Anda di halaman 1dari 5

Entropi dan Hukum Kedua Termodinamika

Nama : Muhammad Fadli Avianto Erlangga


NIM : 515210042
Entropi adalah salah satu besaran termodinamika yang mengukur energi dalam sistem per
satuan temperatur yang tak dapat digunakan untuk melakukan usaha. Mungkin manifestasi
yang paling umum dari entropi adalah (mengikuti hukum termodinamika), entropi dari
sebuah sistem tertutup selalu naik dan pada kondisi transfer panas, energi panas berpindah
dari komponen yang bersuhu lebih tinggi ke komponen yang bersuhu lebih rendah. Pada
suatu sistem yang panasnya terisolasi, entropi hanya berjalan satu arah (bukan proses
reversibel/bolak-balik). Entropi suatu sistem perlu diukur untuk menentukan bahwa energi
tidak dapat dipakai untuk melakukan usaha pada proses-proses termodinamika. Proses-proses
ini hanya bisa dilakukan oleh energi yang sudah diubah bentuknya, dan ketika energi diubah
menjadi kerja/usaha, maka secara teoretis mempunyai efisiensi maksimum tertentu. Selama
kerja/usaha tersebut, entropi akan terkumpul pada sistem, yang lalu terdisipasi dalam bentuk
panas buangan.

Pada termodinamika klasik, konsep entropi didefinisikan pada hukum kedua termodinamika,
yang menyatakan bahwa entropi dari sistem yang terisolasi selalu bertambah atau tetap
konstan. Maka, entropi juga dapat menjadi ukuran kecenderungan suatu proses, apakah
proses tersebut cenderung akan "terentropikan" atau akan berlangsung ke arah tertentu.
Entropi juga menunjukkan bahwa energi panas selalu mengalir secara spontan dari daerah
yang suhunya lebih tinggi ke daerah yang suhunya lebih rendah.

Entropi termodinamika mempunyai dimensi energi dibagi temperatur, yang mempunyai


Satuan Internasional joule per kelvin (J/K)

Entropi adalah fungsi keadaan, nilainya pada suatu keadaan setimbang dapat dinyatakan
dalam variabel-variabel yang menentukan keadaan sistem. Asas kenaikan entropi dapat
dinyatakan bahwa entropi selalu naik pada tiap proses ireversibel. Karena itu dapat dikatakan
bahwa entropi dari suatu sistem terisolasi sempurna selalu naik tiap proses ireversibel.

Dalam proses adiabatik, d’Q = 0, dan dalam proses adaibatik ireversibel d’Qr = 0. Oleh
karena itu dalam proses adibatik reversibel, ds = 0 atau ini berarti bahwa entropi S tetap.
Proses demikian ini disebut pula sebagai proses insentropik. Jadi:

d’Qr = 0 dan dS = 0

Dalam proses isotermal reversibel, suhu T tetap, sehingga perubahan entropi


Hukum kedua termodinamika berkaitan dengan apakah proses-proses yang dianggap taat azas
dengan hukum pertama, terjadi atau tidak terjadi di alam. Hukum kedua termodinamika
seperti yang diungkapkan oleh Clausius mengatakan, Untuk suatu mesin siklis maka tidak
mungkin untuk menghasilkan efek lain, selain dari menyampaikan kalor secara kontinu dari
sebuah benda ke benda lain pada temperatur yang lebih tinggi"

Bila ditinjau siklus Carnot, yakni siklus hipotesis yang terdiri dari empat proses terbalikkan:
pemuaian isotermal dengan penambahan kalor, pemuaian adiabatik, pemampatan isotermal
dengan pelepasan kalor dan pemampatan adiabatik; jika integral sebuah kuantitas mengitari
setiap lintasan tertutup adalah nol, maka kuantitas tersebut yakni variabel keadaan,
mempunyai sebuah nilai yang hanya merupakan ciri dari keadaan sistem tersebut, tak peduli
bagaimana keadaan tersebut dicapai. Variabel keadaan dalam hal ini adalah entropi.
Perubahan entropi hanya gayut keadaan awal dan keadaan akhir dan tak gayut proses yang
menghubungkan keadaan awal dan keadaan akhir sistem tersebut.

Hukum kedua termodinamika dalam konsep entropi mengatakan, "Sebuah proses alami yang
bermula di dalam satu keadaan kesetimbangan dan berakhir di dalam satu keadaan
kesetimbangan lain akan bergerak di dalam arah yang menyebabkan entropi dari sistem dan
lingkungannya semakin besar".

Jika entropi diasosiasikan dengan kekacauan maka pernyataan hukum kedua termodinamika
di dalam proses-proses alami cenderung bertambah ekivalen dengan menyatakan, kekacauan
dari sistem dan lingkungan cenderung semakin besar.

Di dalam ekspansi bebas, molekul-molekul gas yang menempati keseluruhan ruang kotak
adalah lebih kacau dibandingkan bila molekul-molekul gas tersebut menempati setengah
ruang kotak. Jika dua benda yang memiliki temperatur berbeda T1 dan T2 berinteraksi,
sehingga mencapai temperatur yang serba sama T, maka dapat dikatakan bahwa sistem
tersebut menjadi lebih kacau, dalam arti, pernyataan "semua molekul dalam sistem tersebut
bersesuaian dengan temperatur T adalah lebih lemah bila dibandingkan dengan pernyataan
semua molekul di dalam benda A bersesuaian dengan temperatur T1 dan benda B bersesuaian
dengan temperatur T2".

Di dalam mekanika statistik, hubungan antara entropi dan parameter kekacauan adalah, pers.
(1):

S = k log w
dimana k adalah konstanta Boltzmann, S adalah entropi sistem, w adalah parameter
kekacauan, yakni kemungkinan beradanya sistem tersebut relatif terhadap semua keadaan
yang mungkin ditempati.

Jika ditinjau perubahan entropi suatu gas ideal di dalam ekspansi isotermal, dimana
banyaknya molekul dan temperatur tak berubah sedangkan volumenya semakin besar, maka
kemungkinan sebuah molekul dapat ditemukan dalam suatu daerah bervolume V adalah
sebanding dengan V; yakni semakin besar V maka semakin besar pula peluang untuk
menemukan molekul tersebut di dalam V. Kemungkinan untuk menemukan sebuah molekul
tunggal di dalam V adalah, pers. (2):

W1 = c V

dimana c adalah konstanta. Kemungkinan menemukan N molekul secara serempak di dalam


volume V adalah hasil kali lipat N dari w. Yakni, kemungkinan dari sebuah keadaan yang
terdiri dari N molekul berada di dalam volume V adalah, pers.(3):

w = w1N = (cV)N.

Jika persamaan (3) disubstitusikan ke (1), maka perbedaan entropi gas ideal dalam proses
ekspansi isotermal dimana temperatur dan banyaknya molekul tak berubah, adalah bernilai
positip. Ini berarti entropi gas ideal dalam proses ekspansi isotermal tersebut bertambah
besar.

Definisi statistik mengenai entropi, yakni persamaan (1), menghubungkan gambaran


termodinamika dan gambaran mekanika statistik yang memungkinkan untuk meletakkan
hukum kedua termodinamika pada landasan statistik. Arah dimana proses alami akan terjadi
menuju entropi yang lebih tinggi ditentukan oleh hukum kemungkinan, yakni menuju sebuah
keadaan yang lebih mungkin. Dalam hal ini, keadaan kesetimbangan adalah keadaan dimana
entropi maksimum secara termodinamika dan keadaan yang paling mungkin secara statistik.
Akan tetapi fluktuasi, misal gerak Brown, dapat terjadi di sekitar distribusi kesetimbangan.
Dari sudut pandang ini, tidaklah mutlak bahwa entropi akan semakin besar di dalam tiap-tiap
proses spontan. Entropi kadang-kadang dapat berkurang. Jika cukup lama ditunggu, keadaan
yang paling tidak mungkin sekali pun dapat terjadi: air di dalam kolam tiba-tiba membeku
pada suatu hari musim panas yang panas atau suatu vakum setempat terjadi secara tiba-tiba
dalam suatu ruangan. Hukum kedua termodinamika memperlihatkan arah peristiwa-peristiwa
yang paling mungkin, bukan hanya peristiwa-peristiwa yang mungkin.
Untuk melaksanakan proses semacam ini maka sistem dihubungkan dengan sebuah reservoir
yang suhunya berbeda. Jika arus panas mengalir masuk kedalam sistem, maka Qr positif dan
entropi sistem naik. Jika arus panas keluar dari sistem Qr negatif dan entropi sistem turun.
Contoh proses isotermal reversibel ialah perubahan fase pada tekanan tetap. Arus panas yang
masuk kedalam sistem per satuan massa atau per mol sama dengan panas transformasi 1,
sehingga perubahan entropi jenisnya menjadi :

Jika dalam suatu proses terdapat arus panas antara sistem dengan lingkungannya secara
reversibel, maka pada hakekatnya suhu sistem dan suhu lingkungan adalah sama. Besar arus
panas ini yang masuk kedalam sistem atau yang masuk kedalam lingkungan disetiap titik
adalah sama, tetapi harus diberi tanda yang berlawanan. Karena itu perubahan entropi
lingkungan sama besar tapi berlawanan tanda dengan perubahan entropi sistem dan
jumlahnya menjadi nol. Sebab sistem bersama dengan lingkungannya membentuk dunia,
maka boleh dikatakn bahwa entropi dunia adalah tetap. Hendaknya diingat bahwa pernyataan
ini berlaku untuk proses reversibel saja.
Keadaan akhir proses irreversibel itu dapat dicapai dengan ekspansi reversibel. Dalam
ekspansi semacam ini usaha luar haus dilakukan. Karena tenaga dakhil sistem tetap, maka
harus ada arus panas yang mengalir kedalam sistem yang sama besarnya dengan usaha luar
tersebut. Entropi dalam gas dal proses reversibel ini naik dan kenaikan ini sama dengan
kenaikan dalam proses sebenarnya yang irreversibel, yaitu ekspansi bebas.
Satuan Entropi
Satuan entropi bergantung pada satuan kalor yang digunakan dan temperatur mutlak. Entropi
dinyatakan per satuan massa zat. Kita tahu bahwa:

Perubahan entropi = Kalor yang diberikan atau dilepaskan / Temperatur mutlak

Sehingga jika satuan kalor adalah kcal dan temperatur dalam 0K, maka satuan entropi adalah
kcal/kg/0K. Karena entropi dinyatakan per satuan massa zat, maka adalah benar jika entropi
disebut sebagai entropi spesifik.
Secara teoritis, entropi suatu zat adalah nol pada temperatur nol absolut. Sehingga di dalam
perhitungan entropi, referensi dasar yang mudah harus dipilih sehingga dari referensi ini
pengukuran dilakukan. Perlu dicatat bahwa air pada 00 C diasumsikan mempunyai entropi
nol, dan perubahan entropi dihitung dari temperatur ini

Anda mungkin juga menyukai