TEKNOLOGI FORMULASI
SEDIAAN SOLID
Oleh:
Apt, Dr. Lusi Nurdianti, M.Si
Apt, Taufik Hidayat, M.S.Farm
PRODI S1 FARMASI
STIKes BAKTI TUNAS HUSADA
TASIKMALAYA
2021/2022
HANYA UNTUK KALANGAN SENDIRI
Dilarang mengkopi/menggandakan tanpa seijin Prodi
Farmasi
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bakti Tunas Husada
Tasikmalaya
VISI DAN MISI
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BAKTI TUNAS HUSADA
VISI
“Visi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bakti Tunas Husada adalah “Menjadi
Perguruan Tinggi yang mampu menghasilkan lulusan yang unggul dalam bidang
kesehatan dan berakhlak mulia ”
MISI
Misi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bakti Tunas Husada adalah
1) Menyelenggarakan Tridharma Perguruan Tinggi yang bermutu untuk
menghasilkan lulusan yang kompeten dan berdaya saing.
2) Melaksanakan pendidikan dan pengajaran berbasis kurikulum kompetensi
yang memiliki ciri khas bidang kesehatan.
3) Membangun suasana akademik berdasarkan nilai-nilaireligi.
4) Memfasilitasi publikasi karya ilmiah dosen dan mahasiswa
Tasikmalaya, 2019
Tim penyusun
TATA TERTIB PRAKTIKUM
sanksi
BAB I
GRANULASI BASAH
A. DEFINISI
Granulasi merupakan proses awal terhadap serbuk untuk dapat ditabletasi,
dimana terjadi proses peningkatan ukuran partikel-partikel kecil digabungkan
menjadi partikel dengan ukuran yang lebih besar, membentuk aglomerat
permanen sehingga lebih mudah mengalir. Sebagian besar serbuk tidak dapat
dibentuk menjadi tablet secara langsung karena tidak memiliki sifat mengikat satu
sama lain untuk membentuk sediaan yang kompak dan juga tidak memiliki sifat
lubrikasi dan disintegrasi yang diperlukan dalam proses tabletasi.
Granulasi basah merupakan suatu proses penambahan cairan ke dalam
massa serbuk dan diaduk dengan alat yang sesuai untuk menghasilkan aglomerat
atau granul.
Tahapan umum untuk proses granulasi basah sebagai berikut :
B. KONDISI PENERAPAN
1. Granulasi basah diterapkan jika serbuk yang akan ditabletasi sukar mengalir,
mempunyai bobot jenis yang rendah (volumimous), dan daya
kompresibilitas yang rendah. Metode granulasi juga dipilih jika dosis per
tablet sangat kecil dan obat bersifat toksik, sehingga pembetnukan granul
akan menjamin homogenitas campuran lebih baik. Disamping itu, jika
ditambahkan zat warna, maka akan memperoleh tablet dengan warna yang
homogen.
2. Granulasi basah dapat diterapkan untuk zat aktif yang tahan terhadap
lembab dan pemanasan. Jika ingin diterapkan pada zat aktif yang kurang
tahan terhadap lembab (air), maka harus digunakan pelarut pengikat lain
seperti etanol atau isopropilalkohol. Pelarut yang digunakan adalah yang
dapat melarutkan bahan pengikat.
3. Beberapa contoh zat aktif yang dapat dibuat tablet dengan metode granulasi
basah adalah, parasetamol, alukol, fenilpropanolamin HCl, difenhidramin
HCl, Ranitidin HCl, salisilamida.
C. KEUNTUNGAN
Keuntungan proses granulasi basah, yaitu :
1. Sifat kohesi dan kompresibilitas serbuk ditingkatkan melalui penambahan
pengikat yang menyelimuti partikel-partikel serbuk sehingga dapat menyatu
satu sama lain untuk membentuk granul.
2. Obat dengan dosis besar dan memiliki sifat aliran serta kompresibilitas yang
kurang baik dapat digranulasi sehingga diperoleh granul dengan aliran dan
kohesi yang lebih baik.
3. Obat dengan dosis kecil dan dengan penambahan warna dapat diperoleh
granul dengan kandungan zat aktif dan zat warna yang homogen dan
terdistribusi merata, yaitu dengan cara melarutkan obat atau warna tersebut
dalam larutan pengikat.
4. Berbagai jenis serbuk dengan sifat-sifat berbeda dapat diproses bersama
dalam satu batch untuk dapat menghasilkan massa dengan sifat yang dapat
ditabletasi.
5. Serbuk dengan bobot jenis nyata rendah (voluminous) dan berdebu dapat
ditangani tanpa menghasilkan banyak debu sehingga dapat mencegah
kontaminasi silang.
6. Granulasi basah dapat mencegah terjadinya segregasi komponen-komponen
sehingga dapat diperoleh sediaan dengan keseragaman kandungan yang
baik.
7. Kecepatan disolusi obat yang kurang larut dapat ditingkatkan melalui
pemilihan pelarut dan pengikat yang sesuai atau penambahan zat peningkat
kelarutan obat.
8. Granulasi basah dapat digunakan untuk pembuatan tablet dengan sistem
pelepasan zat aktif terkendali.
D. KETERBATASAN
Keterbatasan utama dari metoda granulasi basah adalah besarnya biaya karena
diperlukan ruang, waktu, energi, dan peralatan yang besar. Kerugian lain adalah :
1. Tahapan proses banyak sehingga diperlukan ruang yang luas yang harus
dikontrol temperatur dan kelembabannya. Disamping itu diperlukan
serangkaian validasi proses yang panjang.
2. Memerlukan banyak peralatan (pencampur, penggranul, pengering,
pengayak).
3. Proses ini memerlukan waktu yang lama terutama tahap pembasahan dan
pengeringan.
4. Rendemen akan lebih kecil karena hilangnya massa campur pada setiap
tahap.
5. Kemungkinan terjadinya kontaminasi silang akan lebih besar dibandingkan
dengan metoda kempa langsung.
6. Memungkinkan timbulnya masalah dalam transfer massa karena melibatkan
massa yang lengket apabila proses granulasi tidak dilakukan secara tepat.
7. Dapat dihasilkan tablet dengan kecepatan disolusi rendah jika formulasi dan
proses yang dipilih tidak tepat.
E. METODA PENAMBAHAN PENGIKAT PADA GRANULASI BASAH
1. Metoda Penambahan Kering
Pengikat dicampur dengan serbuk (zat aktif dan eksipien lain) lalu
ditambahkan pelarut pengikat (air, etanol, isopropil alkohol, atau uap air
panas).
Keuntungan : Proses cepat dan tidak ada resiko massa granul terlalu
basah karena pelarut pengikat ditambahkan sedikit demi
sedikit.
Kerugiaan : diperlukan pelarut pengikat yang lebih banyak karena
pengikat akan lebih efektif jika digunakan dalam bentuk
larutannya.
Fasa dalam (92%) Fasa dalam (92%) Fasa dalam (92%) Fasa dalam (92%)
Paracetamol 250 mg Paracetamol 250 mg Paracetamol 250 mg Paracetamol 250 mg
Amprotab 10 % Amprotab 10 % Amprotab 10 % Amprotab 10 %
Mucilago amili 10 % PVP 5% PVP 2,5 % PVP 5%
Laktosa qs Etanol 95% qs Etanol 95% qs Etanol 95% qs
Laktosa qs Laktosa qs Laktosa qs
Fasa luar (8%) Fasa luar (8%) Fasa luar (8%) Fasa luar (8%)
Mg stearat 1% Mg stearat 1% Mg stearat 1% Mg stearat 1%
Talk 2% Talk 2% Talk 2% Talk 2%
Amprotab 5% Amprotab 37,5 mg 5 % Amprotab 37,5 mg
5% Amprotab 37,5 mg5%
Formula E Formula F Formula G Formula H
(penghancur dalam amprotab 10%) (penghancur dalam amprotab (penghancur dalam primojel 5%) (pengisi primojel-avicel ph
10%:acdisol 3%) 101)
Fasa dalam (92%) Fasa dalam (92%) Fasa dalam (92%) Fasa dalam (92%)
Paracetamol 250 mg Paracetamol 250 mg Paracetamol 250 mg Paracetamol 250 mg
Amprotab 10 % Amprotab 10 % Primojel 5% Amprotab 10 %
PVP 5% Acdisol 3% PVP 5% PVP 5%
Etanol 95% qs PVP 5% Etanol 95% qs Etanol 95% qs
Laktosa qs Etanol 95% qs Laktosa qs Primojel-avicel 101 qs
Laktosa qs
Fasa luar (8%) Fasa luar (8%) Fasa luar (8%) Fasa luar (8%)
Mg stearat 1% Mg stearat 1% Mg stearat 1% Mg stearat 1%
Talk 2% Talk 2% Talk 2% Talk 2%
Amprotab 5% Amprotab 5% Amprotab 5% Amprotab 5%
Cara menghitung :
Musilago amili = 1/3 x 644 g = 215 g
setelah dikeringkan = 10% x 215 g = 21,5 g
Laktosa = 644 – (500 + 70 + 21,5) = 52,5 g
Permisalan :
Granul FD yg diperoleh 600 gr dengan tidak memperhitungkan kadar air
(biasanya perhitungan tidak memperhitungkan kadar air)
Jumlah tablet yang diperoleh= 600/644 x 1000 tablet = 931,68 tablet
Fase luar yang ditambahkan:
Mg stearat 1% = 1/92 x 600 gr = 6,52 g
Talk 2% = 2/92 x 600 gr = 13,04 g
Amilum kering 5% = 5/92 x 600 gr = 32,60 g
A. DEFINISI
Granulasi kering adalah proses pembentukan granul dengan cara menekan
massa serbuk pada tekanan tinggi sehingga menjadi tablet besar, bongkahan
kompak, atau lempengan yang tidak berbentuk baik, kemudian digiling dan
diayak hingga diperoleh granul dengan ukuran partikel yang diinginkan.
Pada prinsipnya, dengan metoda ini granul dihasilkan secara mekanis,
tanpa penambahan suatu pelarut kedalam massa serbuk. Dengan demikian ikatan
antar partikel terbentuk melalui gaya adhesi dan kohesi antar partikel padat.
Peralatan yang dapat digunakan adalah mesin cetak untuk membentuk slug (tablet
besar yang tidak beraturan) atau yang lebih baru adalah menggunakan roller
compactor untuk menghasilkan lempengan kompak yang selanjutnya diayak
untuk membentuk granul.
B. KONDISI PENERAPAN
- Granulasi kering dapat digunakan pada pembuatan tablet dengan zat aktif
dosis tinggi yang memiliki sifat sukar mengalir, kompresibilitasnya kurang,
tidak tahan lembab dan panas
- Granulasi kering, umum digunakan untuk pembuatan tablet antibiotik dan
bahan yang sensitif terhadap lembab seperti vitamin.
C. KEUNTUNGAN
Granulasi kering merupakan alternatif dalam pembuatan granul dengan
keuntungan sbb:
- Peralatan maupun tahap pembuatan lebih sedikit dibandingkan dengan
metoda granulasi basah
- Dapat digunakan untuk menggranulasi zat aktif yang tidak tahan panas dan
lembab.
D. KETERBATASAN
Keterbatasan utama dari metoda granulasi basah adalah tidak semua formulasi
memungkinkan untuk dibentuk slug karena sangat tergantung pada
kemampuan ikatan serbuk kering yang ditambahkan sebagai pembawa.
Keterbatasan lain adalah :
- Memerlukan mesin khusus untuk membuat slug, tambahan investasi alat
dibandingkan dengan metoda kempa langsung
- Sulit untuk menghasilkan distribusi zat warna yang seragam
- Selama proses banyak dihasilkan debu sehingga kemungkinan untuk
terjadinya kontaminasi silang lebih besar dibandingkan dengan metoda
granulasi basah.
E. TUGAS PRAKTIKUM
Tablet Asam Mefenamat
Kandungan Asam Mefenamat /tablet : 150 mg
Bobot tablet : 300 mg
Jumlah tablet yang dibuat : 300 tablet
Fasa dalam (92%) Fasa dalam (92%) Fasa dalam (92%) Fasa dalam (92%)
Asam Mefenamat 150 mg Asam Mefenamat 150 mg Asam Mefenamat 150 mg Asam Mefenamat 150mg
Amprotab 10 % Amprotab 10 % Primojel 5% Starch 1500 10 %
PVP 5% Ac-di-sol 3% PVP 5% PVP 5%
Laktosa qs PVP 5% Laktosa qs Laktosa qs
Laktosa qs
Fasa luar (8%) Fasa luar (8%) Fasa luar (8%) Fasa luar (8%)
Mg stearat 1% Mg stearat 1% Mg stearat 1% Mg stearat 1%
Talk 2% Talk 2% Talk 2% Talk 2%
Amprotab 5% Amprotab 37,5 mg
5% Amprotab 37,5 mg
5% Amprotab 5%
Formula E Formula F Formula G Formula H
(pengisi laktosa spray dried) (pengikat PVP 10% ) (pengisi primojel-avicel ph 101) (pengikat avicel ph 102)
Fasa dalam (92%) Fasa dalam (92%) Fasa dalam (92%) Fasa dalam (92%)
Asam Mefenamat 150 mg Asam Mefenamat 150 mg Asam Mefenamat 150 mg Asam Mefenamat 150 mg
Amprotab 10 % Amprotab 10 % Amprotab 10 % Amprotab 10 %
PVP 5% PVP 10 % PVP 5% Avicel PH 102
Laktosa spray dried qs Laktosa qs Primojel-avicel qs Laktosa qs
Fasa luar (8%) Fasa luar (8%) Fasa luar (8%) Fasa luar (8%)
Mg stearat 1% Mg stearat 1% Mg stearat 1% Mg stearat 1%
Talk 2% Talk 2% Talk 2% Talk 2%
Amprotab 5% Amprotab
mg 5% Amprotab 37,5 mg
5% Amprotab 5%
Prosedur Pembuatan
- Semua bahan yang diperlukan dihaluskan terlebih dahulu, kemudian
ditimbang sesuai dengan kebutuhan
- Fasa dalam dan setengah bagian fasa luar (lubrikan dan glidan) dicampur
sampai homogen
- Campuran bahan dibuat menjadi slug menggunakan punch yang berdiameter
besar (13-20mm) pada tekanan mesin tablet yang tinggi atau dapat juga
menggunakan roller compactor dengan mengatur tekanan yang diberikan
- Slug yang sudah jadi digiling kasar dan diayak menggunakan ayakan mesh 16
sehingga dihasilkan granul-granul kasar
- Lakukan evaluasi terhadap granul yang dihasilkan, bila belum memenuhi
syarat maka slugging dapat diulangi hingga diperoleh granul yang memenuhi
syarat
Slugging maksimum dilakukan hingga 3 kali (menghindari perubahan fisik
atau kimia bahan karena pengaruh gaya mekanik)
- Timbang granul yang diperoleh, lakukan perhitungan jumlah fasa luar yang
harus ditambahkan
- Sisa fasa luar dicampur dengan granul yang telah memenuhi syarat dengan
jumlah sesuai hasil perhitungan
- Massa cetak dikempa dengan menggunakan punch diameter 13 mm sesuai
bobot tablet yang telah dihitung
- Lakukan evaluasi terhadap tablet yang diperoleh (menurut persyaratan resmi
dan persyaratan industri)
BAB III
KEMPA LANGSUNG
A. DEFINISI
Metoda kempa langsung adalah proses pembuatan tablet dengan cara
mengempa langsung zat aktif atau campuran zat aktif dan eksipien tanpa
penanganan pendahuluan baik granulasi basah maupun kering. Metoda ini banyak
digunakan karena didukung perkembangan teknologi mulai dari mesin tablet
hingga bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan tablet yang mempunyai
kompresibilitas dan aliran baik. Titik kritis dalam kempa langsung ini adalah
pemilihan bahan pembantu baik dalam sifat aliran massa tablet maupun ketepatan
formulasi terhadap kompresibilitas.
B. KONDISI PENERAPAN
- Kempa langsung dapat digunakan pada pembuatan tablet dengan zat aktif
dosis tinggi yang memiliki sifat aliran dan kompresibilitas yang baik
(umumnya garam-garam anorganik dengan bentuk kristal kubus)
- Kempa langsung dapat juga diterapkan pada zat aktif dengan sifat aliran dan
kompresibilitas kurang baik asalkan dosis relatif kecil (sifat tidak dominan
dalam massa tablet). keterbatasan zat aktif untuk dikempa diatasi dengan
pemilihan bahan pembantu yang mempunyai sifat aliran dan kompresibilitas
baik serta menjamin homogen campuran (bahan pembantu terutama pengisi
yang mempunyai kapasitas pegang besar)
-
C. KEUNTUNGAN
Keuntungan utama dari kempa langsung adalah kepraktisan prosesnya,
keuntungan lain adalah :
- Efisiensi ruangan, proses, tenaga, tahap manufaktur, mesin, proses validasi,
dan konsumsi energi
- Menjamin stabilita yang baik untuk zat aktif yang tidak tahan panas dan
lembab, karena tidak melibatkan pelarut dan pemanasan/ pengeringan
- Pemberian tekanan pada saat pencetakan tidak berlebihan sehingga sifat
kristal tetap (tidak terjadi polimorfisme akibat pengaruh mekanik) sehingga
masalah penurunan ketersediaan hayati zat aktif dalam tubuh dapat
dihindarkan
- Tablet dapat langsung hancur menjadi partikel-partikel kecil karena tidak
adanya proses granulasi jika dimasukkan ke dalam media disolusi, sehingga
dapat diharapkan memberikan hasil kecepatan yang lebih tinggi.
D. KETERBATASAN
Walaupun metoda kempa langsung lebih praktis karena tahapannya
pendek, hingga saat ini metoda kempa langsung belum menjadi pilihan utama,
karena adanya keterbatasan sebagai berikut :
- Bahan harus memiliki sifat aliran yang baik. Seiring dengan isu disolusi dan
ketersediaan hayati, maka banyak zat aktif yang dibentuk dalam ukuran
mikron (halus) sehingga alirannya cenderung kurang baik
- Teknologi mesin harus bagus
- Eksipien harus memiliki kapasitas pegang (holding capacity) yang memadai,
memiliki sifat aliran dan kompresibilitas yang baik. Umumnya bahan
pembantu untuk kempa langsung didesain khusus berbentuk granul dan
kandungan lembab rendah sehingga harganya relatif lebih mahal
dibandingkan eksipien umum yang digunakan untuk metoda granulasi
- Kandungan lembab rendah sehingga dapat timbul muatan statis dan memicu
terjadinya pemisahan campuran (segregasi)
- Perbedaan ukuran partikel dalam massa cetak dapat mengakibatkan terjadinya
pemisahan
- Jika digunakan pewarna, maka homogenitas warna sulit dicapai.
E. TUGAS PRAKTIKUM
Tablet Vitamin C
Kandungan vitamin C /tablet : 50 mg
Bobot tablet : 300 mg
Jumlah tablet yang dibuat : 300 tablet
Formula A Formula B Formula C Formula D
(pengisi kombinasi Starch- (pengisi Lactose spray dried) (pengisi kombinasi Primogel- (pengisi Avicel)
Avicel) Avicel)
Prosedur Pembuatan
- Timbang bahan sesuai kebutuhan, tidak dilakukan penghalusan bahan karena
bahan pembantu memang diharapkan berbentuk granular (bahan aktif diayak
jika menggumpal)
- Campur bahan-bahan sesuai dengan aturan pencampuran (kecuali Mg stearat
dan Talk), campur selama 15 menit hingga homogen, kemudian tambahkan
Mg stearat dan talk, campur selama 2 menit
- Lakukan evaluasi terhadap massa kempa, sebagaimana evaluasi yang
dilakukan pada granul
- Massa kempa ditabletasi dengan menggunakan punch diameter 6-8 mm
sesuai dengan bobot tablet yang telah ditentukan
- Lakukan evaluasi terhadap tablet yang diperoleh.
BAB IV
EVALUASI GRANUL DAN TABLET
A. EVALUASI GRANUL
1. Kecepatan Aliran
a. Metode Corong.
Prinsip : menetapkan jumlah granul yang mengalir melalui alat selama
waktu tertentu.
Alat : Flow Tester
Prosedur:
- Sejumlah 100 g granul dimasukkan ke dalam corong dengan ukuran
tertentu.
- Corong digetarkan sampai seluruh granul mengalir keluar dari lubang
corong.
- Baca waktu yang diperlukan untuk mengalirkan seluruh granul keluar
dari corong.
- Kecepatan aliran dihitung dengan membagi bobot granul (100 g)
dengan waktu yang diperlukan granul untuk melewati corong (g/detik)
Penafsiran Hasil:
Aliran granul baik jika waktu yang diperlukan untuk mengalirkan 100 g
granul ≤ 10 detik
2. Kelembaban
Alat : Moisture Analyzer
Prosedur :
- Timbang granul sebanyak 5 atau 10 g.
- Masukkan dalam alat Moisture Analyzer, kemudian alat ditara
- Panaskan granul pada suhu 60-700 sampai skala pada alat tidak berubah
(stabil)
- Baca kadar air yang tertera pada skala (%)
Penafsiran Hasil : Kadar air yang baik 1-2%
c. BJ sejati
BJ sejati merupakan massa granul dibagi volume granul yang tidak
termasuk pori granul.
Alat : piknometer
(b a) BJ cairan _ pendispersi
BJ sejati
(b d ) (a c)
a = bobot piknometer kosong
b = bobot piknometer + 1 g granul
c = bobot piknometer + 1 g granul + cairan pendispersi (paraffin cair)
d = bobot piknometer + cairan pendispersi
d. Kadar Pemampatan
Prosedur : sama dengan BJ Mampat
Vo V500
Kp 100%
Vo
Kp = Kadar pemampatan, Vo = Volume granul sebelum pemampatan,
V500= volume granul pada 500 kali ketukan
Penafsiran hasil : Granul memenuhi syarat jika Kp≤20%
e. Perbandingan Haussner
Prosedur : Sama dengan pada prosedur BJ Mampat
BJ setelah _ pemampa tan
Angka Haussner =
BJ sebelum _ pemampa tan
Penafsiran hasil :
Jika %K = 5 – 15% aliran sangat baik
= 16 – 25% aliran baik
≥ 26% aliran buruk
b. Kekerasan
Alat : Hardness tester
Prosedur : dilakukan terhadap 20 tablet yang diambil secara acak.
Kekerasan diukur berdasarkan luas permukaan tablet dengan
menggunakan beban yang dinyatakan dalam kg/ cm2. Ditentukan
kekerasan rata-rata dan standar deviasinya.
Syarat : tablet besar 7 – 10 kg/ cm2, tablet kecil 4 kg/ cm2
c. Friabilitas
Alat : Friabilator
Prosedur : dilakukan terhadap 20 tablet (jika bobot tablet > 250 mg) atau
40 tablet (jika bobot < 250 mg) yang diambil secara acak. Dibersihkan
satu persatu dengan sikat halus lalu ditimbang (a). Masukkan semua
tablet kedalam alat, lalu putar sebanyak 100 putaran. Lalu tablet
dibersihkan lagi dan ditimbang (b).
f = friabilitas
a = bobot tablet sebelum uji
b = bobot tablet setelah uji
Syarat : tablet yang baik memiliki friabilitas < 1%
d. Keragaman bobot
Diambil 20 tablet secara acak, lalu ditimbang masing-masing tablet.
Hitung bobot rata-rata dan penyimpangan terhadap bobot rata-rata. Tidak
boleh ada 2 tablet yang masing-masing menyimpang dari bobot rata-rata
lebih besar dari harga yang ditetapkan pada kolom A, dan tidak boleh ada
satupun tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari harga
pada kolom B.
Penyimpangan bobot rata-rata (%)
Bobot rata-rata
A B
< 25 mg 15 30
26 mg – 150 mg 10 20
151 mg – 300 mg 7,5 15
> 300 mg 5 10
e. Keseragaman kandungan
Diambil 30 tablet secara acak, lalu ditentukan kadar dari 10 tablet satu
persatu dengan metoda yang sesuai. Jika ada 1 tablet yang diluar 85-
115%, tentukan 20 tablet sisanya. Dianggap memenuhi syarat jika hanya
1 tablet dari 30 tablet yang memberikan hasil diluar 85-115%.
3. Uji Waktu Hancur
Alat : Disintegration tester
Prosedur : bejana diisi dengan HCl 0,1 N. Volume diatur pada kedudukan
tertinggi, lempeng kasa tepat pada permukaan larutan dan pada kedudukan
terendah mulut tabung tetap diatas permukaan. Suhu pelarut 36-380C. 6
tablet dimasukkan satu persatu kedalam masing-masing tabung, kemudian
alat dinyalakan dan atur naik turun keranjang 30 kali tiap menit. Tablet
hancur jika tidak ada bagian tablet yang tertinggal diatas kasa, kecuali
fragmen-fragmen bahan pembantu. Waktu hancur dicatat sejak pertama kali
alat dinyalakan hingga tidak ada bagian tablet yang tertinggal di atas kasa.
Syarat : waktu yang diperlukan untuk menghancurkan ke 6 tablet tidak
lebih dari 15 menit untuk tablet yang tidak bersalut.
4. Uji Disolusi
Lihat masing-masing monografi di Farmakope Indonesia.
A. Pendahuluan
Menurut Farmakope Indonesia ed. IV supositoria adalah sediaan padat
dalam berbagai bobot dan bentuk, yang diberikan melalui rectal, vagina atau
uretra. Umumnya meleleh, melunak atau melarut pada suhu tubuh.
D. Basis Suppositoria
Basis supositoria mempunyai peranan penting dalam pelepasan obat
yang dikandungnya. Salah satu persyaratan pertama bagi suatu basis
supositoria adalah basis yang selalu padat dalam suhu ruangan tetapi akan
melunak, melebur atau melarut dengan mudah pada suhu tubuh sehingga obat
yang dikandungnya dapat sepenuhnya diperoleh segera setelah dimasukkan.
Menurut Farmakope Indonesia IV, basis supositoria yang umum digunakan
adalah lemak coklat, gelatin tergliserinasi, minyak nabati terhidrogenasi,
campuran polietilen glikol berbagai bobot molekul dan ester asam lemak
polietilen glikol. Basis supositoria yang digunakan sangat berpengaruh pada
pelepasan zat
Yang perlu diperhatikan untuk basis supositoria adalah :
1. Asal dan komposisi kimia
2. Rentang pelelehan
3. Titik pemadatan
4. Bilangan sabun (saponifikasi)
5. Bilangan iodida
6. Bilangan air (jumlah air yang dapat diserap dalam 100 g lemak)
7. Bilangan asam
8. Solid-Fat Index (SFI)
9. Bilangan hidroksil
F. Tugas Praktikum
Suppositoria
1. Buatlah suppositoria paracetamol dengan formula sebagai berikut:
a. Formula 1
R/ Paracetamol 100 mg
Oleum Cacao
m.f. supo No.VI @ 2 gram
b. Formula 2
R/ Paracetamol 100 mg
Oleum Cacao 96%
Setil Alkohol 4%
m.f. supo No.VI @ 2 gram
c. Formula 3
R/ Paracetamol 100mg
PEG 4000 50%
PEG 1000 50%
m.f. supo No.VI @ 2 gram
d. Formula 4
R/ Paracetamol 100mg
PEG 4000 25%
PEG 1000 75%
m.f. supo No.VI @ 2 gram
2. Lakukan evaluasi terhadap suppositoria
Ovula
1. Buatlah ovula metronidazol dengan formula sebagai berikut:
a. Formula 1
R/ Metronidazol 500 mg
Oleum Cacao
m.f. supo No.VI @ 2 gram
b. Formula 2
R/ Metronidazol 500 mg
Oleum Cacao 96%
Setil Alkohol 4%
m.f. supo No.VI @ 2 gram
c. Formula 3
R/ Metronidazol 500 mg
PEG 4000 50%
PEG 1000 50%
m.f. supo No.VI @ 2 gram
d. Formula 4
R/ Metronidazol 500 mg
PEG 4000 25%
PEG 1000 75%
m.f. supo No.VI @ 2 gram
A. Evaluasi Fisik
1. Appearance
Tes ini lebih ditekankan pada distribusi zat berkhasiat di dalam basis
supo. Supo dibelah secara longitudinal kemudian dibuat secara visual pada
bagian internal dan bagian eksternal dan harus nampak seragam.
5. Uji Kehancuran
Alat dipasang vertikal dan wadah dipanaskan pada suhu 250C. Suppo
yang akan diuji harus dijaga sekurang-kurangnya 24 jam pada suhu yang
akan diukur. Suppo ditempatkan secara vertikal diantara jepitan penyangga
sampel dengan ujung menghadap ke atas. Suppo dibiarkan 1 menit, lalu
tambahkan beban seberat 200 gr, setelah itu tunggu 1 menit lagi dan
tambahkan beban berikutnya (berbobot sama). Penambahan beban terus
diulangi hingga suppo hancur. Beban yang dibutuhkan untuk
menghancurkan suppo dihitung dengan menjumlahkan beban yang diterima
suppo hingga ssebelum suppo hancur.
Penilaian bobot beban yang diperhitungkan sebagai kekerasan suppo
adalah sebagai berikut :
a. jika suppo hancur dalam waktu 20 detik setelah penambahan beban
terakhir, maka berat beban tersebut tidak ikut ditambahkan.
b. bila suppo hancur antara 20-40 detik setelah penambahan beban
terakhir, maka hanya setengah dari bobot beban ini yang ditambahkan
dalam perhitungan.
c. jika suppo tetap tidak hancur lebih dari 40 detik setelah penambahan
beban terakhir maka bobot beban ini diperhitungkan seluruhnya.
6. Uji Penetrasi
Uji ini dilakukan untuk menentukan waktu melunak atau melarut
suppo. Alat yang digunakan mempunyai 3 tabung uji yang dicelupkan
dalam wadah penangas air suling dengan suhu 370C. Pada tiap tabung uji
dilengkapi batang penetrasi. Pada uji ini diamati waktu yang diperlukan
oleh batang penetrasi untuk menembus suppo. Waktu pelunakan atau
pelarutan suppo adalah rata-rata dari 3 penentuan yang dilakukan.
7. Uji Penampilan
Uji ini dilakukan secara organoleptik untuk melihat ada atau tidaknya
keretakan, lubang eksudasi cairan, dan pembengkakan basis, sedangkan
untuk melihat ada tidaknya migrasi zat aktif dilakukan dengan memotong
secara longitudinal suppo untuk diamati.
9. Uji Penyebaran
Basis lemak dilelehkan dan diteteskan pada kertas saring dan diamati
penyebarannya.
B. Evaluasi Kimia
1. Identifikasi
2. Penetapan kadar Sesuai monografi sediaan
DAFTAR PUSTAKA