Disusun oleh :
Azi Ilham Firdaus (31119048)
Della Chyntia (31119002)
Ditha Rizqi Aulia Utami (31119024)
Fujianti Putri N (31119022)
Ranti Rismawanti (31119031)
Shofani Aulia Subela (31119034)
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
I. LATAR BELAKANG..................................................................................1
II. RUMUSAN MASALAH..............................................................................2
III. TUJUAN PRAKTIKUM...........................................................................2
IV. TUJUAN FORMULASI TABLET...........................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................4
II. Syarat Tablet.................................................................................................4
III. Sifat Tablet Yang Baik..............................................................................5
IV. Komponen Tablet......................................................................................5
V. Keuntungan dan Kerugian Tablet.................................................................7
VI. Masalah Dalam Pembuatan Tablet............................................................8
VII. Definisi Granulasi......................................................................................9
VIII. Kondisi Penerapan.....................................................................................9
IX. Keuntungan.............................................................................................10
X. Keterbatasan................................................................................................11
XI. Metoda Penambahan Pengikat Pada Granulasi Basah............................12
XII. Evaluasi Granul.......................................................................................12
XIII. Evaluasi Tablet (Produk Akhir)..............................................................16
BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................19
II. Prosedur......................................................................................................19
III. EVALUASI GRANUL...........................................................................20
IV. PROSEDUR PEMBUATAN TABLET..................................................22
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................28
II. EVALUASI GRANUL...............................................................................29
III. EVALUASI TABLET.............................................................................32
IV. Brosur dan Kemasan...............................................................................39
V. Pembahasan.................................................................................................41
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................................53
II. Saran............................................................................................................53
BAB VI DAFTAR PUSTAKA............................................................................53
LAMPIRAN..........................................................................................................55
BAB 1
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
1
tertentu sampai diperoleh tingkat kebasahan tertentu pula. Pada proses
granulasi basah, penambahan bahan pengikat dimaksudkan untuk
mengikat butiran serbuk menjadi satu kesatuan sehingga membentuk
granul yang kuat dan menentukan karakter/sifat tablet yang dihasilkan.
Dengan memilih bahan pengikat yang tepat dan dalam jumlah yang tepat,
serbuk halus dapat diubah menjadi granul yang baik dan akan mengalir
dari hopper ke ruang pencetakan secara tepat dan merata untuk
menghasilkan tablet yang baik. Untuk alasan ini, ada banyak peluang
untuk pengembangan formulasi tablet.
2
III. TUJUAN PRAKTIKUM
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Definisi Tablet
4
batang, dan bentuk cakram. Besarnya garis tengah pada umumnya 5-17
mm, bobot tablet 0,1-1 g. Bentuk khusus ini dimaksudkan untuk
menghindari/mencegah dan mempersulit pemalsuan dan untuk
memudahkan pengenalannya oleh orang-orang. Warna tablet biasanya
putih, tablet yang memiliki warna mungkin karena zat aktifnya berwarna,
tetapi beberapa tablet ada yang sengaja diwarnai agar tablet lebih menarik,
mencegah terjadinya pemalsuan, dan untuk membedakan tablet yang satu
dengan yang lain.
V. Syarat Tablet
5
Komponen formulasi tablet terdiri dari bahan berkhasiat (Zat
Aktif) dan bahan pembantu (eksipien) yaitu :
3. Penghancur (disintegrants)
4. Pelincir (lubricant)
Stickland mendeskripsikan:
6
- Pelincir menurunkan friksi di antara granul dan dinding cetakan
kempa selama proses pengempaan dan penolakan tablet dari
lumpang.
- Antiadheran mencegah terjadinya pelengketan pada alu cetak dan
selanjutnya adadinding cetakan.
- Pelicin meningkatkan karakteristik aliran dari granul.
5. Antiadheran
6. Pelicin (glidan)
7
4. Tablet merupakan bentuk sediaan yang utuh dan menawarkan
kemampuan terbaik dari semua bentuk sediaan oral untuk ketepatan
ukuran serta variabilitas kandungan yang paling rendah.
5. Tablet merupakan bentuk sediaan yang ongkos pembuatannya paling
rendah.
6. Tablet merupakan bentuk sediaan oral yang paling rinagn dan paling
kompak.
7. Tablet paling mudah ditelan serta paling kecil kemungkinan tertinggal
ditenggorokan, terutama bila bersalut yang memungkinkan pecah /
hancurnya tablet tidak segera terjadi.
1. Ada orang tertentu yang tidak dapat menelan tablet salam keadaan
tidak sadar/ pingsan
2. Formulasi tablet cukup rumit
3. Beberapa obat tidak dapat dikempa menjadi padat dan kompak,
tergantung pada keadaan amorfnya, flokulasi atau rendahnya berat
jenis.
4. Obat sukar dibasahkan, lambat melarut, dosisnya cukupan tau tunggi,
absorbansi optimumnya tinggi melalui saluran cerna atau setiap
kombinasi dari sifat diatas, akan sukar atau tidak mungkin diformulasi
dan dipabrikasi dalam bentukk tablet yang masih menghasilkan
bioavailabilitas obat cukup.
5. Obat yang rasanya pahit, obat dengan bau yang tidak dapat
dihilangkan, atau obat yang peka terhadap oksigen atau kelembapan
udara perlu pengapsulan atau penyelubungan dulu sebelum dikempa
(bila mungkin) atau memerlukan penyalutan terlebih dahulu.
(Lachman, 645-648)
8
1. Capping
2. Lamination
3. Sticking
4. Picking
5. Filming
9
Pecahnya tablet disebabkan karena alat dan tablet retak
dibagian atas karena tekanan yang berlebih.
7. Binding
8. Molting
10
2. Pembentukan struktur melalui pengerasan oleh pengikat selama proses
pengeringan 3
3. Penghancuran dan pengikatan partikel-partikel selama proses
kompaksi
11
2. Obat dengan dosis besar dan memiliki sifat aliran serta kompresibilitas
yang kurang baik dapat digranulasi sehingga diperoleh granul dengan
aliran dan kohesi yang lebih baik.
3. Obat dengan dosis kecil dan dengan penambahan warna dapat
diperoleh granul dengan kandungan zat aktif dan zat warna yang
homogen dan terdistribusi merata, yaitu dengan cara melarutkan obat
atau warna tersebut dalam larutan pengikat.
4. Berbagai jenis serbuk dengan sifat-sifat berbeda dapat diproses
bersama dalam satu batch untuk dapat menghasilkan massa dengan
sifat yang dapat ditabletasi.
5. Serbuk dengan bobot jenis nyata rendah (voluminous) dan berdebu
dapat ditangani tanpa menghasilkan banyak debu sehingga dapat
mencegah kontaminasi silang.
6. Granulasi basah dapat mencegah terjadinya segregasi komponen-
komponen sehingga dapat diperoleh sediaan dengan keseragaman
kandungan yang baik.
7. Kecepatan disolusi obat yang kurang larut dapat ditingkatkan melalui
pemilihan pelarut dan pengikat yang sesuai atau penambahan zat
peningkat kelarutan obat.
8. Granulasi basah dapat digunakan untuk pembuatan tablet dengan
sistem pelepasan zat aktif terkendali.
XIII. Keterbatasan
12
4. Rendemen akan lebih kecil karena hilangnya massa campur pada
setiap tahap.
5. Kemungkinan terjadinya kontaminasi silang akan lebih besar
dibandingkan dengan metoda kempa langsung.
6. Memungkinkan timbulnya masalah dalam transfer massa karena
melibatkan massa yang lengket apabila proses granulasi tidak
dilakukan secara tepat.
7. Dapat dihasilkan tablet dengan kecepatan disolusi rendah jika
formulasi dan proses yang dipilih tidak tepat.
13
Keuntungan : daya ikat akan lebih kuat sehingga diperlukan bahan
pengikat dalam jumlah yang lebih sedikit.
Kerugian : semua larutan harus dimasukkan ke dalam
massa granul agar persentase pengikat yang
digunakan sesuai. Jika jumlah terlalu banyak maka
dihasilkan massa yang lembek. Antisipasi dari
masalah ini adalah perlu dilakukan orientasi terlebih
dahulu.
XV. Evaluasi Granul
1. Kecepatan Aliran
a. Metode Corong.
Prinsip: menetapkan jumlah granul yang mengalir melalui alat
selama waktu tertentu.
Alat : Flow Tester
Prosedur:
- Sejumlah 100 g granul dimasukkan ke dalam corong dengan
ukuran tertentu.
- Corong digetarkan sampai seluruh granul mengalir keluar dari
lubang corong.
- Baca waktu yang diperlukan untuk mengalirkan seluruh granul
keluar dari corong.
- Kecepatan aliran dihitung dengan membagi bobot granul (100
g) dengan waktu yang diperlukan granul untuk melewati
corong (g/detik)
Penafsiran Hasil:
14
Alat : Flow Tester
Prosedur :
- Timbang sejumlah granul, masukkan ke dalam corong.
- Granul dibiarkan mengalir bebas dari lubang corong/silinder
dan ditampung pada suatu bidang datar hingga timbunan granul
tersebut membentuk kerucut.
- Dari timbunan ini diukur sudut istirahat (sudut antara lereng
granul dengan bidang datar)
Penafsiran Hasil:
Jika : α = 25-30˚ : granul sangat mudah mengalir
α = 30-38˚ : granul mudah mengalir
α > 38˚ : granul kurang mengalir.
2. Kelembaban
Alat : Moisture Analyzer
Prosedur :
- Timbang granul sebanyak 5 atau 10 g.
- Masukkan dalam alat Moisture Analyzer, kemudian alat ditara
- Panaskan granul pada suhu 60-70˚ sampai skala pada alat tidak
berubah (stabil)
- Baca kadar air yang tertera pada skala (%)
15
Prosedur : Timbang 100 g granul dan masukkan dalam gelas ukur.
W
Catat volumenya. P=
V
P= BJ nyata, W=Bobot Granul, V=Volume granul tanpa
pemampatan.
b. BJ mampat
Prosedur :
- Timbang 100 g granul dan masukkan dalam gelas ukur lalu
catat volumenya (Vo)
- Gelas ukur diketuk sebanyak 10 dan 500 kali. Catat volumenya
(V 10 danV 500 )
W
P n=
Vn
Pn = BJ pada n ketukan, W = bobot granul, Vn = Volume granul
pada n ketukan
c. BJ sejati
BJ sejati merupakan massa granul dibagi volume granul yang tidak
termasuk pori granul.
Alat : piknometer
( b−a ) x BJ cairan
BJ sejati = pendispersi
( b+d ) −(a+ c)
a = bobot piknometer kosong
b = bobot piknometer + 1 g granul
c = bobot piknometer + 1 g granul + cairan pendispersi (paraffin
cair)
d = bobot piknometer + cairan pendispersi
d. Kadar Pemampatan
Prosedur : sama dengan BJ Mampat
Vo−V 500
Kp= x 100 %
Vo
Kp = Kadar pemampatan, Vo = Volume granul sebelum
pemampatan,
V 500 = volume granul pada 500 kali ketukan
16
Penafsiran hasil : Granul memenuhi syarat jika Kp≤20%
e. Perbandingan Haussner
Prosedur : Sama dengan pada prosedur BJ Mampat
BJ setelah
Angka Haussner =
pemampatan
BJ sebelum pemampatan
17
Hitung persentase granul pada tiap-tiap pengayak
5. Kadar zat aktif
1. Visual /Organoleptik
a. Rupa, dengan cara visual menggunakan loop agar permukaan
tablet lebih jelas terlihat
b. Bau
c. Rasa
2. Sifat fisika kimia
a. Keseragaman ukuran
Keseragaman tebal
Keseragaman diameter
Diambil secara acak 20 tablet, lalu diukur diamater dan tebalnya
menggunakan jangka sorong. Menurut FI III diameter tablet tidak
lebih dari 3 kali dan tidak kurang 1 1/3 tebal tablet.
b. Kekerasan
Alat : Hardness tester
Prosedur : dilakukan terhadap 20 tablet yang diambil secara acak.
Kekerasan diukur berdasarkan luas permukaan tablet dengan
menggunakan beban yang dinyatakan dalam kg/ cm2. Ditentukan
kekerasan rata-rata dan standar deviasinya.
Syarat : tablet besar 7 – 10 kg/ cm2, tablet kecil 4 kg/ cm 2
c. Friabilitas
Alat : Friabilator
Prosedur : dilakukan terhadap 20 tablet (jika bobot tablet > 250
mg) atau 40 tablet (jika bobot < 250 mg) yang diambil secara acak.
Dibersihkan satu persatu dengan sikat halus lalu ditimbang (a).
Masukkan semua tablet kedalam alat, lalu putar sebanyak 100
putaran. Lalu tablet dibersihkan lagi dan ditimbang (b).
18
a−b
f= x 100 %
a
f = friabilitas
a = bobot tablet sebelum uji
b = bobot tablet setelah uji
Syarat : tablet yang baik memiliki friabilitas < 1%
d. Keragaman bobot
Diambil 20 tablet secara acak, lalu ditimbang masing-masing
tablet. Hitung bobot rata-rata dan penyimpangan terhadap bobot
rata-rata. Tidak boleh ada 2 tablet yang masing-masing
menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari harga yang
ditetapkan pada kolom A, dan tidak boleh ada satupun tablet yang
menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari harga pada kolom B.
< 25 mg 15 30
26 mg – 150 mg 10 20
> 300 mg 5 10
e. Keseragaman kandungan
Diambil 30 tablet secara acak, lalu ditentukan kadar dari 10 tablet
satu persatu dengan metoda yang sesuai. Jika ada 1 tablet yang
diluar 85-115%, tentukan 20 tablet sisanya. Dianggap memenuhi
syarat jika hanya 1 tablet dari 30 tablet yang memberikan hasil
diluar 85-115%.
3. Uji Waktu Hancur
Alat : Disintegration tester
19
Prosedur : bejana diisi dengan HCl 0,1 N. Volume diatur pada
kedudukan tertinggi, lempeng kasa tepat pada permukaan larutan dan
pada kedudukan terendah mulut tabung tetap diatas permukaan. Suhu
pelarut 36-38˚ C. 6 tablet dimasukkan satu persatu kedalam masing-
masing tabung, kemudian alat dinyalakan dan atur naik turun
keranjang 30 kali tiap menit. Tablet hancur jika tidak ada bagian tablet
yang tertinggal diatas kasa, kecuali fragmen-fragmen bahan pembantu.
Waktu hancur dicatat sejak pertama kali alat dinyalakan hingga tidak
ada bagian tablet yang tertinggal di atas kasa.
Syarat : waktu yang diperlukan untuk menghancurkan ke 6 tablet tidak
lebih dari 15 menit untuk tablet yang tidak bersalut.
4. Uji Disolusi
Lihat masing-masing monografi di Farmakope Indonesia.
5. Kadar zat aktif dalam tablet
Lihat masing-masing monografi di Farmakope Indonesia.
BAB III
METODE PENELITIAN
I. Metode
20
penambahan cairan ke dalam massa serbuk dan diaduk dengan alat yang
sesuai untuk menghasilkan aglomerat atau granul.
21
larutkan dalam sejumlah pelarut
2. Granulasi
22
Granul kering kemudian ditimbang dan dievaluasi
1. Uji kelembaban
Susun ayakan
23
Timbang granul yang tertahan pada tiap-tiap pengayak
24
- Dari timbunan ini diukur sudut istirahat
(sudut antara lereng granul dengan bidang datar)
catat volumenya
6. Uji kompresibilitas
1. Pembuatan tablet
Timbang bahan
25
Campur bahan sesuai aturan (kecuali mg stearat dan talk)
kemudian ditabletasi
26
2. Evaluasi tablet
a. Sifat fisik dan kimia
1) Keseragaman ukuran
Diambil secara acak 20 tablet
3) Friabilitas
27
Alat : Friabilator
Dilakukan terhadap 20 tablet (jika bobot tablet > 250 mg)
atau 40 tablet (jika bobot < 250 mg)
yang diambil secara acak.
4) Keragaman bobot
Diambil 20 tablet secara acak,
28
5) Keseragaman kandungan
29
Suhu pelarut 36-380C.
kemudian alat dinyalakan dan atur naik turun keranjang 30 kali tiap
menit.
Tablet hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal diatas kasa,
kecuali fragmen-fragmen bahan pembantu.
Waktu hancur dicatat sejak pertama kali alat dinyalakan hingga tidak
ada bagian tablet yang tertinggal di atas kasa.
c. Uji Disolusi
Media disolusi : 900ml daparposfat pH 6,8
Alat type :2 : 50 rpm
Waktu : 30 menit
Lakukan penetapan C8HgNO2 yang terlarut dengan mengukur serapan
glikol
30
Jika perlu diencerkan dengan media disolusi dan serapan lanjutan
paracetamol BPFI dalam media yang sama pola Panjang gelombang
maksimum lebih kurang 243nm
31
BAB IV
I. Hasil Pengamatan
10
-Amprotab 10% = ×350 ×300=10.500 mg = 10,5 g
100
5
-PVP 5% = ×350 ×300=5.250 mg = 5,25 g
100
-Ethanol 95% = qs
32
= 96,6 g – 90,75 g
= 5,85 g
Mg Stearat 1%
Talk 2%
Amprotab 5%
1
-Mg. Stearat 1% = × 86,44 g
92
= 0,93 g
2
-Talk 2% = × 86,44 g
92
= 1,9 g
5
-Amprotab 5%= × 86,44 g
92
= 4,75 g
86,44 g
Jumlah tablet yang diperoleh = × 300tablet
96,6 g
= 268,447 Tablet
86,44+0,93+1,9+ 4,75
=
268,447 Tablet
33
a. Kecepatan Aliran
1) Metode Corong
Alat : Flow Tester
Waktu alir: 06, 79 detik
Diameter : 10,5 cm, jari-jari 5,25 cm
Tinggi : 4 cm
Bobot Granul
Daya alir =
Waktu
86,44 g
=
6,79 detik
= 12,73 g/detik
2) Metode Sudut Istirahat
Tinggi
tan α =
Jari− jari
4 cm
=
5,25 cm
= 0,76 cm atau 37,23°
b. Kelembaban
Uji Kelembaban = 1,50%
(kadar air baik, karena tidak melebihi 2%)
c. Bobot Jenis/ Kerapatan
1) BJ Nyata
W
P=
V
92,88 g
P=
160 mL
= 0,58 g/mL
2) BJ Mampat
W
BJ Mampat : Pn=
Vn
92,88 gr
=
97 mL
= 0,957 g/mL
V10 = 100 mL
V100 = 98 mL
V500 = 97 mL
V < 20 mL
%T < 20
34
Jadi, setelah dilakukan evaluasi BJ mampat disimpulkan
memiliki aliran yang baik karena V < 20 mL
3) BJ Sejati
Keterangan:
a: Bobot pikno = 11,98gr
b: Bobot pikno + granul = 13,08gr
c: Bobot pikno + 1 gr granul + parafin = 20,24gr
d: Bobot pikno + parafin = 21,51gr
BJ Parafin = 0,87gr
( b−a ) × BJ parafin
BJ Sejati =
( b+ d )−(a+c )
( 13,08−11,98 ) ×0,87
=
( 13,08+ 21,51 )−(11,98 +20,24)
= 0,403
4) Kadar Pemampatan
Kp = ¿ ¿ × 100%
(100 mL−97 mL)
= × 100%
100 mL
3 mL
= × 100%
100 mL
= 0,03 x 100%
= 3%
5) Perbandingan Haussner
BJ Setelah Pemampatan
Angka Haussner =
BJ Sebelum Pemampatan
0,957 gr /mL
=
0,58 gr /mL
= 1,65 g/mL
Pada perbandingan Haussner, mendapatkan hasil 1,65
g/mL yang artinya tidak memenuhi syarat, karena angka
Haussner adalah 1
6) Persen Kompresibilitas (%K)
BJ Mampat −BJ Nyata
%K = × 100%
BJ Mampat
0,95−0,58
= × 100%
0,95
= 3,8 % ≈ 4%
35
Pada persen kompresibilitas, mendapatkan hasil 4% yang
artinya tidak memenuhi syarat, karena tidak termasuk dalam
rentang 5-15%
%Serbuk 10 = -
0,03 gr
%Serbuk 12 = × 100%
102,8 gr
= 0,029%
0,85 gr
%Serbuk 14 = × 100%
102,8 gr
= 0,83%
9,04 gr
%Serbuk 16 = × 100%
102,8 gr
= 8,79%
a. Visual/ Organoleptik
1)Rupa : Bulat, Putih
2)Bau : Tidak Berbau
3)Rasa : Pahit
b. Sifat Fisika Kimia
1) Keseragaman Ukuran
Tablet Diameter Tebal
1 1,3+0,02 = 1,32 0,4+0,02 = 0,42
cm cm
2 1,3+0,02 = 1,32 0,4+0,02 = 0,42
36
cm cm
3 1,3+0,02 = 1,32 0,4+0,02 = 0,42
cm cm
4 1,3+0,02 = 1,32 0,4+0,02 = 0,42
cm cm
5 1,3+0,02 = 1,32 0,4+0,02 = 0,42
cm cm
6 1,3+0,02 = 1,32 0,4+0,02 = 0,42
cm cm
7 1,3+0,02 = 1,32 0,4+0,02 = 0,42
cm cm
8 1,3+0,02 = 1,32 0,4+0,02 = 0,42
cm cm
9 1,3+0,02 = 1,32 0,4+0,02 = 0,42
cm cm
10 1,3+0,02 = 1,32 0,4+0,02 = 0,42
cm cm
11 1,3+0,02 = 1,32 0,4+0,02 = 0,42
cm cm
12 1,3+0,02 = 1,32 0,4+0,02 = 0,42
cm cm
13 1,3+0,02 = 1,32 0,4+0,02 = 0,42
cm cm
14 1,3+0,02 = 1,32 0,4+0,02 = 0,42
cm cm
15 1,3+0,02 = 1,32 0,4+0,02 = 0,42
cm cm
16 1,3+0,02 = 1,32 0,4+0,02 = 0,42
cm cm
17 1,3+0,02 = 1,32 0,4+0,02 = 0,42
cm cm
18 1,3+0,02 = 1,32 0,4+0,02 = 0,42
cm cm
19 1,3+0,02 = 1,32 0,4+0,02 = 0,42
cm cm
20 1,3+0,02 = 1,32 0,4+0,02 = 0,42
cm cm
Rata- 1,32 cm 0,42 cm
rata
d = 1,32 cm
tebal = 0,42 cm
37
Rata−rata diameter tablet 1, 32 cm
= = 3,1 kali ≈ 3 kali
Rata−rata tebal tablet 0,42 cm
- Syarat : Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali dan tidak kurang 1
1
tebal tablet
3
- Hasil pengamatan :
1, 32 cm > 1, 26 cm
1, 32 cm > 0, 56 cm
2) Kekerasan
Tablet Kekerasan
(kg/cm2)
1 13,60
2 14,37
3 10,11
4 14,41
5 14,99
6 14,19
7 11,43
8 14.00
9 13,45
10 14,37
11 11,22
12 9,88
13 12,65
14 11,17
15 13,91
16 10,30
17 10,72
18 11,13
19 10,50
20 11,17
247,57
Rata-rata = = 12,37 kg/cm2
20
Persyaratan: Tablet besar 7-10 kg/cm2
Hasil rata-rata yang didapat dari kekerasan tablet adalah
12,37 yang artinya tablet memiliki kekerasan yang sedikit
38
buruk karena tidak memenuhi syarat yang ditentukan (melebihi
batas).
3) Friabilitas
Keterangan:
a: Bobot tablet sebelum diuji = 0, 60 g
b: Bobot tablet setelah diuji = 0, 60 g
a−b
F= × 100%
a
0 , 60−0 , 60
= × 100%
0 ,60
= 0%
- Syarat : Tablet yang baik memiliki frasibilitas < 1%
- Hasil pengamatan : 0 < 1%
4) Keseragaman Bobot
Tablet Bobot (g)
1 0,609
2 0,605
3 0,608
4 0,596
5 0,602
6 0,606
7 0,599
8 0,605
9 0,590
10 0,609
11 0,584
12 0,602
13 0,602
14 0,598
15 0,608
16 0,605
17 0,602
18 0,608
19 0,596
20 0,584
Rata-rata 0,601 gram
Perhitungan:
Jumlah bobot tablet 1−20
Bobot rata-rata =
Jumlah tablet
39
12,02
= = 0,601 g ≈ 601 mg → > 300 mg
20
|0,601−0,609
0,601 | × 100%
= -1, 33%
|0,601−0,605
0,601 | × 100%
= -0, 006%
|0,601−0,608
0,601 | × 100%
= -0, 011%
|0,601−0,596
0,601 | × 100%
= 0, 008%
|0,601−0,602
0,601 | × 100%
= -0, 031%
|0,601−0,606
0,601 | × 100%
= -0, 008%
40
|0,601−0,599
0,601 | × 100%
= 0,003%
|0,601−0,590
0,601 | × 100%
= 0,018%
|0,601−0,604
0,601 | × 100%
= -0,004%
Untuk tablet bobot 0,584 g (Terdapat 2 tablet)
0,601−0,584
| 0,601 | × 100%
= 0,028%
Untuk tablet bobot 0,598 g (Terdapat 1 tablet)
|0,601−0,598
0,601 | × 100%
= 0,004%
Penentuan Range
5
5% = x 0,601 = 0,03
100
10
10% = x 0,601 = 0,0601
100
Batas atas (5%) = Rata-rata tablet + %
= 0,601 + 0,03
= 0,631
41
Batas bawah (5%) = Rata-rata tablet - %
= 0,601 - 0,03
= 0,571
Batas atas (10%) = Rata-rata tablet + %
= 0,601 + 0,0601
= 0,6011
Batas bawah (10%) = Rata-rata tablet - %
= 0,601 – 0,0601
= 0,5409
- Syarat : > 300 mg → Kolom A = 5%
Kolom B = 10%
- Hasil Pengamatan
Bobot tablet : 601 mg > 300 mg
% tablet : tidak ada yang melebihi 5% dan 10%
- Range : 5% →atas = 0,631
Bawah = 0,571
Pengujian Waktu
42
Pada percobaan ini dapat disimpulkan bahwa tablet
yang diuji dapat memenuhi persyaratan karena memiliki waktu
hancur kurang dari 15 menit (< 15 menit), yaitu selama 3,16
menit.
XXII. Brosur dan Kemasan
Brosur
PARACETAMOL
TABLET
Komposisi:
Setiap tablet mengandung :
Paracetamol ..............400 mg
Farmakologi :
Paracetamol® atau acetamino atau acetaminophen
adalah obat yang obat yang mempunyai efek
mengurangi nyeri (analgesik) dan menurunkan demam
(antipiretik).
Parasetamol mengurangi nyeri dengan cara
menghambat impuls/rangsang nyeri di perifer.
Parasetamol menurunkan demam dengan cara
menghambat pusat pengatur panas tubuh di
hipotalamus.
Indikasi :
Untuk meredakan gejala flu, seperti sakit kepala,
demam, bersin-bersin dan hidung tersumbat.
Kontra Indikasi :
Penderita dengan gannguan jantung dan Penderita
dengan gannguan jantung dan diabetes mill diabetes
millitus. Penderita dengan gangguan fungdi hati yang
berat.
Efek Samping :
Mengantuk, gangguan pencernaan, gangguan
psikomotor, takikardia, aritmia, mulut kering, palpitasi,
retensi urin. Penggunaan dosis besar dan jangka
panjang menyebabkan kerusakan hati.
Aturan Pakai (3-4 kali sehari)
Dewasa : .............................. 1 tablet.
Anak-anak 6-12 tahun : ............... ½ tablet
Atau menurut petunjuk dokte
Peringatan dan perhatian :
43
Hati-hati penggunaan pada penderita dengan gangguan
fungsi hati dan ginjal, glaukoma, hipertropi prostat,
hipertiroid, dan rete dan retensi urin. nsi urin.
Tidak dianjurkan penggunaan pada anak di bawah 6
tahun, wanita hamil, menyusui, kecuali atas petunjuk
dokter
Hati-hati penggunaan obat lain yang menekan Hati-hati
penggunaan obat lain yang menekan sistem saraf pusat.
SIMPAN PADA SUHU KAMAR (25°-30°C)
TERLINDUNG DARI CAHAYA
Kemasan
Komposisi:
Efek Samping :
Setiap tablet mengandung :
Mengantuk, gangguan pencernaan, gangguan
Paracetamol
psikomotor, ..............400
takikardia, mgaritmia, mulut kering, palpitasi,
retensi urin. Penggunaan dosis besar dan jangka
panjang menyebabkan kerusakan hati.
Aturan Pakai (3-4 kali sehari)
Dewasa : .............................. 1 tablet.
SIMPAN PADA SUHU KAMAR (25°-30°C)
Anak-anak 6-12 tahun : ............... ½ tablet
TERLINDUNG DARI CAHAYA
PRAKMOL
TABLET
PARACETAMOL
400 MG
Expair date :
XXIII. Pembahasan
44
pengikatnya ditambahkan dalam betuk basah dan zat aktif yang
digunakan tahan terhadap air dan pemanasan. Selain itu, mampu
mengontrol pelepasan, mencegah pemisahan komponen campuran
selama proses, menigkatkan kecepatan disolusi dan distribusi
keseragaman kandungan (Lachman, 1986). Metode yang digunakan ini
sangat cocok untuk parasetamol karena berdasarkan sifat-sifatnya yang
tahan terhadap panas, tahan terhadap air, namun mempunyai sifat alir
yang tidak baik. Dari formulasi tiap tablet mengandung 250 mg. Zat
aktif paracetamol mameliki efek antikoagulan, antiepilepsi, antivirus,
dan probenedic (Martindal, 2009). Dosis oral paracetamol adalah 0,5
sampai 1 g setiap 4-6 jam, maksimal yaitu sekita 4 g setiap hari
(Martindal, 2009).
45
mempunyai ukuran seragam. (Viogt, 1984). Penggunaan avicel untuk
bahan pengisi pada sediaan tablet dengan metode granulasi basah agar
bisa meningkatkan tablet dengan frasibilitas rendah dan juga kekerasan
tablet yang baik, sehingga mampu menghasilkan tablet dengan
kompaktibilitas massa tablet yang baik dan mempunyai sifat alir baik
(Banker, et. al, 1986)
46
maka akan terjadi berontak dengan cairan didalam sakuran pencernaan.
Adanya zat penghancur, akan membuat tablet mengembang kemudian
pecah menjadi granul, kondisi ini dikarekan adanya pengaruh
penghancur luar, setelah sediaan menjadi granul-granul, maka akan
pecah kembali menjadi fines dengan adanya penghancur dalam.
Berdasarkan hal tersebut maka akan mempengaruhi pada waktu hancur
pelepasan zat aktif. Waktu hancur dari sediaan tablet secara bertahap
sehingga kadar dari zat aktif dalam darah dapat terkontrol, tidak
langsung memberikan konsentrasi yang maksimal, karena
kemungkinan akan mencapai efek toksik. Berdasarkan pada hasil
pengamatan bahwa tablet yang dianalisis memiliki waktu hancur 3,16
detik, berdasarkan pada syaratnya bahwa tablet konvensional memiliki
waktu hancur < 15 menit, maka tablet yang dianalisis memenuhi syarat
dalam analisis waktu hancurnya.
2. Evaluasi Granul
a. Uji Kecepatan Aliran
1) Metode Corong
47
Kecepatan alir formula tersebut menunjukkan hasil >10
gram/detik (sangat baik). Sifat alir yang baik akan membuat
pengisian die terpenuhi secara merata sehingga keragaman
bobot tablet tidak menyimpang Formula memiliki kecepatan
alir campuran serbuk rata-rata paling baik daripada formula 2
dan formula 3. Penggunaan bahan pengisi-pengikat pada
formula yaitu PVP.
3) Kelembaban
4) Bobot Jenis/Kerapatan
48
a) Bobot Jenis Nyata
Cara menentukan Bobot jenis nyata adalah dengan
menimbang bobot granul kemudian masukan kedalam gelas
ukur 100 mL dan catat volumenya sebagai volume awal (V 0
). Didapat hasil 0,58 g/mL. Semakin besar konsentrasi
bahan pengikat yang digunakan maka semakin besar juga
ukuran partikel sebaliknya semakin kecil konsentrasi bahan
pengikat yang digunakan maka ukuran partikelnya juga
kecil. Partikel yang besar menghasilkan kerapatan yang
kecil, sedangkan partikel dengan ukuran yang lebih kecil
akan membentuk massa dengan kerapatan yang lebih besar
(Gordon dkk, 1989).
49
d) Kadar Pemampatan
e) Perbandingan Haussner
f) Persen Kompresibilitas
50
yang tersisa yaitu 82.96 gram, sehingga totalnya menjadi 92,88
gram.
51
14 1,32 cm 0,42 cm
15 1,32 cm 0,42 cm
16 1,32 cm 0,42 cm
17 1,32 cm 0,42 cm
18 1,32 cm 0,42 cm
19 1,32 cm 0,42 cm
20 1,32 cm 0,42 cm
Diperoleh rata-rata diameter yaitu 1,32, kemudian rata
rata tebal tablet 0,42. Kesimpulan dari uji keseragaman ukuran
memenuhi syarat karena diameter tablet tidak lebih dari tiga
kali dan tidak kurang dari 1 1/3 kali tebal tablet
2) Kekerasan
Uji kekerasan bertujuan untuk mengetahui kekuatan
tablet dimana tablet harus mempunyai kekuatan atau kekerasan
tertentu serta tahan atas kerenyahan agar dapat bertahan
terhadap berbagai guncangan mekanik pada saat pembuatan
pengepakan dan pengepalan. Prinsip pengukurannya adalah
memberikan tekanan pada tablet sampai tablet retak atau pecah
kekuatan minimum untuk tablet adalah sebesar 4 kg. Kekerasan
tablet di uji dengan akal hardness tablet. Tablet diletakkan
diantara celah pada skala tersebut, lalu alat di nyalakan hingga
tablet akan pecah. Skala yang di tunjukan pada alat tersebut
dibaca. Persyaratan kekerasan tablet adalah 4 – 8 kg/cm
52
15 13,91
16 10,30
17 10,72
18 11,13
19 10,50
20 11,17
Setelah melakukan percobaan pada 20 tablet diperoleh
hasil rata-rata kekerasan tablet sebesar 12,37 kg/cm2 yang
artinya tablet memiliki kekerasan yang sedikit buruk karena
tidak memenuhi syarat yang ditentukan ( melebihi batas )
3) Friabilitas
Uji Friabilitas berkaitan dengan keregesan tablet , hasil
yang diperoleh uji frabiitas sebesar 0% dimana tablet sebelum
dan sesudah dimasukan ke alat fiabilator memiliki bobot yang
sama sebesar 0,60 gram , disini tablet menghasilkan uji
friabilitas yang baik karena kurang dari 1%. Maka hasil
pengamatan ini menunjukkan bahwa tablet kokoh , tidak
mudah rapuh sehingga pada saat nanti didistribusikan ke
masyarakat zat yang terkandung dalam tablet tidak berkurang
karena akibat rapuh dan memiliki efek yang sesuai , sesuai
dengan yang zat yang diproduksi diawal.
4) Keseragaman Bobot
Keseragaman bobot pada pengujian ini dilakukan pada
20 tablet , didapat nilai rata rata sebesar 0,601 gram, dan karena
tablet parasetamol > 300 mg maka mengunakan kolom A5%
Dan pada kolom B10%. pada pengujian keseragaman bobot
seperti yang bisa dilihat pada tabel dimana tidak ada salah satu
pun tablet yang menyimpang dari kolom A Dan tidak ada yang
menyimpang dari kolom B sehingga pengujian bobot disini
sudah memenuhi syarat dimana bobot memiliki keseragaman ,
hal ini bagus artinya setiap tablet memiliki zat aktif yang sama
dalam mencapai efek nantinya.
53
5) Uji Waktu Hancur
6) Uji Disolusi
Uji disolusi tablet dilakukan untuk mengetahui jumlah
zat yang terlarut dalam waktu tertentu, waktu dilakukan pada
5,10,15,20,30. Pada uji disolusi media disolusi menggunakan
dapar fosfat pH 5,8 hal ini disesuai kan dengan sifat dari zat
aktif sampel nya , pengambilan sampel pun tidak sembarangan
dimana pengambilan uji disolusi dibagian atas alat dayung
yang berputar dan tidak kurang dari 1cm daring dinding labu ,
maka didapat absorbansi pada setiap waktu seperti yang bisa
dilihat pada hasil pengamatan , panjang gelombang digunakan
248nm jika panjang gelombang yang digunakan tidak pada
248nm maka hasil yang diperoleh dari zat tidak akan terdeteksi
dan jumlah zat yang terkandung pada waktu ke 5 menit
527,499 mg , waktu ke 10 menit 441,558 mg , waktu ke 15
menit 547,812 mg, waktu ke 20 menit 535,311mg dan waktu
54
ke 30 menit 532179 mg , hasil menunjukan memenuhi syarat
Karena kadar zat tidak kurang dari 80% , dan toleransi larut 30
menit pada saat dimasukan tablet sudah terlarut kurang dari 5
menit.maka tablet baik dalam efikasi ,keamanan dan mutu
produk.
55
BAB V
I. Kesimpulan
56
Diharapkan untuk kedepannya praktikan dapat memilih dan
menentukan metode yang dilakukan harus sesuai dengan sifat-sifat dari zat
aktif yang akan dibuat menjadi tablet, serta pemilihan bahan-bahan
tambahan yang tepat dan sesuai.
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Lachman L, Lieberman HA and Kanig JL. Teori dan Praktek Farmasi Industri,
Edisi ketiga, Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. 1986.
Gennaro, A. R., 2000, Remington: The Science and Practice of Pharmacy, 20th
ed, Vol. II, Mack Publsihing Company, Pennsylvania Mohrle, 1980
Banker, S.G., and Anderson, R.N., 1986, Tablet In Lachman, L. Lieberman, The
heory and Practice of Industrial Pharmacy, 3rd ed., Lea and Febiger,
Philadelphia.
57
Kalalo, T., Yamlean, P. V., & Citraningtyas, G. (2019). PENGARUH
PENGGUNAAN PATI KULIT NANAS (Ananas comosus (L.) Merr.)
SEBAGAI BAHAN PENGIKAT PADA GRANUL
CTM. PHARMACON, 8(1), 203-213.
Lachman, L., Herbert, A. L., Joseph, L. K. 1990. Teori dan Praktek Industri
Farmasi Edisi III. Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Gordon, R.E., Rosanske, T.W., Foner, D.E., Anderson, N.R., Banker, G.S. 1989.
Granulation technology and tablet characterization. Marcel Dekker, New
York.
Mulyadi, M. D., Astuti, I. Y., & Dhiani, B. A. (2016). Formulasi Granul Instan Jus
Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus Sabdariffa L) Dengan Variasi
Konsentrasi Povidon Sebagai Bahan Pengikat Serta Kontrol
Kualitasnya. PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical
Journal of Indonesia), 8(03).
58
Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1995. Farmakope Indonesia IV
Jakarta.Indonesia.
LAMPIRAN
- Pembuatan Granul
59
Mecampurkan amprotab
dan semua bahan ke
Mencampurkan avicel Dicampur dengan
bascom
101 dengan Emulgel pengikat dan etanol
secukupnya
pengayakan
- EvaluasiTablet
Kekerasan
60
Keseragaman ukuran
Friabilitas
Keseragaman
bobot
Pengukuran absorbansi.
Uji disolusi
Sampel yg diambil.
61
- Evaluasi Granul
62
Granul Di Oven Timbang Mg Stearat Timbang Talk
dari oven
63
Uji sudut istirahat dan bobot pikno kosong bobot granul dan
bobot pikno ditambah masukkan semua granul ke dalam alat Siever shake
Paraffin
64
Hasil mesh 16
65