Anda di halaman 1dari 69

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI FORMULASI SEDIAAN SOLID


Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Teknologi Formulasi
Sediaan Solid

Disusun oleh :
Azi Ilham Firdaus (31119048)
Della Chyntia (31119002)
Ditha Rizqi Aulia Utami (31119024)
Fujianti Putri N (31119022)
Ranti Rismawanti (31119031)
Shofani Aulia Subela (31119034)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

STIkes BAKTI TUNAS HUSADA TASIMALAYA


JL. CILOLOHAN NO. 36 TASIKMALAYA
2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrohmatullohi Wabarokatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan
kelancaran dalam menyelesaikan makalah tepat waktu. Tanpa rahmat dan
pertolongan-Nya, penulis tidak akan mampu untuk menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Tidak lupa sholawat serta salam tercurahkan kepada Nabi agung
Muhammad SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, sehingga makalah yang berjudul ̏ Laporan Praktikum Teknologi
Formulasi Sediaan Solid ̋ dapat diselesaikan. Makalah ini disusun guna
menyelesaikan tugas mata kuliah Teknologi Formulasi Sediaan Solid. Penulis
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan baik dalam kata-kata maupun cara penyajian uraian dan
pembahasannya karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki.
Selama penulisan makalah ini, penulis banyak mendapat bantuan, petunjuk
serta saran dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terimakasih
yang sebesar-besarnya.
Penulis terbuka terhadap kritik dan saran pembaca agar makalah ini dapat
lebih baik. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini, baik terkait
penulisan maupun pembahasan, penulis memohon maaf. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat

Tasikmalaya, Desember 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
I. LATAR BELAKANG..................................................................................1
II. RUMUSAN MASALAH..............................................................................2
III. TUJUAN PRAKTIKUM...........................................................................2
IV. TUJUAN FORMULASI TABLET...........................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................4
II. Syarat Tablet.................................................................................................4
III. Sifat Tablet Yang Baik..............................................................................5
IV. Komponen Tablet......................................................................................5
V. Keuntungan dan Kerugian Tablet.................................................................7
VI. Masalah Dalam Pembuatan Tablet............................................................8
VII. Definisi Granulasi......................................................................................9
VIII. Kondisi Penerapan.....................................................................................9
IX. Keuntungan.............................................................................................10
X. Keterbatasan................................................................................................11
XI. Metoda Penambahan Pengikat Pada Granulasi Basah............................12
XII. Evaluasi Granul.......................................................................................12
XIII. Evaluasi Tablet (Produk Akhir)..............................................................16
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................19
II. Prosedur......................................................................................................19
III. EVALUASI GRANUL...........................................................................20
IV. PROSEDUR PEMBUATAN TABLET..................................................22
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................28
II. EVALUASI GRANUL...............................................................................29
III. EVALUASI TABLET.............................................................................32
IV. Brosur dan Kemasan...............................................................................39
V. Pembahasan.................................................................................................41
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................53
II. Saran............................................................................................................53
BAB VI DAFTAR PUSTAKA............................................................................53
LAMPIRAN..........................................................................................................55
BAB 1

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Perkembangan teknologi farmasi mengalami kemajuan yang sangat


pesat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan dalam
pemenuhan kesehatan.. Berbagai jenis sediaan obat telah banyak
dikembangkan dengan metode dan teknik pembuatan obat serta bentuk
penghantaran obat yang diformulasi serta dimodifikasi sedemikian rupa
untuk menghasilkan obat yang memiliki stabilitas baik, mudah untuk
digunakan, dapat diterima oleh konsumen, mudah dalam penyimpanan dan
pengemasannya serta memiliki tingkat keberhasilan terapi yang tinggi.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2009


tentang kesehatan, sediaan farmasi merupakan obat, bahan obat, obat
tradisional, dan kosmetika. Bentuk sediaan obat merupakan sediaan
farmasi dalam bentuk tertentu sesuai dengan kebutuhan, mengandung satu
zat aktif atau lebih dalam pembawa yang digunakan sebagai obat dalam
maupun obat luar. Berdasarkan wujud zatnya, sediaan farmasi
dikelompokkan menjadi liquid (larutan sejati, suspensi, emulsi), sediaan
semi solid (krim, losion, salep, gel, suppositoria), dan sediaan solid (tablet,
kapsul, pil, granul, dan serbuk). Dalam makalah ini, kami akan membahas
mengenai macam-macam sediaan solid dan studi preformulasi.

Pada metode pembuatan tablet terdapat berbagai metode yang


dapat digunakan salah satunya adalah dengan cara/metode granulasi basah.
Pada pembuatan tablet paracetamol dibuat dengan granulasi basah.
Granulasi basah cara pembuatan tablet dengan mencampurkan zat aktif
dan eksipien menjadi pratikel yang lebih besar dengan menambahkan
cairan pengikat dengan jumlah yang tepat sehingga dieproleh massa
lembab yang dapat digranulasi. Prinsip dari metode ini adalah membasahi
massa atau campuran zat aktif dan eksipien dengan larutan pengikat

1
tertentu sampai diperoleh tingkat kebasahan tertentu pula. Pada proses
granulasi basah, penambahan bahan pengikat dimaksudkan untuk
mengikat butiran serbuk menjadi satu kesatuan sehingga membentuk
granul yang kuat dan menentukan karakter/sifat tablet yang dihasilkan.
Dengan memilih bahan pengikat yang tepat dan dalam jumlah yang tepat,
serbuk halus dapat diubah menjadi granul yang baik dan akan mengalir
dari hopper ke ruang pencetakan secara tepat dan merata untuk
menghasilkan tablet yang baik. Untuk alasan ini, ada banyak peluang
untuk pengembangan formulasi tablet.

Alasan memilih menggunakan metode granulasi basah adalah


dapat meningkatkan fluiditas dan konsistensi. Cocok untuk tablet dosis
tinggi dengan sifat aliran / kompatibilitas yang buruk. Selain itu,
kelengketan dan kompresibilitas serbuk dapat ditingkatkan dengan
menambahkan bahan pengikat yang melapisi partikel serbuk sehingga
partikel saling menempel dan membentuk butiran. Sistem granulasi basah
dapat mencegah pemisahan komponen granul yang dihomogenisasi selama
pencampuran sehingga tidak ada pemisahan komponen campuran selama
produksi dan oleh karena itu pencampuran yang baik (Siregar, 2010).

Keuntungan dari tablet dibuat dengan menggunakan metode


granulasi basah yaitu untuk memperoleh aliran yang baik, meningkatkan
kompresibilitas, mengontrol pelepasan dan meningkatkan kecepatan
disolusi. Selain itu, terdapat juga beberapa kerugian granulasi basah yaitu
banyak tahap dalam proses produksi yang harus divalidasi, biaya cukup
tinggi, zat aktif tidak tahan lembab atau panas.
II. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana cara pembuatan tablet paracetamol dengan metode


granulasi basah?
2. Bagaimana cara meningkatkan sifat aliran serbuk atau campuran
serbuk?
3. Bagaimana cara meningkatkan karakteristik kempa dari serbuk atau
campuran serbuk?

2
III. TUJUAN PRAKTIKUM

Mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan tablet paracetamol


dengan metode granulasi basah, meningkatkan sifat aliran serbuk atau
campuran serbuk, dan meningkatkan karakteristik kempa dari serbuk atau
campuran serbuk.
IV. TUJUAN FORMULASI TABLET

1. Mempunyai kemampuan untuk menyusun dan mengkaji praformulasi


sediaan paracetamol yang digunakan dalam pembuatan sediaan solid
yaitu tablet.

2. Mempunyai kemampuan untuk menentukan metode pembuatan yang


akan digunakan dan pemilihan bahan tambahan berdasarkan kajian
praformulasi bahan.

3. Mempunyai kemampuan untuk menjelaskan hasil dari tablet yang


dibuat beserta jumlah bahan yang digunakan dalam satu batch.

4. Mempunyai kemampuan untuk melakukan evaluasi serbuk, granul,


tablet dan menganalisis penyimpangan yang terjadi selama proses
pembuatan tablet.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
I. Definisi Tablet

Tablet merupakan sediaan padat yang mengandung bahan obat


dengan atau tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, tablet
dapat digolongkan sebagai tablet cetak dan tablet kempa. (Farmakope
Indonesia edisi V tahun 2014).

Tablet adalah sediaan bentuk padat yang mengandung substansi


obat dengan atau tanpa bahan pengisi.Berdasarkan metode pembuatannya,
dapat diklasifikasikan sebagai tablet atau tablet kompresi (USP 26, Hal
2406). Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau
tanpa bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan dapat digolongkan
sebagai tablet cetak dan tablet kempa. (FI IV, Hal 4).

Tablet biasanya berbentuk cakram pipih, gepeng, bundar, bulat,


segitiga, oval, lonjong, dll. Tablet dapat memiliki bentuk silindris, kubus,

4
batang, dan bentuk cakram. Besarnya garis tengah pada umumnya 5-17
mm, bobot tablet 0,1-1 g. Bentuk khusus ini dimaksudkan untuk
menghindari/mencegah dan mempersulit pemalsuan dan untuk
memudahkan pengenalannya oleh orang-orang. Warna tablet biasanya
putih, tablet yang memiliki warna mungkin karena zat aktifnya berwarna,
tetapi beberapa tablet ada yang sengaja diwarnai agar tablet lebih menarik,
mencegah terjadinya pemalsuan, dan untuk membedakan tablet yang satu
dengan yang lain.
V. Syarat Tablet

Menurut Banker dan Anderson (1994), tablet yang dinyatakan baik


harus memenuhi syarat, yaitu :

1. Memiliki kemampuan atau daya tahan terhadap pengaruh mekanis


selama proses produksi, pengemasan dan distribusi
2. Bebas dari kerusakan seperti pecah pada permukaan dari sisi-sisi tablet
3. Dapat menjamin kestabilam fisik maupun kimia dari zat berkhasiat
yang terkandung didalamnya
4. Dapat membebaskan zat berkhasiat dengan baik sehingga memberikam
efek pengobatan seperti yang dikehendaki
VI. Sifat Tablet Yang Baik

1. Mempunyai dosis yang tepat.


2. Mudah memberikan bahan khasiatnya agar memberikan efek terapi
seperti yang diramalkan dan diinginkan.
3. Stabil secara kimia dan fisika selama penyimpanan, tranportasi dan
terkendali (yaitu tetap utuh dan tidak pecah atau cacat bentuknya
sampai waktu pemakaiannya).
4. Tidak mengandung bahan penambah yang tidak diperlukan atau
berlebihan dan bahan penambah yang digunakan harus tidak
merugikan atau membahayakan.
5. Mempunyai rupa yang menarik dan bebas daripada kecacatan fisik
atau perubahan warna serta harus bebas dari kontaminansi bakteria.
VII. Komponen Tablet

5
Komponen formulasi tablet terdiri dari bahan berkhasiat (Zat
Aktif) dan bahan pembantu (eksipien) yaitu :

1. Pengisi / pengencer (diluents)

Walaupun pengisi pada umumnya dianggap bahan yang inert,


secara signifikan dapat berpengaruh pada ketersediaan hayati, sifat
fisika dan kimia dari tablet jadi (akhir).

2. Pengikat (binders dan adhesive)

Pengikat atau perekat ditambahkan ke dalam formulasi tablet


untuk meningkatkan sifat kohesi serbuk melalui pengikatan (yang
diperlukan) dalam pembentukan granul yang pada pengempaan
membentuk masa kohesif atau pemampatan sebagai suatu tablet.
Lokasi pengikat di dalam granul dapat mempengaruhi sifat granul
yang dihasilkan.

3. Penghancur (disintegrants)

Tujuan penghacur adalah untuk memfasilitasi kehancuran


tablet sesaat setelah ditelan pasien. Agen penghancur dapat
ditambahkan sebelum dilakukan granulasi atau selama tahap
lubrikasi/pelinciran sebelum dikempa atau pada kedua tahap proses.

4. Pelincir (lubricant)

Fungsi utama pelincir tablet adalah untuk mengurangi friksi


yang meningkat pada antarmukatablet dan dinding cetakan logam
selama pengempaan dan penolakan/pengeluaran tablet dari cetakan.
Pelincir dapat pula menunjukan sifat sebagai antilengket (anti
adherant) atau pelican (glidan).

Stickland mendeskripsikan:

6
- Pelincir menurunkan friksi di antara granul dan dinding cetakan
kempa selama proses pengempaan dan penolakan tablet dari
lumpang.
- Antiadheran mencegah terjadinya pelengketan pada alu cetak dan
selanjutnya adadinding cetakan.
- Pelicin meningkatkan karakteristik aliran dari granul.
5. Antiadheran

Antiadheran berguna dalam formulasi bahan yang menunjukan


tendensi mudahtersusun/terkumpul.

6. Pelicin (glidan)

Glidan dapat meningkatkan mekanisme aliran granul dari hoper


ke dalam lobang lumpang. Glidan dapat meminimalkan
ketidakmerataan yang sering ditemukan/ditunjukan formula kempa
langsung. Glidan meminimalkan kecenderungan granul memisah
akibat adanya vibrasi secara berlebihan.

Hipotesis mekanisme kerja glidan menurut beberapa penelitian :

- Dispersi muatan elektrostatik pada permukaan granul.


- Distribusi glidan dalam granul.
- Adsorpsi preferensial gas pada glidan versus granul.

Meminimalisasi forsa v.d Waals melalui pemisahan granul.


Penurunan fraksi diantara partikel dan kekerasan permukaan karena
glidan teradhesi pada permukaan granul.

VIII. Keuntungan dan Kerugian Tablet

Keuntungan pada tablet diantaranya :


1. Tablet dapat bekerja pada rute oral yang paling banyak dipilih
2. Tablet memberikan ketepatan yang tinggi dalam dosis
3. Bebas air sehingga potensi adanya hidrolisis dapat dicegah/ diperkecil

7
4. Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan
kemampuan terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan
ukuran serta variabilitas kandungan yang paling rendah.
5. Tablet merupakan bentuk sediaan yang ongkos pembuatannya paling
rendah.
6. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling rinagn dan paling
kompak.
7. Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal
ditenggorokan, terutama bila bersalut yang memungkinkan pecah /
hancurnya tablet tidak segera terjadi.

Kerugian yang ada pada tablet, diantaranya :

1. Ada orang tertentu yang tidak dapat menelan tablet salam keadaan
tidak sadar/ pingsan
2. Formulasi tablet cukup rumit
3. Beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi padat dan kompak,
tergantung pada keadaan amorfnya, flokulasi atau rendahnya berat
jenis.
4. Obat sukar dibasahkan, lambat melarut, dosisnya cukupan tau tunggi,
absorbansi optimumnya tinggi melalui saluran cerna atau setiap
kombinasi dari sifat diatas, akan sukar atau tidak mungkin diformulasi
dan dipabrikasi dalam bentukk tablet yang masih menghasilkan
bioavailabilitas obat cukup.
5. Obat yang rasanya pahit, obat dengan bau yang tidak dapat
dihilangkan, atau obat yang peka terhadap oksigen atau kelembapan
udara perlu pengapsulan atau penyelubungan dulu sebelum dikempa
(bila mungkin) atau memerlukan penyalutan terlebih dahulu.
(Lachman, 645-648)

IX. Masalah Dalam Pembuatan Tablet

8
1. Capping

Tablet terpisah sebagian atau seluruhnya atas dan bawah, yang


disebabkan terlalu banyak tekanan saat percetakan, adanya udara yang
terperangkap saat granulasi, granulasi terlalu kering, terlalu banyak
fines, pemasangan punch dan dies yang tidak paas.

2. Lamination

Tablet pecah menjadi beberapa lapisan. Pecahnya tablet terjadi


segera setelah kompressi atau beberapa hari kemudian. Penyebabnya
adalah udara yang terjerat dalam granul yang tidak dapat keluar selama
kompressi atau overlubrikasi dengan stearat.

3. Sticking

Keadaan dimana granul menempel pada dinding die sehingga


punch bawah tidak bebas bergerak. Penyebabnya adalah punch kurang
bersih, tablet dikompressi pada kelembapan tinggi.

4. Picking

Perpindahan bahan dari permukaan tablet dan menempel pada


permukaan punch. Penyebabnya adalah pengeringan granul belum
cukup, jumlah glidan kurang bahan yang dikompresi berminyak /
lengket.

5. Filming

Adanya kelembapan yang tinggi dan suhu tinggi akan


melelehkan bahan dengan titik lebur rendah seperti lemak / wax. Bisa
juga karena punch kehilangan pelican. Hal ini dapat diatasi dengan
mengencerkan bahan yang bertitik leleh rendah dengan bahan yang
titik lelehnya tinggi sehingga mengurangi penempelan.

6. Chipping dan Cracking

9
Pecahnya tablet disebabkan karena alat dan tablet retak
dibagian atas karena tekanan yang berlebih.

7. Binding

Kesulitan mengeluarkan tablet karena lubrikan yang tidak cukup.

8. Molting

Distribusi zat warna yang tidak homogenya. Penyebabnya


adalah migrasi zat warna yang tidak seragam (atas kering duluan yang
bawah masih basah).
X. Definisi Granulasi

Granulasi merupakan proses awal terhadap serbuk untuk dapat


ditabletasi, dimana terjadi proses peningkatan ukuran partikel-partikel
kecil digabungkan menjadi partikel dengan ukuran yang lebih besar,
membentuk aglomerat permanen sehingga lebih mudah mengalir.
Sebagian besar serbuk tidak dapat dibentuk menjadi tablet secara langsung
karena tidak memiliki sifat mengikat satu sama lain untuk membentuk
sediaan yang kompak dan juga tidak memiliki sifat lubrikasi dan
disintegrasi yang diperlukan dalam proses tabletasi.
Granulasi basah merupakan suatu proses penambahan cairan ke
dalam massa serbuk dan diaduk dengan alat yang sesuai untuk
menghasilkan aglomerat atau granul.
Tahapan umum untuk proses granulasi basah sebagai berikut :

Pencampuran Pengeringan Lubrikasi


Granulasi Pencetakan
Serbuk Granul Granul

Proses pembentukan granul pada granulasi basah meliputi :

1. Pembentukan jembatan-jembatan kristalin oleh pengikat selama proses


pengeringan

10
2. Pembentukan struktur melalui pengerasan oleh pengikat selama proses
pengeringan 3
3. Penghancuran dan pengikatan partikel-partikel selama proses
kompaksi

Tujuan utama granulasi serbuk adalah :

1. Meningkatkan sifat aliran serbuk atau campuran serbuk


2. Meningkatkan karakteristik kempa dari serbuk atau campuran serbuk
XI. Kondisi Penerapan

1. Granulasi basah diterapkan jika serbuk yang akan ditabletasi sukar


mengalir, mempunyai bobot jenis yang rendah (volumimous), dan
daya kompresibilitas yang rendah. Metode granulasi juga dipilih jika
dosis per tablet sangat kecil dan obat bersifat toksik, sehingga
pembetnukan granul akan menjamin homogenitas campuran lebih
baik. Disamping itu, jika ditambahkan zat warna, maka akan
memperoleh tablet dengan warna yang homogen.
2. Granulasi basah dapat diterapkan untuk zat aktif yang tahan terhadap
lembab dan pemanasan. Jika ingin diterapkan pada zat aktif yang
kurang tahan terhadap lembab (air), maka harus digunakan pelarut
pengikat lain seperti etanol atau isopropilalkohol. Pelarut yang
digunakan adalah yang dapat melarutkan bahan pengikat.
3. Beberapa contoh zat aktif yang dapat dibuat tablet dengan metode
granulasi basah adalah, parasetamol, alukol, fenilpropanolamin HCl,
difenhidramin HCl, Ranitidin HCl, salisilamida.
XII. Keuntungan

Keuntungan proses granulasi basah, yaitu :


1. Sifat kohesi dan kompresibilitas serbuk ditingkatkan melalui
penambahan pengikat yang menyelimuti partikel-partikel serbuk
sehingga dapat menyatu satu sama lain untuk membentuk granul.

11
2. Obat dengan dosis besar dan memiliki sifat aliran serta kompresibilitas
yang kurang baik dapat digranulasi sehingga diperoleh granul dengan
aliran dan kohesi yang lebih baik.
3. Obat dengan dosis kecil dan dengan penambahan warna dapat
diperoleh granul dengan kandungan zat aktif dan zat warna yang
homogen dan terdistribusi merata, yaitu dengan cara melarutkan obat
atau warna tersebut dalam larutan pengikat.
4. Berbagai jenis serbuk dengan sifat-sifat berbeda dapat diproses
bersama dalam satu batch untuk dapat menghasilkan massa dengan
sifat yang dapat ditabletasi.
5. Serbuk dengan bobot jenis nyata rendah (voluminous) dan berdebu
dapat ditangani tanpa menghasilkan banyak debu sehingga dapat
mencegah kontaminasi silang.
6. Granulasi basah dapat mencegah terjadinya segregasi komponen-
komponen sehingga dapat diperoleh sediaan dengan keseragaman
kandungan yang baik.
7. Kecepatan disolusi obat yang kurang larut dapat ditingkatkan melalui
pemilihan pelarut dan pengikat yang sesuai atau penambahan zat
peningkat kelarutan obat.
8. Granulasi basah dapat digunakan untuk pembuatan tablet dengan
sistem pelepasan zat aktif terkendali.
XIII. Keterbatasan

Keterbatasan utama dari metoda granulasi basah adalah besarnya biaya


karena diperlukan ruang, waktu, energi, dan peralatan yang besar.
Kerugian lain adalah :
1. Tahapan proses banyak sehingga diperlukan ruang yang luas yang
harus dikontrol temperatur dan kelembabannya. Disamping itu
diperlukan serangkaian validasi proses yang panjang.
2. Memerlukan banyak peralatan (pencampur, penggranul, pengering,
pengayak).
3. Proses ini memerlukan waktu yang lama terutama tahap pembasahan
dan pengeringan.

12
4. Rendemen akan lebih kecil karena hilangnya massa campur pada
setiap tahap.
5. Kemungkinan terjadinya kontaminasi silang akan lebih besar
dibandingkan dengan metoda kempa langsung.
6. Memungkinkan timbulnya masalah dalam transfer massa karena
melibatkan massa yang lengket apabila proses granulasi tidak
dilakukan secara tepat.
7. Dapat dihasilkan tablet dengan kecepatan disolusi rendah jika
formulasi dan proses yang dipilih tidak tepat.

XIV. Metoda Penambahan Pengikat Pada Granulasi Basah

1. Metoda Penambahan Kering


Pengikat dicampur dengan serbuk (zat aktif dan eksipien lain)
lalu ditambahkan pelarut pengikat (air, etanol, isopropil alkohol, atau
uap air panas).
Keuntungan : Proses cepat dan tidak ada resiko massa granul
terlalu basah karena pelarut pengikat ditambahkan
sedikit demi sedikit.
Kerugiaan : diperlukan pelarut pengikat yang lebih banyak
karena pengikat akan lebih efektif jika digunakan
dalam bentuk larutannya.
2. Metoda Penambahan Basah

Dibuat larutan pengikat terlebih dahulu dengan cara melarutkan


pengikat dalam pelarut, lalu larutan pengikat ditambahkan ke dalam
campuran serbuk (zat aktif dan eksipien lain).

13
Keuntungan : daya ikat akan lebih kuat sehingga diperlukan bahan
pengikat dalam jumlah yang lebih sedikit.
Kerugian : semua larutan harus dimasukkan ke dalam
massa granul agar persentase pengikat yang
digunakan sesuai. Jika jumlah terlalu banyak maka
dihasilkan massa yang lembek. Antisipasi dari
masalah ini adalah perlu dilakukan orientasi terlebih
dahulu.
XV. Evaluasi Granul

1. Kecepatan Aliran
a. Metode Corong.
Prinsip: menetapkan jumlah granul yang mengalir melalui alat
selama waktu tertentu.
Alat : Flow Tester
Prosedur:
- Sejumlah 100 g granul dimasukkan ke dalam corong dengan
ukuran tertentu.
- Corong digetarkan sampai seluruh granul mengalir keluar dari
lubang corong.
- Baca waktu yang diperlukan untuk mengalirkan seluruh granul
keluar dari corong.
- Kecepatan aliran dihitung dengan membagi bobot granul (100
g) dengan waktu yang diperlukan granul untuk melewati
corong (g/detik)
Penafsiran Hasil:

Aliran granul baik jika waktu yang diperlukan untuk


mengalirkan 100 g granul ≤ 10 detik

b. Metode Sudut Istirahat


Prinsip : Pengukuran sudut yang terbentuk dari lereng timbunan
granul yang mengalir bebas dari corong terhadap suatu bidang
datar.

14
Alat : Flow Tester

Prosedur :
- Timbang sejumlah granul, masukkan ke dalam corong.
- Granul dibiarkan mengalir bebas dari lubang corong/silinder
dan ditampung pada suatu bidang datar hingga timbunan granul
tersebut membentuk kerucut.
- Dari timbunan ini diukur sudut istirahat (sudut antara lereng
granul dengan bidang datar)
Penafsiran Hasil:
Jika : α = 25-30˚ : granul sangat mudah mengalir
α = 30-38˚ : granul mudah mengalir
α > 38˚ : granul kurang mengalir.

2. Kelembaban
Alat : Moisture Analyzer
Prosedur :
- Timbang granul sebanyak 5 atau 10 g.
- Masukkan dalam alat Moisture Analyzer, kemudian alat ditara
- Panaskan granul pada suhu 60-70˚ sampai skala pada alat tidak
berubah (stabil)
- Baca kadar air yang tertera pada skala (%)

Penafsiran Hasil : Kadar air yang baik 1-2%

3. Bobot Jenis / Kerapatan


a. BJ nyata

15
Prosedur : Timbang 100 g granul dan masukkan dalam gelas ukur.

W
Catat volumenya. P=
V
P= BJ nyata, W=Bobot Granul, V=Volume granul tanpa
pemampatan.
b. BJ mampat
Prosedur :
- Timbang 100 g granul dan masukkan dalam gelas ukur lalu
catat volumenya (Vo)
- Gelas ukur diketuk sebanyak 10 dan 500 kali. Catat volumenya
(V 10 danV 500 )
W
P n=
Vn
Pn = BJ pada n ketukan, W = bobot granul, Vn = Volume granul
pada n ketukan
c. BJ sejati
BJ sejati merupakan massa granul dibagi volume granul yang tidak
termasuk pori granul.
Alat : piknometer
( b−a ) x BJ cairan
BJ sejati = pendispersi

( b+d ) −(a+ c)
a = bobot piknometer kosong
b = bobot piknometer + 1 g granul
c = bobot piknometer + 1 g granul + cairan pendispersi (paraffin
cair)
d = bobot piknometer + cairan pendispersi
d. Kadar Pemampatan
Prosedur : sama dengan BJ Mampat
Vo−V 500
Kp= x 100 %
Vo
Kp = Kadar pemampatan, Vo = Volume granul sebelum
pemampatan,
V 500 = volume granul pada 500 kali ketukan

16
Penafsiran hasil : Granul memenuhi syarat jika Kp≤20%
e. Perbandingan Haussner
Prosedur : Sama dengan pada prosedur BJ Mampat
BJ setelah
Angka Haussner =
pemampatan

BJ sebelum pemampatan

Penafsiran hasil : Granul memenuhi syarat jika angka Haussner ≈1


f. Persen Kompresibilitas (%K)
Prosedur : Sama pada prosedur BJ mampat dan BJ nyata
BJ mampat −BJ nyata
%K = ×100 %
BJ mampat
Penafsiran hasil :
Jika %K = 5 – 15% aliran sangat baik
= 16 – 25% aliran baik
≥ 26% aliran buruk
4. Granulometri (distribusi ukuran partikel)

Granulometri adalah analisis ukuran dan repartisi granul


(penyebaran ukuran-ukuran granul). Dalam melakukan analisis
granulometri digunakan susunan pengayak dengan berbagai ukuran.
Mesh terbesar diletakkan paling atas dan dibawahnya disusun
pengayak dengan mesh yang makin kecil.

 Timbang 100 gr granul


 Letakkan granul pada pengayak paling atas
 Getarkan mesin 5-30 menit, tergantung dari ketahanan granul pada
getaran
 Timbang granul yang tertahan pada tiap-tiap pengayak

17
 Hitung persentase granul pada tiap-tiap pengayak
5. Kadar zat aktif

Zat aktif dalam granul ditentukan sesuai dengan metoda yang


tercantum pada masing-masing monografi zat di farmakope
XVI. Evaluasi Tablet (Produk Akhir)

1. Visual /Organoleptik
a. Rupa, dengan cara visual menggunakan loop agar permukaan
tablet lebih jelas terlihat
b. Bau
c. Rasa
2. Sifat fisika kimia
a. Keseragaman ukuran
 Keseragaman tebal
 Keseragaman diameter
Diambil secara acak 20 tablet, lalu diukur diamater dan tebalnya
menggunakan jangka sorong. Menurut FI III diameter tablet tidak
lebih dari 3 kali dan tidak kurang 1 1/3 tebal tablet.
b. Kekerasan
Alat : Hardness tester
Prosedur : dilakukan terhadap 20 tablet yang diambil secara acak.
Kekerasan diukur berdasarkan luas permukaan tablet dengan
menggunakan beban yang dinyatakan dalam kg/ cm2. Ditentukan
kekerasan rata-rata dan standar deviasinya.
Syarat : tablet besar 7 – 10 kg/ cm2, tablet kecil 4 kg/ cm 2
c. Friabilitas
Alat : Friabilator
Prosedur : dilakukan terhadap 20 tablet (jika bobot tablet > 250
mg) atau 40 tablet (jika bobot < 250 mg) yang diambil secara acak.
Dibersihkan satu persatu dengan sikat halus lalu ditimbang (a).
Masukkan semua tablet kedalam alat, lalu putar sebanyak 100
putaran. Lalu tablet dibersihkan lagi dan ditimbang (b).

18
a−b
f= x 100 %
a

f = friabilitas
a = bobot tablet sebelum uji
b = bobot tablet setelah uji
Syarat : tablet yang baik memiliki friabilitas < 1%
d. Keragaman bobot
Diambil 20 tablet secara acak, lalu ditimbang masing-masing
tablet. Hitung bobot rata-rata dan penyimpangan terhadap bobot
rata-rata. Tidak boleh ada 2 tablet yang masing-masing
menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari harga yang
ditetapkan pada kolom A, dan tidak boleh ada satupun tablet yang
menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari harga pada kolom B.

Penyimpangan bobot rata-rata (%)


Bobot rata-rata
A B

< 25 mg 15 30

26 mg – 150 mg 10 20

151 mg – 300 mg 7,5 15

> 300 mg 5 10

e. Keseragaman kandungan
Diambil 30 tablet secara acak, lalu ditentukan kadar dari 10 tablet
satu persatu dengan metoda yang sesuai. Jika ada 1 tablet yang
diluar 85-115%, tentukan 20 tablet sisanya. Dianggap memenuhi
syarat jika hanya 1 tablet dari 30 tablet yang memberikan hasil
diluar 85-115%.
3. Uji Waktu Hancur
Alat : Disintegration tester

19
Prosedur : bejana diisi dengan HCl 0,1 N. Volume diatur pada
kedudukan tertinggi, lempeng kasa tepat pada permukaan larutan dan
pada kedudukan terendah mulut tabung tetap diatas permukaan. Suhu
pelarut 36-38˚ C. 6 tablet dimasukkan satu persatu kedalam masing-
masing tabung, kemudian alat dinyalakan dan atur naik turun
keranjang 30 kali tiap menit. Tablet hancur jika tidak ada bagian tablet
yang tertinggal diatas kasa, kecuali fragmen-fragmen bahan pembantu.
Waktu hancur dicatat sejak pertama kali alat dinyalakan hingga tidak
ada bagian tablet yang tertinggal di atas kasa.
Syarat : waktu yang diperlukan untuk menghancurkan ke 6 tablet tidak
lebih dari 15 menit untuk tablet yang tidak bersalut.
4. Uji Disolusi
Lihat masing-masing monografi di Farmakope Indonesia.
5. Kadar zat aktif dalam tablet
Lihat masing-masing monografi di Farmakope Indonesia.

BAB III

METODE PENELITIAN

I. Metode

Metode yang dilakukan pada praktikum adalah metode granulasi


basah dimana metode granulasi basah ini prosesnya dengan melakukan

20
penambahan cairan ke dalam massa serbuk dan diaduk dengan alat yang
sesuai untuk menghasilkan aglomerat atau granul.

Tahapan umum untuk proses granulasi basah sebagai berikut :

Pencampuran Pengeringan Lubrikasi


Granulasi Pencetakan
Serbuk Granul Granul

Proses pembentukan granul pada granulasi basah meliputi :

1. Pembentukan jembatan-jembatan kristalin oleh pengikat selama proses


pengeringan
2. Pembentukan struktur melalui pengerasan oleh pengikat selama proses
pengeringan
3. Penghancuran dan pengikatan partikel-partikel selama proses
kompaksi

Tujuan utama granulasi serbuk adalah :

1. Meningkatkan sifat aliran serbuk atau campuran serbuk


2. Meningkatkan karakteristik kempa dari serbuk atau campuran serbuk

Kemudian metoda penambahan pengikat pada granulasi basah


yang dilakukan pada formula yang dibuat adalah metoda penambahan
basah. Pada metoda ini dibuat larutan pengikat terlebih dahulu dengan cara
melarutkan pengikat dalam pelarut, lalu larutan pengikat ditambahkan ke
dalam campuran serbuk (zat aktif dan eksipien lain).
XVII. Prosedur

1. Pembuatan larutan pengikat PVP

Timbang sejumlah PVP yang diperlukan

21
larutkan dalam sejumlah pelarut

Aduk larutan hingga homogen,

jika digunakan pewarna dapat dilarutkan dalam larutan pengikat ini.

2. Granulasi

Parasetamol, amprotab, dan laktosa dicampur sampai homogen,

Kemudian tambahkan larutan PVP sedikit-sedikit sambil diaduk

sampai terbentuk massa basah

Massa basah kemudian diayak dengan ayakan mesh 10 atau 12

Granul basah dikeringkan dalam oven dengan

suhu 600C sampai kandungan lembab kurang dari 3%

- Granul yang telah kering diayak Kembali

dengan ayakan mesh 14 atau 16

22
Granul kering kemudian ditimbang dan dievaluasi

XVIII. EVALUASI GRANUL

1. Uji kelembaban

Timbang granul sebanyak 5 atau 10 g,


Masukkan dalam alat Moisture Analyzer,

Baca kadar air yang tertera pada skala (%)

2. Uji Distribusi ukuran partikel

Susun ayakan

Timbang 100 gr granul

Letakkan granul pada pengayak paling atas

Getarkan mesin 5-30 menit,

tergantung dari ketahanan granul pada getaran 10

23
Timbang granul yang tertahan pada tiap-tiap pengayak

Hitung persentase granul pada tiap-tiap pengayak

3. Uji laju alur


Sejumlah 100 g granul dimasukkan
Ke dalam corong dengan ukuran tertentu.

Corong digetarkan sampai seluruh granul


mengalir keluar dari lubang corong.

Catat waktu yang dibutuhkan granul mengalir


wt −wo
t

4. Uji sudut diam


- Timbang sejumlah granul, masukkan ke dalam corong.

- Granul dibiarkan mengalir bebas dari lubang corong/silinder dan


ditampung pada suatu bidang datar hingga timbunan granul
tersebut membentuk kerucut.

24
- Dari timbunan ini diukur sudut istirahat
(sudut antara lereng granul dengan bidang datar)

5. Uji bilik density


timbang 100gram granul dimasukan ke gelas ukur

catat volumenya

6. Uji kompresibilitas

100gram granul yang sudah ditimbang dimasukan kegelas ukur

Dimampatkan diketruk 500 kali

Catat volume uji sebelum dan sesudah diketruk

XIX. PROSEDUR PEMBUATAN TABLET

1. Pembuatan tablet

Timbang bahan

Bahan di ayak apabila ada yang menggumpal

25
Campur bahan sesuai aturan (kecuali mg stearat dan talk)

Campurkan selama 15 menit hingga homogen

Tambahkan talk dan mg stearat

Campurkan selama 2 menit

Lakukan evaluasi terhadap masa kempa

kemudian ditabletasi

dengan menggunakan punch diameter 6-8 mm

dengan bobot yang telah ditentukan

Tablet dievaluasi menurut persyaratan yang berlaku.

26
2. Evaluasi tablet
a. Sifat fisik dan kimia
1) Keseragaman ukuran
Diambil secara acak 20 tablet

lalu diukur diamater dan tebalnya menggunakan jangka sorong.

Menurut FI III diameter tablet tidak lebih dari 3 kali


dan tidak kurang 1 1/3 tebal tablet.
2) Kekerasan
Alat : Hardness tester
20 tablet yang diambil secara acak.

Kekerasan diukur berdasarkan luas permukaan tablet


dengan menggunakan beban yang dinyatakan dalam kg/ cm2.

Ditentukan kekerasan rata-rata dan standar deviasinya.

Syarat : tablet besar 7 – 10 kg/ cm2 , tablet kecil 4 kg/ cm2

3) Friabilitas

27
Alat : Friabilator
Dilakukan terhadap 20 tablet (jika bobot tablet > 250 mg)
atau 40 tablet (jika bobot < 250 mg)
yang diambil secara acak.

Dibersihkan satu persatu dengan sikat halus lalu ditimbang

(a). Masukkan semua tablet kedalam alat,


lalu putar sebanyak 100 putaran.
Lalu tablet dibersihkan lagi dan ditimbang

(b). f = friabilitas a = bobot tablet sebelum uji


b = bobot tablet setelah uji
Syarat : tablet yang baik memiliki friabilitas < 1%

4) Keragaman bobot
Diambil 20 tablet secara acak,

lalu ditimbang masing-masing tablet.

Hitung bobot rata-rata dan penyimpangan terhadap bobot rata-rata.


Tidak boleh ada 2 tablet yang masing-masing menyimpang dari bobot
rata-rata lebih besar dari harga yang ditetapkan.

28
5) Keseragaman kandungan

Diambil 30 tablet secara acak

lalu ditentukan kadar dari 10 tablet satu persatu


dengan metoda yang sesuai.

Jika ada 1 tablet yang diluar 85- 115%,


tentukan 20 tablet sisanya.

Dianggap memenuhi syarat jika hanya 1 tablet dari 30 tablet


yang memberikan hasil diluar 85-115%.

b. Uji Waktu Hancur


Alat : Disintegration tester

Bejana diisi dengan HCl 0,1 N. Volume diatur pada kedudukan


tertinggi, lempeng kasa tepat pada permukaan larutan dan pada
kedudukan terendah mulut tabung tetap diatas permukaan.

29
Suhu pelarut 36-380C.

6 tablet dimasukkan satu persatu kedalam masing-masing tabung

kemudian alat dinyalakan dan atur naik turun keranjang 30 kali tiap
menit.

Tablet hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal diatas kasa,
kecuali fragmen-fragmen bahan pembantu.

Waktu hancur dicatat sejak pertama kali alat dinyalakan hingga tidak
ada bagian tablet yang tertinggal di atas kasa.

Syarat : waktu yang diperlukan untuk menghancurkan ke 6 tablet tidak


lebih dari 15 menit untuk tablet yang tidak bersalut.

c. Uji Disolusi
Media disolusi : 900ml daparposfat pH 6,8
Alat type :2 : 50 rpm
Waktu : 30 menit
Lakukan penetapan C8HgNO2 yang terlarut dengan mengukur serapan
glikol

30
Jika perlu diencerkan dengan media disolusi dan serapan lanjutan
paracetamol BPFI dalam media yang sama pola Panjang gelombang
maksimum lebih kurang 243nm

31
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. Hasil Pengamatan

 Perhitungan dan Penimbangan Hasil Pengamatan Fase Dalam


Zat aktif Paracetamol = 250 mg
Bobot Tablet = 350 mg
Jumlah Tablet yang Dibuat = 300 Tablet
92
Fase dalam (92%) = ×350 ×300=96.600 mg = 9,6 g
100
-Paracetamol = 250 mg × 300 tablet
= 75.000 mg/ tablet = 7,5 g

10
-Amprotab 10% = ×350 ×300=10.500 mg = 10,5 g
100

5
-PVP 5% = ×350 ×300=5.250 mg = 5,25 g
100

-Ethanol 95% = qs

-Primojel-avicel 101 = Total FD ˗ (Paracetamol + Amprotab + PVP)

= 96,6 g – (75 g + 10,5 g + 5,25 g)

32
= 96,6 g – 90,75 g

= 5,85 g

 Hasil Pengamatan Fase Luar


Fase Luar (3%)

Mg Stearat 1%

Talk 2%

Amprotab 5%

Bobot granul yang diperoleh = 87,44 g

Kandungan Lembab 1,50%

Catatan : Bobot granul-untuk piknometer = 87,44 g – 1 g = 86,44 g

1
-Mg. Stearat 1% = × 86,44 g
92

= 0,93 g

2
-Talk 2% = × 86,44 g
92

= 1,9 g

5
-Amprotab 5%= × 86,44 g
92

= 4,75 g

86,44 g
Jumlah tablet yang diperoleh = × 300tablet
96,6 g

= 268,447 Tablet

granul FD + Mg . Stearat +Talk + Amprotab


Bobot yang diperoleh =
Jumlah tablet yang diperoleh

86,44+0,93+1,9+ 4,75
=
268,447 Tablet

= 0,350 g/ 350 mg dalam 1 tablet

XX. EVALUASI GRANUL

33
a. Kecepatan Aliran
1) Metode Corong
Alat : Flow Tester
Waktu alir: 06, 79 detik
Diameter : 10,5 cm, jari-jari 5,25 cm
Tinggi : 4 cm
Bobot Granul
Daya alir =
Waktu
86,44 g
=
6,79 detik
= 12,73 g/detik
2) Metode Sudut Istirahat
Tinggi
tan α =
Jari− jari
4 cm
=
5,25 cm
= 0,76 cm atau 37,23°

Pada sudut istirahat, memenuhi persyaratan karena


mendapatkan hasil 37,23°, yang artinya granul ini mudah mengalir
dimana hasil tersebut berada pada rentang α = 30°-38°.

b. Kelembaban
Uji Kelembaban = 1,50%
(kadar air baik, karena tidak melebihi 2%)
c. Bobot Jenis/ Kerapatan
1) BJ Nyata
W
P=
V
92,88 g
P=
160 mL
= 0,58 g/mL
2) BJ Mampat
W
BJ Mampat : Pn=
Vn
92,88 gr
=
97 mL
= 0,957 g/mL

V10 = 100 mL
V100 = 98 mL
V500 = 97 mL
V < 20 mL
%T < 20

34
Jadi, setelah dilakukan evaluasi BJ mampat disimpulkan
memiliki aliran yang baik karena V < 20 mL

3) BJ Sejati
Keterangan:
a: Bobot pikno = 11,98gr
b: Bobot pikno + granul = 13,08gr
c: Bobot pikno + 1 gr granul + parafin = 20,24gr
d: Bobot pikno + parafin = 21,51gr
BJ Parafin = 0,87gr
( b−a ) × BJ parafin
BJ Sejati =
( b+ d )−(a+c )
( 13,08−11,98 ) ×0,87
=
( 13,08+ 21,51 )−(11,98 +20,24)
= 0,403
4) Kadar Pemampatan
Kp = ¿ ¿ × 100%
(100 mL−97 mL)
= × 100%
100 mL
3 mL
= × 100%
100 mL
= 0,03 x 100%
= 3%

Jadi, hasil yang didapatkan 3% memenuhi syarat dan


memiliki granul aliran baik karena Kp ≤ 20%

5) Perbandingan Haussner
BJ Setelah Pemampatan
Angka Haussner =
BJ Sebelum Pemampatan
0,957 gr /mL
=
0,58 gr /mL
= 1,65 g/mL
Pada perbandingan Haussner, mendapatkan hasil 1,65
g/mL yang artinya tidak memenuhi syarat, karena angka
Haussner adalah 1
6) Persen Kompresibilitas (%K)
BJ Mampat −BJ Nyata
%K = × 100%
BJ Mampat
0,95−0,58
= × 100%
0,95
= 3,8 % ≈ 4%

35
Pada persen kompresibilitas, mendapatkan hasil 4% yang
artinya tidak memenuhi syarat, karena tidak termasuk dalam
rentang 5-15%

d. Granulometri (distribusi ukuran partikel)


Mesh 10 -
Mesh 12 0,03 gr
Mesh 14 0,85 gr
Mesh 16 9,04 gr
Hasil 92,88 gr
Total 102,8 gr
Bobot serbuk (gr )
%Serbuk = × 100%
Bobot total serbuk (gr)

%Serbuk 10 = -

0,03 gr
%Serbuk 12 = × 100%
102,8 gr

= 0,029%

0,85 gr
%Serbuk 14 = × 100%
102,8 gr

= 0,83%

9,04 gr
%Serbuk 16 = × 100%
102,8 gr

= 8,79%

XXI. EVALUASI TABLET

a. Visual/ Organoleptik
1)Rupa : Bulat, Putih
2)Bau : Tidak Berbau
3)Rasa : Pahit
b. Sifat Fisika Kimia
1) Keseragaman Ukuran
Tablet Diameter Tebal
1 1,3+0,02 = 1,32 0,4+0,02 = 0,42
cm cm
2 1,3+0,02 = 1,32 0,4+0,02 = 0,42

36
cm cm
3 1,3+0,02 = 1,32 0,4+0,02 = 0,42
cm cm
4 1,3+0,02 = 1,32 0,4+0,02 = 0,42
cm cm
5 1,3+0,02 = 1,32 0,4+0,02 = 0,42
cm cm
6 1,3+0,02 = 1,32 0,4+0,02 = 0,42
cm cm
7 1,3+0,02 = 1,32 0,4+0,02 = 0,42
cm cm
8 1,3+0,02 = 1,32 0,4+0,02 = 0,42
cm cm
9 1,3+0,02 = 1,32 0,4+0,02 = 0,42
cm cm
10 1,3+0,02 = 1,32 0,4+0,02 = 0,42
cm cm
11 1,3+0,02 = 1,32 0,4+0,02 = 0,42
cm cm
12 1,3+0,02 = 1,32 0,4+0,02 = 0,42
cm cm
13 1,3+0,02 = 1,32 0,4+0,02 = 0,42
cm cm
14 1,3+0,02 = 1,32 0,4+0,02 = 0,42
cm cm
15 1,3+0,02 = 1,32 0,4+0,02 = 0,42
cm cm
16 1,3+0,02 = 1,32 0,4+0,02 = 0,42
cm cm
17 1,3+0,02 = 1,32 0,4+0,02 = 0,42
cm cm
18 1,3+0,02 = 1,32 0,4+0,02 = 0,42
cm cm
19 1,3+0,02 = 1,32 0,4+0,02 = 0,42
cm cm
20 1,3+0,02 = 1,32 0,4+0,02 = 0,42
cm cm
Rata- 1,32 cm 0,42 cm
rata
d = 1,32 cm

tebal = 0,42 cm

 < 3x tebal tablet = 3 x 0,42 = 1,26 cm → < 1, 26 cm


4 4
 > x tebal tablet = x 0,42 = 0, 56 cm → > 0, 96 cm
3 3

37
Rata−rata diameter tablet 1, 32 cm
 = = 3,1 kali ≈ 3 kali
Rata−rata tebal tablet 0,42 cm
- Syarat : Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang 1
1
tebal tablet
3
- Hasil pengamatan :
1, 32 cm > 1, 26 cm
1, 32 cm > 0, 56 cm

Jadi berdasarkan hasil analisis tablet yang diuji memiliki


keseragaman ukuran yang memenuhi syarat, karena diameter
tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang 1 1/3 tebal tablet (FI
III)

2) Kekerasan
Tablet Kekerasan
(kg/cm2)
1 13,60
2 14,37
3 10,11
4 14,41
5 14,99
6 14,19
7 11,43
8 14.00
9 13,45
10 14,37
11 11,22
12 9,88
13 12,65
14 11,17
15 13,91
16 10,30
17 10,72
18 11,13
19 10,50
20 11,17
247,57
Rata-rata = = 12,37 kg/cm2
20
Persyaratan: Tablet besar 7-10 kg/cm2
Hasil rata-rata yang didapat dari kekerasan tablet adalah
12,37 yang artinya tablet memiliki kekerasan yang sedikit

38
buruk karena tidak memenuhi syarat yang ditentukan (melebihi
batas).
3) Friabilitas
Keterangan:
a: Bobot tablet sebelum diuji = 0, 60 g
b: Bobot tablet setelah diuji = 0, 60 g
a−b
F= × 100%
a
0 , 60−0 , 60
= × 100%
0 ,60
= 0%
- Syarat : Tablet yang baik memiliki frasibilitas < 1%
- Hasil pengamatan : 0 < 1%

Jadi, hasil menunjukkan bahwa tablet tersebut memiliki


frasibilitas yang baik, karena memenuhi persyaratan yaitu
memiliki friabilitas <1%

4) Keseragaman Bobot
Tablet Bobot (g)
1 0,609
2 0,605
3 0,608
4 0,596
5 0,602
6 0,606
7 0,599
8 0,605
9 0,590
10 0,609
11 0,584
12 0,602
13 0,602
14 0,598
15 0,608
16 0,605
17 0,602
18 0,608
19 0,596
20 0,584
Rata-rata 0,601 gram

Perhitungan:
Jumlah bobot tablet 1−20
 Bobot rata-rata =
Jumlah tablet

39
12,02
= = 0,601 g ≈ 601 mg → > 300 mg
20

| x̄−Bobotx̄ tablet | × 100%


Untuk tablet bobot 0,609 g (Terdapat 2 tablet)

|0,601−0,609
0,601 | × 100%
= -1, 33%

Untuk tablet bobot 0,605 g (Terdapat 3 tablet)

|0,601−0,605
0,601 | × 100%
= -0, 006%

Untuk tablet bobot 0,608 g (Terdapat 3 tablet)

|0,601−0,608
0,601 | × 100%
= -0, 011%

Untuk tablet bobot 0, 596 g (Terdapat 2 tablet)

|0,601−0,596
0,601 | × 100%
= 0, 008%

Untuk tablet bobot 0,602 g (Terdapat 3 tablet)

|0,601−0,602
0,601 | × 100%
= -0, 031%

Untuk tablet bobot 0,606 g (Terdapat 1 tablet)

|0,601−0,606
0,601 | × 100%
= -0, 008%

Untuk tablet bobot 0,599 g (Terdapat 1 tablet)

40
|0,601−0,599
0,601 | × 100%
= 0,003%

Untuk tablet bobot 0,590 g (Terdapat 1 tablet)

|0,601−0,590
0,601 | × 100%
= 0,018%

Untuk tablet bobot 0,604 g (Terdapat 1 tablet)

|0,601−0,604
0,601 | × 100%
= -0,004%
Untuk tablet bobot 0,584 g (Terdapat 2 tablet)

0,601−0,584
| 0,601 | × 100%

= 0,028%
Untuk tablet bobot 0,598 g (Terdapat 1 tablet)

|0,601−0,598
0,601 | × 100%
= 0,004%

Keseragaman bobot memenuhi syarat, yaitu tidak ada tablet


yang menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari kolom A
(5% untuk >300 mg) dan tidak ada satupun tablet yang
menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari harga pada kolom B
(10% untuk >300 mg).

Penentuan Range
5
5% = x 0,601 = 0,03
100
10
10% = x 0,601 = 0,0601
100
 Batas atas (5%) = Rata-rata tablet + %
= 0,601 + 0,03
= 0,631

41
 Batas bawah (5%) = Rata-rata tablet - %
= 0,601 - 0,03
= 0,571
 Batas atas (10%) = Rata-rata tablet + %
= 0,601 + 0,0601
= 0,6011
 Batas bawah (10%) = Rata-rata tablet - %
= 0,601 – 0,0601
= 0,5409
- Syarat : > 300 mg → Kolom A = 5%
Kolom B = 10%

Tidak boleh ada 2 tablet yang masing-masing


mwnyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari harga
yang ditetapkan pada kolom A, dan tidak boleh ada satupun
tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari
harga pada kolom B.

- Hasil Pengamatan
 Bobot tablet : 601 mg > 300 mg
 % tablet : tidak ada yang melebihi 5% dan 10%
- Range : 5% →atas = 0,631
Bawah = 0,571

Bobot tablet masing-masing tidak ada yang melebihi

- Range : 10% → atas = 0,66


Bawah = 0,54
Bobot tablet masing-masing tidak ada yang melebihi

- Kesimpulan : berdasarkan hasil pengujian dan perhitungan,


tablet yang diuji tidak melebihi syarat dan parameter yang
ditentukan, maka tablet memenuhi persyaratan tersebut.
5) Uji Disolusi
6) Uji Waktu Hancur

Pengujian Waktu

Uji Waktu Hancur 3,16 menit

Syarat : waktu yang diperlukan untuk menghancurkan ke 6


tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet yang tidak bersalut.
Kesimpulan :

42
Pada percobaan ini dapat disimpulkan bahwa tablet
yang diuji dapat memenuhi persyaratan karena memiliki waktu
hancur kurang dari 15 menit (< 15 menit), yaitu selama 3,16
menit.
XXII. Brosur dan Kemasan

Brosur
PARACETAMOL
TABLET
Komposisi:
Setiap tablet mengandung :
Paracetamol ..............400 mg

Farmakologi :
Paracetamol® atau acetamino atau acetaminophen
adalah obat yang obat yang mempunyai efek
mengurangi nyeri (analgesik) dan menurunkan demam
(antipiretik).
Parasetamol mengurangi nyeri dengan cara
menghambat impuls/rangsang nyeri di perifer.
Parasetamol menurunkan demam dengan cara
menghambat pusat pengatur panas tubuh di
hipotalamus.
Indikasi :
Untuk meredakan gejala flu, seperti sakit kepala,
demam, bersin-bersin dan hidung tersumbat.

Kontra Indikasi :
Penderita dengan gannguan jantung dan Penderita
dengan gannguan jantung dan diabetes mill diabetes
millitus. Penderita dengan gangguan fungdi hati yang
berat.
Efek Samping :
Mengantuk, gangguan pencernaan, gangguan
psikomotor, takikardia, aritmia, mulut kering, palpitasi,
retensi urin. Penggunaan dosis besar dan jangka
panjang menyebabkan kerusakan hati.
Aturan Pakai (3-4 kali sehari)
Dewasa : .............................. 1 tablet.
Anak-anak 6-12 tahun : ............... ½ tablet
Atau menurut petunjuk dokte
Peringatan dan perhatian :

43
 Hati-hati penggunaan pada penderita dengan gangguan
fungsi hati dan ginjal, glaukoma, hipertropi prostat,
hipertiroid, dan rete dan retensi urin. nsi urin.
 Tidak dianjurkan penggunaan pada anak di bawah 6
tahun, wanita hamil, menyusui, kecuali atas petunjuk
dokter
 Hati-hati penggunaan obat lain yang menekan Hati-hati
penggunaan obat lain yang menekan sistem saraf pusat.
SIMPAN PADA SUHU KAMAR (25°-30°C)
TERLINDUNG DARI CAHAYA

Kemasan

Komposisi:
Efek Samping :
Setiap tablet mengandung :
Mengantuk, gangguan pencernaan, gangguan
Paracetamol
psikomotor, ..............400
takikardia, mgaritmia, mulut kering, palpitasi,
retensi urin. Penggunaan dosis besar dan jangka
panjang menyebabkan kerusakan hati.
Aturan Pakai (3-4 kali sehari)
Dewasa : .............................. 1 tablet.
SIMPAN PADA SUHU KAMAR (25°-30°C)
Anak-anak 6-12 tahun : ............... ½ tablet
TERLINDUNG DARI CAHAYA

PRAKMOL
TABLET
PARACETAMOL

400 MG

Expair date :

XXIII. Pembahasan

1. Pembuatan Fase Dalam dan Fase Luar


Pada praktikum kali ini yaitu membuuat formulasi sediaan
tabet parasetamol yang menggunakan metode granulasi basah, dimana

44
pengikatnya ditambahkan dalam betuk basah dan zat aktif yang
digunakan tahan terhadap air dan pemanasan. Selain itu, mampu
mengontrol pelepasan, mencegah pemisahan komponen campuran
selama proses, menigkatkan kecepatan disolusi dan distribusi
keseragaman kandungan (Lachman, 1986). Metode yang digunakan ini
sangat cocok untuk parasetamol karena berdasarkan sifat-sifatnya yang
tahan terhadap panas, tahan terhadap air, namun mempunyai sifat alir
yang tidak baik. Dari formulasi tiap tablet mengandung 250 mg. Zat
aktif paracetamol mameliki efek antikoagulan, antiepilepsi, antivirus,
dan probenedic (Martindal, 2009). Dosis oral paracetamol adalah 0,5
sampai 1 g setiap 4-6 jam, maksimal yaitu sekita 4 g setiap hari
(Martindal, 2009).

Pada formulasi tablet terdapat beberapa tambahan yang


digunakan diantaranya amportab (penghancur), pvp (pengikat), etanol,
primojel-avicel 101 (pengisi), magnesium stearat (pelincir), dan talk
(pelicin). Langkah pertama dilakukannya pentiapan alat dan bahan,
kemuan penimbangan bahan sesuai dengan perhitungan yang sudah
dilakukan. Ditimbang paracetamol sebanyak 75 g, amprotab 10,5 g,
pvp 5,25 g, primojel-avicel 101 5,05 g. Setelah dibuat larutan pengikat
menggunakan pvp dengan pelarut etanol, hal tersebut dikarekan pvp
mudah larut dalam etanol (Gennaro, 2000). Digunakannya pvp sebagai
pengikat karena polivinilpirolidon mempunyai sifat alir yang baik,
sudut diam yang minimum, juga menghasilkan fines lebih sedikit dan
daya kompaktibilitasnya lebih baik (Mohrle, 1980). Setela pvp
dilarutkan dalam etanol maka akan diperoleh larutan yang cukup
kental dan tidak berbau.

Selanjutnya pencampuran bahan-bahan seperti paracetamol,


amprotab, dan primojel-avicel 101 yang dimasukan kedalam wadah
berukuran besar, campur hingga hoomogen. Selain bahan pengikat,
bahan pengisi juga penting dalam pebuatan tablet, fungsinya untuk
memperbesar volume tablet, dan menjamin suatu tablet yang

45
mempunyai ukuran seragam. (Viogt, 1984). Penggunaan avicel untuk
bahan pengisi pada sediaan tablet dengan metode granulasi basah agar
bisa meningkatkan tablet dengan frasibilitas rendah dan juga kekerasan
tablet yang baik, sehingga mampu menghasilkan tablet dengan
kompaktibilitas massa tablet yang baik dan mempunyai sifat alir baik
(Banker, et. al, 1986)

Formula tablet yang digunakan untuk tablet parasetamol jika


dilihat dari sifat zat aktif maka dibuat formulasi dengan zat tambahan
untuk pengikat yaitu pvp, dengan pertimbangan bahwa pvp akan
memberikan daya ikat kuat baik. Pvp biasa digunakan untuk zat
pengikat dalam tablet karena memiliki keuntungan yang bisa membuat
sediaan tablet memiliki kualitas yang baik.

Adapun zat pelincir yang digunakan dalam formulasi ini yaitu


talkum dan magensium stearat pada fase luar, dimana ditambahkannya
pada saat sesudah pencampuran zat aktif, pengisi, pelincir, dan
penghancur, yang disebut dengan fase luar. Berdasarkan pada
fungsinya masing-masing bahan pelincin ini yaitu talkum sebagai
glidant dan mg stearat sebagai lubricant. Talk dan mg stearat memiliki
sifat yang indrofobik sehingga akan membuat lapisan dari film pada
partikel bahan padat yang akan mengurangi gesekan antar partikel
sehingga memudahkan suatu partikel tersebut mengalir (Parrot, 1971).
Lalu, dengan adanya sifat yang hidrofobik ini bisa menghambat
penetrasi air dengan membentuk lapisan film dan dapat memberikan
pengaruh negatif terhadap waktu hancur. Kombinasi keduanya ini
mampu menyelubungi permukaan granul sehingga dapat mengurangi
gaya gesekan antar granul, dan akan memudahkannya dalam mengalir.
Presentase dari kandungan bahan pelincin akan mempengaruhi waktu
hancur sediaan tablet tersebut (Parrot, 1971).

Komponen lainnya yaitu zat penghancur yang menggunakan


amprotab, zat ini ditambahkan dengan tujuan untuk meningkatkan
daya hancur disolusi dari tablet tersebut. Ketika tablet dikonsumsi

46
maka akan terjadi berontak dengan cairan didalam sakuran pencernaan.
Adanya zat penghancur, akan membuat tablet mengembang kemudian
pecah menjadi granul, kondisi ini dikarekan adanya pengaruh
penghancur luar, setelah sediaan menjadi granul-granul, maka akan
pecah kembali menjadi fines dengan adanya penghancur dalam.
Berdasarkan hal tersebut maka akan mempengaruhi pada waktu hancur
pelepasan zat aktif. Waktu hancur dari sediaan tablet secara bertahap
sehingga kadar dari zat aktif dalam darah dapat terkontrol, tidak
langsung memberikan konsentrasi yang maksimal, karena
kemungkinan akan mencapai efek toksik. Berdasarkan pada hasil
pengamatan bahwa tablet yang dianalisis memiliki waktu hancur 3,16
detik, berdasarkan pada syaratnya bahwa tablet konvensional memiliki
waktu hancur < 15 menit, maka tablet yang dianalisis memenuhi syarat
dalam analisis waktu hancurnya.

2. Evaluasi Granul
a. Uji Kecepatan Aliran
1) Metode Corong

Aliran campuran serbuk sangat penting untuk


pembuatan tablet untuk memastikan pencampuran yang efisien.
Kecepatan alir campuran serbuk berhubungan dengan sifat alir
campuran serbuk, dimana mempengaruhi pengisian yang
seragam baik bobot maupun obat dalam tablet ke dalam lubang
cetak mesin tablet dan untuk memudahkan gerakan bahan. Uji
waktu dan kecepatan alir granul dilakukan untuk mengetahui
granul mempunyai waktu dan kecepatan alir yang baik atau
tidak. Granul dengan aliran yang kurang baik akan
menyebabkan aliran granul dari hopper kedalam die tidak
sempurna, akibatnya bobot tablet yang dihasilkan tidak
konstan. Hasil uji laju alir menunjukkan bahwa ketiga formula
memenuhi persyaratan yaitu >10 gram/detik.

47
Kecepatan alir formula tersebut menunjukkan hasil >10
gram/detik (sangat baik). Sifat alir yang baik akan membuat
pengisian die terpenuhi secara merata sehingga keragaman
bobot tablet tidak menyimpang Formula memiliki kecepatan
alir campuran serbuk rata-rata paling baik daripada formula 2
dan formula 3. Penggunaan bahan pengisi-pengikat pada
formula yaitu PVP.

2) Metode Sudut Istirahat


Uji sudut istirahat atau diam granul disini didapat
tinggi 4cm dan jari-jari 5,25 cm dimana hasil akhir tan α
sebesar 0,76 cm . kemudian diukur sudut kerucut yang
diperoleh , agar mengetahui sifat alir nya. Hasil pengukuran
kerucut ini berpengaruh terhadap sudut diam yang diperoleh.
Semakin datar serbuk kerucut yang dihasilkan maka sudut
diamnya akan makin kecil (voight,1995:161). Hasil serbuk
kerucut pun yang diperoleh kurang dari ≤ 30° artinya granul
bebas mengalir. Hal ini bagus untuk pencetakan tablet dan
lebih stabil terhadap efek nya.

3) Kelembaban

Uji ini dilakukan dengan menggunakan alat moisture


analyzer, dimana granul 10 gram dipanaskan pada suhu 70°C
selama 10 menit. Kadar air yang terdapat pada granul setelah
dilakukan pengujian adalah sebesar 1,50% dalam 5 menit
pengujian moisture analyzer. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa kadar air dalam granul ini masih dalam batas yang baik.
Uji ini dilakukan untuk memastikan bahwa kadar air yang
terdapat dalam granul tidak boleh melebihi batas yang telah
ditentukan, yaitu 2%. Jika kadar air melebihi 2% maka granul
akan lebih berjamur dan akan saling menempel satu sama lain.

4) Bobot Jenis/Kerapatan

48
a) Bobot Jenis Nyata
Cara menentukan Bobot jenis nyata adalah dengan
menimbang bobot granul kemudian masukan kedalam gelas
ukur 100 mL dan catat volumenya sebagai volume awal (V 0
). Didapat hasil 0,58 g/mL. Semakin besar konsentrasi
bahan pengikat yang digunakan maka semakin besar juga
ukuran partikel sebaliknya semakin kecil konsentrasi bahan
pengikat yang digunakan maka ukuran partikelnya juga
kecil. Partikel yang besar menghasilkan kerapatan yang
kecil, sedangkan partikel dengan ukuran yang lebih kecil
akan membentuk massa dengan kerapatan yang lebih besar
(Gordon dkk, 1989).

b) Bobot Jenis Mampat

Setelah dilakukan pengujian BJ nyata, selanjutnya


dilakukan pengujian BJ mampat pada granul yaitu 10 kali
ketukan 100 g/mL dan untuk 100 kali ketukan 98 g/mL.
Tujuan dari perhitungan bobot jenis mampat yaitu untuk
mengetahui kompresibilitas granul yang dapat memenuhi
kekerasan dan kerapuhan tablet. Bobot jenis mampat
tergantung pada bentuk partikel, bentuk granul yang
seragam akan memudahkan granul menjadi bentuk
mampatnya karena rongga antar granul akan semakin
sedikit. Bila ukuran granul bertambah besar, kecepatan bulk
menurun. Granul kecil lebih dapat membentuk massa yang
kompak daripada granul besar (Lachman dkk, 1990).
Sedangkan untuk kadar pemampatan mendapatkan hasil
0,957 g/mLQ yang artinya memenuhi syarat, karena Kp <
20%.

c) Bobot Jenis Sejati

Perhitungan bobot jenis sejati dilakukan untuk


mengetahui apakah granul mengapung, melayang, atau
tenggelam dalam suatu pelarut. Pelarut yang digunakan
pada penelitian ini yaitu paraffin cair 0,87g/mL karena
paraffin cair ialah pelarut yang tidak dapat melarutkan
granul yang dibuat sehingga granul tersebut bisa dilihat
apakah mengapung, melayang atau tenggelam. Hasil yang
diperoleh yaitu 0,408 g/mL.

49
d) Kadar Pemampatan

Kadar pemampatan dimaksudkan untuk mengetahui


kemampatan campuran granul selama dikempa. Persen
kemampatan granul stelah dilakukan pengujian adalah
sebesar 3%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa granul
memenuhi syarat karena persen keraptannya yang kurang
dari 20% (Kp≤20%). Pemampatan tergantung pada
penurunan volume granul atau serbuk akibat keretakan atau
getaran. Semakin kecil harga % indeks pengetapan,
semakin baik sifat alirnya.

e) Perbandingan Haussner

Pada perbandingan haussner diperoleh hasil 1,65


g/mL, yang dapat disimpulkan bahwa granul mempunyai
sifat yang baik untuk dijadikan tablet. Karena granul
dikatakan baik untuk dijadikan tablet apabila perbandingan
haussner  1. Pada Persen kompartibilitas didapatkan hasil
4% yang dapat disimpulkan bahwa granul mempunyai %
kompresibilitas yang baik. Karena Menurut (Syofyan,
2015) bahwa Untuk % kompresibilitas yang baik antara
5%-15%.

f) Persen Kompresibilitas

Kompresibilitas adalah kemampuan granul untuk


tetap kompak dengan adanya tekanan. Setelah dilakukan
pengujian diperoleh hasil 20%. Penafsiran hasilnya adalah
3,8 % ≈ 4% yang artinya tidak memenuhi syarat, karena
tidak termasuk dalam rentang 5-15%

5) Granulometri (distribusi ukuran partikel)

Pada uji granulometri. Granulometri adalah analisis


ukuran dan distribusi ukuran-ukuran granul. Dalam melakukan
analisis granulometri digunakan susunan pengayak dengan
berbagai ukuran dengan mesh terbesar diletakan paling atas dan
dibawahnya ukuran mesh yang makin kecil. Uji granulometri
bertujuan untuk melihat keseragaman dari ukuran granul. Pada
praktikum kali ini kami menggunakna mesh dengan ukuran 10,
12, 14, dan 16. Setelah dilakukan pengujian didapatkan hasil
pada mesh 10, 12, 14 dan 16 secara berturut-turut adalah
0gram, 0.03 gram, 0,85 gram, dan 9,04 gram. Untuk granul

50
yang tersisa yaitu 82.96 gram, sehingga totalnya menjadi 92,88
gram.

3. Evaluasi Tablet (Produk Akhir)


a. Visual/Organoleptik
Uji Organoleptik dilakukan tidak hanya pada granul saja
secara makroskopik namun pada tablet pun dilakukan pengujian
organoleptik, pada pengujian organoleptik tablet paracetamol
memilki rasa pahit , tidak berbau , bentuk bulat dan warna putih.
Jika dilihat dari uji organoleptik granul hasil pengujian sama
kecuali bentuk nya saja yang berbeda, uji organoleptik tablet
memenuhi sesuai spesifikasi farmakope edisi III halaman 37 . tidak
ada yang menyimpang dari kararakteristik yang dimiliki.Rasa pahit
dipengaruhi dari bahan yang digunakan.uji ini penting sebagai
peran dalam penerimaan ke konsumen.

b. Sifat Fisika Kimia


1) Keseragaman Ukuran
Keseragaman ukuran tablet diperoleh dengan tebal dan
diameter tablet menggunakan jangka sorong. Ukuran tablet
harus memenuhi ukuran syarat yang tertera pada Farmakope
Indonesia III, yakni diameter tablet tidak boleh lebih dari 3 kali
dan tidak kurang dari 1 1/3 kali tebal tablet

Tablet ke Diameter Ketebalan


1 1,32cm 0,42 cm
2 1,32 cm 0,42 cm
3 1,32 cm 0,42 cm
4 1,32 cm 0,42 cm
5 1,32 cm 0,42 cm
6 1,32 cm 0,42 cm
7 1,32 cm 0,42 cm
8 1,32 cm 0,42 cm
9 1,32 cm 0,42 cm
10 1,32 cm 0,42 cm
11 1,32 cm 0,42 cm
12 1,32 cm 0,42 cm
13 1,32 cm 0,42 cm

51
14 1,32 cm 0,42 cm
15 1,32 cm 0,42 cm
16 1,32 cm 0,42 cm
17 1,32 cm 0,42 cm
18 1,32 cm 0,42 cm
19 1,32 cm 0,42 cm
20 1,32 cm 0,42 cm
Diperoleh rata-rata diameter yaitu 1,32, kemudian rata
rata tebal tablet 0,42. Kesimpulan dari uji keseragaman ukuran
memenuhi syarat karena diameter tablet tidak lebih dari tiga
kali dan tidak kurang dari 1 1/3 kali tebal tablet

2) Kekerasan
Uji kekerasan bertujuan untuk mengetahui kekuatan
tablet dimana tablet harus mempunyai kekuatan atau kekerasan
tertentu serta tahan atas kerenyahan agar dapat bertahan
terhadap berbagai guncangan mekanik pada saat pembuatan
pengepakan dan pengepalan. Prinsip pengukurannya adalah
memberikan tekanan pada tablet sampai tablet retak atau pecah
kekuatan minimum untuk tablet adalah sebesar 4 kg. Kekerasan
tablet di uji dengan akal hardness tablet. Tablet diletakkan
diantara celah pada skala tersebut, lalu alat di nyalakan hingga
tablet akan pecah. Skala yang di tunjukan pada alat tersebut
dibaca. Persyaratan kekerasan tablet adalah 4 – 8 kg/cm

Tablet ke Kekerasan (kg/cm)


1 13,60
2 14,37
3 10,11
4 14,41
5 14,99
6 14,19
7 11,43
8 14,00
9 13,45
10 14,37
11 11,22
12 09,88
13 12,65
14 11,17

52
15 13,91
16 10,30
17 10,72
18 11,13
19 10,50
20 11,17
Setelah melakukan percobaan pada 20 tablet diperoleh
hasil rata-rata kekerasan tablet sebesar 12,37 kg/cm2 yang
artinya tablet memiliki kekerasan yang sedikit buruk karena
tidak memenuhi syarat yang ditentukan ( melebihi batas )

3) Friabilitas
Uji Friabilitas berkaitan dengan keregesan tablet , hasil
yang diperoleh uji frabiitas sebesar 0% dimana tablet sebelum
dan sesudah dimasukan ke alat fiabilator memiliki bobot yang
sama sebesar 0,60 gram , disini tablet menghasilkan uji
friabilitas yang baik karena kurang dari 1%. Maka hasil
pengamatan ini menunjukkan bahwa tablet kokoh , tidak
mudah rapuh sehingga pada saat nanti didistribusikan ke
masyarakat zat yang terkandung dalam tablet tidak berkurang
karena akibat rapuh dan memiliki efek yang sesuai , sesuai
dengan yang zat yang diproduksi diawal.

4) Keseragaman Bobot
Keseragaman bobot pada pengujian ini dilakukan pada
20 tablet , didapat nilai rata rata sebesar 0,601 gram, dan karena
tablet parasetamol > 300 mg maka mengunakan kolom A5%
Dan pada kolom B10%. pada pengujian keseragaman bobot
seperti yang bisa dilihat pada tabel dimana tidak ada salah satu
pun tablet yang menyimpang dari kolom A Dan tidak ada yang
menyimpang dari kolom B sehingga pengujian bobot disini
sudah memenuhi syarat dimana bobot memiliki keseragaman ,
hal ini bagus artinya setiap tablet memiliki zat aktif yang sama
dalam mencapai efek nantinya.

53
5) Uji Waktu Hancur

Adanya zat penghancur, akan membuat tablet


mengembang kemudian pecah menjadi granul, kondisi ini
dikarekan adanya pengaruh penghancur luar, setelah sediaan
menjadi granul-granul, maka akan pecah kembali menjadi fines
dengan adanya penghancur dalam. Berdasarkan hal tersebut
maka akan mempengaruhi pada waktu hancur pelepasan zat
aktif. Waktu hancur dari sediaan tablet secara bertahap
sehingga kadar dari zat aktif dalam darah dapat terkontrol,
tidak langsung memberikan konsentrasi yang maksimal, karena
kemungkinan akan mencapai efek toksik. Berdasarkan pada
hasil pengamatan bahwa tablet yang dianalisis memiliki waktu
hancur 3,16 detik, berdasarkan pada syaratnya bahwa tablet
konvensional memiliki waktu hancur < 15 menit, maka tablet
yang dianalisis memenuhi syarat dalam analisis waktu
hancurnya.

6) Uji Disolusi
Uji disolusi tablet dilakukan untuk mengetahui jumlah
zat yang terlarut dalam waktu tertentu, waktu dilakukan pada
5,10,15,20,30. Pada uji disolusi media disolusi menggunakan
dapar fosfat pH 5,8 hal ini disesuai kan dengan sifat dari zat
aktif sampel nya , pengambilan sampel pun tidak sembarangan
dimana pengambilan uji disolusi dibagian atas alat dayung
yang berputar dan tidak kurang dari 1cm daring dinding labu ,
maka didapat absorbansi pada setiap waktu seperti yang bisa
dilihat pada hasil pengamatan , panjang gelombang digunakan
248nm jika panjang gelombang yang digunakan tidak pada
248nm maka hasil yang diperoleh dari zat tidak akan terdeteksi
dan jumlah zat yang terkandung pada waktu ke 5 menit
527,499 mg , waktu ke 10 menit 441,558 mg , waktu ke 15
menit 547,812 mg, waktu ke 20 menit 535,311mg dan waktu

54
ke 30 menit 532179 mg , hasil menunjukan memenuhi syarat
Karena kadar zat tidak kurang dari 80% , dan toleransi larut 30
menit pada saat dimasukan tablet sudah terlarut kurang dari 5
menit.maka tablet baik dalam efikasi ,keamanan dan mutu
produk.

55
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

I. Kesimpulan

Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa saat pembuatan


tablet paracetamol dengan menggunakan metode granulasi basah harus
benar-benar diperhatikan Ketika uji kelembaban,uji daya alir,uji sudut
diam,uji bilik densisity,keseragaman granul dan uji kompresibilitasnya.
Karena hal tersebut dapat mempengaruhi pada sediaan tablet yang akan
dibuat terutama pada kekerasan tablet,waktu hancur tablet dan disolusi
obat. Semua hal tersebut harus di perhatikan dengan baik agar memenuhi
syarat yang sudah ditentukan pada ketentuan pembuatan tablet metode
granulasi basah, sehingga tablet dapat memenuhi syarat
XXIV. Saran

56
Diharapkan untuk kedepannya praktikan dapat memilih dan
menentukan metode yang dilakukan harus sesuai dengan sifat-sifat dari zat
aktif yang akan dibuat menjadi tablet, serta pemilihan bahan-bahan
tambahan yang tepat dan sesuai.

BAB VI

DAFTAR PUSTAKA

Lachman L, Lieberman HA and Kanig JL. Teori dan Praktek Farmasi Industri,
Edisi ketiga, Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. 1986.

Reynold, James E F. 1982. Martindale The Extra Pharmacopoeia. Twenty Eight


edition. London : The Pharmaseutical Press.

Gennaro, A. R., 2000, Remington: The Science and Practice of Pharmacy, 20th
ed, Vol. II, Mack Publsihing Company, Pennsylvania Mohrle, 1980

Voigt. 1984. Buku Ajar Teknologi Farmasi. Diterjemahkan oleh Soendani


Noeroto S.,UGM Press, Yogyakarta.

Banker, S.G., and Anderson, R.N., 1986, Tablet In Lachman, L. Lieberman, The
heory and Practice of Industrial Pharmacy, 3rd ed., Lea and Febiger,
Philadelphia.

Parrott, E.L., 1971, Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics, 3th,


Burgess Publishing Company, Minneapolis

57
Kalalo, T., Yamlean, P. V., & Citraningtyas, G. (2019). PENGARUH
PENGGUNAAN PATI KULIT NANAS (Ananas comosus (L.) Merr.)
SEBAGAI BAHAN PENGIKAT PADA GRANUL
CTM. PHARMACON, 8(1), 203-213.

PATI, I., & KARET, D. B. ISOLATION AND PHYSICOCHEMICAL TEST OF


RUBBER SEEDS STARCH (Hevea brasiliensis).

Lachman, L., Herbert, A. L., Joseph, L. K. 1990. Teori dan Praktek Industri
Farmasi Edisi III. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.

Syofyan., Yanuarto, T., & Octavia, M. D. (2015). Pengaruh Kombinasi


Magnesium Stearat dan Talkum Sebagai Lubrikan Terhadap Profil
Disolusi Tablet Ibuprofen. Jurnal Sains Farmasi & Klinis, 1(2), 195-205.

Gordon, R.E., Rosanske, T.W., Foner, D.E., Anderson, N.R., Banker, G.S. 1989.
Granulation technology and tablet characterization. Marcel Dekker, New
York.

Mulyadi, M. D., Astuti, I. Y., & Dhiani, B. A. (2016). Formulasi Granul Instan Jus
Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa L) Dengan Variasi
Konsentrasi Povidon Sebagai Bahan Pengikat Serta Kontrol
Kualitasnya. PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical
Journal of Indonesia), 8(03).

Yos B, Selfie P.J. Ulaen, Fifiliane L. 2018. UJI KEKERASAN, KEREGASAN,


DAN WAKTU HANCUR BEBERAPA TABLET RANITIDIN.
Politeknik Kesehatan Kemenkes Manado. Hal 74-78

Deni R, Dian Ratih L, Liliek Ni, Vigo S. 2019. FORMULASI SEDIAAN


TABLET NANOPARTIKEL CRUDE BROMELIN BONGGOL NANAS
(Ananas comosus. (L.) Merr.) BERBASIS TIOMER HPC- SISTEAMIN.
PROSIDING POKJANAS TOI Vol.57. Hal 135-141

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1979. Farmakope Indonesia III


.Jakarta.Indonesia

58
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1995. Farmakope Indonesia IV
Jakarta.Indonesia.

Kasim,F. 2011.Penuntun Praktikum Teknologi Sediaan Solid . Institut Sains dan


Teknologi Nasional Program Studi Farmasi. Jakarta.

LAMPIRAN

- Pembuatan Granul

Melarutan pvp dengan Hasil akhir pengikat Paracetamol


etanol .qs. dimasukan ke baskom
pvp

59
Mecampurkan amprotab
dan semua bahan ke
Mencampurkan avicel Dicampur dengan
bascom
101 dengan Emulgel pengikat dan etanol
secukupnya

pengayakan

Granul setelah proses


Terbentuk massa
pengeringan
granul , bisa dikeupal
dan dipatahkan

- EvaluasiTablet

Kekerasan

60
Keseragaman ukuran

Friabilitas

Uji waktu hancur

Keseragaman
bobot

Pengukuran absorbansi.
Uji disolusi

Sampel yg diambil.

61
- Evaluasi Granul

62
Granul Di Oven Timbang Mg Stearat Timbang Talk

Timbang Amprotab Granul dikeluarkan Uji bj mampat

dari oven

63
Uji sudut istirahat dan bobot pikno kosong bobot granul dan

ukur tinggi, parafin

diameter dan jari-jari

bobot pikno ditambah masukkan semua granul ke dalam alat Siever shake

Paraffin

Lakukan selama 5 menit Hasil mesh 12 Hasil mesh 14

64
Hasil mesh 16

65

Anda mungkin juga menyukai