Sediaan Tablet
Oleh :
Drs. Bambang Priyambodo, Apt.
PT. Berlico Mulia Farma Yogyakarta
1
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet
Tablet Berlapis
Tablet kempa yang bersalut
Tablet Buccal
Tablet Sublingual
Troche atau Lozenges
Tablet Implantasi
Tablet Vaginal
Tablet Effervescent
Tablet Hipodermik
Tablet Triturat (tablet yang diremukan)
3
Keuntungan Bentuk
Tablet merupakan
bentuk sediaan
yang utuh dan
Sediaan
Tablet
menawarkan kemampuan terbaik dari semua bentuk
sediaan oral untuk ketepatan ukuran serta variabilitas
kandungan yang paling rendah
Proses Pembuatan
Secara Umum, tabletTablet
dapat dibuat dengan 3 cara atau
metode, yaitu:
Pencampuran awal
Slugging/Roller Compacting
Pencampuran Akhir
Pengeringan granul
Pengayakan kering
Pengayakan kering
Pencampuran akhir
Pencampuran akhir
Pencetakan tablet
Metode Granulasi
Basah
Metode Granulasi
Basah
Kelemahan Metode Granulasi Basah :
o
10
Proses Pembentukan
Granul
Prinsip: Granul dibentuk
Yang
perlu diperhatikan:
Massa yg terbentuk
hanya berupa massa
lembab (tdk boleh terlalu
basah)
Lama
proses tergantung
sifat pembasahan dari
campuran serbuk dan
11
cairan pengikat, serta alat
Ada 4 macam :
1. Ribbon blender
2. Planetary mixer
3. Sigma Blade Granulator
4. Orbiting Screw Granulator
13
Mesin Granulator
Pengayakan Basah
Tujuan pengayakan :
1. Agar granul lebih terkonsolidasi,
2. Meningkatkan banyaknya tempat kontak partikel
3. Mengingkatkan luas permukaan untuk
mempermudah proses pengeringan
14
Pengeringan
Proses pengeringan
diperlukan untuk
menghilangkan pelarut dan
mengurangi kelembaban
sampai pada tingkat yg
optimum
Pada proses pengeringan yg
memegang peranan yang
penting adalah ikatan antar
partikel akibat
penggabungan atau
rekristalisasi gaya van der
Waals.
15
Mesin Granulator
Pengayakan Kering
Contoh Formulasi
Granulasi
Basah
Pencampuran
Bahan Baku :
- Corn Starch
- C.T.M.
- Lactose 200 mesh
Binder :
- Eurocert Tartrazine
- Corn Strach
- Aquadem
Lubricant/disintegran
t:
- Microcel PH 101
- Talcum
- Mg Stearate
awal
Granulasi
basah
Pengayakan basah
Pengeringan
granul
Pengayakan
kering
Pencampuran
akhir
Pencetakan
17
Metode Granulasi
Kering
Metode Granulasi
Kering
Keuntungan metode Granulasi Kering :
Metode Granulasi
Kering
Kerugian metode Granulasi kering :
Metode Granulasi
Kering
Proses Pembuatan Tablet Dgn Granulasi
Kering
Dicetak
21
Contoh Formulasi
Granulasi Kering
Bahan Baku :
- Thiamine Mono
Nitrate
- Riboflavin
- Pyridoxin HCl
- Nicotinamide
- Lactose 200 mesh
- Corn Starch
Pencampuran
awal
Slugging/Roller
Compacting
Pengayakan
kering
Lubricant/disintegran
t:
- Talcum
- Mg Stearate
Pencampuran
akhir
Pencetakan
22
Metode Cetak
Langsung
Kerugian :
Metode Cetak
Langsung
Bahan Baku :
- Calcium Lactate
- Microcel PH 101
- Oleum Menthae Pip.
- Nipagin
- Nipasol
- SSG
- Aerosil
- Mg. Stearate
- Alkohol 95%
Pengayakan
Pencampuran
akhir
Pencetakan
tablet
25
Bahan Pengisi
Tujuan Penggunaan :
Bahan pengisi diperlukan apabila dosis obat tidak cukup
untuk membuat bulk. Berat tablet berkisar 120 700 mg.
Memperbaiki sifat alir dan berfungsi sebagai bahan
pengikat sehingga dapat dikempa atau memacu aliran
Syarat-syarat bahan pengisi :
Harus Non Toksik
Secara fisiologis harus inert/netral
Stabil secara fisik dan kimia, baik dalam kombinasi
dengan berbagai obat atau komponen tablet lain
Color compatible (tidak mengganggu warna)
Tidak mengganggu bioavailabilitas obat
27
Bahan Penghancur
Bahan penghancur (disintegrants) merupakan bahan atau
campuran (disintegrants)
bahan yang dapat menyebabkan tablet hancur
ketika tablet kontak dengan cairan saluran pencernaan.
Kombinasi
30
Bahan Penghancur
Contoh Bahan-bahan Penghancur :
(disintegrants)
1. Kanji (amylum)
Merupakan jenis bahan penghancur yang paling umum
digunakan, harganya juga paling murah. Konsentrasi 5 20 %
dari berat tablet
Amyl jagung (maize starch), Amyl kentang (corn starch), Amyl
beras, Amyl gandum, dll
Modifikasi Amylum (Sta Rx 1500) dpt digunakan sebagai Bhn
pengikat, bahan penghancur, bahan pelincin (lubricant)
2. Microcrystalin Cellulose
Contoh : Avicel PH 101 dan PH 102
Digunakan dalam keadaan kering (untuk granulasi kering atau
cetak langsung)
3. Explotab (Sodium Starch Glycolate/SSG)
merupakan cross-linked starch yang sangat baik digunakan
untuk obat-obat yang tidak larut, misalnya antasida, dicalcium
phosphat, dexamethasone, dll
4. Kombinasi asam
Asam sitrat, asam tartrat maupun asam fumarat, bersamasama dengan sodium bicarbonate, apabila kontak dengan air
menghasilkan gas CO2 yang dapat menyebabkan tablet hancur
31
tablet effervescent
33
Kontrol Kualitas
Granul
Adanya berbagai variabel formulasi dan proses, dapat
mempengaruhi langkah-langkah pembuatan granul. Untuk
memperoleh tablet yang baik dan bermutu perlu dilakukan
evaluasi granul yg akan dipakai, meliputi antara lain :
Ukuran dan Bentuk Partikel
Luas Permukaan
Kerapatan (Density)
Sifat (waktu) Alir
Sudut Diam (Baring)
34
35
Kerapatan
(Density)
Kerapatan granul dapat mempengaruhi :
Kompresibilitas
Porositas Tablet
Kelarutan, dan sifat-sifat lainnya
36
Waktu Alir
Sifat alir suatu bahan dihasilkan dari banyak gaya:
Gaya gesekan/friksi
Gaya tegangan permukaan
Gaya mekanik yang disebabkan oleh saling
menguncinya partikel yang berbentuk tidak teratur
Gaya elektrostatik
Gaya kohesi (van der Waals)
37
Proses
Pentabletan
Tablet dibuat dengan jalan mengempa
bahan atau campuran bahan obat pada
mesin cetak yang diisebut dengan
pencetak/penekan (press)
Komponen-komponen dasar mesin cetak
:
Hopper, yaitu untuk tempat
menyimpan granul yang akan
dikempa
Die yang menentukan ukuran dan
bentuk tablet
Punch untuk mengempa granulat
yang terdapat di dalam die
Jalur Cam, untuk mengatur
gerakan punch
Pencetak tablet dibagi dua, pencetak
tunggal (single punch) dan pencetak
ganda berputar (rotary multi punch)
38
Kontrol Kualitas
Untuk memperoleh tablet yang baik dan bermutu maka sebelum,
selama dan setelah proses pentablettan harus dilakukan
pemeriksaan (in process control/IPC), meliputi antara lain :
Pemeriksaan Sebelum tabletting
Kualitas formulasi bahan yang dipakai
Homogenitas campuran obat dengan bahan tambahan
setelah proses pencampuran
Kualitas granul : fluiditas, moisture content (MC),
distribusi ukuran partikel dan kompressibilitas
Pemeriksaan Selama dan setelah Tabletting
Penampilan umum (organoleptis)
Keseragaman kadar zat aktif (content uniformity)
Keragaman bobot (weight variation)
Kekerasan (hardness)
Kerapuhan (friability)
Waktu hancur (disintegration time)
Kecepatan Pelarutan (dissolution)
39
Kontrol Kualitas
Penampilan Umum (organoleptis)
Pengukuran sejumlah data teknis tablet, seperti
ukuran (panjang, lebar, diameter), bentuk, warna,
bentuk permukaan, konsistensi dan cacat fisik, dan
tanda-tanda pengenal lainnya (logo, break line, dsb),
bau, ciri-ciri khas lainnya
Keseragaman kadar zat aktif
Dilakukan pemeriksaan kadar zat aktif sesuai dengan
monografi masing-masing bahan
Keragaman Bobot
Dilakukan pemeriksaan 20 tablet, dihitung rata-rata
dan standard deviasi relatif (RSD).
Syarat :
Tablet dengan bobot < 130 mg, max RSD 10 %
Tablet dengan bobot 130 324 mg, max RSD
7,5 %
Tablet dengan bobot > 324 mg, max RSD 5%
40
Kontrol Kualitas
Kekerasan tablet (Hardness)
Diperiksa dengan alat Hardness Tester, yang
prinsipnya mengatur tekanan yang dibutuhkan untuk
memecah satu tablet yang diletakkan dalam alat
tersebut
Gunanya untuk mengetahui ketahanan tablet bila
mengalami benturan selama proses pengemasan dan
transportasi. Tablet yang baik kekerasan : min 4 kg
Kerapuhan Tablet (friability)
Diperiksa dengan alat Friabilator Tester, prinsipnya
dengan mengukur prosentase susut berat tablet
setelah diputar dalam alat tersebut selama 4 menit
(rpm 25) atau 100 putaran.
Waktu Hancur (disintegration time)
Ditentukan dengan alat Disintegration tester,
prinsipnya sejumlah tablet (6 tablet) dimasukkan
dalam air atau medium lain dengan suhu 37oC,
dinaik-turunkan, diukur waktunya sampai semua
tablet hancur. Syarat : jika tidak disebutkan lain ,
41
Kontrol Kualitas
Kecepatan Kelarutan (dissolution)
Diperiksa dengan alat Dissolution tester, pada prinsipnya
mengukur laju pelepasan obat pada media air atau media lain
yang sesuai. Digunakan sebagai dasar menghuji kemanjuran
suatu obat secara in vitro (bioavaibilitas). Terdapat 2
metode/alat pengujian disolusi obat.
Alat 1
Tablet dileakkan dalam keranjang saringan kawat kecil
yg diikatkan pada bagian bawah suatu tongkat yang
dihubungkan pada sebuah motor yg kecepatannya
dapat diatur. Keranjang dicelupkan ke dalam medium
disolusi, suhu labu dipertahankan 37oC + 0,5oC,
kemudian cairan sampel diambil pada selang waktu
tertentu untuk menentukan jumlah bahan obat yang
terlarut
Alat 2
Sama dengan alat 1, hanya keranjangnya diganti
dengan pedal/dayung (paddle) yang berbentuk pisau
dan tongkat sebagai elemen pengaduk
42
Problema
Pencetakan Tablet
1. Binding
Keadaan dimana bahan yang ditablet sebagian melekat pada
die atau matris, sehingga sukar didorong keluar
Penyebab :
Kurang lubricant atau lubricant kurang efektif
Granul terlalu dingin atau terlalu panas atau kurang
kering
Die/matris sudah usang/perlu pemolesan
2. Sticking
Keadaan di mana sebagian massa tablet melekat pada punch
Penyebab:
Granul terlalu basah (kurang kering) atau pemanasan
kurang sempurna
Tekanan pengempaan mesin tablet kurang
Punch sudah usang/aus atau perlu pemolesan
44
RH ruangan pencetakan terlalu tinggi
Problema
Pencetakan Tablet
3. Capping
Keadaan dimana lapisan atas atau bawah tablet terbelah
sebagian atau seluruhnya. Hal ini dapat terjadi SEGERA
setelah keluar dari cetakan atau setelah BEBERAPA WAKTU
kemudian
Penyebab :
Adanya udara yang ikut terkempa sehingga setelah
tablet keluar dari cetakan, udara bereaksi mendesak
keluar
Terlalu banyak fines
Pengeringan granul kurang sempurna atau granul
terlalu kering
Lubricant terlalu banyak atau terlalu sedikit
Chipping
Capping
45
4. Mottling
Keadaan dimana terjadi warna yang tidak merata pada
permukaan tablet
Penyebab :
Obat atau hasil uraiannya mempunyai warna yang berbeda
dengan bahan tambahan dan tidak tercampur homogen
Terjadi migrasi warna selama proses pengeringan granul
Bahan tambahan yg berupa larutan berwarna tidak terbagi
merata, hal ini disebabkan karena larutan panas dicampur
dengan serbuk dingin
5. Variasi Berat
Tablet yang dihasilkan tidak memenuhi syarat keragaman bobot
Penyebab :
1. Distribusi granul tidak rata
2. Granul tidak free flowing
3. Lubricant atau glidant tidak tercampur merata
46
47
48