Anda di halaman 1dari 55

TERMODINAMIKA

(bahasa Yunani: thermos = 'panas' and dynamic = 'perubahan') adalah fisikaenergi ,


panas, kerja, entropi dan kespontanan proses. Termodinamika berhubungan dekat dengan
mekanika statistik di mana hubungan termodinamika berasal.

Pada sistem di mana terjadi proses perubahan wujud atau pertukaran energi,
termodinamika klasik tidak berhubungan dengan kinetika reaksi (kecepatan suatu proses
reaksi berlangsung). Karena alasan ini, penggunaan istilah "termodinamika" biasanya
merujuk pada termodinamika setimbang. Dengan hubungan ini, konsep utama dalam
termodinamika adalah proses kuasistatik, yang diidealkan, proses "super pelan". Proses
termodinamika bergantung-waktu dipelajari dalam termodinamika tak-setimbang. Karena
termodinamika tidak berhubungan dengan konsep waktu, telah diusulkan bahwa
termodinamika setimbang seharusnya dinamakan termostatik.

Hukum termodinamika kebenarannya sangat umum, dan hukum-hukum ini tidak


bergantung kepada rincian dari interaksi atau sistem yang diteliti. Ini berarti mereka dapat
diterapkan ke sistem di mana seseorang tidak tahu apa pun kecuali perimbangan transfer
energi dan wujud di antara mereka dan lingkungan. Contohnya termasuk perkiraan
Einstein tentang emisi spontan dalam abad ke-20 dan riset sekarang ini tentang
termodinamika benda hitam.

Menurut Arief MS Termodinamika adalah suatu konsep mekanika perpindahan


Energi. Seperti panas, di ma;pna konsep perpindahan panas adalah panas secara spontan
akan berpindah dari temperatur tinggi ke temperatur rendah

Sistem Termodinamika
Dalam termodinamika dikenal istilah sistem dan lingkungan. Sistem adalah benda
atau sekumpulan apa saja yang akan diteliti atau diamati dan menjadi pusat perhatian.
Sedangkan lingkungan adalah benda-benda yang berada diluar dari sistem tersebut. Sistem
bersama dengan lingkungannya disebut dengan semesta atau universal. Batas adalah
perantara dari sistem dan lingkungan. Contohnya adalah pada saat mengamati sebuah

1
bejana yang berisi gas, yang dimaksud dengan sistem dari peninjauan itu adalah gas
tersebut sedangkan lingkungannya adalah bejana itu sendiri.

 Jenis-jenis sistem

Klasifikasi sistem termodinamika berdasarkan sifat dari batasan dan arus benda, energi
dan materi yang melaluinya. Ada tiga jenis sistem berdasarkan jenis pertukaran yang
terjadi antara sistem dan lingkungannya, yaitu :
1) Sistem terbuka

Sistem yang mengakibatkan terjadinya pertukaran energi (panas dan kerja) dan
benda (materi) dengan lingkungannya. Sistem terbuka ini meliputi peralatan yang
melibatkan adanya aliran massa kedalam atau keluar sistem seperti pada kompresor,
turbin, nozel dan motor bakar. Sistem mesin motor bakar adalah ruang didalam silinder
mesin, dimana campuran bahan bahan bakar dan udara masuk kedalam silinder, dan gas
buang keluar sistem. Pada sistem terbuka ini, baik massa maupun energi dapat melintasi
batas sistem yang bersifat permeabel. Dengan demikian, pada sistem ini volume dari
sistem tidak berubah sehingga disebut juga dengan control volume. Perjanjian yang kita
gunakan untuk menganalisis sistem adalah

§ Untuk panas (Q) bernilai positif bila diberikan kepada sistem dan bernilai negatif bila
keluar dari sistem

§ Untuk usaha (W) bernilai positif apabila keluar dari sistem dan bernilai negatif bila
diberikan (masuk) kedalam sistem.

2) Sistem tertutup

Sistem yang mengakibatkan terjadinya pertukaran energi (panas dan kerja) tetapi
tidak terjadi pertukaran zat dengan lingkungan. Sistem tertutup terdiri atas suatu jumlah
massa yang tertentu dimana massa ini tidak dapat melintasi lapis batas sistem. Tetapi,
energi baik dalam bentuk panas (heat) maupun usaha (work) dapat melintasi lapis batas
sistem tersebut. Dalam sistem tertutup, meskipun massa tidak dapat berubah selama proses
berlangsung, namun volume dapat saja berubah disebabkan adanya lapis batas yang dapat
bergerak (moving boundary) pada salah satu bagian dari lapis batas sistem tersebut.
Contoh sistem tertutup adalah suatu balon udara yang dipanaskan, dimana massa udara

2
didalam balon tetap, tetapi volumenya berubah dan energi panas masuk kedalam masa
udara didalam balon.

Sebagaimana gambar sistem tertutup dibawah ini, apabila panas diberikan kepada
sistem (Qin), maka akan terjadi pengembangan pada zat yang berada didalam sistem.
Pengembangan ini akan menyebabkan piston akan terdorong ke atas (terjadi Wout).
Karena sistem ini tidak mengizinkan adanya keluar masuk massa kedalam sistem (massa
selalu konstan) maka sistem ini disebut control mass. Suatu sistem dapat mengalami
pertukaran panas atau kerja atau keduanya, biasanya dipertimbangkan sebagai sifat
pembatasnya:

§ Pembatas adiabatik: tidak memperbolehkan pertukaran panas.

§ Pembatas rigid: tidak memperbolehkan pertukaran kerja.

Dikenal juga istilah dinding, ada dua jenis dinding yaitu dinding adiabatik dan
dinding diatermik. Dinding adiabatik adalah dinding yang mengakibatkan kedua zat
mencapai suhu yang sama dalam waktu yang lama (lambat). Untuk dinding adiabatik
sempurna tidak memungkinkan terjadinya pertukaran kalor antara dua zat. Sedangkan
dinding diatermik adalah dinding yang memungkinkan kedua zat mencapai suhu yang
sama dalam waktu yang singkat (cepat).

3) Sistem terisolasi

Sistem yang mengakibatkan tidak terjadinya pertukaran panas, zat atau kerja dengan
lingkungannya. Contohnya : air yang disimpan dalam termos dan tabung gas yang
terisolasi. Dalam kenyataan, sebuah sistem tidak dapat terisolasi sepenuhnya dari
lingkungan, karena pasti ada terjadi sedikit pencampuran, meskipun hanya penerimaan
sedikit penarikan gravitasi. Dalam analisis sistem terisolasi, energi yang masuk ke sistem
sama dengan energi yang keluar dari sistem.

Karakteristik yang menentukan sifat dari sistem disebut property (koordinat


sistem/variabel keadaan sistem), seperti tekanan (p), temperatur (T), volume (v), masa
(m), viskositas, konduksi panas dan lain-lain. Selain itu ada juga koordinat sistem yang
didefinisikan dari koordinat sistem yang lainnya seperti, berat jenis, volume spesifik,
panas jenis dan lain-lain. Suatu sistem dapat berada pada suatu kondisi yang tidak
berubah, apabila masing-masing jenis koordinat sistem tersebut dapat diukur pada semua

3
bagiannya dan tidak berbeda nilainya. Kondisi tersebut disebut sebagai
keadaan (state) tertentu dari sistem, dimana sistem mempunyai nilai koordinat yang tetap.
Apabila koordinatnya berubah, maka keadaan sistem tersebut disebut mengalami
perubahan keadaan. Suatu sistem yang tidak mengalami perubahan keadaan disebut sistem
dalam keadaan seimbang (equilibrium).

Keadaan termodinamika

Ketika sistem dalam keadaan seimbang dalam kondisi yang ditentukan, ini disebut
dalam keadaan pasti (atau keadaan sistem).

Untuk keadaan termodinamika tertentu, banyak sifat dari sistem dispesifikasikan.


Properti yang tidak tergantung dengan jalur di mana sistem itu membentuk keadaan
tersebut, disebut fungsi keadaan dari sistem. Bagian selanjutnya dalam seksi ini hanya
mempertimbangkan properti, yang merupakan fungsi keadaan. Jumlah properti minimal
yang harus dispesifikasikan untuk menjelaskan keadaan dari sistem tertentu ditentukan
oleh Hukum fase Gibbs. Biasanya seseorang berhadapan dengan properti sistem yang
lebih besar, dari jumlah minimal tersebut. Pengembangan hubungan antara properti dari
keadaan yang berlainan dimungkinkan. Persamaan keadaan adalah contoh dari hubungan
tersebut. Terdapat empat Hukum Dasar yang berlaku di dalam sistem termodinamika,
yaitu:

 Hukum Awal (Zeroth Law) Termodinamika


Hukum awal menyatakan bahwa dua sistem dalam keadaan setimbang dengan sistem
ketiga, maka ketiganya dalam saling setimbang satu dengan lainnya. Hukum ini
dimasukkan setelah hukum pertama.

 Hukum Pertama Termodinamika


Hukum yang sama juga terkait dengan kasus kekekalan energi. Hukum ini
menyatakan perubahan energi dalam dari suatu sistem termodinamika tertutup sama
dengan total dari jumlah energi kalor yang disuplai ke dalam sistem dan kerja yang
dilakukan terhadap sistem. Hukum ini dapat diuraikan menjadi beberapa proses, yaitu
proses dengan Isokhorik, Isotermik, Isobarik, dan juga adiabatik.

 Hukum kedua Termodinamika

4
Hukum kedua termodinamika terkait dengan entropi. Tidak ada bunyi untuk hukum
kedua termodinamika yang ada hanyalah pernyataan kenyataan eksperimental yang
dikeluarkan oleh kelvin-plank dan clausius. Pernyataan clausius: tidak mungkin suatu
sistem apapun bekerja sedemikian rupa sehingga hasil satu-satunya adalah
perpindahan energi sebagai panas dari sistem dengan temperatur tertentu ke sistem
dengan temperatur yang lebih tinggi. Pernyataan kelvin-planck: tidak mungkin suatu
sistem beroperasi dalam siklus termodinamika dan memberikan sejumlah netto kerja
kesekeliling sambil menerima energi panas dari satu reservoir termal.(sumber
Fundamentals of engineering thermodynamics (Moran J., Shapiro N.M. - 6th ed. -
2007 - Wiley) Bab5). "total entropi dari suatu sistem termodinamika terisolasi
cenderung untuk meningkat seiring dengan meningkatnya waktu, mendekati nilai
maksimumnya hal ini disebut dengan prinsip kenaikan entropi" merupakan korolari
dari kedua pernyataan diatas (analisis Hukum kedua termodinamika untuk proses
dengan menggunakan sifat entropi)(sumber Fundamentals of engineering
thermodynamics (Moran J., Shapiro N.M. - 6th ed. - 2007 - Wiley) Bab6).

 Hukum ketiga Termodinamika


Hukum ketiga termodinamika terkait dengan temperatur nol absolut. Hukum ini
menyatakan bahwa pada saat suatu sistem mencapai temperatur nol absolut, semua
proses akan berhenti dan entropi sistem akan mendekati nilai minimum. Hukum ini
juga menyatakan bahwa entropi benda berstruktur kristal sempurna pada temperatur
nol absolut bernilai nol.

Ilmu zat :

a. Gas: sifat gas hukum-hukum gas ideal

- Teori kinetika zat

- Tatapan gas:

R dalam satuan Cal/K/mol, J/K/mol, L atm/K/mol

5
b. Cairan: sifat sifat umum cairan

- Antar muka cairan

- Viskositas cairan

c. Padatan:

- sifat –sifat umum padatan

- Kristal

Termo (thermal): panas atau kalor(q)

Satuan: kaloro,joul

Panas: beberapa definisi yang terkait dengan panas

Panas jenis:cal/K/g

Kapasitas panas molar: cal/K/mol

Dinamika(dynamic): kerja(W)

Satuan:cal, joul, L atm

W pada termodinamika: kerja tekanan – volume

Perumusan kerja (W):

Ekspansi gas di dalam suatu system silinder yang di lengkapi dengan piston yang
dapat bergerak bebas dengan mengabaikan energy gesekan. System berlangsung pada
tekanan luar(Pext) tetap dan pada temperature tetap.

5 tipikal system pada termodinamika :

Interaksi system dengan lingkungan

1. System terbuks : dapat terjadi perubahan jumlah materi

2. system tertutuo\p : tidak terjadi perubahan jumlah materi

6
3. System isitermal : suhu proses dalam system tetap

4. System adiabiotik : terisolisir secara termal dari lingkungannya(tidak terjadi


perpindahan panas antar system dan lingkungan)

5. System terisolasi : tidak terjadi perpindahan panas dan kerja antar system dan
lingkungan

Bila V₂ > V₁

 V₁ → V₂ : ekspansi
 V₂ → V₁ : kompresi

Sistem berlangsung pada P (ext) dan


Temperatur tetap

Tekanan yamg bekerja pada gas: P (ext) =


F/A

→ F = P(ext).A (*)

W=Fxa (**)

W = P (ext).A x (h₂-h₁)

W = P x (V₂ - V₁) = PΔV

W = - P ΔV (Pers W tek-vol)

Pembahasan pak amlius:Nilai ini selalu bernilai negativ

Penguapan 18g air pada temperatur 100°C dan tekanan 1 atm dalam sistem kerja tek-vol

H₂O(cair, 25°C) → H₂O (uap, 100°C)

Berapa nilai W yang akan dihasilkan oleh proses pada sistem tsb? Bila diket nilai R=8,314

J/K/mol; R=0,082 Latm/K/mol.

W = -PΔV = - 30.6 Latm

Penjelasan: W = V akhir – V awal=-PΔV


7
W = - P (V₂ - V₁)

Penjelasan : P(tekanan luar tetap,yaitu 1 Atm.

W=-1(30,6-0,018 L= 741 Kal/Mol

V₁ = Vol H₂O (cair, 25°C) = 18ml atau 0,018 L

V₂ = Vol H₂O (uap, 100°C) = 30,6 L

Hukum Termodinamika I

kekekalan energy

 nilai total energy dalam system terisolasi:selalu tetap

 pada system tidak terisolasi:nilai total enargi system dan lingkungan selalu tetap

 hubungan panas dengan kerja dan energy yang tersimpan dalam system.

Hk TD I : E=Q+W

Ketentuan dalam menggunakan pers hk TD I :

 Sistem menyerap panas, maka nilai q = (+)

 Sistem melepaskan panas, mk nilai q = (-)

 Sistem melakukan kerja, maka nilai W = (-)

 Sistem dikenakan kerja, maka nilai W = (+)

“Entalpi reaksi pembentukan standar”

atau perubahan entalpi reaksi pembentukan standar : ∆H0f

 Adalah nilai h untuk membentuk 1 mol suatu senyawa dan unsure-unsur


pembentukan yang di ukur pada suhu 298k dan tekanan 1 atm

∆H0f untuk semua substans nilainya tetap dan dapat di lihat dalam hand book of
physical chemistry.

8
Satuan: kcal mol-1 atau kj mol-1

Hokum ke 2 termodinamika

System terisolasi yang berlangsung secara spontan, mengalami peningkatan entropi.

Proses spontan: setiap proses yang berlangsung tanpa bantuan energy.

Entropi S :tingkat ketidak teraturan

S: fs keadaan

Untuk suatu system yang mengalami peningkatan entropi, maka

s2>s1 →∆s>0

Sebaliknya jika entropi mengalami penurunan entropi maka

s2<s1→∆s<0

Untuk system terisilasi, apakah prosesnya berlangsung spontan atau tidak spontan,dapat
dilihat langsung dari nilai ∆ssist, yaitu bila ∆ssist>0:proses spontan dan bila ∆ssist<0:proses
tidak spontan

Gabungan hk T.D.I dan II

DE=dq+Dw (hk.I)

Dq=TdS (hk.II)

 Pada V tetap: dE=TdS

 Pada S tetap:dE= -PdV

G=H-TS→nilai g di tentukan oleh perubahan-perubahan yang terjadi pada nilai H,T,dan


S, nilai h ditentukan oleh perubahan nilai E, P, dan V.

(dH= dE + PdV + VdP)

Maka

dG= dE + PdV + VdP – TdS - SdT


9
dG= dE + PdV + VdP -( dE + PdV) - SdT

dG= VdP - SdT

Pada t tetap: dG= VdP

Pada p tetap: dG= -SdT

10
KESEIMBANGAN FASA

Fasa adalah bagian sistem dengan komposisi kimia dan sifat – sifat fisik seragam,
yang terpisah dari bagian sistem lain oleh suatu bidang batas. Pemahaman perilaku fasa mulai
berkembang dengan adanya aturan fasa Gibbs. Untuk sistem satu komponen, persamaan
Clausius dan Clausisus – Clapeyron menghubungkan perubahan tekanan kesetimbangan
dengan perubahan suhu.

1) Keseimbangan fase subtans murni


System terdidri dari single (substans murni).
Transisi fase single substans sebagai fungsi temperature dan tekanan, seperti yang di
perlihatkan oleh contoh-contoh “keseimbangan fase air sebagai fungsi temperature
dantekanan(pada system tertutup)
Aturan Fasa
Aturan fasa mengatur hubungan
antara jumlah komponen,
jumlah fasa dan
derajad kebebasan suatu sistem.
Menurut aturan fasa
F = C-P+2Contoh Soal :
Dalam gelas tertutup terda
pat kesetimbangan antara es
dan air maka derajad
kebebasan sistem tersebut :
F=1–2+2=1
artinya jika temperatur tertentu, maka tekanan dan komposisi tertentu. Catatan pada
keseimbangan fase H2O Berdasarkan nilai f untuk masing-masing daerah
 Daerah padat,cair dan gas, masing-masing memiliki nilai f=2 (bivariant)
 Daerah sepanjang garis titik sublimasi lebur,penguapan,masing-masing memiliki nilai
f=1 (unuvariant)di masing-masing daerah ini h2o berada dalamkeseimbangan 2 fase.
 Daerah titik tiple (t) memiliki nilai f=0 (invariant), pada titik t ini h2o berada dalam
keseimbangan 3 fase (padat, cair, dan gas)

11
2) keseimbangan fase multi komponen

Suatu system tertutup (pada suhu dan tekanan konstan) terdiri dari komponen c (c=1, 2,
3…) dan p fase (p=a, b, c…) berada dalam keadaan setimbang. Untuk system
campuran,parameter potensial kimia (yaitu energy bebeas molar parsial) lebih cepat di
gunakan dari pada energy bebas molar.

a) Keseimbangan fase 2 komponen

Sistem 2 komponen dapat berupa campuran dari fasa cair- gas, cair- cair, fasa padat-
cair, ataupun padat- padat. Karakteristik setiap campuran sangat khas, misalnya ada sistem
cair- cair yang membentuk campuran yang homogen atau 1 fasa pada segala P,T dan
komposisi, tetapi ada pula yang hanya membentuk 1 fasa pada P,T atau komposisi tertentu.
Diagram fasa untuk sistem dua komponen digambarkan sebagai fungsi komposisi terhadap
tekanan atau komposisi terhadap suhu. Oleh sebab itu aturan fasa berubah menjadi F = C
P+1 karena salah satu variabel (P atau T) dalam keadaan konstan. Derajad kebebasan (F)
menjadi = 2-P

Sistem dua komponen cair- gas ideal


Yang dimaksud dengan sistem dua komponen cair- gas adalah sistem yang terdiri dari cairan
dengan uapnya. Sistem dikatakan ideal bila memenuhi hukum Raoult pada semua rentang
konsentrasi. Untuk campuran biner ideal, proses pencampuran tidak menimbulkan efek kalor
karena energi interaksi antara komponen 1 dan komponen 2 sama dengan energi interaksi
antara sesama partikel komponen 1 maupun sesama partikel komponen 2.

Sistem dua komponen cair- cair misibel sebagian


Campuran dua macam senyawa cair- cair kadang kala tidak menghasilkan suatu
campuran yang homogen, karena kedua cairan itu tidak larut (misibel) sempurna. Dua cairan
dikatakan misibel sebagian jika A larut dalam B dalam jumlah yang terbatas, dan sebaliknya.

a. Aturan Fasa Gibbs

12
Pada tahun 1876, Gibbs menurunkan hubungan sederhana antara jumlah fasa
setimbang, jumlah komponen, dan jumlah besaran intensif bebas yang dapat melukiskan
keadaan sistem secara lengkap.

Menurut Gibbs,

dimana υ = derajat kebebasan

c = jumlah komponen

p = jumlah fasa

γ = jumlah besaran intensif yang mempengaruhi sistem (P, T)

Derajat kebebasan suatu sistem adalah bilangan terkecil yang menunjukkan jumlah
variabel bebas (suhu, tekanan, konsentrasi komponen – komponen) yang harus diketahui
untuk menggambarkan keadaan sistem. Untuk zat murni, diperlukan hanya dua variabel
untuk menyatakan keadaan, yaitu P dan T, atau P dan V, atau T dan V. Variabel ketiga dapat
ditentukan dengan menggunakan persamaan gas ideal. Sehingga, sistem yang terdiri dari satu
gas atau cairan ideal mempunyai derajat kebebasan dua (υ = 2).

Bila suatu zat berada dalam kesetimbangan, jumlah komponen yang diperlukan untuk
menggambarkan sistem akan berkurang satu karena dapat dihitung dari konstanta
kesetimbangan. Misalnya pada reaksi penguraian H2O.

Dengan menggunakan perbandingan pada


persamaan 3.2, salah satu konsentrasi zat akan dapat ditentukan bila nilai konstanta
kesetimbangan dan konsentrasi kedua zat lainnya diketahui.

13
Kondisi fasa – fasa dalam sistem satu komponen digambarkan dalam diagram fasa
yang merupakan plot kurva tekanan terhadap suhu.

Titik A pada kurva menunjukkan adanya kesetimbangan antara fasa – fasa padat, cair
dan gas. Titik ini disebut sebagai titik tripel. Untuk menyatakan keadaan titik tripel hanya
dibutuhkan satu variabel saja yaitu suhu atau tekanan. Sehingga derajat kebebasan untuk titik
tripel adalah nol. Sistem demikian disebut sebagai sistem invarian.

Energi bebas Gibbs H2O pada keseimbangan 2 fase, misalnya pada keseimbangan fase

cair Gas ....... G1 = Gg

dG = VdP – SdT (lihat persamaan ini pada catatan pertama)

maka, V(1)Dp – S(1)dT = V(g)dP – S(g)dT .............. susun, lalu akan didapat
𝑑𝑃 Δ𝑆
ΔSdT = ΔVdP ............𝑑𝑇 = Δ𝑉

𝑑𝑃 Δ𝐻
Pada sistem dalam keseimbangan (2 fase), 𝑑𝑇 = TΔ𝑉 ........ (pers. Clapeyron)

Persamaan ini khususnya berguna bila diterapkan pada titik transisi cair uap
𝑑𝑃 ΔHvap
......... 𝑑𝑇 = 𝑇Δvap ........ T : temperatur didih

ΔV = Vuap – Vcair ......... Vcair ≪Vuap


𝑅𝑇 𝑑𝑃 ΔHvap
ΔV = ......... = ..................... (pers. Clausius – Clapeyron)
𝑃 𝑃𝑑𝑇 𝑅𝑇 2

ΔHvap 1 1 ΔHvap
........ ln P = - + C .............. plot : ln P vs 𝑇 → slope = -
𝑅 𝑇 𝑅

Persamaan ini dapat digunakan untuk menghiitung panas penguapan (ΔH) suatu
cermin.

Contoh : Data temperatur – Tekanan uap n-octane diketahui seperti berikut ini

Hitung nilai panas penguapan n-octane, bila diketahui R = 1,987 Cal K-1 mol -1.

Temperatur (ºC) : -14,0 19,2 45,1 65,7 104,0 125,0

Tekanan (mmHg) :1 10 40 100 400 760

Jawaban : ΔHvap = 9,57 kcal Kˉ¹ mol ˉ¹ atau 40,0 kj Kˉ¹ mol ˉ¹

Persamaan clausius-clapeyron juga dapat diintegralkan antara 2 nilai batas suhu dengan
asumsi bila nilai ΔHvap konstan dalam rentangan 2 batas suhu tersebut.

14
2 ΔHvap 2 𝑑𝑇 𝐏𝟐 ΔHvap 1 1
∫1 𝑑 ln 𝑃 = 𝑅
∫1 𝑇2
.................... ln 𝐏𝟏= - 𝑅
(𝐓𝟐 - 𝐓𝟏 )

𝐏𝟐 ΔHvap 1 1
...................... atau ln 𝐏𝟏 = (𝐓𝟏 − )
𝑅 𝐓𝟐

2. Keseimbangan Fase Multi komponen

Suatu sistem tertutup ( pada suhu dan tekanan konstan ) terdiri dari C
komponen (C=1,2,3.....) dan P fase ( P= a,b,c,.....) berada dalam keadaan setimbang. Untuk
sistem campuran, parameter potensial kimia ( yaitu energi bebas molar parsial ) lebih tepat
digunakan daripada energi bebas molar.

G = f ( T,P,n1,n2,.....)

𝜕𝐺 𝜕𝐺 𝜕𝐺
....... dG =( 𝜕𝑇 )P, n1, n2 dT + (𝜕𝑇 )T, n1, n2 dT+(𝜕𝑛1 )P, T, n2

𝜕𝐺
dn1+=( 𝜕𝑛2 )P, T, n1 dn2 + .......

𝜕𝐺
........ ( 𝜕𝑇 )P, T, nj = 𝜇 i .................... 𝜇 i :: Potensial kimia

........ 𝜇 i : dipengaruhi oleh tekanan, suhu dan komposisi.

...........
Dg = -SdT + VdP + ∑ 𝜇i dn i

........ pada P dan T konstan ...... dG = -SdT + VdP + ∑ 𝜇i dn i

Ketergantungan potensial kimia pada tekanan :

𝝁i = 𝝁i* + RT ln Pi

𝜇 i* : Potensial kimia komponen gas i pada Pi = 1 atm

........ 𝝁i = Konstan + RT ln (variable komposisi).

........ Persamaan ini dapat diterapkan untuk larutan,

........ 𝝁i = 𝝁i* + RT ln ai ............ dimana ai : aktivitas komponen i.

........ ai = 𝛾i Ci ............ 𝛾 ; koefisien aktivitas komponen i, dan C : konsentrasi


komponen i.

Sistem tertutup yang terdiri dari fase P dan komponen C dan berada dalam keadaan
setimbang, potensial kimia dari masing-maing individual komponen mempunyai nilai yang
sama dalam semua fase.

........ → 𝜇i (a) = 𝜇 i (b) = ...... 𝜇 i (p)


15
KESEIMBANGAN (PROSES)

Suatu proses yanberadadalamkeseimbangandapatdinyatakansebagai proses dimana


parameter keadaan seperti temperatue, warna, tekanan, dan konsentrasi tidak memperlihatkan
perubahan (lagi) bertambahnya waktu.

Tipe keseimbangan :

A. Keseimbangan (secara) fisika,


Proses keseimbangan yang hanya melibatkan perubahan fisika.
B. Keseimbangan (secara) kimia,
Proses keseimbangan yang melibatkanperubahan kimia.

Keseimbangankimia
 Sebagian besar reaksi kimia tidak dapat berlangsung secara sempurna, tapi
lebih cendrung mendekati posisi kesetimbangan.
 Pada posisi kesetimbangan:
Merupakan posisi akhir dari reaksi, yang keberadaanya berupa
campuran yang terdiri dari produk dan reaktan dan jumlah relative
tetap. Atau
Keadaan dimana konsentrasi reaktan dan produk tidak berubah (lagi)
dengan bertambahnya waktu.
 Sistem kesetimbangan :umumnya peka terhadap perubahan lingkungan.
Henri Louis Le Chatelier (1884) :
Melakukan studi/percobaan mengenai pengaruh factor luar terhadap
keseimbangan, dan kesimpulannya dikenal dengan“ Azas Le Chatelier”
“Bila suatu keseimbangan dikennakan suatu tindakan (aksi), maka system
keseimbangan akan mengadakan reaksi untuk meniadakan pengaruh aksi
tesebut”

Keseimbangan pada reaksi kimia :

Untuk reaksi-reaksi kimia dapat balik (reversible)

Reaktan ⇆ produk

16
aA + Bb ⇆ pP + qQ

dalam keadaan setimbang :

konsentrasi reaktan A dan B maupun produk P dan Q tidak berubah (lagi) dngan
bertambahnya waktu.

Hal ini karena pada reaksi reversible yang berada dalam keadaan setimbang, seperti
pada reaksi tersebut

aA + Bb ⇆ pP + qQ

dimana laju reaksi kekanan = laju reaksi kekiri

konstanta keseimbangan reaksi kimia :

suatu reaksi kimia yang berada dalam keadaan setimbang (dan reversible) dan
berlangsung dalam sistem homogeny (iedalam 1 fase) misaalnya seperti reaksi beikut :

aA + Bb ⇆ pP + qQ

(reaktan) (produk)

∆𝐺𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖 = ∑𝐆(𝐩𝐫𝐨𝐝𝐮𝐤) - ∑ 𝐆(𝐫𝐞𝐚𝐤𝐭𝐚𝐧)

∆𝐺 = [𝑝µ𝑃 + 𝑞µQ] – [ aµA + bµB]

∆𝐺 = [𝑝µº𝑃 + 𝑞µºQ] – [ aµºA + bµºB]

Ketergantungan potensial kimia, µ, suatu komponen pada tekanan, juga berlaku untuk larutan
bahwa potensial kimia suatu solute bertanggung pada aktivitas solute dalam larutan:

𝜕𝐺 𝜕µ𝑖
(𝜕𝑝) = 𝑉 untuk campuran ( 𝜕𝑝 ) = 𝜗𝑖
𝑇 𝑇

µ𝑖 = energy bebas molar parsial

𝜗𝑖 = volume molar parsial komponen𝑖

𝑑𝑝
𝑑𝜇𝑖 = 𝜗𝑖 𝑑𝑝 = 𝑅𝑇 … ∆𝜇𝑖 = 𝑅𝑇𝐼𝑛𝑃𝑖
𝑝

𝜇𝑖 = 𝜇𝑖° + 𝑅𝑇 𝐼𝑛 𝑃𝑖

17
Untuk larutan: 𝜇𝑖 = 𝜇𝑖° + 𝑅𝑇 𝐼𝑛 𝑎𝑖

Aktivitas konsentrasi efektif

Aktivitas = koefesien x konsentrasi

Koefesien aktivitas adalah suatu bilangan yang menunjukan besarnya angka penyimpangan
yang terjadi dari sifat ideal suatu larutan standar.

Makin encer konsentrasi larutan, nilai koefesien aktivitas makin mendekati 1.

∆𝐺 = [𝑝µ𝑃 + 𝑞µQ] – [ aµA + bµB]

Dan 𝜇𝑖 = 𝜇𝑖° + 𝑅𝑇 𝐼𝑛 𝑎𝑖

𝑎𝑃 𝑝. 𝑎𝑞 𝑞
∆𝐺 = 𝐴𝐺° + 𝑅𝑇 𝐼𝑛 𝑎
𝑎 𝐴. 𝑎𝑏 𝐵

𝒂𝑷 𝒑.𝒂𝒒 𝒒 (𝑎𝑝)𝑃 .(𝑎𝑄 )𝑞


∆𝐺 = 𝐴𝐺° + 𝑅𝑇 𝐼𝑛 𝐾…… dimana 𝐾 𝒂𝒂 𝑨.𝒂𝒃𝑩….. dimana(𝑎𝐴)𝑎.(𝑎𝐵)𝑏

Sistem dalam keadaan kesetimbangan, ……∆𝐺 = 0

…… Maka∆𝐺° = −𝑅𝑇 𝐼𝑛 𝐾

……∆𝐺° : perubahan energy bebasstandar (reaksi)

…… K : konstanta keseimbangan proses reaksi

Ketergantungan ∆𝑮° pada nilai konstanta keseimbangan reaksi (dalam keadaan


standar)

 Bila K < 1 ……makanilai∆𝐺°> 0


 BilaK = 1 ……makanilai∆𝐺° = 0
 BilaK > 1 …… makanilai∆𝐺°< 0

Ketergantungan Konstanta Keseimbangan pada Temperatur :

Persamaan sebelumnya :dG = Vdp – SdT

𝝏𝑮
(𝝏𝑻) = -S
𝑷

18
𝝏𝑮
G = H – TS → G = H + T (𝝏𝑻)
𝑷

𝑮 𝑯 𝟏 𝝏𝑮
Lalu persamaan ini sama-sama dibagi dengan𝑻𝟐 , ... 𝑻𝟐 = 𝑻𝟐 + (𝝏𝑻)
𝑻 𝑷

𝑮 𝟏 𝝏𝑮 𝑯
Disusun menjadi− 𝑻𝟐 + (𝝏𝑻) = …
𝑻 𝑷 𝑻𝟐

Pada system termodinamik :

𝝏(∆𝑮/𝑻) ∆𝑯 ∆𝑮°
( ) = − 𝑻𝟐 ….. ∆𝑮°= -RT In K dan 𝑻𝟐 = −𝑅 𝐼𝑛 𝐾
𝝏𝑻 𝑷

𝒅 𝑰𝒏𝑲 ∆𝑯°
= (persamaanVan’t Hoff)
𝒅𝑻 𝑹𝑻°

Persamaan ini memperlihatkan hubungan ketergantungan nilai konstanta keseimbangan pada


suhu. Dengan mengasumsi∆𝐻 ° tidak bergantung pada suhu, maka penyelesaian integral
persamaan van’thofft ini menjadi :

∆𝑯°
𝐼𝑛 𝐾- + 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛𝑡𝑎
𝑹𝑻

Alternative hasil integrasi persamaan ini dalam batas 2 nilai suhu sitem,

𝐾2 ∆𝑯° 1 1
𝐼𝑛 = ( − )
𝐾1 𝑹 𝑇1 𝑇2

Konstantan keseimbangan, (K)

Suatu reaksi kimia (yang berada dalam keadaan setimbangan dan reversible) dan
berlangsung dalam system homogen (ie.dalam 1 fase), misalnya.

aA + Bb ⇆ pP + qQ

(reaktan) (produk)

Maka nilai konstanta keseimbangan dihitung menurut persamaan berikut :

[𝑃]𝑝 [𝑄]𝑞
𝑘 = [𝐴]𝑎[𝐵]𝑏

Konstanta keseimbangan (K) dalam larutan aqueous

19
1. Pada air (𝐻2 𝑂) sebagai hasil auto protolisis, 𝐾𝑤
2. Larutana queous (asam dan basa) lemah, 𝐾𝑎 pada asam lemah dan 𝐾𝑏
padabasalemah
3. Hidrolisis senyawa garm (dalamlarutanaquous), 𝐾ℎ
4. Elektrolit sulit larut (dalam pelarut air), 𝐾𝑠𝑝
5. Ion kompleks, 𝐾𝑑 dan 𝐾𝑓

Sifat fisik dan kimia𝐻2 𝑂 antara lain :

- 𝐻2 𝑂 : es (padat), cairandanuap/gas
- Kapasitas panas, panas penguapan, panas peleburan
- Densitas/bobot jenis
- Polaritas
- Ikatan hydrogen
- Kohesi adhesi
- Tegangan permukaan
- Aksi kapiler
- Pelarut universal
- Amfoterik
- Autoprotolisis
- Terionisasi pada derajat yang sangat-sangat kecil
Autoprotolisis : perpindahan proton antara 2 molekul yang sama, yang satu molekul
bersiat sebagai asam bronsted (donor proton) dan yang satu bersifat sebagai basa
bronsted (akseptor proton)

Auto protolisis pada air :𝐻2 0 + 𝐻2 0 ⇆ 𝑂𝐻 − + 𝐻3 𝑂+


𝐻2 0 + 𝐻2 0 ⇆ 𝑂𝐻 − + 𝐻3 𝑂+

(Asam) (basa) (basa konyugasi) (asam konyugasi)

Keseimbangan disosiasi larutan (aquos) asam lemah

Note :

 Teori asam arrhenius

20
-asam:substans yang menghasilkan ion (H+) dalam larutan aqueous

 Teori asan bronsted-lowry

-asam :adalah donor proton

 Teori asam lewis

-asam : adalah akseptor pasangan elektron

Keseimbangan disosiasi larutan aqueous basa lemah

 Teori basa arrhenius

-basa: substans yang menghasilkan ion hidroksida dalam larutan (aqueous)

 Teori basa bronsted-lowry

Basa:adalah akseptor proton

 Teori basa lewis

Basa adalah: donor pasangan elektron

 Note: nilai Ka dan Kb, di samping dapat di gunakan untuk menetapkan nilai PH suatu
larutan, juga berguna untuk mengetahui derajat disosiasi larutan (asam lemah ataupun
basa lemah). Konstanta keseimbangan pada hidrolisi larutan aqueous garam

Hidrolisis senyawa garam dalam larutan aqueous:

Tipe senyawa garam berdasarkan hasil reaksi antara asam dan basa

1. garam yang terbentuk dari reaksi asam kuat + basa kuat, misalnya : NaCl

2. garam yang terbentuk dari reaksi asam kuat + basa lemah, misal: NH4Cl

3. garam yang terbentuk dari reaksi asam lemah +basa kuat, misal: NaAc

4. garam yang terbentuk dari reaksi asam lemah + basa lemah, misal: NH4Ac

Ciri-ciri keadaan setimbang

21
Ciri-ciri keadaan suatu reaksi bolak-balik dikatan setimbang sebagai berikut:

1. Terjadi dalam wadah tertutup, pada suhu dan tekanan tetap.

2. Reaksinya berlangsung terus-menerus (reversible) dalam dua arah yang


berlawanan.

3. Laju reaksi ke reaktan sama dengan laju reaksi ke produk.

4. Konsentrasi produk dan reaktan tetap.

5. Terjadi secara mikroskopis pada tingkat partikel zat.

Kesetimbangan kimia adalah keadaan reaksi bolak-balik dimana laju reaksi reaktan
dan produk sama dan konsentrasi keduanya tetap. Kesetimbangan kimia hanya terjadi
pada reaksi bolak-balik dimana laju terbentuknya reaktan sama dengan laju terbentuknya
produk. Reaksi akan terjadi terus menerus secara mikroskopis sehingga disebut
kesetimbangan dinamis.

Pengaruh ion senama ("common ion effect") dan larutan buffer

Sesuai asas le chatelier: penambahan ion senama kedalam suatu reaksi kimia yang berada
dalan keadaan setimbang menyebabkan kesetimbangan tersebut mengalami pergeseran.
Sistem campuran asam lemah ataupun basa lemah yang bercampur dengan ion senamanya,
memiliki sifat buffer (penyangga). ion senama tersebut biasanya berasal dari senywa garam.
larutan buffer/penyangga, yaitu larutan yang dapat menahan perubahan PH ketika sejumlah
kecil asam atau basa di tambahkan. Terdapat 2 tipe sistem larutan buffer:

 1 sistem campuran asam lemah dan garamnya, misal: HAc-NaAc


 2 sistem campuran basa lemah dan garamnya, misal: NH4OH-NH4CI

kapasitas buffer (buffer capacity,β) (van sltke, 1922)

Besarnya resistensi suatu buffer terhadap perubahan ph.

Istilah lain: nilai buffer, efisiensi buffer, indeks buffer.

22
"Kapasitas buffer didefinisikan sebagai rasio penambahan basa kuat(atau asam kuat) terhadap
jumlah campuran suatu buffer yang relatif tidak menyebabkan terjadinya perubahan ph
sistem larutan buffer.

Note: koefisien aktivitas da persamaan buffer perhitungan-perhitungab pada buffer dengan


akurasi lebig tinggi lagi:

Gunakan konsentrasi efektif aktivitas yaitu a= 𝛾c.

Perhitungan ph Buffer
Asam Monoprotik

Pernyataan kesetimbangan berikut adalah:

HA ═ A─ + H+

Ini menunjukkan bahwa ketika asam berdisosiasi sama dengan jumlah ion hidrogen dan anion
yang dihasilkan. Konsentrasi kesetimbangan dari tiga komponen tersebut dapat dihitung
dalam tabel ICE.

Tabel ICE untuk asam monoprotik


[HA] [A–] [H+]
I C0 0 y
C -x X x
E C0-x X x+y

Baris pertma, diberi label “I”, mencantumkan kondisi awal: konsentrasi asam adalah C0,
yang tidak terdisosiasi awalnya, sehingga konsentrasi A− dan H+ akan menjadi nol; y adalah
konsentrasi awal yang ditambahkan dengan asam kuat, seperti HCl. Bila basa kuat, seperti
NaOH, ditambahkan y akan memiliki tanda negatif karena basa menghilangkan ion hidrogen
dari larutan.

Baris kedua, diberi label “C” untuk berubah, perubahan khusus yang terjadi tatkala asam
berdisosiasi. Konsentrasi asam berkurang sejumlah –x dan konsentrasi A─ dan H+ keduanya
meningkat sebesar +x. Ini mengikuti dari pernyataan kesetim-bangan.

23
Baris ketiga, diberi label “E” untuk konsentrasi kesetim-bangan, penambahan bersama
dua baris pertama dan menunjuk-kan konsentrasi pada kesetimbangan.

Untuk mendapatkan x, gunakan rumus untuk konstanta kesetimbangan dalam keadaan


konsentrasi:

Ka= [H+][A─]/[HA]

Substitusikan konsentrasi dengan nilai yang didapat pada baris terakhir dari tabel “ICE”:

Ka = x(x + y) / C0 – x

Disederhanakan menjadi :

x2 + (Ka + y)x – KaC0 =0

Dengan nilai spesifik untuk C0, Ka dan y persamaan ini dapat diselesaikan untuk x.
Asumsikan bahwa pH = -log10[H+] pH ini dapat dihitung sebagai pH = -log10x.

Asam Poliprotik

Asam poliprotik ialah asam-asam yang dapat kehilangan lebih dari satu proton.
Konstanta untuk disosiasi proton pertama dapat ditandai dengan Ka1 dan konstanta untuk
disosiasi dari proton selanjutnya Ka2, dst. Asam sitrat, H3A, ialah satu contoh asam poliprotik
karena ia dapat kehilangan tiga proton.

Kesetimbangan Nilai pKa


H3A ═ H2A− + H+ pKa1 = 3.13
H2A− ═ HA2− + H+ pKa2 = 4.76
HA2− ═ A3− + H+ pKa3 = 6.40

Bila perbedaan antara nilai pK selanjutnya kurang dari tiga ada tumpang-tindih antara
rentang pH yang ada dari spesies dalam kesetimbangan. Lebih kecil perbedaan, lebih banyak
tumpang-tindih. Dalam hal asam sitrat, tumpang-tindih yang meluas dan larutan asam sitrat
dibufferkan melebihi seluruh rentang pH 2,5 – 7,5. Perhitungan pH dengan asam poliprotik
memerlukan sebuah perhitungan khusus. Dalam hal asam sitrat, penyebab solusi ini dari dua
persamaan keseimbangan massa:

24
CA = [A3-] + β1[A3-][H+] + β2[A3-][H+]2 + β3[A3-][H+]3

CH = [H+] + β1[A3-][H+] + 2β2[A3-][H+]2 + 3β3[A3-][H+]3 – Kw[H]-1

CA adalah konsentrasi analitik asam, CH adalah konsentrasi analitik dari ion hidrogen yang
ditambahkan, βq adalah konstanta penggabungan kumulatif,

log β1 = pKa3; log β2 = pKa2; log β3 = pKa1 + pKa2 + pKa3

Kw adalah konstanta untuk ionisasi-sendiri air. Ada dua persamaan simultan non-linier dalam
dua kuantitas tidak diketahui yaitu [A3-] dan [H+]. Banyak program komputer yang tersedia
untuk asam sitrat yang dihasilkan dengan program HySS.

Pada umumnya dua persamaan keseimbangan-massa dapat ditulis sebagai berikut:

CA = [A] + Σ pβq [A]p [H+]q

CH = [H+] + Σ pβq [A]p [H+]q – Kw[H]−1

Pengaruh ion senama (“common ion effect”) dan larutan buffer

Sesuai asas Le Chatelier: penambahan ion senama kedalam suatu reaksi kimia yang
berada dalam keadaan setimbang akan menyebabkan kesetimbangan tersebut mengalami
pergeseran. Bergeser kearah mana? (ke kiri atau ke kanan?!)

Contoh: kedalam larutan HAc O,1 M ditambahkan 0.09 mol NaAc, (Ka = 1,75x10-5)
Hac ↔ H+ + Ac- (elektrolit lemah/asam lemah)
NaAc (elektrolit kuat), maka dalam larutan, NaAc → Na+ + Ac-, dengan demikian
penambahan Ac- menyebabkan kesetimbangan bergeser kekiri, sehingga ⌊H + ⌋ berkurang ,
atau pH larutan menjadi tinggi.
Perhitungan : contoh, pH larutan Hac 0,1 M ?!
⌊H + ⌋ = √𝑘𝑎 ⌊𝐻𝐴𝑐⌋

⌊H + ⌋ = √(1,75 𝑥 10−5 )(0,1) = 1,32x10-3 ..... pH = 2,88


pH larutan Hac 0,10 M mengandung 0,009 mol NaAc ?!

25
Hac ↔ H+ + Ac-
(c-𝛼c) (𝛼𝑐) (𝛼𝑐)
NaAc → Na+ + Ac-
(C) (C) (C)
[𝐻𝐴𝑐] = (c-𝛼c), nilai 𝛼c diabaikan karena ≪
[𝐴𝑐 − ] = (C-𝛼c), nilai 𝛼c diabaikan karena ≪
[𝐻 + ][𝐴𝑐 − ] 𝐾𝛼[𝐻𝐴𝑐] [𝐻𝐴𝑐] 𝑐
K𝛼 = ..... [𝐻 + ] = = [𝐴𝑐 −] K𝛼 .... [𝐻 + ] = K𝛼
[𝐻𝐴𝑐] [𝐴𝑐 − ] 𝑐

.... [𝑯+ ] = 1,94x10-5 ..... pH = 4,71


Sistem campuran lemah ataupun basa lemah yang bercampur dengan ion senamanya,
memiliki sifat buffer (penyangga). Ion senama tersebut biasanya berasal dari senyawa garam.
Larutan buffer/penyangga, yaitu larutan yang dapat menahan perubahan pH ketika sejumlah
kecil asam atau basa ditambahkan.
Terdapat 2 tipe sistem larutan buffer :
1. Sistem campuran asam lemah dan garamnya, misal : Hac-NaAc
2. Sistem campuran basa lemah dan garamnya, misal : NH4OH-NH4CI

1. Larutan buffer campuran Hac-NaAc


Hac ↔ H+ + Ac-
(c-𝛼c) (𝛼𝑐) (𝛼𝑐)
NaAc → Na+ + Ac-
(C) (C) (C)
𝑐 [𝑎𝑠𝑎𝑚]
[𝐻 + ] = K𝛼 ...... [𝐻 + ] = [𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚] K𝛼
𝑐

→ nilai pH larutan adalah pH – log [𝐻 + ]


[𝑎𝑠𝑎𝑚]
Atau : pH = pK𝛼 + log [𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚] (pers. Herderson-Hasselbalch)

Catatan :
Mekanisme kerja buffer
Penambahan (sedikit) H+, .... H+ + Ac- ↔ HAc
Penambahan (sedikit) OH-, .... OH- + Hac ↔ H2O
2. Larutan buffer campuran NH4OH – NH4CI
NH4OH ↔ NH4+ + OH-
(c-𝛼𝑐) (𝛼𝑐) (𝛼𝑐)
NH4CI → NH4+ + CI-

26
(C) (C) (C)
[𝑁𝐻4+ ][𝑂𝐻 − ] 𝑘𝑏[[𝑁𝐻4𝑂𝐻]] [𝑁𝐻4 𝑂𝐻]
Kb = [𝑁𝐻4 𝑂𝐻]
.. [𝑂𝐻 − ] = [𝑁𝐻4+ ]
= [𝑁𝐻4+ ]
Kb
𝑐 [𝑏𝑎𝑠𝑎]
[𝑂𝐻 − ] = Kb ..... [𝑂𝐻 − ] = [𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚] Kb
𝑐

→ nilai pOH larutan adalah pOH = - log [𝑂𝐻 − ]


→ nilai pH larutan adalah pH = 14 – pOH
𝑘𝑤
Atau : [𝐻 + ] =
𝑂𝐻 −
[𝑏𝑎𝑠𝑎]
pH = pKw – pKb + log [𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚] (pers. Herderson-Hasselbalch)

catatan :
Mekanisme kerja buffer
Penambahan (sedikit) OH-, .... OH- + NH4+ ↔ NH4OH
Penambahan (sedit) H+, ..... H+ + NH4OH ↔ H2O + NH4+

Kapasitas buffer (buffer capacity, 𝜷) : (van slyke, 1922)


Besarnya resistensi suatu buffer terhadap perubahan pH.
Istilah lain: nilai buffer, efisiensi buffer, indeks buffer.
Kapasitas buffer didefinisikan sebagai rasio penambahan basa kuat (atau asam kuat)
terhadap jumlah campuran suatu buffer yang relatif tidak menyebabkan terjadinya
perubahan pH sisten larutan buffer.
∆𝐵
𝛽 = ∆𝑝𝐻

Dimana ∆B :
Penambahan (terbatas/sedikit) basa kuat (dalam gram equiv per liter) ke dalam larutan
buffer yang akan menyebabkan terjadinya (sedikit) perubahan pH.
Persamaan ini hanya untuk hitungan perkiraan/kasar

Tabel. Perliraan ini kapasitas buffer (𝛽) larutan (buffer) yang terdiri daro asam asetat dan
natrium asetat dalam jumlah yang sama (0,1 M)
Mol NaOH yang pH larutan Kapasitas Buffer
ditambahkan
0 4,76

0,01 4,85 0,11

27
0,02 4,94 0,11

0,03 5,03 0,11

0,04 5,13 0,10

0,05 5,24 0,09

0,06 5,36 0,08

(martin et al., Physical Pharmacy, 2nd ed)

Persamaan yang lebih akurat untuk menghitung kapasitas buffer (𝛽)


𝑘𝑎[𝐻+ ]
𝛽 = 2,303 C dimana C: total konsentrasi buffer {[𝑎𝑠𝑎𝑚] + [𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚]}
(𝑘𝑎+ [𝐻+ ] )2

𝑘𝑎[𝐻+ ]
𝛽 = 2,303 C ..... nilai : maksimum bila pH = pKa
(𝑘𝑎+ [𝐻+ ] )2

[𝐻 + ]2
𝛽max = 2,303 C (2[𝐻 +])2 ...... 𝜷max = 0,5758 C

Parameter penting yang diperlukan dalam penyiapan larutan buffer adalah :


[𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚] [𝑏𝑎𝑠𝑎]
pH; rasio molar [𝑎𝑠𝑎𝑚]
atau rasio molar [𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚] ; 𝛽 ; dan C ; total konsentrasi buffer

catatan tambahan (untuk diketahui): koefisien aktivitas dan Persamaan Buffer.


Perhitungan-perhitungan pada buffer dengan akurasi lebih tinggi lagi : gunakan
konsentrasi efektif (:aktivitas), yaitu: a = 𝛾c
Misal : buffer campuran asam asetat – natrium asetat
Hac ↔ H+ + Ac-
NaAc → Na+ + Ac-
(𝛾𝐻+𝐶𝐻+ )(𝛾𝐴𝐶−𝐶𝐴𝐶 )−
K𝛼 =
(𝛾𝐻𝐴𝐶 .𝐶𝐻𝐴𝐶 )

(𝛾𝐻𝐴𝑐.𝐶𝐻𝐴𝑐 )
𝛾𝐻 + . CH+ = K𝛼 .....
(𝛾𝐴𝑐− 𝐶𝐴𝑐− )

(𝛾𝐻𝐴𝑐.𝐶𝐻𝐴𝑐 ) 𝐶𝐻𝐴𝑐
𝛾𝐻 + . CH+ = K𝛼 ..... 𝛾𝐻 + . CH+ = K𝛼
(𝛾𝐴𝑐− 𝐶𝐴𝑐− ) (𝛾𝐴𝑐− 𝐶𝐴𝑐− )

𝐶 1
..... log 𝛼H+ = log K𝛼 + log 𝐶𝐻𝐴𝑐 + log 𝛾
𝐴𝑐− 𝐴𝑐−

[𝑎𝑠𝑎𝑚]
..... log 𝛼H+ = log K𝛼 + log [𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚] - log 𝛾Ac-

28
[𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚]
..... - log 𝛼 H+ = - log K𝛼 + log [𝑎𝑠𝑎𝑚]
+ log 𝛾Ac-
[𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚]
...... pH = pK𝛼 + log [𝑎𝑠𝑎𝑚]
+ log 𝛾Ac-
[𝑔𝑎𝑟𝑎𝑚] 0,5√𝜇
...... pH = pK𝛼 + log [𝑎𝑠𝑎𝑚]
– 1+√𝜇 .....

...... dimana : kekuatan ionik (ionic strength)


Menurut teori Debye-huckel : nilai ionoc strength untuk larutan aqueous ion-ion
univalent tidak lebih besar dari 0,2 pada suhu 25°C

29
LARUTAN ELEKTROLIT: interaksi coulombic dan disosiasi ionic

Suatu elektrolit adalah suatu substans (di dalam pelarut air) terdisosiasi menjadi ion-ion
(positif dan negatif). Gaya interaksi antar 2 partikel bermuatan tersebut (Q1 dan Q2) yang
terpisah dengan jarak (r) di bunyikan oleh hukum coulomb.

Daya energi interaksi antar ionik (dalam medium/pelarut) di pengaruhi oleh nilai
konstanta dielektrik medium/pelarut. konstanta dielektrik menunjukan ke mampuan
medium/pelarut untuk memisahkan ion-ion yang berbeda muatan. makin besar harga
konstanta dielektrik medium/pelarut makin tinggi kemampuan medium/pelarut tersebut untuk
memisahkan ion-ion yang berbeda Muatan.

Air memiliki nilai konstanta dielektrolik tinggi (nilainya tertinggi di antara pelarut-
pelarut yang umum di gunakan). Dengan demikian bola substans elektrolit (senyawa ionik,
misalnya MA)di dalam pelarut air mengalami ionisasi dan secara bersamaan mengalami
disosiasi, seperti gambaran berikut.

Ionisasi disosiasi

MA ↔ M+ A- ↔ M+ + A-

sehingga dengan demikian bentuk keseimbangan ionisasi dan disosiasi elektrolit (senyawa
ionik) dalam air di biat dalam satu tahapan menjadi seperti berikut:

disosiasi

MA ↔ M+ + A -

larutan ini memiliki sifat dapat menghantarkan arus listrik

Syante arrhenius, 1887:sifat-sifat larutan elektrolit

 Senyawa ionik dalam air: terdisosiasi menjadi >2 partikel ion, melalui ion-ion
bermuatan, arus listrik dapat mengalir dalam larutan elektrolit.

 Elektrolit kuat memiliki daya hantar arus listrik baik/tinggi

 Elektrolit lemah memiliki daya hantar arus listrik buruk/rendah

30
Elektrokimia

 Pemanfaatan energi listrik untuk melakukan suatu reaksi kimia.

 Pemanfaatan suatu reaksi kimia untuk menghasilkan energi listrik.

Sel elektrolik: konversi energi listrik → energi kimia (non-spontan)

Sel galvanik : konversi energi kimia → energi listrik (spontan)

Elektrokimia: mengenai produksi energi listrik dari energi yang di lepaskan oleh reaksi
(berlangsung) spontan dan penggunaan energi listrik untuk melangsungkan reaksi non-
spontan.

Hukum faraday

 Banyak perubahan kimia yang terjadi pada elektroda berbanding lurus dengan
banyaknya listrik yang mengalir selama elektrolisis berlangsung.

 Untuk sejumlah listrik yang dialirkan, banyaknya suatu unsur yang dibebaskan
(mengendap) pada suatu elektro (katoda), berbanding lurus dengan bobot ekivalen
unsur tersebut.

 Potensiaal sel: perbedaan potensial antara dua elektroda sel galvanik, dan di ukur
dalam satuan volt, yakni perbedaan potensial antara potensial reduksi (katoda) dan
potensial oksidasi (anoda )

Esel = Ekatoda - Eanoda (berdasarkan Eo 1/2 reaksi reduksi)

Esel = Eanoda - Ekatoda (berdasarkan Eo 1/2 reaksi oksidasi)

Esel = Eoksidasi + Ereduksi

 Potensial setengah sel ("oksidasi" ataupun" reduksi") secara individual tidak dapat
diukur. Yang dapat di ukur hanyalah perbedaan antara 2 potensial setengah sel yang
nilainya merupakan nilai emf dari suatu sel.

 Nilai potensial elektroda standar untuk hidrogen (Pt, H2 (g, 1 bar)/H+(aq, 1M) adalah
nol

 H+(aq) + e- → ½ H2(g) Eo sel =0 volt

31
 Nilai potensial setengah sel dari semua setengah reaksi rrdoks di ukur dengan
mengkaitkan / membandingkan kepada elektroda hidrogen standar.

Hukum Faraday menemukan hubungan antara massa yang dibebaskan atau diendapkan
dengan arus listrik. Hubungan ini dikenal dengan Hukum Faraday.

1 mol elektron = 1 Faraday = 96500 Coulomb

Hukum Faraday I

“Jumlah massa zat yang dihasilkan pada lektroda (katoda atau anoda) berbanding lurus
dengan jumlah listrik yang digunakan selama elektrolisis”

m = e . i . t / 96.500

q=i.t

Dimana:

m = massa zat yang dihasilkan (gram)

e = berat ekivalen = Ar/ Valensi = Mr/Valensi

i = kuat arus listrik (amper)

t = waktu (detik)

q = muatan listrik (coulomb)

Apabila arus listrik sebesar 1 Faraday ( 1 F ) dialirkan ke dalam sel maka akan dihasilkan :

 1 ekivalen zat yang disebut massa ekivalen (e)


 1 mol elektron ( e- )

Cara menghitung massa ekivalen (e) :

e = Ar Unsur / jumlah muatan ionnya

32
Contoh jika 1 F dialirkan ke reaksi elektrolisis :

Cu2+ + 2e- → Cu

maka massa ekivalen ( e ) logam Cu (Ar Cu = 63,5) = e Cu = 63,5/2 = 31,75


jika arus listrik diperbesar menjadi 2 kalinya massa Cu yang diendapkan juga dikali 2.

jika mol elektron = 1 mol maka :


Cu2+ + 2e- → Cu
1/2 mol 1 mol 1/2 mol

Elektrolit(kuat)sulit larut/sedikit larut

Konstanta keseimbangan hasil kelarutan, ksp

Senyawa ionik yang sulot larut atau sedikit larut, misalnya MxAy,di dalam larutan
jenuhnya, akan berada dalam ke adaan setimbang antara bentuk padanya dan bentuk hasil
disosiasinya berupa ion.

Nilai ksp di pengaruhi oleh suhu, secara umum nilai ksp suatu senyawa ionik meningkat
dengan kenaikan suhu. Ksp senyawa ionik sulit larut bernilai tetap pada suhu tertentu, dan
nilai ksp yang di cantumkan dalam handbook adalah pada kondisi standar (suhu 25o C).

Penggunaan ksp (penting) hanya untuk senyawa-senyawa ionik sulit larut/sedikit larut.

 Memprediksi apakah akan terbentuk endapan di dalam suatu pencampuran ionik

 Menentukan kelarutan suatu senyawa ionik, dan sebaliknya nilai ksp suatu senyaea
ionik dapat di tentukan bila kelarutannya di ketahui

Pengaruh ion senama (common ion effect) terhadap kelarutan senyawa-senyawa ionik.

Penambahan ion swnama ke dalam suatu larutan jenuh senyawa ionik akan menyebabkan
kelarutan senyawa tersebut berkurang (dan terbentuk).

Misal: larutan jenuh CaSO4, berada dalam keadaan setimbang Seperti berikut,

CaSO4(s) ↔ Ca2+(aq) + SO42-(aq)

33
Bila ke dalam larutan ini di tambahkan NaSO4, maka keseimbangan akan bergeser
kekiri sehingga terbentuk endapan CaSO4.

Kelarutan AgCl dalam larutan HCl encer < kelarutan AgCl dalam H2O, hal ini di
karenakan adanya efek ion senama (Cl-) dalam larutan HCl encer.

Atom logam mempunyai 2 jenis valensi

1. Valensi primer: (berdasarkan banyaknya e yang dapat di lepaskan oleh atom logam).

2. Valensi sekunder: berdasarkan kemampuan ion logam (pusat) membentuk ikatan


kovaleb koordinasi dengan gugus terkoordinasi (ligand).

Tipe ligand:

 Unidentat, (ligand yang dapat menyediakan sepasang elektron)

 Multidentat, (ligand yang dapat menyediakan leboh dari sepasang elektron di


tempat/posisi yang berbeda).bila ikatan antara ion logam dan multidentat membentuk
cincin, maka ion kompleks yang terbentuk dinamakan kelat (chelate) dan ligandnya di
sebut pengkelat (chelating agents). Bentuk lingkar (cincin)yang terbentuk biasanya
berupa pola cincin segi 5 dan segi 6.

Beberapa contoh chelating agents

1. En : etilendiamina

2. Oks : oksalat

3. O-fen : o-fenantrolin

4. Dien : dietilentriamina

5. Trien : trietilentetraamina

6. EDTA : etilendiaminatraasetat

Ciri-Ciri Senyawa Elektrolit Kuat, Elektrolit Lemah Dan Senyawa Non Elektrolit

Pada postingan sebelumnya, mas dennis pernah membahas mengenai pengertian dari
senyawa elektrolit kuat, elektrolit lemah dan senyawa non elektrolit. berdasarkan pembahasan
tersebut, sedikit banyaknya kita pasti bisa mengidentifikasi ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh

34
ketiga jenis senyawa tersebut, biar adik-adik lebih paham biarlah mas dennis saja yang akan
mengidentifikasi ciri-ciri khusus tersebut. Baiklah inilah ciri-ciri yang dimiliki oleh senyawa
elektrolit kuat,elektrolit lemah dan senyawa non elektrolit, kita mulai dari senyawa elektrolit
kuat ....

1. Ciri-Ciri Senyawa Elektrolit Kuat

Berikut ini ciri-ciri dari senyawa elektrolit kuat :

Memiliki derajat ionisasi ( a ) = 1 , karena senyawa elektrolit kuat terurai di dalam air
membentuk ion-ion sebanyak 100 %.

Baca : Pengertian Dan Penjelasan Mengenai Derajat Ionisasi

Memiliki daya hantar listrik yang sangat baik.( dalam larutan )

Larut dalam bentuk ion-ion.

Umumnya senyawa elektrolit kuat memiliki tingkat kelarutan yang cukup tinggi di dalam air.

Umumnya senyawa elektrolit kuat memiliki ikatan ion ( terutama dari jenis garam ).

2. Ciri-Ciri Senyawa Elektrolit Lemah

Berikut ini ciri-ciri dari senyawa elektrolit lemah :

Memiliki derajat ionisasi ( a ) = 0 < a < 1 , karena senyawa elektrolit lemah terurai di dalam
air membentuk ion-ion sebanyak kurang dari 100 %. Memiliki daya hantar listrik yang
kurang baik.(dalam larutan) Larut dalam bentuk ion-ion dan molekul-molekul.

Ada senyawa elektrolit lemah yang memiliki tingkat kelarutan yang cukup tinggi di dalam air
tetapi ada pula senyawa elektrolit lemah yang memiliki tingkat kelarutan yang sangat rendah
di dalam air . Umumnya senyawa elektrolit lemah memiliki ikatan kovalen polar.

3. Ciri-Ciri Senyawa Non Elektrolit

Berikut ini ciri-ciri senyawa non elektrolit :

Memiliki derajat ionisasi ( a ) = 0 , karena senyawa non elektrolit tidak akan terurai di dalam
air untuk membentuk ion-ion melainkan hanya berbentuk molekul-molekul yang tidak
bermuatan. Tidak dapat menghantarkan listrik. Larut dalam bentuk molekul-molekul.

35
Meskipun beberapa senyawa non elektrolit seperti alkohol dan urea dapat larut dengan baik
di dalam air, tetapi umumnya senyawa non elektrolit memiliki tingkat kelarutan yang sangat
rendah di dalam air. Umumnya senyawa non elektrolit memiliki ikatan kovalen non polar.

B. Contoh Dari Senyawa Elektrolit Kuat, Elektrolit Lemah Dan Senyawa Non Elektrolit

1. Contoh Senyawa Elektrolit Kuat

Sebelumnya, mas dennis telah paparkan bahwa ciri dari senyawa elektrolit kuat itu ialah
senyawa tersebut memiliki ikatan ion, terutama dari jenis garam,, eittts .. tapi tunggu dulu,
jenis garam yang mas dennis maksud disini ialah jenis garam yang mudah larut di dalam air
seperti contoh di bawah ini :

 Jenis Garam 1 = Logam Golongan I A + Non Logam Gol VII A ( Garam Yang
Mudah Larut )

Contohnya = NaF ( Natrium Flourida ) , KF , LiF , NaCl , LiCl , KCl , NaBr , KBr ,
LiBr , NaI , KI dll

 Jenis Garam 2 = Logam Golongan II A + Cl , Br ( Garam Yang Mudah Larut )

Contohnya = MgCl2 ( Magnesium Klorida ) , CaCl2 , SrCl2 , BaCl2 , MgBr2 , CaBr2


, BaBr2 dll

 Jenis Garam 3 = Logam I A / II A + Ion Poliatomik ( Garam Yang Mudah Larut )

Contohnya = Na2SO4 ( Natrium Sulfat ) , NaNO3 , KNO3 , MgSO4 , NaClO3 ,


CH3COONa , (NH4)2SO4 , K2Cr2O7 dll.

 Jenis Garam 4 = Logam Golongan Transisi + Non Logam Cl ( Garam Yang Mudah
Larut )

Contohnya = FeCl2 ( Besi(II)Klorida ) , ZnCl2 , CuCl2 , NiCl2 dll

 Jenis Garam 5 = Logam Golongan Transisi + Ion Poliatomik ( Garam Yang Mudah
Larut )

Contohnya = FeSO4 , CuSO4 , Cu(NO3)2 , Zn(NO3)2 dll

Jenis Asam Kuat Seperti = HCl , HBr , HI , HNO3 , H2SO4 , HClO3 , HClO4 dll

36
Jenis Basa Kuat Seperti = LiOH , NaOH ,KOH , RbOH , Ca(OH)2 , Ba(OH)2 dll.

2. Contoh Senyawa Elektrolit Lemah

Senyawa elektrolit lemah umumnya memiliki ikatan kovalen polar, berikut ini contoh dari
senyawa elektrolit lemah :

Jenis Garam Yang Sukar Larut Seperti = CaCO3 , FeC2O4 , CuI , ZnS dll

Jenis Asam Lemah Seperti = H2S , HF , HCOOH , CH3COOH , HNO2 , H2CO3 , HCN ,
H3PO4 dll

Jenis Basa Lemah Seperti = NH4OH , Zn(OH)2 , Be(OH)2 , Fe(OH)3 , Mg(OH)2 dll

3. Contoh Senyawa Non Elektrolit

Senyawa non elektrolit umumnya memiliki ikatan kovalen non polar , serta senyawa ini
biasanya berasal dari senyawa organik. Contohnya : Gula ( Sukrosa ) , Urea , Methanol (
CH3OH ) , Alkohol ( C2H5OH ) , Benzena ( C6H6 ) dll.

Prinsip larutan isotonik dan pengaturan tonisitas larutan

Tonisitas: membandingkan tekanan osmosis antara dua cairan yang di pisahkan oleh
membran semi permeabel.

Tonisitas sangat penting dalam farmasi, mulai dari cara perhitungan tonisitas, sampai pada
peranan dan fungsi dari larutan isotonis yang masuk ke dalam tubuh manusia.

Dalam sistem osmosis, di kenal 3 tipe larutan

 Larutan isotonik

Dua larutan yang mempunyai konsentrasi solute sama

Dalam sistem fluida biologis, konsentrasi solute di luar cell = di dalam cel.

 Larutn hipotonik

37
Larutan dengan konsentrasi solute (yang diintroduksi) lebih rendah

Didalam sistem fluida biologis, konsentrasi solute di luar sel < didalam cell.

 Larutan hipertonik

Larutan dengan konsentrasi solute (yang diintroduksi) lebih tinggi

Dalam sistem fluida biologis, konsentrasi solite di luar cell > didalam cell.

Difusi osmotik terjadi bila konsentrasi antara 2 larutan yang terpisah dengan membran
tidak sama maka molekul air akan berdifusi nelewati membran dari konsentrasi rendah ke
konsentrasi tinggi sampai kedua konsentrasi larutan seimbang.

Koefisien osmotik: faktor van't hoff pada larutan elektrolit

Persamaan tekanan osmosis untuk:

Larutan non-elektrolit: 𝜋 = RTM

larutan elektrolit : 𝜋 = iRTM

Metode NaCl equivalent (mellen and seltzer, 1936)

Berdasarkan nilai kesetaraan natrium klorida:E

E : banyaknya kandungan NaCl (dalam larutan)yang penurunan titik bekunya sama besarnya
dengan penurunan titik beku 1gram obat yang terkandung dalam larutan tersebut.

1.isotonis

Jika suatu larutan konsentrasinya sama besar dengan konsentrasi dalam sel darah merah,
sehingga tidak terjadi pertukaran cairan di antara keduanya, maka larutan dikatakan isotonis (
ekuivalen dengan larutan 0,9% NaCl ).

2.Isoosmotik

Jika suatu larutan memiliki tekanan osmose sama dengan tekanan osmose serum darah, maka
larutan dikatakan isoosmotik ( 0,9% NaCl, 154 mmol Na+ dan 154 mmol Cl- per liter = 308
mmol per liter, tekanan osmose 6,86 ). Pengukuran menggunakan alat osmometer dengan
kadar mol zat per liter larutan.

38
3.Hipotonis

Turunnya titik beku kecil, yaitu tekanan osmosenya lebih rendah dari serum darah, sehingga
menyebabkna air akan melintasi membrane sel darah merah yang semipermeabel
memperbesar volume sel darah merah dan menyebabkan peningkatan tekanan dalam sel.
Tekanan yang lebih besar menyebabkan pecahnya sel – sel darah merah. Peristiwa demikian
disebut hemolisa.

4.Hipertonis

Turunnya titik beku besar, yaitu tekanan osmosenya lebih tinggi dari serum darah, sehingga
menyebabkan air keluar dari sel darah merah melintasi membran semipermeabel dan
mengakibatkan terjadinya penciutan sel – sel darah merah. Peristiwa demikian disebut
Plasmolisa.

Bahan pembantu mengatur tonisitas adalah : NaCl, Glukosa, Sukrosa, KNO3 dan NaNO3

Prinsip Larutan Isotonik Dan pengaturan Tonisitas Larutan

1. Uraikan secara jelas dan ringkas sistem larutan isotonik dan jelaskan cara pengaturan
tonisitas larutan isotonik.
Koefisien osmotik: faktor vant’t Hoff pada larutan elektrolit
Persamaan tekanan osmosis untuk :
- Larutan non-elektrolit : 𝜋 = 𝑅𝑇𝑀
Laruran elektrolit : 𝜋 = 𝑖𝑅𝑇𝑀
- Berapa tekanan osmosis larutan NaCI 0,9% pada suhu 25°C
Diketahui bobot molekul NaCl = 58,5 g mol-1
Faktor van’t Hoff (“i”) larutan NaCl = 1,9 dan R = 0.082 L atm K-1 mol-1
Konsentrasi molar NaCl 0.9% = 0,9 g NaCl/100 mL (= 9,0 g NaCl/L) ... = 0,1538 M
𝜋 = 𝑖𝑅𝑇𝑀
𝜋 = (1,9)(0,082 L atm K-1 mol-1)(298 K)(0,1538 mol L-1) = 7,14 atm

Perhitungan tonisitas larutan dengan menggunakan nilai Liso


Larutan isotonik terhadap fluida tubuh (darah): larutan yang mempunyai titik
Beku = -0,52 °C ..... ∆Tr nya = 0,52
Larutan NaCl 0,9% ..... memiliki ∆Tr = 0,52

39
Liso larutan NaCl 0,9% :
Untuk larutan non-ideal ..... ∆Tr = KfM
..... larutan elektrolit : ..... ∆Tr = iKfM
..... iKf = Liso ..... ∆Tr = LisoM
Berapa nilai Liso larutan NaCl 0,9% ..... (0,1538 M)
∆Tr
Liso = 𝑚
0,52
Liso = 0,1538 = 3,4

Perhitungan pengaturan tonisitas larutan :

1. Metode penuruana titik :

∆𝑇𝑓
1a) ∆𝑇𝑓 =LISO.M ……. M=LISO

Dimana

M-=konsentrasi molar NaCL yang diperlukan untuk mencapai nilai ∆𝑇𝑓 = 0,52 ∆𝑇𝑓 =
0,52 − ∆𝑇flarutan obat dan Liso =Liso NaCL LISO=3,4

𝑋 ∆𝑇𝑓
1b) 0,9=0,52

Dimana

X=banyaknya gram NaCL yang dibutuhkan agar larutan isotonis

∆𝑇𝑓 = 0,52-∆𝑇𝑓larutan obat

II) Metode-metode ekuivalensi Nacl :

𝐿𝑖𝑠𝑎
E = 17,2 𝐵𝑀

Dimana

E =nilai ekuivalensi (kesetaraan) NaCL

0,52
LISA = …….. M:konsentrasi molar (isotonis) obat
𝑀

Banyaknya NaCL yang di perlukan =(0,9 –E)

40
Contoh :

1*). Berapa banyaknya NaCL diperlukan dalam penyiapan 100 mL larutan pilokarpin
hidroklorida 1% agar larutan isotonic terhadap fluida tubuh
Diketahui ∆𝑇𝑓 larutan filokarpin hidroklorida 1%= 0,13 k, dan ∆𝑇𝑓 larutan NaCL
0,9%=0,52 dan bobot molekul NaCL =58,6 G MOL-1
Dan juga diketahu konsentrasi Liso larutan pilokarpin hidroklorida =4,08% dan bobot molekul
pilokarpin diketahui =244,72 g mol-1
Penyelesaian :
∆𝑇𝑓 0,39
Cara 1.a) : M=𝐿𝑖𝑠𝑜 = 3,4 =0,1147 …… jadi konsentrasi NaCL=0,1147 MOL-1

Banyaknya larutan isotonis hidroklorida 1% yang disiapkan =100 ml ..


Jadi nacl yang diperlukan =0,01147 molx 58,5 g mol;1 = 0,71
Jadi dalam pfrepasi 100 ml pilokarpin hidroklorida 1%
Dilarutkan 1 g pilokarpin hidroklorida dan 0,671 g nacal dengan air ad 100 ml

𝑥 0,39
Cara 1.b): 0,9 = =0,1147 …… jadi konsentrasi nacl dengan air .. ad 100 ml
3,4

Jadi nacl yang diperlukan =0,01147 mol =0,1147 mol x 58,5 g mol;1 =0,675 g
Jadi dalam preparasi 100 ml pilokarpin hidroklorida dan 0,675 g nacl dengan air .. ad
100 ml

Cara II : cara ini diperlukan data konsentrasi Liso larutan pilokarpin hidroklorida yang
diketahui =4,08 % dan bobot molekul pilokarpin hidroklorida (diketahui =244,72 g mol;1)
𝐿𝐼𝑆𝑂
E=17,2 𝑀
0,52
Dimana Liso= 𝑚

Konsentrasi Liso larutan pilokarpin hidroklorida =4,08 %


4,08 𝑔 40,8 0,1667
Yakni =100 𝑚𝑙= = =0,16667 M
𝐿 𝐿
0,52
LISO=0,1667=3,12
𝐿𝐼𝑆𝑂
E =17,2 =17,2
𝐵𝑀

NACL diperlukan =(0,9=E)=(0,9-0,22)g=0,68 g


Jadi dalam preparasi 100 ml pilokarpin hidroklorida 1% dilarutkan 1 g hidroklorida dan 0,68
g nacl dengan air .. ad 100 ml

41
2*). Berapa gram banyaknya nacl ditambahkan kedalam 100 ml larutan atropine sulfat 1%
agar larutan isotonic terhadap fluida tubuh
Atf larutan atropine sulfat 1% adalh 0,065 k dan at larutan nacl 0,9 % = 0,52 k dan bobot
molekul nacl =58,5 g mol-1
Diketahui bm atropine sulfat =694,82 g mol;1 dan l iso atropine sulfat diketahui = 4,44
Selesaikan dengan menggunakan persamaan 1 (1a dan 1b) dan persamaan II

3*)kelanjutan soal no 2 ) nerapa gram banyaknya dextrose ditambahkan ke dalam 100 ml


larutan atropine sulfat 1% untuk menggantikan fungsi nacl pada soal nomor 2 tersebut bila
diketahui nilai kesetaraan nacl (E) dextrose =0,6
Dalam hal ini dapat digunakn persamaan sederhana seperti berikut :

Jadi banyaknya dextrose yang diperlukan untuk menggantikan fungsi 0,79 g nacl = 4,94 g
Angka 0,79 g untuk nacl diperoleh dari penyelesaian soal nomor 2

Jadi dalam preparasi 100 ml atropine sulfat 1%


Dilarutkan 1 g pilokarpin atropine sulfat dan 4,9 g dextore dengan arir .. ad 100 ml

42
HUKUM HENRY

Persamaan Hukum Henry:


P = KH X
KH = Henry’s Law constant, X = mole fraction
Increasing the partial pressure of a gas over a liquid increases the amount of gas disolved
in the liquid.
KH depends on temperatur

C = kP
C is the concentration (M) of the dissolved gas

K is constant (mol/L•atm) that depends only on temperature

P is the pressure of the gas over the solution

KELARUTAN GAS DALAM CAIRAN

GAS + CAIRAN → LARUTAN

(larutan gaseous dengan tekanan)

Kelarutan gas dalam suatu cairan bergantung pada :

43
- Tekanan
- Temperatur
- Reaksi kimia (bila terjadi reaksi)
- Adanya garam

Contoh larutan gaseous :

- Larutan HCL
- Larutan Ammonia
- Minuman berbuih (mengandung CO2)
- Produk aerosol (CO2 atau N2)

Efek tekanan :
Hukum Henry:
Dalam keadaan setimbang (pada temperatur konstan),
“konsentrasi gas yang terlarut sebanding dengan tekakan persial gas
(dalam fase gas)
→ kelarutan gas meningkat bila tekanan deperbesar

Untuk uraian tidak encer, satuan konsentrasi gas : fraksi mol (“Xi)
Untuk larutan encer, satuan konsentrasi gas : molar (“M”)
Efek temperatur :
Kelarutan gas menurun bila temperatur diperbesar
→ catatan : - hati-hati membuka tutup larutan gaseous (misal
dalam botol) pada kondisi panas.
- misalnya untuk membuka tutup larutan gaseous
etil nitrat lakukan dengan direndam dalam air
Efek reaksi kimia :
Kelarutan suatu gas yang bereaksi dengan cairan (pelarut) lebih tinggi dari
pada kelarutan suatu gas yang tidak bereaksi dengan cairan pelarut.
Misal : kelarutan HCl 10000 kali kelarutan O2 dalam H2O.
Larutan-larutan gaseous (terjadi reaksi), tidak memenuhi hukum Henry,
seperti larutan HCL, ammonia dan CO2.

44
Efek adanya garam :
Bila kedalam larutan gaseous ditambahkan garam/elektrolit, akan terjadi
salting out (“pembebasan gas”).
Hal ini disebabkan terjadinya atraksi ion-ion elektrolit dengan molekul H2O.
Misalnya : kedalam “carbonated solution” ditambah sedikit garam, akan
terjadi salting out.
 Calculate the concentration of CO2 in a soft drinks that is bottled with a partial
pressure of CO2 0f 4.0 atm over the liquid at 25°C. The Henry’s law constant
for CO2 in water at this temperature is 3,4 x 10-2 mol/L-atm.
 Calculate the concentration of CO2 in a soft drink after the bottle is opened and
equilibrates at 25°C under a CO2 partial pressure of 3.0 x 10-4 atm.
 When the partial press of nitrogen over a sample of water at 19.4°C is 9.20
atm, the concentration of nitrogen in the water is 5.76 x 10-3 mol L-1. Compute
Henry’s law constant for nitrogen in water at this temperature.
Table 1 : some forms of Henry’s law and constants (gases in water at 298 K)(7)

equation 𝑃gas 𝐶𝑎𝑞 𝑃gas 𝐶𝑎𝑞


KH.pc = KH.pc = 𝑃gas KH.px = KH.cc = 𝐶𝑔𝑎𝑠
𝐶𝑎𝑞 𝑋𝑎𝑞

dimensasi Lsoln. atm molgas 𝑎𝑡𝑚. molsoln dimensionless


[ ] [ ] [ ]
molgas Lsoln. atm molgas
O2 769.23 1.3 E-3 4.259 E4 3.180 E-2

H2 1282.05 7.8 E-4 7.099 E4 1.907 E-2

CO2 29.41 3.4 E-2 0.163 E4 0.8317

N2 1639.34 6.1 E-4 9.077 E4 1.492 E-2

He 2702.7 3.7 E-4 14.97 E4 9.051 E-3

Ne 2222.22 4.5 E-4 12.30 E4 1.101 E-2

Ar 714.28 1.4 E-3 3.955 E4 3.425 E-2

CO 1052.63 9.5 E-4 5.828 E4 2.324 E-2

Henry’s constants (gases in water at 298.15 K)

45
 Hitung bobot molekul suatu senyawa disakarida yang dilakukan sebanyak 24,1
g kedalam 1000 g H2O pada suhu kamar (25°C), berdasarkan data (percobaan)
berikut : Tekanan uap larutan ini = 23,73 mmHg, dan diketahui tekanan uap
H2O = 23,76 mmHg pada suhu 25°C dan bobot molekul H2O = 18,0 g mol-1.
(P°pel – Plar) = Xi. P°pel
nz.terl
0,03 mmHg = 𝑛𝑝𝑒𝑙
24,1 𝑔 55,5 𝑚𝑜𝑙 𝑥 0,03 𝑚𝑚𝐻𝑔
=
𝐵𝑀 𝑋 23,76 𝑚𝑚𝐻𝑔
24,1 𝑔
= 0,07 mol
𝐵𝑀 𝑋
24,1 𝑔
𝑩𝑴 𝑿 = 0,07 𝑚𝑜𝑙 = 344,29 g mol-1

 Latihan :
3 gram urea dilarutkan kedalam 500 g air.
Berapa titik beku larutan bila diketetahui titik beku normal air = 0°C dan K r =
1,86 K/molal dan BM urea, (NH2)2CO = 60 g/mol
∆Tf = Kf. m
1000 (𝑔 𝑢𝑟𝑒𝑎)
∆Tf = KF 𝑔 𝑎𝑖𝑟 𝑥 𝐵𝑀 𝑢𝑟𝑒𝑎 = 0,186 K

Titik beku lar = -0,186°C


 Titik beku larutan dari 2 g suatu zat turunan benzen yang dilarutkan dalam 100
g benzen mengalami penurunan sebesar 0,6095°C. Hitung bobot molekul zat
tersebut, bila diketahui Kf benzen = 5,12 K mol-1, dan berapa titik beku
larutan ini bila diketahui titik beku benzen = 5,5°C
Konsentrasi molal (m) :
1000 𝑔 𝑥 𝑔 𝑧.𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
m = 𝑔 𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑥 𝐵𝑀 𝑧.𝑡𝑒𝑟𝑙𝑟𝑡

∆Tf = Kf. m
∆Tf
m=
Kf
1000 𝑔 𝑥 𝑔 𝑧𝑎𝑡 𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 ∆Tf
=
𝑔 𝑧.𝑝𝑒𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑥 𝐵𝑀 𝑧.𝑡𝑒𝑟𝑙𝑟𝑡 Kf
1000 𝑔 𝑥 𝑔 𝑧.𝑡𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡
BM z.terlarut = Kf ∆Tf x g pelarut
1000 𝑔 𝑥 2 𝑔
BM z.terlarut = 5,12 k mol-1 0,6095 𝑘 𝑥 100 𝑔 = 168 g mol-1

Penyimpangan sifat koligatif larutan (aquous) elektrolit


Salute Cone t.beku Cone 𝜋(atm)

46
C6H12O6 1m -1,86°C 0,01 M 0,224

KCl 1m -3,45°C 0,01 M 0,435

-
NiCl2 1m -5,38°C

BaCl2 - 0,01 M 0,610

Faktor Van Hoff : i


𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑘𝑜𝑙𝑖𝑔𝑟𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑢𝑘𝑢𝑟
ἰ= 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑘𝑜𝑙𝑖𝑔𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙

i= 1 untuk larutan non-elektrolit


i>1 untuk larutan elektrolit
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑟𝑡𝑖𝑘𝑒𝑙 𝑡𝑒𝑟𝑑𝑖𝑠𝑜𝑠𝑖𝑎𝑠𝑖
ἰ = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑟𝑡𝑖𝑘𝑒𝑙 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑑𝑖𝑠𝑜𝑠𝑖𝑎𝑠𝑖

i = 2,3 dst untuk lar elektrolit kuat dan i bergantung pada nilai 𝛼 untuk larutan
elektrolit lemah
(𝑖−1)
i= 1 + 𝛼 (v-1) atau 𝛼 = (𝑣−1)

contoh : larutan asam asetat, v = 2


 Didapatkan titik beku larutan asam asetat 0,01 m = -0,0194°C
Tentukan nilai derajat disosiasi larutan, selanjutnya tetapkan nilai Ka lar Hac.
∆Tf pengamatan 0,0194
ἰ= = 0,0186 = 1,043
∆Tf normal
(𝑖−1 )
𝛼 = (𝑣−1) = 0,043 𝛼 = 4,3%
𝑎2𝑐
𝐾𝑎 = = 1,93 x 10-5
(1−𝑎)

47
48
Kenaikan titik didih

Titik didih adalah temperatur dimana tekanan uap sama dengan tekanan atmosfer.
Selama gelembung terbentuk dalam cairan, berarti selama cairan mendidih, tekanan uap sama
dengan tekanan atmosfer, karena tekanan uap adalah knstan maka suhu dan cairan yang
mendidih akan tetap sama. Penambahan kecepatan panas yang di berikan pada cairan yang
mendidih hanya menyebabkan terbentuknya gelembung uap air lebih cepat. Cairan akan lebih
cepat mendidih, tapi suhu didih tidak naik. Jelas bahwa titik didih cairan tergantung dari
besarnya atmosfer.

Titik didih merupakan satu sifat lagi yang dapat di gunakan untuk memperkirakan
secara tak langsung berapa kuatnya gaya tarik antar molekul dalm cairan. Cairan yang gaya
tarik antar molekulnya kuat, titik didihnya tinggi dan sebalikny bila gaya tarik lemah, titik
didihnya rendah.

Penurunan titik beku

Dengan cara penurunan rumus yang sama dengan kenaikan titik didih di peroleh bahwa:
Penurunan titik beku larutan ~ konsentrasi molal

Tekanan osmosis

Osmosis adalah peristiwa mengalirnya pelarut murni melalui membran semipermiabel ke


larutannya. Tekanan osmosis tekanan luar yang harus dikenakan pada larutan untuk
mencegah mengalirnya molekul-molekul pelarut murni apabila larutan dan pelarutnya di
pisahkan oleh membran semipermeabel.

Osmosis:prosesnya berlangsung lambat (beberapa jam-beberapa hari)

Larutan isotonik: larutan yang mempertahankan tekanan osmoaia yang sama

Setelah proses osmosis mencapai keseimbangan: tinggi cairan pada kolom larutan > tinggi
cairan pada kolom pelarut.

Sifat-sifat koligatif larutan

Sifat-sifat umum yang di miliki larutan

 Penurunan tekanan uap

49
 Kenaikan titik didih

 Penurunan titik beku

 Tekanan osmosis

Penurunan tekanan uap

Misalnya: larutan terdiri dari 2 komponen

A= pelarut

B= zat terlarut non-volatil

Hokum raoult: PA = XA . PAo

(XA = 1 - XB)

PA = (1 - XB)PAo

PAo – PA = XB.PAo

Untuk larutan encer: nb/na

Karena: nB<<nA

𝑛𝐵
PAo – PA = 𝑛𝐴 PAo

PoA - PA= penurunan tekanan uap

PoA = tekanan uap murni

PA = tekanan uap larutan

Kinetika reaksi kimia dalam bidang farmasi

Dekomposisi obat dalam suatu bentuk sedian…terjadi…sebagai akibat senyawa kimia obat
tersebut mengalami degradasi

Bentuk / tipe reaksi utama yang dapat menyebabkan terjadinya degradasi senyawa
obat

 Hidrolisis (yang paling umum)

50
 Oksidasi( yang paling umum)

 Dekomposisi fotokimia

 Isomerisasi

 Polimerisassi

Hidrolisis

Misalnya:

Aspirin + H2O → asam salisilat + asam asetat

Procaine + H2O → p-Aminobenzoic acid + β-Diethylaminoethanol

Senyawa-senyawa obat yang rentan terhadap hidrolisis, antara lain golongan ester,
amida, laktam, dan imida.

Proteksi degradasi hidrolisi, misalnya

 Eliminasi / menurunkan kandungan H2O.

 Mengatur pH medium sediaan.

 Pembentukan kompleks.

Contoh:inhibisi hidrolisis bezocaine dengan penambahan caffeine membentuk


komplek benzocaine-caffeine (nilai t1/2 senyawa kompleks ini meningkat tajam
hanya dengan sedikit penambahan caffeine).

Oksidasi

Misalnya:

Ascorbic acid +O2 Dehydroascorbic acid

Golongan senyawa kimia obat yang rentan terhadap oksidasi antara lain: golongan
steroid, asam-asam lemak tidak jenuh dan senyawa obat yang mengandung ikatan
rangkap terkonyugasi.

Proteksi degradasi oksidatif:

51
 Eliminasi O2:

- Gas inert

- Kemasan vakum

 Penambahan antioxidant ke dalam sistem sediaan

 Pengaturan temperatur

 Pengaturan cahaya

 Hindari kontak dengan ion-ion logam beat seperti besi, cobalt dan nikel

Kinetika reaksi

 Laju reaksi

 Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi

 Mekanisme reaksi

Laju raksi

Jumlah mol reaktan per satuan volume yang bereaksi per satuan waktu

Stuan: mol L-1 detik-1

Hukum laju reaksi

Persamaan dasar reaksi

REAKTAN → PRODUK

(R) (P)

laju suatu reaksi: v atau r

−𝑑[𝑅]
V= ( laju konsumsi reaktan)
𝑑𝑡

𝑑[𝑝]
V= ( laju pembentukan produk)
𝑑𝑡

Hukum persamaan laju reaksi

52
−𝑑[𝑅]
V= = k[R]x
𝑑𝑡

x= order reaksi

k= konstanta laju reaksi

Nilai order dan konstanta laju reaksi di tetapkan melalui percobaan.

Orde reaksi

0,1,2…pecahan, pseudo, campuran dan negative.

Penetapan orde reaksi dan konstanta laju reaksi (harus) melalui percobaan:

Metode:

 Metode laju reaksi awal / dan di kombinasi dengan metode isolasi/pseudo order reaksi

 Metode integrasi (mencocokan hasil pengolahan data percobaan dengan persamaan


laju reaksi yang sesuai).

Untuk reaksi-reaksi dengan mekanisme sederhana(1 tahap):

Order reaksi = koefisien stoikhiometri reaksi.

Untuk reaksi-reaksi dengan mekanisme kompleks (beberapa tahap):

Order reaksi mungkin sama atau tidak sama dengan koefisien stoikhiometri reaksi.

Laju suatu reaksi yang terdiri dari beberapa tahap reaksi dasar, biasanya di jelaskan dengan
menggunakan mekanisme dari masing-masing reaksi tersebut. Tidak semua tahap
mempengaruhi laju reaksi,…tapi hanya tahap reaksi dasar yang paling lambat yang akan
mempengaruhi laju reaksi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi

1. Konsentrasi

2. Luas permukaan kontak

3. Suhu

4. Katalisator

53
5. Pelarut

6. Konstanta dielektrik

7. Cahaya

Persamaan empiris memperlihatkan suatu suhu terhadap konstanta laju reaksi.

−𝐸𝑎
K=A.e 𝑅𝑇

K= rate constant

A=Arrhenius constant

Ea=activation energy

R= gas constant

T=temperature

54
DAFTAR PUSTAKA

Tayangan dosen

Penjelasan dosen pada saat perkuliahan

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Berkas:Osmose.jpg

http://nikenprawesti28.blogspot.co.id/2013/05/1.html?m=1

https://thekicker96.wordpress.com/kesetimbangan-fasa/

https://thekicker96.wordpress.com/kesetimbangan-proses/

https//id.m.wikipedia.org/wiki/materikuliahfarmasifisik/

55

Anda mungkin juga menyukai