 32 Ω 0,005 A
9V 23 Ω 56 Ω 20 Ω 27 Ω 5,36 V 32 Ω 0,0012 A
12 V 23 Ω 56 Ω 20 Ω 27 Ω 7,04 V 32 Ω 0,019 A
2. Rangkaian Kedua
Sumber
R1 Ω R2 Ω R3 Ω VAB RAB IN
DC
Sumber
R1 Ω R2 Ω R3 Ω VAB RAB IN
AC
3. Rangkaian Ketiga
Sumber
AC R1 Ω R2 Ω R3 Ω R4 Ω VAB RAB IN
VS1 VS2
3V 6V 23 Ω 56 Ω 20 Ω 27 Ω 1,4 V 95,3 Ω 0,01 A
9V 12 V 23 Ω 56 Ω 20 Ω 27 Ω 1V 71,4 Ω 0,01 A
1. Rangkaian Pertama
A B
R1 R4
VS R2 R3
Loop I
Loop II
a. Sumber DC
- VS = 3 V
- (R1//R2)
RP1 = 23 x 56/23 + 56
= 16,30 Ω
- (R3//R4)
RP2 = 20 x 27/20 + 27
= 11,48 Ω
124,32
IN = = 4,47
27,78
- VS = 6 V
RTH = (R1//R2) + (R3//R4)
- (R1//R2)
RP1 = 23 x 56/23 + 56
= 16,30 Ω
- (R3//R4)
Loop 1 = I1 ( R1 + R2 ) – I2 ( 0 ) = 6
Loop 1 = I1 ( 23 + 56 ) – I2 ( 0 ) = 6
= I1 = 6/( 79 + 56 )
= I1 = 6/135 = 0,044 A = 4,4 mA
Loop 2 = I2 ( R3 + R4 ) – I1 ( 0 ) = 6
Loop 2 = I2 ( 20 + 27 ) – I1 ( 0 ) = 6
= I2 = 6/( 47 + 27 )
= I2 = 6/74 = 0,081 A = 8,1 mA
VTH = I1 x R2
VTH = 4,4 mA x 56 = 246,4
𝑉
IN = 𝑅𝑇𝐻
𝑇𝐻
246,6
IN = 27,78 = 8,87
- Vs = 9 V
RTH = (R1//R2) + (R3//R4)
- (R1//R2)
1/RP1 = 1/R1 + 1/R2
1/RP1 = 1/23 + 1/56
RP1 = 23 x 56/23 + 56
= 16,30 Ω
- (R3//R4)
1/RP2 = 1/R3 + 1/R4
1/RP2 = 1/20 + 1/27
RP2 = 20 x 27/20 + 27
= 11,48 Ω
Loop 1 = I1 ( R1 + R2 ) – I2 ( 0 ) = 9
Loop 1 = I1 ( 23 + 56 ) – I2 ( 0 ) = 9
= I1 = 9/( 79 + 56 )
= I1 = 9/135 = 0,066 A = 6,66 mA
Loop 2 = I2 ( R3 + R4 ) – I1 ( 0 ) = 9
Loop 2 = I2 ( 20 + 27 ) – I1 ( 0 ) = 9
= I2 = 9/( 47 + 27 )
= I2 = 9/74 = 0,121 A = 12,1 mA
VTH = I1 x R2
VTH = 6,66 mA x 56 = 372,96
𝑉
IN = 𝑅𝑇𝐻
𝑇𝐻
372,96
IN = = 13,42
27,78
b. Sumber AC
- V=6V
RTH = (R1//R2) + (R3//R4)
- (R1//R2)
RP1 = 23 x 56/23 + 56
= 16,30 Ω
- (R3//R4)
RP2 = 20 x 27/20 + 27
= 11,48 Ω
- V=9V
RTH = (R1//R2) + (R3//R4)
- (R1//R2)
1/RP1 = 1/R1 + 1/R2
RP1 = 23 x 56/23 + 56
= 16,30 Ω
- (R3//R4)
RP2 = 20 x 27/20 + 27
= 11,48 Ω
372,96
IN = = 13,42
27,78
- Vs = 12 V
- (R1//R2)
RP1 = 23 x 56/23 + 56
= 16,30 Ω
- (R3//R4)
RP2 = 20 x 27/20 + 27
= 11,48 Ω
497,28
IN = = 17,90
27,78
2. Rangkaian Kedua
a. Sumber DC
- V=6V
RTH = R1 // [ R2 + ( R2 // R3 ) ]
- ( R2 // R3 )
RP1 = 56 x 27/56 + 27
= 1512/83 = 18,21 Ω
- [ R2 + ( R2 // R3 ) ]
[ R2 + RP1 ]
RS = [ R2 + RP1 ]
= [ 56 + 18,21 ] = 74,21
- RTH = R1 // [ R2 + ( R2 // R3 ) ]
RTH = R1 // RS
RTH = R1 // RS
= 1/23 + 1/74,21
= 23 x 74,21/23 + 74,21
= 1706,83/97,21 = 17,55
Loop 1 = I1 ( R1 + R2 + R3 ) = Vs
Loop 1 = I1 ( R1 + R2 + R3 ) =6V
= I1 ( 23 + 56 + 27 ) = 6 V
= I1 = 6/( 23 + 56 + 27 )
= I1 = 6/106 = 0,0566 A = 56,6 mA
VTH = I1 x R3
= 56,6 x 27 = 1528,2
𝑉
IN = 𝑅𝑇𝐻
𝑇𝐻
1528,2
= = 87,07
17,55
- V=9V
RTH = R1 // [ R2 + ( R2 // R3 ) ]
- ( R2 // R3 )
RP1 = 56 x 27/56 + 27
= 1512/83 = 18,21 Ω
- [ R2 + ( R2 // R3 ) ]
[ R2 + RP1 ]
RS = [ R2 + RP1 ]
= [ 56 + 18,21 ] = 74,21
- RTH = R1 // [ R2 + ( R2 // R3 ) ]
RTH = R1 // RS
RTH = R1 // RS
= 1/23 + 1/74,21
= 23 x 74,21/23 + 74,21
= 1706,83/97,21 = 17,55
Loop 1 = I1 ( R1 + R2 + R3 ) = Vs
Loop 1 = I1 ( R1 + R2 + R3 ) =9V
= I1 ( 23 + 56 + 27 ) =9V
= I1 = 9/( 23 + 56 + 27 )
= I1 = 9/106 = 0,0849 A = 84,9 mA
VTH = I1 x R3
= 84,9 x 27 = 2292,3
𝑉
IN = 𝑅𝑇𝐻
𝑇𝐻
2292,3
= = 130,6
17,55
- V = 12 V
RTH = R1 // [ R2 + ( R2 // R3 ) ]
- ( R2 // R3 )
RP1 = 56 x 27/56 + 27
= 1512/83 = 18,21 Ω
- [ R2 + ( R2 // R3 ) ]
[ R2 + RP1 ]
RS = [ R2 + RP1 ]
= [ 56 + 18,21 ] = 74,21
- RTH = R1 // [ R2 + ( R2 // R3 ) ]
RTH = R1 // RS
RTH = R1 // RS
= 1/23 + 1/74,21
= 23 x 74,21/23 + 74,21
= 1706,83/97,21 = 17,55
Loop 1 = I1 ( R1 + R2 + R3 ) = Vs
Loop 1 = I1 ( R1 + R2 + R3 ) = 12 V
= I1 ( 23 + 56 + 27 ) = 12 V
= I1 = 12/( 23 + 56 + 27 )
= I1 = 12/106 = 0,113 A = 113 mA
VTH = I1 x R3
= 113 x 27 = 3051
𝑉
IN = 𝑅𝑇𝐻
𝑇𝐻
3051
= 17,55 = 173,8
b. Sumber AC
- V=6V
- (R1//R2)
RP1 = 23 x 56/23 + 56
= 16,30 Ω
- (R3//R4)
RP2 = 20 x 27/20 + 27
= 11,48 Ω
246,6
IN = 27,78 = 8,87
- V=9V
- (R1//R2)
RP1 = 23 x 56/23 + 56
= 16,30 Ω
- (R3//R4)
RP2 = 20 x 27/20 + 27
= 11,48 Ω
372,96
IN = = 13,42
27,78
- Vs = 12 V
- (R1//R2)
RP1 = 23 x 56/23 + 56
= 16,30 Ω
- (R3//R4)
RP2 = 20 x 27/20 + 27
= 11,48 Ω
497,28
IN = = 17,90
27,78
3. Rangkaian Ketiga
a. Sumber AC
- VS1 = 3 V ; VS2 = 6 V
RTH = ( R1 // R2 ) + ( R3 // R4 )
- ( R1 // R2 )
RP1 = 23 x 56/23+ 56
= 1288/79 = 16,30 Ω
- (R3//R4)
RP2 = 20 x 27/20 + 27
= 540/27 = 11,48 Ω
- VS1 = 9 V ; VS2 = 12 V
RTH = ( R1 // R2 ) + ( R3 // R4 )
- ( R1 // R2 )
RP1 = 23 x 56/23+ 56
= 1288/79 = 16,30 Ω
- (R3//R4)
RP2 = 20 x 27/20 + 27
= 540/27 = 11,48 Ω
5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang bisa disampaikan dari hasil praktikum teorema thevenin
dan norton adalah:
1. Percobaan teorema thevenin dan Norton bertujuan untuk menentukan arus yang
mengalir dalam resistor variable dan untk membandingkan hasil antara eksperimen
dan perhitungan.
2. Rangkaian ekivalen seri dan parallel untuk hambatan, sumber arus, dan sumber
tegangan akan dikombinasikan menjadi suatu rangkaian ekivalen yang disebut
sebagai teorema Thevenin dan Norton
3. Teorema Thevenin menyatakan bahwa dimungkinkan untuk menyederhanakan
suatu rangkaian yang linier, seberapa rumit sekalipun rangkaian itu, menjadi sebuah
rangkaian ekivalen yang berisi sumber tunggal yang disusun seri dengan sebuah
beban (resistor).
4. Sedangkan Teorema Norton menyatakan bahwa dimungkinkan untuk
menyederhanakan suatu rangkaian yang linier, tidak peduli seberapa kompleks
rangkaian itu, menjadi sebuah rangkaian ekivalen yang terdiri dari sebuah sumber
arus yang disusun paralel dengan sebuah resistansi yang biasanya dihubungkan juga
ke beban.
5.2. Saran
Adapun saran yang bisa disampaikan praktikan dari hasil praktikum fisika teknik
ini adalah:
1 Pada Bab 2 Landasan Teori sebaiknya tidak memberikan batasan lembaran untuk
materinya karena dari berbagai sumber baik itu wordpress, blogspot, Wikipedia,
jurnal, academia.edu atau situs edukasi lainnya hampir semua menampilkan materi
yang sama, mengingat juga kondisi pandemic seperti sekarang ini membatasi kita
untuk pergi ke perpustakaan untuk mencari referensi lainnya.
2 Pada video praktikum yang diberikan akan lebih baik jika dijelaskan bahan yang
digunakan misalnya nilai resistansi yang digunakan pada masing-masing job
praktikum.
DAFTAR PUSTAKA