Anda di halaman 1dari 35

PERCOBAAN IV

OSILOSKOP
27 JULI
2020

OLEH :

FAIRUZ RIZQULLAH (03320190077)

ANANDA NURUL CHUMAERAH (03320190078)

NILA ARMILA (03320190079)

HARFIANA (03320190081)

LABORATORIUM LISTRIK DASAR DAN ELEKTRONIKA

JURUSAN ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Osiloskop merupakan alat ukur elektronik. Frekuensi dan periode dapat diukur
dengan menggunakan alat ukut osiloskop ini, dan dapat melihat bentuk-bentuk
gelombang seperti bentuk gelombang sinyal audio, sinyal video, dan bentuk gelombang
tegangan listrik arus bolak-balik. Osiloskop telah lama digunakan untuk pengukuran
luas atau lebar yang bervariasi oleh ilmuan dan teknisi. Banyak yang menyatakan
bahwa osiloskop sangatlah serbaguna dan fungsi utamanya adalah mengukur peralatan
elektronik.

1.2. Tujuan Percobaan


1. Mahasiswa dapat memahami asas kerja osiloskop
2. Mahasiswa dapat mengetahui fungsi-fungsi osiloskop
3. Mahasiswa dapat mengetahui (frekuensi/periode, amplitude, dan tegangan puncak
ke puncak/Vpp) pada tegangan AC dan DC

1.3. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum


Pelaksanaan Praktikum Fisika Teknik ini dilakukan secara daring melalui aplikasi
Zoom dan WhatsApp pada hari/tanggal : Minggu, 12 Juli 2020 jam 09.00 WITA
sampai selesai.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Osiloskop


Dalam bidang elektronika, osiloskop merupakan instrumen ukur yang memiliki
posisi yang sangat penting mengingat sifatnya yang mampu menampilkan bentuk
gelombang yang dihasilkan oleh rangkaian yang sedang diamati.Dewasa ini secara
prinsip ada dua tipe osiloskop, yakni tipe analog (ART - analog real time oscilloscope)
dan tipe digital (DSO - digital storage osciloscope), keduanya memiliki kelebihan dan
keterbatasan.Sehingga para insyinyur dan praktisi yang bekerja dilaboratorium perlu
mencermati karakter masing-masing osilospok tersebut agar dapat menggunakannya
secara tepat dalam kasus-kasu yang berkaitan rangkaian elektronik.
Osiloskop merupakan alat ukur elektronik yang dapat menampilkan bentuk
gelombang, menganalisa gelombang dan fenomena lain yang berkaitan dengan
rangkaian elektronik. Dengan menmggunkan osiloskop maka dapat terlihat pada
amplitude tegangan dan gelombang kotak. Olehnya itu, RMS (root mean square) dan
tegangan puncak kepuncak dapat diukur.
Osiloskop juga biasanya digunakan untuk mengamati bentuk gelombang yang
tepat dari sinyal listrik.Selain amplitudo sinyal, osiloskop dapat menunjukkan distorsi,
waktu antara dua peristiwa (seperti lebar pulsa, periode, atau waktu naik) dan waktu
relatif dari dua sinyal terkait.Pada saat ini, ada beberapa jenis osiloskop yang berbasis
komputer, dan telah diimplementasikan.
Beberapa kegunaan lain dari osiloskop diantannya untuk mengukur besar
tegangan listrik dan hubungannya terhadap waktu, mengukur frekuensi sinyal yang
berosilasi. Osiloskop dapat pula digunakan untuk mengecek jalannya suatu sinyal pada
sebuah rangakaian listrik, membedakan arus AC dengan arus DC, dan mengecek noise
pada sebuah rangkaian listrik dan hubungannya terhadap waktu.
Ada dua tipe osiloskop yang dikenal yaitu osiloskop analog dan osiloskop
digital.Osiloskop tipe waktu nyata analog (ART) menggambar bentuk-bentuk
gelombang listrik dengan melalui gerakan pancaran elektron (electron beam) dalam
sebuah tabung sinar katoda (CRT -cathode ray tube) dari kiri ke kanan.
Sedangkanosiloskop digital, gelombang yang akan ditampilkan lebih dulu disampling
(dicuplik) dan didigitalisasikan. Osiloskop kemudian menyimpan nilai-nilai tegangan
ini bersama sama dengan skala waktu gelombangnya di memori.
2.2. Tipe-tipe Osiloskop serta Prinsipnya

1. Osiloskop Analog

Gambar 2.1 Osiloskop Analog

Osiloskop tipe waktu nyata analog (ART) menggambar bentuk-bentuk


gelombang listrik melalui gerakan pancaran elektron (electron beam) dalam sebuah
tabung sinar katoda (CRT -cathode ray tube) dari kiri ke kanan. Pancaran elektron
dari bagian senapan elektron ( electron gun) yang membentur atau menumbuk
dinding dalam tabung tersebut mengeksitasi elektron dalam lapisan fosfor pada layar
tabung sehingga terjadi perpendaran atau nyala pada layar yang menggambarkan
bentuk dasar gelombang.
Dalam perjalanannya dari senapan elektron menuju layar yang berfosfor tadi,
elektron-elektron dipengaruhi oleh medan listrik dalam arah vertikal (ke atas
maupun ke bawah) oleh sepasang pelat pembelok (defleksi) vertikal dan dalam arah
horisontal oleh sepasang pelat defleksi horisontal. Apabila tegangan pada semua
pelat tersebut nol Volt, elektron akan berjalan lurus membentur layar sehingga hanya
terlihat sebuah bintik nyala ditengah layar saja. Untuk "membuat" gambar garis pada
layar, diperlukan gelombang gigi gergaji yang diberikan kepada pasangan pelat
horisontal tersebut. Tegangan gigi gergaji ini dihasilkan oleh time base
generator/sweep generator atau generator sapu, yang kemudian diperkuat oleh
penguat horisontal. Tegangan gigi gergaji ini naik secara linier terhadap waktu
sehingga berkas elektron pada layar bergerak dari kiri ke kanan.Setelah sampai di
bagian paling kanan layar, tegangan gigi gergaji turun dengan cepat ke nol sehingga
memulai gerakan berulang dari bagian kiri layar.Gerakan balik yang cepat ini tidak
dapat ditangkap oleh mata sehingga yang terlihat adalah gambar garis horisontal
lurus pada layar yang tidak terputus.
Agar osiloskop dapat menggambarkan bentuk gelombang yang sedang diamati
maka gelombang tersebut diumpankan ke rangkaian vertikal. Rangkaian vertikal ini
berfungsi memperkuat atau melemahkan simpangan vertikal dari gelombang
masukan, sehingga tegangan yang diberikan ke pasangan pelat defleksi vertikal
menghasilkan medan listrik yang dapat mempengaruhi gerakan vertikal elektron
secara proporsional selagi ia bergerak menuju ke layar, yang berakibat bentuk
gelombang pada layar dapat diperbesar atau diperkecil. Karena arah gerak elektron
berdasar vektor medan listrik horisontal dan vertikal, CRT nya disebut direct viev
vector CRT. Dari prinsip kerja yang demikian itu,gambar blok ART secara prinsip
dapat disederhanakan.
Agar gambar pada layar dapat stabil, digunakan rangkaian picu (trigger). Jika
suatu gelombang listrik dihubungkan ke ART, rangkaian picu akan memonitor
gelombang masukan tersebut dan menunggu event - yakni saat terjadinya peristiwa
atau kondisi yang dapat dipakai untuk- pemicuan. Event picu ini berupa suatu sisi
atau tebing gelombang yang memenuhi persyaratan yang telah didefinisikan atau
ditentukan melalui suatu pilihan tombol pada panel depan osiloskop. Sekali event
picu ini terjadi, osiloskop akan menstart generator sapu dan meragakan bentuk
gelombang yang sedang diukur. Proses ini akan berulang sepanjang osiloskop
tersebut dapat mendeteksi event-event picu.
Selain menyangkut vertikal dan horisontal, osiloskop analog mempunyai
dimensi ketiga yang disebut dengan gray scaling (skala/tingkatan atau intensitas
kelabu). Tingkatan kelabu ini diciptakan melalui intensitas pancaran elektron pada
tabung gambar, yang meragakan detil gambar bagian tertentu secara sekilas saja.
Kondisi ini terjadi karena kecepatan pancaran elektron mempengaruhi kecerahan
jejaknya. Makin cepat pancaran bergerak dari satu titik ke titik lain pada bagian
tertentu, makin sedikit waktu ia dapat mengeksitasi elektron-elektron pada fosfor
yang terdapat pada dinding layar. Akibatnya jejak yang membentuk gambar
gelombang bagian tersebut akan lebih redup daripada gambar bagian gelombang
yang lainnya.
Skala kelabu ini juga menunjukkan frekuensi relatif dari event-event
individual (gejala khusus) yang terjadi dalam suatu gelombang yang sifatnya
berulang (repetitif). Pancaran elektron yang mengambarkan bagian gelombang yang
bentuknya sama secara berulang akan menyebabkan bagian yang dapat tergambar
dengan terang di layar, sedangkan event lekuk gelombang yang jarang terjadi akan
mendapat lebih sedikit waktu eksitasi. Akhirnya menjadi jelas bahwa daerah dari
lapisan fosfor yang dirangsang/dieksitasi secara berulang nampak lebih terang
daripada daerah yang kurang distimulasi.
Kesimpulannya, gambar yang diragakan oleh ART kadang begitu redupnya
sehingga sulit untuk dilihat baik karena sinyal masukannya mempunyai sisi-sisi yang
begitu cepat (seperti halnya gelombang kotak dari suatu astable multivibrator yang
bagian sisi tegak gelombangnya hampir tak terlihat) , atau karena gelombang
repetitif menghasilkan event-event tertentu yang demikian jarangnya. Cahaya yang
dihasilkan oleh fosfor mempunyai waktu hidup yang sangat pendek setelah pancaran
elektron berlalu. Untuk fosfor yang sering digunakan pada CRT yakni P31, cahaya
yang dihasilkan akan turun sampai ke suatu harga yang masih dapat dilihat dengan
nyaman dalam ruang yang bercahaya sedang, dalam waktu 38 mikrodetik. Jika laju
kecepatan pancaran elektron untuk mengeksitasi ulang terjadi di bawah 1/38
mikrodetik atau 26 kHz, maka akan terjadi penurunan cahaya secara dramatis di
layar. Kedipan (flicker) merupakan suatu fenomena lain yang membatasi kinerja
CRT. Jika laju eksitasi ulang jatuh dibawah harga minimum tertentu, umumnya
sekitar 15 sampai 20 Hz, maka akan terjadi kedipan, yakni peragaan di layar akan
tampak nyala dan padam bergantian.
Untuk memahaminya diberlakukan kondisi sebagai berikut: laju perulangan
dari sinyal masukan dipertahankan pada harga yang konstan pada peragaan
gelombang yang nyaman dipandang, kemudian kecepatan sapuannya diturunkan
secara perlahan sampai kedipan mulai terjadi. Penurunan lebih lanjut akan
menghasilkan kedipan yang makin jelas sehingga akhirnya peragaannya tidak
bermanfaat sama sekali karena hanya tinggal berupa titik yang bergerak. Sekarang
jika diberlakukan hal yang sebaliknya, yakni kecepatan sapuan dijaga konstan pada
suatu keadaan di mana masalah cahaya maupun kedipan pada kondisi minimum,
kemudian laju kecepatan sinyal masukannya diturunkan, maka cahaya peragaan
akan menjadi redup. Batas terendah pada akan dicapai saat peragaannya tidak dapat
dilihat sama sekali di ruang yang penerangannya cukup.
Peragaan bagian gelombang yang nampak redup baik karena sinyal yang
diamati mempunyai sisi-sisi atau tebing gelombang yang begitu cepat atau pada
gelombang repetitif yang menghasilkan event-event tertentu yang demikian jarang,
kini dapat diatasi dengan dengan teknologi MCP ( microchannel plate) dari
Tektronix, yang mampu meningkatkan intensitas peragaan bagian-bagian yang
redup dari sebuah gelombang sampai 1000 kali kecerahan aslinya tanpa menaikkan
intensitas peragaan pada bagian-bagian yang lebih kuat.

2. Osiloskop Digital

Gambar 2.2 Osiloskop Digital

Jika dalam osiloskop analog gelombang yang akan ditampilkan langsung


diberikan ke rangkaian vertikal sehingga berkesan "diambil" begitu saja (real time),
maka dalam osiloskop digital, gelombang yang akan ditampilkan lebih dulu
disampling (dicuplik) dan didigitalisasikan. Osiloskop kemudian menyimpan nilai-
nilai tegangan ini bersama sama dengan skala waktu gelombangnya di memori. Pada
prinsipnya, osiloskop digital hanya mencuplik dan menyimpan demikian banyak
nilai dan kemudian berhenti.Ia mengulang proses ini lagi dan lagi sampai dihentikan.
Beberapa DSO memungkinkan untuk memilih jumlah cuplikan yang disimpan
dalam memori per akuisisi (pengambilan) gelombang yang akan diukur.
Seperti ART, DSO melakukan akuisisinya dalam satu event pemicuan. Namun
demikian ia secara rutin memperoleh, mengukur dan menyimpan sinyal masukan,
mengalirkan nilainya melalui memori dalam suatu proses kerja dengan cara; pertama
yang disimpan, yang pertama pula yang akan dikeluarkan, sambil menanti picu
terjadi. Sekali osiloskop ini mengenali event picu yang didefinisikan oleh
penggunanya, osiloskop mengambil sejumlah cuplikan yang kemudian mengirimkan
informasi gelombangnya ke peraga (layar). Karena kerja pemicuan yang demikian
ini, ia dapat menyimpan dan meragakan informasi yang diperoleh sebelum picu
(pretrigger) sampai 100 persen dari lokasi memori yang disediakan.
DSO mempunyai dua cara untuk "menangkap" atau mencuplik gelombang,
yakni dengan teknik single shot atau real time sampling. Dengan kedua teknik ini,
osiloskop memperoleh semua cuplikan dengan satu event picu.Sayangnya laju
cuplik DSO membatasi lebar pita osiloskop ketika beroperasi dalam waktu nyata
(real time).Secara teori (sesuai dengan Nyquist sampling theorema), osiloskop
digital membutuhkan masukan dengan sekurang-kurangnya dua cuplikan per periode
gelombang untuk merekonstruksi suatu bentuk gelombang.Dalam praktek, tiga atau
lebih cuplikan per periode menjamin akurasi akuisisi. Jika pencuplik tidak dapat
sama cepat dengan sinyal masukannya, osiloskop tidak akan dapat mengumpulkan
suatu jumlah yang cukup yang berakibat menghasilkan suatu peragaan yang lain dari
bentuk gelombangnya aslinya. yakni osiloskop akan menggambarkan struktur
keseluruhan sinyal masukan pada suatu frekuensi yang jauh lebih rendah dari
frekuensi sinyal sesungguhnya.
Ketika menangkap suatu gelombang bentuk tunggal (single shot waveform )
dengan cuplikan waktu nyata, osiloskop digital harus secara akurat menangkap
frekuensi sinyal masukan. Osiloskop digital biasanya menspesifikasikan dua lebar
pita; real time dan analog.Lebar pita analog menyatakan frekuensi tertinggi jalur
masukannya yang dapat lolos tanpa cacat yang serius pada sinyalnya.Lebar pita real
time menunjukkan frekuensi maksimum dari osiloskop yang dapat secara akurat
mencuplik menggunakan satu event picu. Bergantung dari osiloskopnya, kadang-
kadang kedua lebar pita tersebut mempunyai harga yang sama, kadang mempunyai
nilai yang berbeda jauh. Sebagai contoh misalnya lebar pita analog dari suatu DSO
350 MHz dan lebar pita real time-nya hanya 40MHz.
Dengan metode alternatif yakni menggunakan equivalent-time sampling DSO
secara akurat dapat menangkap sinyal-sinyal sampai pada lebar pita osiloskopnya,
tetapi hanya pada sinyal-sinyal yang sifatnya repetitif.Dengan teknik ini, osiloskop
digital menerima cuplikan-cuplikan pada banyak event-event picu yang kemudian
secara berangsur-angsur mengkonstruksi keseluruhan bentuk gelombangnya.Hanya
lebar pita analog yang membatasi osiloskop pada frekuensi berapa dapat menerima
teknik ini.
Kebanyakan DSO, apakah ia menggunakan teknik real time atau equivalent
time akan mencuplik pada laju maksimum tanpa mengacu berapa dasar waktu (time
base) yang di pilih. Pada kecepatan sapuan yang lebih rendah osiloskop digital
menerima jauh lebih banyak cuplikan daripada yang dapat disimpannya. Bergantung
kepada mode akuisisi yang kita pilih, suatu DSO akan membuang cuplikan ekstra
atau menggunakannya untuk pemrosesan sinyal-sinyal tambahan seperti deteksi
puncak gelombang (peak detect), maupun sampul gelombang (envelope) .

2.3. Bagian Serta Fungsi Bagian dari Osiloskop

1. Osiloskop Analog

Gambar 2.3 Bagian-bagian Osiloskop

Tabel Bagian dan Fungsi dari Osiloskop Analog

No. Bagian-bagian Osiloskop Fungsi


Untuk mengeluarkan tegangan AC, mengatur
1 Volt/Div berapa nilai tegangan yang diwakili oleh satu
div di layar
 Untuk memasukkan sinyal atau
gelombang yang diukur atau pembacaan
posisi horizontal
 Terminal masukan pada saat pengukuran
2 CH1 (Input X)
pada CH1 juga yang digunakan untuk
kalibrasi
 Jika signal yang diukur menggunakan
CH1, maka posisi switch pada CH1 dan
berkas yang nampak pada layar hanya ada
satu
 Untuk memilih besaran yang diukur
 Mengatur fungs kapasitor kopling di
terminal masukan osiloskop. Jika tombol
pada posisi AC maka pada terminal
masukan diberi kapasitor kopling
sehingga hanya melewatkan komponen
AC dari sinyal masukan. Namun jika
tombol diletakkan pada posisi DC maka
3 AC-DC
sinyal akan terukur dengan komponen
DC-nya diikutsertakan
 Posisi AC untuk mengukur AC, objek
ukur DC tidak bisa diukur melalui posisi
ini, karena signal DC akan terblokir oleh
kapasitor
 Posisi DC untuk mengukur tegangan DC
dan masukan-masukan yang lain
 Untuk memilih besaran yang diukur
4 Ground  Digunakan untuk melihat letak posisi
ground di layar
 Untuk mengatur posisi garis atau
tampilan dilayar atas bawah
 Untuk menyeimbangkan DC vertical
5 Posisi Y
guna pemakaian channel 1
 Penyetelan dilakukan sampai posisi
gambar diam pada saat variabel diputar
6 Variable Untuk kalibrasi osiloskop
Untuk memilih channel yang diperlukan
7 Selector
untuk pengukuran
8 Layar Menampilkan bentuk gelombang
Mengatur cerah atau tidaknya sinar pada
9 Inten
layar osiloskop. Diputar ke kiri untuk
memperlemah sinar dan diputar ke kanan
untuk memperterang
 Mengatur posisi garis pada layar
10 Rotatin  Mengatur kemiringan garis sumbu Y=0 di
layar
Menajamkan garis pada layer untuk
11 Focus mendapatkan gambar yang lebih jelas,
digunakan untuk mengatur fokus
 Mengatur posisi garis atau tampilan kiri
dan kanan, mengatur posisi normal
sumbu X (ketika sinyal masukannya nol)
 Untuk menyetel kekiri dan kekanan
12 Position X berkas gambar (posisi arah horizontal).
Switch pelipat sweep dengan menarik
knop, bentuk gelombang dilipatkan 5 kali
lipat kearah kiri dan kearah kanan
usahakan cahaya seruncing mungkin
 Mengatur waktu periode (T) dan
frekuensi (F), mengatur beberapa nilai
waktu yang diwakili oleh satu div di layar
 Sakelar putar untuk memilih besarnya
tegangan per cm (volt/div) pada layar
CRT, ada II tingkat besaran tegangan
13 Sweep Time/Div
yang tersedia dari 0,01 v/div sampai
dengan 20 v/div
 Memilih skala besaran waktu dari suatu
periode ataupun square trap cm (div)
sekitar 19 tingkat besaran yang tersedia
terdiri 0,5 sampai dengan 0,5 second
14 Mode Memilih mode mana yang ada
 Untuk kalibrasi waktu periode dan
15 Variabel frekuensi
 Untuk mengontrol sensitifitas vertical
pada CH1 pada putaran maksimal kearah
jarum jam (CAL) gunanya untuk
mengkalibrasi mengecek apakah tegangan
1 volt tepat 1 cm pada skala layar CRT
 Untuk menyetel sweeptime pada posisi
putaran maksimum arah jarum jam.
16 Level Menghentikan gerak tampilan layar
17 Exi Trigger Trigger dari luar
18 Power Menghidupkan atau mematikan osiloskop
19 Cal 0,5 Vp-p Kalibrasi awal sebelum osiloskop digunakan
 Memasukkan sinyal atau gelombang yang
diukur atau pembacaan vertical
 Jika sinyal yang diukur menggunakan
20 Ground
CH2, maka posisi switch pada CH2 dan
berkas yang Nampak pada layar hanya
satu

2. Osiloskop Digital

Gambar 2.4 Osiloskop panel depan

Tabel Bagian dan Fungsi dari Osiloskop Panel Depan

No Bagian-bagian Osiloskop Fungsi

1 Power On/Off Menyalakan atau mematikan osiloskop

2 LCD Display Screen Menampilkan sinyal dan parameter ukur


3 Carrying Handle Alat bantu untuk memindahkan osiloskop

4 Menu On/Off Menampilkan atau menyembunyikan menu

Memilih item atau merubah nilai parameter


5 Adjustment Knob
terpilih

6 Auto Set Penskalan otomatis kanal yang dipilih

Akses I/O/Language/Print Setup dan


7 Utility & Save/Load
penyimpanan
Pengukuran nilai parameter secara otomatis
8 Measure & Cursor
atau manual
Pengaturan proses akuisisi dan tampilan
9 Acquire & Display
pada DSO
Menjalankan atau menghentikan akuisisi
10 Run Control
sinyal

11 Trigger Control Mengatur mekanisme trigger pada sinyal

12 Shortcut & Local Mempercepat tahap tertentu optional)

Mengatur mekanisme pengukuran pada


13 Horizontal Control
sumbu X

14 EXT TRIG BNC Terminal input trigger dari sumber luar

Channel 2
15 Kanal 2 osiloskop
BNC Input
Mengatur mekanisme pengukuran pada
16 Vertical Control
sumbu Y
Channel 1
17 Kanal 1 osiloskop
BNC

18 Function Buttons Memilih menu yang ditampilkan pada layar

19 Print Button Mengatur dan menjalankan fungsi “Print”

Terminal sumber sinyal internal untuk


20 Probe Comp. Terminal
kalibrasi probe

21 USB Host Interface Terminal USB Device

22 Tilt Feet Kaki penyangga


Gambar 2.5 Osiloskop panel belakang

Tabel Bagian dan Fungsi dari Osiloskop Panel Belakang

No Bagian-bagian Osiloskop Fungsi

1 Security Loops Keamanan (Non Teknis)

2 Carrying Handle Alat bantu untuk memindahkan osiloskop

3 Power On/Off Menyalakan atau mematikan osiloskop

4 AC Line Input Terminal kabel power dari sumber AC

5 Pass/Fail Output Mengeluarkan sinyal sisa pemfilteran

6 LAN Interface Port Terminal untuk kabel LAN

RS232 Serial Interface


7 Terminal untuk kabel jenis serial
Port
Terminal untuk komunikasi dengan port
8 USB Device Interface Port
USB

9 Rear Rubber Feet Penyangga Osiloskop (Non Teknis)

10 Ventilation Fan Pendingin utama osiloskop

2.4. Kalibrasi pada Osiloskop

Sebelum osiloskop bisa dipakai untuk melihat sinyal maka osiloskop perlu disetel
dulu agar tidak terjadi kesalahan fatal dalam pengukuran. Langkah awal pemakaian
yaitu pengkalibrasian. Yang pertama kali harus muncul di layar adalah garis lurus
mendatar jika tidak ada sinyal masukan. Yang perlu disetel adalah fokus, intensitas,
kemiringan, x position, dan y position. Dengan menggunakan tegangan referensi yang
terdapat di osiloskop maka kita bisa melakukan pengkalibrasian sederhana. Ada dua
tegangan referensi yang bisa dijadikan acuan yaitu tegangan persegi 2 Vpp dan 0.2 Vpp
dengan frekuensi 1 KHz. Setelah probe dikalibrasi maka dengan menempelkan probe
pada terminal tegangan acuan maka akan muncul tegangan persegi pada layar. Jika
yang dijadikan acuan adalah tegangan 2 Vpp maka pada posisi 1 volt/div (satu kotak
vertikal mewakili tegangan 1 volt) harus terdapat nilai tegangan dari puncak ke puncak
sebanyak dua kotak dan untuk time/div 1 ms/div (satu kotak horizontal mewakili waktu
1 ms) harus terdapat satu gelombang untuk satu kotak. Jika masih belum tepat maka
perlu disetel dengan potensio yang terdapat di tengah-tengah knob pengganti Volt/div
dan time/div. Atau kalau pada gambar osiloskop diatas berupa potensio dengan label
"var".

Pada saat menggunakan osiloskop juga perlu diperhatikan beberapa hal sebagai
berikut :
1. Memastikan alat yang diukur dan osiloskop ditanahkan (digroundkan), disamping
untuk kemanan, hal ini juga untuk mengurangi suara dari frekuensi radio atau jala-
jala.
2. Memastikan probe dalam keadaan baik.
3. Kalibrasi tampilan bisa dilakukan dengan panel kontrol yang ada di osiloskop.
4. Tentukan skala sumbu Y (tegangan) dengan mengatur posisi tombol Volt/Div pada
posisi tertentu. Jika sinyal masukannya diperkirakan cukup besar, gunakan skala
Volt/Div yang besar. Jika sulit memperkirakan besarnya tegangan masukan,
gunakan attenuator 10 x (peredam sinyal) pada probe atau skala Volt/Div dipasang
pada posisi paling besar.
5. Tentukan skala Time/Div untuk mengatur tampilan frekuensi sinyal masukan.
6. Gunakan tombol Trigger atau hold-off untuk memperoleh sinyal keluaran yang
stabil.
7. Gunakan tombol pengatur fokus jika gambarnya kurang fokus.
8. Gunakan tombol pengatur intensitas jika gambarnya sangat/kurang terang.
Adapun cara untuk kalibrasi osiloskop analog dan digital :
 Osiloskop Analog

1. Sesuaikan tegangan masukan sumber daya AC 220 yang ada di belakang


osiloskop sebelum kabel daya AC dimasukkan stop kontak PLN.
2. Nyalakan osiloskop dengan menekan tombol power.
3. Set saluran pada tombol CH 1.
4. Set mode pada Auto .
5. Atur intensitas, jangan terlalu terang pada tombol INTEN.
6. Atur posisi berkas cahaya horizontal dan vertikal dengan mengatur tombol
yang bernama horizontal dan vertikal.
7. Set level mode pada jantung (-) dan (+).
8. Set tombol tegangan ( volt / div ) ditandai V pada 2 V , sesuaikan dengan
memperkirakan terhadap tegangan masukan.
9. Pasang probe pada salah satu saluran, (misal CH 1 ) dengan tombol
pengalih AC / DC pada posisi AC .
10. Atur saklar / switch pada pegangan probe dengan posisi pengali 1x.
11. Tempelkan ujung probe pada titik kalibrasi.
12. Atur Time / Div pada posisi 1 ms agar tampak kotak-kotak garis yang cukup
jelas.
13. Setelah tahapan 11, osiloskop siap digunakan untuk mengukur tegangan.

 Osiloskop Digital

1. Sebelum pengukuran dilakukan, terlebih dahulu osiloskop dikalibrasi dengan


cara berikut. Menghubungkan probe osiloskop pada terminal kalibrasi dan
ground.
2. Kemudian time/div dan Volt/div diatur untuk memperoleh besar tegangan dan
frekuensikalibrasi.
3. Saklar pemilih posisi AC, DC ground diposisikan pada gound, berkas diamati
dan ditepatkan berimpit dengan sumbu X.
2.5. Cara Pengoprasian Osiloskop

Pengukuran tegangan dilakukan dengan menghitung jumlah pembagi yang


meliputi muka gelombang pada bagian skala vertikal. Sinyal dapat diatur dengan
mengubah-ubah kontrol vertikal, untuk pengukuran terbaik pilihlah skala volts/div (volt
per kotak) yang paling cocok.

Gambar 2.6 Pengukuran Tegangan pada Pusat Garis Vertikal

Waktu dapat diukur dengan menggunakan skala horizontal pada osiloskop.


Pengukuran waktu meliputi periode, lebar pulsa (pulse width), dan waktu dari pulsa.
Pengukuran waktu akan lebih akurat bila mengatur porsi sinyal yang akan diukur untuk
mengatasi besarnya area pada layar. Pengukuran waktu yang lebih akurat dapat
dilakukan dengan mengatur tombol time/div.

Gambar 2.7 Pengukuran Waktu pada Garis Tengah Skala Horizontal


A. Mengukur Tegangan Arus Bolak Balik (AC)
1. Sinyal AC diarahkan ke CH input dan stel saklar mode untuk menampilkan
bentuk gelombang yang diarahkan ke CH tersebut.
2. Distel saklar VOLT/ DIV untuk menampilkan kira- kira 5 DIV bentuk
gelombang.
3. Distel saklar SEC/ DIV untuk menampilkan beberapa gelombang.
4. Atur penampilan gelombang secara vertikal sehingga puncak gelombang
negatif, gelombang berhimpit dengan salah satu garis gratikul horizontal.
5. Atur tampilan gelombang secara horizontal, sehingga puncak berimpit
dengan pusat garis gratikul vertikal.
6. Hitunglah tegangan puncak- kepuncak ( Peaks to peaks ) dengan
menggunakan persamaan:
7. VOLT ( p.p ) = ( difleksi vertikal ) x ( penempatan saklar VOLT/ DIV ).

B. Mengukur Tegangan Arus Searah (DC)


1. Pilih mode SOURCE pada LINE.
2. Pilh mode COUPLING pada DC.
3. Pilih DC pada tombol AC-DC.
4. Siapkan baterai yang akan diukur.
5. Dengan kabel penghubung, hubungkan battery dengan salah satu channel.
6. Hal yang perlu diperhatikan sebelum mengukur adalah, letakkan nilai 0 di
layar sebaik mungkin.
7. Variasikan VOLTS/DIV pada beberapa angka (misalnya 1, 1.5, dan 2).
8. Catat semua hasil pengukuran yang didapatkan.

C. Mengukur Periode dan Frekuensi


1. Distel saklar SEC/DIV untuk menampilkan siklus gelombang kompleks.
2. Diukur jarak horizontal antara titik-titik pengukuran waktu (satu panjang
gelombang ).
3. Ditentukan periode gelombang dengan mengalikan jumlah pembagi dengan
faktor pengali.
4. Ditentukan frekuensi gelombang (1/ periode).
2.6. Fungsi Osiloskop

Secara umum osiloskop berfungsi untuk menganalisa tingkah laku besaran yang
berubah-ubah terhadap waktu yang ditampilkan pada layar, untuk melihat bentuk sinyal
yang sedang diamati. Dengan Osiloskop maka kita dapat mengetahui berapa frekuensi,
periode, dan tegangan dari sinyal. Dengan sedikit penyetelan kita juga bisa mengetahui
beda fasa antara sinyal masukan dan sinyal keluaran. Ada beberapa kegunaan osiloskop
lainnya, yaitu:
 Mengukur besar tegangan listrik dan hubungannya terhadap waktu.
 Mengukur frekuensi sinyal yang berosilasi.
 Mengecek jalannya suatu sinyal pada sebuah rangakaian listrik.
 Membedakan arus AC dengan arus DC.
 Mengecek noise pada sebuah rangkaian listrik dan hubungannya terhadap waktu.

Osiloskop terdiri dari dua bagian utama yaitu display dan panel kontrol. Display
menyerupai tampilan layar televisi hanya saja tidak berwarna warni dan berfungsi
sebagai tempat sinyal uji ditampilkan. Pada layar ini terdapat garis-garis melintang
secara vertikal dan horizontal yang membentuk kotak-kotak dan disebut div. Arah
horizontal mewakili sumbu waktu dan garis vertikal mewakili sumbu tegangan. Panel
kontrol berisi tombol-tombol yang bisa digunakan untuk menyesuaikan tampilan di
layar.
Pada umumnya osiloskop terdiri dari dua kanal yang bisa digunakan untuk
melihat dua sinyal yang berlainan, sebagai contoh kanal satu untuk melihat sinyal
masukan dan kanal dua untuk melihat sinyal keluaran.
Ada beberapa jenis tegangan gelombang yang akan diperlihatkan pada layar
monitor osiloskop, yaitu:

 Gelombang sinusoidal
 Gelombang blok
 Gelombang gigi gergaji
 Gelombang segitiga

Secara umum osiloskop hanya untuk circuit osilator ( VCO ) disemua perangkat
yg menggunakan rangkaian VCO. Walau sudah berpengalaman dalam hal
menggunakan osiloskop, kita harus mempelajari tombol instruksi dari pabrik yg
mengeluarkan alat itu. Cara menghitung frequency tiap detik. Dengan rumus sebagai
berikut ; F = 1/T, dimana F = frekuensi dan T = waktu. Untuk menggunakan osiloskop
haruslah berhati-hati, bila terjadi kesalahan sangat fatal akibatnya.

2.7. Prinsip Kerja Osiloskop

A. Osiloskop Analog

Pada dasarnya sebuah osiloskop analog bekerja dengan menerapkan sinyal


tegangan yang diukur secara langsunng diberikan pada sumbu vertikal dari berkas
elektron yang berpindah dari kiri melintasi layar osiloskop – biasanya tabung sinar
katoda. Disisi sebaliknya dari layar diberlakukan dengan perpendaran pospor yang
menyala dimana saja berkas elektron membenturnya. Sinyal tegangan membelokkan
berkas ke atas dan turun berpindah secara proporsional sebagaimana perindahan secara
hrisontal, pelacakan bentuk gelombang pada layar. Lebih sering berkas membentur
lokasi layar tertentu, semakin terang nyalanya.

Gambar 2.8 Proses osiloskop bekerja

CRT membatasi cakupan frekuensi yang dapat diperagakan dengan osiloskop


analog. Pada frekuensi yang sangat rendah, sinyal muncul sebagai titik terang bergerak
lambat yang sulit membedakan sebagai ciri bentuk gelombang. Pada frekuensi tinggi
kecepatan penulisan CRT terbatas. Bila frekuensi sinyal melbihi kecepatan menulis
CRT, peraga menjadi sangat samar untuk dilihat. Osiloskop analog tercepat dapat
memperagakan frekuensi sampai sekitar 1 GHz.
Bila sinyal dihubungkan rangkaian probe osiloskop, tegangan sinyal berjalan
melalui probe ke sistem vertikal dari osiloskop. Selanjutnya sinyal berjalan langsung ke
pelat pembelok vertikal dari CRT. Tegangan yang diberikan pada pelat pembelok
menyebabkan perpendaran pada titik yang bergerak melintasi layar. Nyala titik dibuat
oleh berkas elektron yang membentur pospor luminansi di dalam CRT.Tegangan
positip menyebabkan titik berpindah ke atas sementara tegangan negatip menyebabkan
titik bergerak ke bawah.

B. Osiloskop Digital

Sebelum osiloskop bisa dipakai untuk melihat sinyal maka osiloskop perlu disetel
dulu agar tidak terjadi kesalahan fatal dalam pengukuran. Langkah awal pemakaian
yaitu pengkalibrasian. Yang pertama kali harus muncul di layar adalah garis lurus
mendatar jika tidak ada sinyal masukan. Yang perlu disetel adalah fokus, intensitas,
kemiringan, x position, dan y position. Dengan menggunakan tegangan referensi yang
terdapat di osiloskop maka kita bisa melakukan pengkalibrasian sederhana. Ada dua
tegangan referensi yang bisa dijadikan acuan yaitu tegangan persegi 2 Vpp dan 0.2 Vpp
dengan frekuensi 1 KHz. Setelah probe dikalibrasi maka dengan menempelkan probe
pada terminal tegangan acuan maka akan muncul tegangan persegi pada layar. Jika
yang dijadikan acuan adalah tegangan 2 Vpp maka pada posisi 1 volt/div (satu kotak
vertikal mewakili tegangan 1 volt) harus terdapat nilai tegangan dari puncak ke puncak
sebanyak dua kotak dan untuk time/div 1 ms/div (satu kotak horizontal mewakili waktu
1 ms) harus terdapat satu gelombang untuk satu kotak. Jika masih belum tepat maka
perlu disetel dengan potensio yang terdapat di tengah-tengah knob pengganti Volt/div
dan time/div. Atau kalau pada gambar osiloskop diatas berupa potensio dengan label
"var".
Pada saat menggunakan osiloskop juga perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut:

 Memastikan alat yang diukur dan osiloskop ditanahkan (digroundkan), disamping


untuk kemanan, hal ini juga untuk mengurangi suara dari frekuensi radio atau jala-
jala.
 Memastikan probe dalam keadaan baik.
 Kalibrasi tampilan bisa dilakukan dengan panel kontrol yang ada di osiloskop.
 Tentukan skala sumbu Y (tegangan) dengan mengatur posisi tombol Volt/Div pada
posisi tertentu. Jika sinyal masukannya diperkirakan cukup besar, gunakan skala
Volt/Div yang besar. Jika sulit memperkirakan besarnya tegangan masukan,
gunakan attenuator 10 x (peredam sinyal) pada probe atau skala Volt/Div dipasang
pada posisi paling besar.
 Tentukan skala Time/Div untuk mengatur tampilan frekuensi sinyal masukan.
 Gunakan tombol Trigger atau hold-off untuk memperoleh sinyal keluaran yang
stabil.
 Gunakan tombol pengatur fokus jika gambarnya kurang fokus.
 Gunakan tombol pengatur intensitas jika gambarnya sangat/kurang terang.

Osiloskop adalah alat ukur besaran listrik yang dapat memetakan sinyal listrik.
Pada kebanyakan aplikasi, grafik yang ditampilkan memperlihatkan bagaimana sinyal
berubah terhadap waktu. Seperti yang bisa anda lihat pada gambar di bawah ini
ditunjukkan bahwa pada sumbu vertical (Y) merepresentasikan tegangan V, pada
sumbu horisontal(X) menunjukkan besaran waktu t.
Layar osiloskop dibagi atas 8 kotak skala besar dalam arah vertikal dan 10 kotak
dalam arah horizontal. Tiap kotak dibuat skala yang lebih kecil. Sejumlah tombol pada
osiloskop digunakan untuk mengubah nilai skala-skala tersebut.

Gambar 2.9 Layar osiloskop

Osiloskop 'Dual Trace' dapat memperagakan dua buah sinyal sekaligus pada saat
yang sama. Cara ini biasanya digunakan untuk melihat bentuk sinyal pada dua tempat
yang berbeda dalam suatu rangkaian elektronik.
Kadang-kadang sinyal osiloskop juga dinyatakan dengan 3 dimensi. Sumbu
vertikal(Y) merepresentasikan tegangan V dan sumbu horisontal(X) menunjukkan
besaran waktu t. Tambahan sumbu Z merepresentasikan intensitas tampilan osiloskop.
Tetapi bagian ini biasanya diabaikan karena tidak dibutuhkan dalam pengukuran.
BAB III
METODE PELAKSANAAN PRAKTIKUM

3.1. Alat dan Bahan


1. Osiloskop
2. Kabel Probe
3. Sumber tegangan AC & DC
4. Dioda silicon & resistor
5. Audio Generator

3.2. Gambar Percobaan


1. Rangkaian percobaan AC

2. Rangkaian percobaan Diode Forward

3. Rangkaian percobaan Diode Reverse


4. Rangkaian percobaan DC

5. Rangkaian percobaan Audio Generator

3.3. Prosedur Percobaan


Adapun prosedur percobaan pada praktikum kali ini :
1. Memasang rangkaian sesuai instruksi Asisten
2. Nyalakan Osiloskop dengan menekan tombol power pada osiloskop
3. Hubungkan rangkaian dengan osiloskop dengan menggunakan kabel penghubung
4. Amati layar pada osiloskop
5. Hitung nilai Volt/div dan Time/div pada layar osiloskop
6. Masukkan tegangan input bervariasi sesuai dengan instruksi Asisten
7. Ambil gambar percobaan osiloskop setiap tegangan input yang berbeda-beda
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM

4.1. Tabel Percobaan

A. Tabel pengamatan rangkaian AC

Sumbu Sumbu
Tegangan (V) Volt/Div Time/Div
Vertikal Horizontal
6 1,7 10 volt 4 5s
12 3,4 10 volt 4 5s
18 5 10 volt 4 5s
24 6,6 10 volt 4 5s

B. Tabel pengamatan rangkaian dioda forward

Sumbu Sumbu
Tegangan (V) Volt/Div Time/Div
Vertikal Horizontal
6 1,6 2 volt 2 5s
12 3,2 5 volt 4 5s
18 4,8 5 volt 4 5s
24 3,2 10 volt 4 5s

C. Tabel pengamatan rangkaian dioda reverse

Sumbu Sumbu
Tegangan (V) Volt/Div Time/Div
Vertikal Horizontal
6 1,6 5 volt 4 5s
12 3,2 5 volt 4 5s
18 4,6 5 volt 4 5s
24 6,6 5 volt 4 5s
D. Tabel pengamatan rangkaian DC

Sumbu Sumbu
Tegangan (V) Volt/Div Time/Div
Vertikal Horizontal
4,5 1,2 5 volt - 50 s
6 1,6 5 volt - 50 s
7,5 1,8 5 volt - 50 s
9 2 5 volt - 50 s
12 2,6 5 volt - 50 s

E. Tabel pengamatan rangkaian audio generator

Frekuensi Sumbu Sumbu


Volt/Div Time/Div
(Hz) Vertikal Horizontal
1000 2,4 5 volt 4 250 s
1500 2,4 5 volt 2,7 250 s
2000 2,4 5 volt 2 250 s
3000 2,4 5 volt 1,4 250 s
4000 2,4 5 volt 2,6 250 s

4.2. Analisa Data Perhitungan

A. Tabel pengamatan rangkaian AC


1. Tegangan 6 Volt
 Vmaks = 1,7 V
 VAC = 1,7 × 10
= 17 V
 V efisien =

= 6,07 V
 T =4×5
= 20s
 F =

= 0,05 Hz
2. Tegangan 12 Volt
 Vmaks = 3,4 V
 VAC = 3,4 × 10
= 34 V
 V efisien =

= 12,02 V
 T =4×5
= 20s
 F =

= 0,05 Hz

3. Tegangan 18 Volt
 Vmaks =5V
 VAC = 5 × 10
= 50 V
 V efisien =

= 17,67 V
 T =4×5
= 20s
 F =

= 0,05 Hz

4. Tegangan 24 Volt
 Vmaks = 6,6 V
 VAC = 6,6 × 10
= 66 V
 V efisien =

= 6,07 V
 T =4×5
= 20s
 F =

= 0,05 Hz

B. Tabel pengamatan rangkaian dioda forward


1. Tegangan 6 Volt
 Vmaks = 1,6 V
 VAC = 1,6 × 2
= 3,2 V
 V efisien =

= 1,13 V
 T =2×5
= 10s
 F =

= 0,01 Hz

2. Tegangan 12 Volt
 Vmaks = 3,2 V
 VAC = 3,2 × 5
= 16 V
 V efisien =

= 5,65 V
 T =4×5
= 20s
 F =

= 0,05 Hz

3. Tegangan 18 Volt
 Vmaks = 4,8 V
 VAC = 4,8 × 5
= 24 V
 V efisien =

= 5,65 V
 T =4×5
= 20s
 F = = 0,05 Hz

4. Tegangan 24 Volt
 Vmaks = 3,2 V
 VAC = 3,2 × 10
= 32 V
 V efisien =

= 11,31 V
 T =4×5
= 20s
 F =

= 0,05 Hz

C. Tabel pengamatan rangkaian dioda reverse


1. Tegangan 6 Volt
 Vmaks = 1,6 V
 VAC = 1,6 × 5
=8V
 V efisien =

= 2,82 V
 T =4×5
= 20s
 F =

= 0,05 Hz

2. Tegangan 12 Volt
 Vmaks = 3,2 V
 VAC = 3,2 × 5
= 16 V
 V efisien =

= 5,65 V
 T =4×5
= 20s
 F =

= 0,05 Hz

3. Tegangan 18 Volt
 Vmaks = 4,6 V
 VAC = 4,6 × 5
= 23 V
 V efisien =

= 8,13 V
 T =4×5
= 20s
 F =

= 0,05 Hz

4. Tegangan 24 Volt
 Vmaks = 6,6 V
 VAC = 6,6 × 5
= 33 V
 V efisien =

= 11,66 V
 T =4×5
= 20s
 F =

= 0,05 Hz
D. Tabel pengamatan rangkaian DC
1. Tegangan 4,5 Volt
 Vmaks = 1,2 V
 VAC = 1,2 × 5
=6V
 V efisien =

= 2,12 V

2. Tegangan 6 Volt
 Vmaks = 1,6 V
 VAC = 1,6 × 5
=8V
 V efisien =

= 5,65 V

3. Tegangan 7,5 Volt


 Vmaks = 1,8 V
 VAC = 1,8 × 5
=9V
 V efisien =

= 6,36 V

4. Tegangan 9 Volt
 Vmaks =2V
 VAC =2×5
= 10 V
 V efisien =

= 7,07 V

5. Tegangan 12 Volt
 Vmaks = 2,6 V
 VAC = 2,6 × 5
= 13 V
 V efisien =

= 9,19 V

E. Tabel pengamatan rangkaian audio generator


1. Frekuensi 1000 Hz
 Vmaks = 2,4 V
 VAC = 2,4 × 5
= 12 V
 V efisien =

= 8,48 V
 T = 4 × 250
= 1000s
 F =

= 0,001 Hz

2. Frekuensi 1500 Hz
 Vmaks = 2,4 V
 VAC = 2,4 × 5
= 12 V
 V efisien =

= 8,48 V
 T = 2,2 × 250
= 675s
 F =

= 0,00148 Hz

3. Frekuensi 2000 Hz
 Vmaks = 2,4 V
 VAC = 2,4 × 5
= 12 V
 V efisien =

= 8,48 V
 T = 2 × 250
= 500s
 F =

= 0,002 Hz

4. Frekuensi 3000 Hz
 Vmaks = 2,4 V
 VAC = 2,4 × 5
= 12 V
 V efisien =

= 8,48 V
 T = 1,4 × 250
= 350s
 F =

= 0,00285 Hz

5. Frekuensi 4000 Hz
 Vmaks = 2,4 V
 VAC = 2,4 × 5
= 12 V
 V efisien =

= 8,48 V
 T = 2,6 × 250
= 650s
 F =

= 0,00153 Hz
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang bisa diambil dari hasil praktikum Fisika Teknik ini adalah
sebagai berikut :
 Cara penggunaan osiloskop adalah pertama dilakukan pengkalibrasian
kemudian menyetel fokus, insensitas, kemiringan, x position dan y position,
serta probe dikalibrasi maka dengan menempelkan probe ke terminal tegangan
acuan maka akan muncul tegangan persegi pada layar
 Untuk mengetahui besarnya sapuan bintik digunakan saklar Time/Div. Semakin
kecil skala Time/Div maka semakin cepat waktu sapuan bintik dan sebaliknya,
semakin besar skala Time/Div maka semakin lambat sapuan bintiknya.
 Osiloskop dapat digunakan untuk mengukur tegangan DC dengan menggunakan
tombol Volt/Div
 Osiloskop juga dapat digunakan untuk periode/frekuensi tegangan dengan
menganalisa gelombang yang terbentuk pada layar osiloskop serta dapat
digunakan untuk membedakan sumber tegangan AC dari tegangan DC yang
tidak murni

5.2. Saran
Adapun saran yang bisa disampaikan dari hasil praktikum Fisika Teknik ini adalah
sebagai berikut :
 Pada praktikum ini, video yang diberikan sebagai panduan akan lebih baik jika
dijelaskan lebih rinci kegunaan alat-alat yang digunakan sebelum dilakukan
praktikum.
 Penulis berharap laporan ini dapat digunakan sebagai materi pembelajaran
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Syafrillah, Muhammad.dkk. 2015. MAKALAH OSILOSKOP KELOMPOK 6.


Dikutip 18 Juli 2020 dari https://dokumen.tips/download/link/makalah-osiloskop-kelompok-6

Anifatul, Milla. 2015. MAKALAH OSILOSKOP. Dikutip 20 Juli 2020 dari


http://millarosd.blogspot.com/2015/11/makalah-osiloskop.html

Mujahidah, Achiru.dkk. MAKALAH OSILOSKOP. Dikutip 20 Juli 2020 dari


https://www.academia.edu/33847821/Makalah_Osiloskop

Anda mungkin juga menyukai