Anda di halaman 1dari 39

Modul Praktikum

Formulasi Teknologi
Sediaan Semi Solid Liquida

DISUSUN OLEH :
Tim Penyusun

Laboratorium Teknologi Farmasi


Program Studi Sarjana Farmasi
Fakultas Kesehatan
Universitas Harapan Bangsa
Purwokerto
2019/2020
viii
LEMBAR PENGESAHAN

Mata Praktikum : Formulasi Teknologi Sediaan Semi Solid Liquida


Koordinator : Rani Prabandari, M.Farm., Apt.
Dosen Pengampu : 1. Rani Prabandari, M.Farm., Apt.
2. Desy Nawangsari, M.Farm., Apt.

Purwokerto, September 2019


Penyusun

Rani Prabandari, M.Farm., Apt.


NIK. 114309171182

Pembantu Ketua I Ketua Program Studi

Ns. Martyarini B,S., S.Kep., M.Kep. Ikhwan Yuda Kusuma, M.Si., Apt.
NIK. 107009180384 NIK. 113311151290

Menyetujui,
Ketua STIKes

dr. Pramesti Dewi, M.Kes.


NIK. 1001109020472
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. wb.

Alhamdulillah, puji syukur kehadiran Allah SWT, hanya dengan izinnya


Modul Praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Semi Solid Liquid ini dapat
tersusun. Modul praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Semi Solid Liquid ini
disusun untuk memberikan panduan bagi para mahasiswa S1 Farmasi
Universitas Harapan Bangsa di Purwokerto untuk memahami proses kegiatan
praktikum Formulasi Teknologi Sediaan Semi Solid Liquid ini.

Penyusun menyadari bahwa modul ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, tegur sapa dan koreksi diharapkan untuk perbaikan petunjuk
praktikum ini. Semoga modul praktikum ini dapat memberikan manfaat besar
bagi para mahasiswa. Aamiin.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Purwokerto, September 2018

Penyusun
TATA TERTIB PRAKTIKUM FORMULASI SEDIAAN SEMI SOLID LIQUIDA

1. Praktikan (mahasiswa peserta praktikum) wajib hadir 10 menit


sebelum acara praktikum berlangsung. Praktikan tidak diperkenankan
mengikuti praktikum apabila keterlambatan lebih dari 15 menit.
2. Tidak ada inhal. Bagi praktikan yang berhalangan hadir karena alasan sakit
atau tugas prodi/ kampus diberi kesempatan untuk mengikuti praktikum
kelas lainnya (dengan catatan praktikum kelas lain belum berlangsung).
Praktikan terlebih dahulu meminta izin kepada koordinator praktikum
dengan membawa surat keterangan yang kemudian koordinator
praktikum memberikan surat izin mengikuti praktikum kelas lain.
3. Praktikan yang tidak mengikuti lebih dari satu materi praktikum, tidak
diperkenankan mengikuti ujian akhir praktikum.
4. Praktikan diharuskan memakai jas praktikum dan alat pelindung
berupa sarung tangan (handscoon) dan masker. Pemakaian jas praktikum
dan alat pelindung juga diwajibkan saat melakukan pengamatan hasil diluar
jam praktikum.
5. Pratikan diwajibkan membawa perlengkapan praktikum yang tidak
disediakan oleh labotarium, misalnya: lap, kertas tissue, gunting kecil, dan
alat tulis.
6. Praktikan bekerja secara berkelompok sesuai pengelompokkan yang telah
ditentukan dan diharapkan proaktif untuk belajar.
7. Setiap praktikan harus mempelajari dan memahami teori dan
prosedur kerja sebelum praktikum berlangsung. Sebelum praktikum
dimulai, praktikan wajib mengumpulkan laporan sementara yang merupakan
prasyarat mengikuti acara praktikum pada hari itu. Praktikan yang tidak
mengumpulkan laporan sementara tidak diperbolehkan mengikuti praktikum
hari itu.
8. Sebelum praktikum dimulai, praktikan wajib mengikuti pretest terhadap
materi yang akan dipraktikumkan
9. Praktikan diharuskan bekerja secara terencana, hati – hati dan teliti.
Setelah selesai praktikum, alat – alat maupun bahan yang digunakan
harus dikembalikan dalam kondisi bersih dan utuh.
10. Semua praktikan bertanggung jawab terhadap ketenangan, kebersihan dan
keamanan ruang praktikum, serta alat – alat yang digunakan.
11. Praktikan yang memecahkan, merusak dan atau menghilangkan alat
diharuskan melapor ke dosen/ asisten jaga dan mengganti alat tersebut
secepatnya.
12. Setelah selesai pelaksanaan dan pengamatan praktikum, praktikan wajib
membuat data hasil praktikum yang akan dikoreksi oleh dosen/ asisten jaga.
Data hasil praktikum yang sudah disetujui bisa langsung dibawa pulang dan
dibuat pembahasan, kesimpulannya.
13. Pengamatan praktikum yang dilakukan diluar jam praktikum harus
didampingi oleh asisten. Praktikan bisa membuat kesepakatan dengan
asisten sesuai kebutuhan dan waktu yang diperlukan.
14. Buatlah catatan lengkap (termasuk gambar – gambar) dari setiap acara
praktikum yang telah dilakukan.
15. Untuk mengikuti praktikum selanjutnya diharuskan sudah menyelesaikan
pembahasan, kesimpulan dan disertai pustaka yang diacu. Bila pada saat itu
belum menyelesaikannya maka nilai laporan sama dengan NOL.
16. Bila praktikan berhalangan dan tidak dapat mengikuti acara praktikum yang
menyebabkan nilai – nilainya kosong, maka nilai akhir adalah seluruh nilai
yang ada dan kemudian dikonversikan berdasarkan standar nilai yang telah
ditetapkan.
EVALUASI PRAKTIKUM

Evaluasi praktikum Formulasi Sediaan Semi Solid Liquida merupakan 30% dari total
nilai mata kuliah Formulasi Sediaan Semi Solid Liquida. Evaluasi praktikum
Formulasi Sediaan Semi Solid Liquida memiliki 4 komponen penilaian, yaitu:
1. Skill Lab : (Nilai maksimal : 90)
(25%)  Kesiapan praktikan (tidak terlambat, menggunakan jas dan alat
pelindung). (Bobot nilai : 15)
 Praktikan mengumpulkan laporan sementara (Lampiran 1) dengan
benar dan mengumpulkan tepat waktu (sebelum praktikum dimulai)
(Bobot nilai : 20)
 Praktikan mengerjakan sendiri semua acara/percobaan dan apakah
aktivitasnya seimbang dengan patner dalam kelompok. Praktikan
mengerjakan praktikum secara lengkap (persiapan, pelaksanaan
percobaan, merapikan, membersihkan dan memberesi alat dan bahan
setelah praktikum berakhir). (Bobot nilai : 40)
 Praktikan menyelesaikan praktikum sesuai waktu yang ditentukan.
(Bobot nilai : 15)
2. Pretest/ : (Nilai maksimal : 100)
postest Praktikan mampu menjawab dengan benar pertanyaan yang diberikan.
(15%)
3. Laporan : (Nilai maksismal : 90)
(20%)  Laporan sementara ditulis dengan lengkap (tujuan, dasar teori, alat
dan bahan, skema kerja ditulis skematis/ sistematis) (Lampiran 1)
(Bobot nilai : 30)
 Data hasil kegiatan pengamatan dan gambar sudah selesai semua
dalam satu acara praktikum (Bobot nilai : 20)
 Pembahasan disusun dengan lengkap dan tajam, dengan diperkuat
literatur/ teori, jurnal atau penelitian yang berkaitan (Bobot nilai : 30)
 Kesimpulan sesuai dengan hasil praktikum dan mengarah kepada
tujuan praktikum (Bobot : 5)
 Daftar pustaka minimal 3 dan tata penulisan benar (Bobot : 5)
4. Responsi : (Nilai maksimal : 100)
(40%) Praktikan mampu menjawab dengan benar pertanyaan yang diberikan.
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul............................................................................................................................. i
Halaman Pengesahan................................................................................................................ ii
Kata Pengantar............................................................................................................................ iii
Tata Tertib Praktikum............................................................................................................... iv
Evaluasi Praktikum.................................................................................................................... vi
Daftar Isi......................................................................................................................................... viii
Daftar Tabel.................................................................................................................................. ix
Percobaan 1. Pengaruh Basis Terhadap Sifat Sediaan Salap................................... 1
Percobaan 2. Formulasi gel aminofilin dengan hpmc, na. Cmc dan carbopol sebagai
bahan pembentuk gel.................................................................................................................. 5
Percobaan 3. Pengaruh HLB terhadap stabilitas emulsi............................................... 9
Percobaan 4. Floculating agent terhadap sifat fisik suspense…………......................... 12
Percobaan 5. Pengaruh basis terhadap sifat fisik sediaan supositoria...................... 16
Percobaan 6. Formulasi Saturasi........................................................................................ 23
Daftar Pustaka
Lampiran 1. Contoh Cover Laporan Sementara
Lampiran 2. Contoh Cover Laporan Akhir
Lampiran 3. Format Laporan
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 1. Format Data Pengamatan.................................................................................... 7
Tabel 2. Format Data Pengamatan.................................................................................... 8
Tabel 3. Format Data Pengamatan....................................................................................
.................................................................................................................................. 15
Modul Praktikum Formulasi Sediaan Semi Solid Liquida 2018

PERCOBAAN 1

PENGARUH BASIS TERHADAP SIFAT SEDIAAN SALAP

A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Pengujian salap tentang: daya menyebar, daya melekat, dan kemampuan
proteksi.
2. Mempelajari pelepasan obat dari sediaan salap.
3. Mempelajari pengaruh basis terhadap sifat fisik dan pelepasan obat salep

B. DASAR TEORI
Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada
kulit atau selaput lendir.Salep tidak boleh berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain
kadar bahan obat dalam salep yang mengandung obat keras atau narkotika adalah
10 % (FI ed IV)

Penggolongan Salep
1. Menurut konsistensinya salep dibagi menjadi :
a. Unguenta : adalah salep yang mempunyai konsistensi seperti mentega, tidak
mencair pada suhu biasa tetapi mudah dioleskan tanpa memakai tenaga
b. Cream : adalah salep yang banyak mengandung air, mudah diserap kulit.
Suatu tipe yang dapat dicuci dengan air.
c. Pasta : adalah suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat
(serbuk). Suatu salep tebal karena merupakan penutup atau pelindung bagian
kulit yang diberi.
d. Cerata : adalah suatu salep berlemak yang mengandung persentase tinggi
lilin (waxes), sehingga konsistensinya lebih keras.
e. Gelones Spumae : (Jelly) adalah suatu salep yang lebih halus. Umumnya
cair dan mengandung sedikit atau tanpa lilin digunakan terutama pada
membran mukosa sebagai pelicin atau basis. Biasanya terdiri dari campuran
sederhana minyak dan lemak dengan titik lebur yang rendah.

2. Menurut Efek Terapinya, salep dibagi atas :


a. Salep Epidermic (Salep Penutup)
Digunakan pada permukaan kulit yang berfungsi hanya untuk melindungi
kulit dan menghasilkan efek lokal, karena bahan obat tidak diabsorbsi.
Kadang-kadang ditambahkan antiseptik, astringen untuk meredakan
rangsangan. Dasar salep yang terbaik adalah senyawa hidrokarbon (vaselin).
b. Salep Endodermic
Salep dimana bahan obatnya menembus ke dalam tetapi tidak melalui kulit
dan terabsorbsi sebagian. Untuk melunakkan kulit atau selaput lendir diberi
lokal iritan. Dasar salep yang baik adalah minyak lemak.

Universitas Harapan Bangsa 10


Modul Praktikum Formulasi Sediaan Semi Solid Liquida 2018

c. Salep Diadermic (Salep Serap).


Salep dimana bahan obatnya menembus ke dalam melalui kulit dan
mencapai efek yang diinginkan karena diabsorbsi seluruhnya, misalnya pada
salep yang mengandung senyawa Mercuri, Iodida, Belladonnae. Dasar salep
yang baik adalah adeps lanae dan oleum cacao.

3. Menurut Dasar Salepnya, salep dibagi atas :


a. Salep hydrophobic yaitu salep-salep dengan bahan dasar berlemak,
misalnya: campuran dari lemak-lemak, minyak lemak, malam yang tak
tercuci dengan air.
b. Salep hydrophillic yaitu salep yang kuat menarik air, biasanya dasar salep
tipe o/w atau seperti dasar hydrophobic tetapi konsistensinya lebih lembek,
kemungkinan juga tipe w/o antara lain campuran sterol dan petrolatum.

Pada umumnya salap diujikan untuk pengobatan lokal, walaupun salap


dapat pula dipergunakan untuk sisitemik dengan bentuk salap atau bentuk
yang berangkat dari sediaan salap yaitu plester.
Dalam sediaan salap, komposisi basis ini merupakan hal yang penting
karena akan mempengaruhi kecapatan pelepasan obat dari basisnya yang
secara tidak langsung akan mempengaruhi khasiat obat yang dikandungnya,
karena untuk dapat berhasiat, obat harus terlepas dahulu dari basis salapnya.
Kecepatan ini dipengaruhi oleh faktor kimia fisika baik dari basis maupun
dari bahan obatnya, misalnya: konsentrasi obat, kelarutan obat dalam basis,
viskositas masa salep, ukuran partikel bahan obat, formulasi dan lain-lain.
Pelepasan obat dari salap secara in-vitro dapat digambarkan dengan
kecepatan pelarutan obat yang dikandungnya dalam medium tertentu. Ini
disebabkan Karena kecepatan pelarutan (mass transfer) merupakan langkah
yang menentukan dalam proses berikutnya.

C. ALAT DAN BAHAN


Alat :
1. Alat untuk tes daya menyebar salap
2. Alat untuk tes daya melekat salap
3. Alat untuk tes daya proteksi
4. Alat disolusi salap
5. Alat uji viskositas salep
6. Alat uji pH
7. Stirrer
8. Membrane selofan porous
9. Pencatat waktu
10. Seperangkat alat gelas

Bahan / formula salap:


1. Salap Asam Salisilat basis lemak

Universitas Harapan Bangsa 10


Modul Praktikum Formulasi Sediaan Semi Solid Liquida 2018

2. Salap Asam Salisilat basis PEG


3. Kertas saring
4. Larutan fenolftelein
5. KOH 0,1 N
6. Parafin
7. Larutan FeCl3 9,0%
8. Aquadest

Formula salap

Bahan Formula I Formula II Formula III Formula IV


Asam Salisilat 10 g 10 g 10 g 10 g
PEG 4000 - - 65 25 g
PEG 400 - - 25 65 g
Parafin cair 10 g - - -
Vaselin Album 80 g 90 g - -

D. CARA KERJA
Pembuatan Formula

1. Salap Asam Salisilat basis lemak


2. Salap Asam Salisilat basis PEG

Tes daya menyebar salap


1. Timbanglah 0,5 g salap. Letakkan ditengah alat tersebut (kaca bulat)
2. Timbanglah kaca yang satunya. Letakkan kaca tersebut diatas masa salep dan
biarkan selama 1 menit
3. Ukurlah berapa diameter salap yang menyebar (dengan mengambil panjang
rata-rata diameter dari beberapa sisi)
4. Tambahkan 50 g beban tambahan, diamkan selama 1 menit dan catatlah
diameter salap yang menyebar seperti sebelumnya
5. Teruskanlah dengan menambah tiap kali dengan beban tambahan 50 g dan catat
diameter salap yang menyebar, setelah satu menit
6. Gambarkanlah dalam grafik hubungan antara beban dan luas salap yang
menyebar
7. Ulangilah masing-masing 3 kali untuk tiap salap yang diperiksa

Tes daya melekat salap


1. Letakkanlah salap secukupnya (0,5g) diatas objek glas yang telah ditentukan
luasnya

Universitas Harapan Bangsa 10


Modul Praktikum Formulasi Sediaan Semi Solid Liquida 2018

2. Letakkan objek glas yang lain diatas salap tersebut. Tekanlah dengan beban 1
kg selama 5 menit
3. Pasanglah objek glas pada alat tes
4. Lepaskan beban seberat 80 g dan dicatat waktunya sehingga kedua objek glas
tersebut terlepas
5. Ulangi sebanyak 3x
6. Lakukan tes untuk formula salap yang lain dengan masing-masing 3 kali
percobaan

Kemampuan Proteksi
1. Ambillah sepotong kertas saring (10x10 cm). Basahilah dengan larutan
fenolftalein untuk indikator. Setelah itu kertas dikeringkan (no.1)
2. Olesi kertas tsb pd no.1 dg salap yg akan dicoba (satu muka) spt lazim orng
menggunakan salap (no.2)
3. Pada kertas saring yg lain , buatlah suatu areal (2,5x2,5 cm) dg parafin padat yg
dilelehkan. Setelah dingin/kering didapat areal yg dibatasi dg parafin padat
(no.3)
4. Pada kertas saring yg lain , buatlah suatu areal (2,5x2,5 cm) dg parafin padat yg
dilelehkan. Setelah dingin/kering didapat areal yg dibatasi dg parafin padat
(no.3)
5. Teteskan/basahi areal tsb dengan larutan KOH 0,1 N
6. Lihatlah sebelah kertas yg dibasahi dengan lart.fenolftalein pd T 15, 30, 45, 60
detik, 3&5 menit. Apakah ada noda merah/kemerahan pd krtas tsb?
7. Jika ada noda= salap dpt memberikan proteksi thdp cairan (lart.KOH)
8. Lakukan percobaan salap lain.

Pelepasan obat dari sediaan salap


1. Menyiapkan sel disolusi salap& membran selofan porous
2. Memasukkan salap yang akan dicoba ke dalam sel. Tutuplah dengan membran
selofan, jagalah supaya tidak ada gelembung udara antar salap & membran. Sel
tutup dengan pnutupnya
3. Menuang aquadest 37˚ C 500 ml ke dalam bejana disolusi, jaga suhu medium
37˚ C
4. Memasukkan sel yang telah diisi salap ke dalam medium, jalankan pengadukan
& pencatat waktu
5. Ambillah 5 ml contoh medium pd T 5,10,15,25,35, dan 45 menit, setiap kali
mengambil contoh kembalikan volume medium dengan menambah 5 ml

Universitas Harapan Bangsa 10


Modul Praktikum Formulasi Sediaan Semi Solid Liquida 2018

aquadest 37˚C
6. Tetapkan kadar as.salisilat dalam cntoh tsb dg cara: 5 ml cnth medium + 1 tetes
larutan FeCl3, baca absorbansi pada spektrofotometer dengan panjang gel 525
nm
7. Hitung berapa salisilat yang terlarut dalam medium, bandingkan pelepasan obat
dari kedua jenis basis salap tersebut obat dari kedua jenis basis salap tersebut.
Catatan : Kurva baku: Y=8,25.10ˉ4 X + 0,082
Y=absorbansi, X= kadar sa.salisilat (µg/ml)

Tes/Uji pH salap
Sediaan kulit hendaknya memiliki pH yang kurang lebih mirip dengan pH kulit
sehingga tidak mudah mengiritasi kulit. Pengujian pH sediaan dilakukan dengan
cara menyiapkan larutan homogen salep 10% w/v, kemudian larutan tersebut
dihitung pH-nya dengan pH meter, catat hasil yang tertera pada alat pH meter
(Mehta. dkk, 2013).
1. pH stick dicelupkan ke dalam sediaan gel, sesuaikan
dengan indikator
2. replikasi 3x tiap formulasi

Uji viskositas salap


Sediaan ditentukan viskositasnya dengan viskosimeter Brookfield. Nyalakan
viskometer Brookfield, pasang spindel pada gantungan spindel (terletak di bawah
viskometer). Masukkan sampel pada wadah, lalu turunkan spindel hingga batas
tercelup ke dalam cairan sampel yang akan diukur viskositasnya. Zero-kan dahulu
display pada viskometer dengan memutar tombol pada viskometer. Jalankan rotor
dengan cara menekan tombol yang ada di viskometer. Biarkan spindel berputar dan
lihatlah jarum pada skala sesuai rotor yang kita gunakan. Baca angka yang
ditujukan oleh jarum tersebut untuk menghitung viskositas sediaan salep basis
serap yang digunakan sebagai sampel.
a. sediaan sebanyak 150 g dimasukkan dlm cup, pasang
spindel dan rotor dijalankan
b. catat hasil stlh viskometer menunjukkan angka stabil

Universitas Harapan Bangsa 10


Modul Praktikum Formulasi Sediaan Semi Solid Liquida 2018

PERCOBAAN 2

FORMULASI GEL AMINOFILIN DENGAN HPMC, Na. CMC DAN


CARBOPOL SEBAGAI BAHAN PEMBENTUK GEL

A. Tujuan
Mempelajari formulasi gel aminofilin dalam berbagai bahan pembentuk gel.
B. Dasar Teori
Gel merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari
partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh
suatu cairan. gel kadang – kadang disebut jeli. (FI IV,hal 7).
Gel adalah sediaan bermassa lembek, berupa suspensi yang dibuat dari
zarah kecil senyawaan organik atau makromolekul senyawa organik, masing-
masing terbungkus dan saling terserap oleh cairan(Formularium Nasional, hal
315).
A. Berdasarkan sifat pelarut :
 Hidrogel (pelarut air).
Hidrogel pada umumnya terbentuk oleh molekul polimer hidrofilik
yang saling sambung silang melalui ikatan kimia atau gaya kohesi seperti
interaksi ionik, ikatan hidrogen atau interaksi hidrofobik. Hidrogel
mempunyai biokompatibilitas yang tinggi sebab hidrogel mempunyai
tegangan permukaan yang rendah dengan cairan biologi dan jaringan
sehingga meminimalkan kekuatan adsorbsi protein dan adhesi sel; hidrogel
menstimulasi sifat hidrodinamik dari gel biological, sel dan jaringan dengan
berbagai cara; hidrogel bersifat lembut/lunak, elastis sehingga
meminimalkan iritasi karena friksi atau mekanik pada jaringan sekitarnya.
Kekurangan hidrogel yaitu memiliki kekuatan mekanik dan kekerasan yang
rendah setelah mengembang.Contoh : bentonit magma, gelatin
 Organogel (pelarut bukan air/pelarut organik).
Contoh : plastibase (suatu polietilen dengan BM rendah yang terlarut
dalam minyak mineral dan didinginkan secara shock cooled), dan dispersi
logam stearat dalam minyak.
 Xerogel.
Gel yang telah padat dengan konsentrasi pelarut yang rendah
diketahui sebagai xerogel. Xerogel sering dihasilkan oleh evaporasi pelarut,
sehingga sisa – sisa kerangka gel yang tertinggal. Kondisi ini dapat
dikembalikan pada keadaan semula dengan penambahan agen yang
mengimbibisi, dan mengembangkan matriks gel. Contoh : gelatin kering,
tragakan ribbons dan acacia tears, dan sellulosa kering dan polystyrene.
B. Berdasarkan bentuk struktur gel:
 Kumparan acak
 Heliks
 Batang
 Bangunan kartu
C. Berdasarkan jenis fase terdispersi (FI IV, ansel):

Universitas Harapan Bangsa 10


Modul Praktikum Formulasi Sediaan Semi Solid Liquida 2018

 Gel fase tunggal, terdiri dari makromolekul organik yang tersebar serba
sama dalam suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan
antara molekul makro yang terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat
dibuat dari makromolekul sintetik (misal karbomer) atau dari gom alam
(misal tragakan). Molekul organik larut dalam fasa kontinu
 Gel sistem dua fasa, terbentuk jika masa gel terdiri dari jaringan partikel
kecil yang terpisah. Dalam sistem ini, jika ukuran partikel dari fase
terdispersi relatif besar, masa gel kadang-kadang dinyatakan sebagai
magma.Partikel anorganik tidak larut, hampir secara keseluruhan
terdispersi pada fasa kontinu.

C. Alat dan Bahan


1. Ph stik
2. Viscometer
3. mixer
4. Timbangan gram
5. aminophyllin
6. HPMC 4000
7. Na. CMC
8. Carbopol
9. Propilenglikol
10. Metil paraben
11. TEA
12. Aquadest

Formula gel

Jumlah (%)
bahan
FI FII FIII

aminofilin 2 2 2
HPMC 4000 2 - -
Na. CMC - 4 -
Carbopol - - 0,5
propilen glikol 10 10 10
metil paraben 0,2 0,2 0,2
TEA - - 2
aquadest ad 100 ad 100 ad 100

D. Prosedur Kerja

1. Bahan pembentuk gel (HPMC, Na.CMC, Carbopol) dikembangkan dlm air panas
2. Aduk dalam mortir shg terdispersi sempuna dan terbentuk basis gel

Universitas Harapan Bangsa 10


Modul Praktikum Formulasi Sediaan Semi Solid Liquida 2018

3. Metil paraben dilarutkan dlm propilen glikol, campur ke dlm basis gel aduk
homogen
4. Aminofilin yg tlh dilarutkan air panas dimasukkan, aduk homogeny

E. Evaluasi

Pengamatan organoleptis
1. meliputi pengamatan bentuk, warna, dan bau
Pengukuran pH
1. pH stick dicelupkan ke dalam sediaan gel, sesuaikan dengan indikator
2. replikasi 3x tiap formulasi
Pengukuran viskositas gel
1. sediaan sebanyak 150 g dimasukkan dlm cup, pasang spindel dan rotor
dijalankan
2. catat hasil stlh viskometer menunjukkan angka stabil
Tes daya menyebar Gel
1. Timbanglah 0,5 g gel. Letakkan ditengah alat tersebut (kaca bulat)
2. Timbanglah kaca yang satunya. Letakkan kaca tersebut diatas masa salep dan
biarkan selama 1 menit
3. Ukurlah berapa diameter gel yang menyebar (dengan mengambil panjang rata-
rata diameter dari beberapa sisi)
4. Tambahkan 50 g beban tambahan, diamkan selama 1 menit dan catatlah
diameter gel yang menyebar seperti sebelumnya
5. Teruskanlah dengan menambah tiap kali dengan beban tambahan 50 g dan catat
diameter gel yang menyebar, setelah satu menit
6. Gambarkanlah dalam grafik hubungan antara beban dan luas gel yang
menyebar
7. Ulangilah masing-masing 3 kali untuk tiap gel yang diperiksa

Tes daya melekat Gel


1. Letakkanlah salap secukupnya diatas objek glas yang telah ditentukan luasnya
2. Letakkan objek glas yang lain diatas salap tersebut. Tekanlah dengan beban 1
kg selama 5 menit
3. Pasanglah objek glas pada alat tes
4. Lepaskan beban seberat 80 g dan dicatat waktunya sehingga kedua objek glas
tersebut terlepas
5. Ulangi sebanyak 3x
6. Lakukan tes untuk formula salap yang lain dengan masing-masing 3 kali
percobaan

Kemampuan Proteksi

Universitas Harapan Bangsa 10


Modul Praktikum Formulasi Sediaan Semi Solid Liquida 2018

1. Ambillah sepotong kertas saring (10x10 cm). Basahilah dengan larutan


fenolftalein untuk indikator. Setelah itu kertas dikeringkan (no.1)
2. Olesi kertas tsb pd no.1 dg salap yg akan dicoba (satu muka) spt lazim orng
menggunakan salap (no.2)
3. Pada kertas saring yg lain , buatlah suatu areal (2,5x2,5 cm) dg parafin padat yg
dilelehkan. Setelah dingin/kering didapat areal yg dibatasi dg parafin padat
(no.3)
4. Pada kertas saring yg lain , buatlah suatu areal (2,5x2,5 cm) dg parafin padat yg
dilelehkan. Setelah dingin/kering didapat areal yg dibatasi dg parafin padat
(no.3)
5. Teteskan/basahi areal tsb dengan larutan KOH 0,1 N
6. Lihatlah sebelah kertas yg dibasahi dengan lart.fenolftalein pd T 15, 30, 45, 60
detik, 3&5 menit. Apakah ada noda merah/kemerahan pd krtas tsb?
7. Jika ada noda= salap dpt memberikan proteksi thdp cairan (lart.KOH)
8. Lakukan percobaan salap lain.

Pelepasan obat dari sediaan Gel


1. Menyiapkan sel disolusi salap& membran selofan porous
2. Memasukkan salap yang akan dicoba ke dalam sel. Tutuplah dengan membran
selofan, jagalah supaya tidak ada gelembung udara antar salap & membran. Sel
tutup dengan pnutupnya
3. Menuang aquadest 37˚ C 500 ml ke dalam bejana disolusi, jaga suhu medium
37˚ C
4. Memasukkan sel yang telah diisi salap ke dalam medium, jalankan pengadukan
& pencatat waktu
5. Ambillah 5 ml contoh medium pd T 5,10,15,25,35, dan 45 menit, setiap kali
mengambil contoh kembalikan volume medium dengan menambah 5 ml
aquadest 37˚C
6. Tetapkan kadar as.salisilat dalam cntoh tsb dg cara: 5 ml cnth medium + 1 tetes
larutan FeCl3, baca absorbansi pada spektrofotometer dengan panjang gel 525
nm
7. Hitung berapa salisilat yang terlarut dalam medium, bandingkan pelepasan obat
dari kedua jenis basis salap tersebut obat dari kedua jenis basis salap tersebut.
Catatan : Kurva baku: Y=8,25.10ˉ4 X + 0,082

Universitas Harapan Bangsa 10


Modul Praktikum Formulasi Sediaan Semi Solid Liquida 2018

Y=absorbansi, X= kadar sa.salisilat (µg/ml)

Universitas Harapan Bangsa 10


Modul Praktikum Formulasi Sediaan Semi Solid Liquida 2018

PERCOBAAN 3

PENGARUH HLB TERHADAP STABILITAS EMULSI

A. Tujuan
Mengetahui pengaruh HLB terhadap stabilitas emulsi.
B. Dasar Teori
Emulsi adalah sistem (sediaan) heterogen yang terdiri atas 2 cairan tidak
tercampur (secara konvensi dinyatakan sebagai minyak dan air), salah satunya
terdispersi sebagai tetesan halus secara uniform pada fasa lainnya. Emulsi yang
secara termodinamika tidak stabil akan kembali memisah menjadi fasa air dan
fasa minyak bila dipanaskan atau mengalami koalesensi tetesan, kecuali jika
secara kinetika distabilkan dengan komponen ketiga, yaitu agen pengemulsi.
Fasa yang berada dalam bentuk tetesan halus dinamakan fasa terdispersi atau
fasa internal, dan cairan di sekitar dikenal sebagai fasa kontinu atau fasa luar.
Sediaan berbentuk emulsi merupakan pendekatan yang efektif untuk
mengatasi banyak masalah dalam sistem penghantaran obat. Sediaan berbentuk
emulsi se tnenunjukkan manfaat dan keuntungan yang berbeda dari bentuk
sediaan lain melalui peningkatan ketersediaan hayati dan/atau mengurangi efek
samping yang merugikan. Di samping keuntungan dan manfaat sediaan
berbentuk emulsi tersebut bentuk sediaan emulsi tidak digunakan secara luas
untuk sediaan oral atau parenteral karena masalah yang sangat mendasar, yaitu
ketidakstabilan emulsi yang dapat menimbulkan masalah dalam profil pelepasan
obat dan masalah terkait toksisitas. Potensi pengembangan sediaan farmasi
berbentuk emulsi ini sudah dipertimbangkan sampai diperoleh sediaan
berbentuk emulsi yang stabil secara fisika dan kimia. Emulsi multipel jauh lebih
sulit untuk distabilkan dan di karakterisasi, walaupun sangat potensial untuk
diaplikasikan pada sistem penghantaran obat, dan sampai saat ini belum ada
sediaan emulsi multipel yang beredar dan dikomersialkan.

C. Bahan
1. Oleum Arachidis
2. Tween 80
3. Span 80
Universitas Harapan Bangsa || Daftar
Pustaka
Modul Praktikum Formulasi Sediaan Semi Solid Liquida 2018

4. Aquqdest
Alat
1. Mortir+Stamfer
2. Seperangkat alat gelas
3. Alat uji viskositas
4. Piknometer
5. Alat Sentrifugasi
Formulasi
R/ Oleum arachidis 10 g
Tween 80 + Span 80 2,5 g
Aquadest ad 50 g

Formula I II III

Tween 80 75 50 25

Span 80 25 50 75

D. Prosedur Kerja
1. Ol. Arachidis ditambah span 80, panaskan diatas penangas air suhu 70° C
2. Siapkan air yg dipanasi 70° C tambah tween 80
3. Tuangkan bagian air ke bagian minyak porsi per porsi sambil diaduk
4. Masukkan cairan ke dlm mortir, aduk selama 1 menit
5. Masukkan ke dlm beker glas sambil diaduk sampai dingin
E. Evaluasi sediaan emulsi
1. Uji bobot jenis
Bobot jenis diukur menggunakan piknometer pd suhu 25ºC

2. Uji pH
Dengan pH meter atau pH stik

3. Uji stabilitas
Uji stabilitas secara fisik meliputi bau, warna, homogenitas, pH dan
viskositas pada suhu 26-29ºC, temperature tinggi dan rendah

4. Uji sedimentasi
Sediaan dimasukkan kedlm gelas ukur 100mL sebanyak 50mL ,ditutup dg
kertas aluminium foil, diamati sedimen yg terbentuk dan dg mengukur
perbandingan tinggi endapan dg tinggi larutan
Universitas Harapan Bangsa || Daftar
Pustaka
Modul Praktikum Formulasi Sediaan Semi Solid Liquida 2018

5. Uji redispersibilitas
Msukkan sediaan kedalam botol 100ml, sebanyak 100ml sediaan didiamkan
8 minggu, setelah 8 minggu dilakukan redispersi dg cara membalikkan botol
dg sudut 90º, kemudian catat jml pengocokan yg diperlukan sehingga semua
terdispersi dg baik

6. Uji sentrifugasi
Sediaan dimasukkan dlm tabung sentrifugasi kemudian dilakukan sentrifusi
atau perputaran dg kecepatan 3000rpm selama 30menit

7. Uji viskositas
Uji viskositas bisa menggunakan alat viskosimeter

8. Uji tipe emulsi


Ada beberapa metode dalam menentukan tipe emulsi:

a. Metode warna
b. Metode pengenceran
c. Percobaan pencucian
d. Metode cincin
e. Pengukuran daya hantar listrik

Universitas Harapan Bangsa || Daftar


Pustaka
Modul Praktikum Formulasi Sediaan Semi Solid Liquida 2018

PERCOBAAN IV
FLOCULATING AGENT TERHADAP SIFAT FISIK SUSPENSI

A. Tujuan
Mempelajari pengaruh floculating agent terhadap sifat fisik suspensi
B. Dasar Teori

Dalam memformulasi suspensi farmasi diperlukan pengetahuan tentang sifat – sifat


fasa terdispersi dan medium dispersi. Material yang akan digunakan dalam formulasi
suspensi harus dipilih secara hati –hati dengan mempertimbangkan rute pemberian,
aplikasi yang direncanakan , dan kemungkinan terjadinya efek yang tidak diinginkan.
Hal berikut merupakan faktor sangat penting yang perlu dipertimbangkan selama
mengembangkan formulasi suspensi farmasi.
1. Sifat material yang akan disuspensikan
Sifat antarmuka dari partikel yang akan disuspensikan merupakan
pertimbangan penting selama formulasi suatu suspensi. Partikel dengan teganga
antarmuka rendah mudah dibasahi air sehingga dapat disuspensikan dengan
mudah. Partikel dari material dengan tegangan antarmuka tinggi tidak akan
mudah dibasahi. Suspensi material ini biasanya dicapai dengan
menggunakan/menambahkan surfaktan. Surfaktan meningkatkan keterbasahan
partikel melalui penurunan tegangan permukaan.
2. Ukuran partikel yang disuspennsikan
Penurunan ukuran partikel akan mendorong penurunan kecepatan sedimentasi
partikel tersuspensi sesuai dengan konsep hukum Stoke. Penurunan ukuran
partikel ini dapat dicapai melalui proses, seperti penggilingan, pengayakan, atau
“grinding”. Ukuran partikel juga akan mempengaruhi besaran absorpsi, disolusi,
dan biodistribusi obat. Hanya saja perlu diperhatikan bahwa penurunan ukuran
partikel di bawah limit tertentu dapat mendorong pembentukan satu masa
kompak, seperti kue (caking), pada saat terjadinya sedimentasi.
3. Viskositas medium dispersi
Viskositas yang lebih besar dari medium dispersi akan memberikan keuntungan
sedimentasi yang lebih lambat serta kemudahan pemberian pada suspensi oral,
hanya saja dapat menimbulkan masalah untuk sifat lain yang dibutuhkan, seperti
kesulitan dalam mengeluarkan sediaan suspensi parenteral dari jarum suntik.
Sifat menjadi encer pada saat diberikan forsa sangat dibutuhkan. Bila forsa
Universitas Harapan Bangsa || Daftar
Pustaka
Modul Praktikum Formulasi Sediaan Semi Solid Liquida 2018

gojok minimal suspensi sangat kental saat disimpan. Ketika dilakukan agitasi
(gojokan tinggi), sedimentasi melambat dan menunjukkan viskositas yang
rendah sehingga memudahkan penuangan sediaan dari botol.

C. Alat dan Bahan

1. Timbangan Analitik
2. Gelas ukur
3. Pengaduk Kaca
4. Tabung reaksi bersekala
5. Rak tabung Reaksi
6. Stopwatch
7. Mikroskop berskala
8. Sulfadiazin
9. DSS
10. AlCl3
11. Aquadest
12. Hidroksi propil selulosa (HPC)
13. Metil selulosa
Formula

FORMULA I II III
Sulfadiazin (g) 2 2 2
DSS (mg) 20 20 20
AlCl3 (mg) - 2 4
Akuades ad (ml) 20 20 20

D. Prosedur Kerja
1. Larutkan DSS ke dalam sebagian akuades
2. Serbuk sulfadiazin didispersikan dalam larutan yang mengandung DSS, aduk
sampai semua serbuk terbasahi. Jika perlu tambahkan sedikit akuades
3. Tambahkan larutan AlCl3 secara seksama pada formula B, C dan A
4. Aduk hingga homogen dan terjadii suatu dispersi terflokulasi
5. Dispersi kemudian dituang ke dalam tabung reaksi berskala
6. Ditambah akuades ad 20 ml lalu gojog hingga homogen
7. Tempatkan tabung dalam rak tabung
Universitas Harapan Bangsa || Daftar
Pustaka
Modul Praktikum Formulasi Sediaan Semi Solid Liquida 2018

8. Catat tinggi pengendapan pada waktu 0. 5. 15, 25, 30 dan 60 menit. Amati pula
supernatannya
9. Tentukan suspensi yg deflokulasi dan flokulasi
10. Buat grafik t Vs harga F untuk kelima formula tsb
11. Hitung derajat flokulasi suspensi ( β= F/FF̴ )
12. Tentukan ukuran partikel (min. 20 partiakel )

E. Pengujian sediaan suspensi


1. Analisis sedimentasi
Volume sedimentasi,waktu paro
Volume sedimentasi dpt ditentukan didlm silinder ukur setelah selesai
sedimentasi dan waktu paro endapan diartikan sebagai waktu dimana batas atas
sedimen telah berada pada separo jalannya (pd sedimen menurun dihitung dr
atas kebwh, pd sedimentasi menaik dr bwh ke atas)
2. Kuosien suspensi (KS)
Harga KS dihasilkan dr perbandingan vol sedimen (VS) terhdap volume total
(VT) dg memperhatikan faktor waktu (t). Hrga KS sebaiknya mendekati 1
3. Daya kocok sediman
Hal ini dilakukan dg gerak membalik suspensi yg mengandung sedimen sebesar
90º, kemudian dpt diukur waktunya atau jml membalik yg dbutuhkan utk
mendispersikan kembali semua sedimen
4. Pengujian ukuran partikel, dispersitas, dan pengujian lainnya
Penentuan ukuran partikel bodi padat tersuspensi dilakukan melalui pengukuran
secra mikroskopik. Untuk lotion misal dpt dilakukan pengujian daya ikat lapisan
setelah mengering serta evaluasi daya lekatnya.

Universitas Harapan Bangsa || Daftar


Pustaka
Modul Praktikum Formulasi Sediaan Semi Solid Liquida 2018

PERCOBAAN 5

PENGARUH BASIS TERHADAP SIFAT FISIK SEDIAAN SUPOSITORIA

A. Tujuan
1. Mempelajari cara pembuatan suppositoria
2. Mempelajari cara evaluasi suppositoria dengan penetapan waktu hancur dan
waktu lelehnya
3. Mempelajari pengaruh penambahan basis terhadap sifat fisik sediaan
suppositoria
B. Dasar Teori
Supioitoria adalah sediaan padat yang digunakan melalui dubur, umumnya
berbentuk torpedo, dapat rne1arut atau meleleh pada suhu tubuh. Bahan dasar harus
larut dalam air atau meleleh pada suhu tubuh. Sebagai bahan dasar digunakan
lemak coklat, polietilenglikol berbobot molekul tinggi, lemak atau bahan lain yang
cocok, kecuali dinyatakan lain digunakan lemak coklat. Bobot supposiroria kalau
tidak dinyatakan lain adalah 3gram untuk orang dewasa dan 2gram untuk anak.
Bentuk suppositoria, dapat digunakan melalui :
1) Rectal yang disebut rectal suppos, berbentuk torpedo.
2) Vagina yang disebut pessaries berbentuk ovula.
Oleum cacao merupakan bahan dasar suppos yang paling banyak
digunakan. Oleum cacao merupakan Trigliserida dan asam oleat, stearat dan
palmitat dengan warna putih kekuningan. Meleleh pada suhu antara 30o – 35o C.
Oleum cacao dapat menunjukkan polimorfisme dan bentuk kristalnya karena
pemanasan yang tinggi diatas titik leburnya Penambahan 3 % menyebabkan titik
lebur lebih rendah daripada titik lebur oleum cacao sendiri tetapi dengan
penambahan 6% cera dapat menaikkan titik leburnya sampai 37o C.
Polyetilenglikol ( PEG ) merupakan senyawa organik dengan bobot molekul
200 - 20.000, dengan bentuk cair dan padat. PEG padat mempunyai titik lebur
antara 37o- 63° C. PEG tidak meleleh pada suhu tubuh tetapi larut dalam cairan
sekresi tubuh.
Pembuatan Suppositoria.
1) Metode dingin; dicetak dengan tangan.
2) Metode panas : - dicetak dengan penuangan.
Universitas Harapan Bangsa || Daftar
Pustaka
Modul Praktikum Formulasi Sediaan Semi Solid Liquida 2018

- dicetak dengan mesin otomatis


3) Metode dingin atau dicetak dengan tangan untuk suppos dengan oleum
cacao dalam jumlah kecil dan untuk bahan obat tidak tahan pemanasan.
Bahan dasar atau oleum cacao di aduk dalam mortir kemudian ditambah
zat aktifnya sampai massa homogen dan plastis.
4) Metode penuangan untuk suppo dalam jumlah kecil maupun banyak
dengan bahan yang tahan pemanasan. Bahan dasar dilelehkan diatas
waterbath, kemudian bahan aktifnya di campur sampai homogen, dan
dimasukkan dituang dalam cetakan yang sudah diberi / diolesi paraffin
liquidum.

C. Alat dan Bahan

1. Alat penetapan waktu hancur


2. Alat penetapan waktu leleh
3. Pipet volum 5 ml
4. beker glass
5. Cetakan suppo
6. stopwatch
7. Pengaduk
8. mortir+stamfer
9. Na. Salisilat
10. Oleum Cacao
11. Cera flava
12. Nipasol
13. PEG 6000
14. PEG 400
Formula
FORMULA A B
Na. Salisilat 0,1 g 0,1 g
PEG 6000 - 2,35 g
PEG 400 - 0,58 g
Ol. Cacao 2,78 g -
Cera Flava 0,12 g -

Universitas Harapan Bangsa || Daftar


Pustaka
Modul Praktikum Formulasi Sediaan Semi Solid Liquida 2018

D. Prosedur Kerja
1. Masing-masing bahan ditimbang (untuk 12 formula )
2. Gerus Na salisilat dalam mortir + 2/3 ol.cacao, aduk sampai homogen
3. Lelehkan cera flava dengan 1/3 ol. Cacao dalam cawan porselin diatas PA
4. Masukkan lelehan cera flava kedalam mortir yang berisi Na salisilat, aduk
5. Selagi panas masukkan kedalam cetakan supositoria yang telah diberi
pelumas , biarkan sebentar lalu masukkan kedalam lemari es
6. Setelah kira-kira 3 jam lepaskan suppositoria dari cetakan
7. Simpan suppositoria dalam lemari es
1) Masing-masing bahan ditimbang sesuai jumlah yang diperlukan
2) Gerus halus Na salisilat dalam mortir dan PEG 400, aduk dengan stamper
sampai homogen
3) Lelehkan PEG 6000 dalam cawan porselin diatas PA
4) Masukkan lelehan PEG kedalam mortir, aduk sampai homogen
5) Selagi panas masukkan kedalam cetakan suppositoria, biarkan sebentar
kemudian masukkan kedalam lemari es
6) Setelah kira-kira 3 jam,lepaskan suppositoria dari cetakan suppositoria
7) Simpan suppositoria dalam lemari es.

E. EVALUASI
Penetapan Waktu Hancur
1. Siapkan suppositoria yang akan ditetapkan waktu hancurnya
2. Letakkan suppositoria pada tempat pemeriksaan (jangan dibebani apapun)
3. Siapkan stopwatch, mulailah memberi beban (600 g) suppositoria dan pada
saat yang sama jalankan stopwatch
4. Tambahkan beban 200 g tiap interval 1 menit selama suppositoria belum
hancur
5. Hentikan stopwatch bila suppositoria sudah hancur
Catat waktu dan beban yang diperlukan sehingga suppositoria tersebut hancu
Pembacaan beban sbb :
Antara 0-20 detik : beban tambahan dianggap tidak ada
Antara 21-40 detik : beban tambahan dihitung setengahnya
Antara 40-60 detik : beban tambahan dihitung penuh
Lakukan percobaan tersebut untuk masing-masing suppositoria sebanyak 3
kali
Universitas Harapan Bangsa || Daftar
Pustaka
Modul Praktikum Formulasi Sediaan Semi Solid Liquida 2018

Penetapan Waktu Leleh


1. Siapkan suppositoria yang akan ditetapkan waktu lelehnya
2. Hubungkan semua sistem sirkulasi air pada alat tersebut, Alirkan air pada 37 °C
3. Masukkan suppositoria yang akan ditentukan waktu lelehnya dalam bagian
spiral dari alat tersebut.aturlah batang kaca hingga tepat menyentuh suppositoria
4. Masukkan bagian alat tersebut kedalam tabung untuk air mengalir sedemikian
rupa hingga sehingga skala 0 sejajar dengan permukaan air diluarnya.pada
waktu air menyentuh suppositoria, mulailah menjalankan stopwatch
5. Waktu dihentikan bila tidak lagi terlihat bagian suppositoria yang berada pada
spiral kaca tersebut ( fraksi suppositoria hilang dari spiral kaca )
6. Lakukan percobaan untuk masing-masing suppositoria sebanyak 3 kali

Penetapan kadar zat aktifnya dan disesuaikan dengan yang tertera pada
etiketnya.
Peralatan yang digunakan untuk uji penetapan kadar ialah peralatan
volumetrik seperti: buret, gelas ukur, pipet, termometer, serta timbangan yang
sesuai yang telah dikalibrasi. Penetapan kadar zat aktif dapat dilakukan dengan
metode titrimetri dengan terlebih dahulu melelehkan suppositoria. Untuk hasil
kadar yang diperoleh harus sama dengan yang tertera pada etiket. Apabila tidak
sama atau pun sama sekali tidak mendekati maka suppositoria tersebut harus
diulang.
Uji terhadap titik leburnya, terutama jika menggunakan bahan Oleum cacao.
Dalam farmakope, titik lebur, jarak lebur, dan suhu lebur zat didefinisikan
sebagai rentang suhu atau suhu pada saat zat padat menyatu dan melebur
sempurna. Alat penetapan suhu lebur adalah wadah gelas untuk tangas cairan
transparan, alat pengaduk yang sesuai, termometer yang akurat, dan sumber panas
yang terkendali.
Cairan dalam tangas memiliki kedalaman yang cukup sehingga termometer
dapat tercelup dengan pencadang raksa tetap berada lebih kurang 2 cm di atas dasar
tangas. Panas didapat dari api bebas atau listrik. Pipa kapiler berukuran panjang
lebih kurang 10 cm dan dalam diameter 0,8 mm sampai 1,2 mm dengan ketebalan
dinding 0,2 mm sampai 0,3 mm.

Universitas Harapan Bangsa || Daftar


Pustaka
Modul Praktikum Formulasi Sediaan Semi Solid Liquida 2018

Metode pengerjaan ialah dengan pertama-tama menggerus suppositoria


sampai halus. Mengisi pipa kapiler kaca yang salah satu ujungnya tertutup dengan
suppositoria tadi secukupnya hingga membentuk kolom didasar tabung dengan
tinggi 2,5 mm hingga 3,5 mm setelah diisi semampat mungkin. Kemudian
memanaskan tangas hingga suhu lebih kurang 10º dibawah suhu yang
diperkirakan, dan menaikkan suhu dengan kecepatan 1º sampai 0,5º per menit.
Letakkan termometer sampai suhu-suhu tersebut kemudian diangkat dan
menempelkan tabung kapiler untuk membasahinya dengan cairan dari tangas
Bila suhu mencapai 5º dibawah suhu temperatur yang diperkirakan,
dilanjutkan pemanasan hingga melebur sempurna. Metode ini dilakukan berulang
dengan pengadukan tetap pada tangas. Suhu pada saat kolom suppositoria yang
diamati terlepas sempurna dari dinding kapiler didefinisikan sebagai permulaan
melebur, dan suhu pada saat suppositoria melebur seluruhnya didefinisikan sebagai
akhir peleburan atau suhu lebur.
Untuk Oleum cacao karena merupakan bahan dasar yang titik leburnya
dapat turun atau naik jika ditambahkan bahan tertentu maka pemeriksaannya lebih
diutamakan. Oleum cacao nomal biasanya meleleh pada 31º-34ºC. Oleum cacao
dapat menunjukkan polimorfisme dari bentuk kristalnya pada pemanasan tinggi. Di
atas titik leburnya, Oleum cacao akan meleleh sempurna seperti minyak dan akan
kehilangan inti kristal stabil yang berguna untuk membentuk kristalnya kembali.
Untuk Oleum cacao karena merupakan bahan dasar yang titik leburnya
dapat turun atau naik jika ditambahkan bahan tertentu maka pemeriksaannya lebih
diutamakan. Oleum cacao nomal biasanya meleleh pada 31º-34ºC. Oleum cacao
dapat menunjukkan polimorfisme dari bentuk kristalnya pada pemanasan tinggi. Di
atas titik leburnya, Oleum cacao akan meleleh sempurna seperti minyak dan akan
kehilangan inti kristal stabil yang berguna untuk membentuk kristalnya kembali.
Untuk bahan dasar PEG maka suppositoria harus meleleh pada suhu tubuh
sekitar 37ºC, untuk titik lebur PEG pada keadaan normal adalah 35º-63ºC.
Untuk bahan dasar gelatin, tween, polietilen glikol, serta surfaktan juga
harus meleleh pada suhu tubuh. Apabila terjadi penyimpangan titik lebur maka
suppositoria harus diulang.

Universitas Harapan Bangsa || Daftar


Pustaka
Modul Praktikum Formulasi Sediaan Semi Solid Liquida 2018

Uji kerapuhan untuk menghindari kerapuhan selama pengangkutan.


Suppositoria hendaknya jangan terlalu lemah atau lembek maupun terlalu
keras yang menjadikannya sukar meleleh.
Untuk uji kerapuhan dapat digunakan uji elastisitas. Suppositoria dipotong
ke arah bagian yang melebar. Kemudian ditandai kedua titik pengukuran melalui
bagian yang melebar, dengan jarak tidak kurang dari 50% dari lebar bahan yang
datar. Kemudian diberikan beban seberat 20N (lebih kurang 2 kg) dengan cara
menggerakkan jari atau batang yang dimasukkan ke dalam tabung. Apabila terlalu
keras atau pun terlalu rapuh maka suppositoria harus diulangi.

Uji waktu hancur, untuk PEG 1000 15 menit, sedangkan untuk Oleum cacao
dingin 3 menit.
Uji waktu hancur untuk suppositoria dan adalah untuk menetapkan waktu
hancur atau menjadi lunaknya suatu sediaan suppositoria dalam waktu yang
ditetapkan apabila dimasukkan dalam suatu cairan media pada suatu kondisi
percobaan yang ditetapkan.
Alat yang digunakan ialah:
(a) suatu batang yang transparan yang terbuat dari kaca atau plastik yang sesuai
dengan tinggi 60 mm, diameter dalam 52 mm dan tebal dinding yang sesuai;
(b) suatu alat logam yang terdiri atas dua cakram logam tahan karat, masing-
masing cakram memiliki 39 lubang dengan diameter 4 mm dan tersebar
sedemikian rupa. Diameter dari cakram hampir sama dengan diameter dalam dari
tabung transparan. Cakram diletakkan terpisah pada jarak lebih kurang 30 mm dari
cakram lainnya. Alat logam tersebut dilekatkan pada bagian luar tabung transparan
dengan tiga alat pengait berjarak sama.
Cara kerjanya ialah dengan pertama-tama meletakkan satu suppositoria
pada cakram berlubang bawah dari alat logam dan memasukkan alat logam itu ke
dalam tabung transparan dan mengaitkan pada tabung. Mengulangi lebih lanjut
dengan dua suppositoria dengan alat logam dan tabung transparan. Menempatkan
alat dalam wadah berisi paling sedikit 4 liter air. Tiga alat tersebut semua dapat
ditempatkan bersama-sama dalam satu wadah berisi paling sedikit 12 liter air,
bersuhu antara 36º hingga 37º, dilengkapi dengan suatu pengaduk lambat dan alat

Universitas Harapan Bangsa || Daftar


Pustaka
Modul Praktikum Formulasi Sediaan Semi Solid Liquida 2018

penopang agar bagian atas alat berjarak 90 mm di bawah permukaan air. Setelah
tiap 10 menit, alat dibalikkan tanpa mengeluarkannya dari cairan.

Uji homogenitas.
Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, suppositoria
harus memiliki homogenitas atau keseragaman bobot dan keseragaman kandungan.
Untuk keseragam bobot, ditimbang dengan seksama 10 suppo, satu per
satu, dan dihitung berat rata-rata, dari hasil penetapan kadar maka dapat dihitung
jumlah zat aktif dari masing-masing dari 10 tablet dengan masing-masing 10
satuan sediaan terletak antara 85,0% hingga 115,0% dari yang tertera pada etiket
dan simpangan baku relatif kurang dari atau sama dengan 6,0%.

Universitas Harapan Bangsa || Daftar


Pustaka
Modul Praktikum Formulasi Sediaan Semi Solid Liquida 2018

PERCOBAAN 6
FORMULASI SATURASI

A. Tujuan
Mampu membuat formulasi saturasi dan uji fisik sediaan
B. Dasar Teori
Adalah sediaan yang digunakan untuk obat dalam. Saturasi dan
netra1isasi adalah larutan garam yang dibuat dengan mereaksikan asam dan
basa. Pada netralisasi gas. CO2 yang terjadi dibiarkan menguap sampai habis,
sedangkan pada aflitasi gas CO2 ditahan atau larutan digunakan dengan gas CO2.
Penambahan zat pada saturasi harus diatur sehingga tidak perlu digojok, misal :
1. Zat-zat netral dimasukkan dalam larutan asam.
2. Tinctur, zat-zat yang mudah menguap, ekstrak dalam jumlah sedikit dan
garam alkaloid dilarutkan dalam bagian asam.
3. Senyawa yang bereaksi alkalis dilarutkan dalam basa.
Zat yang tidak larut tidak boleh dilarutkan dalam saturasi tetap dipisah atau
dibuat serbuk. Wadah atau botol tempat larutan volumenya harus 20 % lebih
besar dari volume larutan dan botol segera ditutup dengan gabus dan diikat
dengan benang.
Contoh saturasi adalah Polio Riven sedangkan contoh netralisasi adalah Potio
Magnesici Citratis.

C. Alat dan Bahan


1. Seperangkat alas gelas
2. Mortar dan stamfer
3. Alat uji viskositas
4. Alat uji pH
5. Piknometer
6. Asam Sitrat
7. Vitamin C
8. essen jeruk
9. madu
10. Sirop Gula
Universitas Harapan Bangsa || Daftar
Pustaka
Modul Praktikum Formulasi Sediaan Semi Solid Liquida 2018

11. Aquadest

Formulasi :
Larutkanlah : Asam Sitrat 5
Air 50
Vitamin C 5
Sirop Gula 25
Tuangkan zat cair ini perlahan-lahan pada larutan dari :
Natrium hidrogen karbonat 6
Air 110

D. Prosedur Kerja
Penimbangan : sesuaikan dengan jumlah yang diminta
Khasiat : penyegar
Produk rujukan : Soft drink
Cara Kerja :
1. Bic Natric dilarutkan secara Levigatio dengan air basa, masukkan botol yang
sudah siap dengan simpul sampangnye
2. Asam sitrat masukkan gelas beker, larutkan dengan air asam aduk hingga
larut, tambahkan Vitamin C yang sudah dilarutkan air dan sirup simplex
(Larutan sukrosa), essen jeruk, madu aduk hingga homogen.
3. Bagian asam masukkan ke dalam bagian basa (2/3 bagian pelan-pelan
melalui dinding botol sambol digoyangkan, 1/3 bagian masukkan sekaligus
melewati dinding botol langsung tutup rapat-rapat dengan simpul
sampanye).

E. Evaluasi
1. Organoleptis sediaan
2. Uji viskositas
Uji viskositas bisa menggunakan alat viskosimeter osword
3. Uji bobot jenis
Bobot jenis diukur menggunakan piknometer pd suhu 25ºC

4. Uji pH
Universitas Harapan Bangsa || Daftar
Pustaka
Modul Praktikum Formulasi Sediaan Semi Solid Liquida 2018

Dengan pH meter atau pH stik

Universitas Harapan Bangsa || Daftar


Pustaka
Modul Praktikum Formulasi Sediaan Semi Solid Liquida 2018

PUSTAKA

Allen, Jr. L. V., Popovich, N. G. and Ansel, H. C., 2005, Disperse Systems, in Ansel's
Pharmaceutical Dosage Farms and Drug Delivery Systems, 8th ed, p. 385 - 442.
Lippincott Williams & Wilkins - Philadelphia, Baltimore, New York, London,
Buenos Aires, Hongkong, Sydney, Tokyo.
Anief, M. 1997 b, Ilmu Meracik Obat. Gajah Mada University Press, Yogyakarta
Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi 4, Universitas Indonesia
Press: Jakarta
Crowley, 0. J. and Martini, L. G., 2007, Excipients for Pharmaceutical Dosage Forms,
in Swarbrick, J. (ed.), Encyclopedia of Pharmaceutical Technology, 3rd ed., vol. 3,
p. 1609 —1621. Katdare, A. and Chaubal, M. V. (eds.), 2006, Excipients
Development for Pharmaceutical, Biotechnology, and Drug Delivery Systems,
Informa Healthcare, New York, London. Nema, S., Brendel, R. J., and Washkuhn,
R. W., 2007, Excipients: Parenteral Dosage Forms and Their Role, in Swarbrick, J.
(ed.), Encyclopedia of Pharmaceutical Technology, 3rd ed., vol. 3, p. 1622 —
1645.
Eccleston, G. M., 1992, Emulsion, in Swarbrick, J. and Boylan, J. C. (eds.),
Encyclopedia of Pharmaceutical Technology, vol. 5, p. 137 - 188. Marcel Dekker
Inc., New York, Basel, Hongkong.
Eccleston, G. M., 2007, Emulsion and Microemulsion, in Swarbrick, J. and Boylan, J.
C. (eds.), Encyclopedia of Pharmaceutical Technology, 3rd ed., vol. 3, p. 1548
-1565, Informa Health care, New York, London.
Friberg, S. E., Goldsmith, L. B. and Hilton, M. L., 1988, Theory of Emulsions, in
Liberman, H. A., Rieger, M. M., and Banker, G. S. (eds.), Pharmaceutical Dosage
Forms: Disperse Systems, vol. 1, p. 49 - 91. Marcel Dekker Inc., New York,
London. Idson, B., 1988, Pharmaceutical Emulsions, in Lieberman, H. A., Rieger,
M. M. and Banker, G. S. (eds.), Pharmaceutical Dosage Forms: Disperse Systems,
vol. 1, p. 199 — 243. Marcel Dekker Inc., New York, London.
Lachman L., Liebarman A. H., Kanig L., J., 1994. Teori dan praktik Farmasi Industri,
Edisi III, diterjemahkan oleh Siti Suyatmi, hal 1092-1145 UI Press. Jakarta
Martin, A., Bustamante P., and Chun A.H.C., 1993. Physical Pharmacy: Physical
Ckemical Principles in the Pharmaceutical Sciences, Ed. 4th. 325-332, Lea &
Febiger, Phyladelphia.
Rowe, R. C., Sheskey, P. J., and Quinn , M. E. (eds.), 2009, Handbook of
Pharmaceutical Excipients 6 th ed AphAand Pharmaceutical Press, London,
Chicago. USP 34 — NF 29. 2011 Page 555. Pharmacopeia' Forum, Vol No: 35 (5)
p 1228.
Sherman, P. (ed.)., 1968, Emulsion Science, Academic Press., London and New York.

Universitas Harapan Bangsa || Daftar


Pustaka
Modul Praktikum Formulasi Sediaan Semi Solid Liquida 2018

LAMPIRAN 1. Contoh Cover Laporan Sementara

LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM FORMULASI SEDIAAN SEMI SOLID LIQUIDA
PERCOBAAN 1
PENGARUH BASIS TERHADAP SIFAT SEDIAAN SALAP

Disusun oleh :
Nama : Amalul Fasha
NIM / Kelas : 170105005

LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI


PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
2019

LAMPIRAN 2. Contoh Cover Laporan Akhir

LAPORAN AKHIR
PRAKTIKUM FORMULASI SEDIAAN SEMI SOLID LIQUIDA
PERCOBAAN 1
PENGARUH BASIS TERHADAP SIFAT SEDIAAN SALAP

Universitas Harapan Bangsa || Lampiran 1


Modul Praktikum Formulasi Sediaan Semi Solid Liquida 2018

Disusun oleh :

Nama : Amalul Fasha

Nim / Kelas : 170105005 / A1

Hari/Tgl Praktikum : Senin, 15 Oktober 2019

LABORATORIUM TEKNOLOGI FARMASI


PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA
2019

Universitas Harapan Bangsa || Lampiran 2


Modul Praktikum Formulasi Sediaan Semi Solid Liquida 2018

LAMPIRAN 3. Format Laporan

[Laporan ditulis tangan dengan pulpen warna biru pada kertas ukuran A4, laporan
akhir dikumpulkan maksimal 1 minggu setelah pelaksanaan praktikum]
A. TUJUAN PRAKTIKUM
[Sesuai tujuan praktikum yang akan dilaksanakan]
B. DASAR TEORI
[Berisi teori yang relevan dengan acara praktikum yang akan dilaksanakan
(minimal 2 halaman)]
C. ALAT DAN BAHAN
[Sesuai kebutuhan praktikum yang akan dilaksanakan]
D. CARA KERJA
[menggunakan kalimat pasif]
Pembuatan larutan ...
Tahap 1

Tahap 2

Tahap 3
E. HASIL PERCOBAAN
[Berupa hasil pengamatan, hasil perhitungan, atau yang lainnya]
F. PEMBAHASAN
[Setiap tahap percobaan dan hasil percobaan dibahas sesuai teori yang
relevan]
G. KESIMPULAN
[Menjawab tujuan praktikum berdasarkan hasil praktikum]
H. DAFTAR PUSTAKA
[Minimal dari 3 pustaka berbeda]
I. LAMPIRAN
[Jika ada dilampiran hasil foto atau gambar yang merupakan hasil percobaan]

Universitas Harapan Bangsa || Lampiran 3

Anda mungkin juga menyukai