Anda di halaman 1dari 62

MODUL 3

KEMPA LANGSUNG

I. Nama dan Kekuatan Sediaan


1.1 Formula 7
Nama Generik : Chlorpheniramine Maleat
Nama Paten Generik bermerek : Chloristamine®
Kekuatan Sediaan : 4 mg/tablet.
1.2 Formula 8
Nama Generik : Chlorpheniramine Maleat
Nama Sediaan : Sultamine®
Kekuatan Sediaan : 4 mg/tablet
II. Prinsip Percobaan
Prinsip pembuatan tablet dengan menggunakan metode kempa langsung
berdasarkan dengan cara mencampurkan perncampuran zat aktif dengan eksipien
tanpa penambahan atau penggunaan pengikat, melainkan dengan cara pemilihan
eksipien yang dapat meningkatkan sifat alir dan kompresibilitas massa tablet,
dimana semua zatnya langsung dicetak menjadi tablet tanpa adanya pembuatan
granul terlebih dahulu.

III. Tujuan Percobaan


3.1 Melakukan pembuatan tablet dengan metode kempa langsung.
3.2 Menentukan mutu tablet yang dihasilkan.
3.3 Melakukan evaluasi massa kempa dan tablet.
3.4 Menentukan formula terbaik berdasarkan perbedaan pengaruh penghancur yang
digunakan dilihat dari hasil evaluasi masing-masing.
IV. Preformulasi Zat Aktif
Chlorpheniramine Maleat

Rumus Molekul : C16H19CIN2.C4H4O4


Pemeriaan : Serbuk, hablur, putih, tidak berbau.
Kelarutan : Mudah larut dalam air, larut dalam etanol dan
kloroform, sukar larut dalam eter dan benzene.
Sifat Alir : Buruk.
Kompresibilitas : Kurang baik.
Bobot Jenis :-
Titik Lebur : 130-135 ºC.
Stabilitas : Hirgroskopis, tidak stabil terhadap cahaya. Stabil pada
suhu umumnya pada penyimpanan kurang dari 40ºC,
lebih baik pada suhu 15-30 ºC. Stabil apabila didapar
pH 2, 4, 6, dan 8.
OTT : Kalsium klorida, Kanamisin sulfat, Asam tartart,
Pentobarbital natrium.
Khasiat : Antihistamin H1.
Indikasi : Obat antihistamin H1 untuk mencegah atau mengobati
simtomatik berbagai penyakit alergi dan mencegah atau
mengobati mabuk perjalanan.
Kontra Indikasi : Dapat menimbulkan aktivitas antikolinergik yang
dapat memperburuk asam bronchial, retensi urine, dan
glaucoma, serangan asam akut, dan bayipremature.
Dosis : Dewasa 3-4 kali 1 tablet; Anak-anak 3-4 kali ½ tablet.
Aturan Pakai : Dapat diberikan bersama atau tanpa makanan.
Kategori Obat : Obat bebas terbatas.
Efek Samping : Mual, muntah, diare, mengentalkan sekresi bronchial,
penurunan sekresi urine.
Farmakodinamika : Menghambat efek histamin pada pembuluh darah
bronkus.
Farmakokinetika : Setelah pemberian oral, antihistamin diabsorpsi
dengan baik. Efeknya akan timbul 15-30 menit setelah
pemberian maksimal 1-2 jam.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.
(Dirjen POM, 2014: 701 ; Martindale, 1982)
V. Preformulasi Zat Tambahan
5.1 Primogel

Pemerian : Serbuk putih, hablur putih, mudah mengalir, higroskopis.


Kelarutan : Praktis tidak larut dalam metilen klorida membentuk suspense
tembus cahaya dalam air.
PH : 3,5/5,5-7,5 untuk larutan disperse 3,3%.
Stabilitas : Stabil meskipun sangat higroskopis, harus disimpan dalam
wadah tertutup untuk melindungi perbedaan kelembapan dan
suhu yang terlalu luas yang dapat menyebabkan caking. Sifat
fisika primogel tidak berubah sampai 3 tahun jika disimpan pada
suhu dan kelembapan yang cocok.
Inkompabilitas : Dengan asam askorbat.
Kegunaan : Sebagai penghancur.
Konsentrasi : 2-8%.
Konsentrasi yang digunakan : 10%.
(Rowe et al, 2009: 663-666)
5.2 Avicel pH 102

Pemerian : Serbuk halus berwarna putih, tidak berbau, tidak berasa.


Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larutan asam dan sebagian besar
pelarut organik.
PH : 5-8.
Bobot Jenis : 1,420-1,460 g/cm3.
Stabilitas : Stabil walaupun bersifat higroskopis, sifat alir dan
kompaktibilitas baik.
OTT : Dengan zat pengoksidasi kuat.
Kegunaan : Pengisi.
Konsentrasi : 20-50% sebagai pengisi dan 5-15% sebagai pengikat.
Konsentrasi yang digunakan : -
(Rowe et al, 2009: 132)
5.3 Starch 1500
Nama Kimia : Pregelatinized starch.
Sinonim : Starch 1500.
Pemerian : Pregelatinized pati dengan bubuk yang agak kasar hingga halus,
putih sampai putih, tidak berbau, dan sedikit memiliki rasa khas.
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam pelarut organik. Sedikit larut dalam air
dingin tergantung pada tingkat pregelatinisasi.
Kegunaan : Sebagai penghancur.
Konsentrasi : 5-20% untuk pengikat, 5-10% sebagai penghancur.
Konsentrasi yang digunakan : 10%.
(Rowe et al, 2009: 691-692)
5.4 Lactosa Spray Dried

Pemerian : Serbuk kristal putih, tidak berbau, tidak berasa.


Kelarutan : Larut dalam air, etanol (95%) P, dan eter.
Stabilitas : Akan berubah warna akibat pemanasan.
Inkompatibilitas : Pengoksidasi kuat.
Kegunaan : Sebagai pengisi.
(Rowe et al, 2009: 359)
5.5 Talk

Pemerian : Serbuk halus, putih sampai putih keabuan, tidak berbau, mudah
melekat pada kulit dan bebas dari butiran.
Kelarutan : Tidak larut dalam hampir semua pelarut.
PH : 6.5
Penyimpanan : Dalam wadah sejuk, kering dan tertutup.
Kegunaan : Sebagai glidan.
Konsentrasi : 1-10%.
Konsentrasi yang digunakan : 2%.
(Rowe et al, 2009: 519 dan 728)
5.6 Mg.Stearat

Pemerian : Hablur sangat halus, putih, berbau khas dan berasa.


Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol, eter dan air, sedikit larut dalam
benzen hangat dan etanol.
Inkompatibilitas : Dengan asam kuat, alkali, dengan garam besi,
Penyimpanan : Disimpan dalam wadah sejuk, kering.
Kegunaan : sebagai Lubrikan.
Konsentrasi : 0,25-5%.
Konsentrasi yang digunakan : 1%.
(Rowe et al, 2009: 404-432)

VI. Preformulasi Wadah Kemasan


6.1 Kemasan Primer
Digunakan botol plastik putih, bahan plastik digunakan dengan alasan jauh lebih
ringan, tidak mudah pecah dan tidak tembus cahaya matahari. Selain itu kemasan
plastik juga memiliki keunggulan kuat, ringan, inert, tidak karatan dan bersifat
termoplastik serta dapat diberi warna. Jenis polimer yang digunakan adalah polimer
nomor 2: High Density Polyethylene (HDPE), dimana HDPE merupakan film yang
lunak, transparan dan fleksibel, mempunyai sobek yang baik. HDPE digunakan
karena CTM stabil pada suhu 15-30 ºC dan polimer ini mampu menahan suhu
sehingga suhu didalam kemasan stabil dan juga HDPE cukup tahan terhadap efek
kontak dengan sinar UV. Didalam wadah kemasan ditambahkan sedikit gel yang
berguna untuk menyerap kelembapan yang masuk kedalam wadah (Winarno, 1994).
6.2 Kemasan Sekunder
Digunakan kertas printer boarder yang berfungsi untuk melindungi kemasan
primer selama dalam proses penyimpanan digudang, saat transformasi dan saat
distribusi kepelanggan (Winarno, 1994).
6.3 Kemasan Tersier
Digunakan cardboard yang berfungsi untuk memudahkan proses trasnportasi
dan melindungi sekumpulan produk yang telah dikemas dalam kemasan sekunder.
VII. Analisis Pertimbangan Formula
7.1 Zat Aktif
CTM digunakan sebagai zat aktif karena akan dibuat sediaan dengan khasiat
antihistamin H1. Clorpheniramine maleat atau lebih dikenal dengan nama CTM
berkerja sebagai antihistamin yang menentang kerja histamin pada H-2 reseptor
histamin sehingga berguna dalam menekan alergi yang disebabkan oleh timbulnya
symptom karena histamin, dengan demikian CTM dapat menghilangkan
kemampuan histamine untuk menimbulkan reaksi alergi (Ansel, 1989).
Chlorampeniramin Maleat (CTM) berbentuk hablur kecil atau serbuk hablur,
berwarna putih dan merupakan obat yang mudah larut dalam air. Dalam penentuan
metode tabletasi, terdapat 3 aspek yang harus diperhatikan yaitu sifat alir, dosis dan
stabilitas dalam panas dan lembab. Parameter pertama yang diperhatikan adalah
sifat alir. Didalam buku British Pharmacopoeia (2009: 1290) laju alir CTM adalah
1,2 ml/menit. Laju alir yang baik yaitu 10 gram/detik atau 100 gram ≤ detik.
Apabila dianalogkan, 1,2 ml CTM mempunyai berat < 10 gram namun laju alirnya
sudah dalam hitungan menit sehingga dapat disimpulkan bahwa sifat alir CTM
kurang baik. Kemudian parameter yang perlu diperhatikan adalah dosis. Dosis yang
digunakan untuk membuat tablet CTM yaitu 4 mg per tablet. Dengan melihat
parameter sifat alir dan dosis, dapat disimpulkan bahwa metode tabletasi yang
dipilih yaitu kempa langsung, hal ini karena kempa langsung dapat diterapkan pada
zat aktif dengan sifat alir dan kompresibilitas asalkan dosis relatif kecil, yaitu tidak
dominan dalam massa tablet karena bobot tablet yang akan dibuat yaitu 250 mg per
tablet sedangkan bobot CTM yang digunakan hanya 4 mg. Dengan melihat sifat
higroskopis dan tidak stabil pada suhu tinggi dari Chlorampeniramin Maleat (CTM)
maka dirasa kurang menguntungkan jika dibuat secara granulasi basah karena pada
granulasi basah diperlukan adanya air serta pengeringan. Secara granulasi kering
pembuatan CTM dirasa juga kurang mendukung, karena pada proses tersebut
diperlukan tekanan yang relatif besar. Adanya tekanan yang relatif besar
kemungkinan juga akan mempengaruhi kestabilan CTM, oleh sebab itu metode
kempa langsung merupakan metode pembuatan CTM yang relatif menguntungkan.
Pembuatan tablet CTM dengan metode kempa langsung karena sifat alir dari CTM
buruk sehingga dapat dibuat dengan metode kempa langsung meskipun dalam dosis
yang kecil yaitu 4 mg/tablet.
7.2 Zat Tambahan
a. Primogel
Digunakan sebagai penghancur pada formula 7. Primogel merupakan
amilum termodifikasi sehingga mampu menyerap air 200-300% yang
memungkinkan peningkatan proses disintegrasi pada sediaan tablet. Keuntungan
dari primogel ini adalah bahwa penggunaannya sebagai bahan penghancur tidak
tergantung pada kekuatan tekanan. Konsentrasi primogel yang digunakan pada
formula 7 adalah 10%. Rentang konsentrasi primogel sebagai penghancur adalah
2-8% (Rowe et al, 2009: 663-666).
b. Avicel pH 102
Digunakan sebagai pengisi pada formula 7 untuk menyesuaikan bobot dan
ukuran tablet, memperbaiki gaya kohesi sehingga dapat dikempa dengan baik.
Avicel pH 102 menunjukkan sifat alir dan kompaktibilitas yang baik (Rowe et
al, 2009: 132).
c. Starch 1500
Digunakan sebagai penghancur pada formula 8 dengan konsentrasi 10% dimana
rentang konsentrasi starch 1500 sebagai penghancur adalah 5-10%. Starch 1500
bekerja dengan cara pengembangan (Swelling) yaitu apabila tablet terkena air
maka bahan penghancur akan mengembang akibatnya partikel penyusun tablet
akan terdesak dan akhirnya keluar (Rowe et al, 2009: 692).
d. Lactose Spray Dried
Digunakan sebagai pengisi pada formula 8 untuk menggenapkan volume
tablet. Lactose spray dried merupakan modifikasi dari golongan laktosa
monohidrat, partikelnya tidak mudah rapuh, kompaktibilitasnya tidak
dipengaruhi kelembapan dan sifat alirnya baik (Rowe et al, 2009: 359).
e. Mg.Stearat
Digunakan sebagai lubrikan pada formula 7 dan 8. Magnesium stearat
digunakan karena memiliki gaya adhesi yang lebih kuat. Mg stearat juga dapat
mengurangi gesekan logam-logam, mengurangi gesekan yang terajadi antara
permukaan tablet dengan dinding die dan mempermudah pengeluaran tablet dari
alat. Mg stearat yang digunakan pada formula 7 dan 8 yaitu 1% karena jumlah
maksimum yang dapat dipakai sebagai lubrikan yaitu 0.25 – 5% (Rowe et al,
2009: 432).
f. Talk
Digunakan sebagai glidan karena dapat meningkatkan daya alir granul dari
hoper kecetakan. Pada formula 7 dan 8 digunakan talk pada konsentrasi 2%
sesuai dengan rentang konsentrasinya 1-10% (Rowe et al, 2009: 519).
VIII. Formula
Tablet Chlorpeniramine maleat
Kandungan /Tablet = 4 mg
Bobot/Tablet = 250 mg
Jumlah Sediaan = 500 tablet
8.1 Formula 7
Chlorpeniramine maleat 4 mg
Primogel 10%
Mg.Stearat 1%
Talk 2%
Avicel pH 102 q.s  tulis dipaling bawah
8.2 Formula 8
Chlorpeniramine maleat 4 mg
Starch 1500 10%
Mg.Stearat 1%
Talk 2%
Lcatose spray dried q.s  tulis dipaling bawah
IX. Perhitungan dan Penimbangan  Tabel format tugas akhir
9.1 Perhitungan Lactose Spray Dried
Laktosa 150 gram
5
 PVP 5% = 100 x 150 gram

= 7,5 gram
 Etanol = 7,5 gram x 10
= 75 ml
9.2 Perhitungan dan Penimbangan Formula 7
Massa tablet = 250 mg
1 Tablet = 250 mg
500 Tablet = 125 gram
Bahan % Perhitungan 1 Tablet 500 Tablet
Chlorpeniramine 4 mg 4 mg 4 mg 2 gram
maleat
Primogel 10% 10 25 mg 12,5 mg
x 250 mg
100

Mg.Stearat 1% 1 2,5 mg 1,25 gram


x 250 mg
100

Talk 2% 2 5 mg 2,5 gram


x 250 mg
100

Avicel pH 102 q.s 250 mg- (4+ 25+ 2,5+ 213,5 mg 106,75 gram
5) mg
Massa tablet teoritis = 125 gram (500 tablet)
Massa tablet sebenarnya = 121,96 gram/500 tablet
121,96 𝑔𝑟𝑎𝑚
Jumlah tablet sebenarnya = x 500 tablet
125 𝑔𝑟𝑎𝑚

= 487,84 tablet ~ 487 tablet


121,96 𝑔𝑟𝑎𝑚
Kandungan ZA/tablet = x 2 gram
125 𝑔𝑟𝑎𝑚

= 1,951 gram/500 tablet


= 3,902 mg/tablet
121,96 𝑔𝑟𝑎𝑚
Bobot/tablet = 487 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡

= 0,250 gram/tablet
= 250 mg/tablet
9.3 Perhitungan dan Penimbangan Formula 8
Massa tablet = 250 mg
1 Tablet = 250 mg
500 Tablet = 125 gram
Bahan % Perhitungan 1 Tablet 500 Tablet
Chlorpeniramine 4 mg 4 mg 4 mg 2 gram
maleat
Starch 1500 10% 10 25 mg 12,5 mg
x 250 mg
100

Mg.Stearat 1% 1 2,5 mg 1,25 gram


x 250 mg
100

Talk 2% 2 5 mg 2,5 gram


x 250 mg
100

LSD q.s 250 mg- (4+ 25+ 2,5+ 213,5 mg 106,75 gram
5) mg
Massa tablet teoritis = 125 gram (500 tablet)
Massa tablet sebenarnya = 118,39 gram/500 tablet
118,39 𝑔𝑟𝑎𝑚
Jumlah tablet sebenarnya = x 500 tablet
125 𝑔𝑟𝑎𝑚

= 473,56 tablet ~ 473 tablet


118,39 𝑔𝑟𝑎𝑚
Kandungan ZA/tablet = x 2 gram
125 𝑔𝑟𝑎𝑚

= 1,894 gram/500 tablet


= 3,788 mg/tablet
118,39 𝑔𝑟𝑎𝑚
Bobot/tablet = 473 𝑡𝑎𝑏𝑙𝑒𝑡

= 0,250 gram/tablet
= 250 mg/tablet
X. Prosedur Pembuatan dan Evaluasi
10.1 Prosedur Pembuatan Lactose Spray Dried
Dilarutkan 7,5 gram PVP ke dalam 75 ml Etanol, kemudian ke
dalamwadah dimasukkan laktosa yang selanjutnya ditambahkan PVP yang telah
dilarutkan, dicampur homogen hingga terbentuk massa yang dapat dikepal dan
juga dapat dipatahkan. Massa diayak dengan mesh no.16, lalu dikeringkan ke
dalam oven selama 5 menit dengan suhu 60ºC. Granul yang telah kering
dihancurkan hingga membentuk serbuk. ngapain dibentuk granul kalo akhirnya
dihancurkan jadi serbuk?? kan tujuannya bikin laktosa granulasi, ya kalo udah
berbentuk granul ya berarti selesai sudah tercapai tujuannya.
10.2 Prosedur Pembuatan Tablet
10.2.1 Prosedur Pembuatan Tablet Formula 7
Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Ditimbang bahan sesuai
hasil perhitungan formulasi masing-masing CTM .... gram, Primogel ....
gram, Mg Stearat .... gram, Talk ... gram dan Avicel pH 102 ... gram.
Dicampurkan bahan-bahan [Zat aktif (CTM); Pengisi (Avicel pH 102);
Penghancur (Primogel)] kedalam plastik dan ditutup rapat. Kemudian
plastik dimasukkan kedalam wadah yang dihubungkan dengan alat
mixing. Campuran tersebut di mixing hingga homogen selama 15 menit.
Kemudaian ditambahakan [Lubrikan (Mg Stearat); dan Glidan (Talk)],
dicampurkan selama 2 menit. Kemudian, Dilakukan evaluasi terhadap
massa kempa meliputi; uji kadar air, uji sifat alir, dan uji BJ. Dilakukan
tabletisasi pada terhadap massa kempa dengan punch diameter 6-8 mm /
dengan bobot 250 mg per tablet sesuai dengan bobot tablet kan sudah
ditentukan bobotnya. Dilakukan evaluasi tablet meliputi organoleptis,
waktu hancur, kekerasan, kesergaman ukuran dan bobot, friabilitas,
friksibilitas serta uji disolusi.
10.2.2 Prosedur Pembuatan Tablet Formula 8
Disiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Ditimbang bahan sesuai
hasil perhitungan formulasi masing-masing CTM .... gram, Primogel ....
gram, Mg Stearat .... gram, Talk ... gram dan Lactose Spray Dried ...
gram. Dicampurkan bahan-bahan [Zat aktif (CTM); Pengisi (Lactose
Spray Dried); Penghancur (Primogel)] kedalam plastik dan ditutup rapat.
Kemudian plastik dimasukkan kedalam wadah yang dihubungkan
dengan alat mixing. Campuran tersebut di mixing hingga homogen
selama 15 menit. Kemudaian ditambahakan [Lubrikan (Mg Stearat); dan
Glidan (Talk)], dicampurkan selama 2 menit. Kemudian, dilakukan
evaluasi terhadap massa kempa meliputi; uji kadar air, uji sifat alir, dan
uji BJ. Dilakukan tabletisasi pada terhadap massa kempa dengan punch
diameter 6-8 mm dengan bobot 250 mg per tablet sesuai dengan bobot
tablet kan sudah ditentukan bobotnya. Dilakukan evaluasi tablet meliputi
organoleptis, waktu hancur, kekerasan, kesergaman ukuran dan bobot,
friabilitas, friksibilitas serta uji disolusi.

10.3 Prosedur Evaluasi Massa Kempa


10.3.1 Uji Kelembapan
Moisture analytical balance dipastikan sudah bersih dan kering
dengan kondisi cawan sampel dalam kondisi baik, kemudian sampel 1
gram ditimbang, lalu dilakukan pengujian sesuai protap yang
ditetapkaanoleh pabrikan alat uji yang digunakan. Dilakukan sebanyak
triplo kemudian dibersihkan alat dan dirapihkan. Setelah memenuhi
persyaratan massa granul dilakukan untuk proses evaluasi dan hasilnya
dicatat didata pengamatan.
10.3.2 Uji Sifat Alir
Flow tester dipastikan sudah bersih dan kering dengan kondisi
corong dalam keadan tertutup dengan alas berupa kertas millimeter
block, disiapkan juga stopwatch dan mistar, 50 gram sampel ditimbang,
pengujian dilakukan dengan membuka penutup corong bersamaan
dengan melakukan perhitngan waktu, setelah seluruh sampel keluar dari
sampel keluar dari alat, dihentikan dan waktu yang tetera pada stopwatch
dicatat: laju alir (gram/detik), kemudian ruahan yang terbentuk diukur
tinggi dan diameternya, kemudian sudut baring dihitung menggunakan
fungsi tangesial. Dan dicatat hasil didata pengamatan.
10.3.3 Bobot Jenis
Tapped density tester dipastikan sudah dalam kondisi bersih dan
kering, 30grm sampel ditimbang, lalu dilakukan pengujian sesuai protap
yang ditetapkan oleh pabrikan alat uji yang digunakan, lalu BJ nyata
dihitung denga cara bobot granul dibagi volume granul saat dimasukan
ke dalam gelas ukur alat uji, kemudian hitung BJ mampat dengan cara
bobot granul dibagi volume grnul setelah pemampatan/ketukan 500 kali/
750 kali, setelah itu dihitung BJ sejati degan cara bobot granul dibagi
volume granul tidak termasuk pori – pori granul dan rongga antar granul,
kemudian dihitung juga kadar pemampatan dengan cara presentase dari
selisih antara volme granul sebelum dengan setelah pemampatan/ketukan
500/750 kali dibagi volume granul, kemudian dicari perbandingan angka
haussner dengan cara angka yang diperoleh dari rasio/perbandingan BJ
setelah pemampatan dengan BJ sebelum pemampatan, lalu persen
kompresibilitas dihitung dengan cara persentase dari kemampuan granul
untuk dikompres menjadi sediaan tablet.
10.4 Evaluasi Tablet
10.4.1 Uji Organoleptik
Tablet uji disiapkan sebanyak 20 tablet yang dipilih secara acak, lalu
diamat bentuk, warna, dan bau pada masing-masing tablet tersebut.
10.4.2 Uji Keseragaman Ukuran
Micrometer scale yang bersih dan kering disiapkan, lalu 20 tablet
diambil secara acak, kemudian diameter dan tebal dari masing-masing
tablet diukur, setelah itu micrometer scale dibersihkan dan rapikan
kembali.
10.4.3 Uji Kekerasan (Hardness Tester)
Hardness tester yang bersih dan kering disiapkan, lalu 20 tablet
diambil secara acak, kemudian lakukan pengujian sesuai protap, masing-
masing tablet diamati dan dicatat nilai kekerasannya, rata-rata dan
standar deviasi ditentukan, setelah itu hardness tester dibersihkan dan
rapikan kembali.
10.4.4 Uji Friksibilitas dan Friabilitas
Friability abrasion tester yang bersih dan kering disiapkan, lalu
diambil secara acak 20 tablet (jika bobot >250 mg) atau 40 tablet (jika
bobot <250 mg), kemudian seluruh tablet ditimbang sebelum dilakukan
pengujian (a), lalu dimasukkan ke masing-masing drum, dan lalukan
pengujian sesuai protap, tablet dikeluarkan dan dibersihkan satu persatu,
kemudian ditimbang bobot seluruh tablet setelah pengujian (b), setelah
itu friability abrasion tester dibersihkan dan dirapikan kembali.
10.4.5 Uji Keseragaman Bobot
Analytical balance yang bersih dan kering disiapkan, lalu 30 tablet
diambil secara acak, kemudian seluruh tablet ditimbang setelah itu satu
persatu tablet ditimbang, lalu analytical balance dibersihkan dan
dirapikan kembali.
10.4.6 Uji Waktu Hancur
Disiapkan Disintegrator tester, pastikan bejana sudah terisi oleh
media pelarut dan tabung tempat sampel sudah dalam kondisi bersih dan
kering dengan terangkat diatas permukaan media pelarut, lalu beja diisi
oleh HCl 0,1 N dengan volume diatur pada kedudukan tertinggi dengan
suhu 36-38°C, kemudian 6 tablet diambil secara acak, lalu dimasukkan
ke dalam masing-masing bejana satu persatu. Pengujian dilakukan sesuai
protap, waktu hacur dicatat sejak pertama kali alat diaktifkan hingga
tidak ada bagian tablet yang tertinggal diatas kassa, setelah itu
disintegrator tester dibersihkan dan dirapikan kembali.
10.4.7 Uji Disolusi
Alat Disolusion Tester dinyalakan kemudian diatur suhunya 37ºC,
kecepatan 50 rpm, dan waktu pengujian 40 menit. Setelah itu tablet
ditimbang sebanyak 6 tablet kemudian dimasukkan air 500 mL pada
masing-masing labu. Setelah suhu mencapai 37ºC tablet dimasukkan
dalam labu, diturunkan bagian dayungnya, dan diatur agar tidak
menyentuh bagian dasar labu. Setelah itu dinyalakan kecepatannya. Pada
menit ke-10 dilakukan sampling dengan mengambil 5 mL dari labu yang
pertama kemudian dimasukkan ke labu ukur 10 mL. Pada labu 1 diganti
dengan aquadest 5 mL, pada menit ke-20, 30, dan 45 dilakukan sampling
dengan cara yang sama. Kemudian alat dimatikan, dan dayungnya
diangkat. Dilakukan preparasi sampel pada masing-masing labu dengan
ditambah 1 mL HCl 2 N ke labu ukur, lalu di ad dengan aquadest sampai
tanda batas. Setelah itu dilakukan pengenceran dengan cara yang sama.
Masing-masing sampel disaring dengan filter PTFE 0,45. Selanjutnya
dilakukan pengukuran kadar pada sampel menit ke-20, 30, dan 45
dengan spektro UV-vis pada panjang gelombang 264 nm.
10.4.8 Pembuatan Kurva Kalibrasi
Ditimbang CTM 20 mg kemudian dilarutkan dalam 100 mL HCl 0,2
N. Dipipet sebanyak 1 mL, lalu diencerkan ke dalam labu ukur 10 mL.
dicari panjang gelombang CTM 264 nm. Dibuat seri pengenceran
dengan memipet 0,5;0,75;1;1,25;1,5;1,75; dan 2 mL, lalu diencerkan ke
dalam labu ukur 10 mL. Digunakan blangko HCl 0,2 N.
XI. Data Pengamatan  TABEL PERBAIKI SESUAI TABEL SKRIPSI,
FONT TIMES NEW ROMAN, UKURAN 12
11.1 Evaluasi Massa Granul
A. Uji Kelembapan
 Data Pengamatan
Formula Kadar air (%)
7 2,11
8 2,82

 Penafsiran Hasil
Kadar air yang baik yaitu 2-3%.
 Hasil
- Formula 7 memenuhi persyaratan uji kadar air.
- Formula 8 memenuhi persyaratan uji kadar air.
B. Uji Sifat Alir
 Data Pengamatan
Parameter Formula 7 Formula 8
Tinggi (h) 2,4 2
Diameter (d) 9,2 9,4
Jari-jari (r) 4,6 4,7
2,4 2
Perhitungan sudut tan α = 4,6 tan α = 4,7
baring:
= 0,522 = 0,425

tan α = 𝑟 ℎ ℎ
α = tan-1 α = tan-1
𝑟 𝑟
-1 ℎ
α = tan = 27,564 = 23,025
𝑟

Bobot (g) 30 30
Waktu (s) 1,7 1,5
30 30
Laju alir (g/s) = 17,65 g/s = 20 g/s
1,7 1,5
 Penafsiran Hasil
 Sudut baring Keterangan
α = 25°-30° Granul sangat mudah mengalir
α = 30°-38° Granul mudah mengalir
α = ≥ 38° Granul kurang mengalir
Laju alir alir yang baik 10 gram/detik atau 100 gram/10 detik
 Hasil
 Formula 7 memenuhi persyaratan uji sifat alir.
 Formula 8 memenuhi persyaratan uji sifat alir.
11.2 Bobot Jenis
1) Bobot Jenis Nyata
Formula W (gram) V0 (mL) ρ (g/ml)
7 30 60 0,5
8 30 52 0,577

𝑤
𝜌=
𝑉0
Keterangan :
W = Bobot granul (g)
V0 = Volume granul sebelum pemampatan
- Formula 7
30
𝜌 = 60

= 0,5 g/mL
- Formula 8
30
𝜌 = 52

= 0,577 g/mL
2) Bobot Jenis Mampat
Formula Ketukan W (g) Vn (mL) ρn (g/ml)
500 x 30 49 0,612
7
750 x 30 48 0,625
500 x 30 44 0,682
8
750 x 30 43 0,698

𝑤
𝜌𝑛 =
𝑉𝑛
Keterangan :
ρn = BJ pada n kelarutan
W = Bobot granul (g)
V0 = Volume granul pada n kemampatan

- Formula 7
30
𝜌500 = 49

= 0,612 g/mL
30
𝜌750 = 48

= 0,625 g/mL
- Formula 8
30
𝜌500 = 44

= 0,682 g/mL
30
𝜌750 = 43

= 0,698 g/mL
3) Bobot Jenis Sejati
Formula A (gram) B (gram) c (gram) d (gram) ρ sejati
7 19,78 20,98 29,95 29,67 1,108
8 19,78 20,84 29,87 29,67 1,048
𝑏−𝑎
𝐵𝐽 𝑠𝑒𝑗𝑎𝑡𝑖 = × 𝐵𝑗 𝐶𝑎𝑖𝑟𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑛𝑑𝑖𝑠𝑝𝑒𝑟𝑠𝑖
(𝑏 + 𝑑) − (𝑎 + 𝑐)
Keterangan :
a = bobot piknometer kosong (g)
b = bobot piknometer + 1 gram granul (g)
c = bobot piknometer + 1 gram granul + cairan pendispersi
d = bobot piknometer + cairan pendispersi (parafin=0,85)
20,98−19,78
Formula 7 = BJ = (20,98+29,67)−(19,78+29,95) x 0,85

= 1,108 g/mL
20,84−19,78
Formula 8 =BJ = (20,84+29,67)−(19,78+29,87) x 0,85

= 1,048 g/mL

4) Kadar Pemampatan
Formula Ketukan V0 (mL) Vn (mL) Kadar pemampatan (%)
500x 60 49 18,333
7
750x 60 48 20
500x 52 44 15,385
8
750x 52 43 17,308

𝑉0 − 𝑉𝑛
𝐾𝑝 = × 100%
𝑉0
Keterangan :
V0 = Volume granul sebelum dimampatkan
Vn = volume granul setelah diketuk n kali

- Formula 7
60−49
Kp 500 = x 100%
60

= 18,333 %
60−48
Kp 750 = x 100%
48

= 20%
- Formula 8
52−44
Kp 500 = x 100%
44

= 15,385%
52−43
Kp 750 = x 100%
52

= 17,308%
 Penafsiran hasil
Granul memenuhi persyaratan jika Kp ≤ 20%
 Hasil
- Formula 7 memenuhi persyaratan kadar pemanpatan.
- Formula 8 memenuhi persyaratan kadar pemanpatan.
5) Angka Haussner
Formula B0 (g/ml) Bn (g/ml) H
7 0,5 0,625 1,25
8 0,577 0,698 1,21

𝐵𝑛
𝐻=
𝐵0
Keterangan :
B0 = BJ sebelum pemampatan
Bn = BJ setelah pemampatan

- Formula 7
0,625 𝑔/𝑚𝐿
H = 0,5 𝑔/𝑚𝐿

= 1,25
- Formula 8
0,698 𝑔/𝑚𝐿
H = 0,577 𝑔/𝑚𝐿

= 1,21
 Penafsiran hasil
Granul memenuhi persyaratan jika angka hausner ≈ 1
 Hasil
- Formula 7 tidak memenuhi persyaratan angka hausner.
- Formula 8 tidak memenuhi persyaratan angka hausner.
6) Persen Kompresibilitas
Formula BJ mampat BJ nyata %K
7 0,625 0,5 20
8 0,698 0,577 17,335

𝐵𝐽 𝑚𝑎𝑚𝑝𝑎𝑡 − 𝐵𝐽 𝑛𝑦𝑎𝑡𝑎
%𝐾 = × 100%
𝐵𝐽 𝑚𝑎𝑚𝑝𝑎𝑡
0,625−0,5
Formula 7 = %K = x 100%
0,625

= 20%
0,698−0,577
Formula 8 = %K = x 100%
0,698

= 17,335%

 Penafsiran hasil
%Kompresibilitas Keterangan
< 10 Sangat baik
11 – 15 Baik
16 – 20 Cukup baik
21 – 25 Agak baik
26 – 31 Buruk
32 – 37 Sangat buruk
≥ 38 Buruk sekali
 Hasil
- Formula 7 memenuhi persyaratan persen kompresibilitas.
- Formula 8 memenuhi persyaratan persen kompresibilitas.
11.3 Evaluasi Tablet
A. Uji Organoleptik
 Data Pengamatan
Formula 7 Formula 8
Tablet
Bentuk Warna Bau Bentuk Warna Bau
1 Bulat Putih Tdk berbau Bulat Putih Tdk berbau
2 Bulat Putih Tdk berbau Bulat Putih Tdk berbau
3 Bulat Putih Tdk berbau Bulat Putih Tdk berbau
4 Bulat Putih Tdk berbau Bulat Putih Tdk berbau
5 Bulat Putih Tdk berbau Bulat Putih Tdk berbau
6 Bulat Putih Tdk berbau Bulat Putih Tdk berbau
7 Bulat Putih Tdk berbau Bulat Putih Tdk berbau
8 Bulat Putih Tdk berbau Bulat Putih Tdk berbau
9 Bulat Putih Tdk berbau Bulat Putih Tdk berbau
10 Bulat Putih Tdk berbau Bulat Putih Tdk berbau
11 Bulat Putih Tdk berbau Bulat Putih Tdk berbau
12 Bulat Putih Tdk berbau Bulat Putih Tdk berbau
13 Bulat Putih Tdk berbau Bulat Putih Tdk berbau
14 Bulat Putih Tdk berbau Bulat Putih Tdk berbau
15 Bulat Putih Tdk berbau Bulat Putih Tdk berbau
16 Bulat Putih Tdk berbau Bulat Putih Tdk berbau
17 Bulat Putih Tdk berbau Bulat Putih Tdk berbau
18 Bulat Putih Tdk berbau Bulat Putih Tdk berbau
19 Bulat Putih Tdk berbau Bulat Putih Tdk berbau
20 Bulat Putih Tdk berbau Bulat Putih Tdk berbau
 Penafsiran Hasil
Berdasarkan pemerian dari masing-masing zat.
 Hasil
- Formula 7 memenuhi persyaratan uji organoleptis.
- Formula 8 memenuhi persyaratan uji organoleptis.
B. Uji Keseragaman Ukuran
 Data Pengamatan
Formula 7 Formula 8
Tablet
Diameter (cm) Tebal (cm) Diameter (cm) Tebal (cm)
1 0,800 0,570 0,810 0,530
2 0,820 0,575 0,800 0,530
3 0,880 0,570 0,810 0,531
4 0,810 0,580 0,810 0,529
5 0,830 0,590 0,800 0,530
6 0,830 0,565 0,830 0,531
7 0,830 0,505 0,810 0,530
8 0,810 0,590 0,810 0,530
9 0,800 0,580 0,820 0,529
10 0,810 0,580 0,810 0,530
11 0,806 0,570 0,810 0,531
12 0,805 0,575 0,800 0,530
13 0,820 0,570 0,820 0,530
14 0,820 0,580 0,810 0,531
15 0,830 0,590 0,830 0,529
16 0,820 0,570 0,800 0,530
17 0,830 0,570 0,820 0,530
18 0,820 0,590 0,830 0,529
19 0,830 0,580 0,810 0,530
20 0,820 0,580 0,810 0,531
ΣX 16,421 11,48 16,25 10,601
X 0,821 0,574 0,813 0,530
SD 0,017 0,018 0,009 0,0006

 Perhitungan
FORMULA 7
0,574 × 3 = 1,722
0,574 × 4/3 = 0,765
sehingga : 4/3 x 𝑋̅𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙 < 𝑋̅𝐷𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 < 3𝑥 𝑋̅𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙
...... < ...... < ......
Rata-rata diameter tablet 0,821, maka diameter tablet harus pada rentang
0,765 - 1,722.
FORMULA 8
0,530 × 3 = 1,59
0,530 × 4/3 = 0,706
sehingga : 4/3 x 𝑋̅𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙 < 𝑋̅𝐷𝑖𝑎𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 < 3𝑥 𝑋̅𝑡𝑒𝑏𝑎𝑙
...... < ...... < ......
Rata-rata diameter tablet 0,813, maka diameter tablet harus pada rentang
0,706 - 1,59.
 Penafsiran Hasil
Diameter tablet tidak lebih dari 2 x dan tidak kurang dari 1 1/3 tablet.

 Hasil
- Formula 7 memenuhi persyaratan uji keseragaman ukuran karena
0,821 ada pada rentang 0,765 - 1,722.
- Formula 8 memenuhi persyaratan uji keseragaman ukuran karena
0,813 ada pada rentang 0,706 - 1,59.
C. Uji Kekerasan (Hardness Tester)
 Data Pengamatan
Formula 7 Formula 8
Tablet Gaya Gaya
N/9,8 kg/cm2 N/9,8 kg/cm2
(N) (N)
1 98,10 98,10/9,8 10,010 72,23 72,23/9,8 7,472
2 33,00 33,00/9,8 3,367 53,80 53,80/9,8 5,490
3 67,40 67,40/9,8 6,878 73,42 73,42/9,8 7,492
4 125,80 125,80/9,8 12,837 100,50 100,50/9,8 10,255
5 149,00 149,00/9,8 15,204 89,34 89,34/9,8 9,116
6 111,30 111,30/9,8 11,357 56,30 56,30/9,8 5,745
7 125,70 125,70/9,8 12,827 45,30 45,30/9,8 4,622
8 97,40 97,40/9,8 9,939 32,3 32,3/9,8 3,296
9 120,80 120,80/9,8 12,327 34,6 34,6/9,8 3,531
10 39,70 39,70/9,8 4,051 32,1 32,1/9,8 3,276
11 51,90 51,90/9,8 5,296 63,4 63,4/9,8 6,469
12 19,70 19,70/9,8 2,010 58,70 58,70/9,8 5,990
13 59,80 59,80/9,8 6,102 45,60 45,60/9,8 4,653
14 41,30 41,30/9,8 4,214 34,75 34,75/9,8 3,546
15 59,20 59,20/9,8 6,041 54,10 54,10/9,8 5,520
16 25,40 25,40/9,8 2,592 43,10 43,10/9,8 4,398
17 71,40 71,40/9,8 7,286 49,10 49,10/9,8 5,010
18 124,50 124,50/9,8 12,704 43,42 43,42/9,8 4,431
19 97,30 97,30/9,8 9,929 35,89 35,89/9,8 3,662
20 73,50 73,50/9,8 7,5 53,23 53,23/9,8 5,432
ΣX 162,471 109,376
X 8,124 5,469
 Penafsiran Hasil
Tablet kecil (bobot 300 mg) 4-7 kg/cm2; tablet kecil (bobot 400-700 mg)
7-12 kg/cm2.
 Hasil
- Formula 7 tidak memenuhi persyaratan uji kekerasan.
- Formula 8 memenuhi persyaratan uji kekerasan.
D. Uji Friksibilitas dan Friabilitas
 Data Pengamatan dan Perhitungan
1) Friksibilitas
Formula a (g) b (g) F (%)
7 4,34 4,29 1,152
8 5,12 5,09 0,586

𝑎−𝑏
%𝐹 = × 100%
𝑎
Keterangan:
a = bobot seluruh tablet sebelum pengujian
b = bobot seluruh tablet setelah pengujian

4,34−4,29
Formula 7 = %F = x 100%
4,34

= 1,152%
5,12−5,09
Formula 8 = %F = x 100%
5,12

= 0,586%

2) Friabilitas
Formula a (g) b (g) F (%)
7 4,93 4,87 1,217
8 5,16 5,12 0,775

𝑎−𝑏
%𝐹 = × 100%
𝑎
Keterangan:
a = bobot seluruh tablet sebelum pengujian
b = bobot seluruh tablet setelah pengujian
4,93−4,87
Formula 7 = %F = x 100%
4,93

= 1,217%
5,16−5,12
Formula 8 = %F = 5,16
x 100%

= 0,775%
 Penafsiran Hasil
Bobot yang hilang setelah pengujian tidak lebih dari 1%.
 Hasil
- Formula 7 tidak memenuhi persyaratan karena lebih dari 1%.
- Formula 8 memenuhi persyaratan karena kurang dari 1%.
E. Uji Keseragaman Bobot
 Data Pengamatan
Formula A (7) Formula B (8)
Bobot Bobot Bobot Bobot
Tab Tab Tab Tab
(mg) (mg) (mg) (mg)
1 286,7 16 289,1 1 256 16 280
2 301,3 17 266,1 2 260 17 250
3 297,5 18 305,3 3 270 18 254
4 304,1 19 299,8 4 270 19 257
5 307,6 20 298,2 5 256 20 260
6 282,7 21 287 6 265 21 269
7 289,2 22 305,6 7 265 22 260
8 299,6 23 286,8 8 250 23 256
9 336,8 24 293,9 9 256 24 256
10 296 25 285,7 10 245 25 245
11 299,7 26 266 11 260 26 245
12 301,2 27 305,8 12 270 27 260
13 297,3 28 301,6 13 280 28 250
14 298,9 29 296 14 276 29 253
15 295,1 30 297,5 15 240 30 272
ΣX 8878,1 ΣX 7786
X 295,937 X 259,533
SD SD

 Perhitungan
Bobot tablet = 250 mg
Bobot rata-rata = Formula A = 295,937 mg
Formula B = 259,533 mg
Batas penyimpangan rata-rata kolom A = 7,5%
Batas penyimpangan rata-rata kolom B = 15%
FORMULA 7
1. Kolom A
a = 7,5% × bobot rata-rata
= 7,5% × 295,937 mg
= 22,195 mg
Batas atas = bobot rata-rata + a
= 295,937 mg + 22,195 mg
= 318,132 mg
Batas bawah = bobot rata-rata – a
= 295,937 mg – 22,195 mg
= 273,742 mg
Range kolom A = 273,742 mg – 318,132 mg
2. Kolom B
b = 15% × bobot rata-rata
= 15% × 295,937 mg
= 44,391 mg
Batas atas = bobot rata-rata + b
= 295,937 mg + 44,391 mg
= 340,328 mg
Batas bawah = bobot rata-rata - b
= 295,937 mg – 44,391 mg
= 251,546 mg
Range kolom B = 251,546 mg – 340,328 mg
FORMULA 8
1. Kolom A
a = 7,5% × bobot rata-rata
= 7,5% × 259,533 mg
= 19,465 mg
Batas atas = bobot rata-rata + a
= 259,533 mg + 19,465 mg
= 278,998 mg
Batas bawah = bobot rata-rata – a
= 259,533 mg – 19,465 mg
= 240,068 mg
Range kolom A = 240,068 mg – 278,998 mg

2. Kolom B
b = 15% × bobot rata-rata
= 15% × 259,533 mg
= 38,930 mg
Batas atas = bobot rata-rata + b
= 259,533 mg + 38,930 mg
= 298,463 mg
Batas bawah = bobot rata-rata - b
= 259,533 mg – 38,930 mg
= 220,603 mg
Range kolom B = 220,603 mg – 298,463 mg
 Penafsiran Hasil
Tidak lebih dari 2 tablet yang masing-masing menyimpang lebih besar
dari harga yang ditetapkan pada kolom A dari bobot rata-rata dan tidak
boleh ada 1 tablet yang menyimpang dari harga kolom B.
 Hasil
- Formula 7 tidak memenuhi persyaratan uji keseragaman bobot.
- Formula 8 tidak memenuhi persyaratan uji keseragaman bobot.
F. Uji Waktu Hancur
 Data Pengamatan
Waktu hancur (menit )
Tablet
Formula A (7) Formula B (8)
1 2,47 2,34
2 4,53 4,23
3 4,33 3,58
4 Tidak hancur 3,56
5 6,18 2,35
6 3,03 4,22

Tabel Waktu Hancur 12 Tablet Uji (Pengujuan Kedua)


Tablet Waktu (menit) Tablet Waktu (menit)
1 2,05 7 3,22
2 2,07 8 3,26
3 2,35 9 3,35
4 2,51 10 3,45
5 3,13 11 3,48
6 2,45 12 3,57

 Penafsiran Hasil
Waktu hancur tidak lebih dari 15 menit untuk tablet salut, bila 1 tablet
atau 2 tablet tidak hancur sempurna ulangi pengujian dengan 12 tablet
lainnya, tidak kurang 16 dari 18 tablet harus hancur sempurna.
 Hasil
- Formula 7 = pada pengujian pertama terdapat 1 tablet yang tidak
hancur (tidak memenuhi syarat) tetapi setelah pengujian kedua 17
dari 18 tablet hancur yang artinya memenuhi persyaratan uji waktu
hancur.
- Formula 8 memenuhi persyaratan uji waktu hancur.
G. Uji Disolusi
 Data Pengamatan
Waktu Formula 7 Formula 8
(menit) Abs Abs x FP Abs Abs x FP
10 0,374 0,748 0,412 0,824
20 0,387 0,774 0,424 0,848
30 0,389 0,778 0,459 0,918
0,945 0,414 0,828 0,485 0,97

 Perhitungan
Perhitungan Konsentrasi (1 x Abs)
Waktu Formula 7 Formula 8
T10 0,748= 0,0206x + 0,0129 0,824= 0,0206x + 0,0129
0,748 – 0,0129= 0,0206x 0,824 – 0,0129= 0,0206x
0,7351 = 0,0206x 0,8111 = 0,0206x
0,7351 0,8111
x = 0,0206 x = 0,0206

= 35,684 ppm = 39,374 ppm


= 35,684 mg/L = 39,374 mg/L
= 17,842 mg/500 mL = 19,687 mg/500 mL
T20 0,774= 0,0206x + 0,0129 0,848= 0,0206x + 0,0129
0,774 – 0,0129= 0,0206x 0,848 – 0,0129= 0,0206x
0,7611 = 0,0206x 0,81351 = 0,0206x
0,7611 0,8351
x = 0,0206 x = 0,0206

= 36,947 ppm = 40,539 ppm


= 36,947 mg/L = 40,539 mg/L
= 18,4735 mg/500 mL = 20,2695 mg/500 mL
T30 0,778= 0,0206x + 0,0129 0,918= 0,0206x + 0,0129
0,778 – 0,0129= 0,0206x 0,918 – 0,0129= 0,0206x
0,7651 = 0,0206x 0,9051 = 0,0206x
0,7651 0,9051
x = 0,0206 x = 0,0206

= 37,141 ppm = 43,937 ppm


= 37,141 mg/L = 43,937 mg/L
= 18,571 mg/500 mL = 21,969mg/500 mL
T45 0,828= 0,0206x + 0,0129 0,97= 0,0206x + 0,0129
0,828 – 0,0129= 0,0206x 0,97 – 0,0129= 0,0206x
0,8151 = 0,0206x 0,9571 = 0,0206x
0,8151 0,9571
x = 0,0206 x = 0,0206

= 39,568 ppm = 46,461 ppm


= 39,568 mg/L = 46,461 mg/L
= 19,784 mg/500 mL = 23,231 mg/500 mL
Perhitungan Kadar CTM Pada Menit Ke-45
FORMULA 7
Kadar zat aktif dalam tablet = 4 mg x 6
= 24 mg
Kadar pada menit ke-45 = 19,784 mg/500 mL
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑛𝑦𝑎𝑡𝑎 (45′ )
% Kadar = x 100%
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
19,784 𝑚𝑔
= x 100%
24 𝑚𝑔

= 82,433%
Pada menit ke-45 kadar CTM yang terlarut 82,433%.

FORMULA 8
Kadar zat aktif dalam tablet = 4 mg x 6
= 24 mg
Kadar pada menit ke-45 = 23,231 mg/500 mL
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑛𝑦𝑎𝑡𝑎 (45′ )
% Kadar = x 100%
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠
23,231 𝑚𝑔
= x 100%
24 𝑚𝑔

= 96,796%
Pada menit ke-45 kadar CTM yang terlarut 96,796%.
 Penafsiran Hasil
1. Toleransi dalam waktu 45 menit harus larut tidak kurang dari 75%
(Q) CTM dari jumlah yang tertera pada etiket. (untuk 1 tablet uji)
2. Q gabungan = 10% (Farmakope) (6 tab) sehingga mulai penerimaan
tablet CTM.
Q = 75% + 10% = 85%
3. Pengujian dikatakan memenuhi syarat jika kadar zat aktif yang
terlarut dari 6 tablet tidak kurang dari 85%.
 Hasil
- Formula 7 tidak memenuhi persyaratan uji disolusi.
- Formula 8 memenuhi persyaratan uji disolusi.
H. Kurva Kalibrasi

KURVA KALIBRASI CTM


0.9 0.827
0.8

0.7 0.638

0.6

0.5 0.438

0.4
0.314
0.3
0.213
0.2

0.1

0
10 20 30 40 50

y = 0,0206x + 0,0129
R2 = 0,9983
Tabel absorbansi larutan standar CTM?
XII. Pembahasan
Pada praktikum kali ini membuat tablet dengan zat aktif Clorpheniramine
Maleat. Dibuat dalam bentuk tablet karena dapat memberikan ketepatan dosis yang
tinggi. Komponen-komponen dalam formulasi tablet kempa terdiri atas zat aktif, bahan
pengisi, bahan penghancur, dan bahan pelicin. Adapun metode pembuatannya
menggunakan kempa langsung, pada prinsipnya pembuatan tablet dengan metode
kempa langsung yaitu pengempaan langsung terhadap zat aktif dengan eksipien tanpa
adanya proses granulasi dimana eksipien untuk meningkatkan sifat alir dan
kompresibilitas massa tablet.
Zat aktif yang digunakan adalah chlorpheniramine maleat yang berkhasiat
sebagai antihistamin H1. Dosis yang digunakan dalam 1 tablet yaitu 4 mg sesuai dengan
dosis oral CTM yang digunakan di pasaran. Chlorpheniramine Maleate adalah garam
maleate dari chlorpheniramine. Chlorpheniramine adalah agen antihistamin yang
berasal dari feniramin. Secara kimia itu adalah gamma-(4-chlorophenyl)-N, N-
dimethyl-2-pyridinepropanamin. Chlorphenamine maleate yang merupakan
antihistamin kuat H1. Histamin adalah biokimia inflamasi yang menyebabkan
kemerahan pada kulit, pembengkakan, nyeri, peningkatan denyut jantung, dan tekanan
darah turun ketika berikatan dengan salah satu dari banyak reseptor H1 di seluruh
tubuh. Histamin adalah mediator alergi yang sangat penting pada manusia; karenanya
beragam antihistamin yang berbeda telah berkembang biak. Chlorpheniramine maleate
biasanya diberikan 2 hingga 3 kali sehari. Obat ini mudah dan cepat diserap dari G.I.
saluran dan biasanya efektif dalam satu jam. Waktu paruh mungkin selama 24 jam.
Obat ini sebagian besar tidak aktif di hati dan diekskresikan sebagai metabolit dalam
urin. Pasien dengan masalah herediter langka intoleransi galaktosa, defisiensi Lapp
laktase atau malabsorpsi glukosa-galaktosa tidak boleh minum obat ini. Itu tidak berarti
itu bekerja untuk semua orang. Orang yang berusia di atas 60 tahun kemungkinan besar
menderita efek samping. Sebaiknya jangan mencampur Chlorpheniramine dengan
alkohol atau obat lain yang menghasilkan efek mengantuk. Chlorpheniramine adalah
antihistamin antikolinergik. Ini juga efektif melawan mual dan mabuk perjalanan,
dengan mekanisme kerjanya yang utama adalah kemampuannya untuk mengurangi
kadar asetilkolin di otak. Asetilkolin adalah neurotransmitter. Di otak, asetilkolin dan
dopamin memiliki efek antagonis satu sama lain, sehingga keseimbangan yang tepat
diperlukan untuk tubuh dan pikiran yang sehat (Hellbom, 2006).
Adapun zat tambahan yang dipakai pada formula ini adalah primogel, avicel PH
102, starch 1500, laktosa spray dried, magnesium stearat dan talk. Primogel banyak
digunakan dalam obat-obatan oral sebagai disintegrasi dalam kapsul dan formulasi
tablet. Primogel ini biasa digunakan dalam tablet yang dibuat dengan cara kompresi
langsung atau proses granulasi basah. Konsentrasi yang biasa digunakan dalam
formulasi adalah antara 2% dan 8%, dengan konsentrasi optimal sekitar 4% walaupun
sangat higroskopis tetapi primogel ini stabil dan harus disimpan dalam wadah yang
tertutup rapat untuk melindunginya dari berbagai variasi kelembaban dan suhu, yang
mungkin menyebabkan caking (Rowe et al, 2009). Primogel merupakan amilum
termodifikasi sehingga mampu menyerap air 200-300%, yang memungkinkan
peningkatan proses disintegrasi pada sediaan tablet. Mekanisme disintegrasi primogel
adalah dengan cara pengembangan dimana ketika primogel dibasahi dengan air maka
air yang masuk kedalam pori-pori tablet akan menyebabkan primogel mengembang,
sehingga partikel-pertikel dalam tablet saling bergesekan karena adanya tekanan
mekanik didalam tablet sehingga menyebabkan tablet hancur (Andayana, 2009).
Avicel PH 102 digunakan sebagai pengisi pada formula 7 untuk menyesuaikan
bobot dan ukuran tablet, memperbaiki gaya kohesi sehingga dapat dikempa dengan
baik. Avicel PH 102 atau microcrystalline cellulose termasuk golongan selulosa. Avicel
PH 102 banyak digunakan dalam metode cetak langsung karena berfungsi sangat baik
sebagai pengikat kering (Medina and Kumar, 2006). Penggunaan Avicel PH 102 lebih
baik dari Avicel PH 101 pada pembuatan dengan metode cetak langsung karena
memiliki ukuran partikel yang lebih besar, sehingga sifat alir Avicel PH 102 lebih baik
dibandingkan Avicel PH 101. Selain itu, Avicel PH 102 memiliki kompaktibilitas yang
sangat baik dan mengalami deformasi plastik saat dikompresi yang dapat menyebabkan
terjadinya interlocking, yang merupakan kekuatan ikatan antar partikel (Banker and
Anderson, 1994). . Avicel pH 102 merupakan selulosa terdepolimerasi parsial berwarna
putih, tidak berasa, tidak berbau , serbuk kristal yang terdiri dari partikel tidak larut
dalam air. Pada tekanan rendah, pembebasan tekanan didominasi oleh fase elastis yang
disebabkan oleh struktur mikrofibrilar berlubang. Pada tekanan yang lebih tinggi, terjadi
deformasi permanen oleh aliran plastis non spesifik. Sifat plastis dari avicel pH 102
meningkat, sementara mikroelastisitasnya menurun seiring dengan penambahan tekanan
kompresi. Pada deformasi plastis, kemampuan pengikatan yang kuat disebabkan oleh
ikatan hidrogen antara partikel-partikel selulosa yang berdekatan. Ikatan hidrogen pada
permukaan yang luas mengalami kontak yang sangat kuat pada deformasi plastis. Inilah
penyebab kompakbilitas avicel pH 102 sangat baik, lebih baik dari Filler-binder lain
dalam metode kempa langsung (Bolhuis dkk, 1996).
Starch 1500 atau nama kimianya adalah pregelatinized starch, merupakan bubuk
yang agak kasar sampai halus, berwarna putih sampai putih. Tidak berbau dan memiliki
rasa yang khas. Starch 1500 disini digunakan sebagai penghancur dengan konsentrasi 5
– 10%. Mekanisme aksi starch 1500 sebagai bahan penghancur adalah dengan cara
pengembangan (swelling) yaitu apabila tablet terkena air maka bahan penghancur akan
mengembang akibatnya granul atau partikel penusun tablet akan terdesak dan akhirnya
hancur. Starch 1500 juga merupakan super disintegrant yang efektif dan relatif inert
walaupun kelembapannya tinggi (Voigt, 1994).
Spray Dried Lactose (SDL) merupakan modifikasi dari golongan laktosa
monohidrat yang digunakan sebagai pengisi. Partikel SDL tidak mudah rapuh,
kompaktibilitasnya tidak dipengaruhi kelembaban, dan memiliki sifat deformasi plastik
(Gohel, 2005). SDL memiliki sifat alir serbuk paling baik dibandingkan filler-binder
lainnya, namun, aliran dan kompresibilitasnya dapat menurun jika dihaluskan.
Magnesium stearat banyak digunakan dalam kosmetik, makanan, dan formulasi
farmasi. Ini terutama digunakan sebagai lubrikan dalam pembuatan kapsul dan tablet
pada konsentrasi antara 0,25% dan 5,0% b / b (Rowe et al, 2009). Karena memiliki
gaya adhesi yang baik sehingga mengurangi gesekan antar partikel antara permukaan
tablet dengan didnding die dan mempermudah pengeluaran tablet dari alat cetak.
Memiliki mekanisme lubrikan dengan menyelimuti antar partikel yang dihasilkan oleh
sifat menempel pada gugus polar molekul dengan karbon rantai panjang pada
permukaan logam dinding dies (Anwar, 2012).
Talk digunakan sebagai glidan dengan konsentrasi 1 – 10% (Rowe et al, 2009)
untuk meningkatkan daya alir dari hoper ke cetakan sehingga mengurangi gesekan antar
partikulat dari sistem secara menyeluruh. Seperti lubrikan, glidan diperlukan pada
permukaan partikel sehingga harus dalam keadaan halus dan secara tepat dimasukkan
ke dalam campuran massa tablet.
Sediaan berbentuk tablet dimana tablet adalah sediaan padat mengandung bahan
obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Sebagian besar tablet dibuat dengan cara
mengempaan dan merupakan bentuk sediaan yang paling banyak digunakan. Tablet
kempa dibuat dengan memberikan tekanan tinggi pada serbuk atau granul
menggunakan cetakan baja. Tablet dibuat dengan berbagai ukuran, bentuk dan
penandaan permukaan tergantung pada desain cetakan. Menurut Siregar dan Wikarsa
(2010), tablet yang dinyatakan baik harus memenuhi syarat, yaitu:
a. Memiliki kemampuan atau daya tahan terhadap pengaruh mekanis selama
proses produksi, pengemasan, distribusi dan penggunaan.
b. Keseragaman zat aktif dalam bobot dan dalam kandungan tiap tablet.
c. Mempertahankan semua atribut fungsinya, termasuk stabilitas fisik, kimia, dan
daya kerja sediaan tablet.
d. Zat aktif yang dikandungnya tersedia hayati.
e. Penampilannya elok dan harus memiliki bentuk, warna karakteristik dan
penandaan lain yang diperlukan untuk identifikasi semua tablet.
Metode pembuatan yang dilakukan pada proses tabletasi CTM adalah Kempa
langsung. Metoda kempa langsung adalah proses pembuatan tablet dengan cara
mengempa langsung zat aktif atau campuran zat aktif dan eksipien tanpa penanganan
pendahuluan baik granulasi basah maupun kering serta membutuhkan eksipien yang
memiliki kemampuan meningkatkan sifat alir dan kompresibilitas massa tablet.
Keuntungan kempa langsung dibandingkan granulasi basah meliputi: 1) Lebih
ekonomis. Hal ini termasuk hemat penggunaan peralatan, mengurangi tenaga kerja,
mengurangi pemakaian ruang dan waktu proses produksi tablet. 2) Lebih stabil untuk
obat yang sensitif terhadap pemanasan dan lembap, dan meningkatkan stabilitas bahan
aktif dengan mengurangi efek yang merugikan. 3) Disintegrasi atau disolusi adalah
langkah yang membatasi laju absorpsi, pada tablet yang dibuat dengan granulasi basah
obat akan sulit larut, sedangkan tablet yang disiapkan dengan kompresi langsung dapat
hancur menjadi partikel obat yang langsung bersentuhan dengan medium disolusi dan
menunjukkan disolusi yang lebih cepat. 4) Karena tidak adanya air dalam granulasi,
sehingga mengurangi kemungkinan pertumbuhan mikroba dalam tablet yang disiapkan
oleh kompresi langsung (Swamy, dkk., 2010). Kempa langsung dapat digunakan pada
pembuatan tablet dengan zat aktif dosis tinggi yang memiliki sifat aliran dan
kompresibilitas yang baik. Kempa langsung dapat juga diterapkan pada zat aktif dengan
sifat aliran dan kompresibilitas kurang baik asalkan dosis relatif kecil (sifat tidak
dominan dalam massa tablet). Keterbatasan zat aktif untuk dikempa diatasi dengan
pemilihan bahan pembantu yang mempunyai sifat aliran dan kompresibilitas baik serta
menjamin homogen campuran (bahan pembantu terutama pengisi yang mempunyai
kapasitas pegang besar). Dipilih metode kempa langsung karena berdasarkan data
preformulasi bahwa CTM yang digunakan pada formula ini memiliki dosis yang relatif
kecil, tidak tahan panas dan kelembapan yang tinggi, meskipun sifat alir dan
kompresibilitas dari CTM ini kurang baik karena berdasarkan data pemeriannya CTM
berbentuk serbuk hablur (Dirjen POM, 2014) hal ini sesuai dengan kondisi penerapan
metode kempa langsung dimana zat aktif dengan sifat aliran dan kompresibilitas kurang
baik asalkan dosis relatif kecil (sifat tidak dominan dalam massa tablet) dan tidak
memiliki proses pengeringan dan pembasahan untuk menjaga stabilitas zat aktif.
Pada saat pembuatan dibuat menjadi 2 formula dengan bahan penghancur yang
berbeda. Penghancur yang digunakan adalah primogel pada formula 7 dan starch 1500
pada formula 8 sebagai penghancur, yang akan mempengaruhi pada evaluasi uji waktu
hancur dan disolusi. Pada formula Tidak dilakukan penghalusan bahan setelah bahan
ditimbang sesuai dengan perhitungan, karena bahan-bahan tersebut terutama eksipien
memang diharapkan berbentuk granular agar dapat berfungsi dengan baik sebagai
lubrikan dan glidan. Pada formula 8 dibuat spray dried laktosa dengan menambahkan
larutan pvp kedalam laktosa untuk mengikat partikel – partikel laktosa sehingga dari
serbuk akan membentuk aglomerat yang besar untuk meningkatkan sifat alir dan
kompresibilitasnya. Kemudian pada saat pencampuran bahan, Mg stearat dan talk
dicampurkan diakhir dan harus pelan-pelan selama 2 menit hingga homogen karena
untuk mencegah terjadinya ledakan akibat reaksi yang terjadi antara talk dan
Mg.stearat. Setelah itu dilakukan pencetakan tablet dengan mesin tablet single punch.
Pada kempa langsung tidak ada penambahan pengikat tetapi digunakan eksipien filler-
binder. Dimana eksipien ini memiliki kegunaan sebagai pengisi sekaligus memliki
kemampuan pengikatan karena mengalami deformasi plastik saat dikompresi yang
dapat menyebabkan terjadinya interlocking atau kapasitas pegang terhadap zat aktif
sehingga meningkatkan kompresibilitas tablet tanpa zat pengikat.
Dilakukan evaluasi terhadap serbuk yang dihasilkan setelah proses kempa
langsung. Hal ini bertujuan untuk mengetahui serbuk yang dihasilkan sudah sesuai atau
belum dengan parameter – parameter serbuk yang baik. Adapun uji yang dilakukan
diantaranya adalah uji kelembapan, uji sifat alir, dan uji bobot jenis.
Uji kelembaban untuk mengetahui persen kadar air atau kelembaban yang
terdapat dalam massa serbuk, persen kadar air pada massa serbuk ini sangat
mempengaruhi sifat stabilitas dari zat aktif saat proses pembuatan tablet. Prinsip untuk
menetapkan kadar air dalam kandungan massa serbuk ini melalui proses pemanasan
menggunakan alat yaitu Moisture Analytical Balance. Pada formula 7 dihasilkan kadar
air 2,11% dan formula 8 kadar airnya 2,82%, sedangkan kadar air yang baik yaitu 2 –
3%. Maka dari itu formula 7 dan 8 memenuhi syarat uji kelembaban. Ketika massa
serbuk yang memiliki persen kadar air yang tinggi akan akan mempengaruhi sifat alir
dari massa serbuk tersebut karena kandungan yang lembab dapat mempengaruhi
karakteristik aliran dan karakteristik kempa serbuk dan kekerasan tablet sehingga ketika
proses pengujian sifat alir, kemungkinan massa serbuk tersebut akan mempunyai sifat
alir yang buruk dikarenakan massa serbuk tersebut melekat pada corong flow tester
akibat kadar air yang tinggi.
Uji sifat alir massa serbuk yaitu meliputi uji sifat alir dan uji sudut baring. Pada
prinsipnya, menetapkan bobot serbuk yang keluar dari alat uji per satuan waktu
(gram/detik). Alat yang digunakan dalam proses pengujian ini dinamakan flow tester
yaitu suatu alat yang dilengkapi dengan corong untuk menguji kecepatan alir dari massa
serbuk dan juga sudut baring. Pengukuran laju alir dilakukan dengan memasukan massa
serbuk kedalam corong yang dipastikan pada bawah penutup corong dalam keadaan
tertutup, kemudian ketika massa serbuk dikeluarkan dari dalam corong dihitung waktu
keluarnya massa serbuk dari dalam corong dengan menggunakan stopwatch dari
terbukanya corong hingga serbuk mengalir seluruhnya. Waktu alir yang baik
menunjukan kecepatan serbuk mengisi ruangan kompresi secara konstan, sehingga
meminimalkan rongga atau pori dalam tablet. Hasil pengujian pada formula 7 memiliki
laju alir 17,647 g / detik dan formula 8 20,000 g / detik. Hasil tersebut menunjukan
bahwa baik formula 7 dan 8 memenuhi persyaratan laju alir yang baik dimana suatu
massa serbuk memenuhi persyaratan apabila memiliki laju alir sebesar 10 g / detik atau
100 g kurang dari 10 detik sehingga granul yang diperoleh memiliki laju alir yang baik.
Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk serbuk, kadar air, dan luas
permukaan serbuk. Laju alir berpengaruh pada proses pencetakan tablet. Jika granul
memiliki sifat alir yang baik maka akan menghasilkan tablet yang seragam. Selanjutnya
dilakukan pengujian sudut baring yang dilihat dari diameter dan tinggi ruahan massa
serbuk yang jatuh ketika mengalir melewati corong alat yang dibawahnya sudah
diletakkan kertas milimeter blok untuk mempermudah pengukuran. Sudut baring yaitu
sudut yang terjadi antara timbunan partikel berbentuk kerucut dengan bidang horizontal.
Hasil pengujian menunjukan bahwa formula 7 memiliki sudut baring 27,5650 dan
formula 8 memiliki sudut baring 23,0740. Sudut baring hasil pengujian formula 7
memenuhi syarat karena termasuk kedalam rentang sudut baring yang baik yakni
sebesar 25o-38o serbuk yang diperoleh memiliki sifat alir yang sangat mudah mengalir
sedangkan formula 8 tidak memenuhi persyaratan uji sudut baring. Sudut baring atau
diam biasanya dipengaruhi oleh gaya tarik dan gaya gesek antar partikel campuran pada
waktu alir, jika gaya tarik dan gesek kecil maka sudut diamnya akan kecil (Lachman, L
et al, 2008). Hal ini akan berpengaruh pada proses pencetakan tablet. Jika serbuk
memiliki sifat alir yang baik maka akan menghasilkan tablet yang seragam.
Uji bobot jenis yang meliputi uji BJ nyata, BJ mampat, BJ sejati, kadar
pemampatan, perbandingan hausnner dan persen kompresibilitas. Uji Densitas atau
Bobot jenis, dengan prinsip menetapkan densitas atau kerapatan massa serbuk per
satuan volume (g/ml). Menggunakan alat Tapped Density Tester. Uji BJ Nyata adalah
BJ sebelum pemampatan, yakni bobot serbuk dibagi volume serbuk saat dimasukkan
kedalam gelas alat uji tanpa pemampatan (ml), pengujian ini dilakukan untuk melihat
bobot jenis tablet sebelum dikempa. Pada formula 7 diperoleh BJ nyata sebesar 0,500
g/ml, sedangkan pada formula 8 diperoleh BJ nyata 0,577 g/ml. Uji BJ mampat, dimana
BJ mampat adalah BJ setelah pemampatan yakni bobot serbuk dibagi volume serbuk
setelah dimampatkan atau pada ketukan 500 kali(ml), pengujian ini dilakukan untuk
melihat Bj dari massa serbuk setelah dikempa yang dilakukan dengan dengan proses
pengetukan. Pada formula 7 ketukan 500 kali didapatkan BJ Mampat 0,612 g/ml dan
pada ketukan 750 kali didapatkan BJ Mampat 0,625 g/ml, sedangkan pada formula 8
ketukan 500 kali didapatkan BJ Mampat 0,682 g/ml dan pada ketukan 750 kali
didapatkan BJ Mampat 0,698 g/ml. Setelah dilakukan pengujian BJ nyata dan Bj
mampat, nilai BJ nyata dan mampat yang diperoleh dapat digunakan untuk menghitung
kadar pemampatan, perbandingan hausner, dan persen kompresibilitas. Kemudian
dilakukan pengujian BJ sejati, dimana BJ sejati adalah BJ serbuk sesungguhnya, yakni
bobot serbuk dibagi volume serbuk dimana tidak termasuk pori-pori serbuk dan rongga
antar serbuk (ml), dan yang dilakukan menggunakan piknometer, 1 gram massa serbuk
dan digunakan cairan pendispersi yaitu paraffin cair, penambahan cairan pendispersi ini
bertujuan agar pori pori yang terdapat pada massa serbuk dapat ditutupi dan diisi oleh
cairan pendispersi ini, sehingga pori - pori pada permukaan serbuk tersebut tidak
terdapat udara yang dapat mempengaruhi proses penimbangan. BJ Sejati pada formula 7
yang didapatkan yaitu 1,108 g/ml sedangkan pada formula 8 yang didapatkan yaitu
1,048 g/ml. Lalu dilakukan pengujian kadar pemampatan, dimana kadar pemampatan
yaitu kadar pemampatan serbuk setelah pengetukan, yakni persentase dan selisih antara
volume serbuk sebelum dengan setelah pemampatan atau ketukan 500 kali (ml) dibagi
volume serbuk sebelum pemampatan (ml). Pada formula 7 didapatkan hasil 20%,
sedangkan pada formula 4 didapatkan hasil 17,308%, pada kedua formula tersebut
kadar pemampatan yang diperoleh memenuhi persyaratan karena termasuk kedalam
rentang kadar pemampatan yang baik, dimana serbuk yang memenuhi syarat jika nilai
kadar pemampatannya kurang dari sama dengan 20%. Sehingga kadar pemampatan
yang didapatkan pada serbuk yang diuji akan mudah dilakukan proses pencetakan.
Selanjutnya dilakukan perbandingan angka hausnner, dimana perbandingan haussner
adalah angka yang diperoleh dari rasio atau perbandingan BJ setelah pemampatan
dengan BJ sebelum pemampatan. Pada formula 7 angka hausner yang didapat 1,224 dan
pada formula 8 yaitu 1,182 Hasil perbandingan angka hausner pada kedua formula tidak
memenuhi syarat dimana serbuk memenuhi syarat jika angka hausner ̴ 1 semakin tinggi
faktor hausner, maka semakin buruk sifat aliran serbuk. Kemudian evaluasi serbuk yang
terakhir yaitu persen kompresibilitas, dimana persen kompresibilitas adalah persentase
dari kemampuan serbuk untuk dikompress menjadi sediaan tablet dengan menggunakan
alat tap density atau diperoleh hasil perhitungan dari hasil BJ mampat dan BJ nyata.
Pada formula 7 memenuhi persyaratan karena memperoleh persen kompresibilitas 20%
yaitu memiliki sifat alir cukup baik, dan pada formula 8 memenuhi syarat karena
memperoleh persen kompresibilitas 17,335% yaitu memiliki sifat alir cukup baik.
Selanjutnya dilakukan evaluasi terhadap tablet yang merupakan produk akhir.
Hal ini bertujuan untuk mengetahui tablet yang dihasilkan sudah sesuai atau belum
dengan parameter – parameter tablet yang baik. Adapun uji yang dilakukan diantaranya
adalah uji organoleptik, uji keseragaman ukuran, uji kekerasan, uji friksibilitas dan
friabilitas, uji keseragaman sediaan, uji waktu hancur, dan uji disolusi.
Uji organoleptis ini dilakukan untuk melihat karakter fisik sediaan tablet yang
telah dibuat dengan tujuan untuk melihat keseragaman bentuk, meliputi: Bentuk/rupa,
menggunakan kaca pembesar sehingga permukaan tablet dapat teramati; Warna; dan
Bau. Hasil pengujian pada formula 7 dan 8 memiliki bentuk bulat, warna putih, dan
tidak berbau. Maka dari itu formula 7 dan 8 memenuhi syarat karena, secara visual
tablet yang baik harus memiliki warna yang homogen dan tidak mengandung pengotor.
Uji keseragaman ukuran ini dilakukan untuk melihat karakter fisik sediaan tablet
yang telah dibuat, meliputi: keseragaman diameter, dan keseragaman Tebal
menggunakan alat jangka sorong. Pada prinsipnya, melihat keseragaman dari
propersionalitas (antara diameter dan ketebalan) tablet yang dibuat. Hasil pengujian
pada formula 7 dan 8 memenuhi syarat uji keseragaman ukuran. Dimana syaratnya
adalah diameter tablet tidak lebih dari 3 kali, dan tidak kurang dari 1 1/3 tebal tablet.
Uji kekerasan dilakukan untuk melihat kekerasan sediaan tablet yang telah
dibuat, dimana besarannya akan bergantung pada bobot tabletnya menggunakan alat
hardness tester. Kekerasan tablet akan berpengaruh terhadap ketahanan fisik tablet
terhadap kejatuhan (friabilitas) dan gesekan (friksibilitas), serta waktu hancur sediaan
tablet. Pada prinsipnya, melihat keseragaman dari propersionalitas (antara bobot dan
tebal) tablet yang diukur berdasarkan rasio beban yang diberikan per luas permukaan
tablet (kg/cm2). Hasil pengujian pada formula 7 yaitu 8,123 kg/cm2 tidak memenuhi
syarat hal ini kemungkinan dapat dipengaruhi oleh efek dari lubrikan yang kuat
sehingga meningkatkan kekerasan serta serbuk yang kurang baik. Pada formula 8 yaitu
5,470 kg/cm2 memenuhi syarat uji kekerasan, dimana syaratnya tablet kecil (bobot
tablet sampai 300 mg) = 4 – 7 kg/cm2 dan Tablet besar (bobot tablet 400 – 700 mg) = 7
– 12 kg/cm2.
Selanjutnya uji friksibilitas dan uji friabilitas, dimana Friksibilitas adalah
parameter untuk menguji ketahanan tablet jika tablet mengalami gesekan antar tablet
sedangkan friabilitas adalah parameter untuk menguji ketahanan tablet bila dijatuhkan
pada suatu ketinggian tertentu dengan besaran yang dipakai adalah % bobot yang hilang
selama pengujian dan menggunakan alat Friability Abrasion Tester. Pada prinsipnya,
untuk mengukur ketahanan permukaan tablet terhadap gesekan dan jatuhan yang
dialaminya sewaktu pengemasan dan pengiriman tujuan. Hasil uji friksibilitas pada
formula 7 tidak memenuhi syarat dimana pada formula 7 yaitu 1,152% yang harusnya
tidak boleh lebih dari 1% sedangkan pada formula 8 memenuhi syarat dengan nilai
0,586%. Hasil uji friabilitas pada formula 7 yaitu 1,217% tidak memenuhi syarat yang
harusnya tidak boleh lebih dari 1% dan formula 8 yaitu 0,775% memenuhi syarat.
Apabila hasil lebih dari 1% maka tablet semakin rapuh dan ketahanannya akan semakin
rendah. Hal tersebut kemungkinan dikarenakan penambahan bahan penghancur yang
dapat menurunkan tekanan pada kompresibilitas tablet, sehingga aksi pengikatan massa
kempa lemah dan menyebabkan kerapuhan tablet menjadi besar. Suatu tablet harus
memiliki kekerasan tertentu, agar dapat bertahan terhadap guncangan mekanik pada
saat pembuatan, pengepakan, serta berkaitan dengan waktu hancur dan untuk kekerasan
tablet lepas tunda yaitu antara 10-20 kg/cm2 (Hadisoewignyo dan Fudholi, 2016).
Uji keseragaman sediaan dilakukan untuk memastikan proses pembuatan dan
produk akhir yang diperoleh memiliki keragaman bobot dan keseragaman kandungan
yang baik sesuai persyaratan menggunakan alat Analytical balance. Pengujian ini
menjadi mutlak dalam sistem penjaminan mutu produksi, sebab tanpa dilakukan dan
terpenuhinya pengujian ini maka dapat disimpulkan bahwa sistem penjaminan mutu
tidak berjalan dengan baik. Pada prinsipnya, mesin cetak tablet tidak memiliki
kemampuan untuk membuat tablet yang 100% bobotnya seragam, sehingga akan
menghasilkan bobot tablet yang beragam maka simpangan inilah yang akan dievaluasi.
Hasil uji pada formula 7 dan 8 bahwa pemeriksaan bobot tablet secara keseluruhan
tidak memenuhi persyaratan keseragaman bobot, karena ada tablet yang menyimpang
dari nilai yang ditetapkan pada kolom A dan B. Adapun faktor yang mempengaruhi
keseragaman bobot yaitu kondisi peralatan yang digunakan dalam proses tabletasi,
seperti berubahnya pengaruh tekanan pada massa kempa sehingga berpengaruh pada
struktur kompak tablet.
Uji waktu hancur tidak menyatakan bahwa sediaan atau bahan aktifnya terlarut
sempurna. Sediaan dinyatakan hancur sempurna bila sisa sediaan yang tertinggal pada
kasa alat uji merupakan masa lunak yang tidak mempunyai inti yang jelas, kecuali
fragmen-fragmen bahan pembantu, bagian dari penyalut atau cangkang kapsul yang
tidak larut dengan menggunakan alat Disintegrator tester. Pada prinsipnya, untuk
mengetahui waktu yang dibutuhkan tablet untuk hancur dalam media yang telah
ditentukan. Hasil pengujian pada formula 7 tidak memenuhi syarat karena ada 1 tablet
yang tidak hancur dalam waktu kurang dari 15 menit sedangkan pada formula 8
memenuhi syarat. Hasil yang baik adalah Waktu yang diperlukan untuk menghancurkan
ke 6 tablet tidak lebih dari 15 menit untuk tablet yang tidak bersalut atau sesuai dengan
waktu yang ditentukan pada monografi dan Bila 1 tablet atau 2 tablet tidak hancur
sempurna, ulangi pengujian dengan 12 tablet lainnya: tidak kurang 16 dari 18 tablet
yang diuji harus hancur sempurna. Pada formula 7 dilakukan pengujian kembali dengan
12 tablet lainnya dengan hasil tidak kurang 16 dari 18 tablet yang diuji hancur
sempurna. Maka, setelah dilakukan pengujian kembali uji waktu hancur pada formula 7
memenuhi persyaratan. Bila pengocokan kurang baik dan terlalu lama, maka Mg stearat
dengan sifatnya yang tidak larut air akan memperlama waktu hancur taplet. Perbedaan
waktu hancur tersebut dikarenakan ketidakseragaman bobot dan ukuran tablet serta
homogenitas yang kurang baik. Semakin banyak jumlah bahan penghancur maka waktu
hancur tablet juga akan semakin cepat. Semakin lama tablet mengabsorpsi air maka
semakin lambat kerja bahan penghancur.
Uji disolusi merupakan suatu metode in vitro yang digunakan untuk mengetahui
pelepasan obat dari bentuk sediaan menjadi bentuk yang terlarut untuk memberikan
efek terapi (Banakar,1992). Pada prinsipnya, pelepasan zat aktif dari matrik tablet per
satuan waktu (mg/menit) dengan alat Dissolution Tester. Semakin lama waktu uji
disolusi maka semakin meningkat persen disolusi yang artinya semakin banyak zat aktif
yang terlarut dalam cairan tubuh. Analisis uji disolusi salah satunya dapat menggunakan
metode spektrofotometri UV. Metode spektrofotometri UV merupakan salah satu
metode yang dapat digunakan untuk menetapkan kadar CTM yang terdisolusi.
Pemilihan metode ini didasarkan pada struktur CTM yang memiliki gugus kromofor
berupa cincin pirimidin, cincin benzen, dan ikatan -C=C- yang mengandung elektron π
terkonjugasi yang dapat mengabsorbsi sinar pada panjang gelombang tertentu di daerah
UV (200-400 nm), sehingga dapat memberikan nilai serapan.
Pelarut yang digunakan untuk penetapan kadar CTM dan uji disolusi
berdasarkan Farmakope Indonesia Edisi V dan USP adalah HCl 0,2 N. HCl yang
bersifat asam kuat akan mudah melarutkan CTM yang mempunyai sifat basa pada
gugusnya. Hasil kadar tablet CTM diperoleh pada formula 7 sebesar 82,433% kadar
yang terlarut pada menit ke-45 sedangkan pada formula 8 yaitu 96,796% kadar yang
terlarut pada menit ke-45. Kadar zat aktif yang terlarut pada formula 7 tidak sesuai
dengan persyaratan dan formula 8 sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh
Farmakope Indonesia Edisi IV, dimana kadar CTM dalam waktu 45 menit harus larut
tidak kurang dari 75% CTM dari jumlah yang tertera pada etiket. Karena pada
pengujian ini dilakukan 6 tablet secara bersamaan maka Q-gabugan ditambah 10%
menjadi 85%. Uji memenuhi syarat bila kadar zat aktif yang terlarut dari 6 tablet tidak
kurang dari 85%. Hal ini menunjukkan bahwa pada formula 7 zat aktif tablet CTM
tidak dapat melarut dengan baik. Hasil yang tidak sesuai ini dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu dimana kemungkinan pengaruh dari bahan penghancur yang lama
atau pengambilan larutan pada tiap menitnya di tabung disolusi terlalu dalam sehingga
menyebabkan absorbansi yang dihasilkan naik-turun dan mempengaruhi % kadarnya.
Perbedaan pada kedua formula 7 dan 8 terletak pada bahan penghancur dan
bahan pengisi. Bahan penghancur pada formula 7 yakni menggunakan primogel 10%
dan formula 8 menggunakan starch 1500 10%. Mekanisme disintegrasi primogel adalah
dengan cara pengembangan dimana ketika primogel dibasahi dengan air maka air yang
masuk kedalam pori-pori tablet akan menyebabkan primogel mengembang, sehingga
partikel-pertikel dalam tablet saling bergesekan karena adanya tekanan mekanik
didalam tablet sehingga menyebabkan tablet hancur sedangkan mekanisme aksi starch
1500 sebagai bahan penghancur adalah dengan cara pengembangan (swelling) yaitu
apabila tablet terkena air maka bahan penghancur akan mengembang akibatnya serbuk
atau partikel penyusun tablet akan terdesak dan akhirnya hancur. Bahan pengisi pada
formula 7 yakni menggunakan avicel PH 102 dan formula 8 menggunakan spray dried
lactose dimana kedua pengisi ini memiliki filler-binder yang baik.
Hasil evaluasi serbuk pada formula 7 yaitu uji kelembaban memenuhi syarat, uji
sifat alir memenuhi syarat, kadar pemampatan memnuhi syarat, angka hausner tidak
memenuhi syarat, dan kompresibilitas cukup baik. Hasil evaluasi tablet pada formula 7
yaitu uji organoleptik memenuhi syarat, uji keseragaman ukuran memenuhi syarat, uji
kekerasan tidak memenuhi syarat, uji friksibilitas dan friabilitas tidak memenuhi syarat,
uji keseragaman sediaan tidak memenuhi syarat, uji waktu hancur memenuhi syarat,
dan uji disolusi tidak memenuhi syarat.
Hasil evaluasi serbuk pada formula 8 yaitu uji kelembaban memenuhi syarat, uji
sifat alir memenuhi syarat, kadar pemampatan memnuhi syarat, angka hausner tidak
memenuhi syarat, dan kompresibilitas cukup baik. Hasil evaluasi tablet pada formula 8
yaitu uji organoleptik memenuhi syarat, uji keseragaman ukuran memenuhi syarat, uji
kekerasan memenuhi syarat, uji friksibilitas dan uji friabilitas memenuhi syarat, uji
keseragaman sediaan tidak memenuhi syarat, uji waktu hancur memenuhi syarat dan uji
disolusi memenuhi syarat.
Berdasarkan hasil evaluasi diatas baik dari hasil evaluasi serbuk maupun tablet
bahwa mutu sediaan pada formula 7 dan 8 tidak memenuhi penjaminan mutu yang baik
terutama jika dilihat dari uji keseragaman sediaan pada kedua formula yang tidak
memenuhi syarat. Pada formula 8 dengan penghancur starch 1500 lebih baik daripada
formula 7 dengan penghancur primogel walaupun sama – sama memiliki mekanisme
penghancur dengan mengembang (Swelling). Hal ini terutama ditunjukan oleh hasil uji
waktu hancur dan uji disolusi. Dimana pada saat uji waktu hancur formula 8 memenuhi
syarat sedangkan formula 7 tidak memenuhi syarat pada saat pengujian dengan 6 tablet
karena ada 1 tablet yang tidak hancur dan baru memenuhi syarat setelah pengujian
kedua. Parameter selanjutnya dilihat dari uji disolusi, dimana uji disolusi pada formula
8 memenuhi syarat sedangkan pada formula 7 tidak memenuhi syarat. Dimana pada uji
waktu hancur dan uji disolusi ini keberadaan penghancur dalam sediaan tablet berperan
besar dalam memecah bentuk sediaan menjadi partikel kecil sehingga zat aktif obat
dapat terlepas dari bentuk sediannya (Dass and Shakir, 2013). Starch 1500 lebih baik
dari primogel karena primogel merupakan penghancur pati sedangkan starch 1500
merupakan superdisintegran sintetik. Keuntungan penambahan superdisintegran
diantaranya adalah kemampuan disintegrasinya lebih efektif dibandingkan dengan pati,
memiliki kompresibilitas dan daya alir yang kurang baik, dan kemampuan
disintegrasinya lebih efektif dengan menggunakan metode intragranular (Bala, et al.,
2012).

XIII. Kesimpulan
Dari hasil percobaan maka dapat disimpulkan:
1. Pembuatan tablet dengan metode kempa langsung yaitu pengempaan langsung
terhadap zat aktif dengan eksipien tanpa adanya proses granulasi dimana
eksipien untuk meningkatkan sifat alir dan kompresibilitas massa tablet.
2. Berdasarkan hasil evaluasi terhadap sediaan tablet pada formula 7 dan 8 tidak
memenuhi penjaminan mutu yang baik.
3. Evaluasi massa kempa dapat dilakukan dengan uji kelembaban, uji sifat alir,
kadar pemampatan, angka hausner, dan persen kompresibilitas. Evaluasi tablet
dapat dilakukan dengan uji organoleptik, uji keseragaman ukuran, uji kekerasan,
uji friksibilitas dan uji friabilitas, uji keseragaman sediaan, uji waktu hancur dan
uji disolusi.
4. Berdasarkan hasil evaluasi serbuk maupun tablet bahwa formula 8 dengan
penghancur starch 1500 lebih baik daripada formula 7 dengan penghancur
primogel.
DAFTAR PUSTAKA

Andayana, N. (2009). Teori Sediaan Tablet. Jakarta: Penerbit Dunia Farmasi. Hal. 706-
707.
Ansel, H. c. (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Terjemahan : Farida Ibrahim.
Edisi Keempat. Univer
Anwar, Effionora. (2012). Eksipien dalam Sediaan Farmasi. Jakarta: Dian Rakyat.
Bala, Rajni, Sushil Khanna, Pravin Pawar. (2012). Polymers in Fast Disintegrating
Tablets-A Review. Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research 5(2):
8-14.
Banakar, U.V. (1992). Pharmaceutical Dissolution Testing. New York: Marcel. Dekker
Inc. Ben, E.
Banker, G.S., and Anderson, N.R. (1994). Tablets, in: Lachman, L. Lieberman, H.A.,
and Kanig, J.L. (eds): The Theory and Practise of Industrial Pharmacy, 3rdEd.,
Marcel Dekker lnc., New York.
Bolhuis, G.K. and Z.T. Chowman. (1996). Materials Direct Compaction, in:
Pharmaceutical Powder Compaction Technology.G. Alderborn and C. Nyström
(eds.), Marker Dekker, Inc., New York
Dass, Sandipan and Shakir Ahmed Mazunder. (2013). An Update Precise Review on
Superdisintegrant. Indo American Journal of Pharmaceutical Research 3(3):
5342-5355
Dirjen POM. (2014). Farmakope Indonesia. Edisi V. Jakarta: Depkes RI.
Gohel, M.C. (2005). A Review of Co-Processed Directly Compressible Excipient. J
Pharm Pharmaceut Sci, 8 (1), 76-93.
Hadisoewignyo, L., dan Fudholi, A. (2016). Sediaan Solid. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Hellbom, E. (2006). “Chlorpheniramine, selective serotonin-reuptake inhibitors (SSRIs)
and over-the-counter (OTC) treatment”. Medical Hypotheses 66 (4): 689–690
Lachman L., Herbert, A. L. & Joseph, L. K. (2008). Teori dan Praktek Industri
Farmasi. Edisi III, 1119-1120. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.
Martindale, (1982), The Extra Pharmacopoeia 28th ed., London, The Pharmaceutical
Press.
Medina, M.D.L.L.R and V. Kumar. (2006). Evaluation of cellulose II powders as a
potential multifunctional excipient in tablet formulations. International Journal
of Pharmaceutics, 322(1-2), 31-5.
Rowe, R.C. et al. (2009). Handbook Of Pharmaceutical Excipients. 6th Ed. London:
The Pharmaceutical Press.
Siregar, C. J. P. dan Wikarsa, S. (2010). Teknologi Farmasi Sediaan Tablet: Dasar-
Dasar Praktis. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Halaman 13-170.
Swamy P. V., Patil A. N., Shirsand S. B., Amitkumar T., Farhana, L. (2010). Design
and Evaluation of Low Cost Directly Compressible Excipients. International
Journal of Research in Ayurveda & Pharmacy. 1(1): 153159.
Voigt, R. (1994). Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. V ed. Yogyakarta: UGM Press.
Winarno, F.G dan Rahayu. Titi Sulistyowati. (1994). Bahan Tambahan Untuk Makanan
dan Kontaminan. Jakarta: Gramedia.
LAMPIRAN
FORMULA 7

KEMASAN SEKUNDER
PRIMER
Polimer nomor 2: High Density Polyethylene (HDPE)

ETIKET BOTOL

CHLORISTAMINE®
CHLORPHENIRAMIN MALEAT
Tablet 4 mg
Sebaiknya disimpan didalam wadah tertutup rapat tidak tembus
cahaya pada suhu 30 ° C .

Diproduksi oleh :
PT. Mutiara Pharmacy
Bandung- Indonesia
FORMULA 8
CHLORISTAMINE®
CHLORPHENIRAMIN MALEAT
Tablet 4 mg

Komposisi :
Tiap tabet mengandung :
Chlorpheniramin Maleat .............................................4mg
Kegunaan :
CTM merupakan obat yang digunakan untuk membantu meredakan gejala alergi seperti
batuk, pilek, gatal pada hidung dan tenggorokan, gatal pada mata serta ruam.
Dosis & cara penggunaan:
Dewasa 3-4 kali sehari 1/2 - 1 tablet.
Anak 3-4 kali sehari 1/4 - 1/2 tablet. Berikan sesudah makan.
Efek samping
 Mengantuk.
 Pusing.
 Sakit kepala.
 Sembelit.
 Sakit perut.
 Penglihatan kabur.
 Penurunan koordinasi atau mulut kering atau hidung atau tenggorokan dapat
terjadi.

Kontra Indikasi
- Hipersensitivitas terhadap klorfeniramin.
- Gejala saluran pernapasan bagian bawah.
- Terapi bersamaan dengan MAO inhibitor memperkuat efek antikolinergik
(kekeringan).

Interaksi Obat
Tidak boleh di gunakan bersamaan dengan alkohol, depresan SSP, anti kolinergik,
penghambat MAO.

No Reg : DTL1734567812A1
No Batch :10010101A1
Exp. Date : 04 2022
Diproduksi oleh : PT. Mutiara Pharmacy Bandung- Indonesia.

FORMULA 8

KEMASAN SEKUNDER
KEMASAN PRIMER
Polimer nomor 2: High Density Polyethylene (HDPE)

ETIKET BOTOL

SULITAMINE ®
CHLORPHENIRAMIN MALEAT
Tablet 4 mg
Sebaiknya disimpan didalam wadah tertutup rapat tidak tembus cahaya
pada suhu 30 ° C .

Diproduksi oleh :
PT. Mutiara Pharmacy
Bandung- Indonesia
 farmakokinetik? farmakodinamik? farmakalogi? efek samping? penyimpanan?
SULITAMINE®
CHLORPHENIRAMIN MALEAT
Tablet 4 mg

Komposisi :
Tiap tabet mengandung :
Chlorpheniramin Maleat .............................................4mg
Kegunaan :
CTM merupakan obat yang digunakan untuk membantu meredakan gejala alergi seperti
batuk, pilek, gatal pada hidung dan tenggorokan, gatal pada mata serta ruam.
Dosis & cara penggunaan:
Dewasa 3-4 kali sehari 1/2 - 1 tablet.
Anak 3-4 kali sehari 1/4 - 1/2 tablet. Berikan sesudah makan.
Efek samping
 Mengantuk.
 Pusing.
 Sakit kepala.
 Sembelit.
 Sakit perut.
 Penglihatan kabur.
 Penurunan koordinasi atau mulut kering atau hidung atau tenggorokan dapat
terjadi.

Kontra Indikasi
- Hipersensitivitas terhadap klorfeniramin.
- Gejala saluran pernapasan bagian bawah.
- Terapi bersamaan dengan MAO inhibitor memperkuat efek antikolinergik
(kekeringan).

Interaksi Obat
Tidak boleh di gunakan bersamaan dengan alkohol, depresan SSP, anti kolinergik,
penghambat MAO.

No Reg : DTL2056512010A1
No Batch :2014567A1
Exp. Date : 04 2022
Diproduksi oleh : PT. Mutiara Pharmacy Bandung- Indonesia
Nilai Laporan: 73

Dinnanda Yussepina W., S.Farm

Anda mungkin juga menyukai