Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

FORMULASI SEDIAAN LIPSTIK CAIR

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Teti Indrawati, MS., Apt

Disusun oleh:

Kelompok 9

Ummu Kulsum K 17330063

Dzujajah Gaos 17330069

Rendi Ramadani 17330082

Ahmad Fakhry Ziyanulqays 17330092

Risky Kristiani Ginuni 19330701

PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI


INSTITUT SAINS DAN TEKNOLOGI NASIONAL JAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia dan kasih-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah kami dengan Judul
FORMULASI SEDIAAN LIPSTIK CAIR. Dan kami juga berterimakasih kepada Ibu. Prof.
Dr. Teti Indrawati, MS.,Apt selaku dosen mata Teknologi Kosmetika yang telah memberikan
tugas ini kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai Teknologi Kosmetika. Kami juga menyadari dengan penuh,
banyak terdapat kekurangan dan jauh dari yang kami harapkan. Sehingga, kami berharap
adanya kritikan, saran, dan masukan guna memperbaiki makalah kami ini dimasa yang akan
datang.

Semoga makalah sederhana kami ini yang jauh dari kata sempurna dapat dipahami
dan dimengerti bagi siapapun yang kelak akan membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf
apabila terdapat kesalahan dalam penulisan kata-kata. Sekian dan Terimakasih

Jakarta, 20 Mei 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3

A. Kosmetika 3
B. Penggolongan Kosmetika 3
C. Kategori Kosmetika 4
D. Bibir 4
E. Bibir Kering dan Pecah-pecah 4
F. Krim Bibir (Lip Cream) 5
G. Komponen utama dalam sediaan Krim Bibir (Lip Cream) 5
H. Metode Pembuatan Krim Bibir (Lip Cream) 8
I. Evaluasi Sediaan 9
J. Pra Formulasi Sediaan Krim Bibir (Lip Cream) 10

BAB III PEMBAHASAN 13


A. Formulasi dan evaluasi sediaan lipstik cair Kombinasi ekstrak etanol
kunyit (curcuma longa l.) Dan kayu manis (cinnamomum burmanni) 13
B. Pemanfaatan Ekstrak Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.)
sebagai Pewarna dan Antioksidan Alami dalam Formulasi Lipstrik dan
Sediaan Oles Bibir 18
C. Merancang Formulasi Sediaan Krim Bibir (Lip Cream) 21
D. Kesimpulan 26

BAB IV KESIMPULAN 27

A. Kesimpulan 27

B. Saran 27

DAFTAR PUSTAKA 28

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia nomor HK.00.05.4.1745 tahun 2003 tentang kosmetik, kosmetik adalah
bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh
manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan
mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan
dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada
kondisi baik.
Perkembangan ilmu serta industri kosmetik mulai berkembang pesat pada
abad ke-20 dan kosmetik menjadi salah satu bagian penting bagi masyarakat modern
yang digunakan untuk menjaga kebersihan, meningkatkan daya tarik, dan rasa
percaya diri. Salah satu jenis kosmetik yang banyak digunakan masyarakat adalah
pewarna bibir. Pewarna bibir termasuk dalam jenis kosmetik dekoratif yang hakikat
fungsinya adalah untuk memberikan warna pada bibir sehingga memberikan kesan
ekspresi wajah yang menarik dan sehat (Depkes RI 1985).
Sediaan pewarna bibir terdapat dalam berbagai bentuk, seperti krayon, cairan,
dan krim. Sediaan pewarna bibir dalam bentuk krim atau disebut juga dengan lip
cream belakangan ini semakin banyak diminati dan banyak muncul di pasaran.
Sediaan ini juga lebih diminati oleh konsumen karena memiliki beberapa keuntungan
seperti menghasilkan warna yang lebih merata pada bibir dan dapat melembabkan
bibir lebih lama dibandingkan dengan menggunakan pewarna bibir dalam bentuk
padat (Butler et al. 2000).
Make up bibir cair modern terdiri atas suatu bahan pembentuk lapisan atau
film di permukaan bibir, bahan plasticizers, pelarut, dan zat pewarna (Tranggono &
Latifah 2014). Zat pewarna merupakan bagian penting dari kosmetik dekoratif.
Berdasarkan sumbernya, zat pewarna dibagi menjadi dua yaitu zat pewarna alami dan
zat pewarna sintetis. Zat pewarna sintetis banyak digunakan karena memiliki
beberapa keuntungan seperti memiliki rentang warna yang luas, lebih mudah diatur
intensitas warnanya, lebih stabil terhadap berbagai kondisi lingkungan, serta lebih
murah sehingga lebih disukai oleh produsen (Muliayawan 2013; Kartina et al).

1
Pewarna Bibir termasuk produk kosmetik wajah yang sudah menjadi identitas bagi
wanita pada zaman modern ini, tanpa polesan pewarna bibir ini banyak diantara
wanita merasa kurang tampil percaya diri di depan umum. Kebutuhan terhadap
pewarna bibir terus meningkat seiring dengan munculnya produk pewarna bibir baru
baik dalam negeri maupun merek global yang terus mengikuti kebutuhan
konsumennya. Pewarna bibir digunakan terutama oleh para wanita untuk menambah
warna pada wajah sehingga tampak lebih segar, membentuk bibir, serta memberi ilusi
bibir lebih kecil atau besar tergantung warna yang digunakan. Selain itu pewarna bibir
memiliki manfaat lain, selain sebagai pewarna bibir, juga berfungsi sebagai pelembab
perlindungan bibir bahkan sebagai perawatan untuk mengurangi kerutan pada bibir.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Karakteristik Sediaan Krim Bibir (Lip Cream) yang baik?
2. Apa komponen sediaan yang digunakan pada pembuatan Krim Bibir (Lip
Cream)?
3. Apa Metode yang dapat digunakan untuk membuat sediaan Krim Bibir (Lip
Cream)?
4. Evaluasi apa saja yang harus dilakukan pada pembuatan sediaan Krim Bibir
(Lip Cream)?
5. Bagaimana Rancangan Formulasi Krim Bibir (Lip Cream)?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui Karakteristik Sediaan Krim Bibir (Lip Cream) yang baik.
2. Untuk mengetahui komponen sediaan yang digunakan pada pembuatan Krim
Bibir (Lip Cream).
3. Untuk mengetahui Metode yang dapat digunakan untuk membuat sediaan
Krim Bibir (Lip Cream).
4. Untuk mengetahui Evaluasi yang harus dilakukan pada pembuatan sediaan
Krim Bibir (Lip Cream).
5. Untuk mengetahui Rancangan Formulasi Krim Bibir (Lip Cream).

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kosmetika
Menurut keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia nomor HK.00.05.4.1745 tahun 2003 tentang kosmetik, kosmetik adalah
bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan pada bagian luar tubuh
manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir dan organ genital bagian luar) atau gigi dan
mukosa mulut terutama untuk membersihkan, mewangikan, mengubah penampilan
dan atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau memelihara tubuh pada
kondisi baik.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 220/Men.Kes/Per/IX/76 tentang
Produksi dan Peredaran Kosmetik dan Alat Kesehatan, yang dimaksud dengan
kosmetik adalah bahan atau campuran bahan untuk digosokkan, dilekatkan,
dituangkan, dipercikkan atau disemprotkan pada, dimasukkan dalam, dipergunakan
pada badan atau bagian badan dengan maksud untuk membersihkan, memelihara,
menambah daya tarik atau mengubah rupa dan tidak termasuk golongan obat.
B. Penggolongan Kosmetika
Penggolongan kosmetik berdasarkan Keputusan Deputi Bidang Pengawasan
Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen Nomor: PO.01.04.42.4082
tentang Pedoman Tata Cara Pendaftaran dan Penilaian Kosmetik, berdasarkan bahan
dan penggunaannya serta untuk penilaian, kosmetik dibagi menjadi 2 (dua) golongan,
yaitu:
a. Kosmetik golongan I, adalah:
1. Kosmetik yang digunakan untuk bayi;
2. Kosmetik yang digunakan disekitar mata, rongga mulut dan mukosa
lainnya;
3. Kosmetika yang mengandung bahan dengan persyaratan kadar dan
penandaan;
4. Kosmetik yang mengandung bahan dan fungsinya belum lazim serta
belum diketahui keamanan dan kemanfaatannya.
b. Kosmetik golongan II adalah kosmetik yang tidak termasuk golongan I.

3
C. Kategori Kosmetik
Berdasarkan fungsi kosmetik terdiri dari 13 (tiga belas) kategori, yaitu:
a. Sediaan bayi;
b. Sediaan mandi;
c. Sediaan kebersihan badan;
d. Sediaan cukur;
e. Sediaan wangi-wangian;
f. Sediaan rambut;
g. Sediaan pewarna rambut;
h. Sediaan rias mata;
i. Sediaan rias wajah;
j. Sedian perawatan kulit;
k. Sediaan mandi surya dan tabir surya;
l. Seiaan kuku;
m. Sediaan hygiene mulut.
D. Bibir
Kulit bibir mengandung sel melanin yang sangat sedikit, pembuluh darah lebih
jelas terlihat melalui kulit bibir yang memberi warna bibir kemerahan yang indah.
Lapisan korneum pada kulit biasanya memiliki 15 sampai 16 lapisan untuk tujuan
perlindungan. Lapisan korneum pada bibir mengandung sekitar 3 sampai 4 lapisan
dan sangat tipis dibanding kulit wajah biasa. Kulit bibir tidak memiliki folikel rambut
dan tidak ada kelenjar keringat yang berfungsi untuk melindungi bibir dari lingkungan
luar (Kadu, 2014).
Bibir tiap orang apapun warna kulitnya, berwarna merah. Warna merah
disebabkan oleh warna darah yang mengalir di dalam pembuluh di lapisan bawah
kulit bibir. Pada bagian ini warna itu terlihat lebih jelas karena pada bibir tidak
ditemukan satu lapisan kulit paling luar yaitu lapisan stratum korneum (lapisan
tanduk). Jadi kulit bibir lebih tipis dari kulit wajah, karena itu bibir jadi lebih mudah
luka dan mengalami pendarahan. Di samping itu, karena kulitnya yang tipis saraf
yang mengurus sensasi pada bibir lebih sensitif (Wibowo, 2013).
E. Bibir Kering dan Pecah-pecah
Bibir kering dan pecah-pecah merupakan gangguan yang umum terjadi pada
bibir. Penyebab umum terjadinya bibir kering dan pecah-pecah yaitu kerusakan sel
keratin karena sinar matahari dan dehidrasi. Sel keratin merupakan sel yang

4
melindungi lapisan luar pada bibir. Paparan sinar matahari menyebabkan pecahnya
lapisan permukaan sel keratin. Sel keratin yang pecah akan rusak. Sel yang rusak akan
terjadi secara terus menerus sampai sel tersebut terkelupas dan tumbuh sel yang baru
(Jacobsen, 2011)
Selain itu, penyebab bibir kering dan pecah-pecah adalah dehidrasi. Air
merupakan material yang sangat penting terhadap kelembaban kulit. Dehidrasi terjadi
karena asupan cairan yang tidak cukup atau kehilangan cairan yang berlebihan
disebabkan oleh pengaruh lingkungan (Jacobsen, 2011).
Secara ilmiah kulit bibir akan berusaha melindungi dirinya dari kemungkinan
mudah kering dan pecah-pecah karena suhu yang terlalu dingin atau terlalu panas,
yaitu dengan adanya kelenjar ludah (saliva) pada bibir sebelah dalam sehingga bibir
dapat selalu dibasahi. Namun pada bibir tidak terdapat kelenjar keringat dan kelenjar
lemak pun sangat jarang terdapat, sehingga hal ini menyebabkan bibir hampir bebas
dari lemak. Dalam cuaca yang dingin dan kering, lapisan jangat bibr akan cenderung
mengering, pecahpecah, dan memungkinkan zat yang melekat padanya dapat
berpenetrasike stratum germinativum. Dalam suatu kondisi tertentu faktor
perlindungan alamiah pada kulit bibir tidak mencukupi, karena itu dibutuhkan
perlindungan tambahan nonalamiah yaiitu mialnya dengan menggunakan kosmetika
pelembab kulit bibir (lip balm) (Wasitaadmadja, 1997).
F. Krim Bibir (Lip Cream)
Krim bibir (lip cream) digunakan untuk melumasi bibir agar tidak mudah
kering dan pecah-pecah. Bagi bibir yang tidak begitu bersinar diperlukan pengkilap
bibir (lip gloss) yang dapat membuat bibir terlihat mengkilap. Krim bibir digunakan
pada keadaan udara terlalu kering, umpamanya musim dingin atau terlalu panas untuk
mencegah penguapan air dari sel epitel mukosa bibir.
Krim bibir biasanya dibuat dengan mengurangi jumlah lilin dan menambah
jumlah minyak serta memakai lilin yang lebih rendah titik leburnya.Lip cream lebih
diminati oleh konsumen karena dapat melembabkan bibir dalam waktu lama
dibandingkan dalam bentuk padat, dan menghasilkan warna yang lebih homogen atau
merata pada bibir.
G. Komponen utama dalam sediaan Krim Bibir (Lip Cream)
1. Minyak jarak (Oleum ricini)
Minyak jarak adalah minyak yang diperoleh dari biji Ricinus
communis L. Pemeriannnya berupa cairan kental, transparan, kuning pucat

5
atau hampir tidak berwarna; bau lemah, bebas dari bau asing dan tengik; rasa
khas. Kelarutannya yaitu larut dalam etanol; dapat bercampur dengan etanol
mutlak, dengan asam asetat glasial, dengan kloroform dan dengan eter.
Minyak jarak digunakan untuk melembabkan bibir.(28).
2. Lilin lebah (Beeswax)
Lilin lebah kuning (yellow beeswax) merupakan lilin yang dihasilkan
dari sarang lebah Apis malifera L. Atau spesies Apis lainnya. Mengandung
lebih kurang 70% ester, terutama miristil palmitat. Disamping itu juga
mengandung asam bebas, hidrokarbon, ester kolesterol dan zat warna.
Beeswax terdiri dari berbagai monoester, diester, ester hidroksilasi,
hidrokarbon, dan asam lemak bebas. Komposisi ini yang menyebabkan
beeswax lebih cenderung ke bentuk wax dibandingkan lemak, karena sebagian
besar terdiri dari ester dan hidrokarbon rantai panjang yang merupakan
komponen utama wax.
Lilin lebah (beeswax) kuning yang diputihkan disebut lilin lebah putih
(white beeswax), yang berwarna putih kekuningan dengan rasa sedikit berbeda
dari lilin lebah kuning, sedangkan sifat yang lainnya sama dengan lilin lebah
kuning.
White beeswax memiliki pemerian berupa zat padat; lapisan tipis;
bening; warna putih kekuningan; bau khas lemah. Kelarutan: praktis tidak
larut dalam air; agak sukar larut dalam etanol (95%); larut dalam kloroform,
larut dalam ester, dalam minyak lemak dan dalam minyak atsiri.
Berdasarkan Material Safety Data Sheet, beeswax dalam
penyimpannya harus dijauhkan dari sumber api, disimpan dalam wadah
tertutup rapat, dan diletakkan pada tempat yang sejuk dan memiliki ventilasi
udara. Potensi toksisitas dari beeswax antara lain dapat menyebabkan iritasi
ringan bila kontak dengan mata, kulit, bila tertelan dan terhirup.
Beeswax banyak digunakan dalam sediaan krim dan sediaan bentuk
batang, seperti lipstik. Beeswax dapat digunakan untuk menaikkan titik leleh
dalam sediaan lipstik. Beeswax merupakan pengkilat yang baik dan dapat
membantu membentuk masa yang homogen. Stabilitas dalam Beeswax
membuatnya menjadi wax yang sangat baik untuk sediaan kosmetik dan
perawatan kulit(29).

6
3. Lilin carnauba (Carnauba wax)
Carnauba wax berasal dari Carnauba palm (Copernicia prunifera).
Carnauba wax mengandung asam lemak (80-85%), alkohol lemak (10-15%),
asam-asam (3-6%) dan hidrokarbon (1-3%). Ciri khas dari Carnauba wax
yaitu esterified fatty diols (sekitar 20%), hydroxilated fatty acids (sekitar 6%)
dan asam sinamat (sekitar 10%). Memiliki titik lebur sekitar 85oC.
Fungsi dari Carnauba wax yaitu sebagai bahan penyalut dalam
formula kosmetik seperti lipstick, eyeliners, mascara, eye shadows,
foundations, skin care, sun care, sebagai bahan penyalut dalam formula
kosmetik membuat sediaan lebih mengkilap, dan memiliki sifat pengemulsi
yang baik, bahan stabil dan harus tersimpan di tempat yang tertutup, sejuk,
atau kering, dalam jumlah kecil Carnauba wax dapat meningkatkan titik lebur
dan kekerasan lip cream(30).
4. Lanolin
Lanolin merupakan zat serupa lemak yang dimurnikan, diperoleh dari
bulu domba Ovis aries L. yang dibersihkan dan dihilangkan warna dan
baunya. Mengandung air tidak lebih dari 0,25 %. Lanolin digunakan untuk
memberikan kesan lembab pada bibir.
5. Metil paraben
Metil paraben dalam formulasi sediaan kosmetik memiliki Khasiat
sebagai zat tambahan (zat pengawet).
6. Minyak mawar (Oleum rosae)
Minyak mawar adalah minyak atsiri yang diperoleh dengan
penyulingan uap bunga segar Rosa gallica L., Rosa damascena Miller, Rosa
alba L., dan varietas Rosa lainnya. Pemeriannya yaitu berupa cairan tidak
berwarna atau kuning, bau menyerupai bunga mawar, rasa khas, pada suhu
25oC kental, dan jika didinginkan perlahan-lahan berubah menjadi massa
hablur bening yang jika dipanaskan mudah melebur. Kelarutannya yaitu larut
dalam kloroform dan berat jenisnya yaitu antara 0,848 sampai 0,863. Minyak
mawar sebagai parfum pada sediaan.
7. Kaolin
Kaolin digunakan sebagai texturizer dalam formula. Texturizer adalah
zat yang digunakan untuk memperbaiki tekstur dengan memberikan sensasi
creaminess, kejelasan, ketebalan, viskositas, dan berbagai karakteristik

7
lainnya. Kaolin memiliki kemampuan melindungi dan anti-caking yang baik
untuk menstabilkan sediaan lip cream pada penyimpanan jangka panjang.
8. Tokoferol
Tokoferol digunakan sebagai antioksidan pada formulasi. Antioksidan
digunakan untuk melindungi minyak dan bahan tak jenuh lain yang rawan
terhadap reaksi oksidasi.
9. Titanum dioksida
Pigmen titanium dioksida (TiO2) merupakan serbuk putih dengan daya
peng”opak” yang tinggi. Dapat digunakan pada makanan, kosmetika, dan
pelindung kulit dari sinar UV. Titanium dioksida sangat aman digunakan.
Penambahan titanium dioksida ini untuk memperbaiki corak warna yang
dikehendaki pada lip cream.
10. Butil hidroxi toluen (BHT)
Butil hidrokxi toluen (BHT) memiliki pemerian yaitu hablur padat,
putih, bau khas lemah. Kelarutannya yaitu tidak larut dalam air dan dalam
propilenglikol, mudah larut dalam etanol, dalam kloroform dan dalam eter.
Butil Hidroxi Toluen digunakan sebagai antioksidan pada sediaan.

H. Metode Pembuatan Krim Bibir (Lip Cream)


a. Desain Penelitian
Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah desain penelitian
eksperimental laboratorium, dimana dapat dilihat pada variabel bebas yaitu
formulasi sediaan lip cream sari umbi bit (Beta vulgaris L) dengan konsentrasi
15%, 20%, 25% terhadap sifat mutu fisik dan efektivitasnya.
b. Alat
Pisau, parutan, saringan, lumpang dan alu, timbangan, spatula, cawan
penguap, kertas perkamen, batang pengaduk, pipet tetes, gelas arloji, penjepit
tabung , timbangan, objek gelas, anak timbangan 50 dan 100 g, pengaris,
beaker glass, pH meter, penangas air, ceret listrik, sudip, wadah lip cream, dan
alat-alat gelas di laboratorium.
c. Bahan
Bahan yang digunakan adalah umbi bit (Beta vulgaris L) sebagai pewarna
alami, oleum ricini, beeswax, carnauba wax, lanolin, kaolin, tokoferol,

8
titanium dioksida, metil paraben, oleum rosae, butil hidroxi toluen (BHT),
bufer asam, bufer basa, bufer netral dan aquadest.

I. Evaluasi Sediaan
a. Uji organoleptis
Pengamatan organoleptik adalah untuk pengenalan awal sederhana yang
objektif mengenai tekstur, warna, dan bau dari sediaan lip cream. Sediaan
yang baik harus menunjukan tekstur, warna, dan aroma yang halus dan merata.
b. Uji pH
Masing-masing sediaan dari tiap formula pewarna bibir yang dibuat
dari sari umbi bit berbagai konsentrasi diperiksa pH-nya untuk mengetahui
keamanan sediaan. Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat
pH meter. Dilakukan dengan mengambil 1 gram sampel kemudian dilarutkan
dalam 100 ml aquadest.
c. Uji Homogenitas
Uji homogenitas ke 3 lip cream dilakukan dengan menempatkan
sejumlah 0,5 gram masing - masing lip cream ke atas permukaan kaca objek.
Sediaan yang baik harus menunjukan susunan yang homogen dan tidak terlihat
adanya butir-butir kasar.
d. Daya Oles
Daya oles ditentukan dengan cara mengoleskan lip cream pada lengan
sebanyak 5 kali kemudian diamati warna lip cream yang menempel pada
lengan. Sediaan lip cream dikatakan mempunyai daya oles jika warna yang
menempel pada kulit lengan banyak dan merata.
e. Daya Sebar
Daya sebar dilakukan untuk mengetahui seberapa cepat penyebaran lip
cream pada saat digunakan. Sehingga penggunaan lip cream lebih mudah
diaplikasikan pada bibir. Lip cream dikatakan mudah menyebar apabila
diameter sekitar 5-7 cm. Uji daya sebar dilakukan dengan meletakkan sampel
diatas kaca objek kemudian diratakan dengan menggunakan kaca objek yang
lainnya, kemudian diberikan beba beban diatas kaca objek 150 gram dan
dihitung diameternya.

9
f. Daya Lekat
Daya lekat memiliki pengertian berapa lama waktu yang dibutuhkan
oleh lip cream untuk dapat melekat pada bibir. Semakin besar nilai respon
daya lekat yang dihasilkan berarti waktu yang dibutuhkan oleh lip cream
untuk dapat melekat pada bibir semakin banyak. Begitu sebaliknya. Semakin
kecil nilai daya lekat, berarti semakin sedikit waktu yang dibutuhkan lip
cream untuk dapat melekat pada bibir.
g. Uji Iritasi
Uji iritasi adalah untuk menentukan adanya efek iritasi pada kulit serta
untuk menilai dan mengevaluasi karakteristik suatu zat apabila tepapar pada
kulit. Prinsip uji iritasi adalah pemaparan sediaan uji dalam dosis tunggal pada
kulit dengan area kulit yang tidak diberi perlakuan berfungsi sebagai kontrol.
Tanda-tanda yang ditimbulkan reaksi kulit tersebut umumnya sama, yaitu akan
tampak kulit kemerahan, gatal-gatal, atau bengkak.
h. Uji Stabilitas
Uji stabilitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui lamannya
waktu simpan suatu sediaan dipasaran. Pengujian diamati mengenai perubahan
tekstur, warna, bau dan homogenitasnya. Pengujian diamati selama 8 minggu
dengan suhu 340C
J. Pra Formulasi Sediaan Krim Bibir (Lip Cream)
a. Ekstrak Umbi Bit
Ekstrak Umbi Bit digunakan sebagai pewarna. Pada penelitian ini kosentrasi
yang digunakan dalam pembuatan Lip Cream adalah 15%, 20% dan 25%.
Warna merah buah bit disebabkan oleh kandungan pigmen betalain yaitu
betacyanin (merah keunguan) dan betaxanthin (kuning). Pigmen tersebut saat
ini telah banyak dimanfaatkan sebagai pewarna alami makanan seperti
pengolahan daging, kue kukus, es krim, permen, dan yogurt. Selain
penggunaannya sebagai pewarna makanan, buah bit juga dikonsumsi sebagai
penyedia bahan antioksidan dalam diet harian.
b. Minyak Kastor
Minyak kastor merupakan minyak yang diperoleh dari biji tanaman
jarak kepyer. Minyak jarak mengandung trigliserida asam-asam lemak,
terutama asam risinoleat dengan konsentrasi 89,5% berat kering, sehingga
sering hanya disebut sebagai trigliserida risinoleat.

10
c. Beeswax
Lilin lebah kuning berupa padatan berwarna kekuningan atau kuning
kecoklatan, berbau seperti madu, rapuh bila dingin, dan liat bila dipanaskan.
Mempunyai titik leleh 62 – 65oC, praktis tidak larut dalam air, sedikit larut
dalam alkohol panas, kloroform, benzen, eter, dan karbon disulfida.
d. Carnauba Wax
Berbentuk serbuk berwarna coklat terang hingga kuning muda, tidak
berbau dan tidak berasa. . Larut dalam kloroform hangat, dan toluene hangat,
sedikit larut dalam etanol (95%), praktis tidak larut dalam air.

e. Lanolin
Pemeriannya berupa massa seperti lemak, lengket, warna kuning, bau
khas. Kelarutannya yaitu tidak larut dalam air, dapat bercampur dengan air
lebih kurang dua kali beratnya, agak sukar larut dalam etanol dingin, lebih
larut dalam etanol panas, mudah larut dalam eter, dan dalam kloroform. Suhu
leburnya yaitu antara 38o dan 44oC.
f. Kaolin
Kaolin berupa Serbuk ringan, warna putih, bebas dari butiran kasar,
todak berbau, tidak berasa, praktis tidak larut dalam air dan asam mineral.
g. Tokoferol
Tokoferol Berupa cairan minyak, kental, bening, tidak berwarna atau
coklat kekuningan. praktis tidak larut air, mudah larut dalam aseton, etanol,
eter, dan minyak sayur. tokoferol teroksidasi lambat oleh oksigen atmosfer,
dan cepat teroksidasi dengan adanya besi dan garam perak. Penyimpanan di
bawah gas inert, dalam wadah tertutup rapat, kering, sejuk, terhindar dari
cahaya. Konsentrasi penggunaan antara 0,001-0,05%
h. Titanium dioksida
Titanium dioksida berupa Kristal padat, tidak berwarna/putih/hitam,
tidak berbau, tidak berasa; Rumus molekul TiO2; Berat molekul 79,88; Titik
didih 4532 – 54320 F (2500-30000C); Titik lebur 3317 – 33620 F (1825-
18500C); Berat jenis (air=1) 3,84 - 4,26; Tidak larut dalam air; Larut dalam
asam sulfat pekat panas, asam hidro fluorida, alkali; Tidak larut dalam asam
hidroklorida, asam nitrat, asam sulfat encer, air dingin, pelarut organik
i. Butil hidroxi toluene

11
Butil Hidroksi Toluen mengandung tidak kurang dari 99,0%
C15H24O. Berupa hablur padat, putih, berbau khas, lemah. Tidak larut dalam
air dan propilen glikoli, mudah larut dalam etanol, dalam kloroform dan dalam
eter.

j. Metil Paraben
Pemeriannya yaitu berupa hablur kecil, tidak berwarna atau serbuk
hablur, putih, tidak berbau atau berbau khas lemah, mempunyai sedikit rasa
terbakar. Kelarutannya yaitu sukar larut dalam air dan benzen, mudah larut
dalam etanol dan dalam eter, larut dalam minyak, propilen glikol, dan dalam
gliserol. Suhu leburnya antara 125oC hingga 128oC.
k. Oleum Rosae
Pemerian Oleum rosae yaitu tidak berwarna atau kuning, bau
menyerupai bunga mawar, rasa khas, pada suhu 25°C Kental. Larut dalam 1
bagian kloroform P, larutan jernih. Stabil pada suhu 18°C-22°C menjadi
massa kristal.

12
BAB III
PEMBAHASAN

A. Formulasi dan evaluasi sediaan lipstik cair kombinasi ekstrak etanol kunyit
(Curcuma Longa L.) dan kayu manis (Cinnamomum burmanni)
a. Karakteristik sediaan Lipstik Cair yang baik
a. Kadar air ekstrak curcuma pada lipstik cair tidak lebih dari 10%. Hal
ini bertujuan untuk menghindari cepatnya pertumbuhan jamur dan
mikroba dalam simplisia selama penyimpanan.
b. Homogenitas baik, ditandai dengan warna yang merata tidak adanya
gumpalan pasir.
c. Memiliki pH yang sama dengan pH bibir yaitu 4–6,5.
b. Tabel Pembahasan
Formulasi Lipstik Cair
Karakteristik Bahan
Komponen Bahan (%)
F1 F2 F3
Ekstrak 1 1 1 -
Kunyit
Zat Pewarna
Ekstrak 3 5 10 -
Kayu Manis
Zat ZnO 12 12 12 serbuk amorf sangat
Tambahan halus, putih atau putih
kekuningan, tidak
berbau, tidak berasa,
lambat laun menyerap
karbon dioksida dari
udara, hamper tidak
larut dalam air dan
alkohol. titik leleh
1975°C. sangat mudah
larut dalam etanol 95%
P, larut dalam asam
mineral
TiO2 5 5 5 padatan berwarna

13
putih, mempunyai
berat molekul 79,90;
densitas 4,26 gcm-3;
tidak larut dalam HCl,
HNO3 dan aquaregia,
tetapi larut dalam asam
sulfat pekat
membentuk titanium
sulfat (TiSO4)
Zat Cera Alba 5 5 5 padatan putih
Tambahan, kekuningan, bau khas
peningkat lemah dan bebas bau
konsistensi tengik. Tidak larut
dalam air, agak sukar
larut dalam etanol
(95%) P dingin, larut
dalam kloroform P,
dalam eter P hangat,
minyak lemak dan
minyak atsiri.
Pengawet Lanolin 12 12 12 berbentuk setengah
padat, Berwarna
kuning dengan bau
yang khas. Lanolin
tidak larut dalam air,
larut dalam kloroform
atau eter. Jika
dipanaskan, lanolin
akan terpisah menjadi
dua bagian, dimana
bagian atas merupakan
minyak dan bagian
bawah berupa air.
Pengawet Nipagin 0,02 0,02 0,02 Masa hablur atau

14
serbuk tidak berwarna
atau kristal putih, tidak
berbau atau berbau
khas lemah dan
mempunyai rasa
sedikit panas
Pengawet Nipasol 0,18 0,18 0,18 Kristal tak berwarna
atau bubuk putih, tak
berasa, Larut dalam
aseton, eter, dan
alcohol. pH 4-8.
Antioksidan BHT 0,1 0,1 0,1 Kondisi paparan
cahaya, kelembaban,
dan panas
menyebabkan
pelunturan dan
hilangnya aktivitas
BHT.
Oleum 0,5 0,5 0,5 Berbau khas.
Vanilla
Oleum Ad Ad 100 Ad Cairan kental,
Ricini 100 100 transparan kuning
Emollient
pucat atau hampir tidak
berwarna, bau lemah,
bebas dari bau asing
dan tengik; rasa khas
Karakteristi Sediaaan lipstik cair memiliki tekstur kental dan lembut, bau
k khas vanilla, warna sediaan lipstik cair dengan konsentrasi
Sediaan kunyit dan kayu manis perbandingan (1 : 3) menunjukkan
warna coklat muda, pada konsentrasi (1 : 5) menunjukkan
warna coklat dan pada konsentrasi (1 : 10) menunjukkan warna
coklat keunguan. Warnanya merata dan tidak adanya
gumpalan-gumpalan seperti pasir. F0 menunjukkan pH 6,5
sedangkan untuk F1, F2 dan F3 memiliki pH antara 4,5-5,4.
Hasilnya menunjukkan F1 dengan konsentrasi ekstrak rendah

15
memiliki viskositas yang lebih tinggi dibandingkan dengan F2
dan F3 dengan konsentrasi ekstrak yang lebih banyak. Stabil
pada suhu dingin (4°C), suhu kamar (25°C) dan suhu panas
(40°C). Formula dengan konsentrasi (1 : 5) dan (1 : 10)
memberikan intensitas warna yang cukup baik, sedangkan pada
formula lipstik cair dengan konsentrasi (1 : 3) memberikan
intensitas warna yang kurang baik.
Komponen Ekstrak Kunyit (1%), Ekstrak Kayu Manis (10%), ZnO (12%),
TiO2 (5%), Cera Alba (5%), Lanolin (12%), Nipagin (0,02%),
Bipasol (0,18%), BHT (0,1%), Oleum Vanilla (0,5%), Oleum
Ricini add 100. Komponen yang digunakan, adalah komponen
pada Formula 3 (F3), dikarenakan dari Kestabilan,
homogenitas, Organoleptik dan Viskositas memberikan hasil
yang lebih baik dibandingkan dengan, formula F1 dan F2
Metode a. Alat :
1. Oven
2. cawan penguap
3. rotary evaporator
4. viskometer brookfield
5. pH meter
6. batang pengaduk
7. Ayakan mesh 60 dan 100
8. pipet tetes
9. Gelas kimia
10. Tabung reaksi
11. Spatula
12. Timbangan analitis
13. Penangas air
b. Bahan :
1. Ekstrak kunyit
2. Kayu manis
3. Zinc Oxide
4. Oleum Ricini
5. Lanolin Anhidrat
6. Cera Alba
7. Titanium Dioxide
8. Butil Hidroksi Toluena
9. Metil Propil Paraben
10. Oleum Vanilla.

16
c. Hewan Uji : Kelinci putih jantan galur Albino berumur 2-3
bulan dengan berat 1500-2000 gram

d. Prosedur :
1. Determinasi tanaman
2. Pembuatan Ekstrak
3. Pemeriksaan Karakteristik Simplisia
4. Penapisan Fitokimia
5. Formulasi Lipstik dari Kombinasi Ekstrak Etanol
Rimpang Kunyit (Curcuma longa L.) dan Kayu
Manis (Cinnamomum burmanni)
Lipstik cair dibuat dalam dua cawan terpisah, cawan
pertama digunakan untuk melarutkan BHT terlebih
dahulu dalam etanol, dan ditambahkan propil metil
paraben yang telah dilarutkan. Kemudian cawan
kedua digunakan untuk meleburkan cera alba dan
lanolin. Setelah cera alba dan lanolin melebur
sempurna, ditambahkan ZnO dan TiO2 sambil
diaduk hingga terbentuk massa lipstik cair yang
homogen. Tambahkan sisa oleum ricini dan sedikit
pewangi kemudian dicampurkan dengan ultraturax
hingga homogen. Setelah homgen, ditambahkan
ekstrak kayu manis dan kunyit sesuai konsentrasi
yang telah ditentukan.
Evaluasi Evaluasi yang dilakukan :
1. Uji Organoleptik : Tekstur Kental, Bau Vanilli, Warna
yang dihasilkan coklat keunguan, tergantung
konsentrasi kayu manis. Semakin besar konsentrasinya,
semakin gelap hasil sediaan lip cream.
2. Uji Homogenitas : Dengan adanya lanolin yang
berfungsi membantu dalam pembentukan massa lipstik
menjadi campuran yang homogen, dan tidak terdapat
gumpalan-gumpalan.
3. Uji pH : 4,5-5,4
4. Uji Viskositas : Stabil
5. Uji Kestabilan : tidak menunjukkan adanya pemisahan,
sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa sediaan
tersebut stabil secara fisika.
6. Uji daya Oles : intens warna kurang baik dikarenakan

17
semakin tinggi kosentrasi ekstrak, maka hasil warna
kurang baik.
7. Uji Iritasi : Tidak menimbulkan iritasi

B. Pemanfaatan Ekstrak Kelopak Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L.) sebagai


Pewarna dan Antioksidan Alami dalam Formulasi Lipstrik dan Sediaan Oles Bibir.
a. Karakteristik Sediaan Oles Bibir yang Baik
Karakteristik sediaan oles bibir yang baik yaitu mempunyai Homogenitas
baik, ditandai dengan warna yang merata tidak adanya gumpalan pasir dan
memiliki pH yang sama dengan pH bibir yaitu 4–6,5..
b. Tabel Pembahasan
Formula (%)
Komponen Bahan Karakteristik Bahan
F1 F2
Zat Warna Ekstrak Kental 12 8 -
Alami Bunga Rosella
Dimetikon 18 18 Cairan bening yang berupa
silicon oil. Kelarutan Larut
dengan etil asetat, metil etil
keton, minyak mineral dan
air. OTT akan bereaksi
dengan asam mineral
menjadi bentuk garam
Emollient kristal dan ester dengan
adanya asam lemak tinggi.
Stabilitas stabil terhadap
panas dan tahan terhadap
sebagian besar bahan kimia
zat meskipun mereka
dipengaruhi oleh asam
kuat
Stiffening Vaselin Album 20 20 Massa lunak, lengket,
Agent bening,putih. Sifat ini tetap
setelah zat dileburkan dan
dibiaarkan hingga dingin
tanpa diaduk.

18
Candelilla Wax 4 4 lilin keras dan rapuh. Ini
terdiri dari sekitar 20-29%
ester lilin, 12-14% alkohol
dan sterol, 49-50%
hidrokarbon, 7-9% asam
bebas, 2-3% kelembaban
dan 1% mineral masalah.
Castor Oil 20 20 mengandung trigliserida
asam-asam lemak, terutama
asam risinoleat dengan
konsentrasi 89,5% berat
kering, sehingga sering
hanya disebut sebagai
trigliserida risinoleat.
Emollient Olive Oil 20 20 Minyak berwarna kuning
pucat atau kuning kehijauan
dengan sedikit bau khas dan
rasa yang khas. Kelarutan
Sukar larut dalam alcohol,
larut dalam aseton, karbon
disulfide,
kloroform dan eter.
Pelarut Gliserin 7 11 Dapat terurai dengan
pemanasan yang bisa
menghasilkan akrolein yang
beracun.
Pengawet Propil Paraben 0,6 0,6 mengandung trigliserida
asam-asam lemak, terutama
asam risinoleat dengan
konsentrasi 89,5% berat
kering, sehingga sering
hanya disebut sebagai
trigliserida risinoleat.
Antioksidan BHT 0,1 0,1 Kondisi paparan cahaya,
kelembaban, dan panas

19
menyebabkan pelunturan
dan hilangnya aktivitas
BHT.
Pewangi Frambozen 0,3 0,3 Memiliki rasa manis dan
Essence segar
Total 100 100
Karakteristi Memiliki aroma khas Rosella, F1 berwarna merah tua sedangkan
k Sediaan f2 berwarna ungu gelap. F1 memiliki pH 2,7 dan 2,5 sedangkan
F2 memiliki pH 3,3 dan 2,9. Homogen tidak berpasir.
Komponen Komponen yang digunakan, adalah komponen pada Formula 2
(F2), dikarenakan dari Kestabilan, homogenitas, Organoleptik dan
Viskositas memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan
dengan, formula 1 (F1).
Metode Seluruh bahan ditimbang sesuai dengan jumlah masing-masing
yang tertera pada formulasi. Dicampurkan fase wax di dalam
beaker dan dipanaskan di atas hotplate hingga meleleh (Beaker
A). Kemudian dicampurkan propil paraben dan gliserin dalam
beaker terpisah dan dipanaskan di atas hotplate hingga larut.
Setelah tercampur, dimasukkan campuran tersebut ke dalam
sejumlah ekstrak yang telah ditimbang di dalam beaker, diaduk
hingga ekstrak larut sempurna (Beaker B). Kemudian castor oil,
olive oil, dan BHT dimasukkan ke dalam beaker terpisah, diaduk
hingga homogen dan dicampurkan ke dalam campuran ekstrak
(Beaker C) dan diaduk hingga ekstrak tercampur dalam fase
minyak. Kemudian dituangkan fase wax yang telah leleh ke dalam
ekstrak sambil dilakukan pengadukan secara terus menerus.
Setelah tercampur, diamkan sediaan hingga mengeras, kemudian
dikocok menggunakan homogenizer, sehingga sediaan terbentuk
seperti krim. Sambil dikocok, ditambahkan frambozen essence
hingga homogen. Sediaan dipindahkan dalam wadah dan
dioleskan menggunakan kuas.
Evaluasi a. Uji Organoleptis: Memiliki aroma khas Rosella, F1
berwarna merah tua sedangkan f2 berwarna ungu gelap
b. Uji pH: pH bibir sama dengan pH fisiologis kulit, terlihat
pH kedua sediaan terletak di bawah pH fisiologis kulit,

20
yaitu pH 4,5-6,5. Hal ini disebabkan senyawa antosianin
merupakan senyawa asam dan konsentrasi ekstrak yang
digunakan cukup besar, sehingga sediaan memiliki pH
cenderung asam.
c. Uji Daya Oles: Kedua sediaan dapat memberikan warna
ketika dioleskan. Namun, warna yang F1 tidak sekuat
warna F2. Hal ini disebabkan F2 terbuat dari serbuk
ekstrak dengan warna yang sangat tua dan mengandung
kadar total antosianin yang lebih besar dibandingkan
dengan ekstrak kental.
d. Uji Homogenitas : Homogen
e. Uji Stabilitas Fisik: Stabil pada suhu kamar (±25ºC)
f. Uji Iritasi: tidak menimbulkan iritasi

C. Merancang Formulasi Sediaan Krim Bibir (Lip Cream)


a. Karakteristik Sediaan Krim bibir (Lip Cream) yang baik :
1. Dapat bertahan dibibir selama mungkin.
2. Cukup melekat pada bibir, tetapi tidak sampai lengket.
3. Tidak mengiritasi atau menimbulkan alergi pada bibir.
4. Melembabkan bibir dan tidak mengeringkannya.
5. Memberikan warna yang merata pada bibir.
6. Penampilannya harus menarik, baik warna maupun bentuknya.
7. Tidak meneteskan minyak, permukaannya mulus, tidak bopeng atau berbintik-
bintik, atau memperlihatkan hal-hal lain yang tidak menarik.
b. Tabel Pembahasan
Formula (%) Karakteristik Bahan
Komponen Bahan
F0 F1 F2 F3
Pewarna Extrak Umbi 15 20 25
Bit
Minyak 2. 2,2 2,2 2,2 cairan kental, transparan,
Kastor 2 kuning pucat atau hampir
tidak berwarna; bau lemah,
bebas dari bau asing dan
tengik; rasa khas.

21
Kelarutannya yaitu larut
dalam etanol; dapat
bercampur dengan etanol
mutlak, dengan asam asetat
glasial, dengan kloroform
dan dengan eter.
Beeswax 0, 0,25 0,25 0,25 padatan berwarna
25 kekuningan atau kuning
kecoklatan, berbau seperti
madu, rapuh bila dingin, dan
liat bila dipanaskan.
Stiffening Mempunyai titik leleh 62 –
Agent 65oC
Carnauba wax 0, 0,25 0,25 0,25 Larut dalam kloroform
25 hangat, dan toluene hangat,
sedikit larut dalam etanol
(95%), praktis tidak larut
dalam air.
Pengawet Lanolin 0, 0,25 0,25 0,25 Mengandung air tidak lebih
25 dari 0,25 %. Lanolin
digunakan untuk memberikan
kesan lembab pada bibir.
Emollient Kaolin 1, 1,2 1,2 1,2 Berupa Serbuk ringan, warna
2 putih, bebas dari butiran
kasar, todak berbau, tidak
berasa, praktis tidak larut
dalam air dan asam mineral.
Antioksida Tokoferol 0, 0,10 0,10 0,10 Teroksidasi lambat oleh
n 10 oksigen atmosfer, dan cepat
teroksidasi dengan adanya
besi dan garam perak.
Penyimpanan di bawah gas
inert, dalam wadah tertutup
rapat, kering, sejuk, terhindar
dari cahaya.

22
Zat Titanium 0, 0,25 0,25 0,25 serbuk putih dengan daya
Tambahan Dioksida 25 peng”opak” yang tinggi.
Antioksida Butil Hidroxi 0, 0,5 0,5 0,5 hablur padat, putih, bau khas
n toluene 5 lemah. Kelarutannya yaitu
tidak larut dalam air dan
dalam propilenglikol, mudah
larut dalam etanol, dalam
kloroform dan dalam eter.
Pengawet Metil Paraben Qs Qs Qs Qs Hablur kecil, tidak berwarna
atau serbuk hablur, putih,
tidak berbau atau berbau khas
lemah, mempunyai sedikit
rasa terbakar.
Pewangi Oleum rosae Qs QS Qs Qs berupa cairan tidak berwarna
atau kuning, bau menyerupai
bunga mawar, rasa khas,
pada suhu 25oC kental, dan
jika didinginkan perlahan-
lahan berubah menjadi massa
hablur bening yang jika
dipanaskan mudah melebur.
Karakteristik Sediaan Umbi bit memiliki kadar air yang cukup tinggi, sehingga
pada proses pembuatan harus dilakukan pengeringan
dengan menggunaka freeze dryer, sehingga dapat
menghasilkan warna yang stabil
Komponen Formula yang paling banyak diminati adalah formula 3
(F3) dikarenakan warna yang ditimbulkan. Semakin tinggi
konsentrasi ekstrak umbi bit, makan semakin gelap warna
sediaan
Metode a. Alat :
1. Pisau
2. parutan
3. saringan
4. lumpang dan alu
5. timbangan

23
6. spatula
7. cawan penguap
8. kertas perkamen
9. Batang pengaduk
10. pipet tetes
11. gelas arloji
12. penjepit tabung
13. timbangan
14. objek gelas
15. anak timbangan 50 dan 100 g
16. pengaris
17. beaker glass
18. pH meter
19. penangas air
20. ceret listrik
21. sudip
22. wadah lip cream
23. alat-alat gelas di laboratorium.
b. Bahan :
1. umbi bit (Beta vulgaris L)
2. oleum ricini, beeswax
3. carnauba wax
4. lanolin, kaolin
5. tokoferol
6. titanium dioksida
7. metil paraben
8. oleum rosae
9. butil hidroxi toluen (BHT)
10. bufer asam
11. bufer basa
12. bufer netral
13. aquadest
C. Prosedur :
1. Pengambilan sari umbi bit
24
2. Pembuatan Lip cream ekstrak umbi bit
Evaluasi Evaluasi yang dilakukan :
1. Uji Organoleptik : Warna yang dihasilkan dari
ekstrak umbi bit bervariasi dikarenakan kosentrasi
ekstrak umbi bit yang berbeda-beda
2. Uji pH : pH yang dihasilkan 5,3-6,3
3. Uji Homogenitas : Homogen dan tidak menimbulkan
butiran-butiran kasar pada sediaan
4. Uji Daya Oleh : mudah di oleskan di warna yang
merata
5. Uji Daya Sebar :
6. Uji Daya Lekat :sediaan mudah melekat atau
menempel
7. Uji Iritasi : tidak menimbulkan iritasi
8. Uji stabilitas : Warna stabil dan tidak mengalami
perubahan
9. Uji Kesukaan : Formula (F3) lebih banyak disukai
dikarenakan kestabilan warna

25
BAB IV
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
1. Karakteristik Sediaan Krim bibir (Lip Cream) yang baik yaitu memiliki
Homogenitas baik, ditandai dengan warna yang merata tidak adanya gumpalan
pasir dan Memiliki pH yang sama dengan pH bibir yaitu 4–6,5
2. Komponen yang digunakan untuk pembuatan Cream Bibir (Lip Cream) terdiri
dari pewarna, stiffening agent, pengawet, emollient, antioksidan, pewangi, serta
zat tambahan lainya.
3. Metode yang digunakan untuk pembuatan Krim Bibir (Lip Cream) adalah metode
pemanasan, pencampuran, maserasi dan ekstrasi.
4. Evaluasi yang dilakukan pada formulasi sediaan Krim Bibir (Lip Cream) adalah
Uji Organoleptik, Uji pH, Uji Homogenitas, Uji Daya Oles, Uji Daya Sebar, Uji
Daya Lekat, Uji Iritasi dan Uji stabilitas.
5. Rancangan formulasi Lip Cream pertama-tama dilakukan pemilihan pewarna
alami. Kemudian pemilihan komponen dan melakukan prosedur pembuatan
seperti pengambilan sari umbi bit dan pembuatan Lip Cream ekstrak sari umbi
bit. Dan dilakukan evaluasi sehingga di dapatkan Lip Cream untuk bibir pecah-
pecah.
B. Saran
Dalam formulasi sediaan Krim Bibir (Lip Cream) banyak tanaman yang
memiliki pigmen warna atau pewarna alami, maka dari itu penggunaan bahan alami
sangat bermanfaat untuk meminimalisir resiko iritasi pada bibir.

26
DAFTAR PUSTAKA

1. Tranggono, Retno I. S. dan Fatma Latifah. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik.
Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007: 75-86,129
2. Badan POM. Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia
Nomor HK.00.05.4.1745 tentang kosmetik (2003).
3. Rieger, Martin. Harry’s Cosmeticology 8th Edition. New York: Chemical Publishing Co.
Inc,2000
4. Asyifaa DA, Gadri A, Sadiyah ER. Formulasi Lip Cream dengan Pewarna Alami dari
Bunga Rosella ( Hibiscus sabdariffa L .) serta Uji Stabilitasnya. Pros Farm.
2017;3(2):518–25.
5. Safitri Y. Formulasi Sediaan Lipstik Dengan Ekstrak Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus
sabdariffa L.) sebagai Pewarna. Universitas Sumatra Utara; 2010.
6. Siregar AIT. Formulasi dan Evaluasi Sediaan Lip Balm dari Minyak Biji Bunga
Matahari ( Sunflower Oil ) Sebagai Pelembab Bibir. Univ Sumatera Utara. 2018;
7. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia. III. Jakarta:
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan; 1979. 632 p.
8. Nurhabibah, Framesti Frisma Sriarumtias, Sri Rizqi. 2017. FORMULASI DAN
EVALUASI SEDIAAN LIPSTIK CAIR KOMBINASI EKSTRAK ETANOL KUNYIT
(Curcuma Longa L.) DAN KAYU MANIS (Cinnamomum burmannii). Fakultas MIPA-
Universitas Garut: Garut.

27

Anda mungkin juga menyukai