KELOMPOK 2 :
1. Cucu Sumawi (4311416040)
2. Tirani Dwi Pratiwi (4311416043)
3. Hepi Wulandari (4311416051)
4. Reffy Ika Fitria (4311416061)
5. Muhammad Azmi Aulia (4311416074)
6. Daniar Aulia Safitri (4311416075)
PRINSIP ENTROPI
Introduction
Pembentukan molekul poliatomik, dengan struktur tepat dan pasti, meningkatkan urutan
dan oleh karena itu menurunkan entropi.
Sebuah padatan amorf lebih mungkin daripada padatan kristal,
dan padatan kristal sederhana lebih mungkin daripada padatan
kristal yang lebih kompleks.
Padatan amorf partikel penyusunnya tidak memiliki keteraturan yang sempurna sehingga
entropinya lebih besar dari kristal padat.
Pembentukan zat yang lebih sederhana dari yang lebih kompleks menyebabkan
perubahan entropi yang lebih besar.
Suatu senyawa adisi molekul, atau sebuah koordinasi kompleks,
kurang mungkin daripada komponen terpisah.
Semakin besar massa, semakin rendah frekuensi getaran dan dengan demikian semakin
mungkin keadaan dan semakin tinggi entropi.
Pada suhu umumnya, pengaruh entropi cukup kecil untuk memiliki
pengaruh yang relatif kecil pada arah reaksi kecuali perbedaan dalam
total energi ikatan antara reaktan dan produk relatif kecil.
Meskipun panas reaksi hanya berubah relatif lambat dengan suhu, efek entropi adalah
produk dari entropi dan suhu. Tidak peduli apa reaksi panas, meskipun, jika perubahan
entropi positif dan dikalikan dengan suhu yang cukup besar, produk TΔS akan dikurangi
dari reaksi panas untuk memberikan perubahan energi bebas negatif.
Makna khusus dari prinsip ini adalah bahwa meskipun perubahan entalpi cenderung
menentukan arah reaksi pada suhu biasa, kepentingan relatif dari entropi meningkat
pada suhu yang lebih tinggi sampai menjadi faktor dominan.
Kesimpulan
Derajat ketidakteraturan sebuah sistem atau entropi akan meningkat atau bernilai
besar apabila suatu sistem dalam keadaan :
1. Gas,
2. Monoatomik,
3. Merupakan padatan amorf ,
4. Merupakan komponen terpisah bukan senyawa adisi molekul atau
koordinasi kompleks,
5. Memiliki massa unsur yang besar,
6. Suhu tinggi,
7. Reaksi spontan.