Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM TEKNOLOGI FARMASI SEDIAAN PADAT

“KAPSUL NON GRANULASI PARACETAMOL”

Praktikum ke-3

Sabtu, 05 November 2022

Kelas C/ Kelompok 5

Disusun Oleh ;

1. Agustina Maharani 2021135024


2. R. Cahya Rizky 2021135025
3. Ardimas Bagus Prasetyo 2021135026
4. Wulandari 2021135028
5. Yuni Tri Astuti 2021135029

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS PANCASILA
JAKARTA
2022
I. Dasar Teori
Istilah kapsul berasal dari Bahasa latin “capsula” yang berarti kotak kecil, kapsul telah
digunakan sejak abad ke-19. Salah satu masalah farmasi yang muncul pada saat itu, yaitu rasa dan
bau yang tidak enak dari obat herbal, sehingga diperkenalkan dan dipatenkan sediaan kapsul
(Safitry, Heny, 2017).
Kapsul adalah sediaan padat yang terbungkus dalam satu cangkang keras ataupun lunak
yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat juga dibuat dari pati atau
bahan lain yang sesuai (FI IV, 2009). Kapsul dapat didefinisikan sebagai bentuk sediaan padat,
dimana satu macam obat atau lebih dan/ atau bahan inert lainnya yang dimasukkan ke dalam
cangkang atau wadah kecil yang dapat larut dalam air (Ansel, 2005). Cangkang (shell) adalah yang
dikenal sehari-hari dengan sebutan kapsul kosong tanpa isi bahan obat. Cangkang ini dapat diisi
dengan bermacam-macam bahan obat, bahan obat cair maupun bahan obat padat menjadi kapsul
yang dapat langsung dipergunakan oleh penderita.
Berdasarkan bentuknya, kapsul dalam farmasi dibedakan menjadi dua, yaitu;
1. Kapsul cangkang keras (capsulae durae, hard capsul), terdiri atas tubuh dan tutup, tersedia
dalam bentuk kosong, isi biasanya padat dan dapat juga cair, cara pakai per oral, dan bentuknya
hanya satu macam (Widianto, Gatot, 2018). Kapsul cangkang keras terdiri atas bagian wadah
tutup yang terbuat dari metilselulosa, gelatin, pati atau bahan lain yang sesuai. Ukuran
cangkang kapsul keras bervariasi dari nomor paling kecil 5 sampai nomor paling besar 000.
2. Kapsul cangkang lunak (capsulae molles, soft capsul) merupakan satu kesatuan berbentuk
bulat atau silindris (pearl) atau bulat telur (globula) yang terbuat dari gelatin (kadang disebut
gel lunak) sedikit lebih tebal disbanding kapsul cangkang keras dan dapat diplastisasi dengan
penambahan senyawa poliol, seperti sorbitol atau gliserin. Kapsul lunak dapat mengandung
pigmen atau pewarna, bahan opak seperti Titanium dioksida, pengawet, pengharum dan
pemanis/ sukrosa 5%. Cangkang gelatin lunak umumnya mengandung air 6-13% (Widianto,
Gatot, 2018).
Ukuran kapsul menunjukkan ukuran volume dari kapsul dan dikenal 8 macam ukuran
yang dinyatakan dalam nomor kode. 000 ialah ukuran terbesar dan 5 ukuran terkecil.
Ukuran kapsul : 000 00 0 1 2 3 4 5
Untuk hewan : 10 11 12
Umumnya nomor 00 adalah ukuran terbesar yang dapat diberikan kepada pasien. Adapula
kapsul gelatin keras ukuran 0 dengan bentuk memanjang (dikenal sebagai ukuran OE) yang
memberikan kapasitas isi lebih besar tanpa peningkatan diameter.
Keuntungan bentuk sediaan kapsul adalah bentuknya menarik dan praktis, tidak berasa
sehingga bisa menutup rasa dan bau obat yang kurang enak, mudah ditelan dan cepat hancur/
larut dalam perut sehingga cepat segera diabsorbsi (diserap) usus, dokter dapat memberikan
resep dengan kombinasi dari bermacam-macam bahan obat dan dengan dosis yang berbeda-
beda menurut kebutuhan seorang pasien, dan kapsul dapat diisi dengan cepat tidak memerlukan
bahan penolong seperti pada pembuatan pila tau tablet yang mungkin mempengaruhi absorbsi
bahan obatnya. Sedangkan terdapat juga kerugian dari sediaan kapsul adalah tidak bisa untuk
zat-zat mudah menguap sebab pori-pori cangkang tidak menahan penguapan, tidak untuk zat-
zat higroskopis, tidak untuk zat-zat yang bereaksi dengan cangkang kapsul, tidak untuk balita,
dan tidak bisa dibagi (misal ½ kapsul) (Widianto, Gatot, 2018).
Parasetamol (asetaminofen) adalah turunan senyawa sintetis dari drivat p-aminofenol
yang mempunyai sifat antipiretik/ analgesik. Senyawa ini mempunyai nama kimia N-asetil-
paminofenol atau p-asetamidofenol atau 4 hidroksiasetanilid, bobot molekul 151,16 (FI III,
1979). Parasetamol termasuk ke dalam kategori NSAID sebagai obat anti demam, anti pegal
linu dan anti-inflammatory. Inflammation adalah kondisi pada darah pada saat luka pada bagian
tubuh (luar atau dalam) terinfeksi, sebuah imun yang bekerja pada darah putih (leukosit).
Pati atau amilum merupakan suatu polisakarida yang banyak didapatkan dari berbagai
macam tumbuhan seperti jagung, gandum, kacang-kacangan, kentang dan umbi. Pati tersusun
dari dua polimer glukosa yaitu amilosa dan amilopektin yang terikat oleh ikatan glikosidik.
Amilum merupakan suatu senyawa organik yang tersebar luas pada kandungan tanaman,
dihasilkan dari dalam daun-daun hijau sebagai wujud penyimpanan sementara dari produk
fotosintesis (Gunawan, 2004). Amilum pada percobaan ini digunakan sebagai bahan tambahan
yang fungsinya sebagai bahan pengahancur atau disintegrant, karena kapsul yang ditelan harus
mengalami hancur atau terdisintegrasi di dalam lambung supaya bahan aktif dapat diabsorpsi
(Murtini, G, dan Elisa, Y, 2018).
Laktosa adalah bentuk disakarida dari karbohidrat yang dapat dipecah menjadi bentuk
lebih sederhana yaitu galaktosa dan glukosa. Laktosa ada di dalam kandungan susu, dan
merupakan 2-8% bobot susu keseluruhan. Laktosa, atau sering juga disebut sebagai gula susu
adalah bagian dari susu yang memberikan rasa manis dengan tingkat kemanisan lebih rendah
dari sukrosa. Pada percobaan kali ini, laktosa digunakan sebagai bahan tambahan yang
fungsinya sebagai bahan pengisi, bertujuan untuk mencukupkan massa kapsul sampai pada
bobot yang diinginkan.
II. Data Preformulasi
A. Bahan Aktif
1. Paracetamol (Farmakope Indonesia Edisi VI hal. 1359; Farmakope Indonesia Edisi III hal.
37; Obat Obat Penting hal. 917).
Parasetamol mengandung tidak kurang dari 98,0% dan tidak lebih dari 102,0% C8 H9 N02 ,
Dihitung terhadap zat kering.
Rumus molekul : C8 H9 N02
Rumus struktur :

Berat molekul : 151,16


Pemerian : Serbuk hablur; putih; tidak berbau; rasa sedikit pahit.
Kelarutan : Larut dalam air mendidih dan dalam natrium hidroksida 1 N;
mudah larut dalam etanol.
Inkompatibilitas : Inkompatibilitas terhadap permukaan nilon dan rayon.
Stabilitas : Terhidrolisis pada pH minimal 5-7, stabil pada temperatur 45°C
(dalam bentuk serbuk), dapat terdegradasi oleh quinominim dan
terbentuk warna pink, coklat dan hitam, relatif stabil terhadap
oksidasi, menyerap uap air dalam jumlah tidak signifikan pada
suhu 25°C dan kelembapan 90%, tablet yang dibuat granulasi
basah menggunakan pasta gelatin tidak dipengaruhi oleh
kelembapan tinggi dibandingkan menggunakan povidon.
Titik leleh : 168°C dan 172°C
Dosis : 4-6 dd 325-650 mg; maks. Sehari 4 g; anak 60-120 mg,
maks.sehari; 1,2-2,4 g.
Khasiat : Analgetikum dan Antipiretikum
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya.
B. Bahan Tambahan
1. Amylum (Penghancur)
(HOPE Edisi VI hal. 685)
Rumus molekul : (C6 H10 05 )n, dimana n = 300-1000
Rumus struktur :

Pemerian : Serbuk sangat halus; putih


Kelarutan : Praktis tidak larut dalam air dingin dan dalam etanol
Kegunaan : Bahan penghancur
Konsentrasi : 3% - 20%
Stabilitas : Kurang tahan panas, stabil dalam situasi dingin dan
kering.
Inkompabilitas : Dengan zat pengoksidasi kuat terbentuk senyawa
inklusi berwarna bila direaksikan dengan Iodium.
Penyimpanan : Wadah tertutup rapat.

2. Laktosa (Pengisi)
(Farmakope Indonesia Edisi III, hal. 338; HOPE Edisi VI, hal. 359)
Rumus molekul : C12 H22 O11 . H2 O
Struktur molekul :

Bobot molekul : 36,30 g/mol


Pemerian : Serbuk hablur; putih; tidak berbau; rasa agak manis.
Kelarutan : Larut dalam 6 bagian air, larut dalam 1 bagian air mendidih; Sukar
larut dalam etanol (95%) P; praktis tidak larut dalam kloroform P
dan eter P.
Kegunaan : Bahan pengisi tablet dan kapsul, eksipien tablet yang dapat
dikompresi langsung; pembawa inhaler bubuk kering; bantuan
liofilisasi; pengencer tablet dan kapsul.
pH : 4,0 – 6,5
Konsentrasi : 65% - 85%
Stabilitas : Dalam keadaan lembab, pertumbuhan jamur yang dapat terjadi,
larutan berubah warna menjadi cokelat selama penyimpanan.
Inkompatibilitas : Laktosa dapat berubah warna menjadi cokelat jika bereaksi dengan
senyawa yang mengandung gugus amin primer (Reaksi maillard).
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik.
III. Formulasi
No. Nama Bahan Fungsi Formula
1. Paracetamol Zat aktif 250 mg
2. Amylum Penghancur 1%
3. Laktosa Pengisi q.s

Cangkang kapsul no. 0


Dibuat 200 kapsul

IV. Perhitungan dan Penimbangan


a. Perhitungan
Dibuat 200 kapsul@500 mg
Bobot seluruhnya : 200 x 500 mg
= 100000 mg = 100 g
R/ Paracetamol : 250 mg x 200 kapsul
= 50000 mg = 50 g
1
Amylum : x 100 g =1g
100
Laktosa : 100 g – (50 g + 1 g)
= 100 g – 51 g = 49 g

Pemilihan ukuran kapsul


- Bobot total serbuk : 100 g
- Jumlah kapsul : 200 kapsul
100 g
- Isi rata-rata per kapsul :
200 kapsul

= 0,5 g = 500 mg

Ukuran cangkang kapsul 0

• Serbuk yang menempati cangkang = BJ x volume cangkang


= 0,4732 g x 0,68
= 0,3217
b. Penimbangan
Nama Bahan Bobot Teoritis (g) Bobot Praktek (g)
Paracetamol 50 g 50,2 g
Amylum 1g 1g
Laktosa 49 g 49 g

V. Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan
2. Ditimbang masing-masing bahan
3. Dimasukkan Paracetamol dan digerus halus, tambahkan Laktosa dan Amylum lalu digerus
ad homogen
4. Dilakukan uji sifat alir dan uji bobot jenis (ditentukan kerapatan nyata serbuk campuran)
5. Serbuk campuran dimasukkan ke dalam cangkang kapsul dan dibersihkan
6. Dilakukan uji evaluasi kapsul (keseragaman bobot dan waktu hancur)
7. Dimasukkan kapsul ke dalam botol, diberi etiket dan diserahkan
VI. Evaluasi
A. Evaluasi Granul
1. Uji Bobot Jenis (Lachman, hal. 682)
• Alat : Piknometer
• Cara kerja :
- Ditimbang bobot granul lalu dimasukkan ke dalam gelas ukur
-
Dilihat volume dan dihitung BJ nyata dari granul
m
• Rumus : ρ=
V
ρ : Bobot jenis nyata
m : Bobot granul nyata (g)
V : Volume granul (ml)

2. Uji Sifat Alir (Teknologi sediaan solid 2018, hal. 75)


a. Secara langsung ;
• Alat : Granul Flow Tester
• Cara kerja :
- Timbang 25 g granul lalu tempatkan pada corong alat uji waktu alir dalam
keadaan tertutup
- Penutup dibuka dan dibiarkan granul mengalir, lalu amati dan catat
waktunya
• Persyaratan :
Volume alir Sifat alir
>10 Bebas mengalir
4-10 Mudah mengalir
1,6-4 Sukar mengalir
<1,6 Sangat sukar mengalir

Bobot
• Rumus : Kecepatan alir =
Waktu
b. Secara tidak langsung ;
• Alat : Granul Flow Tester
• Cara kerja :
- Ditimbang 25 g granul lalu ditempatkan pada corong alat uji dalam keadaan
tertutup
- Penutup dibuka dan dibiarkan granul mengalir
- Granul ditampung pada kertas grafik milimeter
- Catat tinggi (h), diameter unggukan granul (d), jari-jari (r) dan hitung ɑ (sudut
istirahat)
• Persyaratan :
Waktu istirahat Sifat alir
<25 Sangat baik
25-30 Baik
30-40 Cukup baik
>40 Sangat tidak baik

h
• Rumus : Tan ɑ =
r
ɑ = inv. Tg ɑ
B. Evaluasi Kapsul
1. Keseragaman Bobot (Farmakope Indonesia Edisi III, hal. 5)
• Alat : Neraca Digital
• Cara kerja :
- Diambil 20 kapsul sebagai sampel, timbang lagi kapsul satu persatu
- Keluarkan isi semua kapsul, timbang seluruh bagian cangkang kapsul, hitung
bobot isi kapsul dan bobot rata-rata tiap isi kapsul
• Syarat : Perbedaan dalam persen bobot isi tiap kapsul terhadap bobot rata-
rata tiap isi kapsul tidak boleh lebih dari yang ditetapkan kolom A
dan untuk setiap 2 kapsul tidak lebih dari yang ditetapkan kolom
B.

Bobot Penyimpangan bobot isi


rata-rata kapsul dalam %
isi kapsul A B
120 mg atau lebih dari ± 10% ± 20%
120 mg ± 7,5% ± 15%

𝑥̅ − x1
• Rumus : %Penyimpangan = x 100%
𝑥̅

2. Waktu hancur (Farmakope Indonesia Edisi VI 2020, hal. 2119; Farmakope Indonesia
Edisi III, hal. 6)
• Alat : Disintegration Tester
• Cara kerja :
- Diamati kapsul dalam batas waktu yang dinyatakan dalam masing-masing
monografi (semua kapsul hancur). Bila 1 atau 2 kapsul tidak hancur sempurna,
ulangi pengujian dengan 12 kapsul lainnya.
- Dimasukkan ke dalam tabung uji waktu hancur (dengan suhu 37 ± 2°C s.d kapsul
hancur
- Dicatat masing-masing waktu hancur
• Syarat : Waktu yang diperlukan untuk menghancurkan 6 kapsul tidak
boleh lebih dari 15 menit.
VII. Tabulasi Data
A. Evaluasi Granul

1. Uji Bobot Jenis


Bobot Granul 11,83 g
Volume Granul 25 ml
Bobot Nyata 0,4732 g/ml

m
➢ Rumus : ρ =
V
11,83 g
= = 0,4732 g/ ml
25 ml
2. Uji Sifat Alir
➢ Secara langsung
No. Bobot (g) Waktu (s) Kecepatan Alir Sifat Alir
(g/s)
1. 25 g 50 detik 0,5 g/s Sangat sukar mengalir
2. 25 g 25 detik 1 g/s Sangat sukar mengalir
3. 25 g 32 detik 0,78 g/s Sangat sukar mengalir
̅
𝒙 0,76 g/s Sangat sukar mengalir

Bobot
➢ Rumus : kecepatan alir =
Waktu
25 g
Kecepatan alir 1 : = 0,5 g/s
50 s
25 g
Kecepatan alir 2 : = 1 g/s
25 s
25 g
Kecepatan alir 3 : = 0,78 g/s
32 s
0,5+1+0,78
Rata-rata kecepatan alir (𝑥̅ ) : = 0,76 g/s
3
➢ Secara tidak langsung
No. Bobot Tinggi Diameter Jari-jari Tan ɑ ɑ Sifat Alir
(g) (cm) (cm) (cm)
1. 25 g 3,4 cm 8,5 cm 4,25 cm 0,8 38,65 Cukup baik
2. 25 g 3,3 cm 9,5 cm 4,75 cm 0,6947 34,78 Cukup baik
3. 25 g 3,5 cm 9 cm 4,5 cm 0,7777 37,87 Cukup baik
̅
𝒙 37,1 Cukup baik

h
➢ Rumus : Tan ɑ = , ɑ = inv. Tg ɑ
r
3,4
Tan ɑ 1 : = 0,8
4,25

ɑ : tan−1 (0,8) = 38,65


3,3
Tan ɑ 2 : = 0,6947
4,75

ɑ : tan−1 (0,6947) = 34,78


3,5
Tan ɑ 3 : = 0,7777
4,5

ɑ : tan−1 (0,7777) = 37,87


38,65+34,78+37,87
Rata-rata ɑ : = 37,1
3
B. Evaluasi Kapsul

1. Uji Keseragaman Bobot


- Syarat : Perbedaan dalam persen bobot isi tiap kapsul terhadap bobot rata
rata tiap isi kapsul tidak boleh lebih dari yang ditetapkan kolom A
dan untuk setiap 2 kapsul tidak lebih dari yang ditetapkan kolom
B. (Farmakope Indonesia Edisi III, hal. 5)

No. Cangkang dan Isi (g) Cangkang (g) %Penyimpangan


Isi
1. 0,53 0,44 0,09 5,98%
2. 0,59 0,51 0,08 8,97%
3. 0,51 0,42 0,09 10,25%
4. 0,63 0,54 0,09 15,38%
5. 0,63 0,56 0,07 19,65%
6. 0,51 0,44 0,07 5,98%
7. 0,56 0,48 0,08 2,56%
8. 0,50 0,42 0,08 10,25%
9. 0,54 0,46 0,08 1,70%
10. 0,56 0,5 0,06 6,83%
11. 0,58 0,49 0,09 4,70%
12. 0,58 0,47 0,11 0,42%
13. 0,54 0,42 0,12 10,25%
14. 0,60 0,49 0,11 4,70%
15. 0,54 0,43 0,11 8,11%
16. 0,59 0,48 0,11 2,56%
17. 0,57 0,49 0,08 4,70%
18. 0,59 0,49 0,10 4,70%
19. 0,56 0,44 0,12 5,98%
20. 0,54 0,4 0,14 14,52%
̅
𝒙 0,468 g - 7,4095%
➢ Rumus :
Jumlah keseluruhan bobot isi
̅ Bobot isi kapsul
𝒙 =
Jumlah kapsul
9,37
= = 0,468 g
20
Bobot isi = (bobot cangkang dan isi – bobot cangkang)

Bobot isi 1 : 0,53 – 0,09 = 0,44


Bobot isi 2 : 0,59 – 0,08 = 0,51
Bobot isi 3 : 0,51 – 0,09 = 0,42
Bobot isi 4 : 0,63 – 0,09 = 0,54
Bobot isi 5 : 0,63 – 0,07 = 0,56
Bobot isi 6 : 0,51 – 0,07 = 0,44
Bobot isi 7 : 0,56 – 0,08 = 0,48
Bobot isi 8 : 0,50 – 0,08 = 0,42
Bobot isi 9 : 0,54 – 0,08 = 0,46
Bobot isi 10 : 0,56 – 0,06 = 0,5
Bobot isi 11 : 0,58 – 0,09 = 0,49
Bobot isi 12 : 0,58 – 0,11 = 0,47
Bobot isi 13 : 0,54 – 0,12 = 0,42
Bobot isi 14 : 0,60 – 0,11 = 0,49
Bobot isi 15 : 0,54 – 0,11 = 0,43
Bobot isi 16 : 0,59 – 0,11 = 0,48
Bobot isi 17 : 0,57 – 0,08 = 0,49
Bobot isi 18 : 0,59 – 0,10 = 0,49
Bobot isi 19 : 0,56 – 0,12 = 0,44
Bobot isi 20 : 0,54 – 0,14 = 0,4

Rata rata bobot isi−bobot per isi


% Penyimpangan = x 100%
Rata rata bobot isi
0,468−0,44
Penyimpangan kapsul 1 : x 100% = 5,98%
0,468
0,468−0,51
Penyimpangan kapsul 2 : x 100% = 8,97%
0,468
0,468−0,42
Penyimpangan kapsul 3 : x 100% = 10,25%
0,468
0,468−0,54
Penyimpangan kapsul 4 : x 100% = 15,38%
0,468
0,468−0,56
Penyimpangan kapsul 5 : x 100% = 19,65%
0,468
0,468−0,44
Penyimpangan kapsul 6 : x 100% = 5,98%
0,468
0,468−0,48
Penyimpangan kapsul 7 : x 100% = 2,56%
0,468
0,468−0,42
Penyimpangan kapsul 8 : x 100% = 10,25%
0,468
0,468−0,46
Penyimpangan kapsul 9 : x 100% = 1,70%
0,468
0,468−0,5
Penyimpangan kapsul 10 : x 100% = 6,83%
0,468
0,468−0,49
Penyimpangan kapsul 11 : x 100% = 4,70%
0,468
0,468−0,47
Penyimpangan kapsul 12 : x 100% = 0,42%
0,468
0,468−0,42
Penyimpangan kapsul 13 : x 100% = 10,25%
0,468
0,468−0,49
Penyimpangan kapsul 14 : x 100% = 4,70%
0,468
0,468−0,43
Penyimpangan kapsul 15 : x 100% = 8,11%
0,468
0,468−0,48
Penyimpangan kapsul 16 : x 100% = 2,56%
0,468
0,468−0,49
Penyimpangan kapsul 17 : x 100% = 4,70%
0,468
0,468−0,49
Penyimpangan kapsul 18 : x 100% = 4,70%
0,468
0,468−0,44
Penyimpangan kapsul 19 : x 100% = 5,98%
0,468
0,468−0,4
Penyimpangan kapsul 20 : x 100% = 14,52%
0,468

SD = 0,042336
SD 0,042336
SDR = x 100% = x 100% = 9,0461%
̅
𝒙 0,468

Kolom A ̅ bobot
:𝒙 x ̅ simpang
𝒙
= 468 mg x 7,5%
= 35,1 mg
= (468 – 35,1) s/d (468 + 35,1)
= 432,9 s/d 503,1 mg

Kolom B ̅ bobot
:𝒙 x ̅ simpang
𝒙
= 468 mg x 15%
= 70,2 mg
= (468 – 70,2) s/d (468 + 70,2)
= 397,8 s/d 538,2 mg

2. Waktu Hancur
- Syarat : Waktu yang diperlukan untuk menghancurkan 6 kapsul tidak
boleh lebih dari 15 menit.
(Farmakope Indonesia Edisi III, hal. 6)

Kapsul Waktu hancur Waktu hancur (s)


1 08 menit 55 detik 535 s
2 09 menit 17 detik 557 s
3 09 menit 50 detik 590 s
4 11 menit 06 detik 666 s
5 11 menit 57 detik 717 s
6 09 menit 35 detik 575 s
̅
𝒙 606,66
10 menit 11 detik

Total waktu (s)


➢ Rumus : ̅)
rata-rata (𝒙 =
Jumlah kapsul
3,640
=
6
= 606,66 s = 10 menit 11 detik
VIII. Pembahasan
1. Kapsul adalah sediaan padat yang terbungkus dalam satu cangkang keras ataupun lunak
yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat juga dibuat dari pati
atau bahan lain yang sesuai. Pada percobaan kali ini digunakan Paracetamol sebagai bahan
aktif serta terdapat juga bahan tambahan untuk pembuatan sediaan kapsul kali ini, yaitu
amylum yang berfungsi sebagai bahan pengahancur atau disintegrant, agar kapsul yang
ditelan mengalami hancur atau terdisintegrasi di dalam lambung supaya bahan aktif dapat
diabsorpsi, dan terdapat juga laktosa sebagai bahan pengisi, bertujuan untuk mencukupkan
massa kapsul sampai pada bobot yang diinginkan.
2. Uji evaluasi granul sangat penting dilakukan, bertujuan untuk memperoleh massa granul
dengan mempunyai karakterisitik yang baik, dan memenuhi persyaratan sesuai dengan
literatur. Uji evaluasi kapsul yang dilakukan pada percobaan kali ini adalah uji evaluasi
bobot jenis dan uji evaluasi sifat alir (secara langsung dan tidak langsung).
3. Evaluasi dengan bobot jenis yaitu dengan mengetahui bobot jenis pada granul tersebut,
mulai dari bobot nyata, bobot mampat, dan bobot sejati. Pada praktikum kali ini dilakukan
uji evaluasi bobot jenis dan didapat bobot nyata sebesar 0,4732 g/ml.
4. Uji evaluasi sifat alir pada granul dilakukan untuk memastikan pencampuran yang efisien,
apabila granul memiliki kecepatan yang baik, maka keseragaman bobot yang dihasilkan
baik. Ada 2 macam sifat alir yaitu cara langsung dan tidak langsung.
5. Uji sifat alir secara langsung yaitu bertujuan untuk mengetahui berapa lama waktu yang
dibutuhkan oleh granul untuk mengalir melalui corong. Kecepatan aliran serbuk ini
ditentukan oleh faktor ukuran partikel, distribusi ukuran partikel, bentuk partikel, dan
bobot jenis. Pada praktikum ini didapatkan rata-rata hasil uji sifat alir secara langsung yaitu
0,76 g/s yang artinya menurut literatur Teknologi Sediaan Solid 2018 dikategorikan sangat
sukar mengalir.
Uji sifat alir secara tidak langsung menggunakan metode sudut istirahat, uji ini bertujuan
untuk menentukan sifat aliran massa. Pada praktikum ini didapatkan rata-rata sudut
istirahat (ɑ) dari hasil uji sifat alir secara tidak langsung yaitu 37,1° yang artinya cukup
baik.
Dapat disimpulkan bahwa granul tidak memenuhi syarat uji evaluasi sifat alir secara
langsung dan granul memenuhi syarat uji evauasi sifat alir secara tidak langsung.
Perbedaan dari 2 metode ini dikarenakan parameter yang digunakan juga berbeda.
6. Uji evaluasi kapsul adalah uji evaluasi yang dilakukan setelah memasukkan granul ke
dalam cangkang kapsul. Evaluasi kapsul ini bertujuan untuk memastikan tahap pembuatan
serta mtuu kapsul atas kesesuaian atau tidaknya terhadap persyaratan yang telah
diberlakukan. Pada praktikum kali ini dilakukan uji evaluasi kapsul yaitu keseragaman
bobot dan waktu hancur.
7. Uji evaluasi keseragaman bobot bertujuan untuk mengontrol mutu kapsul yang merupakan
indikator awal keseragaman kadar zat aktif., uji evaluasi keseragaman bobot pada evaluasi
mutu kapsul ini menggunakan timbangan analitik yang bertujuan untuk mengetahui apakah
bobot setiap kapsul tepat dan merata sehingga dosis sesuai. Berdasarkan data percobaan,
didapatkan rata rata bobot kapsul 0,468 g, dapat disimpulkan terjadi penyimpangan 2 tablet
pada kolom B dan tidak ada penyimpangan pada kolom A.
8. Uji waktu hancur bertujuan untuk mengetahui lama kapsul hancur sempurna dan
melepaskan isinya ketika masuk ke dalam tubuh. Berdasarkan data percobaan, diperoleh
hasil rata-rata waktu hancur adalah 10 menit 11 detik. Menurut literatur Farmakope
Indonesia Edisi III, syarat waktu hancur yang diperlukan untuk menghancurkan 6 kapsul
tidak boleh lebih dari 15 menit. Maka dapat disimpulkan bahwa kapsul memenuhi syarat
waktu hancur.
IX. Kesimpulan

Uji Evaluasi Granul


No. Evaluasi Syarat Hasil Keterangan
1. Uji bobot jenis - 0,4732 g/ml -
2. Sifat Alir
- Secara langsung V = 4-10 g/s 0,76 g/s Tidak memenuhi syarat
- Secara tidak langsung ɑ = < 25 37,1° Memenuhi syarat

Uji Evaluasi Kapsul


No. Evaluasi Syarat Hasil Keterangan
1. - Kolom A = ̅ : 0,468 g
𝒙
maks 2 kapsul Kolom A :
yang Tidak ada tablet
Keseragaman bobot menyimpang. yang Tidak Memenuhi Syarat
- Kolom B = menyimpang
tidak ada kapsul Kolom B : 2
yang tablet
menyimpang menyimpang
2. Waktu hancur < 15 menit 10 menit 11 Memenuhi syarat
detik
X. Kemasan, Brosur, dan Etiket
• Kemasan
• Brosur
• Etiket

Komposisi : Aturan pakai :


Tiap Kapsul mengandung Paracetamol - Dewasa dan anak >12 tahun :
250 mg 1-2 kapsul, 3-4 kali per hari.
- Anak-anak 6-11 tahun :
Indikasi : LIMOL CAPS 1 kapsul, 3-4 kali per hari.
Meredakan sakit kepala, sakit gigi, sakit
Kapsul Paracetamol
pada otot, nyeri yang mengganggu, dan Efek Samping :
menurunkan demam. Sakit kepala, mual atau muntah, sulit
tidur, perut bagian atas terasa sakit, diare,
konstipasi, reaksi alergi, kerusakan hati
Kontraindikasi :
bila melebihi dosis.
Hipersensitivitas, memiliki riwayat
penurunan fungsi hati, dan alergi
terhadap Paracetamol Isi : 30 Kapsul Perhatian dan Peringatan :
Ibu hamil dan menyusui; pasien
mengalami kekurangan gizi kronis;
alkoholisme; gangguan fungsi ginjal
berat; gangguan fungsi hati.

Wadah dan Penyimpanan :


Dalam wadah tertutup baik dan simpan di
tempat sejuk dan kering, terhindar dari
DBL 8819603004A1 sinar matahari langsung.
Diproduksi oleh :
No. Batch : C220103
Mfg Date : 05 November 2022 PT. LIMAJOSS FARMA KETERANGAN LEBIH LENGKAP
Exp Date : 05 November 2025 Jakarta-Indonesia LIHAT BROSUR
DAFTAR PUSTAKA

Ansel, Howard, C. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi Edisi IV. Jakarta: Univeristas Indonesia;
2005

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia; 1979

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia; 1995

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Farmakope Indonesia Edisi VI. Jakarta: Departemen
Kesehatan Republik Indonesia; 2020

Gunawan, D., dan Mulyani, S. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi Jilid I. Yogyakarta: Penebar
Swadaya; 2004

Lachman, Leon, dkk. Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi III. Jakarta: Universitas
Indonesia; 2012

Martini, G & Elisa, Y. Teknologi Sediaan Solid. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia; 2018

Rowe, R. C., Paul, J.S., dan Martin, E.Q. Handbook of Pharmaceutical Excipients Sixth Edition.
Chicago, London: Pharmaceutical Press; 2009

Safitry, Heny. Laporan Praktikum Farmasetika Dasar. Akademi Farmasi Bina Husada; 2017

Tjay, T. H., & Rahardja, K. Obat-Obat Penting Edisi 7. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Kelompok Gramedia; 2002

Widianto, Gatot. Dasar-dasar Kefarmasian X. Bogor: SMK AK Nusa Bangsa; 2018


LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai