Formulasi Teknologi
Sediaan Semi Solid Liquida
DISUSUN OLEH :
Tim Penyusun
Ns. Martyarini B,S., S.Kep., M.Kep. Ikhwan Yuda Kusuma, M.Si., Apt.
NIK. 107009180384 NIK. 113311151290
Menyetujui,
Ketua STIKes
Penyusun menyadari bahwa modul ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, tegur sapa dan koreksi diharapkan untuk perbaikan petunjuk
praktikum ini. Semoga modul praktikum ini dapat memberikan manfaat besar
bagi para mahasiswa. Aamiin.
Penyusun
TATA TERTIB PRAKTIKUM FORMULASI SEDIAAN SEMI SOLID LIQUIDA
Evaluasi praktikum Formulasi Sediaan Semi Solid Liquida merupakan 30% dari total
nilai mata kuliah Formulasi Sediaan Semi Solid Liquida. Evaluasi praktikum
Formulasi Sediaan Semi Solid Liquida memiliki 4 komponen penilaian, yaitu:
1. Skill Lab : (Nilai maksimal : 90)
(25%) Kesiapan praktikan (tidak terlambat, menggunakan jas dan alat
pelindung). (Bobot nilai : 15)
Praktikan mengumpulkan laporan sementara (Lampiran 1) dengan
benar dan mengumpulkan tepat waktu (sebelum praktikum dimulai)
(Bobot nilai : 20)
Praktikan mengerjakan sendiri semua acara/percobaan dan apakah
aktivitasnya seimbang dengan patner dalam kelompok. Praktikan
mengerjakan praktikum secara lengkap (persiapan, pelaksanaan
percobaan, merapikan, membersihkan dan memberesi alat dan bahan
setelah praktikum berakhir). (Bobot nilai : 40)
Praktikan menyelesaikan praktikum sesuai waktu yang ditentukan.
(Bobot nilai : 15)
2. Pretest/ : (Nilai maksimal : 100)
postest Praktikan mampu menjawab dengan benar pertanyaan yang diberikan.
(15%)
3. Laporan : (Nilai maksismal : 90)
(20%) Laporan sementara ditulis dengan lengkap (tujuan, dasar teori, alat
dan bahan, skema kerja ditulis skematis/ sistematis) (Lampiran 1)
(Bobot nilai : 30)
Data hasil kegiatan pengamatan dan gambar sudah selesai semua
dalam satu acara praktikum (Bobot nilai : 20)
Pembahasan disusun dengan lengkap dan tajam, dengan diperkuat
literatur/ teori, jurnal atau penelitian yang berkaitan (Bobot nilai : 30)
Kesimpulan sesuai dengan hasil praktikum dan mengarah kepada
tujuan praktikum (Bobot : 5)
Daftar pustaka minimal 3 dan tata penulisan benar (Bobot : 5)
4. Responsi : (Nilai maksimal : 100)
(40%) Praktikan mampu menjawab dengan benar pertanyaan yang diberikan.
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul............................................................................................................................. i
Halaman Pengesahan................................................................................................................ ii
Kata Pengantar............................................................................................................................ iii
Tata Tertib Praktikum............................................................................................................... iv
Evaluasi Praktikum.................................................................................................................... vi
Daftar Isi......................................................................................................................................... viii
Daftar Tabel.................................................................................................................................. ix
Percobaan 1. Pengaruh Basis Terhadap Sifat Sediaan Salap................................... 1
Percobaan 2. Formulasi gel aminofilin dengan hpmc, na. Cmc dan carbopol sebagai
bahan pembentuk gel.................................................................................................................. 5
Percobaan 3. Pengaruh HLB terhadap stabilitas emulsi............................................... 9
Percobaan 4. Floculating agent terhadap sifat fisik suspense…………......................... 12
Percobaan 5. Pengaruh basis terhadap sifat fisik sediaan supositoria...................... 16
Percobaan 6. Formulasi Saturasi........................................................................................ 23
Daftar Pustaka
Lampiran 1. Contoh Cover Laporan Sementara
Lampiran 2. Contoh Cover Laporan Akhir
Lampiran 3. Format Laporan
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Format Data Pengamatan.................................................................................... 7
Tabel 2. Format Data Pengamatan.................................................................................... 8
Tabel 3. Format Data Pengamatan....................................................................................
.................................................................................................................................. 15
Modul Praktikum Formulasi Sediaan Semi Solid Liquida 2018
PERCOBAAN 1
A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Pengujian salap tentang: daya menyebar, daya melekat, dan kemampuan
proteksi.
2. Mempelajari pelepasan obat dari sediaan salap.
3. Mempelajari pengaruh basis terhadap sifat fisik dan pelepasan obat salep
B. DASAR TEORI
Salep adalah sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian topikal pada
kulit atau selaput lendir.Salep tidak boleh berbau tengik. Kecuali dinyatakan lain
kadar bahan obat dalam salep yang mengandung obat keras atau narkotika adalah
10 % (FI ed IV)
Penggolongan Salep
1. Menurut konsistensinya salep dibagi menjadi :
a. Unguenta : adalah salep yang mempunyai konsistensi seperti mentega, tidak
mencair pada suhu biasa tetapi mudah dioleskan tanpa memakai tenaga
b. Cream : adalah salep yang banyak mengandung air, mudah diserap kulit.
Suatu tipe yang dapat dicuci dengan air.
c. Pasta : adalah suatu salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat
(serbuk). Suatu salep tebal karena merupakan penutup atau pelindung bagian
kulit yang diberi.
d. Cerata : adalah suatu salep berlemak yang mengandung persentase tinggi
lilin (waxes), sehingga konsistensinya lebih keras.
e. Gelones Spumae : (Jelly) adalah suatu salep yang lebih halus. Umumnya
cair dan mengandung sedikit atau tanpa lilin digunakan terutama pada
membran mukosa sebagai pelicin atau basis. Biasanya terdiri dari campuran
sederhana minyak dan lemak dengan titik lebur yang rendah.
Formula salap
D. CARA KERJA
Pembuatan Formula
2. Letakkan objek glas yang lain diatas salap tersebut. Tekanlah dengan beban 1
kg selama 5 menit
3. Pasanglah objek glas pada alat tes
4. Lepaskan beban seberat 80 g dan dicatat waktunya sehingga kedua objek glas
tersebut terlepas
5. Ulangi sebanyak 3x
6. Lakukan tes untuk formula salap yang lain dengan masing-masing 3 kali
percobaan
Kemampuan Proteksi
1. Ambillah sepotong kertas saring (10x10 cm). Basahilah dengan larutan
fenolftalein untuk indikator. Setelah itu kertas dikeringkan (no.1)
2. Olesi kertas tsb pd no.1 dg salap yg akan dicoba (satu muka) spt lazim orng
menggunakan salap (no.2)
3. Pada kertas saring yg lain , buatlah suatu areal (2,5x2,5 cm) dg parafin padat yg
dilelehkan. Setelah dingin/kering didapat areal yg dibatasi dg parafin padat
(no.3)
4. Pada kertas saring yg lain , buatlah suatu areal (2,5x2,5 cm) dg parafin padat yg
dilelehkan. Setelah dingin/kering didapat areal yg dibatasi dg parafin padat
(no.3)
5. Teteskan/basahi areal tsb dengan larutan KOH 0,1 N
6. Lihatlah sebelah kertas yg dibasahi dengan lart.fenolftalein pd T 15, 30, 45, 60
detik, 3&5 menit. Apakah ada noda merah/kemerahan pd krtas tsb?
7. Jika ada noda= salap dpt memberikan proteksi thdp cairan (lart.KOH)
8. Lakukan percobaan salap lain.
aquadest 37˚C
6. Tetapkan kadar as.salisilat dalam cntoh tsb dg cara: 5 ml cnth medium + 1 tetes
larutan FeCl3, baca absorbansi pada spektrofotometer dengan panjang gel 525
nm
7. Hitung berapa salisilat yang terlarut dalam medium, bandingkan pelepasan obat
dari kedua jenis basis salap tersebut obat dari kedua jenis basis salap tersebut.
Catatan : Kurva baku: Y=8,25.10ˉ4 X + 0,082
Y=absorbansi, X= kadar sa.salisilat (µg/ml)
Tes/Uji pH salap
Sediaan kulit hendaknya memiliki pH yang kurang lebih mirip dengan pH kulit
sehingga tidak mudah mengiritasi kulit. Pengujian pH sediaan dilakukan dengan
cara menyiapkan larutan homogen salep 10% w/v, kemudian larutan tersebut
dihitung pH-nya dengan pH meter, catat hasil yang tertera pada alat pH meter
(Mehta. dkk, 2013).
1. pH stick dicelupkan ke dalam sediaan gel, sesuaikan
dengan indikator
2. replikasi 3x tiap formulasi
PERCOBAAN 2
A. Tujuan
Mempelajari formulasi gel aminofilin dalam berbagai bahan pembentuk gel.
B. Dasar Teori
Gel merupakan sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari
partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh
suatu cairan. gel kadang – kadang disebut jeli. (FI IV,hal 7).
Gel adalah sediaan bermassa lembek, berupa suspensi yang dibuat dari
zarah kecil senyawaan organik atau makromolekul senyawa organik, masing-
masing terbungkus dan saling terserap oleh cairan(Formularium Nasional, hal
315).
A. Berdasarkan sifat pelarut :
Hidrogel (pelarut air).
Hidrogel pada umumnya terbentuk oleh molekul polimer hidrofilik
yang saling sambung silang melalui ikatan kimia atau gaya kohesi seperti
interaksi ionik, ikatan hidrogen atau interaksi hidrofobik. Hidrogel
mempunyai biokompatibilitas yang tinggi sebab hidrogel mempunyai
tegangan permukaan yang rendah dengan cairan biologi dan jaringan
sehingga meminimalkan kekuatan adsorbsi protein dan adhesi sel; hidrogel
menstimulasi sifat hidrodinamik dari gel biological, sel dan jaringan dengan
berbagai cara; hidrogel bersifat lembut/lunak, elastis sehingga
meminimalkan iritasi karena friksi atau mekanik pada jaringan sekitarnya.
Kekurangan hidrogel yaitu memiliki kekuatan mekanik dan kekerasan yang
rendah setelah mengembang.Contoh : bentonit magma, gelatin
Organogel (pelarut bukan air/pelarut organik).
Contoh : plastibase (suatu polietilen dengan BM rendah yang terlarut
dalam minyak mineral dan didinginkan secara shock cooled), dan dispersi
logam stearat dalam minyak.
Xerogel.
Gel yang telah padat dengan konsentrasi pelarut yang rendah
diketahui sebagai xerogel. Xerogel sering dihasilkan oleh evaporasi pelarut,
sehingga sisa – sisa kerangka gel yang tertinggal. Kondisi ini dapat
dikembalikan pada keadaan semula dengan penambahan agen yang
mengimbibisi, dan mengembangkan matriks gel. Contoh : gelatin kering,
tragakan ribbons dan acacia tears, dan sellulosa kering dan polystyrene.
B. Berdasarkan bentuk struktur gel:
Kumparan acak
Heliks
Batang
Bangunan kartu
C. Berdasarkan jenis fase terdispersi (FI IV, ansel):
Gel fase tunggal, terdiri dari makromolekul organik yang tersebar serba
sama dalam suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan
antara molekul makro yang terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat
dibuat dari makromolekul sintetik (misal karbomer) atau dari gom alam
(misal tragakan). Molekul organik larut dalam fasa kontinu
Gel sistem dua fasa, terbentuk jika masa gel terdiri dari jaringan partikel
kecil yang terpisah. Dalam sistem ini, jika ukuran partikel dari fase
terdispersi relatif besar, masa gel kadang-kadang dinyatakan sebagai
magma.Partikel anorganik tidak larut, hampir secara keseluruhan
terdispersi pada fasa kontinu.
Formula gel
Jumlah (%)
bahan
FI FII FIII
aminofilin 2 2 2
HPMC 4000 2 - -
Na. CMC - 4 -
Carbopol - - 0,5
propilen glikol 10 10 10
metil paraben 0,2 0,2 0,2
TEA - - 2
aquadest ad 100 ad 100 ad 100
D. Prosedur Kerja
1. Bahan pembentuk gel (HPMC, Na.CMC, Carbopol) dikembangkan dlm air panas
2. Aduk dalam mortir shg terdispersi sempuna dan terbentuk basis gel
3. Metil paraben dilarutkan dlm propilen glikol, campur ke dlm basis gel aduk
homogen
4. Aminofilin yg tlh dilarutkan air panas dimasukkan, aduk homogeny
E. Evaluasi
Pengamatan organoleptis
1. meliputi pengamatan bentuk, warna, dan bau
Pengukuran pH
1. pH stick dicelupkan ke dalam sediaan gel, sesuaikan dengan indikator
2. replikasi 3x tiap formulasi
Pengukuran viskositas gel
1. sediaan sebanyak 150 g dimasukkan dlm cup, pasang spindel dan rotor
dijalankan
2. catat hasil stlh viskometer menunjukkan angka stabil
Tes daya menyebar Gel
1. Timbanglah 0,5 g gel. Letakkan ditengah alat tersebut (kaca bulat)
2. Timbanglah kaca yang satunya. Letakkan kaca tersebut diatas masa salep dan
biarkan selama 1 menit
3. Ukurlah berapa diameter gel yang menyebar (dengan mengambil panjang rata-
rata diameter dari beberapa sisi)
4. Tambahkan 50 g beban tambahan, diamkan selama 1 menit dan catatlah
diameter gel yang menyebar seperti sebelumnya
5. Teruskanlah dengan menambah tiap kali dengan beban tambahan 50 g dan catat
diameter gel yang menyebar, setelah satu menit
6. Gambarkanlah dalam grafik hubungan antara beban dan luas gel yang
menyebar
7. Ulangilah masing-masing 3 kali untuk tiap gel yang diperiksa
Kemampuan Proteksi
PERCOBAAN 3
A. Tujuan
Mengetahui pengaruh HLB terhadap stabilitas emulsi.
B. Dasar Teori
Emulsi adalah sistem (sediaan) heterogen yang terdiri atas 2 cairan tidak
tercampur (secara konvensi dinyatakan sebagai minyak dan air), salah satunya
terdispersi sebagai tetesan halus secara uniform pada fasa lainnya. Emulsi yang
secara termodinamika tidak stabil akan kembali memisah menjadi fasa air dan
fasa minyak bila dipanaskan atau mengalami koalesensi tetesan, kecuali jika
secara kinetika distabilkan dengan komponen ketiga, yaitu agen pengemulsi.
Fasa yang berada dalam bentuk tetesan halus dinamakan fasa terdispersi atau
fasa internal, dan cairan di sekitar dikenal sebagai fasa kontinu atau fasa luar.
Sediaan berbentuk emulsi merupakan pendekatan yang efektif untuk
mengatasi banyak masalah dalam sistem penghantaran obat. Sediaan berbentuk
emulsi se tnenunjukkan manfaat dan keuntungan yang berbeda dari bentuk
sediaan lain melalui peningkatan ketersediaan hayati dan/atau mengurangi efek
samping yang merugikan. Di samping keuntungan dan manfaat sediaan
berbentuk emulsi tersebut bentuk sediaan emulsi tidak digunakan secara luas
untuk sediaan oral atau parenteral karena masalah yang sangat mendasar, yaitu
ketidakstabilan emulsi yang dapat menimbulkan masalah dalam profil pelepasan
obat dan masalah terkait toksisitas. Potensi pengembangan sediaan farmasi
berbentuk emulsi ini sudah dipertimbangkan sampai diperoleh sediaan
berbentuk emulsi yang stabil secara fisika dan kimia. Emulsi multipel jauh lebih
sulit untuk distabilkan dan di karakterisasi, walaupun sangat potensial untuk
diaplikasikan pada sistem penghantaran obat, dan sampai saat ini belum ada
sediaan emulsi multipel yang beredar dan dikomersialkan.
C. Bahan
1. Oleum Arachidis
2. Tween 80
3. Span 80
Universitas Harapan Bangsa || Daftar
Pustaka
Modul Praktikum Formulasi Sediaan Semi Solid Liquida 2018
4. Aquqdest
Alat
1. Mortir+Stamfer
2. Seperangkat alat gelas
3. Alat uji viskositas
4. Piknometer
5. Alat Sentrifugasi
Formulasi
R/ Oleum arachidis 10 g
Tween 80 + Span 80 2,5 g
Aquadest ad 50 g
Formula I II III
Tween 80 75 50 25
Span 80 25 50 75
D. Prosedur Kerja
1. Ol. Arachidis ditambah span 80, panaskan diatas penangas air suhu 70° C
2. Siapkan air yg dipanasi 70° C tambah tween 80
3. Tuangkan bagian air ke bagian minyak porsi per porsi sambil diaduk
4. Masukkan cairan ke dlm mortir, aduk selama 1 menit
5. Masukkan ke dlm beker glas sambil diaduk sampai dingin
E. Evaluasi sediaan emulsi
1. Uji bobot jenis
Bobot jenis diukur menggunakan piknometer pd suhu 25ºC
2. Uji pH
Dengan pH meter atau pH stik
3. Uji stabilitas
Uji stabilitas secara fisik meliputi bau, warna, homogenitas, pH dan
viskositas pada suhu 26-29ºC, temperature tinggi dan rendah
4. Uji sedimentasi
Sediaan dimasukkan kedlm gelas ukur 100mL sebanyak 50mL ,ditutup dg
kertas aluminium foil, diamati sedimen yg terbentuk dan dg mengukur
perbandingan tinggi endapan dg tinggi larutan
Universitas Harapan Bangsa || Daftar
Pustaka
Modul Praktikum Formulasi Sediaan Semi Solid Liquida 2018
5. Uji redispersibilitas
Msukkan sediaan kedalam botol 100ml, sebanyak 100ml sediaan didiamkan
8 minggu, setelah 8 minggu dilakukan redispersi dg cara membalikkan botol
dg sudut 90º, kemudian catat jml pengocokan yg diperlukan sehingga semua
terdispersi dg baik
6. Uji sentrifugasi
Sediaan dimasukkan dlm tabung sentrifugasi kemudian dilakukan sentrifusi
atau perputaran dg kecepatan 3000rpm selama 30menit
7. Uji viskositas
Uji viskositas bisa menggunakan alat viskosimeter
a. Metode warna
b. Metode pengenceran
c. Percobaan pencucian
d. Metode cincin
e. Pengukuran daya hantar listrik
PERCOBAAN IV
FLOCULATING AGENT TERHADAP SIFAT FISIK SUSPENSI
A. Tujuan
Mempelajari pengaruh floculating agent terhadap sifat fisik suspensi
B. Dasar Teori
gojok minimal suspensi sangat kental saat disimpan. Ketika dilakukan agitasi
(gojokan tinggi), sedimentasi melambat dan menunjukkan viskositas yang
rendah sehingga memudahkan penuangan sediaan dari botol.
1. Timbangan Analitik
2. Gelas ukur
3. Pengaduk Kaca
4. Tabung reaksi bersekala
5. Rak tabung Reaksi
6. Stopwatch
7. Mikroskop berskala
8. Sulfadiazin
9. DSS
10. AlCl3
11. Aquadest
12. Hidroksi propil selulosa (HPC)
13. Metil selulosa
Formula
FORMULA I II III
Sulfadiazin (g) 2 2 2
DSS (mg) 20 20 20
AlCl3 (mg) - 2 4
Akuades ad (ml) 20 20 20
D. Prosedur Kerja
1. Larutkan DSS ke dalam sebagian akuades
2. Serbuk sulfadiazin didispersikan dalam larutan yang mengandung DSS, aduk
sampai semua serbuk terbasahi. Jika perlu tambahkan sedikit akuades
3. Tambahkan larutan AlCl3 secara seksama pada formula B, C dan A
4. Aduk hingga homogen dan terjadii suatu dispersi terflokulasi
5. Dispersi kemudian dituang ke dalam tabung reaksi berskala
6. Ditambah akuades ad 20 ml lalu gojog hingga homogen
7. Tempatkan tabung dalam rak tabung
Universitas Harapan Bangsa || Daftar
Pustaka
Modul Praktikum Formulasi Sediaan Semi Solid Liquida 2018
8. Catat tinggi pengendapan pada waktu 0. 5. 15, 25, 30 dan 60 menit. Amati pula
supernatannya
9. Tentukan suspensi yg deflokulasi dan flokulasi
10. Buat grafik t Vs harga F untuk kelima formula tsb
11. Hitung derajat flokulasi suspensi ( β= F/FF̴ )
12. Tentukan ukuran partikel (min. 20 partiakel )
PERCOBAAN 5
A. Tujuan
1. Mempelajari cara pembuatan suppositoria
2. Mempelajari cara evaluasi suppositoria dengan penetapan waktu hancur dan
waktu lelehnya
3. Mempelajari pengaruh penambahan basis terhadap sifat fisik sediaan
suppositoria
B. Dasar Teori
Supioitoria adalah sediaan padat yang digunakan melalui dubur, umumnya
berbentuk torpedo, dapat rne1arut atau meleleh pada suhu tubuh. Bahan dasar harus
larut dalam air atau meleleh pada suhu tubuh. Sebagai bahan dasar digunakan
lemak coklat, polietilenglikol berbobot molekul tinggi, lemak atau bahan lain yang
cocok, kecuali dinyatakan lain digunakan lemak coklat. Bobot supposiroria kalau
tidak dinyatakan lain adalah 3gram untuk orang dewasa dan 2gram untuk anak.
Bentuk suppositoria, dapat digunakan melalui :
1) Rectal yang disebut rectal suppos, berbentuk torpedo.
2) Vagina yang disebut pessaries berbentuk ovula.
Oleum cacao merupakan bahan dasar suppos yang paling banyak
digunakan. Oleum cacao merupakan Trigliserida dan asam oleat, stearat dan
palmitat dengan warna putih kekuningan. Meleleh pada suhu antara 30o – 35o C.
Oleum cacao dapat menunjukkan polimorfisme dan bentuk kristalnya karena
pemanasan yang tinggi diatas titik leburnya Penambahan 3 % menyebabkan titik
lebur lebih rendah daripada titik lebur oleum cacao sendiri tetapi dengan
penambahan 6% cera dapat menaikkan titik leburnya sampai 37o C.
Polyetilenglikol ( PEG ) merupakan senyawa organik dengan bobot molekul
200 - 20.000, dengan bentuk cair dan padat. PEG padat mempunyai titik lebur
antara 37o- 63° C. PEG tidak meleleh pada suhu tubuh tetapi larut dalam cairan
sekresi tubuh.
Pembuatan Suppositoria.
1) Metode dingin; dicetak dengan tangan.
2) Metode panas : - dicetak dengan penuangan.
Universitas Harapan Bangsa || Daftar
Pustaka
Modul Praktikum Formulasi Sediaan Semi Solid Liquida 2018
D. Prosedur Kerja
1. Masing-masing bahan ditimbang (untuk 12 formula )
2. Gerus Na salisilat dalam mortir + 2/3 ol.cacao, aduk sampai homogen
3. Lelehkan cera flava dengan 1/3 ol. Cacao dalam cawan porselin diatas PA
4. Masukkan lelehan cera flava kedalam mortir yang berisi Na salisilat, aduk
5. Selagi panas masukkan kedalam cetakan supositoria yang telah diberi
pelumas , biarkan sebentar lalu masukkan kedalam lemari es
6. Setelah kira-kira 3 jam lepaskan suppositoria dari cetakan
7. Simpan suppositoria dalam lemari es
1) Masing-masing bahan ditimbang sesuai jumlah yang diperlukan
2) Gerus halus Na salisilat dalam mortir dan PEG 400, aduk dengan stamper
sampai homogen
3) Lelehkan PEG 6000 dalam cawan porselin diatas PA
4) Masukkan lelehan PEG kedalam mortir, aduk sampai homogen
5) Selagi panas masukkan kedalam cetakan suppositoria, biarkan sebentar
kemudian masukkan kedalam lemari es
6) Setelah kira-kira 3 jam,lepaskan suppositoria dari cetakan suppositoria
7) Simpan suppositoria dalam lemari es.
E. EVALUASI
Penetapan Waktu Hancur
1. Siapkan suppositoria yang akan ditetapkan waktu hancurnya
2. Letakkan suppositoria pada tempat pemeriksaan (jangan dibebani apapun)
3. Siapkan stopwatch, mulailah memberi beban (600 g) suppositoria dan pada
saat yang sama jalankan stopwatch
4. Tambahkan beban 200 g tiap interval 1 menit selama suppositoria belum
hancur
5. Hentikan stopwatch bila suppositoria sudah hancur
Catat waktu dan beban yang diperlukan sehingga suppositoria tersebut hancu
Pembacaan beban sbb :
Antara 0-20 detik : beban tambahan dianggap tidak ada
Antara 21-40 detik : beban tambahan dihitung setengahnya
Antara 40-60 detik : beban tambahan dihitung penuh
Lakukan percobaan tersebut untuk masing-masing suppositoria sebanyak 3
kali
Universitas Harapan Bangsa || Daftar
Pustaka
Modul Praktikum Formulasi Sediaan Semi Solid Liquida 2018
Penetapan kadar zat aktifnya dan disesuaikan dengan yang tertera pada
etiketnya.
Peralatan yang digunakan untuk uji penetapan kadar ialah peralatan
volumetrik seperti: buret, gelas ukur, pipet, termometer, serta timbangan yang
sesuai yang telah dikalibrasi. Penetapan kadar zat aktif dapat dilakukan dengan
metode titrimetri dengan terlebih dahulu melelehkan suppositoria. Untuk hasil
kadar yang diperoleh harus sama dengan yang tertera pada etiket. Apabila tidak
sama atau pun sama sekali tidak mendekati maka suppositoria tersebut harus
diulang.
Uji terhadap titik leburnya, terutama jika menggunakan bahan Oleum cacao.
Dalam farmakope, titik lebur, jarak lebur, dan suhu lebur zat didefinisikan
sebagai rentang suhu atau suhu pada saat zat padat menyatu dan melebur
sempurna. Alat penetapan suhu lebur adalah wadah gelas untuk tangas cairan
transparan, alat pengaduk yang sesuai, termometer yang akurat, dan sumber panas
yang terkendali.
Cairan dalam tangas memiliki kedalaman yang cukup sehingga termometer
dapat tercelup dengan pencadang raksa tetap berada lebih kurang 2 cm di atas dasar
tangas. Panas didapat dari api bebas atau listrik. Pipa kapiler berukuran panjang
lebih kurang 10 cm dan dalam diameter 0,8 mm sampai 1,2 mm dengan ketebalan
dinding 0,2 mm sampai 0,3 mm.
Uji waktu hancur, untuk PEG 1000 15 menit, sedangkan untuk Oleum cacao
dingin 3 menit.
Uji waktu hancur untuk suppositoria dan adalah untuk menetapkan waktu
hancur atau menjadi lunaknya suatu sediaan suppositoria dalam waktu yang
ditetapkan apabila dimasukkan dalam suatu cairan media pada suatu kondisi
percobaan yang ditetapkan.
Alat yang digunakan ialah:
(a) suatu batang yang transparan yang terbuat dari kaca atau plastik yang sesuai
dengan tinggi 60 mm, diameter dalam 52 mm dan tebal dinding yang sesuai;
(b) suatu alat logam yang terdiri atas dua cakram logam tahan karat, masing-
masing cakram memiliki 39 lubang dengan diameter 4 mm dan tersebar
sedemikian rupa. Diameter dari cakram hampir sama dengan diameter dalam dari
tabung transparan. Cakram diletakkan terpisah pada jarak lebih kurang 30 mm dari
cakram lainnya. Alat logam tersebut dilekatkan pada bagian luar tabung transparan
dengan tiga alat pengait berjarak sama.
Cara kerjanya ialah dengan pertama-tama meletakkan satu suppositoria
pada cakram berlubang bawah dari alat logam dan memasukkan alat logam itu ke
dalam tabung transparan dan mengaitkan pada tabung. Mengulangi lebih lanjut
dengan dua suppositoria dengan alat logam dan tabung transparan. Menempatkan
alat dalam wadah berisi paling sedikit 4 liter air. Tiga alat tersebut semua dapat
ditempatkan bersama-sama dalam satu wadah berisi paling sedikit 12 liter air,
bersuhu antara 36º hingga 37º, dilengkapi dengan suatu pengaduk lambat dan alat
penopang agar bagian atas alat berjarak 90 mm di bawah permukaan air. Setelah
tiap 10 menit, alat dibalikkan tanpa mengeluarkannya dari cairan.
Uji homogenitas.
Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, suppositoria
harus memiliki homogenitas atau keseragaman bobot dan keseragaman kandungan.
Untuk keseragam bobot, ditimbang dengan seksama 10 suppo, satu per
satu, dan dihitung berat rata-rata, dari hasil penetapan kadar maka dapat dihitung
jumlah zat aktif dari masing-masing dari 10 tablet dengan masing-masing 10
satuan sediaan terletak antara 85,0% hingga 115,0% dari yang tertera pada etiket
dan simpangan baku relatif kurang dari atau sama dengan 6,0%.
PERCOBAAN 6
FORMULASI SATURASI
A. Tujuan
Mampu membuat formulasi saturasi dan uji fisik sediaan
B. Dasar Teori
Adalah sediaan yang digunakan untuk obat dalam. Saturasi dan
netra1isasi adalah larutan garam yang dibuat dengan mereaksikan asam dan
basa. Pada netralisasi gas. CO2 yang terjadi dibiarkan menguap sampai habis,
sedangkan pada aflitasi gas CO2 ditahan atau larutan digunakan dengan gas CO2.
Penambahan zat pada saturasi harus diatur sehingga tidak perlu digojok, misal :
1. Zat-zat netral dimasukkan dalam larutan asam.
2. Tinctur, zat-zat yang mudah menguap, ekstrak dalam jumlah sedikit dan
garam alkaloid dilarutkan dalam bagian asam.
3. Senyawa yang bereaksi alkalis dilarutkan dalam basa.
Zat yang tidak larut tidak boleh dilarutkan dalam saturasi tetap dipisah atau
dibuat serbuk. Wadah atau botol tempat larutan volumenya harus 20 % lebih
besar dari volume larutan dan botol segera ditutup dengan gabus dan diikat
dengan benang.
Contoh saturasi adalah Polio Riven sedangkan contoh netralisasi adalah Potio
Magnesici Citratis.
11. Aquadest
Formulasi :
Larutkanlah : Asam Sitrat 5
Air 50
Vitamin C 5
Sirop Gula 25
Tuangkan zat cair ini perlahan-lahan pada larutan dari :
Natrium hidrogen karbonat 6
Air 110
D. Prosedur Kerja
Penimbangan : sesuaikan dengan jumlah yang diminta
Khasiat : penyegar
Produk rujukan : Soft drink
Cara Kerja :
1. Bic Natric dilarutkan secara Levigatio dengan air basa, masukkan botol yang
sudah siap dengan simpul sampangnye
2. Asam sitrat masukkan gelas beker, larutkan dengan air asam aduk hingga
larut, tambahkan Vitamin C yang sudah dilarutkan air dan sirup simplex
(Larutan sukrosa), essen jeruk, madu aduk hingga homogen.
3. Bagian asam masukkan ke dalam bagian basa (2/3 bagian pelan-pelan
melalui dinding botol sambol digoyangkan, 1/3 bagian masukkan sekaligus
melewati dinding botol langsung tutup rapat-rapat dengan simpul
sampanye).
E. Evaluasi
1. Organoleptis sediaan
2. Uji viskositas
Uji viskositas bisa menggunakan alat viskosimeter osword
3. Uji bobot jenis
Bobot jenis diukur menggunakan piknometer pd suhu 25ºC
4. Uji pH
Universitas Harapan Bangsa || Daftar
Pustaka
Modul Praktikum Formulasi Sediaan Semi Solid Liquida 2018
PUSTAKA
Allen, Jr. L. V., Popovich, N. G. and Ansel, H. C., 2005, Disperse Systems, in Ansel's
Pharmaceutical Dosage Farms and Drug Delivery Systems, 8th ed, p. 385 - 442.
Lippincott Williams & Wilkins - Philadelphia, Baltimore, New York, London,
Buenos Aires, Hongkong, Sydney, Tokyo.
Anief, M. 1997 b, Ilmu Meracik Obat. Gajah Mada University Press, Yogyakarta
Ansel, H.C., 1989, Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi 4, Universitas Indonesia
Press: Jakarta
Crowley, 0. J. and Martini, L. G., 2007, Excipients for Pharmaceutical Dosage Forms,
in Swarbrick, J. (ed.), Encyclopedia of Pharmaceutical Technology, 3rd ed., vol. 3,
p. 1609 —1621. Katdare, A. and Chaubal, M. V. (eds.), 2006, Excipients
Development for Pharmaceutical, Biotechnology, and Drug Delivery Systems,
Informa Healthcare, New York, London. Nema, S., Brendel, R. J., and Washkuhn,
R. W., 2007, Excipients: Parenteral Dosage Forms and Their Role, in Swarbrick, J.
(ed.), Encyclopedia of Pharmaceutical Technology, 3rd ed., vol. 3, p. 1622 —
1645.
Eccleston, G. M., 1992, Emulsion, in Swarbrick, J. and Boylan, J. C. (eds.),
Encyclopedia of Pharmaceutical Technology, vol. 5, p. 137 - 188. Marcel Dekker
Inc., New York, Basel, Hongkong.
Eccleston, G. M., 2007, Emulsion and Microemulsion, in Swarbrick, J. and Boylan, J.
C. (eds.), Encyclopedia of Pharmaceutical Technology, 3rd ed., vol. 3, p. 1548
-1565, Informa Health care, New York, London.
Friberg, S. E., Goldsmith, L. B. and Hilton, M. L., 1988, Theory of Emulsions, in
Liberman, H. A., Rieger, M. M., and Banker, G. S. (eds.), Pharmaceutical Dosage
Forms: Disperse Systems, vol. 1, p. 49 - 91. Marcel Dekker Inc., New York,
London. Idson, B., 1988, Pharmaceutical Emulsions, in Lieberman, H. A., Rieger,
M. M. and Banker, G. S. (eds.), Pharmaceutical Dosage Forms: Disperse Systems,
vol. 1, p. 199 — 243. Marcel Dekker Inc., New York, London.
Lachman L., Liebarman A. H., Kanig L., J., 1994. Teori dan praktik Farmasi Industri,
Edisi III, diterjemahkan oleh Siti Suyatmi, hal 1092-1145 UI Press. Jakarta
Martin, A., Bustamante P., and Chun A.H.C., 1993. Physical Pharmacy: Physical
Ckemical Principles in the Pharmaceutical Sciences, Ed. 4th. 325-332, Lea &
Febiger, Phyladelphia.
Rowe, R. C., Sheskey, P. J., and Quinn , M. E. (eds.), 2009, Handbook of
Pharmaceutical Excipients 6 th ed AphAand Pharmaceutical Press, London,
Chicago. USP 34 — NF 29. 2011 Page 555. Pharmacopeia' Forum, Vol No: 35 (5)
p 1228.
Sherman, P. (ed.)., 1968, Emulsion Science, Academic Press., London and New York.
LAPORAN SEMENTARA
PRAKTIKUM FORMULASI SEDIAAN SEMI SOLID LIQUIDA
PERCOBAAN 1
PENGARUH BASIS TERHADAP SIFAT SEDIAAN SALAP
Disusun oleh :
Nama : Amalul Fasha
NIM / Kelas : 170105005
LAPORAN AKHIR
PRAKTIKUM FORMULASI SEDIAAN SEMI SOLID LIQUIDA
PERCOBAAN 1
PENGARUH BASIS TERHADAP SIFAT SEDIAAN SALAP
Disusun oleh :
[Laporan ditulis tangan dengan pulpen warna biru pada kertas ukuran A4, laporan
akhir dikumpulkan maksimal 1 minggu setelah pelaksanaan praktikum]
A. TUJUAN PRAKTIKUM
[Sesuai tujuan praktikum yang akan dilaksanakan]
B. DASAR TEORI
[Berisi teori yang relevan dengan acara praktikum yang akan dilaksanakan
(minimal 2 halaman)]
C. ALAT DAN BAHAN
[Sesuai kebutuhan praktikum yang akan dilaksanakan]
D. CARA KERJA
[menggunakan kalimat pasif]
Pembuatan larutan ...
Tahap 1
Tahap 2
Tahap 3
E. HASIL PERCOBAAN
[Berupa hasil pengamatan, hasil perhitungan, atau yang lainnya]
F. PEMBAHASAN
[Setiap tahap percobaan dan hasil percobaan dibahas sesuai teori yang
relevan]
G. KESIMPULAN
[Menjawab tujuan praktikum berdasarkan hasil praktikum]
H. DAFTAR PUSTAKA
[Minimal dari 3 pustaka berbeda]
I. LAMPIRAN
[Jika ada dilampiran hasil foto atau gambar yang merupakan hasil percobaan]