Anda di halaman 1dari 5

Resume Suspensi

NAMA : ALVINA FAISAL


STB : 15020170008
KLS : C4

A. Definisi
 Menurut Banker : 261
Suspensi didefinisikan sebagai sistem dispersi dimana fase dispersinya
berupa padatan dan media pendispersinya merupakan cairan.
 Menurut James Swarbrick : 3597
Suspensi adalah tipe dari sistem dispersi dimana internal atau fase
dispersinya didispersi secara seragam oleh agitasi mekanikal ke eksternal
fase yang biasa disebut media pensuspensi atau pembawa.

B. Alasan Suspensi Digunakan


 Menurut Ansel : 377
Ada beberapa alasan suspensi digunakan. Sebagai contoh Obat-obatan
tertentu secara kimia tidak stabil dalam lautan tetapi tabil saat
disuspensikan. Dalam hal ini suspensi memastikan stablitas kimia
sementara memungkinkan untuk terapi menggunakan cairan. Bagi banyak
pasien, bentu cairan lebih banyak disukai dari pada bentuk padat obat yang
sama karena kemudahan dalam menelan dan fleksibilitas dalam pemberan
dosis. Ini menguntungkan khususnya bagi bayi, anak-anak dan orang tua.
Kerugiannya adalah bagi obat-obatan tertentu yang mempunyai rasa yang
tidak mengenakkan jika diberikan dalam bentuk susensi oral.

C. Fitur Yang Diinginkan Dalam Suspensi Farmasetik


 Menurut Ansel : 378
1. Suspensi yang baik pengendpannya lama dan harus siap terdispersi
kembali saat wadahnya digoyang dengan lembut.
2. Ukuran partikel fase terdispersinya harus tetap cukup konstan selama
perioden yang lama saat didiamkan.
3. Suspensi harus siap dituangkan dan menyebar secara merata dalam
wadahnya.

D. Klasifikasi Suspensi
 Menurut James Swarbrick : 3597
Tiga kelas umum suspensi farmasi yaitu : diberikan secara oral
(kadang disebut campuran), Penggunaan luar (topikan lotion), dan injeksi
(parenteral).
E. Formulasi Umum Suspensi
 Menurut James Swarbrick : 3605-3606
1. Komponen dari sistem suspensi
Agen pembasah
Agen dispersan atau deflokulasi
Agen flokulasi
Pengental
2. Komponen dari fase eksternal
Agen pengontrol pH dan Buffers
Agen osmotik
Agen pewarna, rasa, dan pengaroma
Agen preservatis untuk mengontrol pertumbuhan mikroba

1) Agen Pembasah
Agen pembasah adalah surfaktan-surfaktan yang menurunkan
tegangan antarmuka dan sudut kontak antara partikel padat dan cairan
pembawa. Range terbaik untuk pembasah dan penyebaran oleh surfaktan
non-ion berada antara keseimbangan hidrofil-lipofil (HLB) nilai 7 sampai 10 ,
meskipun surfaktan dengan nilai lebih tinggi dari 10 sering digunakan untuk
tujuan pembasahan. Componen agen pembasah dan surfaktan termasuk :
tipe anionik (docusate sodium dan sodium lauryl sulfate) dan tipe nonionik
(polyoxyalkyl ethers, polyoxylakyl, phenyl ethers, polyoxy hydrogenated
castor oil, polyoxy sorbitan esters, dan sorbitan esters).
2) Agen Deflokulan dan Pendispersi
Tidak seperti surfaktan, agen ini tidak cukup untuk menurunkan
permukaan dan antarmuka, jadi mereka punya kecendrungan kecil untuk
membentuk busa atau membasahi partikel. Kebanyakan deflokulan umumnya
tidak dipertimbangkan aman untuk penggunaan dalam, dan sebagai hasilnya
yang diterima sebagai dispersan untuk penggunaan dalam adalah lecithin
atau turunan lecithin (biasannya mix antara phosphatides dan phospholipids).
3) Agen Flokulasi
Agen flokulasi primer adalah elektrolit netral sederhana dalam solusi
yang mampu mengurangi potensi dari suspensi berubah menjadi nol.
Konsentrasi kecil (0,01-1%) dari elektrolit netral, seperti natrium atau kalium
klorida, seringkali cukup untuk menginduksi flokulasi yang bermuatan lemah,
tidak larut air, organik non-elektrolit. Jika perubahannya tinggi, polimer yang
tidak larut dan jenis polyelectrolyte, konsentrasi serupa (0,01-1%) larut dalam
air ion divalen atau trivalen, seperti garam kalsium, tawas, sulfat, sitrat, dan
fosfat, mungkin diperlukan untuk pembentukan flok, tergantung pada muatan
partikel (positif atau negatif). Garam ini sering digunakan bersama sebagai
buffer pH dan agen flokulasi
4) Agen Pengental, Koloid Pelindung dan Pensuspensi.
Koloid pelindung atau hidrofilik seperti gelatin, gum alami, dan turunan
selulosa, yaitu yang teradsorpsi pada partikel yang tidak larut, meningkatkan
kekuatan dari lapisan hidrasi yang terbentuk di sekitar partikel tersuspensi
melalui ikatan hidrogen dan interaksi molekuler. Karena agen ini tidak
mengurangi tegangan permukaan dan tegangan antarmuka, mereka
berfungsi paling baik sebagai agen pembasah. Banyak dari agen koloid
pelindung dalam konsentrasi rendah (<0,1%) dan viskositas dalam
konsentrasi yang lebih tinggi (> 0,1%). Agen pensuspensi yang biasa
digunakan dalam suspensi farmasi termasuk, (1) Selulosa: natrium
karboksimetilselulosa, mikrokristalinselulosa (termasuk coprecipitates
dancampuran keduanya), hidroksietilselulosa, hidroksipropil selulosa,
hidroksipropil metilselulosa, metilselulosa, pati, natrium pati glikolat, dan
bubuk selulosa. (2) Clays: attapulgite, bentonite, magnesium aluminium
silikat, kaolin, silikon dioksida. (3) Gum : akasia, agar, algin, karaginan, guar,
pektin, tragacanth, xanthan. (4) Polimer: karbomer, polivinil alkohol, povidone,
polietilena oksida. (5) Gula: dekstrin, maltitol, sukrosa. (6) Lainnya:
aluminiummonostearate, lilin pengemulsi, agar-agar.

 Menurut Banker : 258


5) Agen pengontrol pH
Jika pH spesifik dibutuhkan, bisa ditambahkan baffer yang memadai.
Pengontrol pH sangat penting untuk obat yang memiliki asam yang dapat
terionkan atau grup dasar yang dapat dipengaruhi stabilitas dan atau
kelarutan dari pH dari pembawanya. Garam aktif osmotik (seperti natrium
klorida) dan atau stabilisator (seperti natrium edetate) bisa digantikan dengan
nonelektrolit organik seperti dextrosa, mannitol, atau sorbitol untuk
menghindari kemungkinan ketidakstabilan. Kebanyakan sistem dispersi stabil
pada pH 4-10 tapi bisa saja terflokulasi dibawah kondisi pH yang ekstrim.
6) Agen Preservatif
Preservatif melawan pertumbuhan mikroba adalah aspek penting dari
sistem dispersi, tidak hanya untuk kontaminasi utama mikrobiologis, tapi juga
untuk perihal integritas fisik dan kimia dari sistem dispersi.
7) Antioksidan
Kebanyakan produk farmasetik mengalami oksidatif detoriorasi saat
penyimpanan karena agen trapeutiknya atau zat tambahannya teroksidasi
oleh kehadiran oksigen atmosfer. Antioksidan diklasifikasikan dalam 3 grup :
(1) antioksidan sesungguhnya : tocopherols, alkyl gallates, butylated
hydroxyanisole (BHA) dan butylated hydroxytoluene (BHT), mereka biasanya
digunakan pada konsentrasi 0.001 hingga 0.1%. (2) antioksidan agen
pereduksi : asam ascorbic dan isoascorbic, dan kalium atau garam natrium
dari asam belerang. (3) antioksidan sinergis : asam sitrat, asam tartrat,
dinatrium edetate dan lecithin.
F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Stabilitas Suspensi
 Menurut Tim MGMP Pati : 24-25
Beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi ialah :
1) Ukuran partikel. Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas
penampang partikel tersebut serta daya tekan keatas dari cairan
suspensi itu. Hubungan antara ukuran partikel merupakan perbandingan
terbalik dengan luas penampangnya. Sedangkan antara luas
penampang dengan daya tekan keatas merupakan hubungn linier.
Artinya semakin besar ukuran partikel semakin kecil luas
penampangnya (dalam volume yang sama). Sedangkan semakin besar
luas penampang partikel daya tekan keatas cairan akan semakin
memperlambat gerakan partikel untuk mengendap, sehingga untuk
memperlambat gerakan tersebut dapat dilakukan dengan memperkecil
ukuran partikel.
2) Kekentalan (viscositas) Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula
kecepatan aliran dari cairan tersebut, makin kental suatu cairan
kecepatan alirannya makin turun (kecil). Kecepatan aliran dari cairan
tersebut akan mempengaruhi pula gerakan turunnya partikel yang
terdapat didalamnya. Dengan demikian dengan menambah viskositas
cairan, gerakan turun dari partikel yang dkandungnya akan diperlambat.
Tetapi perlu diingat bahwa kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi
agar sediaan mudah dikocok dan dituang. Hal ini dapat dibuktikan
dengan hukum STOKES

3) Jumlah pertikel (konsentrasi). Apabila didalam suatu ruangan berisi


partikel dalam jumlah besar, maka partikel tersebut akan susah
melakukan gerakan yang bebas karena sering terjadi benturan antara
partikel. Benturan itu akan menyebabkan terbentuknya endapan dari zat
tersebut, oleh karena itu makin besar konsentrasi partikel, makin besar
kemungkinan terjadinya endapan partikel dalam waktu yang singkat.
4) Sifat/muatan partikel. Dalam suatu suspesi kemungkinan besar terdiri
dari beberapa macam campuran bahan yang sifatnya tidak selalu sama.
Dengan demikian ada kemungkinan terjadi interaksi antar bahan
tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan.
Karena sifat bahan tersebut sudah merupakan sifat alam, maka kita
tidak dapat mempengaruhinya.
Stabilitas fisik suspensi farmasi didefinisikan sebagai kondisi
suspensi dimana partikel tidak mengalami agregasi dan tetap
terdistribusi merata. Bila partikel mengendap mereka akan mudah
tersuspensi kembali dengan pengocokan yang ringan. Partikel yang
mengendap ada kemungkinan depat saling melekat oleh suatu kekuatan
untuk membentuk agregat dan selanjutnya membentuk compacted cake
dan peristiwa ini disebut caking.

G. Tipe-Tipe Pengendapan Suspensi


 Menurut Lina Ratnasari : 2
1) Deflokulasi. Dalam sistem deflokulasi, partikel mengendap sindiri-sendiri
secara perlahan tergantung pada jaraknya dari dasar dan perbedaan
ukurannya. Partikel akan menyusun dirinya dan mengisi ruang-ruang
kosong saat mengendap dan akhirnya membentuk sedimen tertutup dan
terjadi aggregasi, selanjutnya membentuk cake yang keras dan sulit
terdispersi kembali karena telah terbentuk jembatan kristal yang
merupakan lapisan film yang liat pada permukaan sedimen. Suspensi
deflokulasi tekanannya lebih besar pada dasar wadah, volume
sedimentasi yang terbentuk kecil dan supernatan tampak keruh sehingga
terlihat bahwa suspensi lebih stabil. Pengendapan jenis ini tidak disukai
karena akan kesulitan dalam meredispersi sediaan walaupun sudah
dilakukan pengocokan.
2) Flokulasi. flokulasi adalah terpisahnya fase pendispersi dan fase
terdispersinya lebih cepat dibandingkan dengan deflokulasi. Namun,
endapan dari flokulasi dapat didispersikan kembali sedangkan endapan
deflokulasi tidak karena telah terbentuk caking, hal ini disebabkan oleh
ukuran partikel pada suspensi yang terdeflokulasi sangat kecil, hingga
membentuk ikatan antar partikel yang erat dan padat. Kecenderungan
partikel untuk terflokulasi tergantung pada kekuatan tarikan dan
penolakan diantara partikel. Bila penolakan cukup kuat, partikel-partikel
tetap terdipersi dan bila tidak, maka akan terjadi koagulasi. Misalnya :
suspensi partikel-partikel tanah liat bila ditambah NaCl dalam jumlah yang
semakin besar maka kekuatan penolakan semakin berkurang dan
akhirnya kekuatan penolakan tersebut tidak bisa lagi melawan kekuatan
tarikan London ( Van Der Waals ) sehingga system terflokulasi.
Kecepatan sedimentasi dan flokulasi suspensi dipengaruhi oleh : Ukuran
partikel, Interaksi partikel, BJ partikel dan medium, Kekentalan fase
kontinyu.

Anda mungkin juga menyukai