Anda di halaman 1dari 24

Termodinamika

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Belum Diperiksa

Sebuah sistem termodinamika

Termodinamika (bahasa Yunani: thermos = 'panas' and dynamic = 'perubahan')


adalah fisikaenergi , panas, kerja, entropi dan kespontanan proses. Termodinamika berhubungan dekat
dengan mekanika statistik di mana banyak hubungan termodinamika berasal.
Pada sistem di mana terjadi proses perubahan wujud atau pertukaran energi, termodinamika klasik tidak
berhubungan dengan kinetika reaksi (kecepatan suatu proses reaksi berlangsung). Karena alasan ini,
penggunaan istilah "termodinamika" biasanya merujuk pada termodinamika setimbang. Dengan hubungan ini,
konsep utama dalam termodinamika adalah proses kuasistatik, yang diidealkan, proses "super pelan". Proses
termodinamika bergantung-waktu dipelajari dalamtermodinamika tak-setimbang.
Karena termodinamika tidak berhubungan dengan konsep waktu, telah diusulkan bahwa termodinamika
setimbang seharusnya dinamakan termostatik.
Hukum termodinamika kebenarannya sangat umum, dan hukum-hukum ini tidak bergantung kepada rincian
dari interaksi atau sistem yang diteliti. Ini berarti mereka dapat diterapkan ke sistem di mana seseorang tidak
tahu apa pun kecual perimbangan transfer energi dan wujud di antara mereka dan lingkungan. Contohnya
termasuk perkiraan Einstein tentang emisi spontan dalam abad ke-20 dan riset sekarang ini
tentang termodinamika benda hitam.
Daftar isi
[sembunyikan]

1 Konsep dasar dalam termodinamika

2 Sistem termodinamika

3 Keadaan termodinamika

4 Hukum-hukum Dasar Termodinamika

5 Lihat pula

6 Pranala luar

[sunting]Konsep

dasar dalam termodinamika

Pengabstrakan dasar atas termodinamika adalah pembagian dunia menjadi sistem dibatasi oleh kenyataan
atau ideal dari batasan. Sistem yang tidak termasuk dalam pertimbangan digolongkan sebagai lingkungan.
Dan pembagian sistem menjadi subsistem masih mungkin terjadi, atau membentuk beberapa sistem menjadi
sistem yang lebih besar. Biasanya sistem dapat diberikan keadaan yang dirinci dengan jelas yang dapat
diuraikan menjadi beberapa parameter !

[sunting]Sistem

termodinamika

Sistem termodinamika adalah bagian dari jagat raya yang diperhitungkan. Sebuah batasan yang nyata atau
imajinasi memisahkan sistem dengan jagat raya, yang disebut lingkungan. Klasifikasi sistem termodinamika
berdasarkan pada sifat batas sistem-lingkungan dan perpindahan materi, kalor dan entropi antara sistem dan
lingkungan.
Ada tiga jenis sistem berdasarkan jenis pertukaran yang terjadi antara sistem dan lingkungan:

sistem terisolasi: tak terjadi pertukaran panas, benda atau kerja dengan lingkungan. Contoh dari sistem
terisolasi adalah wadah terisolasi, seperti tabung gas terisolasi.

sistem tertutup: terjadi pertukaran energi (panas dan kerja) tetapi tidak terjadi pertukaran benda dengan
lingkungan. Rumah hijau adalah contoh dari sistem tertutup di mana terjadi pertukaran panas tetapi tidak
terjadi pertukaran kerja dengan lingkungan. Apakah suatu sistem terjadi pertukaran panas, kerja atau
keduanya biasanya dipertimbangkan sebagai sifat pembatasnya:

pembatas adiabatik: tidak memperbolehkan pertukaran panas.

pembatas rigid: tidak memperbolehkan pertukaran kerja.

sistem terbuka: terjadi pertukaran energi (panas dan kerja) dan benda dengan lingkungannya. Sebuah
pembatas memperbolehkan pertukaran benda disebut permeabel. Samudra merupakan contoh dari sistem
terbuka.

Dalam kenyataan, sebuah sistem tidak dapat terisolasi sepenuhnya dari lingkungan, karena pasti ada terjadi
sedikit pencampuran, meskipun hanya penerimaan sedikit penarikan gravitasi. Dalam analisis sistem terisolasi,
energi yang masuk ke sistem sama dengan energi yang keluar dari sistem.

[sunting]Keadaan

termodinamika

Ketika sistem dalam keadaan seimbang dalam kondisi yang ditentukan, ini disebut dalam keadaan pasti (atau
keadaan sistem).
Untuk keadaan termodinamika tertentu, banyak sifat dari sistem dispesifikasikan. Properti yang tidak
tergantung dengan jalur di mana sistem itu membentuk keadaan tersebut, disebut fungsi keadaan dari sistem.
Bagian selanjutnya dalam seksi ini hanya mempertimbangkan properti, yang merupakan fungsi keadaan.
Jumlah properti minimal yang harus dispesifikasikan untuk menjelaskan keadaan dari sistem tertentu
ditentukan oleh Hukum fase Gibbs. Biasanya seseorang berhadapan dengan properti sistem yang lebih besar,
dari jumlah minimal tersebut.
Pengembangan hubungan antara properti dari keadaan yang berlainan dimungkinkan. Persamaan
keadaan adalah contoh dari hubungan tersebut.

[sunting]Hukum-hukum

Dasar Termodinamika

Terdapat empat Hukum Dasar yang berlaku di dalam sistem termodinamika, yaitu:

Hukum Awal (Zeroth Law) Termodinamika


Hukum ini menyatakan bahwa dua sistem dalam keadaan setimbang dengan sistem ketiga, maka
ketiganya dalam saling setimbang satu dengan lainnya.

Hukum Pertama Termodinamika


Hukum ini terkait dengan kekekalan energi. Hukum ini menyatakan perubahan energi dalam dari suatu
sistem termodinamika tertutup sama dengan total dari jumlah energi kalor yang disuplai ke dalam
sistem dan kerja yang dilakukan terhadap sistem.

Hukum kedua Termodinamika

Hukum kedua termodinamika terkait dengan entropi. Hukum ini menyatakan bahwa total entropi dari
suatu sistem termodinamika terisolasi cenderung untuk meningkat seiring dengan meningkatnya
waktu, mendekati nilai maksimumnya.

Hukum ketiga Termodinamika

Hukum ketiga termodinamika terkait dengan temperatur nol absolut. Hukum ini menyatakan bahwa
pada saat suatu sistem mencapai temperatur nol absolut, semua proses akan berhenti dan entropi
sistem akan mendekati nilai minimum. Hukum ini juga menyatakan bahwa entropi benda berstruktur
kristal sempurna pada temperatur nol absolut bernilai nol.

1. Hukum ini diterapkan pada gas, khususnya gas ideal


PV = n R T
P .V + -V .P = n R T
2. Energi adalah kekal, jika diperhitungkan semua bentuk energi yang timbul.
3. Usaha tidak diperoleh jika tidak diberi energi dari luar.
4. Dalam suatu sistem berlaku persamaan termodinamika I:

Q = U+ W

Q = kalor yang diserap


U = perubanan energi dalam
W = usaha (kerja) luar yang dilakukan
DARI PERSAMAAN TERMODINAMIKA I DAPAT DIJABARKAN:
1. Pada proses isobarik (tekanan tetap) P = 0; sehingga,

W = P . V = P (V2 - V1) P. V = n .R T
Q = n . Cp .T
U-= 3/2 n . R . T

maka Cp = 5/2 R (kalor jenis pada tekanan tetap)

2.
3. Pada proses isokhorik (Volume tetap) V =O; sehingga,
W = 0 Q = U
Q = n . Cv .T
AU = 3/2 n . R .T

maka Cv = 3/2 R (kalor jenis pada volume tetap)

4.
5. Pada proses isotermik (temperatur tetap): T = 0 ;sehingga,
U = 0 Q = W = nRT ln (V2/V1)
6. Pada proses adiabatik (tidak ada pertukaran kalor antara sistem dengan
sekelilingnya) Q = 0 Berlaku hubungan::
PV=konstan = Cp/Cv ,disebut konstanta Laplace
7. Cara lain untuk menghitung usaha adalah menghitung luas daerah di bawah
garis proses.

Gbr. Isobarik

Gbr. Isotermik

Gbr. Adiabatik

8.
Usaha pada proses a b adalah luas abb*a*a
Perhatikan perbedaan grafik isotermik dan adiabatik penurunan adiabatik lebih
curam dan mengikuti persamaan PV= C.
Jadi:
1. jika P > V, maka grafik adiabatik.
2. jika P = V, maka grafik isotermik.
Catatan:
1. Jika sistem menerima panas, maka sistem akan melakukan kerja dan energi akan
naik. Sehingga Q, W (+).
2. Jika sistem menerima kerja, maka sistem akan mengeluarkan panas dan energi
dalam akan turun. Sehingga Q, W (-).

3.

Untuk gas monoatomik (He, Ne, dll), energi dalam (U) gas adalah
U = Ek = 3/2 nRT = 1,67

4. Untuk gas diatomik (H2, N2, dll), energi dalam (U) gas adalah
Suhu rendah
(T 100K)

U =Ek = 3/2 nRT

= 1,67

Suhu sedang

U = Ek =5/2 nRT

= 1,67

Suhu tinggi
(T > 5000K)

U =Ek = 7/2 nRT

= 1,67

Cp-CV=R

Proses Termodinamika
Dalam postingan sebelumnya, gurumuda sudah menjelaskan secara panjang pendek mengenai Kalor
(Q), Kerja (W), Sistem dan Lingkungan. Sebaiknya pelajari terlebih dahulu materi sebelumnya, biar
dirimu nyambung dengan penjelasan gurumuda dalam pembahasan ini
Kalor (Q) merupakan energi yang berpindah dari satu benda ke benda yang lain akibat adanya
perbedaan suhu. Berkaitan dengan sistem dan lingkungan, bisa dikatakan bahwa kalor merupakan
energi yang berpindah dari sistem ke lingkungan atau energi yang berpindah dari lingkungan ke
sistem akibat adanya perbedaan suhu. Jika suhu sistem lebih tinggi dari suhu lingkungan, maka kalor
akan mengalir dari sistem menuju lingkungan. Sebaliknya, jika suhu lingkungan lebih tinggi dari suhu
sistem, maka kalor akan mengalir dari lingkungan menuju sistem.
Jika Kalor (Q) berkaitan dengan perpindahan energi akibat adanya perbedaan suhu, maka Kerja (W)
berkaitan dengan perpindahan energi yang terjadi melalui cara-cara mekanis (mekanis tuh berkaitan
dengan gerak) Misalnya jika sistem melakukan kerja terhadap lingkungan, maka energi dengan
sendirinya akan berpindah dari sistem menuju lingkungan. Sebaliknya jika lingkungan melakukan
kerja terhadap sistem, maka energi akan berpindah dari lingkungan menuju sistem.
Salah satu contoh sederhana berkaitan dengan perpindahan energi antara sistem dan lingkungan
yang melibatkan Kalor dan Kerja adalah proses pembuatan popcorn. Dirimu ngerti popcorn tidak ? biji
jagung yang ada bunganya

Gurumuda kurang ngerti proses pembuatan popcorn secara

mendetail. Btw, garis besarnya seperti ini Biasanya popcorn dimasukkan ke dalam wadah tertutup
(panci atau alat masak lainnya). Selanjutnya, wadah tertutup tersebut dipanasi dengan nyala api
kompor. Adanya tambahan kalor dari nyala api membuat biji popcorn dalam panci kepanasan dan
meletup. Ketika meletup, biasanya biji popcorn berjingkrak-jingkrak dalam panci dan mendorong
penutup panci. Gaya dorong biji popcorn cukup besar sehingga kadang tutup panci bisa berguling ria
Untuk kasus ini, kita bisa menganggap popcorn sebagai sistem, panci sebagai pembatas dan udara
luar, nyala api dkk sebagai lingkungan. Karena terdapat perbedaan suhu, maka kalor mengalir dari
lingkungan (nyala api) menuju sistem (biji popcorn). Adanya tambahan kalor menyebabkan sistem
(biji popcorn) memuai dan meletup sehingga mendorong penutup panci (si biji popcorn tadi
melakukan kerja terhadap lingkungan). Dalam proses ini, keadaan popcorn berubah. Keadaan popcorn
berubah karena suhu, tekanan dan volume popcorn berubah saat memuai dan meletup meletupnya
popcorn hanya merupakan salah satu contoh perubahan keadaan sistem akibat adanya perpindahan
energi antara sistem dan lingkungan. Masih sangat banyak contoh lain, sebagiannya sudah gurumuda
ulas pada bagian pengantar Perubahan keadaan sistem akibat adanya perpindahan energi antara
sistem dan lingkungan yang melibatkan Kalor dan Kerja, disebut sebagai proses termodinamika.
Energi dalam dan Hukum Pertama Termodinamika
Pada postingan sebelumnya, gurumuda sudah menjelaskan secara singkat mengenai energi dalam
(U). Energi dalam sistem merupakan jumlah seluruh energi kinetik molekul sistem, ditambah jumlah
seluruh energi potensial yang timbul akibat adanya interaksi antara molekul sistem. Kita berharap
bahwa jika kalor mengalir dari lingkungan menuju sistem (sistem menerima energi), energi dalam
sistem akan bertambah Sebaliknya, jika sistem melakukan kerja terhadap lingkungan (sistem
melepaskan energi), energi dalam sistem akan berkurang

Dengan demikian, dari kekekalan energi, kita bisa menyimpulkan bahwa perubahan energi dalam
sistem = Kalor yang ditambahkan pada sistem (sistem menerima energi) Kerja yang dilakukan oleh
sistem (sistem melepaskan energi). Secara matematis, bisa ditulis seperti ini :

Keterangan :
delta U = Perubahan energi dalam
Q = Kalor
W = Kerja
Persamaan ini berlaku untuk sistem tertutup (Sistem tertutup merupakan sistem yang hanya
memungkinkan pertukaran energi antara sistem dengan lingkungan). Untuk sistem tertutup yang
terisolasi, tidak ada energi yang masuk atau keluar dari sistem, karenanya, perubahan energi dalam =
0. Persamaan ini juga berlaku untuk sistem terbuka jika kita memperhitungkan perubahan energi
dalam sistem akibat adanya penambahan dan pengurangan jumlah zat (Sistem terbuka merupakan
sistem yang memungkinkan terjadinya pertukaran materi dan energi antara sistem tersebut dengan
lingkungan). Mengenai sistem terbuka dan tertutup telah gurumuda jelaskan pada postingan
sebelumnya
Hukum pertama termodinamika merupakan pernyataan Hukum Kekekalan Energi dan ketepatannya
telah dibuktikan melalui banyak percobaan (seperti percobaan om Jimi Joule). Perlu diketahui bahwa
hukum ini dirumuskan pada abad kesembilan belas, setelah kalor dipahami sebagai energi yang
berpindah akibat adanya perbedaan suhu.
Energi dalam merupakan besaran yang menyatakan keadaan mikroskopis sistem. Besaran yang
menyatakan keadaan mikroskopis sistem (energi dalam) tidak bisa diketahui secara langsung. Yang
kita analisis dalam persamaan Hukum Pertama Termodinamika hanya perubahan energi dalam saja.
Perubahan energi dalam bisa diketahui akibat adanya energi yang ditambahkan pada sistem dan
energi yang dilepaskan sistem dalam bentuk kalor dan kerja. Jika besaran yang menyatakan keadaan
mikroskopis sistem (energi dalam) tidak bisa diketahui secara langsung, maka besaran yang
menyatakan keadaan makroskopis bisa diketahui secara langsung. Besaran yang menyatakan
keadaan makroskopis adalah suhu (T), tekanan (p), volume (V) dan massa (m) atau jumlah mol (n).
Ingat ya, Kalor dan Kerja hanya terlibat dalam proses perpindahan energi antara sistem dan
lingkungan. Kalor dan Kerja bukan merupakan besaran yang menyatakan keadaan sistem.
Aturan tanda untuk Kalor (Q) dan Kerja (W)
Aturan tanda untuk Kalor dan Kerja disesuaikan dengan persamaan Hukum Pertama Termodinamika.
Kalor (Q) dalam persamaan di atas merupakan kalor yang ditambahkan pada sistem (Q positif),
sedangkan Kerja (W) pada persamaan di atas merupakan kerja yang dilakukan oleh sistem (W
positif). Karenanya, jika kalor meninggalkan sistem, maka Q bernilai negatif. Sebaliknya, jika kerja
dilakukan pada sistem, maka W bernilai negatif. Pahami perlahan-lahan.
Contoh soal 1 :

Jika kalor sebanyak 2000 Joule ditambahkan pada sistem, sedangkan sistem melakukan kerja 1000
Joule, berapakah perubahan energi dalam sistem ?
Panduan jawaban :

Sistem mendapat tambahan kalor (sistem menerima energi) sebanyak 2000 Joule. Sistem juga
melakukan kerja (sistem melepaskan energi) 1000 Joule. Dengan demikian, perubahan energi sistem
= 1000 Joule.
Contoh soal 2 :
Jika kalor sebanyak 2000 Joule meninggalkan sistem dan sistem melakukan kerja 1000 Joule,
berapakah perubahan energi dalam sistem ?
Panduan jawaban :
Ingat ya, jika kalor meninggalkan sistem, berarti Q bernilai negatif

Kalor meninggalkan sistem (sistem melepaskan energi) sebanyak


2000 Joule. Sistem juga melakukan kerja (sistem melepaskan energi) sebesar 1000 Joule. Dengan
demikian, energi dalam sistem berkurang sebanyak 3000 J.
Contoh soal 3 :
Jika kalor sebanyak 2000 Joule ditambahkan pada sistem dan kerja 1000 Joule dilakukan pada sistem,
berapakah perubahan energi dalam sistem ?
Panduan jawaban :
Ingat ya, jika kerja dilakukan pada sistem, berarti W bernilai negatif

Sistem mendapat tambahan kalor (sistem menerima energi) sebanyak 2000 Joule dan kerja dilakukan
pada sistem (sistem menerima energi) 1000 Joule. Dengan demikian, energi dalam sistem bertambah
sebanyak = 3000 Joule.
Pahami perlahan-lahan ya. Jangan pake hafal, nanti dirimu cepat lupa
Catatan :
Pertama, kebanyakan sistem yang kita analisis secara teoritis dalam pokok bahasan ini adalah gas.
Kita menggunakan gas, karena keadaan makroskopis gas (suhu, tekanan dan volume) lebih mudah
diketahui. Dalam menganalisis gas, kita tetap menganggap gas sebagai gas ideal. Tujuannya hanya
untuk mempermudah analisis saja. Kita tidak menggunakan gas riil karena pada tekanan yang cukup
besar, biasanya gas riil berperilaku menyimpang. Karenanya analisis kita menjadi lebih sulit

Kedua, jika sistem yang kita analisis adalah gas ideal, maka energi dalam bisa dihitung menggunakan
persamaan yang menyatakan hubungan antara energi dalam gas ideal dengan suhu gas ideal : U =
3/2 nRT (persamaan energi dalam gas ideal monoatomik). Persamaan ini kita turunkan dari teori
kinetik. Penurunannya telah dibahas dalam materi Teori Kinetik Gas.
Sebaiknya pahami terlebih dahulu konsep-konsep dasar yang telah dijelaskan dalam Teori Kinetik
Gas, biar dirimu tidak kebingungan

Download saja ebooknya.

Kerja yang dilakukan sistem selama perubahan volume


Sebelum melangkah lebih jauh, terlebih dahulu kita tinjau kerja yang dilakukan sistem terhadap
lingkungan. Untuk menghitung besarnya kerja (W) yang dilakukan sistem, kita tinjau gas ideal yang
berada dalam sebuah wadah yang ditutup dengan sebuah penghisap/piston. Penghisap bisa
digerakkan naik dan turun. Gambar ini disederhanakan menjad dua dimensi. Anggap saja gambar ini
tiga dimensi. Volume = panjang x lebar x tinggi

Gas ideal diwakili oleh titik-titik yang terletak di dalam wadah. Alas wadah bersentuhan dengan
sebuah benda yang memiliki suhu yang lebih tinggi (miripseperti air dalam panci yang dipanaskan di
atas nyala api). Benda bersuhu tinggi tidak disertakan dalam gambar
pikiran ya

, bayangkan saja dalam

Gas ideal dalam wadah merupakan sistem, sedangkan benda-benda lainnya yang

berada di luar wadah, termasuk benda bersuhu tinggi yang bersentuhan dengan alas wadah,
merupakan lingkungan. Karena suhu lingkungan lebih tinggi dari suhu sistem, maka kalor dengan
sendirinya mengalir dari lingkungan menuju sistem. Adanya sumbangan energi dari lingkungan
menyebabkan energi dalam sistem (gas ideal) bertambah. Energi dalam gas ideal berbanding lurus
dengan suhu (U = 3/2 nRT), karenanya ketika energi dalam gas ideal bertambah, suhu gas ideal juga
meningkat. Peningkatan suhu gas ideal menyebabkan gas ideal memuai dan mendorong piston sejauh
s. Ketika mendorong piston sejauh s, sistem (gas ideal) melakukan kerja terhadap lingkungan (udara
luar).

Pada mulanya tekanan sistem besar (P1) dan volume sistem kecil (V1). Tekanan berbanding terbalik
dengan volume (ingat lagi materi teori kinetik gas). Setelah kalor mengalir dari lingkungan menuju
sistem dan sistem melakukan kerja terhadap lingkungan, volume sistem bertambah (V2) dan tekanan
sistem berkurang (P2).
Besarnya kerja yang dilakukan sistem pada proses di atas adalah :
Kerja (W) = Gaya dorong (F) x perpindahan (s). Karena gaya dorong (F) = tekanan (P) x luas
permukaan (A) piston, maka persamaan Kerja bisa ditulis menjadi :
W = Fs F = PA
W = PAs As = V
W = PV
Perlu diketahui bahwa kerja yang dilakukan sistem terjadi selama perubahan volume. Karenanya,
kerja total yang dilakukan sistem bisa diperoleh dengan mengalikan perubahan tekanan dan
perubahan volume. Secara matematis ditulis seperti ini :
W = (tekanan akhir tekanan awal)(volume akhir volume awal)
W = (P2-P1)(V2-V1)
Catatan :
Pertama, perubahan volume sistem (gas ideal) pada proses di atas bisa diketahui dengan mudah.
Volume awal dan volume akhir sistem bisa diketahui dengan menghitung volume wadah. Dengan
demikian, untuk menghitung besarnya kerja (W) yang dilakukan oleh sistem, kita perlu mengetahui
bagaimana perubahan tekanan selama berlangsungnya proses.
Apabila tekanan (p) sistem berubah secara tidak teratur seiring terjadinya perubahan volume (V),
maka besarnya kerja yang dilakukan sistem bisa dihitung menggunakan kalkulus. Kalau dirimu belum
terbiasa dengan kalkulus, ada alternatif lain yang bisa digunakan. Terlebih dahulu kita gambarkan
grafik yang menyatakan hubungan antara tekanan dan volume. Besarnya kerja yang dilakukan oleh
sistem = luasan yang diarsir di bawah kurva p-V.
Grafik tekanan vs volume untuk perubahan tekanan yang terjadi secara tidak teratur

Mula-mula tekanan sistem = p1 (tekanan besar) dan


volume sistem = V1 (volume kecil). Setelah sistem melakukan kerja terhadap lingkungan, tekanan
sistem berubah menjadi p2 (tekanan kecil) dan volume sistem berubah menjadi V2(volume besar).
Besarnya kerja (W) yang dilakukan sistem = luasan yang diarsir. Bentuk kurva melengkung karena
tekanan sistem (gas ideal) berubah secara tidak teratur selama proses.

Apabila tekanan (p) sistem tidak berubah alias selalu konstan seiring terjadinya perubahan volume
(V), maka besarnya kerja yang dilakukan sistem bisa dihitung dengan mudah. Besarnya kerja yang
dilakukan sistem bisa dihitung menggunakan persamaan atau bisa diketahui melalui luasan yang
diarsir di bawah kurva P-V. Untuk kasus ini, persamaan kerja di atas bisa dimodifikasi seperti ini :
W = (P2-P1)(V2-V1)
Karena tekanan (p) selalu konstan, maka P2 = P1 = P
W = P(V2-V1)
Grafik tekanan vs volume untuk proses di mana tekanan selalu konstan alias tidak berubah :

Mula-mula volume sistem = V1 (volume kecil). Setelah


sistem melakukan kerja terhadap lingkungan, volume sistem berubah menjadi V2 (volume besar).
Tekanan sistem selalu konstan alias tidak berubah. Besarnya kerja (W) yang dilakukan sistem =
luasan yang diarsir.
Kedua, sistem melakukan kerja terhadap lingkungan apabila volume sistem bertambah. Demikian
juga sebaliknya, lingkungan melakukan kerja terhadap sistem apabila volume sistem berkurang. Jika
volume sistem tidak berubah selama proses maka sistem tidak bisa melakukan kerja terhadap
lingkungan dan lingkungan juga tidak bisa melakukan kerja terhadap sistem. Dalam hal ini, kerja (W)
= 0.
Penerapan Hukum Pertama Termodinamika
pada beberapa proses Termodinamika
Sebelumnya kita sudah membahas Hukum Pertama Termodinamika dan menganalisis usaha yang
dilakukan oleh sistem. Kali ini kita mencoba meninjau beberapa penerapan Hukum Pertama
Termodinamika dalam empat proses termodinamika. Keempat proses termodinamika yang dimaksud
adalah prosesisotermal, isokorik, isobarik dan adiabatik. Istilah aneh ini berasal dari bahasa
yunani. Isotermal = suhu yang sama atau suhu selalu konstan, isokorik = volume yang sama atau
volume selalu konstan, isobarik = tekanan yang sama atau tekanan selalu konstan. Jangan pake
hafal
Proses Isotermal (suhu selalu konstan)
Terlebih dahulu kita tinjau penerapan hukum pertama termodinamika pada proses isotermal. Dalam
proses Isotermal, suhu sistem dijaga agar selalu konstan Sistem yang kita analisis secara teoritis
adalah gas ideal. Suhu gas ideal berbanding lurus dengan energi dalam gas ideal (U = 3/2 nRT).

Karena Ttidak berubah maka U juga tidak berubah. Dengan demikian, jika diterapkan pada proses
isotermal, persamaan Hukum pertama termodinamika akan berubah bentuk seperti ini :

Dari hasil ini, kita bisa menyimpulkan bahwa


pada proses isotermal (suhu konstan), kalor (Q) yang ditambahkan pada sistem digunakan sistem
untuk melakukan kerja (W).
Perubahan tekanan dan volume sistem pada proses isotermal digambarkan melalui grafik di bawah :

Mula-mula volume sistem = V1 (volume kecil) dan


tekanan sistem = P1 (tekanan besar). Agar suhu sistem selalu konstan maka setelah kalor
ditambahkan pada sistem, sistem memuai dan melakukan kerja terhadap lingkungan. Setelah sistem
melakukan kerja terhadap lingkungan, volume sistem berubah menjadi V2 (volume sistem bertambah)
dan tekanan sistem berubah menjadi P2 (tekanan sistem berkurang). Bentuk grafik melengkung
karena tekanan sistem tidak berubah secara teratur selama proses. Besarnya kerja yang dilakukan
sistem = luasan yang diarsir.
Proses Adiabatik
Dalam proses adiabatik, tidak ada kalor yang ditambahkan pada sistem atau meninggalkan sistem (Q
= 0). Proses adiabatik bisa terjadi pada sistem tertutup yang terisolasi dengan baik. Untuk sistem
tertutup yang terisolasi dengan baik, biasanya tidak ada kalor yang dengan seenaknya mengalir ke
dalam sistem atau meninggalkan sistem. Proses adiabatik juga bisa terjadi pada sistem tertutup yang
tidak terisolasi. Untuk kasus ini, proses harus dilakukan dengan sangat cepat sehingga kalor tidak
sempat mengalir menuju sistem atau meninggalkan sistem.
Jika diterapkan pada proses adiabatik, persamaan Hukum pertama termodinamika akan berubah
bentuk seperti ini :

Apabila sistem ditekan dengan cepat (kerja dilakukan terhadap sistem), maka kerja bernilai negatif.
Karena W negatif, maka U bernilai positif (energi dalam sistem bertambah). Sebaliknya jika sistem
berekspansi atau memuai dengan cepat (sistem melakukan kerja), maka W bernilai positif. Karena W
positif, maka U bernilai negatif (energi dalam sistem berkurang).
Energi dalam sistem (gas ideal) berbanding lurus dengan suhu (U = 3/2 nRT), karenanya jika energi
dalam sistem bertambah maka sistem juga bertambah. Sebaliknya, jika energi dalam sistem
berkurang maka suhu sistem berkurang.
Perubahan tekanan dan volume sistem pada proses adiabatik digambarkan melalui grafik di bawah :

Kurva adiabatik pada grafik ini (kurva 1-2) lebih curam


daripada kurva isotermal (kurva 1-3). Perbedaan kecuraman ini menunjukkan bahwa untuk kenaikan
volume yang sama, tekanan sistem berkurang lebih banyak pada proses adiabatik dibandingkan
dengan proses isotermal. Tekanan sistem berkurang lebih banyak pada proses adiabatik karena ketika
terjadi pemuaian adiabatik, suhu sistem juga berkurang. Suhu berbanding lurus dengan tekanan,
karenanya apabila suhu sistem berkurang, maka tekanan sistem juga berkurang. Sebaliknya pada
proses isotermal, suhu sistem selalu konstan. Dengan demikian pada proses isotermal suhu tidak ikut
mempengaruhi penurunan tekanan.
Salah satu contoh proses yang mendekati adiabatik terjadi pada mesin pembakaran dalam, misalnya
mesin diesel dan mesin motor yang pakai bensin. Pada mesin diesel, udara dimasukan ke dalam
silinder dan udara yang berada di dalam silinder ditekan dengan cepat menggunakan piston (kerja
dilakukan pada udara). Proses penekanan adiabatik (pengurangan volume sistem) digambarkan
melalui kurva 2-1. Karena ditekan dengan cepat secara adiabatik maka suhu udara naik dengan
cepat. Pada saat yang sama, solar disemprotkan ke dalam silinder lewat injektor dan campuran
terpicu seketika (terjadi proses pembakaran) Pada mesin motor yang pakai bensin, campuran udara
dan bensin dimasukkan ke dalam silinder kemudian ditekan dengan cepat menggunakan piston.
Karena ditekan dengan cepat secara adiabatik maka suhunya naik dengan cepat. Pada saat yang
sama, busi memercikan bunga api sehingga terjadi proses pembakaran. Selengkapnya akan dibahas
pada episode berikutnya
Proses Isokorik (volume selalu konstan)
Dalam proses Isokorik, volume sistem dijaga agar selalu konstan. Karena volume sistem selalu
konstan, maka sistem tidak bisa melakukan kerja pada lingkungan. Demikian juga sebaliknya,
lingkungan tidak bisa melakukan kerja pada sistem.
Jika diterapkan pada proses isokorik, persamaan Hukum pertama termodinamika akan berubah
bentuk seperti ini :

Dari

hasil

ini,

kita

bisa

menyimpulkan bahwa pada proses isokorik (volume konstan), kalor (Q) yang ditambahkan pada
sistem digunakan untuk menaikkan energi dalam sistem.
Perubahan tekanan dan volume sistem pada proses isokorik digambarkan melalui grafik di bawah :

Mula-mula tekanan sistem = p1 (tekanan kecil). Adanya tambahan


kalor pada sistem menyebabkan energi dalam sistem bertambah. Karena energi dalam sistem
bertambah maka suhu sistem (gas ideal) meningkat (U = 3/2 nRT). Suhu berbanding lurus dengan
tekanan. Karenanya, jika suhu sistem meningkat, maka tekanan sistem bertambah (p 2). Karena
volume sistem selalu konstan maka tidak ada kerja yang dilakukan (tidak ada luasan yang diarsir).
Catatan :
Sebelumnya dikatakan bahwa dalam proses isokorik, sistem tidak bisa melakukan kerja terhadap
lingkungan. Demikian juga sebaliknya, lingkungan tidak bisa melakukan kerja terhadap sistem. Hal ini
disebabkan karena pada proses isokorik, volume sistem selalu konstan alias tidak berubah. Btw,
terdapat jenis kerja tertentu yang tidak melibatkan perubahan volume. Jadi walaupun volume sistem
konstan alias tidak berubah, kerja masih bisa dilakukan terhadap sistem. Misalnya terdapat sebuah
kipas + baterai dalam sebuah wadah tertutup. Kipas bisa berputar menggunakan energi yang
disumbangkan baterai. Untuk kasus ini, kipas, baterai dan udara yang berada di dalam wadah
dianggap sebagai sistem. Ketika kipas berputar, kipas melakukan kerja terhadap udara yang ada
dalam wadah. Pada saat yang sama, energi kinetik kipas berubah menjadi energi dalam udara. Energi
listrik pada baterai tentu saja berkurang karena sudah berubah bentuk menjadi energi dalam udara.
Contoh ini hanya mau menunjukkan bahwa pada proses isokorik (volume selalu konstan), kerja masih
bisa dilakukan terhadap sistem (kerja yang tidak melibatkan perubahan volume).
Proses Isobarik (tekanan selalu konstan)
Dalam proses Isobarik, tekanan sistem dijaga agar selalu konstan. Karena yang konstan adalah
tekanan, maka perubahan energi dalam (delta U), kalor (Q) dan kerja (W) pada proses isobarik tidak
ada yang bernilai nol. Dengan demikian, persamaan hukum pertama termodinamika tetap utuh
seperti semula :

Perubahan tekanan dan volume gas pada proses isobarik digambarkan


melalui grafik di bawah :

Mula-mula volume sistem = V1 (volume kecil). Karena tekanan


dijaga agar selalu konstan maka setelah kalor ditambahkan pada sistem, sistem memuai dan
melakukan kerja terhadap lingkungan. Setelah melakukan kerja terhadap lingkungan, volume sistem
berubah menjadi V2 (volume sistem bertambah). Besarnya kerja (W) yang dilakukan sistem = luasan
yang diarsir.
Contoh soal 1 :
Kurva 1-2 pada dua diagram di bawah menunjukkan pemuaian gas(pertambahan volume gas) yang
terjadi secara adiabatik dan isotermal. Pada proses manakah kerja yang dilakukan oleh gas lebih kecil
?

Guampang sekali kali

Kerja yang

dilakukan gas pada proses adiabatik lebih kecil daripada kerja yang dilakukan gas pada proses
isotermal. Luasan yang diarsir = kerja yang dilakukan gas selama proses pemuaian (pertambahan
volume gas). Luasan yang diarsir pada proses adiabatik lebih sedikit dibandingkan dengan luasan
yang diarsir pada proses isotermal.
Contoh soal 2 :
Serangkaian proses termodinamika ditunjukkan pada diagram di bawah kurva a-b dan d-c = proses
isokorik (volume konstan). Kurva b-c dan a-d = proses isobarik (tekanan konstan). Pada proses a-b,
Kalor (Q) sebanyak 600 Joule ditambahkan ke sistem. Pada proses b-c, Kalor (Q) sebanyak 800 Joule
ditambahkan ke sistem. Tentukan :

a) Perubahan energi dalam pada proses a-b


b) Perubahan energi dalam pada proses a-b-c
c) Kalor total yang ditambahkan pada proses a-d-c

P1 = 2 x 105 Pa = 2 x 105 N/m2


5

P2 = 4 x 10 Pa = 4 x 10 N/m

V1 = 2 liter = 2 dm3 = 2 x 10-3 m3


V2 = 4 liter = 2 dm3 = 4 x 10-3 m3
Panduan jawaban :
Sambil lihat diagram ya
a) Perubahan energi dalam pada proses a-b
Pada proses a-b, kalor sebanyak 600 J ditambahkan ke sistem. Proses a-b = proses isokorik (volume
konstan). Pada proses isokorik, penambahan kalor pada sistem hanya menaikkan energi dalam
sistem. Dengan demikian, perubahan energi dalam sistem setelah menerima sumbangan kalor :

b) Perubahan energi dalam pada proses a-b-c


Proses a-b = proses isokorik (volume konstan). Pada proses a-b, kalor sebanyak 600 J ditambahkan
ke sistem. Karena volume konstan maka tidak ada kerja yang dilakukan oleh sistem.
Proses b-c = proses isobarik (tekanan konstan). Pada proses b-c, kalor (Q) sebanyak 800 Joule
ditambahkan ke sistem. Pada proses isobarik, sistem bisa melakukan kerja. Besarnya kerja yang
dilakukan sistem pada proses b-c (proses isobarik) adalah :
W = P(V2-V1) tekanan konstan
W = P2 (V2-V1)
W = 4 x 105 N/m2 (4 x 10-3 m3 - 2 x 10-3 m3)
W = 4 x 105 N/m2 (2 x 10-3 m3)
W = 8 x 102 Joule
W = 800 Joule
Kalor total yang ditambahkan ke sistem pada proses a-b-c adalah :
Q total = Qab + Qbc
Q total = 600 J + 800 J
Q total = 1400 Joule

Kerja total yang dilakukan oleh sistem pada proses a-b-c adalah :
W total = Wab + Wbc
W total = 0 + Wbc
W total = 0 + 800 Joule
W total = 800 Joule
Perubahan energi dalam sistem pada proses a-b-c adalah :

Perubahan energi dalam pada proses a-b-c = 600 J


c) Kalor total yang ditambahkan pada proses a-d-c
Kalor total yang ditambahkan pada sistem bisa diketahui melalui persamaan di bawah :

Kalor total yang ditambahkan pada proses a-d-c = perubahan energi dalam
pada proses a-d-c + kerja total yang dilakukan pada proses a-d-c
Sebelum melanjutkan acara pengoprekan, baca terlebih dahulu pesan-pesan berikut ini
Kalor dan kerja terlibat dalam perpindahan energi antara sistem dengan lingkungan, sedangkan
perubahan energi dalam merupakan korban

dari adanya perpindahan energi antara sistem dan

lingkungan. Karenanya perubahan energi dalam tidak bergantung pada proses perpindahan energi.
Sebaliknya, kalor dan kerja sangat bergantung pada proses. Pada proses isokorik (volume sistem
konstan), perpindahan energi hanya dalam bentuk kalor saja, sedangkan kerja tidak. Pada proses
isobarik (tekanan konstan), perpindahan energi melibatkan kalor dan kerja
Walaupun tidak bergantung pada proses, perubahan energi dalam bergantung pada keadaan awal dan
keadaan akhir sistem. Apabila keadaan awal dan keadaan akhir sama maka perubahan energi dalam
juga selalu sama, walaupun proses yang ditempuh berbeda-beda. Keadaan awal dan keadaan akhir
untuk proses a-b-c pada grafik di atas = keadaan awal dan keadaan akhir proses a-d-c. Sambil lihat
grafik ya Dengan demikian, perubahan energi dalam pada proses a-d-c = 600 J
Perubahan energi dalam sudah beres. Sekarang giliran kerja yang dilakukan sistem
Kerja (W) total yang dilakukan pada proses a-d-c = W pada proses a-d + W pada proses d-c
Proses a-d merupakan proses isobarik (tekanan konstan), sedangkan proses d-c merupakan proses
isokorik (volume konstan). Karena volume konstan maka tidak ada kerja yang dilakukan pada proses
d-c. Terlebih dahulu kita hitung kerja yang dilakukan pada proses a-d. Sambil lihat grafik ya, biar
dirimu tidak pake bingung.
Wad = P(V2-V1) tekanan konstan
Wad = P1 (V2-V1)
Wad = 2 x 105 N/m2 (4 x 10-3 m3 - 2 x 10-3 m3)
Wad = 2 x 105 N/m2 (2 x 10-3 m3)
Wad = 4 x 102 Joule
Wad = 400 Joule
W total = W pada proses a-d + W pada proses d-c

W total = 400 Joule + 0


W total = 400 Joule
Dengan demikian, banyaknya kalor yang ditambahkan pada proses a-d-c adalah :

Contoh soal 3 :
1 liter air berubah menjadi 1671 liter uap ketika dididihkan pada tekanan 1 atm. Tentukan perubahan
energi dalam dan besarnya kerja yang dilakukan air ketika menguap (Kalor penguapan air = L V =
22,6 x 105 J/Kg)
Panduan jawaban :
Massa jenis air = 1000 Kg/m3
LV = 22,6 x 105 J/Kg
P = 1 atm = 1,013 x 105 Pa = 1,013 x 105 N/m2
V1 = 1 liter = 1 dm3 = 1 x 10-3 m3 (Volume air)
V2 = 1671 liter = 1671 dm3 = 1671 x 10-3 m3 (Volume uap)
a) Perubahan energi dalam
Perubahan energi dalam = Kalor yang ditambahkan pada air Kerja yang dilakukan air ketika
menguap.
Terlebih dahulu kita hitung Kalor (Q) yang ditambahkan pada air
Q = mLV
Massa (m) air berapa ?
Massa jenis air = massa air / volume air
Massa air (m) = (massa jenis air)(volume air)
Massa air (m) = (1000 Kg/m3)(1 x 10-3 m3)
Massa air (m) = (1000 Kg/m3)(0,001 m3)
Massa air (m) = 1 Kg
Q = (1 Kg)(22,6 x 105 J/Kg)
Q = 22,6 x 105 J
Sekarang kita hitung Kerja (W) yang dilakukan oleh air ketika menguap. Ingat ya, pendidihan air
terjadi pada tekanan tetap (proses isobarik).
W = p (V2 V1)
W = 1,013 x 105 N/m2 (1671 x 10-3 m3 1 x 10-3 m3)
W = 1,013 x 105 N/m2 (1670 x 10-3 m3)
W = 1691,71 x 102 Joule
W = 1,7 x 105 Joule
Perubahan energi dalam air :

21 x 105 J kalor yang ditambahkan pada air digunakan untuk


menaikkan energi dalam (mengatasi gaya tarik antara molekul yang menjaga agar air tetap cair).
Dengan kata lain, 21 x 105 J digunakan untuk mengubah air menjadi uap. Ketika air suah menjadi
uap, 1,7 x 105 J yang tersisa dipakai untuk melakukan kerja
Hukum Pertama Termodinamika pada manusia
Kita bisa menerapkan hukum pertama termodinamika pada manusia :

Agar bisa bertahan hidup, setiap makhluk hidup, baik manusia, hewan atau tumbuhan tentu saja
membutuhkan energi. Kita tidak bisa belajar, jalan-jalan atau pacaran

kalau tubuh kita lemas

tak berdaya karena kekurangan energi. Biasanya tubuh memperoleh energi dari makanan. Ketika
menyantap makanan, kita membawa energi potensial kimia yang terkandung dalam makanan ke
dalam tubuh. Adanya tambahan energi dari makanan menyebabkan energi potensial kimia dalam
tubuh kita bertambah (delta U bertambah)
Selanjutnya energi tersebut dipakai untuk melakukan Kerja (W). Banyak sekali bentuk kerja yang kita
lakukan Pacaran, jalan-jalan, berlari mengejar tikus

dkk. Energi yang kita peroleh dari

makanan juga digunakan tubuh untuk menghasilkan sel-sel yang baru, menggantikan sel-sel lama
yang rusak Adanya sel-sel yang baru membuat dirimu bisa bertambah panjang

, gendut.

Piss
Selain dipakai untuk melakukan kerja, sebagian energi dibuang ke luar tubuh (udara dan sekitarnya)
dalam bentuk kalor alias panas. Setiap proses metabolisme dalam tubuh biasanya menghasilkan kalor
atau panas. Demikian juga ketika dirimu dan diriku melakukan kerja, tubuh pun terasa panas Panas
alias kalor tersebut dibuang melalui keringat (melalui poses penguapan) dkk
Setelah melakukan kerja dan membuang-buang kalor ke luar tubuh, dirimu dan diriku pun merasa
lapar lagi. Ketika merasa lapar, tubuh memberi tahu kita bahwa stok energi dalam berkurang. Segera
ditambahkan secepatnya Makanan dan minuman pun langsung disikat energi dalam tubuh
bertambah lagi. Pacaran pun jalan terus, belajarnya nanti saja, biar dapat nilai merah terus

USAHA alias KERJA (W)


Sejauh ini kita sudah berkenalan dengan dua jenis gerakan, yakni gerak translasi (gerak lurus, gerak
parabola dkk) dan gerak rotasi. Dengan demikian, kita bisa mengelompokkan kerja menjadi dua
bagian, yakni kerja dalam gerak translasi dan kerja dalam gerak rotasi.
Kerja dalam gerak translasi
Dalam gerak translasi, kerja didefinisikan sebagai hasil kali antara perpindahan dengan komponen
gaya yang searah dengan perpindahan. Secara matematis bisa ditulis seperti ini :

Keterangan :
W = Usaha alias kerja
F = gaya
s = perpindahan = perpindahan linear
Apabila benda yang dikenai gaya tidak mengalami perpindahan (s = 0), maka usaha alias kerja = 0.
Demikian juga, apabila arah gaya tegak lurus arah perpindahan (teta = 90 o. Cos 90o = 0), maka
usaha alias kerja = 0.
Usaha hanya memiliki besar dan tidak mempunyai arah, karenanya termasuk besaran skalar.
Walaupun gaya dan perpindahan termasuk besaran vektor tetapi usaha merupakan besaran skalar
karena diperoleh dari perkalian skalar. Pelajari lagi materi vektor dan skalar kalau dirimu bingung
Kerja dalam gerak rotasi
Dalam gerak rotasi, kerja didefinisikan sebagai hasil kali antara torsi dengan perpindahan sudut.
Secara matematis bisa ditulis seperti ini :

Satuan Sistem Internasional (SI) untuk usaha alias kerja adalah newton meter (Nm). Satuan newton
meter dikenal dengan julukan Joule ( 1 Joule = 1 N.m).
Hubungan antara usaha dengan energi
Usaha alias kerja berkaitan erat dengan energi. Untuk memahami hal ini, gurumuda menggunakan
contoh saja Misalnya dirimu mendorong sepeda motor yang lagi mogok Sepeda motor bisa
bergerak sejauh jarak tertentu (s) akibat adanya gaya dorong (F). Dalam hal ini, sepeda motor bisa
bergerak karena dirimu melakukan usaha alias kerja pada sepeda motor tersebut. Ingat : Usaha alias
kerja = W = Gaya dorong (F) x Perpindahan (s). Nah, ketika mendorong sepeda motor, dirimu
kelelahan alias cape juga khan ? Hal itu disebabkan karena energi potensial kimia dalam tubuhmu
berkurang. Sebagian energi potensial kimia dalam tubuhmu dipindahkan ke sepeda motor tersebut.

Ketika bergerak, sepeda motor juga punya energi (energi kinetik = EK = mv2. m = massa motor, v
= kecepatan motor). Kita bisa mengatakan bahwa ketika dirimu melakukan usaha alias kerja pada
motor, energi dalam tubuhmu dipindahkan pada sepeda motor.
Berdasarkan uraian singkat ini, bisa disimpulkan bahwa usaha alias kerja merupakan proses
perpindahan energi melalui cara-cara mekanis (mekanis berhubungan dengan gerak menggerak
)
SUHU (T)
Konsep suhu alias temperatur sebenarnya berawal dari rasa panas dan dingin yang dialami oleh
indera peraba kita. Berdasarkan apa yang dirasakan oleh indera peraba, kita bisa mengatakan suatu
benda lebih panas dari benda yang lain. Atau suatu benda lebih dingin dari benda lain. Ukuran panas
atau dinginnya suatu benda ini dikenal dengan julukan suhu alias temperatur. Benda yang terasa
panas biasanya memiliki suhu yang lebih tinggi. Sebaliknya, benda yang terasa dingin memiliki suhu
yang lebih rendah. Semakin dingin suatu benda, semakin rendah suhunya. Sebaliknya, semakin panas
suatu benda, semakin tinggi suhunya. Btw, ukuran panas atau dinginnya suatu benda yang hanya
didasarkan pada sentuhan (indera peraba) ini sebenarnya tidak terlalu jelas. Panas yang dirasakan
oleh setiap orang bisa saja berbeda. Demikian juga, walaupun menyentuh benda yang sama, panas
yang dirasakan oleh bagian tubuh yang berbeda bisa saja berbeda.
Dalam pokok bahasan teori kinetik gas kita sudah mendefinisikan kembali makna suhu. Berdasarkan
sudut pandang mikroskopis, suhu sebenarnya merupakan ukuran dari energi kinetik translasi rata-rata
molekul.
Satuan Sistem Internasional untuk suhu adalah Kelvin (K).
KALOR alias PANAS (Q)
Apabila benda2 yang memiliki perbedaan suhu saling bersentuhan, akan ada aliran kalor dari benda
yang bersuhu tinggi menuju benda yang bersuhu rendah. Aliran kalor akan terhenti setelah kedua
benda yang bersentuhan mencapai suhu yang sama. Misalnya kalau kita mencampur air panas dengan
air dingin, biasanya kalor mengalir dari air panas menuju air dingin. Kalor berhenti mengalir jika
campuran air panas dan air dingin telah berubah menjadi air hangat. Biasanya kalor mengalir dengan
sendirinya dari benda yang bersuhu tinggi menuju benda yang bersuhu rendah. Aliran kalor
cenderung menyamakan suhu benda yang bersentuhan.
Pada abad ke-18, para ilmuwan berpikir bahwa aliran kalor merupakan gerakan suatu fluida, suatu
jenis fluida yang tidak kelihatan (fluida tuh zat yang dapat mengalir. Yang termasuk fluida adalah zat
cair dan zat gas. Misalnya air air khan bisa mengalir. Atau udara Udara juga bisa mengalir). Fluida
tersebut dinamakan Caloric. Teori mengenai Caloric ini akhirnya tidak digunakan lagi karena
berdasarkan hasil percobaan, keberadaan si caloric ini tidak bisa dibuktikan.
Pada abad ke-19, seorang pembuat minuman dari Inggris yang bernama James Prescott Joule (18181889) mempelajari cara bagaimana agar air yang ada di dalam sebuah wadah bisa dipanaskan
menggunakan roda pengaduk. Berikut ini kilasan singkat percobaan yang dilakukan oleh om Jimi.

Tataplah gambar di atas dengan penuh kelembutan. Pengaduk menempel dengan sumbu putar.
Sumbu putar dihubungkan dengan beban menggunakan tali. Ketika beban jatuh, tali akan memutar
sumbu sehingga pengaduk ikut2an berputar. Jika jumlah lilitan tali sedikit dan jarak jatuhnya beban
kecil, maka kenaikan suhu air juga sedikit. Sebaliknya, jika lilitan tali diperbanyak dan benda jatuh
lebih jauh, maka kenaikan suhu air juga lebih besar.
Ketika pengaduk berputar, pengaduk melakukan usaha alias kerja pada air. Besarnya kerja alias
usaha yang dilakukan oleh pengaduk pada air sebanding dengan besarnya kerja alias usaha yang
dilakukan oleh gaya gravitasi terhadap beban hingga beban jatuh sejauh h. Ingat rumus usaha alias
kerja : Usaha (W) = Gaya (F) x perpindahan (s) = Gaya berat beban (w) x perpindahan beban (h) =
massa beban (m) x percepatan gravitasi (g) x ketinggian (h). Ketika melakukan kerja terhadap air,
pengaduk menambahkan energi pada air (ingat konsep usaha dan energi). Karenanya kita bisa
mengatakan bahwa kenaikan suhu air disebabkan oleh energi yang dipindahkan dari pengaduk
menuju air. Semakin besar kerja yang dilakukan, semakin banyak energi yang dipindahkan. Semakin
banyak energi yang dipindahkan, semakin besar kenaikan suhu air (air semakin panas).
Berdasarkan hasil percobaannya, om Jimi Joule membuat perbandingan. Ketika ibu kesayangan
hendak memanaskan air di dapur, wadah yang berisi air disentuhkan dengan nyala api yang
menyembur dari kompor. Ketika nyala api dan wadah yang berisi air bersentuhan, kalor mengalir dari
api (suhu tinggi) menuju air (suhu rendah). Oya, aliran kalor mampir sebentar di wadah. Karena ada
aliran kalor dari api menuju air, maka air yang pada mulanya kedinginan menjadi kepanasan (suhu air
meningkat).
Setelah membuat perbandingan antara meningkatnya suhu air karena bersentuhan dengan api dan
meningkatnya suhu air akibat adanya kerja yang dilakukan oleh pengaduk, om Jimi menyimpulkan
bahwa kalor sebenarnya merupakan energi yang berpindah. Ingat ya, kalor bukan energi (kalor
bukan suatu jenis energi tertentu). Jadi ketika kalor mengalir dari benda yang bersuhu tinggi
menuju benda yang bersuhu rendah, sebenarnya energi-lah yang berpindah dari benda yang bersuhu
tinggi menuju benda yang bersuhu rendah. Proses perpindahan energi akan terhenti ketika bendabenda yang bersentuhan mencapai suhu yang sama. Berdasarkan penjelasan yang panjang pendek
dan bertele2 di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa kalor merupakan energi yang berpindah dari satu
benda ke benda yang lain akibat adanya perbedaan suhu.

Satuan kalor adalah kalori (disingkat kal). Satuan kalor yang sering digunakan, terutama untuk
menyatakan nilai energi makanan adalah kilokalori (kkal). 1 kkal = 1000 kalori. 1 kkal = 1 Kalori
(huruf K besar). Btw, kalori bukan satuan Sistem Internasional. Satuan Sistem Internasional untuk
kalor adalah Joule (J).
Berdasarkan penjelasan di atas, tampak bahwa kalor (Q) memiliki kemiripan dengan usaha alias kerja
(W). Kalor bisa diartikan sebagai perpindahan energi yang disebabkan oleh adanya perbedaan suhu,
sedangkan usaha alias kerja bisa diartikan sebagai perpindahan energi melalui cara-cara mekanis
(mekanis tuh berkaitan dengan gerak)
SISTEM dan LINGKUNGAN
Dalam termodinamika, kita selalu menganalisis proses perpindahan energi dengan mengacu pada
suatu sistem. Sistem adalah sebuah benda atau sekumpulan benda yang hendak diteliti Bendabenda lainnya di alam semesta dinamakan lingkungan Biasanya sistem dipisahkan dengan
lingkungan

menggunakan

penyekat/pembatas/pemisah.

Untuk

memudahkan

pemahamanmu,

gurumuda menggunakan ilustrasi saja tataplah gambar di bawah dengan penuh kelembutan

Misalnya kita hendak menyelidiki air yang berada di dalam termos. Air yang ada di dalam termos
merupakan sistem, sedangkan udara dan benda-benda lainnya yang berada diluar termos merupakan
lingkungan dinding termos, baik dinding kaca pada bagian dalam termos maupun dinding plastik
pada bagian luar termos berfungsi sebagai penyekat alias pemisah
Terdapat beberapa jenis sistem, yakni sistem terbuka dan sistem tertutup. Sistem terbuka
merupakan sistem yang memungkinkan terjadinya pertukaran materi dan energi antara sistem
tersebut dengan lingkungan Contoh sistem terbuka adalah tumbuh-tumbuhan, hewan dkk
Tumbuh-tumbuhan biasanya menyerap air dan karbondioksida dari lingkungan (terjadi pertukaran
materi). Tumbuhan juga membutuhkan kalor yang dipancarkan matahari (terjadi pertukaran energi).
Dirimu dan diriku juga termasuk sistem terbuka Masih banyak contoh lain
Sebaliknya, sistem tertutup merupakan sistem yang tidak memungkinkan terjadinya pertukaran
materi antara sistem tersebut dengan lingkungan. Sistem tertutup dikatakan terisolasi jika tidak
adanya kemungkinan terjadi pertukaran energi antara sistem dengan lingkungan. Sistem tertutup
dikatakan tidak terisolasi jika bisa terjadi pertukaran energi antara sistem dengan lingkungan
Contoh sistem tertutup yang terisolasi adalah termos air panas. Dinding bagian dalam dari termos air
panas biasanya terbuat dari bahan isolator (untuk kasus ini, isolator = bahan yang tidak
menghantarkan panas). Btw, dalam kenyataannya memang banyak sistem terisolasi buatan yang
tidak sangat ideal. Minimal ada energi yang berpindah keluar, tapi jumlahnya sangat kecil.
ENERGI DALAM (U)

Energi dalam merupakan salah satu konsep paling penting dalam termodinamika. Kita bisa
mendefinisikan energi dalam dengan mengacu pada teori kinetik. Teori kinetik mengatakan bahwa
setiap zat terdiri dari atom atau molekul, di mana atom atau molekul tersebut bergerak terus menerus
secara sembarangan Ketika bergerak, atom atau molekul pasti punya kecepatan. Atom atau molekul
juga punya massa. Karena punya massa (m) dan kecepatan (v), maka tentu saja atom atau molekul
mempunyai energi kinetik (EK). Kita bisa mengatakan bahwa energi dalam merupakan jumlah seluruh
energi kinetik atom atau molekul, ditambah jumlah seluruh energi potensial yang timbul akibat
adanya interaksi antara atom atau molekul

Anda mungkin juga menyukai