Anda di halaman 1dari 7

PRINSIP REAKSI KIMIA POIN 1-8

Prinsip dasar pertama dan terpenting dalam reaksi kimia antara lain :

(1) Reaksi kimia cenderung terjadi secara spontan ke arah Energi Bebas (ΔG) yang lebih rendah.
Maksudnya ketika energi bebas berubah (ΔG) reaksinya negatif maka energinya akan
dilepaskan.

Berdasarkan prinsip di atas, reaksi kimia cenderung berlanjut secara spontan pada tekanan
konstan. Hal ini dapat berlaku apabila memenuhi salah satu dari kondisi prasyarat berikut ini:

● Jika total Energi Ikatan produk lebih besar daripada reaktan dan nilai total
ketidakteraturan Entropi produk lebih tinggi;
● Jika total Energi Ikatan produk lebih besar daripada reaktan dan nilai total
ketidakteraturan Entropi produk lebih rendah tetapi tidak cukup rendah untuk membuat
TΔS lebih besar dari ΔH;
● Jika total Energi Ikatan produk lebih lemah daripada reaktan tetapi nilai peningkatan
Entropi (makin tidak teratur) lebih dari cukup untuk mengimbangi nilai kalor yang
diserap.

Dari penjelasan diatas, dapat kita simpulkan bahwa nilai pengaruh antara kekuatan Energi
Ikatan dan Entropi adalah saling bertentangan. Hasil akhirnya akan tergantung pada kontribusi
relatif mereka dalam reaksi. Maka dari itu, sekarang faktor-faktor penentu besarnya kontribusi
relatif keduanya dapat dipertimbangkan secara rinci.

Prinsip Entropi

(2) Keadaan fasa gas lebih mungkin daripada keadaan fasa cair. Selanjutnya keadaan fasa cair
lebih mungkin daripada keadaan fasa padat ( Fasa Gas > Fasa Cair > Fasa Padat )

Keadaan diatas dapat terjadi dikarenakan atom atau molekul pada fasa gas lebih
independen satu sama lain dibandingkan dalam fasa cairan atau padat. Akibatnya atom atau
molekul pada fasa gas lebih terdistribusi secara acak. Hal ini menyebabkan ia mengalami
keadaan Entropi (ketidakteraturan) yang lebih tinggi. Sebagai contoh proses peleburan yang
terjadi pada atom atau molekul fasa gas pasti akan menyebabkan peningkatan entropi. Hal ini
berlaku pula pada proses penguapan. Untuk mempermudah pemahaman bersama mari kita
bandingkan peristiwa diatas dengan keadaan atom atau molekul pada fasa cair. Atom atau
molekul dalam fasa cair gerakan molekulnya cukup terbatas tidak seperti pada fasa gas,
akibatnya nilai Entropi proses pencairan pasti relatif kecil dibanding proses-proses lainnya.

Perbedaan nilai Entropi antara fasa cair dan gas harganya jauh lebih besar. Hal ini
sesuai dengan entropi penguapan yang relatif besar. Untuk cairan "normal", cairan di mana
ikatan intermolekuler berlangsung dengan gaya Van der Waals, Entropi penguapan
berlangsung hampir independen dari susunan komposisi atom atau molekul. Kalau
dihitung-hitung nilainya bisa sekitar 22 unit Entropi. Nilai Entropi ini akan jauh lebih besar
jika interaksinya berupa ikatan kovalen polar atau ikatan ionik yang terjadi dalam fasa cair.
Hal ini dapat terjadi disebabkan adanya upaya yang lebih besar dari atom atau molekul tadi
untuk melepaskan ikatannya agar mengalami proses penguapan. Sementara itu pada
kebanyakan unsur kimia, nilai entropi pencairan justru berlangsung hampir konstan, memiliki
nilai. Kalau dihitung-hitung nilainya bisa sekitar 2,3 unit Entropi. Untuk lebih jelasnya
beberapa nilai entropi pada 25°C dari berbagai fasa gas, cair, dan padat diberikan dalam
Tabel 1 dibawah ini.
Menurut prinsip ini, kehadiran fasa gas pada produk yang tidak ditemui pada reaktan
menunjukkan bahwa Entropi produk mungkin lebih besar dari reaktan. Kecenderungan ini
muncul dikarenakan perbedaan Entropi antara keadaan fasa padat dan atau fasa cair
cenderung lebih rendah daripada perbedaan Entropi antara keadaan fasa gas dengan fase
padat atau keadaan fasa gas dengan fasa cair. Dengan demikian perubahan Entropi cenderung
mendukung proses dekomposisi atau interaksi fasa padat atau cair untuk membentuk produk
gas.

(3) Gas monoatomik lebih tidak teratur daripada gas molekul poliatomik, dan akibatnya
cenderung memiliki entropi yang lebih tinggi.

Ketidakteraturan yang lebih besar terjadi pada kondisi gas monoatomik. Pembentukan
molekul poliatomik, dengan struktur tetap dan pasti, akan meningkatkan keteraturan dan hal
tersebut akan menurunkan entropi. Beberapa contoh diberikan pada Tabel 2. Dalam reaksi
gas, perubahan entropi mendukung terjadinya proses disosiasi dari molekul yang lebih besar
menjadi molekul yang lebih kecil atau metatesis (dekomposisi ganda) yang meningkatkan
jumlah mol gas.

(4) Padatan amorf lebih mungkin daripada padatan kristal, dan padatan kristal sederhana lebih
mungkin daripada padatan kristal yang lebih kompleks.
Penjelasan:
● Partikel penyusun padatan amorf tidak memiliki keteraturan yang sempurna sehingga
entropinya lebih besar dari padatan kristal.
● Pembentukan zat sederhana dari zat yang lebih kompleks menyebabkan perubahan
entropi yang besar.
● Senyawa molekul atau kompleks koordinasi, entropinya lebih rendah dibandingkan
dengan komponen yang terpisah
Oleh karena itu, pembentukan zat yang lebih sederhana dari zat yang lebih kompleks lebih
disukai oleh perubahan entropi.

(5) Pembentukan senyawa adisi molekuler atau kompleks koordinasi memiliki kemungkinan
lebih kecil daripada proses pemisahannya
Pembentukan senyawa adisi molekuler atau kompleks koordinasi selalu disertai proses
penurunan entropi yang mengakibatkan peningkatan nilai total energi ikatan. Proses itu
dibutuhkan untuk menyatukan agregat agar stabil.
Dari penjelasan tadi dapat kita ambil kesimpulan :
● Nilai total energi ikatan dengan entropi adalah berbanding terbalik
● Semakin stabil dan teratur jenis molekulnya maka entropinya akan semakin menurun

(6) Senyawa molekul dengan massa atom lebih tinggi atau berupa padatan kristal sederhana
cenderung memiliki entropi yang lebih tinggi.
Beberapa contoh telah diberikan pada Tabel 3 di bawah, dari tabel tadi dapat kita simpulkan
makin besar massa atomnya maka makin rendah frekuensi getaran intrakristal atau
intramolekulnya. Akibatnya nilai entropi yang terbentuk makin besar dan tinggi pula. Efek
massa atom ini lebih mendominasi daripada efek perbedaan struktur awal pembentukan
kristal seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4 atau secara singkatnya dapat kita ambil
kesimpulan bahwa :
● Nilai entropi padatan amorf > padatan kristal sederhana > padatan kristal kompleks
(7) Pada suhu kamar, efek entropi biasanya cukup kecil untuk mempengaruhi arah reaksi kecuali
perbedaan total energi ikatan antara reaktan dan produknya relatif kecil.

Contoh terdapat pada Tabel 5 dengan perbandingan nilai ∆H dan ∆G untuk


pembentukan sejumlah senyawa kimia dalam keadaan standarnya dan pada Tabel 6 untuk
sejumlah reaksi kimia. Berdasarkan fakta ini, Berthelot dan Thomsen kemudian percaya
bahwa kalor suatu reaksi adalah satu-satunya faktor penentu arah reaksi spontan. Tetapi
asumsi ini didasarkan sebelum konsep entropi diakui secara jelas. Satuan entropi adalah
kalori per derajat per mol sementara perubahan entropi yang menyertai reaksi seringkali
hanya beberapa unit entropi padahal faktanya kalor reaksi biasanya lebih dari satu kilokalori
per mol. Jadi kesimpulannya meskipun nilai entropi berlipat ganda sekitar 300°K (pada suhu
kamar) maka nilai produk tidak sama dengan satu kilokalori kecuali entropi lebih dari 3 kkal.
Jika nilai ∆H untuk suatu reaksi relatif besar, katakanlah -10 kkal per mol atau lebih, maka
satu hal yang masuk akal dan dapat kita terima ialah karena efek entropinya cukup kecil
untuk mempengaruhi arah reaksi maka reaksi tersebut bukan termasuk reaksi spontan..

(8) Semua reaksi kimia yang meningkatkan nilai entropi terjadi secara spontan pada suhu yang
cukup tinggi.

Meskipun kalor reaksi berubah relatif terhadap suhu namun efek entropi merupakan hasil
interaksi dari entropi dan suhu tadi. Tidak peduli seberapa nilai kalor reaksi, jika perubahan
entropi positif dan dikalikan dengan besar suhu yang cukup maka nilai produk T∆S akan
dikurangi dengan kalor reaksi untuk mendapatkan nilai perubahan energi bebas negatif
(-ΔG). Ini adalah prinsip yang sangat penting. Saat kita memperhitungkan nilai entropi pada
suhu tinggi maka kita perlu memperhatikan nilai spesi atom atau molekul yang tidak
diketahui pada suhu yang lebih rendah. Alasannya karena kecenderungan spesi tadi akan
membentuk agregat stabil yang lebih kompleks pada suhu lebih rendah. Seperti yang telah
diutarakan pada poin-poin terdahulu, dimana proses dekomposisi suatu senyawa akan
meningkatkan entropi maka dengan demikian reaksi cenderung berlanjut secara spontan pada
suhu yang cukup tinggi.

Kesimpulan dari prinsip ini adalah meskipun perubahan entalpi cenderung menentukan
arah reaksi pada suhu kamar namun nilai peningkatan entropi pada suhu yang lebih tinggi
inilah yang menjadi faktor dominan yang menentukan arah reaksinya.

Anda mungkin juga menyukai