Anda di halaman 1dari 64

PERCOBAAN III

KEMPA LANGSUNG

I. Nama dan Kekuatan Sediaan


Nama Generik : CTM (Chlorpheniramine Maleate)
Nama Paten : Clortab
Kekuatan Sediaan : 4 mg/ tablet

II. Prinsip Percobaan


Prinsip pembuatan tablet dengan menggunakan dari metode kempa langsung
adalah pembuatan tablet dengan cara memilih dan mencampurkan zat aktif
dengan eksipien yang memiliki sifat alir yang baik dan daya kompresibilitas
yang baik, dimana semua campuran zatnya atau campuran massa tablet
langsung dicetak menjadi tablet tanpa adanya penambahan pengikat dan
pembuatan granul terlebih dahulu.

III. Tujuan Percobaan


1. Dapat membuat tablet mengandung zat aktif CTM dengan metode kempa
langsung
2. Dapat melakukan evaluasi terhadap massa kempa dan tablet
3. Dapat menentukan mutu tablet sesuai dengan persyaratan
4. Dapat melihat pengaruh perbedaan penggunaan penghancur terhadap mutu
tablet
IV. Preformulasi Zat Aktif
1. CTM (Chlorpheniramin Maleat) (Dirjen POM, 2014: 701)

Gambar 4. Struktur Kimia CTM


Rumus Molekul : C 6 H 19 C1 N 2 . C 4 H 4 O 4
Berat Molekul : 390,87 gram/mol
Pemerian : Serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa pahit, dan sifat alir
buruk
Kelarutan : Mudah larut dalam air, larut dalam etanol dan kloroform,
sukar larut dalam eter & benzen
Titik Lebur : 130o-135oC
pka : 9,13 (Pada suhu 25˚C)
Stabilitas : Tidak stabil terhadap cahaya, stabil pada suhu umumnya
pada penyimpanan kurang dari 40oC, lebih baik lagi pada
suhu 15-30oC, stabil apabila didapar pada pH 2,4,6 dan 8
(Mc Evoy, 2002)
Inkompatibilitas :Kalsium klorida, kanamisin sulfat, asam tartat, pentobarbital
natrium
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, tidak tembus cahaya
Sifat alir : Buruk sumber?
Kompresibilitas : Buruk sumber?
Khasiat : Analgetik
Indikasi : Obat antihistamin H1 untuk mencegah atau mengobati
simtomatik berbagai penyakit alergi dan mencegah dan
mengobati mabuk perjalanan (Katzung, 2004).
Kontraindikasi : Dapat menimbulkan aktivitas antikolinergik yang dapat
memperburuk asam bronkial, retensi urin dan glaukoma,
serangan asma akut, dan bayi prematur (Departemen
Farmakologi dan Teurapeutik UI, 2013: 228).
Dosis : Dewasa sehari 3-4 kali 1 tablet; Anak-anak (6-12 tahun)
sehari 3-4 kali ½ tablet dan (1-6) sehari 3-4 kali ½ tablet
(Departemen Farmakologi dan Teurapeutik UI, 2013: 228).
Aturan Pakai :Dapat diberikan bersama atau tanpa makanan (Departemen
Farmakologi dan Teurapeutik UI, 2013: 228).
Kategori Obat :Obat bebas terbatas (Departemen Farmakologi dan
Teurapeutik UI, 2013: 228).
Efek Samping : Pada sistem pencernaan : mual, muntah, diare, anoreksia,
pada sistem pernapasan : menekan sistem pernapasan dan
mengentalkan sekresi bronchial, pada saluran kencing :
penurunan sekresi urin, dan pada ginjal: poliuria, bradikia,
sedatif ringan (Katzung, 2004).

V. Preformulasi Eksipien
5.1 Amprotab (Amilum Pro Tablet) (Dirjen POM, 1995: 1162) & (Rowe, 2009:
685)

Gambar 5.1. Struktur Kimia Amprotab

BJ : 0,45-0,58 g/cm3
Sinonim : Amilum manihot
Pemerian : Serbuk, keras, putih, tidak berbau, dan rasa sedikit manis
Kelarutan : Mudah larut dalam air dan lebih mudah larut dalam air
medidih, sangat sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam
kloroform dan eter
pH : 4-7
Stabilitas : Dalam keadaan kering stabil terhadap bahan kimia lain, dan
dalam bentuk pasta atau basah mudah rusak terhadap
mikroba
Inkompatibilitas : Zat oksidasi kuat
Kegunaan : Sebagai penghancur pada tablet dengan konsentrasi 3-25%
(penghancur luar dan dalam)
Konsentrasi yang digunakan dalam formula?
Penyimpanan : Disimpan dalam wadah tertutup rapat terhindar dari lembab
dan suhu panas, tempat kering
Kelembapan : Higroskopis. Moisture content 12-18%

5.2 Primogel (Rowe et al, 2009:663)

Gambar 5.2. Struktur Kimia Primogel

Pemerian : Serbuk hablur, warna putih, rasa khas atau agak asam dan bau
lemah
Kelarutan : Mudah larut dalam etanol 95% dan praktis tidak larut dalam
air
Bj : 1,49 gram/cm3
Stabilitas : Stabil terhadap kelembapan, suhu. Higroskopis
TL : Tidak melebur tetapi terbakar pada suhu 200˚C
Inkompatibilitas: Vitamin C
Kegunaan : Sebagai penghancur pada tablet dengan konsentrasi 2-8%
Konsentrasi yang digunakan dalam formula?
Penyimpanan : Disimpan dalam wadah tertutup rapat

5.3 Avicel pH 102 / Microcrystaline Cellulose (Dirjen POM, 2014: 1003) &
(Rowe et al, 2009: 132)

Gambar 5.2. Struktur Kimia Avicel pH 102


Rumus Molekul : (C6H10O5)n
Pemerian : Serbuk halus berwarna putih, tidak berbau, tidak berasa
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air, larutan asam dan sebagian besar
pelarut organik
pH : 5-8
Bobot Jenis : 1,420 – 1,460 g/cm3
Titik Leleh : 260-270oC
Stabilitas : Stabil walaupun bahan bersifat higroskopis
Inkompatibilitas : Inkompatibel dengan zat pengoksidasi kuat
Penyimpanan : Disimpan dalam wadah tertutup rapat terhindar dari lembab
dan suhu panas, tempat kering
Kegunaan : Sebagai pengisi pada konsentrasi 20-90%
Konsentrasi yang digunakan dalam formula?

5.4 Magnesium Stearat (Dirjen POM, 2014: 805) & (Rowe et al, 2009: 404).
Gambar 5.4. Struktur Kimia Mg Stearat

Pemerian : Serbuk putih terang, bau khas asam asetat


Rumus Molekul: C36H70MgO4
BM : 591,24
Bj : 0,159 g/cm3
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol, eter, dan air, sedikit larut
dalam benzen dan etanol hangat
Titik Leleh : 126-130oC
Stabilitas : Stabil pada suhu ruangan
Inkompatibilitas : Dengan asam kuat, basa dan garam besi, tidak kompatibel
dengan pengoksidasi kuat aspirin, beberapa vitamin dan
kebanyakan garam alkohol
Kegunaan : Lubrikan pada konsentrasi 0,25-5%
Konsentrasi yang digunakan dalam formula?
Penyimpanan : Disimpan dalam wadah yang sejuk (15-25oC), kering dan
tertutup rapat

5.5 Talkum (Dirjen POM, 2014: 1247) dan (Rowe et al, 2009: 728).
Gambar 5.5. Struktur Kimia Talkum
Pemerian : Serbuk hablur sangat halus, putih, atau kelabu, berkilat, tidak
berbau, tidak berasa, bubuk kristal bebas dari butiran
Rumus Molekul: Mg3Si4O10(OH)2
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam pelarut basa dan asam, pelarut
organik, dan air
Stabilitas : Dapat disterilkan pada suhu 160 oC, dan disimpan dalam
wadah tertutup rapat
Inkompatibilitas: Surfaktan
Kegunaan : Glidan pada konsentrasi 1-10%
Konsentrasi yang digunakan dalam formula?
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

VI. Preformulasi Wadah dan Kemasan


VI.1. Kemasan Primer
Kemasan primer yang digunakan adalah botol plastik putih. Hal ini
disesuaikan dengan kondisi penyimpanan CTM yaitu di wadah tertutup
rapat dan tidak tembus cahaya (Depkes RI, 1995: 210). Wadah tertutup
rapat harus mampu melindungi isi terhadap masuknya bahan cair, bahan
padat atau uap dan mencegah kehilangan selama penanganan,
pengangkutan, penyimpanan dan distribusi dan melindungi zat aktif
terhadap sinar matahari (Dirjen POM, 1995: 210). Digunakan botol
berwarna putih agar dapat menahan sinar matahari yang akan menguraikan
obat. Polimer botol yang digunakan adalah polimer no 2 yaitu HDPE (High
Density Polyethylene). Bahan ini dipilih karena memiliki warna (tidak
bening), kuat, dan tahan terhadap suhu tinggi sehingga dapat menjamin
stabilitas dan kandungan CTM. Wadah ini sekali pakai karena lapisan
polimer akan meleleh dan bersifat karsinogenik. Kedalam botol
ditambahkan silica gel untuk menjaga agar CTM tetap dalam kondisi
kering.

VI.2. Kemasan Sekunder


Kemasan sekunder yang digunakan adalah dus yang terbuat dari kertas
yang lebih tebal dari kertas biasa yang didalamnya ditambahkan informasi
obat dalam bentuk leaflet. Tujuan digunakan kemasan sekunder adalah
untuk melindungi wadah primer dari gesekan pada saat penyimpanan
maupun saat peredaran. Didalam wadah sekunder selalu diberikan brosur
obat juga menggunakan kertas
VI.3. Kemasan Tersier
Kemasan tersier yang digunakan adalah dus yang ukuranya lebih besar
dari kemasan sekunder. Kemasan tersier digunakan untuk menggabungkan
seluruh kemasan sekunder untuk mempermudah proses transportasi dan
mencegah kerusakan produk.
VII. Analisis Pertimbangan Formula
7.1 CTM / Chlorpeniramine maleat
CTM digunakan sebagai zat aktif dengan khasiat sebagai antihistamin
H1 dengan indikasi untuk pasien alergi. CTM menghasilkan efek
menurunnya reaksi alergi.  CTM dibuat dalam bentuk tablet agar
mendapatkan ketepatan dosis yang baik dan mudah penggunaannya karena
bentuk tablet penggunaannya melalui rute oral. CTM memiliki data
kelarutan mudah dalam air tetapi dalam formula ini CTM tidak dibuat
menjadi bentuk larutan karena bentuk larutan akan memakan tempat
(voluminous) dan tidak praktis untuk dibawa-bawa. Selain itu CTM juga
tidak dibuat menjadi sediaan serbuk karena dosis CTM yang digunakan
pada praktikum ini sangat kecil yaitu 4 mg sehingga dikhawatirkan jika
dibuat dalam bentuk serbuk maka serbuk akan berterbangan dan
mengurangi dosis. CTM tidak tahan panas dan lembab dan memiliki sifat
alir yang buruk sehingga metode tabletasi yang dipilih adalah kempa
langsung karena dosisnya kecil dan selama prosesnya tidak ada pemanasan
dan pembasahan. Untuk mengatasi sifat alir yang buruk dapat digunakan
bahan tambahan atau excipient dengan sifat alir dan kompresibilitas yang
baik.
Dalam penentuan metode tabletasi, terdapat 3 aspek yang harus
diperhatikan yaitu sifat alir, dosis dan stabilitas dalam panas dan lembab.
Parameter pertama yang diperhatikan adalah sifat alir. Didalam buku British
Pharmacopoeia (2009: 1290) laju alir CTM adalah 1,2 ml/menit. Laju alir
yang baik yaitu 10 gram/detik atau 100 gram ≤ detik. Apabila dianalogkan,
1,2 ml CTM mempunyai berat < 10 gram namun laju alirnya sudah dalam
hitungan menit sehingga dapat disimpulkan bahwa sifat alir CTM kurang
baik. Untuk mengatasi sifat alir dan kompresibilitas yang buruk maka
dilakukan pemilihan dan penambahan bahan tambahan atau excipient
dengan sifat alir dan kompresibilitas yang baik sehingga dapat memperbaiki
dan meningkatkan sifat alir zat aktif. Kemudian parameter yang perlu
diperhatikan adalah dosis. Dosis yang digunakan untuk membuat tablet
CTM yaitu 4 mg per tablet. Dengan melihat parameter sifat alir dan dosis,
dapat disimpulkan bahwa metode tabletasi yang dipilih yaitu kempa
langsung, hal ini karena kempa langsung dapat diterapkan pada zat aktif
dengan sifat alir dan kompresibilitas asalkan dosis relatif kecil, yaitu tidak
dominan dalam massa tablet karena bobot tablet yang akan dibuat yaitu 250
mg per tablet sedangkan bobot CTM yang digunakan hanya 4 mg. CTM
tidak stabil dalam panas dan lembab, untuk masalah stabilitas CTM dalam
panas dan lembab tidak terlalu dipermasalahkan karena pada metode kempa
langsung tidak melibatkan pelarut dan pemanasan sehingga stabilitas dalam
panas dan lembab tidak mutlak dipersyaratkan. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa metode yang digunakan dalam pembuatan tablet
klorfeniramin maleat adalah kempa langsung
7.2 Amprotab
Amprotab digunakan sebagai penghancur karena tablet yang masuk ke
dalam tubuh harus hancur agar zat aktif dapat bekerja. Amprotab bekerja
menghancurkan tablet menjadi serbuk ketika sudah berada di dalam
lambung. Amprotab akan menarik air ke dalam tablet sehingga tablet akan
mengembang dan pecah. Konsentrasi amprotab sebagai bahan penghancur
menurut Rowe et al (2009) adalah 3 - 25%. Pada formula ini konsentrasi
yang digunakan adalah 10% sehingga masuk ke dalam rentang yang
dianjurkan.
7.3 Primogel
Primogel digunakan sebagai penghancur karena tablet yang masuk ke
dalam tubuh harus hancur agar zat aktif dapat bekerja. Primogel memiliki
daya pengembang yang cukup besar tetapi tetap menjaga keutuhan tabletnya
sehingga pengembangan tersebut memberikan dorongan ke daerah
sekelilingnya sehingga membantu proses pecahnya tablet. Konsentrasi
primogel sebagai bahan penghancur menurut Rowe et al (2009) adalah 2 -
8%. Pada formula ini konsentrasi yang digunakan adalah 5% sehingga
masuk ke dalam rentang yang dianjurkan.

7.4 Avicel pH 102


Avicel pH 102 digunakan sebagai pengisi. Avicel pH 102 berbentuk
granul dengan sifat alir dan daya kompresibilitas yang baik sehingga cocok
untuk tablet dengan zat aktif yang memiliki sifat alir dan kompresibilitas
yang buruk yang dibuat dengan metode kempa langsung.. Selain itu Avicel
PH 102 mengalami deformasi plastik saat di kompresi yang dapat
menyebabkan terjadinya interlocking yaitu kekuatan ikatan antar partikel.
Avicel PH 102 memiliki kadar lembab tinggi sehingga membuat ikatan
yang cukup kuat antara semua komponen. Konsentrasi Avicel PH 102
menurut Rowe et al (2009) adalah 20 - 90%. Pada formula ini konsentrasi
Avicel PH 102 yang digunakan adalah qs. Jumlah yang ditambahkan
disesuaikan dengan bobot tablet yang diinginkan yakni sampai 250 mg

7.5 Mg.Stearat
Mg.Stearat berfungsi sebagai lubrikan. Mg.Stearat memiliki sifat
hidrofobik dan berfungsi untuk menurunkan gaya adhesi dan mencegah
gesekan antara permukaan tablet dengan dinding die sehingga
mempermudah proses enjection. Selain dengan adanya sifat hidrofobik
dapat menghambat penetrasi air dan memberikan pengauh terhadap waktu
hancur. Konsentrasi Mg Stearat menurut Rowe et al (2009) adalah 0,25-5%.
Pada formula ini konsentrasi Mg stearat yang digunakan adalah 1%
sehingga masuk kedalam rentang konsentrasi yang dianjurkan.

7.6 Talk
Talk digunakan sebgai glidan yang berfungsi untuk menignkatkan
fluiditas massa yang akan dikempa sehingga massa kempa dapat mengisi
die dalam jumlah yang seragam. Alasan menggunakan talk adalah murah,
mudah didapat, dan tidak toksik karena tidak diserap sistemik setelah
dikonsumsi oral. Talk dan Mg.Stearat adalah kombinasi yang dapat
meningkatkan sifat alir. Konsentrasi talk menurut Rowe et al (2009) adalah
1-10%. Pada formula ini konsentrasi talk yang digunakan adalah 2%
sehingga masuk kedalam rentang yang dianjurkan.
VIII. Formula

Formula 5 Formula 6
CTM 4 mg 4
CTM
mg 4 mg
Amprotab 10% Primogel 5%
Avicel pH 102 q.s Avicel pH 102 q.s
Mg. Stearat 1% Mg. Stearat 1%
Talk 2% Talk 2%

Bobot/tablet: 250 mg
Jumlah Tablet: 500 tablet

IX. Perhitungan dan Penimbangan

IX.1. Perhitungan dan Penimbangan Formula 5

Bahan % Perhitungan 1 tablet 500 tablet

CTM 4 mg 4 mg 4 mg 2g
Amprotab 10% 10/100 × 250 mg 25 mg 12,5 g
Mg Stearat 1% 1/100 × 250 mg 2,5 mg 1,25 g
Talk 2% 2/100 × 250 mg 5 mg 2,5 g
Avicel PH 102 qs 250 mg - (4+25+2,5+5) mg 213,5 mg 106,75 g

IX.2. Perhitungan dan Penimbangan Formula 6

CTM 4 mg 4 mg 4 mg 2g
Primogel 5% 5/100 × 250 mg 12,5 mg 6,25 g
Mg Stearat 1% 1/100 × 250 mg 2,5 mg 1,25 g
Talk 2% 2/100 × 250 mg 5 mg 2,5 g
Avicel PH 102 qs 250 mg - (4+12,5+2,5+5) mg 226 mg 113 g

IX.3. Perhitungan Tablet Sebenarnya


 Massa tablet teoritis = 250 mg/tablet atau 125 gram/500 tablet
 Massa tablet sebenarnya:
Formula 5 = 122,34 gram (500 tablet) atau 244,68 mg/tablet
Formula 6 = 119,61 gram (500 tablet) atau 239,22 mg/tablet
 Jumlah tablet sebenarnya:
122,34 gram
Formula 5 = × 500 tablet = 489,36 tablet ~ 489 tablet
125 gram
119,61 gram
Formula 6 = × 500 tablet = 478,44 tablet ~ 478 tablet
125 gram
 Kandungan Zat Aktif / tablet:
122,34 gram
Formula 5 = × 2 gram = 1,957 gram/500 tablet = 3,914
125 gram
mg/tab
119,61 gram
Formula 6 = × 2 gram = 1,914 gram/500 tablet = 3,828
125 gram
mg/tab
 Bobot/tablet:
122,34 gram
Formula 5 = = 0,250 g/tablet = 250 mg/tablet
489 tab
119,61 gram
Formula 6 = = 0,250 g/tablet = 250 mg/tablet
478 tab

X. Prosedur Pembuatan dan Evaluasi


X.1. Tablet Formula 5
Ditimbang CTM 2 gram, Amprotab 12,5 gram, Mg Stearat 1,25 gram,
Talk 2,5 gram dan Avicel PH 102 106,75 gram. CTM, Amprotab, dan Avicel
dimasukkan kedalam plastik dan ditutup rapat. Kemudian plastik dimasukkan
kedalam wadah yang dihubungkan dengan alat mixing. Campuran tersebut di
mixing selama 15 menit. Kemudian ditambahkan Mg stearat dan Talk dan
dilakukan mixing lagi selama 2 menit. Selanjutnya dilakukan evaluasi terhadap
massa kempa yang meliputi; uji kadar air, uji sifat alir, dan uji Bj. Setelah massa
kempa memenuhi persyaratan, kemudian dilakukan tabletasi pada massa kempa
dengan punch diameter 6-8 mm dengan bobot 250 mg per tablet. Kemudian
dilakukan evaluasi tablet (Organoleptis, waktu hancur, kekerasan, kesergaman
ukuran dan bobot, friabilitas, friksibilitas serta uji disolusi).

X.2. Tablet Formula 6


Ditimbang CTM 2 gram, Primogel 6,25 gram, Mg Stearat 1,25 gram,
Talk 2,5 gram dan Avicel PH 102 113 gram. CTM, Amprotab, dan Avicel
dimasukkan kedalam plastik dan ditutup rapat. Kemudian plastik dimasukkan
kedalam wadah yang dihubungkan dengan alat mixing. Campuran tersebut di
mixing selama 15 menit. Kemudian ditambahkan Mg stearat dan Talk dan
dilakukan mixing lagi selama 2 menit. Selanjutnya dilakukan evaluasi terhadap
massa kempa yang meliputi; uji kadar air, uji sifat alir, dan uji Bj. Setelah massa
kempa memenuhi persyaratan, kemudian dilakukan tabletasi pada massa kempa
dengan punch diameter 6-8 mm dengan bobot 250 mg per tablet. Kemudian
dilakukan evaluasi tablet (Organoleptis, waktu hancur, kekerasan, kesergaman
ukuran dan bobot, friabilitas, friksibilitas serta uji disolusi).

X.3. Evaluasi Massa Kempa


X.3.1. Uji Kelembapan
Moisture Analytical Balance dibersihkan dan dikeringkan. Dimasukkan
sejumlah sampel kedalam alat dan dilakukan pengujian sesuai protap. Alat uji
dibersihkan dan dirapihkan kembali. Setelah memenuhi persyaratan, massa
serbuk diloloskan untuk proses selanjutnya.

X.3.2. Uji Sifat alir


Flow tester dibersihkan dan dikeringkan. Stopwatch disiapkan untuk
menghitung laju alir dan mistar untuk menghitung diameter dan tinggi ruahan
serbuk. 30 gram sampel diuji dengan membuka penutup corong bersamaan
dengan melakukan perhitungan waktu. Setelah seluruh sampel keluar dari alat,
lalu dihentikan dan dicatat waktu yang tertera pada stopwatch: laju alir
(g/detik). Diukur tinggi (h) dan diameter (r) ruahan yang terbentuk, lalu
dihitung: sudut baring (a0) menggunakan fungsi tangensial (tan a0 = h/r). Alat
uji dibersihkan dan dirapihkan. Setelah memenuhi persyaratan, massa serbuk
diproses selanjutnya.

X.3.3. Uji Bj
Tapped density disiapkan, dipastikan gelas ukur sudah dalam kondisi
bersih dan kering, sampel diuji sesuai protap yang ditetapkan oleh pabrikan
alat uji yang digunakan.

1. Bobot Jenis Nyata


Bobot jenis sebelum pemampatan, yakni bobot granul (gram; dalam 100
g) dibagi volume granul saat dimasukkan kedalam gelas ukur alat uji tanpa
pemampatan (ml).
W
ρ=
V0
ρ = BJ nyata (g/ml)
W = Bobot granul (gram)
V0 = volume granul tanpa pemampatan (ml)

2. Bobot Jenis Mampat


Bobot setelah pemampatan, yakni bobot granul (gram; dalam 100 g)
dibagi volume granul setelah dimampatan atau ketukan 500 kali (ml).
W
ρn =
Vn
ρn = BJ mampat (g/ml)
W = Bobot granul (gram)
Vn = volume granul pada ketukan (ml)
3. Bobot Jenis Sejati
Bobot jenis granul sesungguhnya, yakni bobot granul (gram; dalam 1 g)
dibagi volume granul dimana tidak termasuk pori-pori granul dan rongga
antar granul (ml)
(b−a)
BJ Sejati ρ = (b+d )−( a+c ) x bj cairan pendispersi
Dimana:
Cairan Pendisperi: Parafin Cair (Bj = 0,85)
a = Bobot Piknometer Kosong (gram)
b = Bobot Piknometer + 1 gram granul
c = Bobot Piknometer + 1 gram granul + cairan pendispersi
d = Bobot Piknometer + cairan pendispersi (paraffin cair)

4. Kadar Pemampatan
Persentase pemampatan granul setelah pengetukan, yakni persentase dari
selisih antara volume granul sebelum dengan setelah pemampatan /
ketukan 750 kali (ml) dibagi volume granul sebelum pemampatan (ml)
V 0−V 750
Kp = x 100%
V0
Dimana:
Kp = Kadar pemampatan (%)
V0 = Volume granul sebelum pemampatan (ml)
V750 = Volume granul sesudah pemampatan (ml)

5. Angka Hausner
Angka yang diperoleh dari rasio atau perbandingan BJ setelah
pemampatan dengan BJ sebelum pemampatan
BJ setelah pemampatan
Angka Hausnner =
BJ setelah pemampatan
6. Persen Kompresibilitas (%K)
Persentase dari kemampuan granul untuk dikompres (dimampat-cetakan)
sediaan tablet
BJ mampat−BJ nyata
%K = x 100%
BJ mampat

X.4. Evaluasi Tablet

X.4.1. Uji Organoleptis


Melihat bentuk tablet dengan menggunakan kaca pembesar, lalu melihat
warna sediaan tablet menggunakan alat indra (mata), kemudian mencium bau
dari tablet menggunakan alat indera (hidung).

X.4.2. Uji Keseragaman Ukuran


Alat uji disiapkan dalam keadaan bersih dan kering, diambil secara acak
20 tablet, lalu diukur diameter dan tebalnya menggunakan Micrometer Scale.
Lalu alat uji dibereshkan dan dirapihkan rapi seperti semula.

X.4.3. Uji Kekerasan

Alat uji disipakan dalam keadaan bersih dan kering, diambil secara acak
20 tablet, lalu dilakukan pengujian sesuai protap yang ditetapkan oleh
pabrikan alat uji yang digunakan. Diamati dan dicatat nilai kekeraan masing-
masing tablet, serta ditentukan kekerasan rata-rata dan standar deviasinya.
Lalu alat uji dibersihkan dan dirapikan seperti semula.

X.4.4. Uji Friabilitas dan Friksibilitas


Alat uji disipakan dalam keadaan bersih dan kering, diambil secara acak
20 tablet jika bobot tablet > 250 mg atau 40 tablet jika bobot < 250 mg untuk
masing-masing drum. Ditimbang bobot seluruh tablet sebelum pengujian (a),
lalu dilakukan pengujian sesuai protap yang ditetapkan oleh pabrikan alat uji
yang digunakan. Lalu tablet dikeluarkan dari masing-masing drum dan
dibersihkan satu persatu. Kemudian ditimbang bobot seluruh tablet setelah
pengujian. Kemudian alat dibersihkan dan dirapikan seperti semula.

X.4.5. Uji Keseragaman Bobot


Analytical Balance disiapkan dalam keadaan bersih dan kering, Diambil
secara acak 30 tablet, lalu ditimbang seluruhnya dan satu per satu. Kemudian
ditentukan nilai rata-rata dan standar deviasinya. Lalu alat uji dibersihkan dan
dirapikan seperti semula.

X.4.6. Uji Waktu Hancur


Disintegrator tester disiapkan dan dipastikan bejana sudah terisi oleh
media pelarut dan tabung tempat sampel sudah dalam kondisi bersih dan
kering dengan kondisi terangkat diatas permukan media pelarut. Bejana diisi
dengan HCl 0,1 N dengan volume diatur pada kedudukan tertinggi; dengan
suhu pelarut 36-38˚ C. Diambil secara acak 6 tablet, lalu satu persatu
dimasukkan kedalam tabung, lakukan pengujian sesuai protap yang ditetapkan
oleh pabrikan alat uji yang digunakan. Waktu hancur dicetak sejak pertama
kali alat diaktifkan hingga tidak ada bagian tablet yang tertinggal diatas kasa.
Alat dibersihkan dan dirapikan seperti semula. Ditentukan waktu hancur
tablet.

X.4.7. Uji Disolusi


X.4.7.1. Pembuatan Kurva Kalibrasi
Pertama-tama ditimbang CTM 20 mg. Lalu dilarutkan dalam 100 ml HCl
0,2 N. Dipipet sebanyak 1 ml dan diencerkan kedalam labu ukur 10ml.
Kemudian dibuat seri pengenceran dengan memipet 0,5; 0,75; 1; 1,25; 1,5;
1,75; dan 2 ml diencerkan kedalam labu ukur 10 ml. Dan yang terakhir
digunakan blangko HCl 0,2 N.
X.4.7.2. Pengujian Disolusi
Disiapkan alat uji disolusi (tipe dayung) dengan diatur suhunya 37˚C
dengan kecepatan 50 RPM dan waktu pengujian 45 menit. Kemudian
disiapkan 2 labu disolusi yang telah diberi aquadest 500 ml dengan suhu 37˚C.
1 labu digunakan untuk pengujian (labu uji) dan satu lagi untuk penambahan
larutan aquadest. Ditimbang 6 tablet CTM dan dimasukkan kedalam labu uji
disolusi. Larutan uji disolusi diambil sebanyak 5 ml dengan pipet ukur
kemudian dimasukkan ke labu takar 10 ml. Setiap volume uji yang diambil
diganti dengan aquadest sebanyak 5 ml dengan suhu 37˚C. Sampel diambil
setiap waktu 10, 20, 30, dan 45 menit. Pada labu ukur ditambahkan HCL 2 N
sebanyak 1 ml dan di ad aquadest sampai 10 ml. Sampel disaring dan
dimasukkan kedalam vial. Kemudian ukur absorbansi sampel menggunakan
spektrofotometri dengan panjang gelombang yang telah ditentukan. Blanko
yang digunakan adalah HCL 0,2 N yang dibuat dengan mengencerkan 1 ml
HCL 0,2 N dengan aquadest sampai 10 ml. Absorbansi yang didapat
kemudian dikali faktor pengenceran (2).

XI. Data Pengamatan


XI.1. Uji Kelembapan

Kadar Air/
Formula Kelembaban
(%)

5 2,51
6 1,21

 Penafsiran Hasil: Kandungan air yang baik 2-3%


 Hasil: Formula 5 memenugi persyaratan. Formula 6 tidak memenuhi
persyaratan.
XI.2. Uji Sifat Alir

 Penafsiran
Hasil:
Laju alir yang
baik yaitu 10
g/detik
Sudut Baring:
α= 25˚-30˚ (Granul sangat mudah mengalir)
α= 30˚-38˚ (Granul mudah mengalir)
α= > 38˚ (Granul kurang mengalir)

 Hasil: Formula 5 memenuhi persyaratan laju alir dengan serbuk sangat mudah
mengalir. Formula 6 memenuhi persyaratan laju alir dengan serbuk sangat
mudah mengalir.

XI.3. Uji Bj
1. Bobot Nyata

Formula W (gram) V0 (mL) ρ (g/mL)

5 30 61 0,492
6 30 57 0,526

 Perhi

w
tungan : ρ = v

Formula 5 = 30 =0,492
61 g/ml

6 = 30 =0,526
Formula 57 g/ml

2. Bobot Jenis Mampat

Formula W (gram) Vn (mL) ρ ( g/mL)

500× 30 50 0,6
5
750× 30 49 0,612
500× 30 45 0,667
6
750× 30 44 0,682
w
 Perhitungan : ρ =
vn
5 (500 ×) = 30 =0,6
Formula 50 g/ml

Formula 5 (750 ×) = 30 =0,6 12


49 g/ml

6 (500 ×) = 30 =0,667
Formula 45 g/ml

6 (750 ×) = 30 =0,682
Formula 44 g/ml

3. Bobot Jenis Sejati

Formula a (g) b (g) c (g) d (g) ρ sejati (g/mL)

5 19,78 21,54 30,12 29,67 1,142


6 19,78 21,94 30,21 29,67 1,133

(b−a)
 Perhitungan : BJ Sejati = ρ= (b+d )−( a+c ) x bj cairan
pendispersi
(21,54−19,78)
Formula 5 = x 0,85= 1,142 g/ml
(21,54+ 29,57)−(19,78+ 30,12)
(21,94−19,78)
Formula 6 = x 0,85= 1,133 g/ml
(21,94+ 29,67)−(19,78+ 30,21)

4. Kadar Pemampatan
Kadar
Formula V0 (mL) Vn (mL)
Pemampatan (%)

500× 61 50 18,033
5
750× 61 49 19,672
500× 57 45 21,053
6
750× 57 44 22,807

V 0−V 750
 Perhitungan : Kp = x 100%
V0
61ml−49 ml
Formula 5 Kp750 = x 100 %=19.672%
61 ml
57 ml−44 ml
Formula 6 Kp750= x 100 % = 22,807 %
57 ml

 Penafsiran Hasil: Granul memenuhi syarat jika Kp ≤ 20%


 Hasil: Formula 5 memenuhi persyaratan. Formula 6 tidak memenuhi
persyaratan

5. Angka Hausner

Formula B0 (g/mL) Bn (g/ml) H

5 0,492 0,612 1,244


6 0,526 0,682 1,297
BJ setelah pemampatan
 Perhitungan : Angka Hausnner =
BJ setelah pemampatan
0,612
Formula 5 = =1,244
0,492
0,682
Formula 6 = =1,297
0,526
 Penafsiran Hasil: Granul memenuhi syarat jika angka Hausner
sama dengan 1

 Hasil: Formula 5 tidak memenuhi persyaratan. Formula 6 tidak


memenuhi persyaratan
6. Persen Kompresibilitas

Formula BJ Mampat BJ Nyata %K

5 0,612 0,492 19,608


6 0,682 0,526 22,874

BJ mampat −BJ nyata


 Perhitungan : %K = x 100%
BJ mampat
0,612−0,492
Formula 5 %K = x 100 %=19,608 %
0,612
0,682−0,526
Formula 6 %K= x 100 %=22,874 %
0,682

 Penafsiran Hasil:
Indeks
No Sifat Alir
Kompresibilitas (%)

1 ˂10 Sangat Baik


2 11 sampai 15 Baik
3 16 sampai 20 Cukup Baik
4 21 sampai 25 Agak Baik
5 26 sampai 31 Buruk
6 32 sampai 37 Sangat Buruk
7 ˃37 Sangat Buruk Sekali

 Hasil: FFormula 5 memenuhi persyaratan. Formula 6 tidak


memenuhi persyaratan

XI.4. Uji Organoleptis


1. Formula 5
No. Bentuk Warna Bau

1 Bulat Putih Tidak berbau

2 Bulat Putih Tidak berbau

3 Bulat Putih Tidak berbau

4 Bulat Putih Tidak berbau

5 Bulat Putih Tidak berbau

6 Bulat Putih Tidak berbau

7 Bulat Putih Tidak berbau

8 Bulat Putih Tidak berbau

9 Bulat Putih Tidak berbau

10 Bulat Putih Tidak berbau

11 Bulat Putih Tidak berbau

12 Bulat Putih Tidak berbau

13 Bulat Putih Tidak berbau

14 Bulat Putih Tidak berbau

15 Bulat Putih Tidak berbau

16 Bulat Putih Tidak berbau

17 Bulat Putih Tidak berbau

18 Bulat Putih Tidak berbau

19 Bulat Putih Tidak berbau

20 Bulat Putih Tidak berbau


2. Formula 6
No. Bentuk Warna Bau

1 Bulat Putih Tidak berbau

2 Bulat Putih Tidak berbau

3 Bulat Putih Tidak berbau

4 Bulat Putih Tidak berbau

5 Bulat Putih Tidak berbau

6 Bulat Putih Tidak berbau

7 Bulat Putih Tidak berbau

8 Bulat Putih Tidak berbau

9 Bulat Putih Tidak berbau

10 Bulat Putih Tidak berbau

11 Bulat Putih Tidak berbau

12 Bulat Putih Tidak berbau

13 Bulat Putih Tidak berbau

14 Bulat Putih Tidak berbau

15 Bulat Putih Tidak berbau

16 Bulat Putih Tidak berbau

17 Bulat Putih Tidak berbau

18 Bulat Putih Tidak berbau

19 Bulat Putih Tidak berbau

20 Bulat Putih Tidak berbau


 Penafsiran Hasil: memiliki bentuk yang bulat, berwarna putih dan
tidak berbau
 Hasil: Formula 5 memenuhi persyaratan. Formula 6 memenuhi
persyaratan

XI.5. Uji Keseragaman Ukuran


Formula 5 Formula 6
Tablet
Diameter (cm) Tebal (cm) Diameter (cm) Tebal (cm)

1 0,820 0,570 0,830 0,590


2 0,820 0,570 0,830 0,580
3 0,821 0,580 0,830 0,570
4 0,820 0,570 0,830 0,590
5 0,821 0,580 0,830 0,590
6 0,820 0,570 0,830 0,580
7 0,820 0,570 0,830 0,580
8 0,820 0,570 0,830 0,580
9 0,821 0,575 0,830 0,600
10 0,820 0,570 0,815 0,590
11 0,820 0,570 0,830 0,590
12 0,820 0,580 0,830 0,570
13 0,821 0,570 0,820 0,560
14 0,823 0,570 0,830 0,590
15 0,820 0,580 0,830 0,570
16 0,820 0,570 0,830 0,560
17 0,823 0,580 0,830 0,590
18 0,820 0,570 0,830 0,590
19 0,820 0,580 0,830 0,590
20 0,823 0,570 0,830 0,590
ΣX 16,413 11,465 16,575 11,65
̄X 0,821 0,573 0,829 0,583

 Perhitungan:
Formula 5: 3 × 0,573 cm = 1,719 cm
4/3 × 0,573 cm = 0,764 cm

sehingga : 4/3 x X́ tebal< X́ Diameter < 3 x X́ tebal

...... < ...... < ......


Maka diameter memenuhi syarat jika rata-rata diameter berada diantara 0,764 cm –
1,719 cm

Formula 6: 3 × 0,583 cm = 1,749 cm


4/3 × 0,583 cm = 0,777 cm
sehingga : 4/3 x X́ tebal< X́ Diameter < 3 x X́ tebal

...... < ...... < ......

Maka diameter memenuhi syarat jika rata-rata diameter berada diantara 0,777 cm –
1,749 cm

 Penafsiran Hasil: Diameter tablet tidak lebih dari 3 kali, dan tidak
kurang dari 1 1/3 tebal tablet.

 Hasil: Formula 5 memenuhi persyaratan. Formula 6 memenuhi


persyaratan

XI.6. Uji Kekerasan


Formula 5

Tablet Gaya (N) N/9.8 Kg/Cm 3

1 100.34 100.34/9.8 10.239


2 61.6 61.6/9.8 6.286
3 54.3 54.3/9.8 5.541
4 34.3 34.3/9.8 3.5
5 61.8 61.8/9.8 6.306
6 62.9 62.9/9.8 6.418
7 73.5 73.5/9.8 7.5
8 53.5 53.5/9.8 5.459
9 94.5 94.5/9.8 9.643
10 74.3 74.3/9.8 7.582
11 92.32 92.32/9.8 9.42
12 78.7 78.7/9.8 8.031
13 24.9 24.9/9.8 2.541
14 58.7 58.7/9.8 5.99
15 62.3 62.3/9.8 6.357
16 52.3 52.3/9.8 5.337
17 26.5 26.5/9.8 2.704
18 51.1 51.1/9.8 5.214
19 73.5 73.5/9.8 7.5
20 34.5 34.5/9.8 3.52

Σx 125
̄x 6,254
 Penafsiran Hasil: Tablet kecil (bobot tablet sampai 300 mg) = 4-7
kg/cm2 .
Tablet besar (bobot tablet 400 sampai 700 mg) = 7-12
kg/cm2
 Hasil: Formula 5 memenuhi persyaratan

Formula 6

Tablet Gaya (N) N/9.8 Kg/Cm 3

1 99.42 100.34/9.8 10.145


2 100.42 61.6/9.8 10.247
3 78.3 54.3/9.8 7.99
4 49.34 34.3/9.8 5.035
5 54.74 61.8/9.8 5.586
6 134.74 62.9/9.8 13.749
7 78.3 73.5/9.8 7.99
8 73.4 53.5/9.8 7.49
9 32.9 94.5/9.8 3.357
10 54 74.3/9.8 5.51
11 61.6 92.32/9.8 6.286
12 104.2 78.7/9.8 10.633
13 35.45 24.9/9.8 3.617
14 83.42 58.7/9.8 8.512
15 64.2 62.3/9.8 6.551
16 98.42 52.3/9.8 10.043
17 24.52 26.5/9.8 2.502
18 87.52 51.1/9.8 8.931
19 98.43 73.5/9.8 10.044
20 105.67 34.5/9.8 10.783

Σx 155.001
 ̄x 7.750
Penafsi
ran
Hasil: Tablet kecil (bobot tablet sampai 300 mg) = 4-7 kg/cm2 .

Tablet besar (bobot tablet 400 sampai 700 mg) = 7-12 kg/cm2
 Hasil: Formula 6 tidak memenuhi persyaratan uji kekerasan
XI.7. Uji Friabilitas dan Friksibilitas
1. Friabilitas

Formula a (gram) b (gram) F%

5 5.42 5.39 0.553%


6 4.14 4.08 1.449%

 Perhitungan:
5.42 g−5.39 g
Formula 5 = x 100 %=0,553 %
5.42 g
4.14 g−4.08 g
Formula 6 = x 100 %=1,449 %
4.14 g
 Penafsiran Hasil: Bobot yang hilang setelah pengujian tidak boleh lebih
dari 1 %.

 Hasil: Formula 5 memenuhi persyaratan. Formula 6 tidak memenuhi


persyaratan

2. Friksibilitas

Formula a (gram) b (gram) F%

5 5.33 5.28 0.938%


6 4.26 4.18 1.878%

 Perhitungan:
5.33 g−5.28 g
Formula 5 = x 100 %=0,938 %
5.33 g
4.26 g – 4.18 g
Formula 6 = x 100 %=1,878 %
4.26 g
 Penafsiran Hasil: Bobot yang hilang setelah pengujian tidak boleh
lebih dari 1 %.
 Hasil: Formula 5 memenuhi persyaratan. Formula 6 tidak memenuhi
persyaratan

XI.8. Uji Keseragaman Bobot


Formula 5

Formula 5

Table t Bobot (mg) Table t Bobot (mg)

1 280 16 260
2 270 17 275
3 256 18 263
4 265 19 258
5 276 20 263
6 263 21 267
7 271 22 265
8 250 23 253
9 271 24 263
10 272 25 265
11 263 26 280
12 256 27 245
13 262 28 250
14 270 29 267
15 280 30 283
ΣX 7971
̄X 265,7

 Perhitungan:
- Kolom A
7,5% × 265,7 = 19,927 mg
Batas atas: 265,7 + 19,927 mg = 285,627 mg
Batas bawah: 265,7 - 19,927 mg = 245,773 mg
Range Kolom A: 245,773 mg - 285,627 mg
- Kolom B
15 % × 265,7 = 39,855 mg
Batas atas: 265,7 + 39,855 mg = 305,555 mg
Batas bawah: 265,7 - 39,855 mg = 225,845 mg
Range Kolom B: 225,845 mg - 305,555 mg

Formula 6

Formula 6

Table t Bobot (mg) Table t Bobot (mg)

1 260,8 16 226,6
2 270,8 17 234
3 224 18 221,8
4 230,2 19 233,8
5 234,2 20 214,2
6 241,3 21 27,91
7 220,8 22 239,5
8 232,8 23 235
9 256,9 24 253,6
10 220,6 25 225,2
11 220,6 26 233,9
12 234,5 27 217
13 247,1 28 239,9
14 248,3 29 230,9
15 234 30 214,7
ΣX 6824,91
̄X 227,497

- Kolom A
7,5% × 227,497 = 17,062 mg
Batas atas: 227,497 + 17,062 mg = 244,559 mg
Batas bawah: 227,497 - 17,062 mg = 210,435 mg
Range Kolom A: 210,435 mg - 244,559 mg
- Kolom B
15 % × 227,497 = 34,124 mg
Batas atas: 227,497 + 34,124 mg = 261,621 mg
Batas bawah: 227,497 - 34,124 mg = 193,373 mg
Range Kolom B: 193,373 mg - 261,621 mg
 Penafsiran Hasil: Tidak boleh ada 2 tablet yang masing-masing
menyimpang lebih besar dari harga yang ditetapkan pada kolom A
dari bobot rata-rata; dan tidak boleh ada 1 tablet pun yang
menyimpang lebih dari harga pada kolom B.
 Hasil: Formula 5 memenuhi persyaratan. Formula 6 tidak memenuhi
persyaratan

XI.9. Uji Waktu Hancur

Waktu Hancur
Tablet
Formula 5 Formula 6

1 5.32 3.46
XI.9.1. 2 4.23 15.92
3 4.15 7.21
4 4.04 2.34
5 3.56 3.56
6 2.26 3.01

Pengujian Waktu Hancur + 12 tablet untuk formula 6

Tablet Waktu

1 2.05
2 2.07
3 2.35
4 2.51
5 3.13
6 2.45
7 3.22
8 3.26
9 3.35
10 3.45
11 3.48
12 3.57
 Penafsiran Hasil: Tablet hancur jika tidak ada bagian tablet yang
tertinggal diatas kasa, atau terkecuali seperti pernyataan yang
disebutkan sebelumnya
1. Waktu yang diperlukan untuk menghancurkan ke 6 tablet tidak
lebih dari 15 menit untuk tablet yang tidak bersalut atau sesuai
dengan waktu yang ditentukan pada monografi
2. Bila 1 tablet atau 2tablet tidak hancur sempurna, ulangi
pengujian dengan 12 tablet lainnya: tidak kurang 16 dari 18
tablet yang diuji harus hancur sempurna.

 Hasil: Formula 5 memenuhi persyaratan. Formula 6 memenuhi


persyaratan

XI.10. Uji Disolusi


XI.10.1. Kurva Kalibrasi

10 0.213
15 0.314
20 0.438
30 0.638
40 0.827
Kurva Kalibrasi
0.9 0.83
0.8 f(x) = 0.02 x + 0.01
0.7 R² = 1 0.64
Absrobansi

0.6
0.5 0.44
0.4 0.31
0.3 0.21
0.2
0.1
0
5 10 15 20 25 30 35 40 45

Konsentrasi (PPM)

XI.10.2. Grafik Kurva Kalibrasi

XI.10.3. Hasil Absorbansi uji Disolusi Tablet CTM

Formula 5 Formula 6
Waktu
Absorbansi Absobansi × FP Absorbansi Absobansi × FP

10 0.372 0.744 0.385 0.77


20 0.381 0.762 0.488 0.976
30 0.452 0.904 0.426 0.852
45 0.472 0.944 0.326 0.652

Formula 5
 Perhitungan konsentrasi(x) CTM pada masing-masing waktu
1. t10 (y = 0,744)
y = 0,0206 x +0,0129
0,744 = 0,0206 x +0,0129
X = 35,490 ppm
= 35,490 mg/L
= 17,745 mg/500 ml
2. t20 (y = 0,762)
y = 0,0206 x +0,0129
0,762 = 0,0206 x +0,0129
X = 36,364 ppm
= 36,364 mg/L
= 18,182 mg/500 ml
3. t30 (y = 0,904)
y = 0,0206 x +0,0129
0,904= 0,0206 x +0,0129
X = 43,257 ppm
= 43,257 mg/L
= 21,628 mg/500 ml
4. t45 (y = 0,944)
y = 0,0206 x +0,0129
0,944= 0,0206 x +0,0129
X = 45,199 ppm
= 45,199 mg/L
= 22,599 mg/500 ml
 Perhitungan Kadar CTM pada menit ke 45
Konsentrasi CTM dalam tablet = 4 mg × 6 tablet = 24 mg
Konsentrasi CTM pada menit ke 45 = 22,599 mg/500 ml
Kadar nyata(45 menit )
% Kadar = × 100%
Kadar Teoritis
22,599 mg
= × 100%
24 mg
= 94,162%
Formula 6
 Perhitungan konsentrasi(x) CTM pada masing-masing waktu
1. t10 (y = 0,77)
y = 0,0206 x +0,0129
0,77 = 0,0206 x +0,0129
X = 36,752 ppm
= 36,752 mg/L
= 18,376 mg/500 ml
2. t20 (y = 0,976)
y = 0,0206 x +0,0129
0,976 = 0,0206 x +0,0129
X = 46,752 ppm
= 46,752 mg/L
= 23,376 mg/500 ml
3. t30 (y = 0,852)
y = 0,0206 x +0,0129
0,852 = 0,0206 x +0,0129
X = 40,733 ppm
= 40,733 mg/L
= 20,366 mg/500 ml
4. t45 (y = 0,652)
y = 0,0206 x +0,0129
0,652 = 0,0206 x +0,0129
X = 31,024 ppm
= 31,024 mg/L
= 15,512 mg/500 ml
 Perhitungan Kadar CTM pada menit ke 45
Konsentrasi CTM dalam tablet = 4 mg × 6 tablet = 24 mg
Konsentrasi CTM pada menit ke 45 = 15,512 mg/500 ml
Kadar nyata(45 menit )
% Kadar = × 100%
Kadar Teoritis
15,512mg
= × 100%
24 mg
= 64,633 %

 Penerimaan tablet CTM (Pengujian terhadap 6 tablet uji sekaligus):


Q = 75% +10% = 85%
 Penafsiran Hasil: Toleransi dalam waktu 45 menit harus larut tidak
kurang dari 75% (Q) dari jumlah yang tertera pada etiket (untuk
pengujian satu tablet), sedangkan penerimaan untuk pengujian 6
tablet sekaligus ialah 85%.
 Hasil: Formula 5 memenuhi persyaratan. Formula 6 tidak memenuhi
persyaratan

XII. Pembahasan
Pada percobaan ini dilakukan pembuatan tablet CTM dengan metode kempa
langsung. Kempa langsung merupakan proses ketika tablet dikempa langsung
dari campuran serbuk zat aktif dan eksipien yang sesuai termasuk pengisi,
penghancur, glidan dan lubrikan, yang mengalir dengan seragam ke dalam
lubang kempa dan membentuk suatu padatan yang kokoh, tidak ada prosedur
perlakuan granulasi basah atau kering yang dilakukan pada campuran serbuk
(Siregar dan Wikarsa, 2010). Tujuan dari percobaan ini yaitu dapat membuat
tablet dengan metode kempa langsung, dapat melakukan evaluasi terhadap
massa kempa dan tablet, dapat menentukan mutu tablet sesuai dengan
persyaratan, dapat melihat pengaruh perbedaan penggunaan penghancur
terhadap mutu tablet. Prinsip dari percobaan ini yaitu Prinsip dari metode
kempa langsung adalah pembuatan tablet dengan cara mencampurkan zat aktif
dengan eksipien yang memiliki sifat alir yang baik, dimana semua zatnya
langsung dicetak menjadi tablet tanpa adanya pembuatan granul terlebih dahulu.
Pada percobaan ini zat aktif yang digunakan yaitu Chlorpheniramine
Maleat (CTM). CTM digunakan sebagai zat aktif dengan khasiat sebagai
antihistamin H1 dengan indikasi untuk pasien alergi.  Antihistamin adalah obat
yang menentang kerja histamin pada H-1 reseptor histamin sehingga berguna
dalam menekan alergi yang disebabkan oleh timbulnya simptom karena
histamin (Ansel,1989). Antihistamin bekerja dengan menempati tempat pada sel
yang biasanya ditempati oleh histamin, dengan demikian akan menghilangkan
kemampuan histamin untuk menimbulkan reaksi alergi (Harkness, 1989).
CTM dibuat dalam bentuk tablet agar mendapatkan ketepatan dosis yang
baik dan mudah penggunaannya karena bentuk tablet penggunaannya melalui
rute oral. CTM memiliki data kelarutan mudah dalam air tetapi dalam formula
ini CTM tidak dibuat menjadi bentuk larutan karena bentuk larutan akan
memakan tempat (voluminous) dan tidak praktis untuk dibawa-bawa. Selain itu
CTM juga tidak dibuat menjadi sediaan serbuk karena dosis CTM yang
digunakan pada praktikum ini sangat kecil yaitu 4 mg sehingga dikhawatirkan
jika dibuat dalam bentuk serbuk maka serbuk akan berterbangan dan
mengurangi dosis. CTM tidak tahan panas dan lembab dan memiliki sifat alir
yang buruk sehingga metode tabletasi yang dipilih adalah kempa langsung
karena dosisnya kecil dan selama prosesnya tidak ada pemanasan dan
pembasahan. Untuk mengatasi sifat alir yang buruk dapat digunakan bahan
tambahan atau excipient dengan sifat alir dan kompresibilitas yang baik.
Dalam menghasilkan tablet yang memenuhi persyaratan, diperlukan bahan-
bahan tambahan yang digunakan pada pembuatan tablet yang diharapkan dapat
meningkatkan sifat aliran dan kompaktibilitasnya. Bahan tambahan yang
ditambahkan yaitu penghancur (Disintegrant) berfungsi untuk menghancurkan
tablet bila tablet kontak dengan cairan. Hancurnya tablet akan menaikkan luas
permukaan dari fragmen-fragmen tablet sehingga akan mempermudah
terlepasnya obat dari tablet (Alifah, 2002) Bahan tambahan yang digunakan
dalam percobaan ini untuk penghancur tablet formula 5 yaitu digunakan
amprotab, karena tablet yang masuk ke dalam tubuh harus hancur agar zat aktif
dapat bekerja. Amprotab akan menarik air ke dalam tablet sehingga tablet akan
mengembang dan pecah. Konsentrasi amprotab sebagai bahan penghancur
menurut Rowe et al (2009) adalah 3 - 25%. Pada formula ini konsentrasi yang
digunakan adalah 10% sehingga masuk ke dalam rentang yang dianjurkan.
Sedangkan penghancur untuk formula 6 yaitu digunakan primogel, karena tablet
yang masuk ke dalam tubuh harus hancur agar zat aktif dapat bekerja. Primogel
memiliki daya pengembang yang cukup besar tetapi tetap menjaga keutuhan
tabletnya sehingga pengembangan tersebut memberikan dorongan ke daerah
sekelilingnya sehingga membantu proses pecahnya tablet. Konsentrasi primogel
sebagai bahan penghancur menurut Rowe et al (2009) adalah 2 - 8%. Pada
formula ini konsentrasi yang digunakan adalah 5% sehingga masuk ke dalam
rentang yang dianjurkan.
Bahan tambahan selanjutnya yaitu pengisi (Filler/Diluent) yang
dimaksudkan untuk memperbesar volume dan berat tablet, Pengisi yang
digunakan yaitu avicel pH 102 dimana avicel pH 102 tersebut berbentuk granul
dengan sifat alir dan daya kompresibilitas yang baik sehingga cocok untuk
tablet yang dibuat dengan metode kempa langsung. Selain itu Avicel pH 102
mengalami deformasi plastik saat di kompresi yang dapat menyebabkan
terjadinya interlocking yaitu kekuatan ikatan antar partikel. Avicel pH 102
memiliki kadar lembab tinggi sehingga membuat ikatan yang cukup kuat antara
semua komponen. Konsentrasi Avicel pH 102 menurut Rowe et al (2009)
adalah 20 - 90%. Pada formula ini konsentrasi Avicel pH 102 yang digunakan
adalah qs. Jumlah yang ditambahkan disesuaikan dengan bobot tablet yang
diinginkan yakni sampai 250 mg.
Bahan tambahan selanjutnya yaitu lubrikan dan glidan. Untuk lubrikan
(pelincir) yang digunakan yaitu magnesium Stearat dimana memiliki sifat
hidrofobik dan berfungsi untuk menurunkan gaya adhesi dan mencegah gesekan
antara permukaan tablet dengan dinding die sehingga mempermudah proses
enjection. Selain dengan adanya sifat hidrofobik dapat menghambat penetrasi
air dan memberikan pengauh terhadap waktu hancur. Konsentrasi Mg Stearat
menurut Rowe et al (2009) adalah 0,25-5%. Pada formula ini konsentrasi Mg
stearat yang digunakan adalah 1% sehingga masuk kedalam rentang konsentrasi
yang dianjurkan. Kemudian glidan (pelicin) yang digunakan yaitu talkum.
Glidan tersebut berfungsi untuk meningkatkan fluiditas massa yang akan
dikempa sehingga massa kempa dapat mengisi die dalam jumlah yang seragam.
Alasan menggunakan talk adalah murah, mudah didapat, dan tidak toksik
karena tidak diserap sistemik setelah dikonsumsi oral. Talk dan Mg.Stearat
adalah kombinasi yang dapat meningkatkan sifat alir. Konsentrasi talk menurut
Rowe et al (2009) adalah 1-10%. Pada formula ini konsentrasi talk yang
digunakan adalah 2% sehingga masuk kedalam rentang yang dianjurkan.
Metode yang dipilih yaitu kempa langsung karena jika dilihat dari
karakteristik masing-masing zatnya untuk CTM dibuat dengan metode kempa
langsung karena dosis CTM dalam satu tablet adalah 4 mg (dosisnya kecil)
tidak tahan terhadap panas dan lembab, sifat alirnya baik sehingga memiliki
kemampuan untuk saling berikatan antar komponen tablet hanya dari proses
kempa. Apabila pembuatan tablet CTM ini menggunakan granulasi maka
dikhawatirkan dosis CTM akan hilang selama proses pembuatan (Ansel, 1989).
Kemudian untuk penghancur, untuk amprotab merupakan bahan yang
stabil dalam keadaan kering, tanpa pemanasan dan terlindung dari kelembaban
yang tinggi. Namun solutio amprotab atau pasta dengan pemanasan secara fisik
tidak stabil dan mudah ditumbuhi mikroorganisme (Galichet, 2006). Maka dari
itu amprotab tersebut sangat stabil jika dipilih proses metode kempa langsung.
Sedangkan penghancur untuk formula 6 yaitu primogel. Nama lain dari
primogel adalah sodium starch glycolate atau sodium carboxymethyl starch
yang merupakan serbuk yang mudah mengalir dan serbuk higroskopis. Bahan
ini stabil meskipun sangat higroskopis, harus disimpan dalam wadah tertutup
baik untuk melindungi dari kelembaban agar tidak menyebabkan penggumpalan
(Rowe et al., 2009). Karena primogel mempunyai sifat alir yang baik maka dari
itu dipilih metode kempa langsung.
Kemudian untuk pengisi yaitu Avicel pH 101 memiliki kompresibilitas
yang sangat baik, digunakan sebagai bahan pengisi tablet yang dibuat secara
granulasi maupun cetak langsung (Rowe et al., 2009). Karena mempunyai
kompresibilitas yang baik maka dipilih metodekempa langsung.
Penambahan magnesium stearat bertujuan untuk meningkatkan sifat alir
campuran serbuk dan mengurangi gesekan antar partikel sehingga campuran
serbuk lebih mudah mengalir ke dalam ruang cetak. Kombinasi talk dan
magnesium stearat mempunyai sifat yang dapat menyelubungi granul/serbuk
sehingga mengurang gesekan antar granul/serbuk dan granul/serbuk akan
mudah mengalir. Karena metode kempa langsung ini digunakan untuk zat aktif
dosis tinggi dalam hal ini CTM mempunyai dosis yang tinggi karena dalam 4
mg saja sudah memberikan efek juga CTM mempunyai sifat alir dan
kompresibilitas yang baik, begitupun dengan zat tambahan lainnya jika dilihat
dari karakteristik dan stabilitas masing-masing bahan maka dipilih metode
kempa langsung merupakan metode yang tepat. Secara prinsip metode kempa
langsung ini yaitu mencampurkan zat aktif, pengisi, dan penghancur terlebih
dahulu kemudian ditambahkan glidan dan lubrikan, setelah homogen jadilah
massa kempa yang siap di tabletasi.
Pada percobaan ini, bahan ditimbang sesuai dengan kebutuhan, dan untuk
bahan-bahan tersebut tidak dilakukan penghalusan bahan karena bahan
pembantu diharapkan berbentuk granular. Bahan – bahan dicampur sesuai
dengan aturan pencampuran. Untuk formula 5 (CTM, amprotab dan avicel pH
102) sedangkan untuk formula 6 yaitu (CTM, primogel dan avicel pH 102)
dicampur selama 15 menit agar bahan-bahan tersebut bisa tercampur hingga
homogen. Kemudian ditambahkan mg stearat dan talk dicampur selama 2 menit,
Pencampuran dilakukan selama 2 menit karena menurut Parrot (1971), sifat
hidrofobik dari magnesium stearat dan talkum maka pencampuran keduanya
dalam waktu yang terlalu lama dapat menghambat penetrasi air dengan
membentuk lapisan film sehingga dapat memberikan pengaruh negatif pada
waktu hancur, yakni semakin lama waktu pencampuran maka waktu hancur
tablet semakin lama dan laju disolusi tablet semakin rendah. Setelah didapatkan
massa kempa maka dilakukan uji evaluasi meliputi uji kelembaban, uji sifat alir
massa serbuk, uji bobo jenis ( BJ jenis nyata, BJ mampat, BJ sejati, kadar
pemampatan, angka hausner dan persen kompresibilitas. Proses metode kempa
langsung ini tidak digunakan bahan pengikat karena ada proses pengempaan
massa serbuk untuk menjadi tablet dan karena zatnya mempunyai sifat
kompresibilitas yang baik sehingga akan membentuk suatu padatan yang kokoh,
jika ada penambahan pengikat ditakutkan tablet yang dihasilkan akan menjadi
sangat keras dan akan sulit pada saat di dalam saluran cerna dan akibatnya zat
aktif sulit untuk lepas.
Berikut mekanisme tabletasi yaitu terdapat 3 siklus pembuatan tablet yaitu
filling, compression, dan ejection. Filling adalah proses dimana granul atau
serbuk masuk dan menempati hopper, kemudian hopper akan bergerak maju
sehingga serbuk atau granul dapat menempati dan mengisi ruang kempa.
Kemudian dilanjutkan dengan siklus compression, compression adalah proses
pengempaan tablet yg dimana mula mula hopper akan kembali mundur dan
upper punch akan bergerak kebawah sehingga terjadi pengempaan tablet di
dalam ruang kempaDan di akhiri dengan siklus ejection, proses ini adalah
proses dimana upper punch akan kembali ke atan dan lower punch akan
bergerak ke atas mendorong tablet ke atas sehingga sejajar denggan
hopper,kemudian hopper akan bergerak kedepan sehingga tablet akan ter
dorong ke ruang peluncuran atau terdorong ke luar, kemudia lower punch akan
kembali kebawah atau ke posisi awal, dan kemudian akan di ulangi kemabali
siklusnyaa mulai dari filling kembali dan begitupun seterusnya (Sarsvatkumar et
al, 2006) .

12.1 Evaluasi Serbuk


Setelah didapatkan serbuk (massa kempa) maka dilakukan uji evaluasi
meliputi uji kelembaban, uji sifat alir massa serbuk, uji bobo jenis ( BJ jenis
nyata, BJ mampat, BJ sejati, kadar pemampatan, angka hausner dan persen
kompresibilitas.
Pertama dilakuakan yaitu uji kelembaban yang bertujuan untuk menguji
kadar air dan untuk menentukan apakah serbuk dapat lolos ke pengujian
selanjutnya atau tidak. Alat yang digunakan dalam evaluasi ini yaitu Moisture
Analytical Balance, prinsip dari evaluasi ini yaitu menetapkan kadar air dalam
kandungan massa granul melalui proses pemanasan atau bisa disebut gravimetri
yaitu bobot yang hilang selama pemanasan merupakan kadar air dalam serbuk.
Pertama-tama granul diletakkan didalam alat, alat akan menimbang bobot awal
dan akan melakukan pemanasan (sampai 180˚C) sehingga air pada granul akan
menguap. Uap tersebut dihitung sebagai persen kandungan air yang terdapat
didalam serbuk. Hasil evaluasi menunjukkan kadar air serbuk formula 5 yaitu
2,51 % dan untuk kadar air serbuk formula 6 yaitu 1,21 %. Menurut Farmakope
Indonesia (1995), syarat kandungan air yang baik dalam granul adalah 2-3%.
Sehingga dapat disimpulkan serbuk formula 5 memenuhi persyaratan dan
serbuk formula 6 tidak memenuhi persyaratan uji kelembapan. Pada formula 6
didapatkan hasilyang lebih kecil dari rentang persyaratan di literatur hal ini bisa
terjadi karena wakyu pemanasan yang terlalu lama atau suhu yang terlalu tinggi.
Kemudian jika kadar air serbuk kurang dari 1% tersebut, maka akan dihasilkan
massa yang terlalu kering atau higroskopis sehingga tidak stabil pada saat
penyimpanan. Semakin sedikit air, maka daya ikat antar partikel granul semakin
lemah. Jika kadar air lebih dari 3% dapat mengakibatkan granul terlalu basah
sehingga akan menempel di punch atau menempel pada granul lainnya sehingga
membentuk massa yang lebih besar, mudah terkontaminasi mikroba dan sifat
alir buruk. Solusi jika kadar air lebih dari 3% adalah dapat dilakukan
pemanasan ulang sampai diperoleh kadar air 2-3%. Sedangkan solusi jika kadar
air kurang dari 2% adalah dilakukan pembuatan serbuk ulang dengan suhu
pemanasan dapat diturunkan dan waktu pemanasan dibuat lebih cepat. Dari
kedua formula, maka pada pengujian ini formula 5 lebih baik dari formula 6.
Kemudian dilakukan evalasi selanjutnya yaitu uji sifat alir serbuk yaitu
mudah atau tidaknya aliran massa tersebut. Tujuan dari evaluasi ini yaitu untuk
mengetahui karakteristik sifat alir serbuk. Prinsip dari evaluasi ini yaitu
menetapkan bobot serbuk yang keluar dari alat uji persatuan waktu
(gram/detik). Evaluasi sifat alir ini memiliki 2 parameter yaitu laju alir dan
sudut baring. Sifat alir berpengaruh terhadap proses tabletasi, jika sifat alir
granul buruk maka serbuk akan sulit turun dari hopper ke die, dan
memungkinkan jumlah serbuk yang turun tidak seragam sehingga dihasilkan
tablet dengan bobot dan kandungan zat aktif yang tidak seragam. Menurut
Farmakope Indonesia (1995) laju alir yang baik bagi suatu granul adalah
minimal 10 gram/detik, sedangkan sudut baring yang baik adalah 25-30 o. Alat
yang digunakan yaitu metode corong, flow tester, stopwatch dan mistar.
Pertama-tama serbuk dimasukkan kedalam corong dari alat Flow Tester
kemudian buka penutup corong bersamaan dengan menghitung waktu dengan
stopwatch, dan setelah semua serbuk turun dari corong stopwatch langsung
dihentikan sehingga butuh konsentrasi dan kesingkronan dalam pengujiannya
agar hasil yang didapat akurat. Serbuk yang turun dari corong akan ditampung
diatas kertas mm block dan kemudian diukur diameter dan tinggi gundukannya.
Semakin tinggi gundukan maka sudut baring akan semakin besar dan sifat alir
semakin buruk. Kemudian dilakukan perhitungan sudut baring. Sudut baring
adalah sudut maksimum yang dibentuk permukaan serbuk dengan bidang
horizontal. Serbuk pada formula 5 memiliki laju alir 14,286 gram/detik dan
sudut baring 21,206˚ dan untuk formula 6 memiliki laju alir 10,135 gram/detik
dan sudut baring 27,834o. Sehingga dapat disimpulkan serbuk formula 5 dan 6
memenuhi persyaratan laju alir dengan sifat alir sangat mudah mengalir.
Pengujian selanjutnya adalah pengujian densitas. Pengujian ini
membutuhkan gelas ukur 100 ml yang dipasang pada alat Tapped Density
Tester. Tujuan evaluasi ini adalah menentukan densitas atau kerapatan massa
granul per satuan volume (g/ml) serta menentukan kemampatan dan
kompresibilitas granul. Prinsip evaluasi ini adalah menentukan kemampatan dan
kompresibilitas dengan menentukan kerapatan massa granul per satuan volume
(g/ml) berdasarkan pengujian Bj nyata, Bj mampat dan Bj sejati. Pertama- tama
granul dimasukkan kedalam gelas ukur dan dipasang kedalam alat. Alat diatur
dengan mode USP1 (500 ketukan dan berikutnya 750 ketukan) kemudian diatur
bobot awal granul yang dimasukkan dan atur juga volume granul yang terukur
pada gelas ukur sebelum pengetukkan. Kemudian pengetukan dimulai dan akan
berhenti sendiri saat pengetukan telah selesai. Setelah selesai catat volume akhir
setelah pemampatan. Pertama-tama dilakukan perhitungan bobot nyata yaitu
bobot jenis sebelum pemampatan yaitu bobot yang ditampakkan tanpa
perlakukan gaya apapun. Pada Bj ini isinya adalah granul dan udara yang
terjerap didalam granul. Pada formula 5 Bj nyatanya adalah 0.492 g/ml dan
pada formula 6 Bj nyatanya adalah 0,526 g/ml. Kemudian dilakukan
perhitungan bobot jenis mampat yaitu Bj setelah pengetukan atau pemampatan
500× dan 750×. Bj ini terdiri dari granul dan sedikit udara. Pada formula 5 Bj
mampat 750× adalah 0,612 g/ml dan pada formula 6 adalah 0,682 g/ml.
Selanjutnya dilakukan perhitungan BJ sejati yakni bj yang sebenar-benarnya bj
granul yang diuji. Pengujian ini menggunakan alat piknometer dengan bantuan
cairan pendispersi berupa paraffin cair. Paraffin cair digunakan sebagai cairan
pendispersi karena tidak melarutkan CTM tetapi mendistribusikan CTM dengan
homogen dan juga dapat menutup pori pada zat padat. Pada Bj ini isinya
hanyalah granul tanpa adanya udara. Pada formula 2 Bj sejatinya adalah 1,142
g/ml sedangkan pada formula 3 adalah 1,33 g/ml. Bj sejati formula 5 lebih besar
sehinga daya kompresibilitasnya lebih baik dari formula 6. Kompresibilitas
berhubungan dengan sifat alir, hal ini sudah sesuai karena formula 5 juga
memiliki laju alir yang lebih baik pula dari formula 6. Selanjutnya dihitungan
kadar pemampatan dan persen kompresibilitas. Hasil dari kedua pengujian ini
menunjukkan jumlah udara yang terkandung didalam granul oleh karena itu
hasil dari kedua pengujian ini tidak berbeda jauh. Yang membedakan kedua
pengujian ini adalah, pada kadar pemampatan perhitungan jumlah udara yang
dikandung berdasarkan selisih volume sebelum dengan setelah pemampatan
dibagi dengan volume sebelum pemampatan sedangkan pada pengujian persen
kompresibilitas perhitungan jumlah udara yang dikandung berdasarkan selisih
bj mampat dengan bj nyata dibagi dengan bj mampat. Menurut Farmakope
Indonesia (1995) suatu granul memenuhi persyaratan kadar pemampatan jika
nilanya dibawah 20% dan pengujian persen kompresibilitas dikatan sifat alir
yang baik adalah 11-15%. Pada formula 5 nilai kadar pemampatannya 19,672 %
dan formula 6 adalah 22,807 % sehingga untuk formula 5 memenuhi syarat.
Dan untuk formula 6 tidak memenuhi syarat. Sehingga formula 5 mempunyai
kompresibilitasnya lebih baik. Sedangkan persen kompresibilitas formula 5
adalah 19,608 % dan formula 6 adalah 22,874 % sehingga untuk formula 5 dan
6 memiliki sifat alir cukup baik. Namun jika dibandingkan dari kedua formula
maka formula 5 lebih baik karena nilai persen kompresibilitas lebih kecil. Hal
ini karena laju alir formula 3 juga lebih baik dari formula 5. Selanjutnya
dilakukan perhitungan angka hausner. Angka hausner adalah rasio Bj setelah
pemampatan dengan Bj sebelum pemampatan. Angka hausner yang baik
menurut Farmakope Indonesia (1995) adalah mendekati 1 atau sama dengan 1
artinya sebelum dimampatkan dan setelah pemampatan volumenya sama
sehingga daya kompresibilitasnya baik. Angka hausner ini berpengaruh
terhadap BJ mampat dan BJ nyata yang harus konstan jika perubahan terlalu
tinggi maka sifat alir pun akan buruk terutama pada saat di ruang kempa dan
akan berpengaruh terhadap tablet yang dihasilkan. Pada formula 5 angka
haussnernya adalah 1,244 sedangkan pada formula 6 angka hausnernya adalah
1,297 Sehingga dapat disimpulkan kedua formula ini tidak memenuhi
persyaratan angka hausner. Namun jika dibandingkan dari kedua formula maka
formula 5 lebih baik karena nilai angka hausnernya lebih kecil. Hal ini karena
laju alir, kadar pemampatan, dan persen kompresibilitas formula 5 juga lebih
baik dari formula 6. Dari kedua formula, maka pada pengujian bobot jenis
secara keseluruhan formula 5 lebih baik dari formula 6.

12.2 Evaluasi Tablet


Tablet yang telah terbentuk selanjutnya dievaluasi dengan evaluasi yang
meliputi uji organoleptis, uji keseragaman ukuran, uji kekerasan, uji friabilitas
dan friksibilitas, uji keseragaman bobot, uji waktu hancur dan uji disolusi.
Evaluasi tablet perlu dilakukan untuk mengetahui sifat fisika kimia dan biologi
sediaan tersebut. Sifat-sifat ini dapat menggambarkan kualitas total dari tablet
atau formulasi tablet.
Uji organoleptis dilakukan terhadap 20 tablet yang meliputi warna, bentuk,
dan bau dengan tujuan untuk melihat keseragaman bentuk dan warna tablet.
Alat yang digunakan adalah kaca pembesar. Hasil pengujian yang didapatkan
dari kedua formula adalah tablet berwarna putih dengan bentuk bulat dan tidak
berbau. Hal ini sudah sesuai dengan literatur dimana CTM memiliki pemerian
berwarna putih dan tidak berbau (Depkes RI: 2014:143). Untuk ukuran juga
sesuai karena bentuk tablet yang di atur pada mesin cetak adalah bulat.
Pengujian yang selanjutnya yaitu uji keseragaman ukuran, meliputi
keseragaman diameter dan keseragaman tebal. Prinsip dari pengujian ini yaitu
melihat keseragaman dari propersionalitas (antara diameter dan ketebalan)
tablet yang dibuat dengan menggukan alat jangka sorong (Micrometer scale).
Pengujian dilakukan terhadap 20 tablet yang dipilih secara acak dari kedua
formula. Dari pengukuran tersebut didapatkan rata-rata tebal tablet untuk
formula 5 adalah 0,573 cm dan untuk formula 6 adalah 0,583 cm. Berdasarkan
persyaratan yang tertera di Farmakope Indonesia (1995), suatu tablet dianggap
memenuhi persyaratan jika diameter tablet tidak lebih dari 3 kali tebal tablet dan

1
tidak kurang dari 1 kali tebal tablet. Dari persyaratan tersebut diperoleh
3
rentang diameter tablet formula 5 antara 0,764 cm – 1,719 cm, hasil
pengamatan terhadap diameter tablet menunjukkan rata-rata diameter tablet
sebesar 0,821 cm. Untuk formula 6 rentang diameter tabletnya antara 0,777 cm
- 1,749 cm. Hasil pengamatan terhadap diameter tablet menunjukkan rata-rata
diameter tablet sebesar 0,829 cm. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa
tidak ada satu pun tablet dari kedua formula yang menyimpang dari rentang
yang sudah dihitung sehingga tablet dinyatakan lolos uji keseragaman ukuran.
Evalusi yang selanjutnya yaitu uji kekerasan tablet yang bertujuan untuk
melihat kekerasan sediaan tablet yang telah dibuat, dimana besarannya akan
bergantung pada bobot tabletnya. Kekerasan tablet akan berpengaruh terhadap
ketahanan fisik tablet terhadap kejatuhan (friabilitas) dan gesekan (friksibilitas),
serta waktu hancur sediaan tablet. Prinsip dari evaluasi ini yaitu melihat
keseragaman dari propersionalitas (antara bobot dan tebal) tablet yang diukur
berdasarkan rasio beban yang diberikan perluas permukaan tablet (kg/cm 2)
dengan menggunakan alat yang bernama Hardness tester. Pengujian dilakukan
terhadap 20 tablet yang dipilih secara acak. Yang pertama dilakukan yaitu tablet
diletakan dalam tempat penyimpanannya kemudian memutar lingkaran yang
ada disebelah kiri alat sampai tablet mulai retak atau sampai ada angka yang
konstan di layar (bisa juga sampai terdengar suara dari alat). Angka yang keluar
ini adalah beban yang diberikan. Kemudian angka yang didapatkan ini dibagi
dengan 9,8 sehingga didapatkan daya ketahan tablet terhadap beban. Ketentuan
yang tertera dalam Farmakope Indonesia (1995) terhadap uji kekerasan tablet
untuk tablet dengan bobot 250 mg – 400 mg kekerasan tablet harus berada pada
4-7 kg/cm2. Jika kekerasan tabletnya dibawah 4 kg/cm2 maka tablet sangat
mudah hancur, mudah mengalami kerusakan akibat gesekan atau jatuhan.
Sedangkan jika kekerasa tabletnya diatas 7 kg/cm2 maka tablet tersebut terlalu
keras sehingga akan berpergaruh pada waktu hancur yang lama sehingga
absorbsi obat juga akan lama. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa rata-rata
kekerasan 20 tablet uji pada formula 5 yaitu sebesar 6,254 kg/cm 2 dan formula 6
sebesar 7,750 kg/cm2. untuk formula 5 rata-rata hasil kekerasan telah memenuhi
persyaratan sedangkan untuk formula 6 nilai kekerasannya tidak memenuhi
syarat karena nilainya tidak termasuk rentang yang telah ditentukan oleh
Farmakope Indonesia.
Evaluasi selanjutnnya yaitu uji friabilitas (kejatuhan) dan friksibilitas
(gesekan). Friabilitas adalah parameter untuk menguji ketahanan tablet jika
dijatuhkan pada suatu ketinggian tertentu sedangkan friksibilitas adalah
parameter untuk menguji ketahanan tablet jika tablet mengalami gesekan antar
tablet. Prinsip dari evaluasi ini yaitu untuk mengukur ketahanan permukaan
tablet terhadap gesekan dan jatuhan yang diamalinya sewaktu pengemasan dan
pengiriman dengan menggunakan alat yang bernama Friability Abrasion Tester.
Alat ini memiliki 2 kompartemen di bagian kanan dan kiri dimana pada bagian
kanan untuk pengujuan friabilitas dan pada bagian kiri digunakan untuk
pengujian friksibilitas. Kemudian dilakukan pengaturan putaran dan kecepatan
pada alat terlebih dahulu dimana putaran yang digunakan adalah 100 sedangkan
kecepatannya adalah 25 RPM. Kemudian ditimbang masing-masing 20 tablet
untuk kedua pengujian tersebut. Setelah itu masukkan masing-masing 20 tablet
ke bagian kanan dan kiri alat dan jalankan alat. Setelah pengujian selesai tablet
diambil dan dibersihkan dari serpihan-serpihan dan ditimbang. Menurut
Farmakope Indonesia (1995), tablet dinyatakan memenuhi syarat jika bobot
yang hilang setelah pengujian tidak lebih dari 1%. Jika nilai friabilitas dan
friksibilitas suatu tablet tinggi, maka kadar zat aktif dalam tablet akan semakin
sedikit karena bagian tablet yang hilang semakin besar. Untuk pengujian
friabilitas, bobot awal formula 5 sebesar 5,42 gram dan bobot setelah pengujian
5,39 gram sedangkan bobot awal untuk formula 6 sebesar 4,14 gram dan bobot
setelah pengujian 4,08 gram sehingga didapatkan bobot yang hilang setelah
pengujian sebesar 0,553% untuk formula 5 dan 1,449% untuk formula 6. Hal ini
menunjukan bahwa hasil pengujian friabilitas, bobot yang hilang pada formula
5 tidak melebihi 1% sehingga dapat disimpulkan tablet tersebut lolos pengujian
friabilitas, sedangkan untuk formula 6 bobot yang hilang setelah pengujian
melebihi 1%, hal ini menunjukan bahwa tablet tersebut tidak lolos pengujian
friablitas. Untuk pengujian friksibilitas, bobot awal formula 5 sebesar 5,33 gram
dan bobot setelah pengujian 5,28 gram sedangkan bobot awal untuk formula 6
sebesar 4,26 gram dan bobot setelah pengujian 4,18 gram sehingga didapatkan
bobot yang hilang setelah pengujian sebesar 0,938% untuk formula 5 dan
1,878% untuk formula 6. Hal ini menunjukan bahwa hasil pengujian
friksibilitas, bobot yang hilang pada formula 5 tidak melebihi 1% sehingga
dapat disimpulkan tablet telah lolos pengujian friksibilitas, sedangkan untuk
formula 6 bobot yang hilang setelah pengujian melebihi nilai 1%, sehingga
dapat disimpulkan bahwa tablet tersebut tidak lolos pengujian friksibilitas.
Evaluasi yang selanjutnya yaitu uji keseragaman sediaan meliputi uji
keseragaman bobot dan keseragaman kandungan. Namun pada praktikum kali
ini hanya dilakukan evaluasi uji keseragaman bobot. Uji kesergaman bobot
dilakukan terhadap 30 tablet yang diambil secara acak. Tujuan dari Evaluasi ini
adalah untuk menjamin tablet yang telah dibuat memiliki keseragaman
kandungan yang baik dan prinsipnya adalah menentukan keseragaman bobot
tablet yang dihasilkan satu per satu kemudian dilakukan penentuan simpangan
bobotnya. Pengujian ini menggunakan alat Analytical Balance. Caranya adalah
dengan menimbang satu persatu tablet. Diperoleh bobot rata-rata untuk formula
5 sebesar 265,7 mg dan untuk formula 6 sebesar 227,497 mg. Persyaratan yang
ditentukan oleh Farmakope Indonesia (1995) untuk uji keragaman bobot adalah
tidak boleh ada 2 tablet yang menyimpang lebih besar dari harga yang
ditetapkan pada Kolom A dari bobot rata-rata; dan tidak boleh ada satu tablet
pun yang menyimpang lebih dari harga pada kolom B. Untuk tablet dengan
bobot rata-rata 151mg-300mg, simpangan pada kolom A sebesar 7,5% dan
simpangan pada kolom B sebesar 15%. Sehingga diperoleh harga rentang yang
dapat diterima oleh kolom A untuk formula 5 yaitu 245,773 mg – 285,627 mg
dan rentang kolom B 225,845 mg – 305,555 mg, pada formula 6 rentang kolom
A sebesar 210,435 mg – 244,559 mg dan rentang kolom B sebesar 193,373 mg
– 261,621 mg. Hasil evaluasi menunjukkan bobot terendah yang dimiliki oleh
tablet yang diujikan pada formula 5 yaitu sebesar 245 mg dan bobot tertinggi
sebesar 283 mg, untuk formula 6 bobot terendah sebesar 214,2 mg dan bobot
tertinggi sebesar 279,1 mg. Dari data pengamatan formula 5 dan 6 terdapat lebih
dari 2 tablet yang menyimpang dari harga yang tertera pada kolom A dan lebih
dari 1 tablet yang menyimpang dari kolom B. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa tablet formula 5 dan 6 tidak memenuhi persyaratan uji keragaman bobot.
Hal ini mungkin terjadi karena adanya kerusakan pada alat cetak karena seperti
yang diketahui alat cetak tidak bisa mencetak tablet dengan bobot yang sama
persis dengan jumlah yang banyak.
Evaluasi yang selanjutnya adalah uji waktu hancur. Pengujian ini
menggunakan alat Disintegrator Tester dibuat dalam keadaan yang mirip
seperti saluran cerna manusia. Didalam saluran cerna, tablet akan mengalami
perlakuan baik secara fisika maupun secara kimiawi. Perlakuan secara fisika
berasal dari gerakan peristaltik di saluran cerna, sedangkan gerakan kimiawi
berasal dari asam lambung, air, suhu dan enzim-enzim pencernaan.
Disintegrator tester bekerja dengan cara menaik turunkan tabung tempat sampel
yang sudah diberi tutup dalam media aquadest didalam bejana. Tutup dan
gerakan naik turun diibaratkan gerak peristaltik dalam saluran pencernaan
karena tablet akan hancur dengan bantuan tumbukan dari tutup dan tabung
tempat tablet diujikan. Tujuan dari evaluasi ini yang mengetahui waktu yang
dibutuhkan tablet untuk hancur dalam media air. Pengujian yang dilakukan
dengan cara tablet dinaik-turunkan dalam suatu keranjang pada media air
dengan suhu kurang lebih 37 derajat Celcius dan mengukur waktu dari mulai
dilakukan pengujian hingga tablet yang dinyatakan hancur sempurna. Dipilih
suhu 37˚C untuk meyerupai suhu didalam tubuh. Seharusnya kedalam gelas
ukur ditambahkan HCl0,1N untuk menyerupai suasan asam yang ada di
lambung. Jumlah tablet yang diperlukan untuk uji ini adalah 6 tablet. Kemudian
tablet tersebut dimasukkan ke dalam keranjang dan diberi penutup untuk
menahan agar tabel tidak keluar dari keranjang saat keranjang dinaik turunkan.
Kemudian keranjang dimasukkan kedalam gelas ukur yang berisi medium air.
Dipilih medium air agar sama seperti medium yang ada di lambung. Kemudian
alat dinyalakan dan dilakukan pengujian sambil mengukur waktu yang
dibutuhkan sampai obat ini hancur sempurna. Ketika tablet sudah hancur
sempurna maka waktu tersebut menunjukkan waktu hancur tablet. Tablet
dikatakan hancur jika tidak ada bagian yang tertinggal di atas kassa atau yang
tertinggal hanya berupa masa lunak yang tidak memiliki inti jelas kecuali
fragmen-fragmen bahan pembantu seperti penyalut atau cangkang. Menurut
Farmakope Indonesia (1995) tablet tidak bersalut harus hancur sempurna dalam
waktu < 15 menit. Setelah dilakukan pengujian pada tablet formula 5
menunjukan bahwa tablet tersebut memenuhi persyaratan karena masing-
masing tabletnya dapat hancur sempurna pada jangka waktu tidak lebih dari 15
menit. Sedangkan untuk formula 6 menunjukan bahwa tablet tersebut tidak
memenuhi persyaratan, sehingga harus dilakukan pengujian ulang dengan cara
menguji ulang 12 tablet secara acak, setelah dilakukan pengujian ulang
sehingga didapatkan hasil bahwa tablet tersebut telah memenuhi persyaratan.
Evaluasi yang terakhir yaitu uji disolusi tablet. Pengujian ini dimaksudkan
untuk mengetahui seberapa banyak presentase zat aktif dalam obat yang
terabsorpsi dan masuk kedalam peredaran darah untuk memberikan efek terapi.
Prinsip dari pengujian ini yaitu pelepasan zat aktif dari matrik tablet persatuan
waktu (mg/menit). Alat yang digunakan untuk pengujian ini yaitu Dissolution
Tester. Berdasarkan ketentuan yang tertera dalam Farmakope Indonesia Edisi
V, uji disolusi tablet CTM dilakukan dengan media 500 ml aquadest , alat tife 2
(tipe dayung) dengan kecepatan putaran 50 rpm dan waktu 45 menit.
Persyaratan yang diberikan yaitu dalam 45 m4nit, harus larut tidak kurang dari
76% (Q). Pada sediaan tablet konvensional, harga Q harus ditambah 10% sesuai
ketentuan farmakope. Dimana Q adalah jumlah zat yang terlarut dalam tiap
menit. Jika Q 75% ditambah 10% maka kadarnya harus 85%. Pada percobaan
ini, untuk formula 5 memenuhi syarat, karena presentase kadar terdisolusi T 10 –
T45 lebih dari 85% yaitu dengan nilai 94,163%. Tetapi pada formula 6,
presentase kadar taerdisolusi T10 – T45 kurang daro 85% yaitu dengan nilai
64,633% hal ini menandakan bahwa kadar zat aktif yang terlarut tida memenuhi
syarat.
Setelah seluruh evaluasi selesai maka tablet masuk pada proses pengemasan.
Karena asam mefenmat harus disimpan dalam wadah tertutup rapat dan tidak
tembus cahaya (Dirjen POM, 2014: 143)
Kemasan primer yang digunakan adalah botol plastik putih. Hal ini
disesuaikan dengan kondisi penyimpanan CTM yaitu di wadah tertutup rapat
dan tidak tembus cahaya (Depkes RI, 1995: 210). Wadah tertutup rapat harus
mampu melindungi isi terhadap masuknya bahan cair, bahan padat atau uap dan
mencegah kehilangan selama penanganan, pengangkutan, penyimpanan dan
distribusi dan melindungi zat aktif terhadap sinar matahari (Dirjen POM, 1995:
210). Botol plastik putih yang digunakan adalah jenis termoplastik.
Jenis thermoplastic lebih banyak dipergunakan sebagai pengemas sediaan
farmasi karena lebih stabil dan dapat kembali ke bentuk semula setelah
pemanasan (Dean, 2000). Penggunaan plastik sebagai material kemasan produk
farmasi terutama karena keunggulannya dalam hal bentuknya yang fleksibel
sehingga mudah mengikuti bentuk sediaan farmasi yang dikemas; berbobot
ringan; tidak mudah pecah; mudah diberi label dan dapat dibuat dalam aneka
warna, dapat diproduksi secara massal serta harga yang relatif murah serta
terdapat berbagai jenis pilihan bahan plastik. Digunakan botol berwarna putih
agar dapat menahan sinar matahari yang akan menguraikan obat. Polimer botol
yang digunakan adalah HDPE (High Density Polyethylene). Bahan ini dipilih
karena memiliki warna (tidak bening), kuat, dan tahan terhadap suhu tinggi
sehingga dapat menjamin stabilitas dan kandungan CTM. Wadah ini sekali
pakai karena lapisan polimer akan meleleh dan bersifat karsinogenik. Kedalam
botol ditambahkan silica gel untuk menjaga agar CTM tetap dalam kondisi
kering. Namun penggunaanya disarankan hanya untuk satu kali penggunaan
karena jika digunakan berulang kali dikhawatirkan bahan penyusunnya lebih
mudah bermigrasi ke dalam sediaan. Sedangkan untuk wadah sekunder
digunakan kertas yang lebih tebal dari kertas biasa agar sediaan lebih
terlindungi lagi dari pengaruh cahaya, serta untuk melindungi rusaknya wadah
primer akibat gesekan-gesekan (Suyitno, 1990). Kemasan sekunder yang
digunakan adalah dus yang terbuat dari kertas yang lebih tebal dari kertas biasa
yang didalamnya ditambahkan informasi obat dalam bentuk leaflet. Tujuan
digunakan kemasan sekunder adalah untuk melindungi wadah primer dari
gesekan pada saat penyimpanan maupun saat peredaran. Didalam wadah
sekunder selalu diberikan brosur obat juga menggunakan kertas
XIII. Kesimpulan
1. Tablet CTM dibuat dengan metode kempa langsung yaitu metode kempa
langsung adalah pembuatan tablet dengan cara mencampurkan zat aktif
dengan eksipien yang memiliki sifat alir yang baik, dimana semua zatnya
langsung dicetak menjadi tablet tanpa adanya pembuatan granul terlebih
dahulu.
2. Pada formula 5 hasil evaluasi serbuk: tidak memenuhi persyaratan kadar
pemampatan dan angka hausner. dan memenuhi persyaratan uji
kelembaban, uji sifat alir massa serbuk, serbuk sangat mudah mengalir
menurut pengujian sudut baring serbuk, memiliki sifat alir cukup baik
menurut pengujian persen kompresibilitas.
3. Pada formula 6 hasil evaluasi granul: memenuhi persyaratan laju alir
serbuk sangat mudah mengalir menurut pengujian sudut baring. Dan tidak
memenuhi persyaratan uji kelembaban, angka hausner dan kadar
pemampatan, serta serbuk memiliki sifat alir agak baik menurut pengujian
persen kompresibilitas
4. Pada formula 5 hasil evaluasi tablet: memenuhi persyaratan uji
organoleptis, uji keseragaman ukuran, uji kekerasan, uji friabilitas, uji
friksibilitas,uji keseragaman sediaan (keragaman bobot) uji waktu hancur
dan uji disolusi tablet dan tidak ada evaluasi tablet yang tidak memenuhi
syarat.
5. Pada formula 6 hasil evaluasi tablet: memenuhi persyaratan uji
organoleptis, uji keseragaman ukuran, uji waktu hancur, uji kekerasan dan
uji disolusi tablet. Dan tidak memenuhi persyaratan uji kekerasan, uji
friabilitas, uji friksibilitas, uji keragaman bobt, dan uji disolusi tablet.
6. Penggunaan penghancur amprotab 10% pada percobaan ini dapat
meningkatkan mutu tablet yang lebih baik dibandingkan dengan primogel
5%
Daftar Pustaka

Alifah, O.S. (2002). Urgensi Eksipien dalam Sediaan Obat Makalah Seminar
Nasional Fakultas Farmasi. Yogyakarta: Universitas Gadjah mada.
Ansel, H.C., (1989). Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, diterjemahkan oleh
Farida Ibrahim, Asmanizar, Iis Aisyah, Edisi keempat. Jakarta: UI Press.
Dean, D.A., Evans, E.R., Hall, H.I., (2000).  Pharmaceutical Packaging
Technology. London: Tailor&Francis.
Departemen Kesehatan RI. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Departemen Kesehatan RI. (2014). Farmakope Indonesia Edisi V. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI.
Harkness, R. (1989). Interaksi Obat, diterjemahkan oleh Goeswin Agoes dan
mathilda S. Widianto. Bandung: Institut Teknologi Bandung
Katzung, B. G., (2004). Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi XIII. Buku 3.
Translationof Basic and Clinical Pharmacology Eight Edition Alih bahasa oleh
Bagian Farmakologi Fakultas kedokteran Universitas Airlangga. Jakarta:
Salemba Medika
Mc Evoy, GK. 2002. Drug Information. United States of America: American
Sosiety of Health-System Pharmacist.
Parrott, E.L., (1971). Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics
3th,. Minneapolis: Burgess Publishing Company.
Rowe, R.C. et Al. (2009). Handbook of Pharmaceutical Excipients, 6th Ed,
London: The Pharmaceutical Press.
Siregar, C.J.P., dan Wikarsa, S., (2010). Teknologi Farmasi Sediaan Tablet Dasar-
Dasar Praktis. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Suyitno, (1990). Bahan-Bahan Pengemas, Pusat antar Universitas Pangan dan Gizi
Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
XIV. Lampiran  no batch? no reg? foto botol kemasan primer?
 Desain Dus
 Etiket
 Brosur  no batch, no reg? farmakokinetik? farmakodinamik?
farmakalogi? kontraindikasi? logo obat? penyimpanan?

Nilai Laporan: 77

Dinnanda Yussepina W., S.Farm

Anda mungkin juga menyukai