Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN SOLIDA


PERCOBAAN I
GRANULASI BASAH

Disusun oleh:
Fatika Hira Winda Sabaha (10060321168)
Indah Prayesti (10060321169)
Angelica Khusuma Wardani (10060321171)
Muhammad Fauzan Mutaqien (10060321172)
Irham Maulanarrasyid (10060321173)

Shift/Kelompok : F/2
Tanggal Praktikum : Senin, 9 Oktober 2023
Tanggal Laporan : Senin, 16 Oktober 2023
Nama Asisten : Khansa Fitrah.S, S.Farm

LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT E


PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
2023 M / 1445 H
PERCOBAAN I

GRANULASI BASAH

I. NAMA DAN KEKUATAN SEDIAAN


Nama Seidaan : Paracetamol
Kekuatan Sediaan : 100 mg/tablet
Nama Dagang : Pymol

II. PRINSIP PERCOBAAN


Melakukan proses penambahan pembasah,kedalam massa serbuk sehingga
mendapatkan granul dengan tingkat kebasahan tertentu berdasarkan ikatan antar
partikel yang difasilitasi jembatan cair dan padat.

III. TUJUAN PERCOBAAN


3.1. Untuk mengetahui cara pembuatan tablet paracetamol dengan metode granulasi
basah.
3.2. Untuk mengetahui dan mengevaluasi terhadap granul serta menyimpulkan mutu
granul yang dihasilkan sesuai dengan persyaratan.

IV. PREFORMULASI ZAT AKTIF


4.1 Paracetamol
Nama Lain : Asetaminofen
Nama Kimia : 4-Hidroksiasetoanilida
Rumus Molekul : 151,16
Pemerian : serbuk hablur, putih, tidak berbau, rasa sedikit pahit
Kelarutan : larut dalam air mendidih dan dalam larutan natrium
hidroksida, mudah larut dalam etanol
Titik Lebur :168 c – 172 c
Stabilitas : Perubahan dalam kekerasan disintergan dan disolusi tablet
parasetamol (disiapkan dengan povidone dan pati pregelatin) selama penyimpanan 8
minggu pada 40°C dan 52 % kelembapan relative pada 40°C dan 94 % kelembapan
relative. Tabet yang menggunakan granulasi basah dengan pati pregelatin kurang
dipengaruhi kelembapan tinggi dibandingkan dengan yang dibuat dengan povidone.
Inkompabilitas : Paracetamol berikatan dengan hydrogen dengan permukaan
nilon dan rayon.
Indikasi : Meringankan nyeri ringan sampai sedang seperti sakit kepala,
sakit gigi, sakit pada otot, menurunkan demam, nyeri sesudah operasi cabut gigi,
pireksia.
Kontraindikasi : Pasien hipersensitivitas atau alergi terhadap parasetamol dan
penderita gangguan fungsi hati berat.
Efek samping : Dosis besar dapat menyebabkan kerusakan fungsi hati.
Penyimpanan : Simpan dibawah suhu 30oC dan dalam wadah tertutup rapat
(Kemenkes RI, 2020 ; IAI, 2019)

V. PREFORMULASI ZAT TAMBAHAN


5.1. Amprotab
Rumus Molekul : (CH6H10O5)n
Pemerian : Serbuk putih halus, tidak berbau, tidak berasa, butiran bulat
sangat kecil
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol dingin 95%, mengembang
dalam air dengan konsentrasi 5-10%, larut dalam air panas
Stabilitas : Stabil jika dilindungi dari kelembaban tinggi, dan harus
disimpan dalam wadah tertutup rapat
Inkompabilitas : dengan pengoksidasi kuat
Kegunaan : Penghancur tablet
Penyimpanan : Disimpan didalam wadah tertutup rapat
(Rowe, 2017)

5.2. Etanol
Rumus Molekul : (CH6H10O5)n
Pemerian : Serbuk putih halus, tidak berbau, tidak berasa, butiran
bulat sangat kecil
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam etanol dingin 95%, mengembang
dalam air dengan konsentrasi 5-10%, larut dalam air panas
Stabilitas : Stabil jika dilindungi dari kelembaban tinggi, dan harus
disimpan dalam wadah tertutup rapat
Inkompabilitas : dengan pengoksidasi kuat
Kegunaan : Penghancur tablet
Penyimpanan : Disimpan didalam wadah tertutup rapat
(Rowe, 2017)
5.3. Laktosa
Rumus Molekul : C₁₂H₂₂O₁₁
Pemerian : Serbuk atau massa hablur, keras, putih/putih krem, tidak
berbau, rasa agak manis
Kelarutan : Larut dalam air dan mudah larut dalam air mendidih, sangat
sukar larut dalam etanol
Titik Lebur : 202,8℃
Stabilitas : Dapat berubah warna menjadi kecoklatan pada penyimpanan,
dalam kondisi lembab dapat terjadi pertumbuhan mikroorganisme, stabil dalam
wadah tertutup rapat dan pada tempat kering dan sejuk.
Inkompabilitas : Dengan pengoksidasi kuat
Kegunaan : Pengisi Tablet
Penyimpanan : Disimpan dalam wadah tertutup rapat
(Rowe, 2017)

5.4. Magnesium Stearat


Rumus Molekul : C36H70MgO4
Pemerian : Serbuk halus, putih dan volumetrik, bau lemah khas, mudah
melekat pada kulit, bebas dari butiran
Kelarutan : Tidak larut dalam air, etanol, eter; sedikit larut dalam
benzene, dan etanol hangat
Titik Lebur : 126-130℃
Stabilitas : Stabil pada suhu ruangan
Inkompabilitas : Inkompatibel dengan asam kuat, basa, gram besi, dengan
pengoksidasi kuat, aspirin, beberapa vitamin, kebanyakan garam alcohol
Kegunaan : Lubrikan
Penyimpanan : Disimpan didalam wadah terturup rapat
(Rowe, 2017)

5.5. PVP (Polovinil Pirolidin)


Nama Kimia : 2,5-bis-(4’-hidroksi-3’-metoksibenzilidin) siklopentanon
Rumus Molekul : (C6H9NO)n
Pemerian : Serbuk higroskopik, berwarna putih krem-puih, tidak berbau
Kelarutan : Mudah larut dalam aam, kloroform, etanol (95%), keton,
methanol, air; praktis tidak larut dalam eter, hidrokarbon, minyak mineral
Stabilitas : Stabil jika dipemanasan 110-150℃
Inkompabilitas : Dapat bercampur dalam berbagai larutan, berbagai garam
organic, resin alami, sintetik, dan bahan kimia lainnya
Indikasi : Pengikat Tablet
Penyimpanan : Disimpan didalam wadah tertutup rapat
(Rowe,2017)

5.6. Talkum
Rumus Molekul : Mg3Si4O10(OH)2
Pemerian : Serbuk kristal, sangat halus, putih atau kelabu, tidak berbau,
tidak berasa, bubuk kristal bebas dari butiran
Kelarutan : Praktis tidak larut dalam pelarut asam dan basa, pelarut
organik, dan air
Titik Lebur : 117-150℃
Stabilitas : Dapat disterilkan pada suhu 160℃
Inkompabilitas : Surfaktan
Indikasi : Glidan
Penyimpanan : Didalam wadah tertutup rapat
(Rowe, 2017)

VI. PREFORMULASI WADAH KEMASAN


Berdasarkan pada penyimpanan tablet PCT yang tertera, bahwa harus disimpan di
wadah yang tertutup rapat dan pada suhu ruangan yang terkendali (Dirjen POM, 2020;
1359).

6.1 Kemasan Primer


Wadah dan penyimpanan bagi parasetamol adalah dalam wadah tertutup, tidak
tembus cahaya, simpan pada suhu ruangan, dan terlindung dari kelembaban dan panas.
Berdasarkan hal tersebut bahan kemasan primer yang cocok adalah plastik High Density
Polyethylene. Bahan tersebut dipilih karena tidak mudah pecah, tahan air, dan tidak tembus
cahaya. Pada bagian dalam kemasan primer perlu ditambahkan silica gel untuk menyerap
kelembaban yang mungkin ada dan dapat mengganggu stabilitas tablet. Pada kemasan primer
juga perlu diberi etiket yang berisi informasi obat terdiri dari nama obat, nama sediaan, berat
sediaan, jenis obat, komposisi, indikasi, kontra indikasi, efek samping, aturan pakai, etiket,
no registrasi, expire date, dan nomor bach (Kemenkes RI, 2020).
6.2 Kemasan Sekunder
Kemasan sekunder adalah kemasan yang berfungsi untuk melindungi kemasan
primer saat pendistribusian dan penyimpanan. Bahan yang digunakan adalah kertas karton
duplex, pemilihan bahan ini karena mudah dibentuk dan permukaannya yang datar. Pada
kemasan sekunder terdapat identitas tablet parasetamol mengenai informasi nama obat, nama
sediaan, berat sediaan, jenis obat, komposisi, indikasi, kontra indikasi, efek samping, aturan
pakai, etiket, nomor registrasi, expire date, dan nomor bach (BPOM RI, 2018).

6.3 Kemasan Tersier


Kemasan tersier yang digunakan berupa dus tebal berukuran besar yang dapat
melindungi kemasan sekunder terutama pada saat proses distribusi obat (Dirjen POM,2014)

VII. ANALISIS PERTIMBANGAN FORMULA


7.1 Zat Aktif (Paracetamol)
Parasetamol berperan sebagai zat aktif yang akan memberikan efek terapeutik.
Parasetamol memiliki sifat alir yang buruk, namun bersifat termostabil dan tahan akan
kelembapan, maka metode yang tepat adalah granulasi basah dengan tujuan membentuk
tablet yang memiliki kompresibilitas yang baik (Yuniarsih dkk, 2023).

7.2 Amprotab
Amprotab disini berperan sebagai penghancur dalam maupun penghancur luar yang
akan membuat tablet mudah untuk liberasi dan terdisolusi pada saluran cerna. Penghancur
luar akan menghancurkan tablet menjadi granul, sedangkan penghancur dalam akan
menghancurkan granul menjadi serbuk. Amprotab dapat hancur dengan cara menarik air
untuk masuk kedalam tablet karena memiliki sifat aksi kapiler dan memiliki mekanisme yang
berlawanan dengan pengikat sehingga akan membantu penghancuran tablet. Pada formula
digunakan amprotab dengan konsentrasi 10%, hal ini sudah sesuai dengan literatur dimana
konsentrasi amprotab sebagai penghancur adalah 3-15% (Sheskey et al, 2017) (Ana, 2019).

7.3 PVP (Polivinil Pirolidon)


PVP atau polivinil pirolidon adalah bahan pengikat yang sering digunakan dalam
pembuatan granulasi. PVP dapat membentuk ikatan kompleks dengan berbagai molekul obat
sehingga banyak obat-obat yang kelarutannya meningkat dengan adanya PVP dan akan
menghasilkan granul-granul yang tidak rapuh. PVP mempunyai daya ikat yang kuat,
memiliki sifat alir yang baik, serta daya kompresibilitas yang baik. Pada formula digunakan
PVP dengan konsentrasi 5%. Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan PVP konsentrasi
5% dalam etanol menghasilkan granul dengan daya kompresi yang baik, selain itu juga
menghasilkan tablet yang kuat, dan cepat larut. Hal ini juga sesuai dengan literatur dimana
konsentrasi PVP sebagai bahan pengikat yang baik adalah 1-5% (Mohandani, 2019)
(Sheskey et al, 2017).

7.4 Etanol 95%


Etanol 95% sebagai pelarut PVP, hal ini dikarenakan kelarutan PVP yang mudah
larut didalam etanol. Selain itu etanol merupakan pelarut yang mudah menguap sehingga
cocok pada granulasi basah serta memiliki toksisitas yang rendah (Kemenkes RI, 2020)
(Sheskey dkk, 2017).

7.8 Laktosa
Kegunaan laktosa pada formulasi adalah sebagai bahan pengisi penggenap bobot
tablet agar sesuai dengan yang diinginkan. Hal ini akan mendapatkan masa tablet yang
bagus, serta bentuk yang sempurna. Laktosa juga memiliki sifat alir dan kompatibilitas yang
baik sehingga dapat memperbaiki sifat alir masa serbuk serta memiliki rasa sedikit manis
yang akan menutupi rasa pahit zat aktif yang nantinya akan berpengaruh pada penerimaan
pasien (Suherman, 2017).

7.9 Magnesium Stearat


Berfungsi sebagai lubrikan karena memiliki gaya adhesi yang baik sehingga dapat
mengurangi gesekan-gesekan antara permukaan tablet dengan dinding die selama proses
pembentukan tablet. Hal ini juga akan membantu tablet untuk mudah keluar dari pencetak.
Konsentrasi Mg stearat yang digunakan pada formula sebesar 1%, hal ini sesuai dengan
literatur dimana konsentrasi Mg stearat sebagai lubrikan yang baik adalah 0,25-5% (Sheskey
dkk, 2017) (Sudarso dan Febrianto, 2021).

7.10 Talkum
Talk berfungsin sebagai glidan yang dapat mengurangi gesekan antar pastikel yang
mengalir dari hopper ke ruang cetak, sehingga dapat memperaiki sifat alir granul. Talk dapat
mengisi die dalam jumlah yang seragam, serta memiliki sifat licin dan anti kelat. Talk cocok
dikombinasikan dengan Mg stearat karena akan meningkatkan sifat alir granul. Konsentrasi
yang digunakan pada formula adalah sebesar 2%, hal ini sesuai dengan literatur dimana
konsentrasi talk sebagai glidan yang baik adalah sebesar 1-10% (Sheskey dkk, 2017)
(Okprastowo, 2016).
VIII. FORMULA

IX. PERHITUNGAN DAN PENIMBANGAN


Kekuatan sediaan = 100mg
Bobot/tablet = 250mg
Jumlah dibuat = 300 tablet

9.1 Perhitungan
9.1.1 Fase Dalam
 Total Fase Dalam (92%)
92
×250 mg=230 mg
100
- Untuk 300 tablet
230 mg ×300=69000 mg 69 g
 Amprotab (10%)
10
×230 mg=25 mg
92
- Untuk 300 tablet
25 mg ×300=7500 mg 7 , 5 g
 PVP (5%)
5
×230 mg=12 ,5 mg
92
- Untuk 300 tablet
12 ,5 mg ×300=3750 mg 3 ,75 g
 Laktosa
Total FD – (Bobot zat aktif + total amprotab + total PVP)
= 230 mg− (100 mg+25 mg=12 ,5 mg )
= 92,5mg
- Untuk 300 tablet
92 , 5 mg× 300=27750 mg 27 , 75 gram
 Etanol (1:5)
jumlah PVP ×5 ml=3 , 75 gram ×5 ml=18 , 75 mL

9.1.2 Fase Luar


 Total Fase Luar (8%)
8
×216 ,57 mg=18 , 83 mg
92
- Untuk 300 tablet
18 , 83 mg× 300=5649 mg 5 , 65 g
 Amprotab (5%)
5
×216 ,57 mg=11, 77 mg
92
- Untuk 300 tablet
11, 77 mg ×300=3531mg 3 ,53 g
 Mg Stearat (1%)
1
×216 ,57 mg=2 ,35 mg
92
- Untuk 300 tablet
2 , 35 mg× 300=705 mg 0 ,71 g
 Talk (2%)
2
×216 ,57 mg=4 ,71 mg
92
- Untuk 300 tablet
4 , 71mg ×300=1413 mg 1 , 41 g

9.1.3 Hasil yang Diperoleh


Massa teoritis = 230mg
Massa sebenarnya = 216,57mg
Massa granul sebenarnya = 64,97g
 Jumlah Tablet Yang Diperoleh
massa sebenarnya
× jumlah tablet
massa teoritis
216 ,57 mg
×300 tablet=282 tablet
230 mg
 Kandungan Zat Aktif Per Tablet
massa sebenarnya
× dosis ZAF
massa teoritis
216 ,57 mg
×100 mg=94 , 16 mg
230 mg
 Bobot Per Tablet
massa granul sebenarnya+total FL
jumlah tablet yang diperoleh
64 , 97 g+5 , 65 g
=0 , 25 g 250 mg
282

9.2 Penimbangan
 Fase Dalam

Nama Zat Untuk 1 Tablet Untuk 300 Tablet

Paracetamol 100mg 30g


Amprotab 25mg 7,5g
PVP 12,5mg 3,75g
Laktosa 92,5mg 27,75g
Etanol 0,0625ml 18,75ml

 Fase Luar

Nama Zat Untuk 1 Tablet Untuk 300 Tablet

Amprotab 11,77mg 3,53g


Mg Stearat 2,35mg 0,71g
Talk 4,71mg 1,41g
X. PROSEDUR
9.1. Prosedur Pembuatan
Pada proses pembuatan tablet dengan metode granulasi basah dibutuhkan dua
komponen yaitu fasa dalam dan fasa luar. Fasa dalam yang digunakan yaitu paracetamol,
amprotab, PVP, etanol 95% dan laktosa. Serta fasa luar yang harus ditambahkan kedalam
fase dalam yaitu magnesium stearat, talcum, dan amprotab.

a. Pembuatan Larutan Pengikat (pembuatan larutan PVP)


PVP ditimbang dengan jumlah yang diperlukan, kemudian dilarutkan dalam sejumlah
pelarut pengikat berdasarkan hasil orientasi ataupun berdasarkan data kelarutan PVP dalam
pelarut tersebut.

b. Granulasi hingga tabletasi


 Pengikat ditambahkan dengan cara basah
Untuk paracetamol, amprotab, dan laktosa dicampur sampai homogen. Untuk
larutan PVP, harus dimasukan semuanya agar persentase pengikat sesuai dengan
yang diinginkan. Massa basah kemudian diayak dengan ayakan mesh 16 (untablet
besar), setelah itu granulasi basah dikeringkan dalam oven dengan suhu 60°C sampai
kandungan lembab kurang dari 3%. Jika sudah, dikeringkan kembali granul yang
telah kering dengan ayakan mesh 16 (untuk tablet besar), kemudian granul
ditimbang dan dievaluasi. Jika memenuhi syarat campur dengan fase luar aduk ±10
menit hingga homogen, magnesium stearate ditambahkan lalu diaduk selama 2
menit.

 Pengikat ditambahkan dengan cara kering


Paracetamol, amprotab, PVP, dan laktosa sampai homogen, kemudian
ditambahkan pelarut pengikat sedikit demi sedikit hingga diperoleh massa yang
basah. Massa basah kemudian diayak dengan menggunakan mesh 16. Jika sudah,
granul tersebut dikeringkan dalam oven dengan suhu 60°C atau dengan diangin-
anginkan di udara terbuka sampai kandungan lembab kurang dari 3%. Granul kering
kemudian ditimbang dan dievaluasi. Jika memenuhi syarat dapat dicampurkan
dengan fase luar (talk dan amprotab) aduk sekitar 10 menit hingga homogen,
kemudian tambahkan magnesium stearate diaduk selama 2 menit.
9.2. Prosedur Evaluasi
a. Uji Kelembaban
Pertama yang dilakukan yaitu disiapkan alat uji (Moisture analytical balance),
lalu pastikan alat uji tersebut sudah bersih dan kering dengan kondisi cawan sampel
dalam kondisi baik dan dipastikan alat uji sudah tersambung dengan arus listrik.
Kemudian dilakukan proses pengujian dengan cara ditekan tombol “ON” pada alat,
lalu alat dibuka dan ditunggu sampai tertera simbol menimbang pada layer.
Kemudian dimasukkan granul sebanyak 0,5 gram, lalu alat ditutup dan diperoleh nilai
kadar air yang terdapat pada granul.

b. Uji Sifat Alir


Pertama yang dilakukan yaitu disiapkan alat uji (Flow-tester) bagian dari alat
flow-tester yaitu corong, penutup dan alas untuk penampungan granul. lalu pastian
alat uji tersebut sudah bersih dan kering dengan kondisi corong dalam keadaann
tertutup dengan alas berupa kertas milimeter block. Kemudian disiapkan stopwatch
(untuk menghitung laju alir) dan mistar (untuk menghitung diameter dan tinggi
ruahan serbuk yang terbentuk). Kemudian granul dimasukkan ke dalam corong, lalu
dibuka penutup corong bersamaan dengan perhitungan waktu (stopwatch). Setelah
seluruh granul keluar dari alat, lalu dihentikan dan dicatat waktu yang tertera pada
stopwatch. Dilakukan penandaan titik disekitar tumpukkan granul kemudian
dilakukan pengukuran tinggi tumpukkan granul dengan menggunakan penggaris dan
dicatat.

c. Uji distribusi ukuran partikel


Pertama yang dilakukan yaitu menyiapkan alat lalu dipastikan bahwa
granulometer yang digunakan telah bersih. Kemudian diangkat penyangga dan
penutup pada alat, lalu dibersihkan terlebih dahulu setiap mesh yang akan digunakan.
Setelah bersih, disusun dan disimpan sejumlah granul yang sudah ditimbang di
bagian paling atas, lalu ditutup dan disangga kembali. Kemudian diatur waktu 10
menit untuk pengujiannya, alat secara otomatis menggerakan ayakan sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan, jika proses pengujian telah selesai maka alat pengujian
akan otomatis berhenti. Setelah selesai, diambil setiap ayakan dan ditimbang setiap
granul yang berada pada masing-masing mesh.

d. Uji densitas/ bobot jenis


Pertama yang dilakukan adalah siapkan alat tapped density tester, kemudian
pertama piknometer kosong ditimbang, jika sudah piknometer kedua ditimbang
dimana berisi sediaan sebanyak 1 gram granul, piknometer ketiga kemudian
ditimbang yang dimana berisi sediaan tambah paraffin liquidum. Jika sudah
ditimbang semua, catat bobot jenis dari setiap piknometer.

e. Uji pemampatan
ertama yang disiapkan yaitu gelas ukur 100 ml, untuk sediaan granul
dimasukan ke dalam gelas ukur sebanyak 30 gram. Kemudian dilakukan
“RUN/START” untuk memulai proses pengetukan, proses pengetukan akan secara
otomatis dilakukan dan akan tertenti jika pengetukan telah selesai. Kemudian
pengujian dilanjutkan untuk pengetukan 750 kali, setelah selesai maka akan tertera
nilai volumenya.

X. EVALUASI DAN DATA PENGAMATAN


X.1. Uji Kelembaban
Tabel 10.1. Hasil uji kelembaban
Formula Kadar air (%)
2 2,07 %
3 2,07 %

 penafsiran hasil : kadar air yang baik yaitu 1-3%


 kesimpulan : memenuhi syarat karena kadar air yang didapat yaitu 2,07%
X.2. Uji Sifat Alir
a. Metode corong

Tabel 10.2.1. Hasil uji sifat alir


Formula Bobot (g) Waktu (s) Kec. Alir (g/s)
2 30 g 2,63 11,41 g/s
3 30 g 2,63 11,41 g/s

bobot( g) 30 g
Kecepatan alir = = = 11,41 g/s
waktu (s) 2 ,63 s
 Penafsiran hasil : kecepatan alir yang baik 10 g/s
 Kesimpulan : tidak memenuhi syarat karena kecepatan alir yang didapat yaitu 11,41
g/s
b. Sudut baring
Tabel 10.2.2. Hasil uji sudut baring
Formula h (cm) r (cm) α°
2 2,5 cm 5,93 cm 22,78
3 2,5 cm 5,93 cm 22,78

¿ 2 ,5 cm
Tan α = h 9 cm ¿ r (cm) = = 0,42
5 ,93 cm
¿
α = tan−1 h 9 cm ¿ r (cm) = 22,78

 penafsiran hasil : α 25-30° = sangat mudah mengalir


α 30-38° = sangat mudah mengalir
α 38° = kurang mengalir
 kesimpulan : memenuhi syarat karena hasil sudut baring yang didapat adalah 22,78
maka dapat disimpulkan sediaan sangat mudah mengalir

X.3. Uji Distribusi Ukuran Partikel


Tabel 10.3. Hasil uji distribusi ukuran partikel
Formula
No. ayakan No. mesh Wo = 30 gram
Wn (gr) %
1 5 0,01 0,03 %
2 10 0,03 0,01 %
3 40 23,92 79,73%
4 60 2,38 7,93%
5 80 0,91 3,03%
6 100 0.86 2,87%
7 140 0,63 2,1%
8 200 1,26 4,2 %
9 sisa 1,3 4,33%

wn(gr ) 0 , 01
 mesh 5 = x 100 = x 100% = 0,03 %
wo(gr ) 30
wn(gr ) 0 , 03
 mesh 10 = x 100 = x 100% = 0,01 %
wo(gr ) 30
wn(gr ) 23 , 92
 mesh 40 = x 100 = x 100% = 79,73 %
wo(gr ) 30
wn(gr ) 2 ,38
 mesh 60 = x 100 = x 100% = 7,83 %
wo(gr ) 30
wn(gr ) 0 , 91
 mesh 80 = x 100 = x 100% = 3,03 %
wo(gr ) 30
wn(gr ) 0 , 86
 mesh 100 = x 100 = x 100% = 2,87 %
wo(gr ) 30
wn(gr ) 0 , 63
 mesh 140 = x 100 = x 100% = 2,1 %
wo(gr ) 30
wn(gr ) 1, 26
 mesh 200 = x 100 = x 100% = 4,2 %
wo(gr ) 30
wn(gr ) 1, 3
 sisa = x 100 = x 100% = 4,33 %
wo(gr ) 30
penafsiran hasil :
 perolehan sampel > 40 % pada ayakan mesh no 40-60 maka ukuran partikel granul
sangat baik karna % sebaran paling banyak
 perolehan sampel > 40 % pada ayakan no.6 (mesh 120) maka metode granulasi
formulasi yang dilakukan tidak baik sebab lebih banyak yang berbentuk fines/serbuk
kesimpulan :
memenuhi syarat karena pada mesh 40 didapatkan jumlah granul sebanyak 79,73 %

X.4. Uji Densisitas/bobot jenis


a. Bobot Jenis Nyata
Tabel 10.4.1. Hasil bobot jenis nyata
Formula w (gr) Vo (ml) BJ nyata (g/ml)
2 30 gr 56 ml 0,54 g/ml
3 30 gr 56 ml 0,54 g/ml

w (g) 30 g
BJ nyata = = = 0,54 g/ml
Vo(ml) 56 ml

b. Bobot Jenis Mampat


Tabel 10.4.2. Hasil bobot jenis mampat
Formula Jumlah w (gr) Vn ( ml) BJ mampat Rata-rata BJ
ketukan (n) g/ml mampat (g/ml)
2 500 x 30 gr 52 ml 0,58 g/ml 0,58 g/ml
3 750 x 30 gr 52 ml 0,58 g/ml 0,58 g/ml

BJ mampat :
w(g) 30 g
 BJ 500 x = = 52ml = 0,58 g/ml
Vn(ml)
w(g) 30 g
 BJ 750 x = = 52ml = 0,58 g/ml
Vn(ml)

c. Bobot Sejati/BJ Piknometer


Tabel 10.4.3. Hasil bobot sejati
Formula a (gr) b (gr) c (gr) d (gr) BJ sejati
(g/ml)
2 19,60 20,62 29,40 29,13 1,16
3 19,60 20,62 29,40 29,13 1,16

( b−a ) x BJ cairan pendispersi


BJ sejati =
( b+d ) −(a+c)
( 20 , 62−19 , 60 ) x 0 ,85
=
( 20 ,62+19 , 60 ) −(19 , 60+29 , 40)
0 , 87
= = 1,16 g/ml
0 , 75
Keterangan : a = bobot piknometer kosong (gram)
b = bobot piknometer + 1 gram granul
c = bobot piknometer + 1 gram + cairan pendispersi
d = bobot piknometer + cairan pendispersi

X.5. Uji Persen Kadar Pemampatan


Tabel 10.5. Hasil uji kadar pemampatan
Formula Vo (ml) V500 (ml) Kp (%)
2 56 ml 52 ml 7,14 %
3 56 ml 52 ml 7,14 %

Vo−V 500 56−52


Kp 500 = x 100 % = x 100 % = 7,14 %
Vo 56
Vo−V 500 56−52
Kp 750 = x 100 % = x 100 % = 7,14 %
Vo 56
Keterangan :
Kp = kadar pemampatan (%)
Vo = volume granul sebelum pemampatan (ml)
V500 = volume granul pada 500 kali ketukan (ml)
 Penafsiran hasil : granul memenuhi syarat jika Kp < 20 %
 Kesimpulan : memenuhi syarat karena kadar pemampatan yang didapatkan sebesar
7,4 % (kurang dari 20%).

X.6. Uji Nilai Haussner


Tabel 10.6. Hasil persen haussner
Formula Jumlah BJ nyata BJ mampat Angka
ketukan (n) (g/ml) haussner
2 500 x 0,54 0,58 1,07
3 750 x 0,54 0,58 1,07

BJ setelah pemampatan BJ mampat


Angka haussner = =
BJ sebelum pemampatan BJ nyata
0 , 58
= = 1,07
0 ,54
 Penafsiran hasil : granul memenuhi syatat jika angka haussner = 1
 Kesimpulan : memenuhi syarat karena angka haussner yang didapatkan yaitu 1,07
(Mendekati).

X.7. Uji Persen Kompresibilitas (%K)


Tabel 10.7. Hasil persen kompresibilitas
Formula Rata-rata BJ mampat BJ nyata (g/ml) %K
(g/ml)
2 0,58 g/ml 0,54 g/ml 6,9 %
3 0,58 g/ml 0,54 g/ml 6,9 %

BJ mampat−BJ nyata 0 ,58−o ,54


%K= x 100 % = x 100% = 6,9 %
BJ mampat 0 ,58

 Penafsiran hasil
Indeks kompresibilitas Sifat alir
< 10 Sangat baik
11-15 Baik
16-20 Cukup baik
21-25 Agak baik
26-31 Buruk
32-37 Sangat buruk
> 38 Sangat buruk sekali

 Kesimpulan : memenuhi syarat karena yang di dapatkan < 10 yaitu 6,9 % sehingga
sifat alir sangat baik

XI. PEMBAHASAN
Pada praktikum teknologi sediaan solida kali ini, dilakukan percobaan pembuatan
tablet paracetamol dengan menggunakan metode granulasi basah. Metode granulasi basah
sering digunakan apabila zat aktif yang digunakan dalam formulasi bersifat tahan lembap dan
panas, serta memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang relatif buruk. Tujuan dari pembuatan
tablet dengan menggunakan metode granulasi basah yaitu agar dapat meningkatkan sifat alir
dan atau kemampuan kempa yang dilakukan dengan cara mencampur zat aktif dan eksipien
menjadi partikel yang lebih besar dengan penambahan cairan pengikat dalam jumlah yang
tepat sehingga didapatkan massa cetak yang lembap yang dapat digranulasi dan
menghasilkan tablet yang tidak rapuh (Chaerunnisa, 2009; Kundu, 2008).
Untuk membentuk sediaan tablet dengan metode granulasi basah maka masa tablet
akan dibagi menjadi dua bagian yaitu fasa luar dan fasa dalam. Pembagian fasa luar dan fasa
dalam ini akan disesuaikan berdasarkan fungsi dan karakteristik setiap zat yang akan
digunakan. Fasa dalam biasanya terdiri dari zat aktif yang memiliki khasiat sebagai zat utama
yang akan memberikan efek farmakologis, bahan pengikat yang memiliki fungsi untuk
menambahkan daya kohesif serbuk, yang dibutuhkan dalam mengikat serbuk menjadi granul,
dimana di bawah pengempaan akan membentuk massa yang kohesif atau kompak menjadi
tablet. Daya ikat granul akan lebih kuat bila pengikat diberikan dalam bentuk larutan atau
spray dan bahan penghancur dalam untuk memudahkan pemecahan atau penghancuran
tablet. Bahan-bahan yang biasa digunakan sebagai pengikat adalah akasia, Turunan selulosa,
gelatin, Gelatin akasia, glokusa, povidone, pasta pati, sukrosa, sorbitol, tragakan, natrium
alginate. Serta bahan pengisi untuk meningkatkan atau memperoleh massa agar mencukupi
jumlah massa campuran sehingga dapat dikompresi/dicetak yang dimana bahan-bahan
tersebut harus memiliki sifat tahan terhadap suhu tinggi dalam waktu lama dikarenakan pada
proses pembuatan tablet dengan metode granulasi basah, akan dilakukan pemanasan di dalam
oven untuk menghilangkan air dilakukan setelah terbentuk granul. Sedangkan, fasa luar
adalah zat eksipien yang memiliki fungsi untuk membantu proses pengempaan tablet, yaitu
penghancur luar. Ada enam kategori penghancur yang sering digunakan yaitu: pati, clays,
selulosa, algin, gum, dan campuran lainnya. Digunakan juga lubrikan yang berfungsi untuk
mengurangi gesekan antara granul dengan dinding die selama proses pengempaan dan
pengeluaran dan glidan yang berfungsi untuk memperbaiki sifat alir dari tablet, tetapi hampir
semua glidan memiliki sifat lubrikan yang jelek. Contohnya talk, pati jagung, Cab-O-sil,
syloid dan aerosol. Glidan dapat mengurangi kecenderungan garnul untuk pecah atau
memisah karena disebabkan getaran yang berlebih (Tungadi, 2018).
Formula yang digunakan untuk pembuatan tablet paracetamol adalah paracetamol
100 mg, amprotab 10%, PVP 5%, etanol qs, dan laktosa sebagai fasa dalam. Sedangkan
untuk fase luar, Talcum 2%, Mg Stearat 1% dan amprotab 5%.
Pada formula diatas, PCT atau parasetamol berfungsi sebagai zat aktif yang memiliki
efek farmakologis sebagai zat antipiretik dan analgessik. Parasetamol ini merupakan salah
satu obat yang sering digunakan pada migren (Lipton, 2000; Derry, 2017). Parasetamol
digunakan secara luas sebagai antipiretik dan analgesik. Dosis maksimum yang
direkomendasikan untuk parasetamol adalah 4 gram/hari (McEvoy, 2011). Parasetamol biasa
digunakan dalam kombinasi dengan aspirin dan kafein (Goldstein, 2014). Keuntungan
pemakaian parasetamol antara lain adalah indeks terapinya lebar, bioavaibilitas bagus setelah
pemberian oral, eliminasi cepat, interaksi dengan obat lain dalam jumlah kecil, harga yang
murah, bisa dibeli bebas tanpa resep dokter dan efek sampingnya yang sedikit. Hal ini
membuat parasetamol popular digunakan (Bebenista, 2014). Paracetamol dimasukkan ke
fase dalam karena stabil dalam pemanasan yang lama. (Kemenkes, 1979; 260).
Amprotab merupakan zat tambahan fase dalam yang digunakan sebagai penghancur.
Karena sifatnya yang stabil terhadap pemanasan, maka amprotab dipilih sebagai penghancur
pada granulasi basah ini karena akan ada proses penghilangan kadar air yang menggunakan
pemanasan (Rowe et al, 2009; 685). Amylum pro tablet (Amprotab) sebagai bahan
penghancur memiliki kekuatan pada aksi kapiler yang akan menarik cairan ke dalam tablet
dan diharapkan dapat mempercepat waktu hancur tablet sehingga mempermudah
paracetamol untuk melarut. Kecepatan hancurnya tablet ditentukan oleh posisi bahan
penghancur (Ainurofiq, 2016). Pada praktikum ini konsentrasi amprotab yang digunakan
adalah 10%.
PVP merupakan zat tambahan yang digunakan sebagai pengikat yang membantu
memberikan sifat kohesi pada granul sehingga terbentuklah massa yang kompak. Selain itu,
PVP juga berfungsi sebagai disintegrant yang membantu penghancuran tablet sehingga
meningkatkan kelarutan obat dalam cairan tubuh. PVP sebagai pengikat dan disintegrant
digunakan sebanyak 0.5- 5% (HOPE, 2009). Dalam prosesnya, PVP memerlukan pembasah,
pada praktikum kali ini pembasah yang digunakan adalah etanol. Pemilihan etanol
dikarenakan PVP sangat larut dalam metanol. Penggunaan pembasah pada proses granulasi
ini harus hati-hati karena jika terlalu banyak etanol yang digunakan, maka granul akan
menjadi massa yang sangat basah sehingga sulit untuk dikepal dan dipatahkan. Etanol juga
baik digunakan karena sifat toksisitasnya yang rendah (Kemenkes, 2014).
Talkum dan magnesium stearat adalah zat tambahan fase luar yang berfungsi sebagai
pelican dan pelincir yang meningkatkan aliran granul sehingga tersebar ke seluruh tempat
cetakan pada saat pengempaan dan agar tidak meyumbat di cetakan. Selain itu pelincir dapat
memperpanjang waktu penghancuran obat, sehingga pada saat dilakukan uji friabilitas,
massa tablet tidak berkurang banyak. Kedua zat ini ditambahkan sebagai fase luar untuk
memberikan hasil yang lebih baik pada kekerasan tablet dibandingkan ditambahkan sebagai
fase dalam. Pada formulasi tablet, talcum ditambahkan sebanyak 1- 10% dan magnesium
stearat ditambahkan sebanyak 0.25- 5% (Rowe et al, 2009). Pada praktikum ini digunakan
talcum 2% dan magnesium stearat 1%, penambahan hanya sedikit karena pelincir yang
banyak dapat menyebabkan tablet terlalu keras sehingga sulit hancur dan sulit terlarut serta
sulit dimetabolisme didalam tubuh (Excipient ed. Hal 519).
Proses pembuatan tablet paracetamol pada praktikum ini dilakukan dengan metode
granulasi basah. Granulasi basah merupakan salah satu cara pembuatan yang jarang
digunakan. Pada metode ini granul dibentuk dengan jalan mengikat serbuk dengan suatu
perekat sebagai pengganti pengompakan. Teknik ini membutuhkan larutan suspensi atau
bubur yang mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan ke campuran serbuk. Namun
demikian, bahan pengikat itu dapat dimasukkan kering ke dalam campuran serbuk dan cairan
dapat ditambahkan sendiri (Lachman dkk, 1989).
Pada pembuatannya, terdapat 2 cara dalam metode granulasi basah. Pertama, cara
basah yaitu pengikat terlebih dahulu dilarutkan menggunakan pembasah (dalam praktikum
ini etanol), dan cara kering yaitu etanol ditambahkan sedikit demi sedikit hingga terbentuk
massa yang bisa dikepal dan dipatahkan. Keuntungan metode granulasi basah antara lain
adalah menaikkan kohesivitas dan kompresibilitas serbuk, sehingga diharapkan tablet yang
dibuat dengan mengempa sejumlah granul pada tekanan kompresi tertentu akan menjadi
massa yang kompak, mempunyai penampilan yang bagus, cukup keras, dan tidak rapuh.
Selain itu juga Obat dengan sifat kompresibilitas yang rendah dalam tekanan yang tinggi,
jika dibuat dengan metode granulasi basah tidak perlu banyak bahan penolong, yang akan
menyebabkan bobot tablet menjadi terlalu besar serta zat yang hidrofob, maka granulasi
basah dapat memperbaiki kecepatan pelarut obat, dengan memilih bahan pengikat yang
cocok (Sheth et al., 1980).
Setelah dilakukan praktikum, diperoleh massa granulat dari formula yang dibuat
adalah sebesar 216,75gr. Jumlah tablet yang diperoleh sebanyak 282 tablet. Kandungan zat
aktif pertablet nya adalah 94,16 mg. Faktor-faktor yang mempengaruhi
proses granulasi basah diantaranya jumlah bahan pengikat yang ditambahkan, waktu
pencampuran bahan pengikat, dan lama pengeringan granul.

Setelah massa granul terbentuk, terlebih dulu dilakukan evaluasi massa granul.
Tujuan dilakukannya evaluasi adalah untuk melihat bahwa granul yang dihasilkan sudah
memenuhi sebagaimana persyaratan atau tidak. Evaluasi yang dilakukan terdiri dari uji
kelembaban, uji kecepatan alir, uji distribusi ukuran partikel dan uji bobot jenis. Tujuan
dilakukanya evaulasi uji kelembaban adalah mengontrol kandungan lembab granul sehingga
tidak akan menimbulkan masalah pada proses pencetakan dan produk akhir tablet. Kadar
lembab yang tinggi dapat mengganggu proses aliran menyebabkan penempelan pada mesin
dan meningkatkan resiko pertumbuhan mikroba. Sedangkan kadar lembab yang rendah
menyebabkan granul rapuh. Evaluasi ini memiliki prinsip yaitu kandungan air dapat diukur
menggunakan alat moisture analytical balance berdasarkan proses pemanasan (gravimetri).
Alat akan menentukan persentase massa yang hilang (air, komponen yang mudah menguap)
selama pemanasan pada suhu tertentu (70°C). Angka kelembaban yang tinggi menyebabkan
granul akan susah untuk dikompresi karena massa akan lengket pada mesin cetak sehingga
menyebabkan tablet mengalami capping. Sedangkan jika kelembaban granul terlalu rendah
akan mengakibatkan tablet menjadi rapuh, karena daya ikat antar partikel di dalam tablet
rendah. Dengan adanya kandungan lembab, ikatan antar partikel akan menjadi kuat, sehingga
juga akan berpengaruh terhadap kekerasan tablet, kerapuhan tablet dan waktu hancur tablet
yang akan dihasilkan (Oka, 2021).
Berdasarkan hasil pengujian tersebut, diperoleh data pengamatan bahwa nilai kadar
air yang diperoleh pada formula yang dibuat yaitu 2,07%. Dari hasil uji kelembaban terlihat
bahwa granul dari ketiga formula memiliki kelembaban yang memenuhi persyaratan, yaitu
antara 1%-5% (Voight, 1995). Hal ini dikarenakan magnesium stearat yang bersifat hidrofob
mampu mengikat udara panas yang dapat menyempurnakan proses penguapan air di dalam
oven. Dapat dikatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi magnesium stearat yang digunakan,
maka semakin banyak air yang menguap di dalam oven sehingga hal ini menyebabkan bobot
granul menjadi berkurang dan nilai kelembaban granul menjadi tinggi (Voight, 1995).
Selanjutnya dilakukan juga evaluasi uji kecepatan alir untuk mengetahui golongan
sifat alir dari suatu granul yang dinyatakan dalam kecepatan alirnya (gram/detik). Uji
kecepatan alir ini dilakukan dengan 2 metode yaitu metode corong dengan prinsip
menetapkan jumlah granul yang mengalir melalui alat selama waktu tertentu dan metode
sudut baring (istirahat) dengan prinsip pengukuran sudut yang terbentuk dari lereng
timbunan granul yang mengalir bebas dari corong terhadap suatu bidang datar. Alat yang
digunakan dalam evaluasi ini adalah flow tester. Laju alir granul memegang peranan penting
dalam pengisian granul ke dalam die (ruang kompresi). Granul yang tidak dapat mengalir
dengan baik tidak bisa mengisi ruang cetak secara maksimal dan konstan sehingga tablet
yang dihasilkan akan memiliki keseragaman bobot yang kurang baik. Laju alir granul yang
baik adalah berkisar antara 4-10 gram/detik. Granul yang mengalir baik akan dapat mengisi
ruang cetak secara terus menerus, konstan dan maksimal sehingga tablet yang dihasilkan
dapat memenuhi keseragaman bobot yang baik. Laju alir granul sangat dipengaruhi oleh
kandungan lembab dari granul itu sendiri, bila kandungan lembabnya tinggi maka ikatan
(gaya tarik) antar partikel granul menjadi lebih kuat karena kontak permukaan naik. Karena
gaya tarik antar partikel besar akibatnya granul semakin cepat mengalir. Oleh karena itu
perlu dilakukan uji kandungan lembab dari granul sebelum granul dicetak menjadi tablet.
Kandungan lembab dari granul yang diperbolehkan adalah 1-5% (Agoes, 1984; Lachman et
al., 1994; Voigt, 1994). Berdasarkan hasil data pengamatan yang diperoleh pada formula 1
dan 2 yang dibuat dari evaluasi ini adalah pada metode corong menghasilkan
kecepatan alir yaitu 11,07 gram/detik dengan waktu yang dibutuhkan 30 gram granul
untuk mengalir seluruhnya melewati lubang corong adalah sebanyak 2,63 detik. Hasil uji
evaluasi tersebut tidak memenuhi syarat. Dari data di atas dapat dikatakan bahwa
penggunaan magnesium stearat dengan konsentrasi 1% menunjukkan laju alir granul yang
tidak cukup baik. Dimana semakin tinggi konsentrasi magnesium stearat, semakin tinggi pula
kemampuannya mengatasi melekatnya antar partikel sehingga mengurangi gesekan antar
partikel dan hal ini menyebabkan kecepatan alir granul menjadi baik (Padmadisastra et al.,
2009). Sedangkan pada evaluasi sudut baring didapatkan nilai sebesar 22,78°. Artinya, maka
dinyatakan bahwa granul formula uji memiliki sifat alir dengan golongan mudah mengalir
dan memiliki kompresibilitas yang baik.
Pada praktikum kali ini juga dilakukan uji evaluasi distribusi ukuran partikel yang
dilakukan dengan cara ayakan disusun secara vertikal mulai dari ayakan yang paling kasar
diletakkan diatas dan yang paling halus di bawah. Kemudian digoyang (agitasi) secara
mekanik. Sejumlah berat tertentu sampel ditempatkan pada ayakan teratas (Guswin, 2012).
Pengujian distribusi ukuran partikel dilakukan untuk menentukan ukuran partikel rata-rata
dan penyebaran ukuran granul. Distribusi ukuran partikel dapat mempengaruhi keseragaman
bobot tablet dan sifat alir granul. Sifat alir dipengaruhi oleh ukuran partikel, partikel yang
lebih besar dan bulat menunjukkan sifat alir yang lebih baik dibandingkan partikel yang lebih
kecil (Siregar, 2010). Dari hasil percobaan yang dilakukan di dapatkan hasil antara lain
Mesh 5 0,03%; Mesh 10 0,01%, Mesh 40 79,73%; Mesh 60 7,93%; Mesh 80 3,03%; Mesh
100 2,86%; Mesh 140 2,1%; Meshh 200 4,2%; dan sisa 4,33%. Berdasarkan nilai-nilai
perolehan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa ukuran partikel sangat baik karena lebih
sedikitnya granul yang berbentuk serbuk dengan jumlah granul paling banyak sebesar
79,73% pada mesh 40. Evaluasi ini memiliki prinsip yaitu menganalisa ukuran dan distribusi
ukuran granul berdasarkan penggunaan susunan pengayakan dengan berbagai ukuran mesh
terbesar diletakan paling atas dan ukuran mesh terkecil diletakan paling bawah kemudian
mesin digetarkan maka granul tersebut akan terpisah di berbagai pengayakan sesuai dengan
ukuran granul masing masing (Ansel, 2014).
Evaluasi yang terakhir adalah evaluasi uji bobot jenis yang dilakukan dengan tujuan
melihat keseragaman dari ukuran granul. Ukuran granul sebaiknya seragam. Hal ini sehingga
dapat menjamin aliran granul dan juga keseragaman kandungan granul. Distribusi ukuran
granul sebaiknya mengikuti kurva distribusi normal. Dari distribusi granul maka bisa melihat
jumlah fines dalam granul yang dihasilkan. Evaluasi ini terdiri dari beberapa langkah yaitu
pertama melakukan evaluasi pengukuran bobot jenis nyata dengan prinsip pengukuran
berdasarkan perbandingan bobot granul dengan volume granul tanpa dilakukan pemampatan.
Hasil BJ nyata yang diperoleh dari formula uji 1 dan 2 adalah sebesar 0,54 g/mL Alat yang
digunakan dalam penentuan BJ nyata adalah tapped density tester.
Kedua adalah melalukan evaluasi pengukuran bobot jenis mampat dengan prinsip
pengukuran berdasarkan perbandingan bobot granul dengan volume granul dengan dilakukan
pemampatan pada ketukan n. Pada pengukuran BJ mampat ini, gelas ukur diketuk dengan
ketukan sekian kali. Tujuan pengetukan ini adalah untuk menghilangkan rongga rongga
udara yang terdapat pada partikel yang dimasukan ke dalam gelas ukur tersebut sehingga
diperoleh volume yang mampat. Hasil BJ mampat yang diperoleh dari formula uji 1 dan 2
adalah 0,58 g/mLdari ketukan 500 kali dan 750 kali berturut-turut. Alat yang digunakan
dalam penentuan BJ mampat adalah sama halnya seperti pada BJ nyata. Salah satu faktor
yang mempengaruhi bobot jenis suatu zat adalah temperatur, dimana pada suhu tinggi
senyawa yang diukur berat jenisnya dapat menguap sehingga dapat mempengaruhi bobot
jenisnya, dengan demikian sama halnya pada suhu sangat rendah dapat menyebabkan
senyawa membeku sehingga sulit dihitung bobot jenisnya (Hendy, 2022).
Selanjutnya dilakukan pengukuran BJ sejati dengan prinsip yaitu massa granul dibagi
dengan volume granul yang tidak termasuk pori pori granul. Alat yang digunakan dalam
pengukuran BJ sejati adalah piknometer. Hasil BJ sejati yang diperoleh dari formula 1 dan 2
adalah 1,16 g/mL. Setelah itu, dilakukan pengukuran kadar pemampatan. Berdasarkan hasil
yang data pengujian yang diperoleh adalah kadar pemampatannya pada formula 1 dan 2
sebesar 7,14%. Hal ini sesuai dengan persyaratan yang ada dimana penafsiran hasil granul
yang memenuhi syarat jika kadar pemampatannya kurang atau sama dengan 20%.
Kemudian, selanjutnya dilakukan pengukuran perbandingan haussner dengan prinsip
membandingkan BJ mampat (setelah dimampatkan) dengan BJ nyata (sebelum
dimampatkan). Hausner ratio merupakan salah satu metode dalam menetapkan sifat alir
serbuk atau granul dengan cara mengukur tapped density dan bulk density. Rasio < 1,00
menunjukkan sifat alir yang sangat baik, sedangkan rasio > 1,60 menunjukkan sifat alir yang
sangat-sangat buruk (Arum, 2018). Berdasarkan hasil yang data pengamatan yang diperoleh
pada formula 1 dan 2 adalah angka haussnernya sebesar 1,07%. Dari angka tersebut dapat
disimpulkan bahwa tmemenuhi syarat karena angka haussner yang didapatkan mendekati
angka 1.
Kemudan evaluasi terakhir dari BJ ini adalah dilakukan pengukuran persen
kompresibilitas. Hasil yang diperoleh dari data pengamatan evaluasi formula 1 dan 2 adalah
sebesar 6,9%. Hal ini sesuai dengan persyaratan yang ada dan dapat disimpulkan bahwa hasil
persentase formula 1 dan 2 termasuk golongan sangat baik. Menurut penafsiran hasil persen
kompresiblitas adalah pada rentang <10% termasuk ke dalam aliran sangat baik, pada
rentang 11%-15% termasuk ke dalam aliran baik, pada rentang 16%-20% termasuk ke dalam
aliran cukup baik, pada rentang 21%-25% termasuk ke dalam aliran agak baik, pada rentang
26%-31% termasuk ke dalam aliran buruk, pada rentang 32%-37% termasuk ke dalam aliran
sangat buruk dan pada rentang >38% termasuk ke dalam aliran sangat buruk sekali (Akbar,
2019).
Pada proses granulasi basah penambahan bahan pengikat dimaksudkan untuk
mengikat partikel-partikel serbuk menjadi satu kesatuan sehingga membentuk granul yang
kuat dan menentukan sifat-sifat tablet yang dihasilkan. Pemilihan bahan pengikat yang cocok
dengan jumlah yang tepat maka serbukserbuk halus dapat diubah menjadi granul yang baik
dan akan mengalir dari hopper menuju ruang cetak dengan baik dan teratur sehingga akan
menghasilkan tablet yang baik. Untuk itu terbuka peluang bagi pengembangan formulasi
tablet (Gopalan, 2018).
Keuntungan dari granulasi basah yaitu untuk zat aktif 12 yang peka terhadap panas
dan air, untuk mendapatkan berat jenis yang sesuai, memperoleh aliran yang baik. Kerugian
dari granulasi basah yaitu zat aktif yang sensitif terhadap lembab dan panas tidak dapat
dikerjakan dengan cara ini, biaya cukup tinggi (Cicilia, 2013).
XII. KESIMPULAN
12.1. Pembuatan tablet dengan metode granulasi basah dengan zat aktif parasetamol pada
formula 2 dan 3 dapat dilakukan, dimana proses pembasahan dilakukan dengan cara
kering yaitu pengikat dicampurkan dengan zat aktif dan zat tambahan lainnya
kemudian ditambahkan sedikit demi sedikit pelarut pengikat hingga massa serbuk
dapat dikepal. Proses pembuatan tablet dengan zat aktif parasetamol pada formula 2
dan 3 dengan metode granulasi basah dimana memiliki prinsip yaitu proses
membasahi massa atau campuran zat aktif dan eksipien dengan larutan pengikat
tertentu dalam jumlah yang tepat sampai menjadi partikel yang lebih besar sehingga
terjadi massa yang lembab yang dapat digranulasi.
12.2. Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa granul pada
formula 2 dan 3 pada uji kelembaban memenuhi syarat karena kadar air yang didapat
yaitu 2,07%, uji sifat alir pada metode corong tidak memenuhi syarat karena
kecepatan alir yang didapat yaitu 11,41 g/s dan Sudut baring memenuhi syarat karena
hasil sudut baring yang didapat adalah 22,78, Uji Distribusi Ukuran Partikel
memenuhi syarat karena pada mesh 40 didapatkan jumlah granul sebanyak 79,73 %,
Uji Persen Kadar Pemampatan memenuhi syarat karena kadar pemampatan yang
didapatkan sebesar 7,4 % (kurang dari 20%), Uji Nilai Haussner memenuhi syarat
karena angka haussner yang didapatkan yaitu 1,07 (Mendekati 1), Uji Persen
Kompresibilitas memenuhi syarat karena yang di dapatkan < 10 yaitu 6,9 % sehingga
sifat alir sangat baik.
XIII. SEDIAAN AKHIR
13.1. Wadah Primer
13.2. Wadah Sekunder
13.3. Brosur

PYMOL
Tablet Parasetamol
Komposisi :
Setiap tablet mengandung Parasetamol 100 mg.

INDIKASI
Obat ini digunakan untuk meredakan nyeri ringan hingga sedang seperti
sakit kepala, sakit gigi, nyeri otot, serta menurunkan demam.

KONTRA-INDIKASI
Parasetamol jangan diberikan kepada penderita hipersensitif/alergi
terhadap Paracetamol. Penderita gangguan fungsi hati berat.

EFEK SAMPING
Penggunaan untuk jangka waktu lama dan dosis besar dapat
menyebabkan kerusakan fungsi hati dan Reaksi hipersensitifitas/ alergi.

PERHATIAN
Hati-hati penggunaan pada pasien dengan gagal ginjal, gangguan fungsi
hati, dan alergi atau mengalami hipersensitivitas terhadap paracetamol.
Kategori kehamilan

DOSIS
-Dewasa dan anak >12 thn: 1 tablet 3-4 kali sehari
-Anak-anak 6-12 thn: ½ tablet 3-4 kali sehari
-Atau sesuai petunjuk dokter.
diminum secara oral.

KEMASAN
300 tablet @ 100 mg Parasetamol
Exp. Date: 23.03.26
Mfg. Date: 23.03.24
No. Batch: DEF100211
HET: RP. 25.000
PENYIMPANAN: Simpan di tempat kering bersuhu 25oC

Dibuat oleh:
PT. UNISBA FARMA
Bandung Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Ainurofiq, A. & Nailatul, A., (2016). Perbandingan Penggunaan Bahan Pengancur Secara
Intragranular, Ekstragranular, dan Kombinasinya. Journal of Pharmaceutical Science
and Clinical Research.
Akbar, A. K., & Febriani, A. K. (2019). Uji kompresibilitas granul pati talas dengan metode
granulasi basah 1,2. Journal of Pharmacy UMUS, 01(1), 23– 27.
http://jurnal.umus.ac.id/index.php/jophus.
Ana, R. (2019). Pengaruh Penggunaan Pati Umbi Gembili (Discorea esculenta L.) Sebagai
Bahan Penghancur Tablet Parasetamol Terhadap Sifat Fisik dan Pelepasan Zat
Aktif. Doctoral dissertation Universitas Wahid Hasyim: Semarang
Ansel H.C., (2014), Bentuk Sediaan Farmasetis dan Sistem Penghantaran Obat, 9th (eds).
Afifah, H.& Ningsih, T., Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Aspirin. Jurnal Farmasi Indonesia.
Bebenista MJ, Nowak JZ. Paracetamol. (2014). Mechanism of Action, Applications and
Safety Concern. Polish Pharmaceutical Society. Acta Poloniae Pharmaceutica – Drug
Research;71:11-23.
BPOM RI. (2018). Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2018 tentang Penerapan 2D
Barcode Dalam Pengawasan Obat dan Makanan. Badan Pengawas
Obat dan Makanan, Jakarta.
Chaerunisaa, A. Y., Surahman, E., dan Soeryati, S. (2009). Farmasetika Dasar.
Cicilia. (2013). Formulasi tablet kunyah attapulgit dengan variasi konsentrasi bahan pengikat
gelatin menggunakan metode granulasi basah. Journal of Petrology, 369(1), 1689–
1699.
Depkes RI. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan RI : Jakarta. (1995). 7–8
p.
Derry S, Moore RA. (2017). Paracetamol (acetaminophen) with or without an antiemetic for
acute migraine headaches in adults Cochrane Database of Systematic Reviews: Issue
4 Art. No : CD008040. Disintegrating Technology, Pharma Times; 2008. 40 (4):
pp.180-185.

Dirjen POM. (2014). Farmakope Indonesia. Edisi V. Departemen Kesehatan


Republik Indonesia, Jakarta.

Dirjen POM. (2020). Farmakope Indonesia Edisi VI. Jakarta: Depkes RI.
Goldstein J, Hagen M, Gold M. (2014). Results of a multicenter, double-blind, randomized,
parallel-group, placebocontrolled, single-dose study comparing the fixed
combination of acetaminophen, acetylsalicylic acid, and caffeine with ibuprofen for
acute treatment of patients with severe migraine. Cephalalgia. 2014;0(0):1- 9.
Gopalan, S.V dan Dolih G. (2018). Review Artikel: Formulasi dan Evaluasi Sediaan Granul
Effervescent dan Sediaan Tablet dengan Metode Granulasi Basah. Farmaka
Suplemen. 16 (1) : 117-123.
Guswin A. Sediaan Farmasi Likuida-Semisolida (SFI-7). Bandung: ITB Publisher; (2012)
Hanindya Puspita Arum. (2018). Optimasi Formula Tablet Fast Disintegrating Na-
Diklofenak Dengan Flowlac 90, Starlac, Dan Tablettose 80 Sebagai Pengisi Dengan
Metode Simplex Lattice Design. Program Studi Farmasi. Fakultas Farmasi.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Hendy Suhendy, Laras Nawang Wulan, Nur Laili Dwi H. (2022). Pengaruh Bobot Jenis
Terhadap Kandungan Total Flavonoid Dan Fenol Ekstrak Etil Asetat Umbi Ubi
Jalar Ungu-Ungu (Ipomoea batatas L.). Kelompok Keahlian Biologi Farmasi,
Program Studi S1 Farmasi, Universitas Bakti Tunas Husada, Jl. Mashudi No. 20,
46115, Tasikmalaya, Indonesia
IAI. (2019). Informasi Spesialite Obat Indonesia Vol. 52. Jakarta: PT. ISFI.
Kemenkes RI. (2020). Farmakope Indonesia, Edisi VI. Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia, Jakarta.
Kemenkes RI. Farmakope Indonesia edisi V. Farmakope Indonesia. (2014). 15.
Kundu, S. and Sahoo, P. K., (2008), Recent Trends in The Deelopment of Orally
Disintegrating Tablets Technology, Pharma Times, Vol 40, No 4.
Lipton RB, Baggish JS, Stewart WF, Codispoti JR, Fu M. (2000). Efficacy and Safety of
Acetaminophen in the Treatment of Migraine Results of a Randomized, Double-blind,
Placebo-Controlled, Population-Based Study.Arch Intern Med: 160:3486-92.
McEvoy GK. (2011). AHFS Drug Information Essentials. the American Society of Health
System Pharmacists, Inc.
Mohandani, I. P. (2009). Pengaruh Kadar Polivinilpirolidon Sebagai Bahan Pengikat Pada
Formulasi Tablet Effervescent Kombinasi Ekstrak Herba Sambiloto (Andrographis
Paniculata Nees) Dan Dewandaru (Eugenia Uniflora Linn) Dengan Bahan Pengisi
Manitol (Doctoral dissertation, Univerversitas Muhammadiyah Surakarta).
Oka Sri Susanthi A.A, Setyawan Eka Indra, Dewantara Putra I G.N. (2021). Pengaruh
Variasi Konsentrasi Magnesium Stearat Sebagai Bahan Pelicin Terhadap Sifat Fisik
Tablet Vitamin E Untuk Hewan.Jurusan Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Udayana.
Okprastowo. (2016). Optimasi Penggunaan Spray Sebagai Filter Binder Tablet
Padmadisastra, Yudi dan Dradjad Priambodo. (2009). Formulasi Tablet Ekstrak Buah Cabe
Jawa (Piper Retrofractum Vahl.) Dengan Metode Kempa Langsung. Sumedang:
Jurusan Farmasi FMIPA. Universitas Padjajaran.
Robert Tungadi, S.Si., M.Si., Apt. (2018). Teknologi Sediaan Solida. Perpustakaan
Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT) x+126 hlm.; 15x23 cm. Cetakan Pertama,
Januari 2018 ISBN: 978-602-5498-20-6. Team WADE Publish. Jln. Pos Barat Km.1
Melikan Ngimput Purwosari Babadan Ponorogo Jawa Timur Indonesia 63491.

Rowe, R. C, et al. (2017). Handbook of Pharmaceutical Excipients, 8th Ed. The


Pharmaceutical Press, London.

Rowe, R. C. et al. (2009). Handbook of Pharmaceutical Excipients, 6th Ed, The


Pharmaceutical Press, London.

Rowe, R.C. et Al. (2018). Handbook Of Pharmaceutical Excipients, 6thEd,


The Pharmaceutical Press, London.
Sheskey, J., Paul. Cook, G., Walter. Cable, G., Colin. (2017). Handbook of Pharmaceutical
Excipients 8th Ed. Pharmaceutical Press: London
Siregar CJP, Wikarsa S. Teknologi farmasi sediaan tablet: Dasar-dasar praktis. Jakarta:
EGC; (2010).
Sudarsono, A. P. P., Nur, M., & Febrianto, Y. (2021). Pengaruh Perbedaan Suhu
Pengeringan Granul (40 C, 50 C, 60 C) Terhadap Sifat Fisik Tablet
Paracetamol. Jurnal Farmasi & Sains Indonesia, 4(1), 44-51.
Suherman. (2017). Pengaruh Penggunaan Variasi Konsentrasi Laktosa Pada Formula
Tablet Prednisolon. Viva Medika: Jakarta.
Yuniarsih, N., Ramadhina, A. S., Musfiroh, E. N., Arrizqi, F. I., Irawan, L., Yuliani, N. D., &
Herawati, S. H. (2023). Evaluasi Dan Uji Karakteristik Fisik Tablet Ibuprofen Pada
Metode Granulasi Basah, Granulasi Kering Dan Metode Kempa
Langsung. Innovative: Journal Of Social Science Research, 3(2), 8050-8064.
XIV. Lampiran 1 Penyusunan
NO NAMA BAGIAN
1 Fatika Hira Winda Sabana pembahasan
(10060321168)
2 Indah Prayesti prosedur pembuatan & evaluasi
(10060321169) sediaan, data pengamatan
3 Angelica Khusuma Wardani analisis pertimbangan,
(10060321171) perhitungan & penimbangan
sediaan
4 Muhammad Fauzan Mutaqien cover, tujuan percobaan, prinsip
(10060321172) percobaanpreformulasi zat aktif
& tambahan, preformulasi
wadah kemasan
5 Irham Maulanarrasyid kesimpulan, sediaan akhir
(10060321173) wadah dan kemasan, daftar
pustaka, nyusun

Anda mungkin juga menyukai