Anda di halaman 1dari 22

Modul Praktikum

Formulasi Teknologi Sediaan Steril

DISUSUN OLEH :
Tim Penyusun

Laboratorium Teknologi Farmasi


Program Studi Sarjana Farmasi
Fakultas Kesehatan
Universitas Harapan Bangsa
Purwokerto
2018
LEMBAR PENGESAHAN

Mata Praktikum : Formulasi Teknologi Sediaan Steril


Koordinator : Rani Prabandari, M.Farm., Apt.
Dosen Pengampu : 1. Rani Prabandari, M.Farm., Apt.
2. Desy Nawangsari, M.Farm., Apt.

Purwokerto, September 2020


Penyusun

Rani Prabandari, M.Farm., Apt.


NIK. 114309171182

Mengetahui,
Ketua Program Studi

Ikhwan Yuda Kusuma, M.Si., Apt.


NIK. 113311151290

2
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.

Alhamdulillah, puji syukur kehadiran Allah SWT, hanya dengan izinnya Modul Praktikum
Formulasi Teknologi Sediaan Steril ini dapat tersusun. Modul praktikum Formulasi Teknologi Sediaan
Steril ini disusun untuk memberikan panduan bagi para mahasiswa S1 Farmasi Universitas Harapan
Bangsa di Purwokerto untuk memahami proses kegiatan praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Steril
ini.

Penyusun menyadari bahwa modul ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, tegur sapa dan
koreksi diharapkan untuk perbaikan petunjuk praktikum ini. Semoga modul praktikum ini dapat
memberikan manfaat besar bagi para mahasiswa. Aamiin.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Purwokerto, September 2020

Penyusun

3
TATA TERTIB PRAKTIKUM FORMULASI SEDIAAN STERIL

1. Praktikan (mahasiswa peserta praktikum) wajib hadir 10 menit sebelum acara praktikum
berlangsung. Praktikan tidak diperkenankan mengikuti praktikum apabila keterlambatan lebih
dari 15 menit.
2. Tidak ada inhal. Bagi praktikan yang berhalangan hadir karena alasan sakit atau tugas prodi/ kampus
diberi kesempatan untuk mengikuti praktikum kelas lainnya (dengan catatan praktikum kelas lain
belum berlangsung). Praktikan terlebih dahulu meminta izin kepada koordinator praktikum
dengan membawa surat keterangan yang kemudian koordinator praktikum memberikan surat
izin mengikuti praktikum kelas lain.
3. Praktikan yang tidak mengikuti lebih dari satu materi praktikum, tidak diperkenankan mengikuti
ujian akhir praktikum.
4. Praktikan diharuskan memakai jas praktikum dan alat pelindung berupa sarung tangan
(handscoon) dan masker. Pemakaian jas praktikum dan alat pelindung juga diwajibkan saat
melakukan pengamatan hasil diluar jam praktikum.
5. Pratikan diwajibkan membawa perlengkapan praktikum yang tidak disediakan oleh labotarium,
misalnya: lap, kertas tissue, gunting kecil, dan alat tulis.
6. Praktikan bekerja secara berkelompok sesuai pengelompokkan yang telah ditentukan dan
diharapkan proaktif untuk belajar.
7. Setiap praktikan harus mempelajari dan memahami teori dan prosedur kerja sebelum
praktikum berlangsung. Sebelum praktikum dimulai, praktikan wajib mengumpulkan laporan
sementara yang merupakan prasyarat mengikuti acara praktikum pada hari itu. Praktikan yang tidak
mengumpulkan laporan sementara tidak diperbolehkan mengikuti praktikum hari itu.
8. Sebelum praktikum dimulai, praktikan wajib mengikuti pretest terhadap materi yang akan
dipraktikumkan
9. Praktikan diharuskan bekerja secara terencana, hati – hati dan teliti. Setelah selesai praktikum,
alat – alat maupun bahan yang digunakan harus dikembalikan dalam kondisi bersih dan utuh.
10. Semua praktikan bertanggung jawab terhadap ketenangan, kebersihan dan keamanan ruang
praktikum, serta alat – alat yang digunakan.
11. Praktikan yang memecahkan, merusak dan atau menghilangkan alat diharuskan melapor ke
dosen/ asisten jaga dan mengganti alat tersebut secepatnya.

4
12. Setelah selesai pelaksanaan dan pengamatan praktikum, praktikan wajib membuat data hasil
praktikum yang akan dikoreksi oleh dosen/ asisten jaga. Data hasil praktikum yang sudah disetujui
bisa langsung dibawa pulang dan dibuat pembahasan, kesimpulannya.
13. Pengamatan praktikum yang dilakukan diluar jam praktikum harus didampingi oleh asisten.
Praktikan bisa membuat kesepakatan dengan asisten sesuai kebutuhan dan waktu yang diperlukan.
14. Buatlah catatan lengkap (termasuk gambar – gambar) dari setiap acara praktikum yang telah
dilakukan.
15. Untuk mengikuti praktikum selanjutnya diharuskan sudah menyelesaikan pembahasan, kesimpulan
dan disertai pustaka yang diacu. Bila pada saat itu belum menyelesaikannya maka nilai laporan sama
dengan NOL.
16. Bila praktikan berhalangan dan tidak dapat mengikuti acara praktikum yang menyebabkan nilai –
nilainya kosong, maka nilai akhir adalah seluruh nilai yang ada dan kemudian dikonversikan
berdasarkan standar nilai yang telah ditetapkan.

5
EVALUASI PRAKTIKUM

Evaluasi praktikum Formulasi Sediaan Steril merupakan 30% dari total nilai mata kuliah Formulasi
Sediaan Steril. Evaluasi praktikum Formulasi Sediaan Steril memiliki 4 komponen penilaian, yaitu:
1. Skill Lab : (Nilai maksimal: 90)
(25%) • Kesiapan praktikan (tidak terlambat, menggunakan jas dan alat
pelindung). (Bobot nilai: 15)
• Praktikan mengumpulkan laporan sementara (Lampiran 1) dengan benar
dan mengumpulkan tepat waktu (sebelum praktikum dimulai) (Bobot
nilai: 20)
• Praktikan mengerjakan sendiri semua acara/percobaan dan apakah
aktivitasnya seimbang dengan patner dalam kelompok. Praktikan
mengerjakan praktikum secara lengkap (persiapan, pelaksanaan
percobaan, merapikan, membersihkan dan memberesi alat dan bahan
setelah praktikum berakhir). (Bobot nilai: 40)
• Praktikan menyelesaikan praktikum sesuai waktu yang ditentukan.
(Bobot nilai: 15)
2. Pretest/ : (Nilai maksimal: 100)
postest Praktikan mampu menjawab dengan benar pertanyaan yang diberikan.
(20%)
3. Laporan : (Nilai maksismal: 90)
(30%) • Laporan sementara ditulis dengan lengkap (tujuan, dasar teori, alat dan
bahan, skema kerja ditulis skematis/ sistematis) (Lampiran 1) (Bobot
nilai: 30)
• Data hasil kegiatan pengamatan dan gambar sudah selesai semua dalam
satu acara praktikum (Bobot nilai: 20)
• Pembahasan disusun dengan lengkap dan tajam, dengan diperkuat
literatur/ teori, jurnal atau penelitian yang berkaitan (Bobot nilai: 30)
• Kesimpulan sesuai dengan hasil praktikum dan mengarah kepada tujuan
praktikum (Bobot: 5)
• Daftar pustaka minimal 3 dan tata penulisan benar (Bobot: 5)
4. Responsi : (Nilai maksimal: 100)
(25%) Praktikan mampu menjawab dengan benar pertanyaan yang diberikan.

6
PERCOBAAN 1
PENCUCIAN DAN STERILISASI ALAT

A. TUJUAN
Mahasiswa mampu memahami tahap-tahapan dalam proses pencucian dan sterilisasi
karet, ampul, vial, botol infuse dan alat gelas lainnya

B. ALAT
1.Oven
2.Outoclav
3.Glassware (ampul, vial, botol infuse)
4.Tutup karet botol infuse
5.Seperangkat peralatan kesehatan (bedah)
6.Kertas perkamen

C. BAHAN
1.Akuadest
2.Larutan fenol 5%
3.Alcohol 70%
4.HCl encer

D. PROSEDUR KERJA
a. Pencucian dan Sterilisasi Tutup Karet Botol Infus
1) Rendam tutup karet botol infuse dalam alcohol 70% selama 2 jam
2) Cucilah tutup karet botol infuse dengan air
3) Diulang-ulang lagi tindakan (2) sampai tutup botol karet kelihatan bersih
4) Ditambahkan aquadest lalu dimasukkan autoclave selama 15 menit pada suhu 121 ºC

b. Pencucian dan Sterilisasi ampul/vial/botol infuse (glassware)


1) Cuci ampul/vial/botol infuse dengan HCl encer
2) Bilas ampul/vial/botol infuse menggunakan air
3) Ulangi prosedur kerja no. 2 hingga ampul/vial/botol infuse kelihatan bersih
4) Cucilah ampul/vial/botol infuse dengan aquadest
5) Atur container dengan teratur dan rapi dalam oven dan seterilkan pada temperature
170ºC selama 15 menit

c. Pencucian dan sterilisasi alat kesehatan reusable (instrument)


1) Instrument yang sudah bersih, direndam dalam larutan fenol 5% selama 30 menit
2) Dibilas dengan air biasa atau air panas mengalir

7
3) Dikeringkan dalam oven pada suhu 170ºC selama 15 menit atau sampai kering
4) Instrument yang sudah kering dimasukkan ke dalam bak instrument yang terbuat dari
stainless steel
5) Bak instrument selanjutnya dibungkus menggunakan aluminium foil
6) Disterilkan dalam autoclave pada suhu 121ºC selama 15 menit

d. Pengambilan sampel bahan pengemas primer untuk uji sterilisasi


1) Di dalam ruang steril, di bawah laminar air flow (LAF) yang telah disiapkan ambil
sampel dari bahan pengemas primer (tutup karet infuse/ampul/vial/botol infuse) dengan
menggunakan pinset stainliess steril
2) Masukkan dalam 10 mL aquadest steril
3) Sejumlah 1 mL aquadest steril dari prosedur kerja no. 2 dimasukkan ke dalam media
thioglikolat cair dan dilakukan inkubasi dalam kondisi aerob

E. EVALUASI
1. Botol dievaluasi terhadap kejernihan botol, apakah terdapat partikel di dalam botol
2. Evaluasi terhadap kelayakan ruangan untuk pencucian alat, prosedur yang digunakan
pebcucian alat dan metode sterilisasi yang digunakan

PERTANYAAN:
1. Sebutkan macam-macam tipe wadah gelas dan jelaskan bentuk sediaan yang dikemas
didalamnya
2. Jelaskan maksud tahapan percobaan diatas
3. Sebutkan macam-macam wadah sediaan steril dan jelaskan keuntungan dan kerugiaanya
4. Sebutkan control kualitas untuk karet dan wadah gelas

8
PERCOBAAN II
INJEKSI THIAMIN HIDROCHLORIDE DENGAN STERILISASI UAP BASAH

A. TUJUAN
Agar mahasiswa memahami, mampu dan trampil membuat injeksi thiamin
hidrochlorid dan uji sterilitasnya

B. ALAT
- Autoclave
- Glassware
- Timbangan
- Spuit

C. BAHAN
- Thiamin Hidrochloride
- Aqua p.i
- Karbo adsorben
- BHI

D. FORMULA
R/ Thiamin hydrochloride 10
Aqua p.i. ad 100 ml

E. PROSEDUR KERJA
1. Hitung tonisitas larutan yang akan dibuat
2. Larutkan thiamin hidrochlorid dengan sebagian aqua p.i
3. Gojog larutan dengan carbo adsprben 0,1% yang telah diaktifkan 5-10 menit, diamkan
kemudian saring hingga jernih
4. Masukkan larutan ke dalam ampul sesuai volume yang diminta, tutup dan sterilkan dalam
autoclave 121ºC selama 30 menit
5. Periksa larutan terhadap pH, kebocoran, partikel, kejernihan dan keseragaman
volume/berat
6. Uji sterilitas (seluruh kegiatan dilakukan di LAF)
a. Siapkan sampel yang telah diaseptiskan dalam ruang LAF
b. Buka tutup sampel, gunakan spuit steril untuk mengambil isi sampel dan
masukkan dalam media BHI
c. Tutup media yang sudah di treatmen, inkubasi dalam incubator pada suhu optimal
d. Amati adanya pertumbuhan bakteri setelah inkubasi 24 jam

9
PERTANYAAN
1. Jelaskan cara kerja aseptis dan non aseptis dan berikan contohnya
2. Mengapa larutan parenteral harus isotonis
3. Sebutkan cara-cara depirogenisasi dan bagaimana uji pyrogen
4. Sebutkan media yang cocok untuk uji sterilitas
5. Berapa volume kelebihan yang harus ditambahkan pada sediaan injeksi dan mengapa hal
ini dilakukan
6. Berapa syarat pH sediaan injeksi thiamin HCl? Mengapa tidak boleh isohidris?

10
PRAKTIKUM III
PEMBUATAN LARUTAN INFUS RINGER LAKTAT

A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa dapat menjelaskan dan melakukan pembuatan sediaan infuse ringer lactate
2. Mahasiswa dapat menjelaskan dan melakukan evaluasi yang harus dilakukan terhadap
produk steril

B. ALAT
1. Penangas air
2. Glasswere
3. Timbangan
4. Autoclave

C. BAHAN
1. NaCl
2. KCl
3. Ca.Cl2.2H2O
4. Aqua p.i
5. Carbo adsorben
6. HCl 0,1 N
7. NaOH 0,1 N

D. PROSEDUR KERJA
A. Formula
NaCl 0,6
KCl 0,03
Ca.Cl2.2H2O 0,01
Aqua pi ad 100 ml

B. Pembuatan Larutan Ringer Laktat


1. Cek tonisitas larutan, juka tidak isotonis maka buatlah menjadi isotonis
2. Buat air bebas CO2
3. Larutkan semua bahan ke dalam air bebas CO2
4. Cek pH larutan antara 5-7, jika kurang asam ditambah HCl 0,1 N sedangkan bila
kurang basa ditambah NaOH 0,1 N
5. Tambahkan sisa air bebas CO2
6. Gojok larutan dengan karbo adsorben aktif 0,1%, diamkan, saring hingga jernih
7. Masukkan larutan dalam wadah yang sesuai dan tutup (500 mL)

11
8. Sterilkan dengan autoclave pada suhu 121ºC selama 30 menit
9. Lakukan uji sterilitas dan periksa larutan terhadap:
a. Ph
b.kebocoran
c. partikel asing
d. kejernihan
10. Beri etiketnya

C. Pengambilan sampel larutan Ringer Laktat dan Uji Sterilisasi Larutan


1. Di dalam ruang steril di bawah LAF yang sudah disiapkan dengan menggunakan
pipet volume steril ambil 1 ml larutan
2. Masukkan dalam media thionglikolat cair dan lakukan inkubasi dalam kondisi
aerob
D. Uji pirogenitas larutan Ringer Laktat dengan menggunakan LAL test

EVALUASI
1. Lakukan pengecekan terhadap tonisitas larutan
2. Lakukan evaluasi sediaan terhadp pemeriksaan: pH, kebocoran, partikel asing dan
kejernihan

PERTANYAAN
1. Jelaskan tujuan pemberian larutan elektrolit
2. Tuliskan beberapa cara menghitung (rumus) tonisitas dan terangkan arti masing-masing
dalam rumus tersebut
3. Sebutkan beberapa bahan yang sering ditambahkan dalam pembuatan larutan parentral
dan berikan contohnya
4. Apa tujuan penggunaan karbo adsorben, bagaimanakah usaha yang dilakukan agar karbo
adsorbenbekerja lebih efektif, Jelaskan!
5. Jelaskan perbedaan syarat sediaan infuse dan injeksi

12
PERCOBAAN IV
TETES MATA DAN SALAP MATA NA SULFASETAMID

A. TUJUAN
Mahasiswa dapat memahami dan mampu memebuat tetes mata dan salep mata
Natrium Sulfasetamid

B. ALAT
Tetes mata: Glasware, timbangan
Salep mata: LAF, oven, Peralatan Gelas, Penangas air, Timbangan, incubator, peralatan
porselen, sudip

C. BAHAN
Tetes mata: Na. Sulfasetamid, Asam Borat, Natrium tetra borat, Aq. Destilata, HCl 0,1 N,
NaOH 0,1 N
Salep mata: Na. Sulfasetamid, paraffin cair, vaselin kuning, Na. Karbonat, Aquadest,
Alkohol, tepol

D. PEMBUATAN TETES MATA NATRIUM SULFASETAMID


Tiap 10 ml mengandung:
R/ Na. Sulfasetamid 10%
Asam borat 150 mg
Na. Tetra borat 30 mg

PROSEDUR KERJA
1. Hitung tonisitas larutan tetes mata
2. Larutan asam borat dan natrii tetra borat dalam sebagian aquadest (larutan 1)
3. Larutkan Na. Sulfasetamid dalam sisa aquadest, kemudian campurkan pada
larutan 1
4. Sterilkan menurut cara B
5. Masukkan wadah dan beri etiket
6. Lakukan uji sterilitas, cek pH, kebocoran, partikel, kejernihan dan keseragaman
volume

E. PEMBUATAN SALEP MATA NATRIUM SULFASETAMID


R/ Na. Sulfasetamid 25 mg
Vaselin kuning 0,475 g
Parafin cair 0,5 g

13
PROSEDUR KERJA
1. Sterilisasi alat
a. Sterilisasi glassware
1) Pipet, sendok, mortir, stamper, petri dish dan glassware lainnya
dicuci dengan HCl 0,1 N
2) Lalu glassware diatas didihkan dengan larutan 1 (tepol 1% + Na.
karbonat 0,5%)
3) Perlakukan pendidihan dengan larutan 1 diulang sebanyak dua
kali, lalu gelassware dicuci dengan aquadest
4) Glassware yang telah bersih dipanaskan di dalam oven
(menggunakan aluminium foil) pada suhu 200ºC selama 1 jam

b. Sterilisasi Porcelen ware


1) Porcelene ware dicuci dengan aquadest
2) Porcelene ware direndam dengan alcohol 75% selama 15 menit
3) Kebudian perendaman diganti, porselen direndam dalam alcohol
96% selama dua puluh lima menit
4) Lalu porcelene ware diangkat dari rendaman dan dicuci dengan
aquadest kemudian dibungkus dengan aluminium foil dan dioven
pada suhu 150ºC selama dua setengah jam

c. Sterilisasi tube (yang terbuat dari aluminium)


1) Tube dicuci dengan larutan 1 (tepol 1% + Na. karbonat 0,5%)
2) Lalu tube dicuci dengan aquadest dan selanjutnya tube dibungkus
dengan aluminium foil di oven pada 150ºC selama dua setengah
jam

d. Sterilisasi LAF
Ruang LAF disterilisasi dengan cara menyemprotkan alcohol 70% ke
sekeliling ruangan, sampai ruangan (sudut-sudut) terkena alcohol,
kemudian didiamkan selama 30 menit, setelah itu lampu UV dinyalakan
selama 30 menit, hidupkan fan dan setelah lampu dimatikan

2. Sterilisasi bahan
a. Na. Sulfasetamid dibungkus dalam aluminium foil, lalu dipanaskan dalam
oven pada suhu 150ºC, selama dua setengah jam
b. Basis salep yang merupakan campuran dari vaselin dan paraffin
dipanaskan dalam oven pada suhu 170ºC, selama 1 jam

14
3. Cara pembuatan
a. Sebelum salep dibuat, panastikan bahan-bahan dasar salep (zat aktif dan
basis) dalam keadaan steril
b. Pembuatan salep dilakukan di dalam LAF
c. Na. Sulfasetamid digerus (sampai halus) di dalam mortir dan salep yang
terbentuk nantinya tidak mengandung partikel kasar
d. Basis campuran antara vaselin kuning dan paraffin cair dibuat menjadi
meleleh dan kemudian sedikit demi sedikit dicampurkan ke dalam Na.
Sulfasetamid, aduk sampai benar-benar homogen
e. Setelah homogen, masukkan ke dalam tube yang sudah steril lalu tutup.

15
PERCOBAAN V
PENCAMPURAN BAHAN OBAT AMINOPHILLIN INJEKSI KE DALAM LARUTAN
DEKSTROSA 5% (I.V. ADMIXTURES)

A. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat menguraikan dan melakukan pencampuran larutan injeksi aminophillin
ke dalam infuse i.v larutan dekstrosa 5%
2. Mahasiswa dapat menguraikan dan melkaukan evaluasi produk i.v admixture

B. ALAT
Laminar air flow cabinet
Glassware
Needles
Syringe ukuran 10 ml

C. BAHAN
Larutan injeksi aminophillin (240 mg/mL)
Larutan dekstrosa 5%

D. PROSEDUR KERJA
1. Pencampuran bahan obat ke dalam larutan infuse
a. Disiapakan ruang steril dengan laminar air flow hood (semua pekerjaan penyiapan i.v
admixture dilakukan di dalam LAF)
b. Ambil spuit 1 ml steril, usap bagian kemasan dengan alcohol 70%, buka kemasan di
dalam LAF. Kemasan yang terbuka diletakkan pada daerah kerja dengan bagian yang
terbuka diarahkan kealat LAF
c. Ambil aminophullin ampul dan bersihkan ampul dngan alcohol 70%. Ketokkan
bagian atas ampul agar cairan di ujung ampul turun. Patahkan leher ampul secara
tepat dengan cara memegang ampul di kedua sisi leher ampul dengan ibu jari dan jari
telunjuk, buang ujung ampulnya dan letakkan ampul diatas kertas kerja
d. Ambil sepuit, buka penutup jarumnya dan letakkan dia tas meja dengan bagian yang
terbuka menghadap HEPA filter. Ambil larutan Aminophyllin 10mL dengan cara
memesukkan jarum suntik ke dalam ampul dengan membentuk kemiringan sudut 20
e. Ukur volume dengan seksama sesuai yang dibutuhkan, jika terdapat kelebihan
volume dapat dikembalikan pada ampulnya
f. Pasang kembali tutup jarumnya
g. Pindahkan obat dari jarum spuit ke dalam wadah larutan infuse dengan cara :
1) Bersihkan botol infuse dengan alcohol
2) Buka tutup botol infuse

16
3) Masukkan spuit yang sudah terisi larutan aminophyllin dan injeksikan ke
dalam larutan infuse. Setelah selesai tarik kembali spuit tersebut dan
dibuang
4) Gojog campuran larutan tadi
5) Ambil larutan 10 mL dengan spuit steril yang baru untuk keperluan
pemeriksaan
6) Pasang kembali tutup botol infuse
h. Berikan label pada sediaan produk i.v admixture
i. Lakukan pemeriksaan terhadap: pH, kebocoran, partikel asing dan kejernihan

2. Pengambilan sampel larutan untuk uji sterilitas


a. Di dalam ruang steril, di dalam LAF yang sudah disiapkan dengan menggunakan
pipet volume steril ambil 1 mL larutan
b. Masukkan ke dalam media thionglikolat cair dan lakukan inkubasi dalam kondisi
aerob
c. Uji pirogenitas larutan i.v admixture dengan menggunakan LAL test

EVALUASI
1. Lakukan evaluasi produk i.v admixture meliputi
a. Kejernihan
b. Partikel asing
c. pH
d. sterilitas
2. Lakukan evaluasi terhadap kelayakan pakaian kerja, ruangan yang digunakan dan cara
kerja aseptis

17
PERCOBAAN VI
PROSES HANDLING CYTOSTATIC AGENTS

TUJUAN
1. Mahasiswa dapat menguraikan cara-cara validasi proses handling cytostoxic agents
2. Mahasiswa dapat menguraikan cara-cara validasi alat laminar air flow (LAF) cabinet

ALAT DAN BAHAN


- Laminar air flow cabinet
- Computer/laptop
- LCD

PROSEDUR KERJA
1. Diskusikan tentang prosedur validasi proses handling cytostastic agents
Validasi dilakukan dengan menggunakan suatu sediaan serbuk dalam vial. Sifat serbuk
ini dapat memencarkan fluorosensi, apabila prosedur tidak dilakukan secara benar atau
ceroboh dalam melakukan penyiapan cytotostic agents maka akan terlihat beracak-acak
fluorosensi. Prosedur yang harus dilakukan adalah:
a) Disiapkan ruangan steril dengan horizontal laminar air flow hood, karena semua
pekerjaan penyiapan cytostotic agents dilakukan di dalam LAF
b) Cuci tangan dan gunakan baju kerja lengkap serta gunakan sarung steril sebelum
memulai pekerjaan
c) Ambil satu spuit steril ukuran 10 mL, usap bagian kemasan spuit dengan alcohol
70%, buka kemasan di dalam LAF
d) Ambil aqua p.i 10 mL, bersihkan bagian luarnya dengan alcohol
e) Buka penutup jarum spuit dan masukkan ke dalam kemasan aqua p.i (dalam vial)
f) Ambil vial yang akan digunakan direkonstruksi, bersihkan vial dan bagian tutupnya
dengan alcohol 70%. Buka penutup karetnya dan masukkan jarum spuit ke dalam
vial. Injeksikan 5 mL aqua p.i ke dalam vial. Gojog hingga larutan dan ambil larutan
sebanyak 5 mL
g) Pasang kembali tutup jarumnya
h) Memindahkan obat dari spuit ke dalam wadah larutan infuse
1) Bersihkan botol infuse dengan alcohol dan buka tutupnya
2) Injeksikan 5 mL larutan injeksi di atas ke dalam larutan infuse. Buang spuit
di tempatnya
3) Gojog larutan tersebut
4) Pasang kembali tutup botol infuse
5) Beri label pada sediaan

18
2. Diskusikan tentang prosedur validasi alat laminar air flow (LAF) cabinet
a. Kualifikasi instalasi
b. Kulifikasi oprasional
c. Kualifikasi kinerja

EVALUASI
1. Mahasiswa menunjukkan cara validasi proses handling cytostotik agents dengan benar
2. Mahasiswa menunjukkan cara validasi alat laminar air flow (LAF) cabinet dengan benar

19
LAMPIRAN 1. Contoh Cover Laporan Sementara

LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM FORMULASI SEDIAAN STERIL
PERCOBAAN 1
PENCUCIAN ALAT

Disusun oleh :
Nama : Adinda
NIM / Kelas : 170105005

LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI


PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
2020

20
LAMPIRAN 2. Contoh Cover Laporan Akhir

LAPORAN AKHIR
PRAKTIKUM FORMULASI SEDIAAN STERIL
PERCOBAAN 1
PENCUCIAN ALAT

Disusun oleh:

Nama : Adinda
Nim / Kelas : 170105005 / A1
Hari/Tgl Praktikum : Senin, 15 Oktober 2020
Dosen Pengampu : apt. Rani Prabandari, M.Farm

LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI


PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
2020

21
LAMPIRAN 3. Format Laporan

[Laporan ditulis tangan dengan pulpen warna biru pada kertas ukuran A4, laporan akhir dikumpulkan
maksimal 1 minggu setelah pelaksanaan praktikum]
A. TUJUAN PRAKTIKUM
[Sesuai tujuan praktikum yang akan dilaksanakan]
B. DASAR TEORI
[Berisi teori yang relevan dengan acara praktikum yang akan dilaksanakan (minimal 2 halaman)]
C. ALAT DAN BAHAN
[Sesuai kebutuhan praktikum yang akan dilaksanakan]
D. CARA KERJA
[menggunakan kalimat pasif]
Pembuatan larutan ...
Tahap 1

Tahap 2

Tahap 3
E. HASIL PERCOBAAN
[Berupa hasil pengamatan, hasil perhitungan, atau yang lainnya]
F. PEMBAHASAN
[Setiap tahap percobaan dan hasil percobaan dibahas sesuai teori yang relevan]
G. KESIMPULAN
[Menjawab tujuan praktikum berdasarkan hasil praktikum]
H. DAFTAR PUSTAKA
[Minimal dari 3 pustaka berbeda]
I. LAMPIRAN
[Jika ada dilampiran hasil foto atau gambar yang merupakan hasil percobaan]
[Jika ada tugas diskusi disertakan]
[Melampirkan Hasil pada saat praktikum]

22

Anda mungkin juga menyukai