Anda di halaman 1dari 27

Tanggal Percobaan : 3 Mei 2021

Tanggal Pengumpulan : 23 Mei 2021

PRAKTIKUM FISIKA DASAR II SEMESTER 114

OSILOSKOP

NAMA : Muhammad Rofiid Ramdhan

NIM : 1306620081

DOSEN PENGAMPU : Lari Andreas Sanjaya, S. Pd., M. Pd


ASISTEN LABORATORIUM :

Tasya Nagaria Laut (1306618015)

Maryam Tsara Sausan (1306618018)

Adimas Nugrah Pangestu (1306618026)

Willi Tri Argatta (1306618016)

Laporan
Laporan Awal Kinerja Total
Akhir

Fakultas Matematika dan Pengetahuan Alam


Universitas Negeri Jakarta

2021
04 : OSILOSKOP
A. TUJUAN

1. Mengetahui fungsi osiloskop.


2. Memahami prinsip kerja osiloskop.
3. Merancang dan menerangkan terjadinya pola Lissayous.
4. Menghitung frekuensi suatu sumber tegangan dengan menggunakan pola
Lissayous.

B. ALAT DAN BAHAN

1. Osiloskop,
2. Dua buah generator,
3. Sumber tegangan AC (Transformator),
4. Sumber tegangan DC (Batrei atau power supply DC),
5. Multimeter,
6. Satu set kabel penghubung,
7. Kertas Milimeter.

C. TEORI DASAR

Osiloskop atau disebut osiloskop sinar katoda (cathode ray osciloscope, disingkat CRO)
merupakan alat yang digunakan untuk melihat dinamika besaran sebagai fungsi waktu
secara visual. Dengan menggunakan osiloskop ini harga suatu besaran dapat dilihat
setiap saat sepanjang waktu berjalan terus.

Dengan mengukur besarnya pergeseran atau ingsutan bintik terang yang ditimbulkan
oleh berkas elektron yang mengenai layar dari kedudukan normalnya, maka besarnya
signal dari suatu sumber dapat ditentukan. Bintik terang ini sama halnya jarum
penunjuk pada voltmeter. Simpangan/pergeseran bintik terang dibuat ke arah vertikal
sedangkan pergeseran mendatar sebanding dengan laju pertambahan waktu.

Simpangan arah vertikal dapat ditera dalam volt/skala atau volt/cm. Sementara itu,
simpangan arah mendatar dapat ditera dalam detik/skala atau detik/cm. Dengan
peneraan ini menunjukkan bahwa osiloskop tidak hanya dapat digunakan untuk
memperlihatkan gambar signal sebagai fungsi waktu, tetapi yang lebih penting dapat
digunakan sebagai alat ukur parameter-parameter pad signal antara lain: selang waktu
(time duration), periode ayunan maksimum, amplitudo, fase, frekuensi dan sebagainya.
Dengan melepas tegangan lejang (sweep voltage) yaitu tegangan yang menjulur atau
melejang bintik terang menjadi garis lurus, maka simpangan dapat diberikan dari luar
atau sebagai input kedua. Dalam hal ini ada dua signal yang saling tegak lurus dalam
waktu sama. Dengan demikian hubungan kedua signal dapat diperlihatkan langsung
sebagai fungsi waktu. Jika kedua signal tersebut adalah input dan output suatu sistem,
atau satuan kerja elektronis, maka gambar yang tampak pada layar memperlihatkan
watak sistem/satuan kerja tersebut. Perlu diketahui bahwa pada penjuluran bintik terang
menjadi garis lurus, pada dasarnya merupakan pergerakan berkas elektron dengan cepat
dan terus- menerus ke arah kanan.

Osiloskop pada dasarnya mempunyai 5 komponen utama yaitu:


1. Tabung sinar katoda (chatode Ray Tube = CRT)
2. Penguat simpangan Y (Y amplifier)
3. Penguat simpangan X (X amplifier)
4. Pembangkit tegangan basis waktu (Time based generator)
5. Pengatur berkas (Beam control)

Tabung sinar katoda (chatode Ray Tube = CRT)

CRT berbentuk seperti corong (funnel) dengan ujung kanan datar dan tampak sebagai
layar untuk gambar yang ditampilkan (lihat gambar 1). Sisi bagian dalam layar dilapisi
zar pendar (fluoresence) yang mengeluarkan sinar bila dikenai elektron. Pada leher
tabung terdapat sejumlah elektroda yang dapat mempengaruhi gerak elektron sebelum
mencapai layar.

Gambar 1. Skema dari CRT

Elektroda paling kiri disebut senapan elektron (electron gun) yang dapat melontarkan
elektron ke kanan dalam berkas yang sempit. Senapan elektron tersebut terdiri dari
katoda K sebagai silinder sumber elektron, dan kisi Wehnelt W yang berbentuk silinder
untuk pengatur intensitas arus elektron. Elektron-elektron dipercepat dan diarahkan oleh
sejumlah anoda, A1 s/d A4, yang memberikan medan listrik agar elektron melintasi
ruang diantara lempengan simpangan datar, D1 dab D2. Sedangkan anoda utama A5
yang diberi tegangan tinggi (ribuan volt) digunakan agar elektron mempunyai energi
gerak yang cukup tinggi, sehingga pada saat mengenai layar pendar, akan menghasilkan
bintik terang dengan intensitas tinggi.

Penguat simpangan Y (Y amplifier)

Penguat ini berguna untuk memperbesar signal input untuk mempertinggi kepekaan
CRO. Kepekaan ini dinyatakan dalam mV/skala. CRO dengan kepekaan 20 mV/skala
dengan jarak antara garis-garis skala = 6 mm, mempunyai arti bahwa pada kepekaan
input paling tinggi (tegangan input 20 mV) menghasilkan simpangan di layar sejauh 6
mm. Dengan mengubah-ubah kepekaan input, maka daerah pengukuran dapat diperluas
beberapa ratus vollt sesuai keperluan.

Penguat simpangan X (X amplifier)

Penguat ini digunakan untuk memperkuat simpangan mendatar (horizontal), pada saat
osiloskop diberi kedudukan untuk menerima/menampilkan sinyal dari luar pada
simpangan horizontalnya. Penguat simpangan X ini mempunyai gain yang kecil
dibandingkan dengan penguat simpangan Y, sehingga penguat ini mempunyai kepekaan
yang lebih rendah. Disamping mengubah harga skala horisontal pada kedudukan
terhubung dengan basis waktu, penguat simpangan ini dapat mengatur kelajuan basis
waktu tersebut atau sebagai pengatur laju lejang. Dengan kata lain, skala waktu dapat
diubah-ubah sesuai dengan keperluan. Dalam praktek, hal ini berguna untuk membuat
gambar input yang berupa sinyal-sinyal periode menjadi lebih stabil dan sebagai
pengatur sinkronisasi. Sama halnya dengan penguat simpangan Y, penguat simpangan
X mempunyai pengatur posisi kiri- kanan. Fungsi dari pengatur-pengatur tersebut
(posisi horisontal atau vertikal) akan jelas terlihat apabila input-inputnya nol atau tidak
ada sinyal sama sekali, pengatur ini akan menggerakkan bintik terang keatas atau
kebawah atau juga kekiri dan kekanan.

Pembangkit tegangan basis waktu (Time based generator)

Tegangan ini berbentuk gigi gergaji. Berkaitan dengan basis waktu ini terdapat beberapa
pengaturan yang berhubungan dengan sinyal parameter yang dibangkitkan, yaitu
parameter-parameter tegangan gergaji sebagaimana terlihat pada gambar. Pengaturan
yang dapat diubah adalah:
a. Pengaturan frekuensi bertingkat, f = 1/T.
b. Pengaturan laju lejang dvs/dt = vs/T
c. Pengaturan kedudukan horosontal (malar) berarti mengubah Vdc.

Pengatur berkas (Beam control)

Hasil dari pengaturan ini adalah berubahnya bintik terang pada layar. Perubahan ini
berupa:
1. Intensitas, yaitu perubahan banyaknya elektron.
2. Fokus, yaitu perubahan besarnya titik terang.

Disamping pengaturan tersebut, ada pengaturan intensitas secara otomatis yang disebut
sebagai modulasi intensitas. Intensitas diturunkan pada waktu berkas elektron ditarik
kekiri dari simpangan maksimumnya. Tegangan modulasi disebut tegangan pemadam
(blanking voltage). Modulasi ini dapat juga dilakukan oleh sinyal dari luar melalui
pangkalan input belakang, yang merupakan input Z. Sebagai perbandingan, pada
pesawat televisi, input Z ini adalah berupa sinyal video (gambar), sedangkan ke arah X
dan Y adalah berupa sinyal lejang, sehingga seluruh permukaan layar dijelajahi
elektron. Pada input Z, bintik terang dimodulasi oleh sinyal video, sehingga terjadi
terang dan gelap yang membentuk gambar. 

Pola Lissayous

Jika 2 buah osilasi dengan frekuensi sama atau berbeda saling tegak lurus, digabungkan
bersama-sama akan membentuk kurva yang disebut pola lissayous. Nama ini
dipergunakan untuk mengingat Jules Antonie Lissayous yang memperagakan kurva-
kurva ini pertama kali tahun 1857.

Gambar 2. Pola Lissayous


TEORI TAMBAHAN
Osiloskop adalah merupakan salah satu alat ukur besaran listrik, yang mampu
menampilkan betuk gelombang tegangan listrik, bentuk gelombang arus listrik dalam
kapasitas dan periode tertentu secara nyata. Kapasitas tegangan listrik ditampilkan
pada sumbu vertikal, kapasitas arus listrik ditampilkan pada sumbu vertikal dan untuk
periode dari gelombang tegangan listrik, gelombang arus listrik ditampilkan pada
sumbu horisontal di layar monitor. Jenis osiloskop dilihat dari teknologi layar
monitornya:
a. Osiloskop tabung vakum.
b. Osiloskop LCD.
c. Osiloskop LED.
Jenis osiloskop dilihat dari teknologi pengolahan datanya:
a. Osiloskop analog.
b. Osiloskop digital.
Secara umum bagian-bagian dari sebuah osiloskop adalah:
1. Bagian catu daya.
2. Bagian papan rangkaian utama.
3. Bagian masukan (probe osiloskop).
4. Bagian keluaran (layar monitor).
5. Bagian control (vertical, horizontal).1

Pada umumnya osiloskop dapat menampilkan grafik Dua Dimensi (2D). Osiloskop
dapat mengukur karakteristik yang berbasis tegangan (Voltage) pada sumbu Y dan
mengukur karakteristik yang berbasis waktu (Time) pada sumbu X. Pengukuran
berbasis tegangan yaitu: Amplitudo adalah ukuran besarnya suatu sinyal atau
tingginya puncak gelombang. Pengukuran dari Puncak tertinggi ke Puncak terendah
(Vpp), mengukur salah satu puncaknya saja baik yang tertinggi maupun yang
terendah dengan sumbu X dan tegangan rata-rata. Pengukuran berbasis waktu yaitu:
Frekuensi (Jumlah getaran dalam 1 detik), periode (waktu untuk satu getaran), duty
cycle (perbandingan lama kondisi ON dengan kondisi OFF pada setiap periode), rise
time (waktu perubahan sinyal terendah ke tertinggi), Fall time (waktu perubahan
sinyal tertinggi ke terendah). 2
1
I Wayan Lastera, “Peningkatan Kapasitas Rentang Tegangan Uji Osiloskop Tipe Hm 203-7 dengan Pemanfaatan
Alat Konverter”, Jurnal SPEKTRUM, Vol. 6 No. 3, 2019, hlm. 155.
2
I Wayan Lastera,” PEMANFAATAN RANGKAIAN ADAPTER UNTUK MENINGKATKAN RENTANG TEGANGAN UJI
AC OSILOSKOP PADA PENGUJIAN AC KONTROLER SATU PHASE DI LABORATORIUM ELEKTRONIKA DAYA”, Jurnal
Teknologi dan Managemen Pengelolaan Laboratorium, Vol. 2 No. 1, 2019, hlm 12.
Pada osiloskop analog sinyal input yang masuk hanya melawati bagian vertikal dan
langsung dikondisikan ke bagian sistem display, sementara itu osiloskop digital harus
melalui proses pengubahan sinyal ke kode-kode biner, penyimpanan dalam memori
dan proses rekonstruksi bentuk gelombang ke sistem display. Dikarenakan proses
yang harus dilalui oleh sinyal input pada osiloskop digital sedikit panjang dan harus
melalui proses digitalisasi maka, jika ditinjau dari segi fidelity, osiloskop analog akan
lebih unggul daripada osiloskop digital.

Sistem kerja dari osiloskop digital dapat digambarkan seperti gambar 1, dimana sinyal
yang akan diukur (sinyal input) pertama kali masuk melalui probe ke bagian sistem
vertikal, di bagian ini amplitudo sinyal input akan disesuaikan, sehingga apabila perlu
diperbesar maka sinyal akan diperbesar pada bagian amplifier sedangkan jika perlu
dikecilkan akan dikecilkan pada bagian atenuator.

Dari bagian sistem vertikal sinyal yang diukur kemudian dimasukkan ke bagian
sistem akuisisi, di bagian ini sinyal yang akan diukur dikonversi atau diubah menjadi
bentuk digital melalui ADC (analog to digital converter) sehingga sinyal yang keluar
dari ADC telah berubah menjadi suatu nilai digital (kode-kode biner) yang disebut
titik sampel atau sample point.

Sample point dari ADC ini kemudian disimpan ke dalam sebuah memori sebagai
nilai-nilai yang mewakili titik tertentu dalam proses rekonstruksi bentuk gelombang
di display. Jika sejumlah sample point telah cukup terpenuhi maka bagian pemroses
akan merekonstruksi bentuk gelombang dan hasilnya kemudian dikirim ke bagian
sistem display.
Setelah bentuk gelombang berhasil ditampilkan ke layar (display), maka sejumlah
sample point lama (yang telah ditampilkan) akan dihapus dan diisi dengan sample
point yang baru dari ADC untuk memperoleh bentuk gelombang yang terbaru. Proses
ini akan berlangsung secara terus menerus.

Semua proses timing (pewaktuan) baik itu pada ADC, memori maupun sistem display
ditentukan dari sample clock di sistem horizontal yang berhubungan dengan sistem
trigger.3
Osiloskop tampak seperti pesawat televisi kecil, tetapi memiliki kisi-kisi (grid) pada
layarnya dan lebih banyak kontrol dibanding televisi. Panel depan biasanya memiliki
bagian-bagian kontrol Vertikal, Horizontal, dan Trigger. Ada juga control tampilan
dan konektor masukan. Gambar 2 menunjukkan contoh salah satu osiloskop.

Osiloskop dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu osiloskop analog dan osiloskop
digital. Osiloskop analog bekerja dengan secara langsung memberikan tegangan yang
diukur ke sinar katoda yang bergerak pada layar osiloskop. Tegangan ini
membelokkan sinar ke atas dan ke bawah secara proporsional, sehingga
meninggalkan jejak berupa bentuk gelombang pada layar. Hasilnya merupakan
gambar langsung dari bentuk gelombang. Sebaliknya, osiloskop digital mencuplik
bentuk gelombang dan menggunakan ADC (analog-to-digital converter) untuk
mengkonversikan tegangan yang diukur menjadi informasi digital.

Selanjutnya informasi ini digunakan untuk merekonstruksi bentuk gelombang pada


layar. Berbagai aplikasi pengukuran dapat dilakukan dengan osiloskop analog atau
digital, tetapi masing-masing jenis osiloskop memiliki karakteristik yang unik yang
membuatnya hanya sesuai untuk hal-hal tertentu. Umumnya para praktisi lebih
menyukai osiloskop analog karena menginginkan untuk menampilkan sinyal yang
berubah cepat secara real time. Sementara itu, osiloskop digital memungkinkan untuk
“menangkap (capture) dan melihat cuplikan sesaat ‟ yang hanya dapat muncul sekali.

3
Abdurraziq B., Vecky C. P., Janny O. W., “Osiloskop Portable Digital Berbasis AVR ATmega644”, E-journal
Teknik Elektro dan Komputer Vol. 6 No. 1, 2017, hlm. 15-16.
Osiloskop digital di samping dapat mengolah data bentuk gelombang digital atau
mengirimkan data ke komputer untuk pengolahan, juga dapat menyimpan data bentuk
gelombang digital untuk diolah lebih lanjut dan dicetak.4

Untuk melihat osilasi arus bolak-balik kita dapat menggunakan osiloskop. Osiloskop
dapat menampilkan gambar tegangan yang berosilasi hingga frekuensi beberapa
megahertz. Pola tersebut tampak diam di layar osilosikop, maka dapat ditentukan
frekuensi tegangan maupun amplitudonya5

Gambar 7.13 menunjukkan situasi yang berkaitan dengan definisi unit energi tersebut.
Sebuah elektron dipercepat di antara dua elektron pelat logam bermuatan listrik, seperti
yang mungkin terjadi pada tabung televisi atau osiloskop model lama. Elektron
memperoleh energi kinetik itu kemudian diubah menjadi bentuk lain — cahaya di tabung
televisi, misalnya. (Perhatikan bahwa dalam hal energi, "menurun" untuk elektron
"menanjak" untuk muatan positif.) Karena energi dikaitkan dengan tegangan oleh ΔU =
qΔV, kita dapat memikirkan joule

4
Achmad Yani, “Pembuatan Osiloskop Berbasis Personal Komputer Menggunakan Sound Card”, Journal of
Electrical Technology, Vol. 1, No. 1, 2016
5
Mikrajuddin Abdullah, Fisika Dasar II, (Bandung: Institut Teknologi Bandung, 2017), hlm 483
Gambar 7.13 Senapan elektron biasa mengakselerasi elektron menggunakan beda
potensial antara dua pelat logam yang terpisah. Dengan kekekalan energi, energi
kinetik harus sama dengan perubahan energi potensial, jadi KE = qV. Energi dari
elektron dalam elektron-volt secara numerik sama dengan tegangan antar pelat.
Misalnya, potensi 5000-Vperbedaan menghasilkan elektron 5000-eV. Konstruksi
konseptual, yaitu dua pelat sejajar dengan lubang di satu, ditunjukkan pada (a),
sedangkan senjata elektron asli ditunjukkan pada (b).6

Alat listrik yang digunakan untuk menampilkan bentuk gelombang listrik adalah
osiloskop. Dengan rentang tegangan uji osiloskop yang sesuai dengan tegangan uji
yang ditampilkan maka bentuk gelombang listrik terlihat utuh, sesuai bentuk
gelombang listrik sebenarnya. Namun sebaliknya bentuk gelombang listrik terlihat
cacat, tidak sesuai bentuk gelombang listrik sebenarnya jika rentang tegangan uji
osiloskop tidak sesuai dengan tegangan uji yang ditampilkan. Kondisi tersebut
memerlukan alat konverter untuk meningkatkan kinerja osiloskop.7

D. CARA KERJA
Petunjuk umum untuk mengoprasikan Osiloskop
1. Menghidupkan CRO pada waktu akan digunakan. Mematikan CRO untuk
pemakaian yang tertunda. Mengistirahatkan lebih dari 5 menit.
2. Sebelum menghidupkan osiloskop, sebaiknya periksa dulu sumber  tegangan AC
yang digunakan apakah sesuai dengan tegangan yang diperlukan untuk
menghidupkan CRO.
3. Intensitas lebih rendah dari batas maksimum yang digunakan. Bila tidak diperlukan,
menetapkan saklar AC-DC pada kondisi AC.
4. Menurunkan bla bal. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kerusakan pada layar
pendar, karena elektron terus-menerus jatuh di titik yang sama dengan intensitas
tinggi.
5. Mengatur tombol pada posisi tengah-tengah untuk mendapatkan bintik terang atau
jejak elektron (bila tidak nampak pada layar)

Petunjuk Kalibrasi Osiloskop


6
Samuel J. Ling, Jeff Sanny, dan William Moebs, University Physics Volume 2, (Houston: Rice University, 2016),
296-297
7
I Wayan Lastera dan I Putu Arsikapura, “PEMBUATAN DAN PENGGUNAAN ALAT KONVERTER UNIVERSAL
OSILOSKOP SEBAGAI PERALATAN KATAGORI 2 PADA PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DAYA”, Jurnal SPEKTRUM, Vol.
7 No. 4, 2020, hlm. 175.
1. Menyalakan osiloskop dengan memutar tombol power ke arah ON.
2. Mengatur intensitasnya sampai diperoleh garis terang atau titik pada layar, jangan
gunakan intensitas yang terlalu besar, atur posisi garis berada di tengah-tengah
dengan tombol posisi (atas-bawah) dan tombol posisi (kanan-kiri) diputar.
3. Memastikan tombol harus CAL VOLTAGE (pada voltage/div berwarna merah) dan
CAL SWEEP TIME (pada Sweep Time/div berwarna merah) dalam keadaan
maksimum.
4. Mengatur perbesaran pada probe pada posisi 10.
5. Mengatur posisi input untuk Ch1 (Y) atau Ch2 (X). Jika Ch1 (Y) akan digunakan,
posisi tombol mode pada Ch1 (Y) dan tombol source pada posisi Ch 1 (Y) diatur dan
sebaliknya jika Ch2 (X) yang digunakan, posisi tombol mode dan tombol source pada
posisi Ch2 (X) diatur.
6. Misal pilih saja Ch2 (X) yang akan dikalibrasi terlebih dulu, atur seperti langkah e.
7. Menetapkan posisi AC-DC pada kondisi AC.
8. Menjepitkan ujung probe pada titik CAL pada osiloskop.
9. Penjepit probe pada posisi ground.
10. Mengatur posisi gambar pada layar dengan memutar tombol posisi ( atas - bawah)
dan tombol posisi (kanan-kiri) pada channel yang anda gunakan.
11. Jika gambar yang tampil bergerak, memposisikan tombol “level” pada posisi tengah-
tengah.
12. Menghitung tegangan dan frekuensi tampilan dengan rumusan berikut:

Perhitungan tegangan Vp-p


Vp−p  = jumlah kotak posisi vertikal × variabel volt / div × probe

Perhitungan frekuensi

f = 1/T, dimana T = jumlah kotak satu gelombang × variabel sweep time/div.


Hitung besar tegangan Vp-p dan frekuensi kalibrasi. Apakah hasilnya sesuai dengan yang
tertera pada titik CAL. Jika sesuai, osiloskop siap digunakan, jika belum sesuai atur
tombol CAL (merah) pada variabel volt/div untuk menyesuaikan tegangan dan tombol
CAL (merah) pada variabel sweep time/div untuk menyesuaikan perioda atau frekuensi.
Lakukan kembali kalibrasi pada Ch1 (Y).

Catatan :

a. Tombol variabel voltage/div untuk mengatur jumlah tampilan secara vertikal


b. Tombol sweep time/div untuk mengatur jumlah tampilan secara horizontal
c. Tegangan yang terukur pada osiloskop adalah tegangan maksimum

Mengukur tegangan dan frekuensi suatu sumber

1. Menyiapkan osiloskop, menyiapkan tombol-tombol sehingga dalam keadaan tanpa


beban, di layar tampak titik dimana intensitas dan fokusnya cukup dan berada di
tengah-tengah layar. Jangan lupa meredupkan intensitasnya (dibawah maksimum)
dan jangan terlalu lama menyalakan titik di layar.
2. Menyediakan pembangkit sinyal (sinyal generator) dengan outputnya masing-masing
memberikan tegangan sinusoida.
3. Dalam keadaan “off“ , menghubungkan output pembangkit sinyal dengan osiloskop,
posisi ujung probe dihubungkan dengan positif keluaran signal, penjepit pada probe
ditempatkan pada ground signal generator. Kemudian menyalakan signal generator.
4. Mengatur tombol sweep time/div dan volt/div pada osiloskop seperti langkah
kalibrasi untuk mendapatkan gambar sinusoida tunggal yang bagus.
5. Menggambarkan pada kertas milimeter apa yang terlihat pada layar osiloskop.
Kemudian catat:
a. kedudukan tombol pengatur osiloskop dan pembangkit sinyal.
b. dari pengamatan di atas, tentukan tegangan sumber dan frekuensi sumber.
1. Melakukan pengukuran tegangan tersebut dengan mengunakan multimeter sebanyak
5 kali pengulangan. Membandingkan hasilnya dengan pengukuran melalui osiloskop.
Memberi komentar.
2. Mengulangi langkah c hingga f dengan tegangan dan frekuensi sumber yang
bervariasi.

Menentukan pola Lissayous

1. Memasang pembangkit signal I pada input horizontal Ch 2 (X) dan pembangkit II


pada input vertikal Ch1 (Y) pada osiloskop.
2. Menggunakan perbandingan sebesar 1:2; 1:3; 1:4; dst. Atau 2:1; 3:1; 4:1 dst.
3. Mengatur frekuensi pada pembangkit signal I sebagai f1 pada channel X (Mode pada
posisi X) sampai 100 Hz, kemudian mengubah mode pada posisi Y dan mengatur
frekuensi pembangkit signal II sebagai f2 sampai diperoleh 200 Hz, sehingga
perbandingan f1 : f2 adalah 1:2.
4. Kemudian memutar tombol time/div pada posisi X-Y, dan mengatur mode pada
posisi dual.
5. Mengatur volt/div untuk mendapatkan gambar bujur sangkar.
6. Menggambar tampilan pada beberapa posisi.
7. Melakukan untuk perbandingan.
8. Membandingkan data dengan referensi yang ada.

E. PETANYAAN AWAL
1. Tuliskan bentuk umum fungsi gelombang dan jelaskan arti masing-masing
simbolnya!
Jawab: y= Asin (ωt ± kx )
y: Simpangan, t: waktu
A: Amplitudo, k: bilangan gelombang
ω: kecepatan sudut, x: posisi gelombang

2. Jelaskan pengertian dari besaran-besaran berikut :


a. Amplitudo gelombang
Amplitudo gelombang adalah ketinggian maksimum lambang, atau kedalaman
palung, relatif terhadap tingkat normal (keseimbangan). Dengan katalain disebut
juga sebagai simpangan terjauh dari titik seimbang yang dapat dicapai oleh
benda bergetar.
b. Periode gelombang
Periode (T) adalah waktu yang diperlukan untuk satu osilasi (getaran) lengkap
apabila benda mulai bergerak dari titik di mana benda tersebut dilepaskan dan
kembali lagi ke titik tersebut dengan satuannya yaitu sekon. Hal ini terkait
dengan frekuensi dengan persamaan T =1/f .

3. Gambarkan gelombang listrik sinusoida dengan amplitudo 2 cm dan periode 0.02


sekon pada kertas milimeter!

4. Sebutkan tiga bidang sains selain fisika yang menggunakan osiloskop!


Jawab:
Osiloskop digunakan dalam sains, kedokteran, teknik, otomotif, dan industri
telekomunikasi.

5. Besaran listrik apa yang dapat diukur dengan osiloskop secara langsung dan
besaran apa yang diukur tidak langsung?
6. Apa nama tabung panjang yang ada dalam osiloskop dan sebutkan komponen
komponen penting yang ada di dalamnya?
Jawab:
Dalam osiloskop terdapat tabung panjang yang disebut tabung sinar katode atau
Cathode Ray Tube (CRT). Komponen dari CRT adalah senapan elektron (electron
gun), pelat pembelok, layar pendar, dan tabung kaca pembungkus

7. Apa yang dimaksud dengan senapan elektron? Jelaskan secara singkat!


Jawab:
Senapan elektron merupakan bagian tabung sinar katode yang berfungsi untuk
menghasilkan, mempercepat, memfokuskan, dan membelekokkan sorotan elektron
yang terdiri dari beberapa bagian. Di dalamnya katode berfungsi memancarkan
elektron pada suhu yang sangat tinggi. Pancaran elektron tersebut kemudian diubah
– ubah intesitasnya oleh trode kendali dengan menggunakan variasi besaarnya
tegangan. Di depan elektrode kendali.

8. Apa yang dimaksud dengan pola Lissayous?


Jawab:
Pola Lissayous adalah sebuah penampakan pada layar osiloskop yang mencitrakan
perbedaan atau perbandingan beda fase, frekuensi, dan amplitude dari dua
gelombang inputan pada probe osiloskop.

9. Mengapa terjadi perbedaan pada hasil pengukuran antara osiloskop dan voltmeter?
Jawab:
Perbedaan pengukuran antara voltmeter dengan osiloskop adalah pada voltmeter
pengukuran bisa langsung dilakukan dengan menempelkan probe pada alat
elektronik yang ingin diukur, kita sudah dapat melihat hasilnya display voltmeter,
sedangkan dengan osiloskop, kita harus melakukan kalibrasi terlebih dahulu untuk
mendapatkan hasil pengukuran yang presisi. Selain itu karena osiloskop memiliki
hambatan dalam yang berbeda dengan yang dimiliki voltmeter.

F. DATA PENGAMATAN’
1. Kalibrasi Osiloscope
CH 1: 1 (kotak) x 2(volt) x 1 = 2 Vp-p
CH 2: 1 (kotak) x 2(volt) x 1 = 2 Vp-p

2. Mengukur Tegangan dan Frequensi suatu sumber


Vsumber = 3 volt
Tegangan pada osiloskop

4,6 (kotak) x 2 (volt) x 1 (perbesaran probe) = 9,2 Vp-p


vmaks = 4,6 vp-p
veff = 3,256 volt
1
F=
T
T = 4 (kotak) x 5 (ms) = 20 ms
F = 50 herzt

Vmultimeter (volt)
3,340
3,339
3,337
3,340
3,336
3,335

Vsumber = 6 volt
Tegangan pada osiloskop

1,8 (kotak) x 1 (volt) x 10 (perbesaran probe) = 18 Vp-p


vmaks = 9 vp-p
veff = 6,428 volt
1
F=
T
T = 4 (kotak) x 5 (ms) = 20 ms
F = 50 herzt

Vmultimeter (volt)
6,699
6,708
6,706
6,707
6,699
6,708

3. Pola Lisayous
X:Y=1:2

X:Y=1:3

X:Y=2:1
X:Y=3:1

G. PENGOLAHAN DATA
1. Data Tunggal
Frekuensi
F = 50 Hz
Nst Frekuensi : 0,001 Hertz
1 1
∆f = nst = ×0,001 = 0,0005
2 2
∆f 0.0005
Ksr= ×100 %= × 100 %=0.001 % (4 AP)
f 50
( f ± ∆ f )=( 50,00 ± 0,0005000 ) Hertz

V Sumber
V=3v
1 1
∆v = nst = ×0.2 = 0,1
2 2
∆v 0.1
Ksr= ×100 %= ×100 %=3,33 % (3 AP)
v 3
( v ± ∆ v ) =( 3,00 ±0,100 ) Volt
V=6v
1 1
∆v = nst = ×0.2 = 0,1
2 2
∆v 0.1
Ksr= ×100 %= ×100 %=1,66 % (3 AP)
v 6
( v ± ∆ v ) =( 6,00 ±0.100 ) Volt

Blok Vertikal
Y = 4,6
1 1
∆Y = nst = ×0,2 = 0,1
2 2
∆Y 0.1
Ksr= × 100 %= × 100 %=2,17 % (3 AP)
Y 4,6
( Y ± ∆ Y )=( 4,60 ± 0,100 )

Y = 1,8
1 1
∆Y = nst = ×0,2 = 0,1
2 2
∆Y 0.1
Ksr= × 100 %= ×100 %=5,55 % (3 AP)
Y 1,8
( Y ± ∆ Y )=( 1,80 ± 0,100 )
V Sumber
Vpp = 9,2 v
1 1
∆v = nst = ×0.2 = 0,1
2 2
∆ Vpp 0.1
Ksr= × 100 %= ×100 %=1,08 % (3 AP)
Vpp 9,2
( Vpp ± ∆ Vpp )=( 9,20 ± 0,100 ) Volt

Vpp = 18 v
1 1
∆v = nst = ×0.2 = 0,1
2 2
∆ Vpp 0.1
Ksr= × 100 %= ×100 %=0,55 % (3 AP)
Vpp 18
( Vpp ± ∆ Vpp )=( 18,0 ±0,100 ) Volt
V Maks
V=4v
1 1
∆v = nst = ×0.2 = 0,1
2 2
∆v 0.1
Ksr= ×100 %= ×100 %=2,17 % (3 AP)
v 4
( v ± ∆ v ) =( 4,00 ± 0,100 ) Volt

V=9v
1 1
∆v = nst = ×0.2 = 0,1
2 2
∆v 0.1
Ksr= ×100 %= ×100 %=1,66 % (3 AP)
v 9
( v ± ∆ v ) =( 9,00 ± 0.100 ) Volt

V Efektif
Veff = 3,256 v
1 1
∆ Veff = nst = ×0.2 = 0,1
2 2
∆ Veff 0.1
Ksr= ×100 %= × 100 %=3,07 % (3 AP)
Veff 3,256
( Veff ± ∆ Veff )=( 3,25 ±0,100 ) Volt

Veff = 6,428 v
1 1
∆ Veff = nst = ×0.2 = 0,1
2 2
∆ Veff 0.1
Ksr= ×100 %= × 100 %=1,55 % (3 AP)
Veff 6,428
( Veff ± ∆ Veff )=( 6,42 ±0,100 ) Volt

2. Data Majemuk
Vsumber = 3 volt

Percobaan Ke- Vmultimeter (volt) Vmultimeter2 (volt)


1 3.340 11,1556
2 3.339 11,148921
3 3.337 11,135569
4 3.340 11,1556
5 3.336 11,12896
6 3.335 11,122225
∑ 20,027 66,846811
V=
∑ V = 20,027 =3,3378 volt
n 6


2
1 n ( ∑ V )−( ∑ V )
∆V =
n n−1
2
1 6 ( 66,846811 )−( 20,027 )
¿
6 √ 6−1
1 401,080866−401,080729
¿
6 √ 5
1 0,000137
¿
6 √ 5
=0,000872

∆V
KSR= × 100 %
V
0,000872
¿ ×100 %
3,3378
¿ 0,026(4 AP)

( V ± ∆ V ) volt=( 3,3378 ± 0,000872 ) volt

Vsumber = 6 volt

Percobaan Ke- Vmultimeter (volt) Vmultimeter2 (volt)


1 6,699 44,876601
2 6,708 44,997264
3 6,706 44,970436
4 6,707 44,983849
5 6,699 44,876601
6 6,708 44,997264
∑ 40,227 269,702015

V=
∑ V = 40,0227 =6,7045 volt
n 6


2
1 n ( ∑ V )−( ∑ V )
∆V =
n n−1
2
1 6 ( 269,702015 )−( 40,227 )
¿
6 √ 6−1
1 1618,21209−1618,211529
¿
6 √ 5
1 0,000561
¿
6 √ 5
=0,001765

∆V
KSR= × 100 %
V
0,001765
¿ ×100 %
6,7045
¿ 0,026(4 AP)

( V ± ∆ V ) volt=( 6,7045 ± 0,001765 ) volt

H. PERHITUNGAN DAN ANALISIS


1. Hitung besar tegangan dan frekuensi yang terukur dengan osiloskop dan tegangan
yang terukur dengan voltmeter. Bandingkan!
Saat tegangan 3 volt
Perbesaran probe :1
Jumlah Kotak Vertikal : 4.6
Variabel Volt/div : 2 volt
Periode : 20 ms
Jawab
Vm = 0.5 × Jumlah Kotak Vertikal × volt/div × perbesaran probe
Vm = 0.5 × 4.6 × 2 × 1
Vm = 4.6 volt

Vm
Veff =
√2
4.6
Veff =
√2
Veff = 3.256 volt

1 1
F= =
T 20× 10−3
F = 50 hertz
Saat tegangan 6 volt
Perbesaran probe : 10
Jumlah Kotak Vertikal : 1.8
Variabel Volt/div : 1 volt
Periode : 20 ms
Jawab
Vm = 0.5 × Jumlah Kotak Vertikal × volt/div × perbesaran probe
Vm = 0.5 × 1.8 × 1 × 10
Vm = 9 volt

Vm
Veff =
√2
9
Veff =
√2
Veff = 6.364volt

1 1
F= =
T 20× 10−3
F = 50 hertz

2. Beri komentar pola Lissayous yang anda peroleh berdasarkan referensi lain.
Jawab
Bentuk pola Lissajous yang muncul merupakan gabungan dari dua gelombang
yang dibentuk tegak lurus. Pola dibentuk mengikuti jalur dua gelombang tersebut.
Perbandingan frekuensi sebenarna dapat dicari bila diberikan garis horizontal dan
vertikal yang memotong pola dengan syarat tidak memotong titik-titik pertemuan.
Dengan begitu rasio frekuensi gelombang 1 dan gelombang 2 dapat dicari.

ANALISIS
Pada prakktikum kali ini yaitu Osiloskop, memiliki beberapa tujuam yaitu mengetahui
fungsi osiloskop, memahami prinsip kerja osiloskop, merangcang dan menerangakan
terjadinya pola Lissayous, menghitung frekuensi suatu sumber tegangan dengan
menggunakan pola Lissayous.

Osiloskop atau disebut osiloskop sinar katoda (cathode ray osciloscope, disingkat CRO)
merupakan alat yang digunakan untuk melihat dinamika besaran sebagai fungsi waktu
secara visual. Dengan menggunakan osiloskop ini harga suatu besaran dapat dilihat
setiap saat sepanjang waktu berjalan terus.

Dengan mengukur besarnya pergeseran atau ingsutan bintik terang yang ditimbulkan
oleh berkas elektron yang mengenai layar dari kedudukan normalnya, maka besarnya
signal dari suatu sumber dapat ditentukan. Bintik terang ini sama halnya jarum
penunjuk pada voltmeter. Simpangan/pergeseran bintik terang dibuat ke arah vertikal
sedangkan pergeseran mendatar sebanding dengan laju pertambahan waktu.

Prinsip kerja osiloskop yaitu menggunakan layar katoda. Dalam osiloskop terdapat
tabung panjang yang disebut tabung sinar katode atau Cathode Ray Tube (CRT).
Secara prinsip kerjanya ada dua tipe osiloskop, yakni tipe analog (ART - analog real
time oscilloscope) dan tipe digital (DSO-digital storage osciloscope), masing-masing
memiliki kelebihan dan keterbatasan. Para insinyur, teknisi maupun praktisi yang
bekerja di laboratorium perlu mencermati karakter masing-masing agar dapat memilih
dengan tepat osiloskop mana yang sebaiknya digunakan dalam kasus-kasus tertentu
yang berkaitan dengan rangkaian elektronik yang sedang diperiksa atau diuji
kinerjanya.

Pada percobaan pertama, yaitu membangdingkan tegangan pada osiloskop dam yang
terbaca oleh multimeter.
f osiloskop V voltmeter V osiloskop
50 Hz 3,3378 3,2526
50 Hz 6,7045 6,3639

Berdasarkan tabel diatas, tegangan yang terbaca oleh voltmeter dengan tegangan yang terbaca
oleh osiloskop besarnya berbeda. Hal ini dikarenakan Voltmeter mengukur V efektif dari arus
listrik, dimana besar tegangan yang diukur ini akan menghasilkan daya yang sama besar pada
hambatan yang sama besarnya pula. Sedangkan pada osiloskop, yang dihitung adalah
tegangan Peak-to-Peak, yang merupakan tegangan pada puncak gelombang listrik AC, y ang
didefinisikan sebagai selisih antara Vmax dan Vmin.

Percobaan kedua yaitu menentukan pola lissayous. Pada percobaaan ini digunakan 2
generator dengan frekuensi yang berbeda mengikuti perbandingan 1:2, 1:3, 2:1, dan 3:1. Hasil
dai percobaan ini adalah sebagai berikut:
X:Y=1:2

X:Y=1:3
X:Y=2:1

X:Y=3:1

I. PERTANYAAN AKHIR
1. Gambarkan gelombang listrik sinusoida dengan amplitudo 2 cm dan periode 0.02
sekon pada kertas milimeter

Jawab
2. Mengapa terjadi perbedaan pada hasil pengukuran antara osiloskop dan
voltmeter?
Jawab
Perbedaan pengukuran antara voltmeter dengan osiloskop adalah pada voltmeter
pengukuran bisa langsung dilakukan dengan menempelkan probe pada alat
elektronik yang ingin diukur, kita sudah dapat melihat hasilnya display voltmeter,
sedangkan dengan osiloskop, kita harus melakukan kalibrasi terlebih dahulu untuk
mendapatkan hasil pengukuran yang presisi. Selain itu karena osiloskop memiliki
hambatan dalam yang berbeda dengan yang dimiliki voltmeter. Perbedaan hasil
pengukuran antara osiloskop dan voltmeter juga bisa terletak pada ketelitian alat ukur
tersebut. Ketelitian multimeter digital ditentukan sepenuhnya sistem elektronis yang
digunakan.

J. KESIMPULAN
1. Osiloskop atau disebut osiloskop sinar katoda (cathode ray osciloscope,
disingkat CRO) merupakan alat yang digunakan untuk melihat dinamika
besaran sebagai fungsi waktu secara visual. Dengan menggunakan
osiloskop ini harga suatu besaran dapat dilihat setiap saat sepanjang waktu
berjalan terus.
2. Prinsip kerja osiloskop dengan menggunakan tabung sinar katoda yang terdapat
didalam osiloskop (CRT) berkas electron diarahkan ke berbagai layar untuk
menghasilkan gambar melalui pistol electron dan akan melalui penguat horizontal
dan vertical, dengan mengubah tegangan pada penguat maka berkas electron bisa
diatur posisinya.
3. Pola Lissajous adalah sebuah penampakan pada layar osiloskop yang mencitrakan
perbedaaan atau perbandingan beda fase, frekuensi dan amplitudo dari 2
gelombang inputan pada probe osiloskop. Pola Lissajous terbentuk ketika
tergabungnya periodik gelombang bergerak maju mundur dengan gelombang
periodik bergerak ke atas dan turun. Ini memungkinkan pengguna untuk
mengontrol frekuensi X dan Y bergerak secara independen.
4. Pada percobaan diperoleh osiloskop 1 dengan frekuensi 50 Hz dan Osiloskop 2
dengan frekuensi 50 Hz.

K. DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Mikrajuddin. 2017. Fisika Dasar II. Bandung: Institut Teknologi Bandung.
hlm 483
Bachmid, A., Vecky C. P., Janny O. W.. 2017. “Osiloskop Portable Digital Berbasis
AVR ATmega644”. E-journal Teknik Elektro dan Komputer. Vol. 6 No. 1, hlm. 15-16.

Lastera, I Wayan. 2019.“Peningkatan Kapasitas Rentang Tegangan Uji Osiloskop


Tipe Hm 203-dengan Pemanfaatan Alat Konverter”. Jurnal SPEKTRUM. Vol. 6 No.
3, hlm. 155.

Lastera, I Wayan. 2019. ” PEMANFAATAN RANGKAIAN ADAPTER UNTUK


MENINGKATKAN RENTANG TEGANGAN UJI AC OSILOSKOP PADA
PENGUJIAN AC KONTROLER SATU PHASE DI LABORATORIUM
ELEKTRONIKA DAYA”. Jurnal Teknologi dan Managemen Pengelolaan
Laboratorium. Vol. 2 No. 1, hlm 12.

Lastera, I Wayan dan I Putu Arsikapura. 2020. “PEMBUATAN DAN


PENGGUNAAN ALAT KONVERTER UNIVERSAL OSILOSKOP SEBAGAI
PERALATAN KATAGORI 2 PADA PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DAYA”. Jurnal
SPEKTRUM. Vol. 7 No. 4,hlm. 175.

Ling, Samuel J., Jeff Sanny, dan William Moebs. 2016. University Physics Volume 2.
Houston: Rice University. 296-297

Yani, Achmad. 2016. “Pembuatan Osiloskop Berbasis Personal Komputer


Menggunakan Sound Card”. Journal of Electrical Technology. Vol. 1, No. 1.

Anda mungkin juga menyukai