KEMPA LANGSUNG
V. Preformulasi Eksipien
5.1 Amprotab (Amilum Pro Tablet) (Dirjen POM, 1995: 1162) & (Rowe, 2009:
685)
BJ : 0,45-0,58 g/cm3
Sinonim : Amilum manihot
Pemerian : Serbuk, keras, putih, tidak berbau, dan rasa sedikit manis
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan lebih mudah larut dalam air
medidih, sangat sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam
kloroform dan eter
pH : 4-7
Stabilitas : Dalam keadaan kering stabil terhadap bahan kimia lain, dan
dalam bentuk pasta atau basah mudah rusak terhadap
mikroba
Inkompatibilitas : Zat oksidasi kuat
Kegunaan : Sebagai penghancur pada tablet dengan konsentrasi 3-25%
(penghancur luar dan dalam)
Konsentrasi yang digunakan dalam formula?
Penyimpanan : Disimpan dalam wadah tertutup rapat terhindar dari lembab
dan suhu panas, tempat kering
Kelembapan : Higroskopis. Moisture content 12-18%
Pemerian : Serbuk hablur, warna putih, rasa khas atau agak asam dan bau
lemah
Kelarutan : Mudah larut dalam etanol 95% dan praktis tidak larut dalam
air
Bj : 1,49 gram/cm3
Stabilitas : Stabil terhadap kelembapan, suhu. Higroskopis
TL : Tidak melebur tetapi terbakar pada suhu 200˚C
Inkompatibilitas: Vitamin C
Kegunaan : Sebagai penghancur pada tablet dengan konsentrasi 2-8%
Konsentrasi yang digunakan dalam formula?
Penyimpanan : Disimpan dalam wadah tertutup rapat
5.3 Avicel pH 102 / Microcrystaline Cellulose (Dirjen POM, 2014: 1003) &
(Rowe et al, 2009: 132)
5.4 Magnesium Stearat (Dirjen POM, 2014: 805) & (Rowe et al, 2009: 404).
Gambar 5.4. Struktur Kimia Mg Stearat
5.5 Talkum (Dirjen POM, 2014: 1247) dan (Rowe et al, 2009: 728).
Gambar 5.5. Struktur Kimia Talkum
Pemerian : Serbuk hablur sangat halus, putih, atau kelabu, berkilat, tidak
berbau, tidak berasa, bubuk kristal bebas dari butiran
Rumus Molekul: Mg3Si4O10(OH)2
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam pelarut basa dan asam, pelarut
organik, dan air
Stabilitas : Dapat disterilkan pada suhu 160 oC, dan disimpan dalam
wadah tertutup rapat
Inkompatibilitas: Surfaktan
Kegunaan : Glidan pada konsentrasi 1-10%
Konsentrasi yang digunakan dalam formula?
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat
7.5 Mg.Stearat
Mg.Stearat berfungsi sebagai lubrikan. Mg.Stearat memiliki sifat
hidrofobik dan berfungsi untuk menurunkan gaya adhesi dan mencegah
gesekan antara permukaan tablet dengan dinding die sehingga
mempermudah proses enjection. Selain dengan adanya sifat hidrofobik
dapat menghambat penetrasi air dan memberikan pengauh terhadap waktu
hancur. Konsentrasi Mg Stearat menurut Rowe et al (2009) adalah 0,25-5%.
Pada formula ini konsentrasi Mg stearat yang digunakan adalah 1%
sehingga masuk kedalam rentang konsentrasi yang dianjurkan.
7.6 Talk
Talk digunakan sebgai glidan yang berfungsi untuk menignkatkan
fluiditas massa yang akan dikempa sehingga massa kempa dapat mengisi
die dalam jumlah yang seragam. Alasan menggunakan talk adalah murah,
mudah didapat, dan tidak toksik karena tidak diserap sistemik setelah
dikonsumsi oral. Talk dan Mg.Stearat adalah kombinasi yang dapat
meningkatkan sifat alir. Konsentrasi talk menurut Rowe et al (2009) adalah
1-10%. Pada formula ini konsentrasi talk yang digunakan adalah 2%
sehingga masuk kedalam rentang yang dianjurkan.
VIII. Formula
Formula 5 Formula 6
CTM 4 mg 4
CTM
mg 4 mg
Amprotab 10% Primogel 5%
Avicel pH 102 q.s Avicel pH 102 q.s
Mg. Stearat 1% Mg. Stearat 1%
Talk 2% Talk 2%
Bobot/tablet: 250 mg
Jumlah Tablet: 500 tablet
CTM 4 mg 4 mg 4 mg 2g
Amprotab 10% 10/100 × 250 mg 25 mg 12,5 g
Mg Stearat 1% 1/100 × 250 mg 2,5 mg 1,25 g
Talk 2% 2/100 × 250 mg 5 mg 2,5 g
Avicel PH 102 qs 250 mg - (4+25+2,5+5) mg 213,5 mg 106,75 g
CTM 4 mg 4 mg 4 mg 2g
Primogel 5% 5/100 × 250 mg 12,5 mg 6,25 g
Mg Stearat 1% 1/100 × 250 mg 2,5 mg 1,25 g
Talk 2% 2/100 × 250 mg 5 mg 2,5 g
Avicel PH 102 qs 250 mg - (4+12,5+2,5+5) mg 226 mg 113 g
X.3.3. Uji Bj
Tapped density disiapkan, dipastikan gelas ukur sudah dalam kondisi
bersih dan kering, sampel diuji sesuai protap yang ditetapkan oleh pabrikan
alat uji yang digunakan.
4. Kadar Pemampatan
Persentase pemampatan granul setelah pengetukan, yakni persentase dari
selisih antara volume granul sebelum dengan setelah pemampatan /
ketukan 750 kali (ml) dibagi volume granul sebelum pemampatan (ml)
V 0−V 750
Kp = x 100%
V0
Dimana:
Kp = Kadar pemampatan (%)
V0 = Volume granul sebelum pemampatan (ml)
V750 = Volume granul sesudah pemampatan (ml)
5. Angka Hausner
Angka yang diperoleh dari rasio atau perbandingan BJ setelah
pemampatan dengan BJ sebelum pemampatan
BJ setelah pemampatan
Angka Hausnner =
BJ setelah pemampatan
6. Persen Kompresibilitas (%K)
Persentase dari kemampuan granul untuk dikompres (dimampat-cetakan)
sediaan tablet
BJ mampat−BJ nyata
%K = x 100%
BJ mampat
Alat uji disipakan dalam keadaan bersih dan kering, diambil secara acak
20 tablet, lalu dilakukan pengujian sesuai protap yang ditetapkan oleh
pabrikan alat uji yang digunakan. Diamati dan dicatat nilai kekeraan masing-
masing tablet, serta ditentukan kekerasan rata-rata dan standar deviasinya.
Lalu alat uji dibersihkan dan dirapikan seperti semula.
Kadar Air/
Formula Kelembaban
(%)
5 2,51
6 1,21
Penafsiran
Hasil:
Laju alir yang
baik yaitu 10
g/detik
Sudut Baring:
α= 25˚-30˚ (Granul sangat mudah mengalir)
α= 30˚-38˚ (Granul mudah mengalir)
α= > 38˚ (Granul kurang mengalir)
Hasil: Formula 5 memenuhi persyaratan laju alir dengan serbuk sangat mudah
mengalir. Formula 6 memenuhi persyaratan laju alir dengan serbuk sangat
mudah mengalir.
XI.3. Uji Bj
1. Bobot Nyata
5 30 61 0,492
6 30 57 0,526
Perhi
w
tungan : ρ = v
Formula 5 = 30 =0,492
61 g/ml
6 = 30 =0,526
Formula 57 g/ml
500× 30 50 0,6
5
750× 30 49 0,612
500× 30 45 0,667
6
750× 30 44 0,682
w
Perhitungan : ρ =
vn
5 (500 ×) = 30 =0,6
Formula 50 g/ml
6 (500 ×) = 30 =0,667
Formula 45 g/ml
6 (750 ×) = 30 =0,682
Formula 44 g/ml
(b−a)
Perhitungan : BJ Sejati = ρ= (b+d )−( a+c ) x bj cairan
pendispersi
(21,54−19,78)
Formula 5 = x 0,85= 1,142 g/ml
(21,54+ 29,57)−(19,78+ 30,12)
(21,94−19,78)
Formula 6 = x 0,85= 1,133 g/ml
(21,94+ 29,67)−(19,78+ 30,21)
4. Kadar Pemampatan
Kadar
Formula V0 (mL) Vn (mL)
Pemampatan (%)
500× 61 50 18,033
5
750× 61 49 19,672
500× 57 45 21,053
6
750× 57 44 22,807
V 0−V 750
Perhitungan : Kp = x 100%
V0
61ml−49 ml
Formula 5 Kp750 = x 100 %=19.672%
61 ml
57 ml−44 ml
Formula 6 Kp750= x 100 % = 22,807 %
57 ml
5. Angka Hausner
Penafsiran Hasil:
Indeks
No Sifat Alir
Kompresibilitas (%)
Perhitungan:
Formula 5: 3 × 0,573 cm = 1,719 cm
4/3 × 0,573 cm = 0,764 cm
Maka diameter memenuhi syarat jika rata-rata diameter berada diantara 0,777 cm –
1,749 cm
Penafsiran Hasil: Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali, dan tidak
kurang dari 1 1/3 tebal tablet.
Σx 125
̄x 6,254
Penafsiran Hasil: Tablet kecil (bobot tablet sampai 300 mg) = 4-7
kg/cm2 .
Tablet besar (bobot tablet 400 sampai 700 mg) = 7-12
kg/cm2
Hasil: Formula 5 memenuhi persyaratan
Formula 6
Σx 155.001
̄x 7.750
Penafsi
ran
Hasil: Tablet kecil (bobot tablet sampai 300 mg) = 4-7 kg/cm2 .
Tablet besar (bobot tablet 400 sampai 700 mg) = 7-12 kg/cm2
Hasil: Formula 6 tidak memenuhi persyaratan uji kekerasan
XI.7. Uji Friabilitas dan Friksibilitas
1. Friabilitas
Perhitungan:
5.42 g−5.39 g
Formula 5 = x 100 %=0,553 %
5.42 g
4.14 g−4.08 g
Formula 6 = x 100 %=1,449 %
4.14 g
Penafsiran Hasil: Bobot yang hilang setelah pengujian tidak boleh lebih
dari 1 %.
2. Friksibilitas
Perhitungan:
5.33 g−5.28 g
Formula 5 = x 100 %=0,938 %
5.33 g
4.26 g – 4.18 g
Formula 6 = x 100 %=1,878 %
4.26 g
Penafsiran Hasil: Bobot yang hilang setelah pengujian tidak boleh
lebih dari 1 %.
Hasil: Formula 5 memenuhi persyaratan. Formula 6 tidak memenuhi
persyaratan
Formula 5
1 280 16 260
2 270 17 275
3 256 18 263
4 265 19 258
5 276 20 263
6 263 21 267
7 271 22 265
8 250 23 253
9 271 24 263
10 272 25 265
11 263 26 280
12 256 27 245
13 262 28 250
14 270 29 267
15 280 30 283
ΣX 7971
̄X 265,7
Perhitungan:
- Kolom A
7,5% × 265,7 = 19,927 mg
Batas atas: 265,7 + 19,927 mg = 285,627 mg
Batas bawah: 265,7 - 19,927 mg = 245,773 mg
Range Kolom A: 245,773 mg - 285,627 mg
- Kolom B
15 % × 265,7 = 39,855 mg
Batas atas: 265,7 + 39,855 mg = 305,555 mg
Batas bawah: 265,7 - 39,855 mg = 225,845 mg
Range Kolom B: 225,845 mg - 305,555 mg
Formula 6
Formula 6
1 260,8 16 226,6
2 270,8 17 234
3 224 18 221,8
4 230,2 19 233,8
5 234,2 20 214,2
6 241,3 21 27,91
7 220,8 22 239,5
8 232,8 23 235
9 256,9 24 253,6
10 220,6 25 225,2
11 220,6 26 233,9
12 234,5 27 217
13 247,1 28 239,9
14 248,3 29 230,9
15 234 30 214,7
ΣX 6824,91
̄X 227,497
- Kolom A
7,5% × 227,497 = 17,062 mg
Batas atas: 227,497 + 17,062 mg = 244,559 mg
Batas bawah: 227,497 - 17,062 mg = 210,435 mg
Range Kolom A: 210,435 mg - 244,559 mg
- Kolom B
15 % × 227,497 = 34,124 mg
Batas atas: 227,497 + 34,124 mg = 261,621 mg
Batas bawah: 227,497 - 34,124 mg = 193,373 mg
Range Kolom B: 193,373 mg - 261,621 mg
Penafsiran Hasil: Tidak boleh ada 2 tablet yang masing-masing
menyimpang lebih besar dari harga yang ditetapkan pada kolom A
dari bobot rata-rata; dan tidak boleh ada 1 tablet pun yang
menyimpang lebih dari harga pada kolom B.
Hasil: Formula 5 memenuhi persyaratan. Formula 6 tidak memenuhi
persyaratan
Waktu Hancur
Tablet
Formula 5 Formula 6
1 5.32 3.46
XI.9.1. 2 4.23 15.92
3 4.15 7.21
4 4.04 2.34
5 3.56 3.56
6 2.26 3.01
Tablet Waktu
1 2.05
2 2.07
3 2.35
4 2.51
5 3.13
6 2.45
7 3.22
8 3.26
9 3.35
10 3.45
11 3.48
12 3.57
Penafsiran Hasil: Tablet hancur jika tidak ada bagian tablet yang
tertinggal diatas kasa, atau terkecuali seperti pernyataan yang
disebutkan sebelumnya
1. Waktu yang diperlukan untuk menghancurkan ke 6 tablet tidak
lebih dari 15 menit untuk tablet yang tidak bersalut atau sesuai
dengan waktu yang ditentukan pada monografi
2. Bila 1 tablet atau 2tablet tidak hancur sempurna, ulangi
pengujian dengan 12 tablet lainnya: tidak kurang 16 dari 18
tablet yang diuji harus hancur sempurna.
10 0.213
15 0.314
20 0.438
30 0.638
40 0.827
Kurva Kalibrasi
0.9 0.83
0.8 f(x) = 0.02 x + 0.01
0.7 R² = 1 0.64
Absrobansi
0.6
0.5 0.44
0.4 0.31
0.3 0.21
0.2
0.1
0
5 10 15 20 25 30 35 40 45
Konsentrasi (PPM)
Formula 5 Formula 6
Waktu
Absorbansi Absobansi × FP Absorbansi Absobansi × FP
Formula 5
Perhitungan konsentrasi(x) CTM pada masing-masing waktu
1. t10 (y = 0,744)
y = 0,0206 x +0,0129
0,744 = 0,0206 x +0,0129
X = 35,490 ppm
= 35,490 mg/L
= 17,745 mg/500 ml
2. t20 (y = 0,762)
y = 0,0206 x +0,0129
0,762 = 0,0206 x +0,0129
X = 36,364 ppm
= 36,364 mg/L
= 18,182 mg/500 ml
3. t30 (y = 0,904)
y = 0,0206 x +0,0129
0,904= 0,0206 x +0,0129
X = 43,257 ppm
= 43,257 mg/L
= 21,628 mg/500 ml
4. t45 (y = 0,944)
y = 0,0206 x +0,0129
0,944= 0,0206 x +0,0129
X = 45,199 ppm
= 45,199 mg/L
= 22,599 mg/500 ml
Perhitungan Kadar CTM pada menit ke 45
Konsentrasi CTM dalam tablet = 4 mg × 6 tablet = 24 mg
Konsentrasi CTM pada menit ke 45 = 22,599 mg/500 ml
Kadar nyata(45 menit )
% Kadar = × 100%
Kadar Teoritis
22,599 mg
= × 100%
24 mg
= 94,162%
Formula 6
Perhitungan konsentrasi(x) CTM pada masing-masing waktu
1. t10 (y = 0,77)
y = 0,0206 x +0,0129
0,77 = 0,0206 x +0,0129
X = 36,752 ppm
= 36,752 mg/L
= 18,376 mg/500 ml
2. t20 (y = 0,976)
y = 0,0206 x +0,0129
0,976 = 0,0206 x +0,0129
X = 46,752 ppm
= 46,752 mg/L
= 23,376 mg/500 ml
3. t30 (y = 0,852)
y = 0,0206 x +0,0129
0,852 = 0,0206 x +0,0129
X = 40,733 ppm
= 40,733 mg/L
= 20,366 mg/500 ml
4. t45 (y = 0,652)
y = 0,0206 x +0,0129
0,652 = 0,0206 x +0,0129
X = 31,024 ppm
= 31,024 mg/L
= 15,512 mg/500 ml
Perhitungan Kadar CTM pada menit ke 45
Konsentrasi CTM dalam tablet = 4 mg × 6 tablet = 24 mg
Konsentrasi CTM pada menit ke 45 = 15,512 mg/500 ml
Kadar nyata(45 menit )
% Kadar = × 100%
Kadar Teoritis
15,512mg
= × 100%
24 mg
= 64,633 %
XII. Pembahasan
Pada percobaan ini dilakukan pembuatan tablet CTM dengan metode kempa
langsung. Kempa langsung merupakan proses ketika tablet dikempa langsung
dari campuran serbuk zat aktif dan eksipien yang sesuai termasuk pengisi,
penghancur, glidan dan lubrikan, yang mengalir dengan seragam ke dalam
lubang kempa dan membentuk suatu padatan yang kokoh, tidak ada prosedur
perlakuan granulasi basah atau kering yang dilakukan pada campuran serbuk
(Siregar dan Wikarsa, 2010). Tujuan dari percobaan ini yaitu dapat membuat
tablet dengan metode kempa langsung, dapat melakukan evaluasi terhadap
massa kempa dan tablet, dapat menentukan mutu tablet sesuai dengan
persyaratan, dapat melihat pengaruh perbedaan penggunaan penghancur
terhadap mutu tablet. Prinsip dari percobaan ini yaitu Prinsip dari metode
kempa langsung adalah pembuatan tablet dengan cara mencampurkan zat aktif
dengan eksipien yang memiliki sifat alir yang baik, dimana semua zatnya
langsung dicetak menjadi tablet tanpa adanya pembuatan granul terlebih dahulu.
Pada percobaan ini zat aktif yang digunakan yaitu Chlorpheniramine
Maleat (CTM). CTM digunakan sebagai zat aktif dengan khasiat sebagai
antihistamin H1 dengan indikasi untuk pasien alergi. Antihistamin adalah obat
yang menentang kerja histamin pada H-1 reseptor histamin sehingga berguna
dalam menekan alergi yang disebabkan oleh timbulnya simptom karena
histamin (Ansel,1989). Antihistamin bekerja dengan menempati tempat pada sel
yang biasanya ditempati oleh histamin, dengan demikian akan menghilangkan
kemampuan histamin untuk menimbulkan reaksi alergi (Harkness, 1989).
CTM dibuat dalam bentuk tablet agar mendapatkan ketepatan dosis yang
baik dan mudah penggunaannya karena bentuk tablet penggunaannya melalui
rute oral. CTM memiliki data kelarutan mudah dalam air tetapi dalam formula
ini CTM tidak dibuat menjadi bentuk larutan karena bentuk larutan akan
memakan tempat (voluminous) dan tidak praktis untuk dibawa-bawa. Selain itu
CTM juga tidak dibuat menjadi sediaan serbuk karena dosis CTM yang
digunakan pada praktikum ini sangat kecil yaitu 4 mg sehingga dikhawatirkan
jika dibuat dalam bentuk serbuk maka serbuk akan berterbangan dan
mengurangi dosis. CTM tidak tahan panas dan lembab dan memiliki sifat alir
yang buruk sehingga metode tabletasi yang dipilih adalah kempa langsung
karena dosisnya kecil dan selama prosesnya tidak ada pemanasan dan
pembasahan. Untuk mengatasi sifat alir yang buruk dapat digunakan bahan
tambahan atau excipient dengan sifat alir dan kompresibilitas yang baik.
Dalam menghasilkan tablet yang memenuhi persyaratan, diperlukan bahan-
bahan tambahan yang digunakan pada pembuatan tablet yang diharapkan dapat
meningkatkan sifat aliran dan kompaktibilitasnya. Bahan tambahan yang
ditambahkan yaitu penghancur (Disintegrant) berfungsi untuk menghancurkan
tablet bila tablet kontak dengan cairan. Hancurnya tablet akan menaikkan luas
permukaan dari fragmen-fragmen tablet sehingga akan mempermudah
terlepasnya obat dari tablet (Alifah, 2002) Bahan tambahan yang digunakan
dalam percobaan ini untuk penghancur tablet formula 5 yaitu digunakan
amprotab, karena tablet yang masuk ke dalam tubuh harus hancur agar zat aktif
dapat bekerja. Amprotab akan menarik air ke dalam tablet sehingga tablet akan
mengembang dan pecah. Konsentrasi amprotab sebagai bahan penghancur
menurut Rowe et al (2009) adalah 3 - 25%. Pada formula ini konsentrasi yang
digunakan adalah 10% sehingga masuk ke dalam rentang yang dianjurkan.
Sedangkan penghancur untuk formula 6 yaitu digunakan primogel, karena tablet
yang masuk ke dalam tubuh harus hancur agar zat aktif dapat bekerja. Primogel
memiliki daya pengembang yang cukup besar tetapi tetap menjaga keutuhan
tabletnya sehingga pengembangan tersebut memberikan dorongan ke daerah
sekelilingnya sehingga membantu proses pecahnya tablet. Konsentrasi primogel
sebagai bahan penghancur menurut Rowe et al (2009) adalah 2 - 8%. Pada
formula ini konsentrasi yang digunakan adalah 5% sehingga masuk ke dalam
rentang yang dianjurkan.
Bahan tambahan selanjutnya yaitu pengisi (Filler/Diluent) yang
dimaksudkan untuk memperbesar volume dan berat tablet, Pengisi yang
digunakan yaitu avicel pH 102 dimana avicel pH 102 tersebut berbentuk granul
dengan sifat alir dan daya kompresibilitas yang baik sehingga cocok untuk
tablet yang dibuat dengan metode kempa langsung. Selain itu Avicel pH 102
mengalami deformasi plastik saat di kompresi yang dapat menyebabkan
terjadinya interlocking yaitu kekuatan ikatan antar partikel. Avicel pH 102
memiliki kadar lembab tinggi sehingga membuat ikatan yang cukup kuat antara
semua komponen. Konsentrasi Avicel pH 102 menurut Rowe et al (2009)
adalah 20 - 90%. Pada formula ini konsentrasi Avicel pH 102 yang digunakan
adalah qs. Jumlah yang ditambahkan disesuaikan dengan bobot tablet yang
diinginkan yakni sampai 250 mg.
Bahan tambahan selanjutnya yaitu lubrikan dan glidan. Untuk lubrikan
(pelincir) yang digunakan yaitu magnesium Stearat dimana memiliki sifat
hidrofobik dan berfungsi untuk menurunkan gaya adhesi dan mencegah gesekan
antara permukaan tablet dengan dinding die sehingga mempermudah proses
enjection. Selain dengan adanya sifat hidrofobik dapat menghambat penetrasi
air dan memberikan pengauh terhadap waktu hancur. Konsentrasi Mg Stearat
menurut Rowe et al (2009) adalah 0,25-5%. Pada formula ini konsentrasi Mg
stearat yang digunakan adalah 1% sehingga masuk kedalam rentang konsentrasi
yang dianjurkan. Kemudian glidan (pelicin) yang digunakan yaitu talkum.
Glidan tersebut berfungsi untuk meningkatkan fluiditas massa yang akan
dikempa sehingga massa kempa dapat mengisi die dalam jumlah yang seragam.
Alasan menggunakan talk adalah murah, mudah didapat, dan tidak toksik
karena tidak diserap sistemik setelah dikonsumsi oral. Talk dan Mg.Stearat
adalah kombinasi yang dapat meningkatkan sifat alir. Konsentrasi talk menurut
Rowe et al (2009) adalah 1-10%. Pada formula ini konsentrasi talk yang
digunakan adalah 2% sehingga masuk kedalam rentang yang dianjurkan.
Metode yang dipilih yaitu kempa langsung karena jika dilihat dari
karakteristik masing-masing zatnya untuk CTM dibuat dengan metode kempa
langsung karena dosis CTM dalam satu tablet adalah 4 mg (dosisnya kecil)
tidak tahan terhadap panas dan lembab, sifat alirnya baik sehingga memiliki
kemampuan untuk saling berikatan antar komponen tablet hanya dari proses
kempa. Apabila pembuatan tablet CTM ini menggunakan granulasi maka
dikhawatirkan dosis CTM akan hilang selama proses pembuatan (Ansel, 1989).
Kemudian untuk penghancur, untuk amprotab merupakan bahan yang
stabil dalam keadaan kering, tanpa pemanasan dan terlindung dari kelembaban
yang tinggi. Namun solutio amprotab atau pasta dengan pemanasan secara fisik
tidak stabil dan mudah ditumbuhi mikroorganisme (Galichet, 2006). Maka dari
itu amprotab tersebut sangat stabil jika dipilih proses metode kempa langsung.
Sedangkan penghancur untuk formula 6 yaitu primogel. Nama lain dari
primogel adalah sodium starch glycolate atau sodium carboxymethyl starch
yang merupakan serbuk yang mudah mengalir dan serbuk higroskopis. Bahan
ini stabil meskipun sangat higroskopis, harus disimpan dalam wadah tertutup
baik untuk melindungi dari kelembaban agar tidak menyebabkan penggumpalan
(Rowe et al., 2009). Karena primogel mempunyai sifat alir yang baik maka dari
itu dipilih metode kempa langsung.
Kemudian untuk pengisi yaitu Avicel pH 101 memiliki kompresibilitas
yang sangat baik, digunakan sebagai bahan pengisi tablet yang dibuat secara
granulasi maupun cetak langsung (Rowe et al., 2009). Karena mempunyai
kompresibilitas yang baik maka dipilih metodekempa langsung.
Penambahan magnesium stearat bertujuan untuk meningkatkan sifat alir
campuran serbuk dan mengurangi gesekan antar partikel sehingga campuran
serbuk lebih mudah mengalir ke dalam ruang cetak. Kombinasi talk dan
magnesium stearat mempunyai sifat yang dapat menyelubungi granul/serbuk
sehingga mengurang gesekan antar granul/serbuk dan granul/serbuk akan
mudah mengalir. Karena metode kempa langsung ini digunakan untuk zat aktif
dosis tinggi dalam hal ini CTM mempunyai dosis yang tinggi karena dalam 4
mg saja sudah memberikan efek juga CTM mempunyai sifat alir dan
kompresibilitas yang baik, begitupun dengan zat tambahan lainnya jika dilihat
dari karakteristik dan stabilitas masing-masing bahan maka dipilih metode
kempa langsung merupakan metode yang tepat. Secara prinsip metode kempa
langsung ini yaitu mencampurkan zat aktif, pengisi, dan penghancur terlebih
dahulu kemudian ditambahkan glidan dan lubrikan, setelah homogen jadilah
massa kempa yang siap di tabletasi.
Pada percobaan ini, bahan ditimbang sesuai dengan kebutuhan, dan untuk
bahan-bahan tersebut tidak dilakukan penghalusan bahan karena bahan
pembantu diharapkan berbentuk granular. Bahan – bahan dicampur sesuai
dengan aturan pencampuran. Untuk formula 5 (CTM, amprotab dan avicel pH
102) sedangkan untuk formula 6 yaitu (CTM, primogel dan avicel pH 102)
dicampur selama 15 menit agar bahan-bahan tersebut bisa tercampur hingga
homogen. Kemudian ditambahkan mg stearat dan talk dicampur selama 2 menit,
Pencampuran dilakukan selama 2 menit karena menurut Parrot (1971), sifat
hidrofobik dari magnesium stearat dan talkum maka pencampuran keduanya
dalam waktu yang terlalu lama dapat menghambat penetrasi air dengan
membentuk lapisan film sehingga dapat memberikan pengaruh negatif pada
waktu hancur, yakni semakin lama waktu pencampuran maka waktu hancur
tablet semakin lama dan laju disolusi tablet semakin rendah. Setelah didapatkan
massa kempa maka dilakukan uji evaluasi meliputi uji kelembaban, uji sifat alir
massa serbuk, uji bobo jenis ( BJ jenis nyata, BJ mampat, BJ sejati, kadar
pemampatan, angka hausner dan persen kompresibilitas. Proses metode kempa
langsung ini tidak digunakan bahan pengikat karena ada proses pengempaan
massa serbuk untuk menjadi tablet dan karena zatnya mempunyai sifat
kompresibilitas yang baik sehingga akan membentuk suatu padatan yang kokoh,
jika ada penambahan pengikat ditakutkan tablet yang dihasilkan akan menjadi
sangat keras dan akan sulit pada saat di dalam saluran cerna dan akibatnya zat
aktif sulit untuk lepas.
Berikut mekanisme tabletasi yaitu terdapat 3 siklus pembuatan tablet yaitu
filling, compression, dan ejection. Filling adalah proses dimana granul atau
serbuk masuk dan menempati hopper, kemudian hopper akan bergerak maju
sehingga serbuk atau granul dapat menempati dan mengisi ruang kempa.
Kemudian dilanjutkan dengan siklus compression, compression adalah proses
pengempaan tablet yg dimana mula mula hopper akan kembali mundur dan
upper punch akan bergerak kebawah sehingga terjadi pengempaan tablet di
dalam ruang kempaDan di akhiri dengan siklus ejection, proses ini adalah
proses dimana upper punch akan kembali ke atan dan lower punch akan
bergerak ke atas mendorong tablet ke atas sehingga sejajar denggan
hopper,kemudian hopper akan bergerak kedepan sehingga tablet akan ter
dorong ke ruang peluncuran atau terdorong ke luar, kemudia lower punch akan
kembali kebawah atau ke posisi awal, dan kemudian akan di ulangi kemabali
siklusnyaa mulai dari filling kembali dan begitupun seterusnya (Sarsvatkumar et
al, 2006) .
1
tidak kurang dari 1 kali tebal tablet. Dari persyaratan tersebut diperoleh
3
rentang diameter tablet formula 5 antara 0,764 cm – 1,719 cm, hasil
pengamatan terhadap diameter tablet menunjukkan rata-rata diameter tablet
sebesar 0,821 cm. Untuk formula 6 rentang diameter tabletnya antara 0,777 cm
- 1,749 cm. Hasil pengamatan terhadap diameter tablet menunjukkan rata-rata
diameter tablet sebesar 0,829 cm. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa
tidak ada satu pun tablet dari kedua formula yang menyimpang dari rentang
yang sudah dihitung sehingga tablet dinyatakan lolos uji keseragaman ukuran.
Evalusi yang selanjutnya yaitu uji kekerasan tablet yang bertujuan untuk
melihat kekerasan sediaan tablet yang telah dibuat, dimana besarannya akan
bergantung pada bobot tabletnya. Kekerasan tablet akan berpengaruh terhadap
ketahanan fisik tablet terhadap kejatuhan (friabilitas) dan gesekan (friksibilitas),
serta waktu hancur sediaan tablet. Prinsip dari evaluasi ini yaitu melihat
keseragaman dari propersionalitas (antara bobot dan tebal) tablet yang diukur
berdasarkan rasio beban yang diberikan perluas permukaan tablet (kg/cm 2)
dengan menggunakan alat yang bernama Hardness tester. Pengujian dilakukan
terhadap 20 tablet yang dipilih secara acak. Yang pertama dilakukan yaitu tablet
diletakan dalam tempat penyimpanannya kemudian memutar lingkaran yang
ada disebelah kiri alat sampai tablet mulai retak atau sampai ada angka yang
konstan di layar (bisa juga sampai terdengar suara dari alat). Angka yang keluar
ini adalah beban yang diberikan. Kemudian angka yang didapatkan ini dibagi
dengan 9,8 sehingga didapatkan daya ketahan tablet terhadap beban. Ketentuan
yang tertera dalam Farmakope Indonesia (1995) terhadap uji kekerasan tablet
untuk tablet dengan bobot 250 mg – 400 mg kekerasan tablet harus berada pada
4-7 kg/cm2. Jika kekerasan tabletnya dibawah 4 kg/cm2 maka tablet sangat
mudah hancur, mudah mengalami kerusakan akibat gesekan atau jatuhan.
Sedangkan jika kekerasa tabletnya diatas 7 kg/cm2 maka tablet tersebut terlalu
keras sehingga akan berpergaruh pada waktu hancur yang lama sehingga
absorbsi obat juga akan lama. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa rata-rata
kekerasan 20 tablet uji pada formula 5 yaitu sebesar 6,254 kg/cm 2 dan formula 6
sebesar 7,750 kg/cm2. untuk formula 5 rata-rata hasil kekerasan telah memenuhi
persyaratan sedangkan untuk formula 6 nilai kekerasannya tidak memenuhi
syarat karena nilainya tidak termasuk rentang yang telah ditentukan oleh
Farmakope Indonesia.
Evaluasi selanjutnnya yaitu uji friabilitas (kejatuhan) dan friksibilitas
(gesekan). Friabilitas adalah parameter untuk menguji ketahanan tablet jika
dijatuhkan pada suatu ketinggian tertentu sedangkan friksibilitas adalah
parameter untuk menguji ketahanan tablet jika tablet mengalami gesekan antar
tablet. Prinsip dari evaluasi ini yaitu untuk mengukur ketahanan permukaan
tablet terhadap gesekan dan jatuhan yang diamalinya sewaktu pengemasan dan
pengiriman dengan menggunakan alat yang bernama Friability Abrasion Tester.
Alat ini memiliki 2 kompartemen di bagian kanan dan kiri dimana pada bagian
kanan untuk pengujuan friabilitas dan pada bagian kiri digunakan untuk
pengujian friksibilitas. Kemudian dilakukan pengaturan putaran dan kecepatan
pada alat terlebih dahulu dimana putaran yang digunakan adalah 100 sedangkan
kecepatannya adalah 25 RPM. Kemudian ditimbang masing-masing 20 tablet
untuk kedua pengujian tersebut. Setelah itu masukkan masing-masing 20 tablet
ke bagian kanan dan kiri alat dan jalankan alat. Setelah pengujian selesai tablet
diambil dan dibersihkan dari serpihan-serpihan dan ditimbang. Menurut
Farmakope Indonesia (1995), tablet dinyatakan memenuhi syarat jika bobot
yang hilang setelah pengujian tidak lebih dari 1%. Jika nilai friabilitas dan
friksibilitas suatu tablet tinggi, maka kadar zat aktif dalam tablet akan semakin
sedikit karena bagian tablet yang hilang semakin besar. Untuk pengujian
friabilitas, bobot awal formula 5 sebesar 5,42 gram dan bobot setelah pengujian
5,39 gram sedangkan bobot awal untuk formula 6 sebesar 4,14 gram dan bobot
setelah pengujian 4,08 gram sehingga didapatkan bobot yang hilang setelah
pengujian sebesar 0,553% untuk formula 5 dan 1,449% untuk formula 6. Hal ini
menunjukan bahwa hasil pengujian friabilitas, bobot yang hilang pada formula
5 tidak melebihi 1% sehingga dapat disimpulkan tablet tersebut lolos pengujian
friabilitas, sedangkan untuk formula 6 bobot yang hilang setelah pengujian
melebihi 1%, hal ini menunjukan bahwa tablet tersebut tidak lolos pengujian
friablitas. Untuk pengujian friksibilitas, bobot awal formula 5 sebesar 5,33 gram
dan bobot setelah pengujian 5,28 gram sedangkan bobot awal untuk formula 6
sebesar 4,26 gram dan bobot setelah pengujian 4,18 gram sehingga didapatkan
bobot yang hilang setelah pengujian sebesar 0,938% untuk formula 5 dan
1,878% untuk formula 6. Hal ini menunjukan bahwa hasil pengujian
friksibilitas, bobot yang hilang pada formula 5 tidak melebihi 1% sehingga
dapat disimpulkan tablet telah lolos pengujian friksibilitas, sedangkan untuk
formula 6 bobot yang hilang setelah pengujian melebihi nilai 1%, sehingga
dapat disimpulkan bahwa tablet tersebut tidak lolos pengujian friksibilitas.
Evaluasi yang selanjutnya yaitu uji keseragaman sediaan meliputi uji
keseragaman bobot dan keseragaman kandungan. Namun pada praktikum kali
ini hanya dilakukan evaluasi uji keseragaman bobot. Uji kesergaman bobot
dilakukan terhadap 30 tablet yang diambil secara acak. Tujuan dari Evaluasi ini
adalah untuk menjamin tablet yang telah dibuat memiliki keseragaman
kandungan yang baik dan prinsipnya adalah menentukan keseragaman bobot
tablet yang dihasilkan satu per satu kemudian dilakukan penentuan simpangan
bobotnya. Pengujian ini menggunakan alat Analytical Balance. Caranya adalah
dengan menimbang satu persatu tablet. Diperoleh bobot rata-rata untuk formula
5 sebesar 265,7 mg dan untuk formula 6 sebesar 227,497 mg. Persyaratan yang
ditentukan oleh Farmakope Indonesia (1995) untuk uji keragaman bobot adalah
tidak boleh ada 2 tablet yang menyimpang lebih besar dari harga yang
ditetapkan pada Kolom A dari bobot rata-rata; dan tidak boleh ada satu tablet
pun yang menyimpang lebih dari harga pada kolom B. Untuk tablet dengan
bobot rata-rata 151mg-300mg, simpangan pada kolom A sebesar 7,5% dan
simpangan pada kolom B sebesar 15%. Sehingga diperoleh harga rentang yang
dapat diterima oleh kolom A untuk formula 5 yaitu 245,773 mg – 285,627 mg
dan rentang kolom B 225,845 mg – 305,555 mg, pada formula 6 rentang kolom
A sebesar 210,435 mg – 244,559 mg dan rentang kolom B sebesar 193,373 mg
– 261,621 mg. Hasil evaluasi menunjukkan bobot terendah yang dimiliki oleh
tablet yang diujikan pada formula 5 yaitu sebesar 245 mg dan bobot tertinggi
sebesar 283 mg, untuk formula 6 bobot terendah sebesar 214,2 mg dan bobot
tertinggi sebesar 279,1 mg. Dari data pengamatan formula 5 dan 6 terdapat lebih
dari 2 tablet yang menyimpang dari harga yang tertera pada kolom A dan lebih
dari 1 tablet yang menyimpang dari kolom B. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa tablet formula 5 dan 6 tidak memenuhi persyaratan uji keragaman bobot.
Hal ini mungkin terjadi karena adanya kerusakan pada alat cetak karena seperti
yang diketahui alat cetak tidak bisa mencetak tablet dengan bobot yang sama
persis dengan jumlah yang banyak.
Evaluasi yang selanjutnya adalah uji waktu hancur. Pengujian ini
menggunakan alat Disintegrator Tester dibuat dalam keadaan yang mirip
seperti saluran cerna manusia. Didalam saluran cerna, tablet akan mengalami
perlakuan baik secara fisika maupun secara kimiawi. Perlakuan secara fisika
berasal dari gerakan peristaltik di saluran cerna, sedangkan gerakan kimiawi
berasal dari asam lambung, air, suhu dan enzim-enzim pencernaan.
Disintegrator tester bekerja dengan cara menaik turunkan tabung tempat sampel
yang sudah diberi tutup dalam media aquadest didalam bejana. Tutup dan
gerakan naik turun diibaratkan gerak peristaltik dalam saluran pencernaan
karena tablet akan hancur dengan bantuan tumbukan dari tutup dan tabung
tempat tablet diujikan. Tujuan dari evaluasi ini yang mengetahui waktu yang
dibutuhkan tablet untuk hancur dalam media air. Pengujian yang dilakukan
dengan cara tablet dinaik-turunkan dalam suatu keranjang pada media air
dengan suhu kurang lebih 37 derajat Celcius dan mengukur waktu dari mulai
dilakukan pengujian hingga tablet yang dinyatakan hancur sempurna. Dipilih
suhu 37˚C untuk meyerupai suhu didalam tubuh. Seharusnya kedalam gelas
ukur ditambahkan HCl0,1N untuk menyerupai suasan asam yang ada di
lambung. Jumlah tablet yang diperlukan untuk uji ini adalah 6 tablet. Kemudian
tablet tersebut dimasukkan ke dalam keranjang dan diberi penutup untuk
menahan agar tabel tidak keluar dari keranjang saat keranjang dinaik turunkan.
Kemudian keranjang dimasukkan kedalam gelas ukur yang berisi medium air.
Dipilih medium air agar sama seperti medium yang ada di lambung. Kemudian
alat dinyalakan dan dilakukan pengujian sambil mengukur waktu yang
dibutuhkan sampai obat ini hancur sempurna. Ketika tablet sudah hancur
sempurna maka waktu tersebut menunjukkan waktu hancur tablet. Tablet
dikatakan hancur jika tidak ada bagian yang tertinggal di atas kassa atau yang
tertinggal hanya berupa masa lunak yang tidak memiliki inti jelas kecuali
fragmen-fragmen bahan pembantu seperti penyalut atau cangkang. Menurut
Farmakope Indonesia (1995) tablet tidak bersalut harus hancur sempurna dalam
waktu < 15 menit. Setelah dilakukan pengujian pada tablet formula 5
menunjukan bahwa tablet tersebut memenuhi persyaratan karena masing-
masing tabletnya dapat hancur sempurna pada jangka waktu tidak lebih dari 15
menit. Sedangkan untuk formula 6 menunjukan bahwa tablet tersebut tidak
memenuhi persyaratan, sehingga harus dilakukan pengujian ulang dengan cara
menguji ulang 12 tablet secara acak, setelah dilakukan pengujian ulang
sehingga didapatkan hasil bahwa tablet tersebut telah memenuhi persyaratan.
Evaluasi yang terakhir yaitu uji disolusi tablet. Pengujian ini dimaksudkan
untuk mengetahui seberapa banyak presentase zat aktif dalam obat yang
terabsorpsi dan masuk kedalam peredaran darah untuk memberikan efek terapi.
Prinsip dari pengujian ini yaitu pelepasan zat aktif dari matrik tablet persatuan
waktu (mg/menit). Alat yang digunakan untuk pengujian ini yaitu Dissolution
Tester. Berdasarkan ketentuan yang tertera dalam Farmakope Indonesia Edisi
V, uji disolusi tablet CTM dilakukan dengan media 500 ml aquadest , alat tife 2
(tipe dayung) dengan kecepatan putaran 50 rpm dan waktu 45 menit.
Persyaratan yang diberikan yaitu dalam 45 m4nit, harus larut tidak kurang dari
76% (Q). Pada sediaan tablet konvensional, harga Q harus ditambah 10% sesuai
ketentuan farmakope. Dimana Q adalah jumlah zat yang terlarut dalam tiap
menit. Jika Q 75% ditambah 10% maka kadarnya harus 85%. Pada percobaan
ini, untuk formula 5 memenuhi syarat, karena presentase kadar terdisolusi T 10 –
T45 lebih dari 85% yaitu dengan nilai 94,163%. Tetapi pada formula 6,
presentase kadar taerdisolusi T10 – T45 kurang daro 85% yaitu dengan nilai
64,633% hal ini menandakan bahwa kadar zat aktif yang terlarut tida memenuhi
syarat.
Setelah seluruh evaluasi selesai maka tablet masuk pada proses pengemasan.
Karena asam mefenmat harus disimpan dalam wadah tertutup rapat dan tidak
tembus cahaya (Dirjen POM, 2014: 143)
Kemasan primer yang digunakan adalah botol plastik putih. Hal ini
disesuaikan dengan kondisi penyimpanan CTM yaitu di wadah tertutup rapat
dan tidak tembus cahaya (Depkes RI, 1995: 210). Wadah tertutup rapat harus
mampu melindungi isi terhadap masuknya bahan cair, bahan padat atau uap dan
mencegah kehilangan selama penanganan, pengangkutan, penyimpanan dan
distribusi dan melindungi zat aktif terhadap sinar matahari (Dirjen POM, 1995:
210). Botol plastik putih yang digunakan adalah jenis termoplastik.
Jenis thermoplastic lebih banyak dipergunakan sebagai pengemas sediaan
farmasi karena lebih stabil dan dapat kembali ke bentuk semula setelah
pemanasan (Dean, 2000). Penggunaan plastik sebagai material kemasan produk
farmasi terutama karena keunggulannya dalam hal bentuknya yang fleksibel
sehingga mudah mengikuti bentuk sediaan farmasi yang dikemas; berbobot
ringan; tidak mudah pecah; mudah diberi label dan dapat dibuat dalam aneka
warna, dapat diproduksi secara massal serta harga yang relatif murah serta
terdapat berbagai jenis pilihan bahan plastik. Digunakan botol berwarna putih
agar dapat menahan sinar matahari yang akan menguraikan obat. Polimer botol
yang digunakan adalah HDPE (High Density Polyethylene). Bahan ini dipilih
karena memiliki warna (tidak bening), kuat, dan tahan terhadap suhu tinggi
sehingga dapat menjamin stabilitas dan kandungan CTM. Wadah ini sekali
pakai karena lapisan polimer akan meleleh dan bersifat karsinogenik. Kedalam
botol ditambahkan silica gel untuk menjaga agar CTM tetap dalam kondisi
kering. Namun penggunaanya disarankan hanya untuk satu kali penggunaan
karena jika digunakan berulang kali dikhawatirkan bahan penyusunnya lebih
mudah bermigrasi ke dalam sediaan. Sedangkan untuk wadah sekunder
digunakan kertas yang lebih tebal dari kertas biasa agar sediaan lebih
terlindungi lagi dari pengaruh cahaya, serta untuk melindungi rusaknya wadah
primer akibat gesekan-gesekan (Suyitno, 1990). Kemasan sekunder yang
digunakan adalah dus yang terbuat dari kertas yang lebih tebal dari kertas biasa
yang didalamnya ditambahkan informasi obat dalam bentuk leaflet. Tujuan
digunakan kemasan sekunder adalah untuk melindungi wadah primer dari
gesekan pada saat penyimpanan maupun saat peredaran. Didalam wadah
sekunder selalu diberikan brosur obat juga menggunakan kertas
XIII. Kesimpulan
1. Tablet CTM dibuat dengan metode kempa langsung yaitu metode kempa
langsung adalah pembuatan tablet dengan cara mencampurkan zat aktif
dengan eksipien yang memiliki sifat alir yang baik, dimana semua zatnya
langsung dicetak menjadi tablet tanpa adanya pembuatan granul terlebih
dahulu.
2. Pada formula 5 hasil evaluasi serbuk: tidak memenuhi persyaratan kadar
pemampatan dan angka hausner. dan memenuhi persyaratan uji
kelembaban, uji sifat alir massa serbuk, serbuk sangat mudah mengalir
menurut pengujian sudut baring serbuk, memiliki sifat alir cukup baik
menurut pengujian persen kompresibilitas.
3. Pada formula 6 hasil evaluasi granul: memenuhi persyaratan laju alir
serbuk sangat mudah mengalir menurut pengujian sudut baring. Dan tidak
memenuhi persyaratan uji kelembaban, angka hausner dan kadar
pemampatan, serta serbuk memiliki sifat alir agak baik menurut pengujian
persen kompresibilitas
4. Pada formula 5 hasil evaluasi tablet: memenuhi persyaratan uji
organoleptis, uji keseragaman ukuran, uji kekerasan, uji friabilitas, uji
friksibilitas,uji keseragaman sediaan (keragaman bobot) uji waktu hancur
dan uji disolusi tablet dan tidak ada evaluasi tablet yang tidak memenuhi
syarat.
5. Pada formula 6 hasil evaluasi tablet: memenuhi persyaratan uji
organoleptis, uji keseragaman ukuran, uji waktu hancur, uji kekerasan dan
uji disolusi tablet. Dan tidak memenuhi persyaratan uji kekerasan, uji
friabilitas, uji friksibilitas, uji keragaman bobt, dan uji disolusi tablet.
6. Penggunaan penghancur amprotab 10% pada percobaan ini dapat
meningkatkan mutu tablet yang lebih baik dibandingkan dengan primogel
5%
Daftar Pustaka
Alifah, O.S. (2002). Urgensi Eksipien dalam Sediaan Obat Makalah Seminar
Nasional Fakultas Farmasi. Yogyakarta: Universitas Gadjah mada.
Ansel, H.C., (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh
Farida Ibrahim, Asmanizar, Iis Aisyah, Edisi keempat. Jakarta: UI Press.
Dean, D.A., Evans, E.R., Hall, H.I., (2000). Pharmaceutical Packaging
Technology. London: Tailor&Francis.
Departemen Kesehatan RI. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan RI. (2014). Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Harkness, R. (1989). Interaksi Obat, diterjemahkan oleh Goeswin Agoes dan
mathilda S. Widianto. Bandung: Institut Teknologi Bandung
Katzung, B. G., (2004). Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi XIII. Buku 3.
Translationof Basic and Clinical Pharmacology Eight Edition Alih bahasa oleh
Bagian Farmakologi Fakultas kedokteran Universitas Airlangga. Jakarta:
Salemba Medika
Mc Evoy, GK. 2002. Drug Information. United States of America: American
Sosiety of Health-System Pharmacist.
Parrott, E.L., (1971). Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics
3th,. Minneapolis: Burgess Publishing Company.
Rowe, R.C. et Al. (2009). Handbook of Pharmaceutical Excipients, 6th Ed,
London: The Pharmaceutical Press.
Siregar, C.J.P., dan Wikarsa, S., (2010). Teknologi Farmasi Sediaan Tablet Dasar-
Dasar Praktis. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Suyitno, (1990). Bahan-Bahan Pengemas, Pusat antar Universitas Pangan dan Gizi
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
XIV. Lampiran no batch? no reg? foto botol kemasan primer?
Desain Dus
Etiket
Brosur no batch, no reg? farmakokinetik? farmakodinamik?
farmakalogi? kontraindikasi? logo obat? penyimpanan?
Nilai Laporan: 77